MAKALAH FSO Kelas 2D Farmasi
May 18, 2019 | Author: Nuri | Category: N/A
Short Description
FSO...
Description
MAKALAH SISTEM PERNAPASAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Farmakologi Sitem Organ
Farmasi 2-D Anggota Kelompok :
Ai Cucu
(31116151)
Amelia Maulidasari
(31116152)
Anggin Tiara L
(31116153)
Annisa Tresna A
(31116154)
Asyfa Aziz
(31116155)
Candra Agustin
(31116156)
Cindy Hermawati
(31116157)
Dede Maulana S
(31116158)
Delita Retna P
(31116159)
Dian Arisnawati
(31116160)
Dinia Mutiara A
(31116161)
Elin Siti S
(31116162)
Erma Nuralfiana
(31116163)
Farha Lestari
(31116164)
Fitrinalis
(31116165)
PRODI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Alloh SWT, karena rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing kami. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada tahap pembelajaran mahasiswa. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca terlebih khususnya bagi penyusun. Kami menyadari sepeuhnya di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan pemahaman kami dalam penyusunan makalah ini.
Tasikmalaya, 25 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................... ................................................................. ............................................ ............................................. ......................... i DAFTAR ISI....................................... ISI............................................................. ............................................. ............................................. ......................................... ...................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. ............................. ...... 1.2 Rumusan Masalah .......................................... ................................................................ ............................................ ............................................. ......................... .. 1.3 Tujuan ........................................... .................................................................. ............................................. ............................................ ........................................... ..................... BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Organ Sistem Pernafasan Pernafasan ..................................... ........................................................... ............................................. ......................... .. 2.2 Fisiologi Sistem Pernafasan .......................................... ................................................................ ............................................ ................................ .......... 2.3 Mekanisme Sistem Pernapasan .................................................. ......................................................................... ........................................ ................. 2.4 Golongan Obat-Obat Pada Sistem Pernapasan ........................................... ................................................................ ..................... 2.5 Efek Terhadap Organ Saluran Pernafasan Pernafasan .......................................... ................................................................. ............................. ...... 2.6 Contoh Obat Sistem Pernapasan Dan Dosisnya ............................... ..................................................... ................................ .......... 2.7 Penyakit Sistem Pernapasan ..................................... ........................................................... ............................................ .................................... .............. 2.8 Contoh Farmakoterasi Penyakit Sistem Pernapasan : Sinusitis ....................... ..................................... .............. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................. .................................... ............. DAFTAR PUSTAKA............................................ .................................................................. ............................................ ............................................. ......................... ..
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sungguh besar keangungan Tuhan Yang maha Esa, yang telah menciptakan system organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya, diantaranya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan sistem transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik. System respirasi atau pernapasan merupakan salah satu study terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia. Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan (seperti; insekta, ikan, amfibi dan burung). Sedangkan sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui saluran penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh, dimana masing-masing alat pernapasan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1
Apa saja Anatomi Organ Sistem Pernafasan?
1.2.2
Bagaimana fisiologi dan mekanisme Sistem Pernafasan?
1.2.3
Golongan Obat-Obat apa saja yang berperan dalam Sistem Pernapasan?
1.2.4
Apa penyakit yang menyerang Sistem Pernapasan?
1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui Anatomi Organ Sistem Pernafasan 1.3.2 Memahami fisiologi dan mekanisme Sistem Pernafasan. 1.3.3 Mengetahui Golongan Obat-Obat yang berperan dalam Sistem Pernapasan. 1.3.4 Mengetahu penyakit yang menyerang Sistem Pernapasan dan cara
mengobatinya.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Anatomi Organ Sistem Pernafasan
a) Hidung Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal dengan vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi epithelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lender, semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan konka, selaput lender ini paling tebal. Tiga tulang kerang (konka) yang diseliputi epithelium pernapasan, yang menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lender tersebut. Sewaktu udara memasuki hidung, udara disaring oleh bulu bulu yang terdapat di dalam vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lender yang dilaluiny, udara menjadi hangat, dan karena penguapan air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap. (Pearce, 2013) Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus udara parasalis yang masuk ke dalam rongga-rongga hidung, dan juga menghubungkan lubang-lubang nasolakrimal yang menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung. Rongga hidung sendiri berfungsi sebagai berikut :
Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
b) Faring faring terdiri dari 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring
Adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah rongga nasal melalui dua naris internal (koana), yaitu :
Dua tuba eustachius (auditorik) yang menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi kendang telinga.
Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak didekat naris internal. Pembesaran pada adenoid dapat menghambat aliran darah.
c) Orofaring Dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muscular, suatu perpanjangan palatum keras tulang.
Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur ke bawah palatum lunak.
Amandel palatum terletak pada kedua sisi orofaring posterior
d) Laringofaring Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk system respiratorik selanjutnya (Setiadi, 2007). Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dan dibelakang laring (faringlaringeal). Nares posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke nasofaring.
e) Laring Laring (tenggorok) terletak dibagian depan terendah faring yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian versikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan
leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung digaris tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa V. tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid , bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya di sebelah belakang (ini dalah tulang satusatunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan aritenoid yang menunjang disebelah belakang kikoid (Pearce, 2013).
f) Bronkus Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf (Syaifuddin, 2006).
g) Bronkiolus Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
h) Bronkiolus terminalis Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang mempunyai kelenjar lendir dan silia).
i) Bronkiolus respiratori Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
j) Duktus alveolar dan sakus alveolar Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.
k) Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin, 2006). Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus (Syaifuddin, 2006). Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm (Syaifuddin, 2006). Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas (Syaifuddin, 2006).
2.2 Fisiologi Sistem Pernafasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagidan bisa menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis (Syaifuddin, 2006).
a) Pernapaan paru Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan yang menembus membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung (Syaifuddin, 2006). Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner :
Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar.
Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat, yang bisa dicapai untuk semua bagian.
Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru paru terjadi pernapasan eksterna (Syaifuddin, 2006). b) Pernapasan sel a) Transpor gas paru-paru dan jaringan Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan bahwa kunci dari pergerakangas O2 mengalir dari alveoli masuk ke dalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah. Akan tetapi jumlah kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan bergabung dengan protein membawa O2 (hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia reversibel (rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan kapasitas
pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi 17 kali (Syaifuddin, 2006).
b) Pengangkutan oksigen ke jaringan Sistem
pengangkutan
O2
dalam
tubuh
terdiri
dari
paru-paru
dan
sistem
kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan bergantung pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan dan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah.Aliran darah bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan curah jantung. Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (daya tarik) hemoglobin (Syaifuddin, 2006). Transpor oksigen melalui beberapa tahap (Pearce, 2007) yaitu : a. Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu kita menarik napas tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg. Dalam alveoli komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer tekanan parsial O2 dalam alveoli 105 mmHg. b. Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru untuk mengambil oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini terdapat oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu apabila tiba pada pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100 mmHg. c. Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut dalam plasma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat kejenuhan hemoglobin dengan O2 bergantung pada tekanan parsial CO2 atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke jaringan bergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah. d. Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa melalui cairan interstisial lebih dahulu. Tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial 20 mmHg. Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arter i (100 mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial. e. Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-20 mmHg. Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke dalam sel. Dalam sel oksigen ini digunakan untuk reaksi
metabolism yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan H2O, CO2 dan energi.
c) Reaksi hemoglobin dan oksigen Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2. Hemoglobin adalaah protein yang terikat pada rantai polipeptida, dibentuk porfirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat secara reversible (perubahan arah) dengan satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya adalah oksigenasi bukan oksidasi (Syaifuddin, 2006).
d) Transpor karbondioksida Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan sederhana. CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena adanya anhydrase (berkurangnya sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 bila darah melalui kapiler-kapiler jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah beraksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa karbamino (senyawa karbondioksida). Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2 ditunjukkan oleh selisih antara garis kelarutan CO2 dan garis kadar total CO2 di antara 49 ml CO2 dalam darah arterial 2,6 ml dalah senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2 (Syaifuddin, 2006
2.3 Mekanisme Sistem Pernapasan
Dalam pernapasan selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup udara) dan ekpirasi (menghembuskan udara). Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya, manusia dapat melakukan dua mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar. Pernapasan yang dilakukan menyediakan suplai udara segar secara terus menerus ke dalam membran alveoli. Keadaan ini terjadi melalui dua fase yaitu inspirasi dan ekspirasi. Kedua fase ini sangat tergantung pada karakter paru dan rongga torax. Inspirasi terjadi karena adanya kontraksi otot dan mengeluarkan energi maka inspirasi merupakan proses aktif. Agar udara dapat mengalir masuk ke paru-paru, tekanan di dalam paruharus lebih rendah dari tekanan atmosfer. Tekanan yang rendah ini ditimbulkan
oleh kontraksi otot-otot pernapasan yaitu diafragma dan m.intercosta. kontraksi ini menimbulkan pengembangan paru, meningkatnya volume intrapulmoner. Peningkatan volume intrapulmoner menyebabkan tekanan intrapulmoner (tekanan di dalam alveoli) dan jalan nafas pada paru menjadi lebih kecil dari tekanan atmosfer sekitar 2 mmHg atau sekitar ¼ dari 1% tekanan atmosfer, disebabkan tekanan negative ini udara dari luar tubuh dapat bergerak masuk ke dalam paru-paru sampai tekanan intrapulmonal seimbang kembali dengan tekanan atmosfer. Seperti halnya inspirasi, ekspirasi terjadi disebabkan oleh perubahan tekanan di dalam paru. Pada saat diafragma dan m. intercostalis eksterna relaksasi, volume rongga thorax menjadi menurun. Penurunan volume rongga thorax ini menyebabkan tekanan intrapulmoner menjadi meningkat sekitar 2 mmHg diatas tekanan atmosfer (tekanan atmosfer 760 mmHg pada permukaan laut). Udara keluar meninggalkan paru-paru sampai tekanan di dalam paru kembali seimbang dengan tekanan atmosfer. Ekspirasi merupakan proses yang pasif, dimana di hasilkan akibat relaksasinya otot-otot yang berkontraksi selama inspirasi. Ekspirasi yang kuat dapat terjadi karena kontraksi yang kuat/aktif dari m.intercostalis interna dan m. abdominalis. Kontraksi m. abdominalis mengkompresi abdomen dan mendorong isi abdomen mendesak diafragma ke atas a) Pernapasan dada
Proses inpirasi ini diawali dengan berkontraksinya muskulus interkotalis (otot antartulang rusuk), sehingga menyebabkan terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara rongga paru-paru menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian, udara luar masuk ke dalam paru-paru. Coba kamu perhatikan bagan alir berikut ini
Sebaliknya, proses ekspirasi berlangsung pada saat muskulus interkostalis berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada menyempit dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang mengecil menyebabkan tekanan udara dalam rongga
paru-paru menjadi lebih tinggi dari tekanan udara luar, sehingga udara keluar dari paru-paru. Perhatikan bagan alir berikut mengenai proses ekspirasi pada pernapasan dada.
Untuk lebih jelas memahami mekanisme pernapasan dada, perhatikan dan pahami gambar berikut :
b) Pernapasan perut
Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan berkontraksinya otot diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung berubah menjadi datar. Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru menyebabkan udara dari luar masuk ke dalam paru-paru. Perhatikan bagan alir di bawah ini
Proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma kembali melengkung. Keadaan melengkungnya diafragma mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengecil, tekanan udara dalam paru-paru naik, sehingga udara keluar dari paru paru. Perhatikan bagan alir proses ekspirasi pada pernapasan perut di bawah ini
Untuk lebih jelas memahami mekanisme pernapasan perut perhatikan dan pahami gambar berikut :
Bagaimana proses pertukaran okigen dan karbon dioksida pada system pernapasan ?
(Campbell et al, 2003) Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses difusi. Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi berlangung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui membrane sel dari konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah atau tekanan rendah. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteri paru-paru. Masuknya oksigen dari luar menyebabkan tekanan parsial oksigen (PO 2) di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan PO 2 di kapiler arteri paru-paru. Karena proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke derah bertekanan rendah , oksigen akan bergerak dari alveolus menuju kapiler arteri paru-paru.
Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai jenuh. Makin tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah. Oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akan membentuk oksihemogblobin. Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversible (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta tekanan parsial. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi. Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk proses respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigen yang digunakan oleh sel-sel tubuh, semakin banyak karbondioksida yang terbentuk dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan parsial karbon dioksida atau PCO2 dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO 2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh karena itu, karbon dioksida dapat berdifusi dari sel tubuh ke kapiler vena sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju paru-paru. Di paru paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 pada kapiler vena lebih tinggi daripada tekanan parsial CO 2 dalam alveolu. Karbondioksida ahirnya akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.
2.4 Golongan Obat-Obat Pada Sistem Pernapasan
Jenis-jenis obat-obat respiratorik . Dapat dibedakan berdasarkan : a) Tujuan pemberian :
Anti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
Obat anti batuk dan pilek
Golongan dekongestan dan obat hidung lain
b) Efek terhadap organ saluran pernafasan
Bronkodilator
Anti inflamasi
Penekan sekresi dan edema
1) Anti asma dan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis)
Berdasarkan mekanismenya, kerja obat – obat asma dapat dibagi dalam
beberapa golongan, yaitu :
a) Antialergika
Adalah zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan rhinitis alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat. Kromoglikat merupakan obat profilaksis dan tidak mempunyai kegunaan pada serangan akut. Kromoglikat mempunyai aksi antiinflamasi pada beberapa pasien (terutama anak-anak), tetapi tidak mungkin memperkirakan pasien mana yang akan mendapatkan manfaatnya. Kromoglikat harus diberikan secara teratur dan bisa membutuhkan waktu beberapa minggu sebelum timbul efek yang menguntungkan. mekanisme kerja kromoglikat tidak jelas. kromoglikat mungkin bekerja dengan menurunkan sensitivitas saraf sensoris bronkus, menghilangkan refleks lokal yang menstimulasi inflamasi .
b) Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga memberikan efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah :
Adrenergika
Khususnya β-2 simpatomimetika (β-2-mimetik), zat ini bekerja selektif terhadap reseptor β-2 (bronchospasmolyse) dan tidak bekerja terhadap reseptor β-1 (stimulasi jantung). Aktivitas adrenoseptor β merelaksasikan otot polos melalui peningkatan cAMP intraselular yang mengaktivasi suatu protein kinase. Kelompok β-2-mimetik seperti Salbutamol, Fenoterol, Terbutalin, Rimiterol, Prokaterol dan Tretoquinol. Sedangkan yang bekerja terhadap reseptor β-2 dan β-1 adalah Efedrin, Isoprenalin, Adrenalin, dan lain-lain.
Antikolinergika (Oksifenonium, Tiazinamium dan Ipratropium)
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan kolinergik. Bila reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik menjadi dominan, segingga terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada
otot polos bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek bronchodilatasi. Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi, sukar kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian inhalasi.
Derivat xantin (Teofilin, Aminofilin dan Kolinteofinilat)
Mempunyai daya bronchodilatasi berdasarkan penghambatan enzim fosfodiesterase dan meningkatkan kadar cAMP selular. Selain itu, Teofilin juga mencegah pengingkatan hiperaktivitas, sehingga dapat bekerja sebagai profilaksis. Bekerja menghindari
dengan
menghalangi
kerja
enzim
fosfodiesterase
sehingga
perusakan cAMP dalam sel, antagonis adenosin, stimulasi pelepasan
katekolamin dari medula adrenal, mengurang; konsentrasi Ca bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas diafragma. Teofilin dalam kadar rendah dapat memblokir reseptor adenosine A. Pada konsentrasi terapi yang lebih tinggi akan terjadi penghambatan fosfodiesterase-kenaikan kadar cAMP. Reaksi-reaksi yang dicetuskan oleh cAMP sebagai ‘secondmessenger´ mengakibatkan relaksasi otot-otot bronchial dan penghambatan pengeluaran zat-zat mediator dari sel-sel mast dan granulosit. Suatu kombinasi dengan simpatomlmetik mengakibatkan obat ini sudah efektif bahkan pada dosis yang sangta rendah sehingga suatu desensibilisasi dari reseptor dapat dicegah. Arteriol dan pembuluh-pembuluh kapasitas akan mengalami dilatasi. Pada jantung, Teofilin bekerja inotrop positif dan kronotrop positif-pemakaian oksigen bertambah. Peningkatan volume sekuncup jantung dan dilatasi pembuluh ginjalmengakibatkan kenaikan filtrasi glomerular. Teofilin dimetabolisme oleh hati. Pada pasien perokok atau gangguan fungsi hatidapat menyebabkan perubahan kadar teofilin dalam darah. Kadar teofilindalamdarah dapat meningkat pada gagal jantung, sirosis, infeksi virus dan pasien lanjutusia. Kadar teofilin dapat menurun pada perokok, pengkonsumsi alkohol, danobat-obatan yang meningkatkan metabolisme di hati.
c) Antihistamin (Loratadin, cetirizin, fexofenadin)
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronchokonstriksi. Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergika dan sedatif. Antagonis yang mblok reseptor histamin H1 digunakan pada terapi alergi seperti demam hay, urtikaria, ruam akibat sensitivitas terhadap obat, pruritus, serta gigitan dan sengatan serangga.
d) Kortikosteroida (Hidrokortison, Prednison, Deksametason, Betametason)
Daya bronchodilatasinya berdasarkan mempertinggi kepekaan reseptor β-2, melawan efek mediator seperti gatal dan radang. Penggunaan terutama pada serangan asma akibat infeksi virus atau bakteri. Penggunaan jangka lama hendaknya dihindari, berhubung efek sampingnya, yaitu osteoporosis, borok lambung, hipertensi dan diabetes. Efek samping dapat dikurangi dengan pemberian inhalasi.
e) Ekspektoransia (KI, NH4Cl, Bromheksin, Asetilsistein)
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan. Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein mekanismenya terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida sehingga viskositas lendir berkurang.
2) Obat Anti Batuk dan Pilek
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu : 1. Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering, dan melunakkan mukosa yang t eriritz. Banyak digunakan syrup (thyme dan althea), zat-zat lender (infus carrageen) 2. Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang, gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium klorida (dalam obat batuk hitam)
zat-zat ini memperbanyak produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah pengeluarannya dengan batuk. 3. Mukolotika : asetilsistein, mesna, bromheksin, dan ambroksol, zat-zat ini berdaya merombak dan melarutkan dahak ( L . mucus = lender, lysis = melarutkan), sehingga viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah. 4. Zat pereda : kodein, naskapin, dekstometorfan, dan pentoksiverin (tucklase), obatobat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada batuk kering yang mengelitik. 5. Antihistaminika : prometazin, oksomomazin, difenhidramin, dan alklorfeniaramin. Obat ini dapat menekan perasaan mengelitik di tenggorokan. 6. Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan rangsangan batuk ke pusat batuk.
3) Golongan Dekongestan Dan Obat Hidung Lain
Dekongestan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Dekongestan Sistemik , seperti pseudoefedrin, efedrin. Dekongestan sistemik diberikan secara oral (melalui
mulut).
Meskipun
efeknya
tidak
secepat
topikal
tapi
kelebihannya tidak mengiritasi hidung.
Mekanisme kerja obat pseudoephedrine
seudoephedrine bekerja langsung pada reseptor alpha dan, pada tingkat lebih rendah, reseptor beta-adrenergik. Melalui aksi langsung pada reseptor alfa-adrenergik pada mukosa
saluran
pernapasan,
pseudoefedrin
menghasilkan
vasokonstriksi.
Pseudoephedrine melemaskan otot polos bronkial dengan merangsang reseptor beta2adrenergik. Seperti efedrin, pseudoefedrin melepaskan norepinefrin dari tempat penyimpanan, efek tidak langsung. Ini adalah mekanisme utama dan langsung. Noradrenalin pindahan dilepaskan ke sinaps saraf di mana ia bebas untuk mengaktifkan reseptor adrenergik pasca-sinaptik.
Aksi
Langsung
menyebabkan
merangsang
vasokonstriksi;
reseptor langsung
alfa-adrenergik merangsang
mukosa
reseptor
pernapasan
beta-adrenergik
menyebabkan relaksasi bronkus, peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas.
Mekanisme kerja ephedrin
Ephedrine
adalah
amina
simpatomimetik
yang
beraksi
sebagai
agonis
reseptor adrenergik. Aksi utamanya adalah pada beta-adrenergik reseptor , yang merupakan bagian
dari
sistem
saraf
utama. Pertama, efedrin noradrenalin
simpatik.
Efedrin
memiliki
dua
mekanisme
mengaktifkan α-reseptor dan β-reseptor pasca-sinaptik
secara
tidak
selektif. Kedua, efedrin
juga
dapat
aksi
terhadap
meningkatkan
pelepasan dopamin dan serotonin dari ujung saraf. Dengan
mekanisme
tersebut,
efedrin
digunakan
untuk
beberapa
indikasi. Pertama,efedrin dapat digunakan untuk obat asma, sebagai bronkodilator (pelega saluran nafas) karena ia bisa mengaktifkan reseptor beta adrenergik yang ada di saluran nafas. Pengobatan asma tradisional atau jaman dulu masih banyak menggunakan efedrin dalam racikannya, namun obat ini mulai banyak ditinggalkan karena efek sampingnya yang cukup besar. Sifatnya yang tidak selektif di mana dapat mengaktifkan reseptor alfa adrenergik pada pembuluh darah perifer dapat menyebabkan efek vasokonstriksi atau penciutan pembuluh darah, yang bisa berakibat naiknya tekanan darah. Namun
di
sisi
lain,
efeknya
sebagai vasokonstriktor ini
juga
digunakan
sebagai
mekanisme obat dekongestan (melegakan hidung tersumbat). Diketahui, ketika hidung tersumbat, terjadi pelebaran pembuluh darah pada pembuluh2 kapiler sekitar hidung. Karena itu, efedrin yang bersifat menciutkan pembuluh darah bisa berefek melegakan hidung tersumbat. Hal yang sama terjadi pada pseudo-efedrin. Namun karena pertimbangan keamanan, efedrin sudah jarang dipakai dalam komponen obat flu sebagai pelega hidung tersumbat. Sebaliknya, yang banyak digunakan adalah pseudoefedrin. Mekanisme aksi pseudoefedrin
mirip
efedrin,
tapi
aktivitasnya
pada
beta-adrenergik
lebih
lemah.
Pseudoefedrin menunjukkan selektivitas yang lebih besar untuk reseptor adrenergik alfa yang terdapat pada mukosa hidung dan afinitas rendah pada reseptor adrenergik yang ada di sistem saraf pusat ketimbang efedrin. b) Dekongestan Topikal , digunakan untuk rinitis akut yang merupakan radang selaput lendir hidung. Bentuk sediaan dekongestan topikal berupa balsam, inhaler, tetes hidung atau semprot hidung.Dekongestan topikal (semprot hidung) yang biasa digunakan
yaitu
oxymetazolin,
xylometazolin
yang
merupakan
derivat
imidazolin.Karena efeknya dapat menyebabkan depresi Susunan saraf pusat bila
banyak terabsorbsi terutama pada bayi dan anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh untuk bayi dan anak-anak.
2.5 Efek Terhadap Organ Saluran Pernafasan
1) Antiinflamasi Obat Antiinflamasi terbagi atas 2, yaitu : a. Golongan Steroid Contoh
: Hidrokortison, Deksametason, Prednisone
b. Golongan AINS (non steroid) Contoh : Parasetamol, Aspirin,antalgin/Metampiron,AsamMefenamat, Ibuprofen
No.
Golongan Obat
Mekanisme Kerja
1.
Steroid
Menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakhidonat. Tidak adanya asam arakhidonat
berarti
tidak
terbentuknya
prostaglandin. 2.
AINS (Non Steroid)
Menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan cox-2) ataupun menhambat secara selektif cox-2 saja sehingga tidak terbentuk mediator-mediator nyeri yaitu prostaglandin dan tromboksan
2) Penekan Sekresi Dan Edema Furosemid adalah suatu diuretiks yang bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi ion Na pada jerat Henle : inhibis reabsorpi natrium dan klorida pada jerat henle menarik dan tubulus ginjal distal, mempengaruhi sistem kontraspor ikatan klorida, selanjutnya meningkatkan ekskresi air, natrium, klorida magnesium dan kalsium
2.6 Contoh Obat Sistem Pernapasan Dan Dosisnya
a) Golongan antihistamin Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin. Antihistamin adalah zatzat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor – histamin (penghambatan saingan). Contoh obatnya yaitu : 1. Loratadine Loratadine adalah obat yang dapat mengobati gejala alergi, seperti bersin -bersin, ruam kulit, pilek, hidung tersumbat, dan mata berair akibat paparan alergen (misalnya debu, bulu hewan, atau gigitan serangga). Dosis pemberiannya yaitu: :
Dosis lazim dewasa dan anak 12 tahun atau lebih 10 mg oral 1 x sehari atau 5 mg setiap 12 jam
Dosis lazim anak Anak usia 2 – 5 tahun : 5 mg oral 1 x sehari. Anak usia 6 tahun atau lebih : 10 mg 1 x sehari atau 5 mg setiap 12 jam
2. Cetirizin Cetirizine adalah obat golongan antihistamin yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala-gejala alergi, sseperti pilek, hidung tersumbat, mata berair, bersin-bersin, rasa gatal pada mata atau hidung, serta ruam pada kulit. Dosis pemberiannya yaitu :
Dewasa Cetirizine hcl 5 – 10 mg secara oral atau diminum sekali sehari
Anak 6 bulan sampai 2 tahun: Cetirizine sirup 2,5 mg oral sekali sehari, 12 bulan ke atas dapat ditingkatkan sampai 2,5 mg secara oral dua kali sehari.
Anak 2-5 tahun Cetirizine syrup 2.5 mg oral sekali sehari, dapat ditingkatkan sampai 5 mg / hari dalam 1 sampai 2 dosis terbagi.
Anak 6 tahun atau lebih Cetirizine hcl 5 sampai 10 mg secara oral atau dikunyah sehari sekali
3. Fexofenadin Fexofenadine adalah obat yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, seperti bersin, gatal, mata berair, dan hidung berair atau tersumbat. Fexofenadine juga bermanfaat
untuk meredakan gejala alergi pada beberapa kondisi medis, antara la in yaitu rinitis alergi dan urtikaria atau biduran. Dosis umum pemakaian fexofenadine untuk mengatasi rhinitis alergi pada orang dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun adalah tablet 120 mg sebanyak satu kali per hari. Sedangkan untuk anak-anak di bawah usia 6-11 tahun adalah tablet 30 mg dua kali per hari.
b) Golongan Bronchodilator
Terdapat dua jenis golongan bronchodilator yaitu :
1. Adrenergik, contoh obatnya
1) Salbutamol
Dosis
Dosis salbutamol yang standard untuk orang dewasa adalah 4 mg tiga atau empat kali sehari. Dosis untuk orang lanjut usia atau pasien yang terkenal sensitif terhadap produk ini: dimulai dengan 2 mg tiga atau empat kali sehari. Salbutamol sebaiknya tidak diberikan pada anak di bawah 2 tahun.
Dosis salbutamol untuk anak 2-6 tahun: 1-2 mg tiga atau empat kali sehari
Dosis salbutamol untuk anak 6-12 tahun: 2 mg tiga atau empat kali sehari
Dosis salbutamol untuk anak di atas usia 12 tahun: 2-4 mg tiga sampai empat kali sehari
Bentuk dan dosis sediaan salbutamol
Solution 1 mg/mL; 2,5 mg/2,5 mL; ; 2 mg/mL; 5 mg/ 2,5 ml
Accuhaler 200 mg
Tablet 2 mg; 4 mg
Efek Samping
Reaksi alergi seperti pembengkakan pada wajah, bibir, tenggorokan atau lidah, pucat atau merah-merah yang tidak rata serta gatal parah, sulit bernapas, tekanan darah rendah, tidak
sadarkan diri. Nyeri pada dada, rahang atau bahu (yang dibarengi dengan napas pendek, merasa sakit)
2) Fenoterol Dosis
Dewasa
inhaler dosis rendah (100 mcg/dosis): 1 atau 2 kali tarik napas hingga 3-4 kali penggunaan dalam sehari. Jika gejala belum teratasi, pasien dapat diberikan dosis tinggi inhaler (200 mcg/dosis) pada 2 inhalasi sebanyak 3 kali sehari. Max: 1,6 g/24 jam.
Melalui pembuluh darah
Dewasa: 1-3 mcg/menit melalui infus IV, dilanjutkan sampai kontraksi berhenti dan diikuti oleh meminum obat 5 mg setiap 3-6 jam.
Dosis fenoterol untuk anak-anak
Gangguan Saluran Napas Reversibel
Anak: lebih dari 6 tahun 1 kali inhalasi 100 mcg 3 kali sehari. Inhaler dosis tinggi tidak dianjurkan untuk
anak-anak kurang dari 16 tahun. Larutan semprot: hirup 0.5-1 mg, dapat diulang setiap 6 jam.
Efek samping meliputi:
1. gemetaran pada otot atau tengkorak kepala 2. jantung berdebar 3. detak jantung yang tidak normal 4. saraf menegang 5. sakit kepala 6. vasodilatasi di sekeliling tubuh 7. kram otot (kadang-kadang) 8. batuk 9. iritasi lokal 10. bronkokonstriksi paradoks
11. berkeringat 12. tubuh lemas
c) Antikolinergik
1. Ipratropium Bromida Indikasi:
bronkospasme yang berkaitan dengan pada pasien yang diterapi dengan ipratropium dan salbutamol. Interaksi:
derivat xantin, stimulan adrenoseptor beta, antikolinergik, penghambat beta, beta adrenergik, penghambat MOA, antidepresan trisiklik, inhalasi hidrokarbon halogenasi. Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap ipratropium, turunan atropin, obstruksi hipertropi kardiomiopati, takiaritmia. Dosis
dewasa dan lansia
1 dosis UDV 3-4 kali sehari. Penderita obstruksi paru kronis yang memiliki kebiasaan merokok, dianjurkan konseling dengan dokter untuk menentukan dosis dan kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan jika tidak ada perbaikan pada obstruksi paru kronis.
2. TIOTROPIUM BROMIDE Indikasi
Terapi pemeliharaan obstruksi paru kronik termasuk bronchitis dan emfisema kronik dan dispnea yang menyertainya. Interaksi
Antikolinergik digunakan bersamaan dalam waktu lama, t idak direkomendasikan. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap atropin atau derivatnya atau komponen penyusun produk. Efek Samping
Dehidrasi, pusing, sakit kepala, insomnia, penglihatan kabur, peningkatan tekanan intraokular, glaukoma, takikardi, palpitasi, takikardi supraventikular, atrial fibrilasi,
bronkospasme, epistaksis, laringitis, faringitis, sinusitis, disfonia, batuk, obstruksi intestinal, stomatitis, gingivitis, glositis, kandidiasis orofaringeal, refluks gastroesofagal, disfagia, konstipasi, mulutkering, mual, karies gigi, reaksi hipersensitivitas, udema angioneurotik, urtikaria, pruritus, kulit kering, ruam kulit, pembengkakan sendi, retensi urin, disuria. Dosis
Dewasa (termasuk lansia)
1 kali sehari satu kapsul untuk inhalasi (22,5 mcg tiotropium bromide setara dengan18 mcg tiotropium), tidak boleh ditelan, tidak boleh digunakan lebih dari 1 kali sehari.
3. Derivat Xantin Contoh obat
1) Aminophylline 200 Mg Inf Kandungan : Tiap tablet mengandung aminofilina 200 mg. Cara Kerja :
Aminofilina merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek bronkodilator dengan jalan melemaskan otot polos bronkus Indikasi
Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial. Dosis
Dewasa 1 tablet 3 kali sehari.
Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ tablet 3 kali sehari. Atau menurut petunjuk dokter.
Efek Samping :
Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare, Susunan saraf pusat, misalnya : sakit kepala, insomnia, Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia, ventrikuler, Pernafasan, misalnya : tachypnea, Rash, hiperglikemia.
4. TEOFILIN Indikasi
oobstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat (lihat tabel).
Peringatan
Penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak l ambung, gangguan fungsi hati (kurangi dosis, lihat Lampiran 2), epilepsi, kehamilan (lihat Lampiran 4), menyusui (lihat Lampiran 5), lansia, demam, hindari pada porfiria. Efek Samping:
Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala, stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi terutama bila diberikan melalui injeksi intravena cepat. Dosis
Dewasa 130-150 mg, jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2 kalinya.
Anak: 6-12 tahun 65-150 mg, kurang dari 1 tahun: 65-75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
Tablet lepas lambat
1 tablet per hari tergantung respons masing-masing dan fungsi pernafasan
5. Golongan Kortikosteroid 1) Hidrokortison Dosis:
Oral terapi pengganti 20 - 30 mg/hari dalam dosis terbagi
Anak 10 - 30 mg.
Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus 100 -500 mg, 3-3 kali dosis terbagi dalam 24 jam atau sesuai kebutuhan
Aanak dengan injeksi intravena sampai dengan umur 1 tahun 25 mg, umur 1-5 tahun 50 mg, umur 6-12 tahun 100 mg.
2) Prednison Dosis:
Berikut ini adalah dosis prednison dalam bentuk tablet yang umumnya diberikan oleh dokter untuk orang dewasa dan anak-anak:
Kondisi
Dosis Dewasa: 40 mg satu kali sehari selama 5-10
hari. Dosis dapat diturunkan menjadi 20mg untuk 11 hari berikutnya hingga infeksi hilang.Anak-anak: 1mg/kg satu kali sehari selama 5-10 hari. Dosis dapat diturunkan Pneumonia Pneumocystis (carinii) jirovecii menjadi (sebagai terapi tambahan)
0.5
mg/kg
untuk
11-21
hari
berikutnya. Dewasa: 40-60 mg/hari, dengan dosis yang
Penyakit paru-paru (termasuk tuberkulosis)
akan dikurangi setelah 4-8 minggu kemudian. Dewasa: 40-60mg satu atau dua kali sehari
selama 3-10 hari atau lebih. Anak-anak usia 0-11 tahun: 1-2mg/kg per hari selama 3-10
Asma akut
hari. Dosis maksimal per hari adalah 60mg. Dewasa: 30mg pada hari pertama, kemudian
dikurangi hingga 5mg setiap harinya hingga Alergi
mencapai konsumsi 21 tablet. Dewasa:
200mg/hari
selama
seminggu,
dilanjutkan dengan 80mg tiap 2 hari sekali ultiple sclerosis
selama sebulan. Dewasa: 10mg/hari. Dosis akan disesuaikan
Rheumatoid arthritis
sesuai keparahan kondisi pasien.
Penyakit persendian dan otot
Dewasa: 1-2mg/kg per hari.
3) Deksametason Dosis
Dosis dexamethasone tergantung pada penyakit atau gejala yang ditangani. Umumnya, dosis awal yang akan diresepkan dokter berada di antara 0.75-9
mg per harinya. Perlu diketahui bahwa dosis dexamethasone juga akan disesuaikan dengan perkembangan penyakit atau gejala dan respons tubuh pasien terhadap obat ini. Untuk anak-anak, berat badan menjadi salah satu tolak ukur dalam menentukan dosis obat. Untuk informasi lebih lengkap, tanyakan pada dokter.
4) Betametason Dosis:
Oral Umum 0,5 - 5 mg/hari
Dewasa dan anak di atas 12 tahun 500 mcg dilarutkan dalam 20 mL air dan dibilas sekitar mulut 4 kali sehari, tidak ditelan. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus, 4 20mg, diulangi sampai 4 kali dalam 24 jam
Anak melalui injeksi intravena lambat, sampai umur 1 tahun 1 mg, umur 1-5 tahun 2 mg, umur 6-12 tahun 4 mg, diulangi sampai 4 kali dalam 24 jam disesuaikan dengan respon.
6. Golongan Ekspektoransia 1) KI (Kalium iodida) Dosis
batuk oral 3dd 0,5-1 g, maksimal 6 g sehari. Bagi pasien yang tidak boleh diberikan kalium, obat ini dapat diganti dengan natrium iodida dengan khasiat yang sama.
2). NH4Cl (Amonium klorida) Dosis
Oral 3-4 dd 100-150 mg, maksimal 3 g seharinya
3).Bromheksin Dosis
Oral diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam sesudah makan). Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL:
Dewasa dan anak-anak >10 tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3 kali sehari,
anak 5-10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari,
anak 2-5 tahun:
Cairan injeksi 4 mg/2 mL: 1 ampul (waktu pemberian 2-3 menit) sebanyak 2-3
1/
2 tablet
atau 5 mL sirup 2 kali sehari.
kali sehari, dapat diberikan sebagai cairan infus intravena bersama glukosa, fruktosa, garam fisiologis, dan larutan ringer.
4). Asetilsistein Dosis Asetilsistein yang dapat digunakan di antaranya: Dosis Asetilsistein inhalasi untuk mukolitik pada dewasa : penggunaan larutan
Asetilsistein 10% sebanyak 6-10 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20 mL setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan Asetilsistein 20% dapat digunakan sebanyak 3-5 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL setiap 2-6 jam bila perlu. Dosis Asetilsistein inhalasi untuk mukolitik pada anak : penggunaan larutan
Asetilsistein 10% sebanyak 6-10 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20 mL setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan Asetilsistein 20% dapat digunakan sebanyak 3-5 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL setiap 2-6 jam bila perlu. Dosis Asetilsistein inhalasi endotrakeal untuk mukolitik pada pasien dewasa
dengan trakeostomi : penggunaan larutan Asetilsistein 10% atau 20% sebanyak 1-2
mL setiap jam. Dosis Asetilsistein inhalasi endotrakeal untuk mukolitik pada pasien anak
dengan trakeostomi : penggunaan larutan Asetilsistein 10% atau 20% sebanyak 1-2
mL setiap jam. Dosis Asetilsistein oral untuk mukolitik pada pasien dewasa: Dosis tablet/kapsul
granul/tablet effervescent : 600 mg 1x sehari atau 200mg 3x sehari. Dosis Asetilsistein oral untuk mukolitik pada pasien anak: untuk anak usia 1
bulan sampai usia < 2 tahun: 100 mg 2x sehari; untuk anak usia 2-7 tahun: 200 mg 1x sehari; untuk anak usia > 7 tahun: 600 mg 1x sehari atau 200 mg 3x sehari. Dosis Asetilsistein untuk keracunan parasetamol pada dewasa secara intravena :
Dosis awal yang diberikan adalah 150 mg/kgBB (maksimal 16,5 g) yang dilarutkan dalam 200 mL cairan infus selama 1 jam, diikuti dengan dosis lanjutan yaitu 50
mg/kgBB (maksimal 5,5 g) yang dilarutkan dalam 500 mL cairan infus dan diberikan dalam waktu 4 jam, kemudian dosis lanjutan berikutnya adalah 100 mg/kgBB (maksimal 11 g) yang dilarutkan dalam 1L cairan infuse dan diberikan dalam waktu 16 jam. Dosis Asetilsistein untuk keracunan parasetamol pada anak secara intravena :
Untuk anak dengan berat badan 40 kg dosis yang diberikan sama seperti dewasa. Dosis Asetilsistein untuk keracunan paracetamol pada dewasa secara oral: Dosis
awal 150 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 70 mg/kgBB setiap 4 jam sampai 70 dosis. Dosis Asetilsistein untuk keracunan paracetamol pada anak secara oral: Dosis
awal 150 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 70 mg/kgBB setiap 4 jam sampai 70 dosis. Penggunaan Asetilsistein untuk tetes mata pada sindrom mata kering dewasa
yang disebabkan oleh produksi cairan mata yang abnormal: Menggunakan
larutan Asetilsistein 5% 1-2 tetes pada mata yang sakit 3-4 x sehari.
2.7 Penyakit Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan dapat mengalami gangguan. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh kuman, polusi udara atau faktor keturunan (genetik).
1.
Berkurangnya jumlah hemoglobin.
Berkurangnya hemoglobin dalam darah akan menghambat proses penyampaian oksigen ke dalam sel tubuh. Berkurangnya hemoglobin dapat disebabkan oleh anemia atau pendarahan berat. 2.
Keracunan gas CN (sianida) dan atau CO (karbon monoksida) .
Keracunan gas-gas ini mengganggu proses pengikatan O2 oleh darah karena gas CO dan CN memiliki daya ikat jauh lebih kuat terhadap hemoglobin dari pada daya ikat oksigen. Jika 70%-80% hemoglobin dalam darah mengikat CO dan membentuk HbCO maka akan menyebabkan kematian. Gangguan pengangkutan oksigen ke sel tubuh/jaringan tubuh disebut asfiksi. 3.
Kanker paru-paru.
Penyakit ini daapt dipicu oleh polusi udara dan polusi asap rokok yang mengandung hidrokarbon termasuk benzopiren. Kanker paru-paru menyebabkan paru-paru rusak dan tidak berfungsi lagi. 4.
Emfisema .
Penyakit paru-paru degeneratif ini terjadi karena jaringan paru-paru kehilangan elastisitasnya akibatnya gangguan jaringan elastik dan kerusakan dinding di antara alveoli. Pada amfisema stadium lanjut, inspirasi dan ekspirasi terganggu dan beban pernapasan meningkat sehingga timbul komplikasi seperti hipertensi pulmonal atau pembesaran jantung yang diikuti gagal jantung. Emfisema umumnya disebabkan oleh kebiasaan merokok, polusi asap rokok dan polusi udara. 5.
Asma.
Penyakit ini terjadi karena penyempitan saluran pernapasan. Asma ditandai dengan mengi (wheezing), batuk dan rasa sesak di dada secara berkala atau kronis. Penyempitan saluran pernapasan dapat disebabkan oleh hal berikut: (a) Sumbatan jalan napas yang sebagian reversible; (b) Radang jalan napas sehingga merusak sel epitel saluran napas; (c) Reaksi yang berlebihan pada jalan napas terhadap berbagai rangsang, misalnya reaksi alergi. Serangan asma biasanya lebih berat saat malam dan dini hari, karena pada saat itu terjadi penyempitan pada bronkus akibat udara dingin. Penderita asma biasanya diobati dengan obat-obatan yang disebut bronkodilator. Obat ini tidak diminum atau disuntikkan ke penderita tetapi digunakan sebagai inhaler (dihirup). 6.
TBC (tuberkulosis).
TBC dapat mengganggu proses difusi oksigen karena timbulnya bintil-bintil kecil pada alveolus yang disebabkan bakteri Myobacterium tunerculosis. Penderita biasanya batuk berat, yang dapat disertai batuk darah dan badan menjadi kurus. 7.
Pneumonia.
Infeksi bakteri Diplococcus pneumoniae menyebabkan penyakit pneumonia (radang paru-paru atau radang dinding alveolus). 8.
Radang.
Penyakit radang pada bronkus disebut bronchitis. Radang pada hidung disebut rintis. Radang disebelah atas rongga hidung disebut sinusitis. Radang pada laring disebut laryngitis, dan pada pleura disebut pleuritis. Adanya penyumbatan di rongga faring dan laring karena difteri, laryngitis, atau tetanus (kejang otot) sering ditanggulangi dengan melakukan trakeostomi (melubangi trakea). 9.
Tonsilitas.
Tonsilitas adalah peradangan pada tonsil (amandel), tonsil adalah kelompok jaringan limfoid yang terdapat di rongga mulut. Jika terjadi infeksi melalui mulut atau saluran pernafasan, tonsil
akan membengkak (radang). Pembengkakan tonsil
dapat
menyebabkan penyempitan saluran pernapasan. 10.
Bronkitis. Terjadi karena peradangan bronkus.
11.
Influenza. Disebabkan oleh virus yang menimbulkan radang pada selaput
mukosa di saluran pernapasan.
2.8 Contoh Farmakoterasi Penyakit Sistem Pernapasan : Sinusitis ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas. Sinusitis dibedakan menjadi sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan selama 30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala yang menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya keluaran dari hidung, batuk di siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari yang bertahan selama 10-14 hari, yang dimaksud dengan gejala yang berat adalah di samping adanya sekret yang purulen juga disertai demam (bisa sampai 39ºC) selama 3-4 hari. Sinusitis berikutnya adalah sinusitis subakut dengan gejala yang menetap selama 30-90 hari. Sinusitis berulang adalah sinusitis yang terjadi minimal sebanyak 3 episode dalam kurun waktu 6 bulan atau 4 episode dalam 12 bulan2 . Sinusitis kronik didiagnosis bila gejala sinusitis terus berlanjut hingga lebih dari 6 minggu.55 Sinusitis
bakteri dapat pula terjadi sepanjang tahun oleh karena sebab selain virus, yaitu adanya obstruksi oleh polip, alergi, berenang, benda asing, tumor dan infeksi gigi. Sebab lain adalah immunodefisiensi, abnormalitas sel darah putih dan bibir sumbing. TANDA, DIAGNOSIS & PENYEBAB
Tanda lokal sinusitis adalah hidung tersumbat, sekret hidung yang kental berwarna hijau kekuningan atau jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah di area pipi, di antara kedua mata dan di dahi. Tanda umum terdiri dari batuk, demam tinggi, sakit kepala/migraine, serta menurunnya nafsu makan, malaise.47 Penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan klinis THT, aspirasi sinus yang dilanjutkan dengan kultur dan dijumpai lebih dari 104 /ml koloni bakteri, pemeriksaan x-ray dan CT scan (untuk kasus kompleks). Sinusitis viral dibedakan dari sinusitis bakteri bila gejala menetap lebih dari 10 hari atau gejala memburuk setelah 5-7 hari. Selain itu sinusitis virus menghasilkan demam menyerupai sinusitis bakteri namun kualitas dan warna sekret hidung jernih dan cair.24 Sinusitis bakteri akut umumnya berkembang sebagai komplikasi dari infeksi virus saluran napas atas.25 Bakteri yang paling umum menjadi penyebab sinusitis akut adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis. Patogen yang menginfeksi pada sinusitis kronik sama seperti pada sinusitis akut dengan ditambah adanya keterlibatan bakteri anaerob dan S. aureus. PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO
Penularan sinusitis adalah melalui kontak langsung dengan penderita melalui udara. Oleh karena itu untuk mencegah penyebaran sinusitis, dianjurkan untuk memakai masker (penutup hidung), cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita. Faktor predisposisi sinusitis adalah sebagai berikut : • ISPA yang disebabkan oleh virus • Rhinitis oleh karena alergi maupun non-alergi • Obstruksi nasal • Pemakaian “nasogastric tube” KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul akibat sinusitis yang tidak tertangani dengan baik adalah : • Meningitis • Septikemia Sedangkan pada sinusitis kronik dapat terjadi kerusakan mukosa sinus, sehingga memerlukan tindakan operatif untuk menumbuhkan kembali mukosa yang sehat. RESISTENSI
Resistensi yang terjadi pada sinusitis umumnya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae yang menghasilkan enzim beta-laktamase, sehingga resisten terhadap penicillin, amoksisilin, maupun kotrimoksazol. Hal ini diatasi dengan memilih preparat amoksisilinklavulanat atau fluoroquinolon.
TERAPI
TERAPI POKOK : Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14
hari, kecuali bila menggunakan azitromisin. Secara rinci antibiotika yang dapat dipilih tertera pada tabel 3.1. Untuk gejala yang menetap setelah 10-14 hari maka antibiotika dapat diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi. TERAPI PENDUKUNG: Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan
dekongestan. Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh alergi 47, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan sekret. Pemakaian dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran sekret, namun perlu diwaspadai bahwa pemakaian lebih dari lima hari dapat menyebabkan penyumbatan berulang. OUTCOME Membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi
kuman.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pernapasan adalah pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. sistem pernapasan terdiri atas pernapasan Eksternal (luar) dan internal (dalam). Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan dinapaskan ke luar udara. Struktur organ atau bagian-bagian alat pernapasan pada manusia terdiri atas Rongga hidung, Faring (Rongga tekak), Laring (kotak suara), Trakea (Batang tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, E. C. (2007). Anantomy dan Fisiology untuk paramedis. Jakarta: EGC. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC. Dr. Tambayong, Jan. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Kedokteran EGC
MAKALAH FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN (SISTEM PENCERNAAN) Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah farmakolog i sistem organ
Disusun Oleh : Kelompok 2
Gema Nurahman
(31116166)
Gilang Armanthio T
(31116167)
Gina Nurfaridah
(31116168)
Hanuf Hais Nurhasanah
(31116169)
Hilman Fitriaji S.P
(31116170)
Ilham Nanda Raudoh
(31116171)
Kintan Sri Komala Dewi
(31116163)
Lia meliana
(31116174)
Mediana
(31116175)
Mohamad Zaki Jauhari Muhammad Azis Abdilah
(31116176) (31116177)
Neneng Nur Asyifa
(31116178)
Nita Agustiani
(31116179)
Nuriawati
(31116180)
Osa Ladifa
(31116181)
Ratna Anggraeni
(31116182)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat beserta lindungan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, secara khusus makalah ini membahas tentang “Sistem Pencernaan” Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas perkuliahan, serta membantu proses pembelajaran kami di STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya. Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak menghadapi hambatan, namun berkat do’a, pengarahan, bantuan, kerja keras dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makal ah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Tasikmalaya, 26 April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1 1.3 Tujuan ......................................................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian ................................................................................................... 2 2.2 Penggolongan Obat-obat Sistem Pencernaan ............................................5 2.3 Anatomi Fisiologi Sistem Organ Pencernaan ............................................10 2.4 Mekanisme Kerja Sistem Pencernaan ........................................................ 20 2.5 Obat - obat Gangguan Sistem Pencernaan ................................................ 25 2.6 Contoh obat dari masing-masing golongan obat sistem pencernaan.......... 30 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.................................................................................................39 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Setiap mahluk hidup pasti membutuhkan makanan dan memili ki system pencernaan sesuai denga kebutuhan hidupnya. Makanan di butuhkan mahluk hidup untuk tetap bertahan hidup dan untuk melanjutkan keturunan. Makanan setiap jenis mahluk hidup berbeda-beda, dari bahan organic maupun non organic, seperti planton ataupun unsure hara. Oleh karena itu mahluk hidup ada yang dapat membut makanannya sendiri (autrotof) seperti tumbuhan hijau dan euglena, dan ada yang tidak bisa membuat makanannya sendiri(heterotof) seperti manusia dan hewan. Sebagian besar hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, sehingga ada yang di sebut dengan hewan pemakan tumbuhan(herbivora), hewan pemakan daging(karnivora), dan hewan pemakan daging dan tumbuhan(omnivora). Berdasarkan hal ter sebut system pencernaan makanan pada hewan pun berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dan tempat hidupnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem pencernaan? 2. Bagaimana proses mekanisme kerja dari sistem pencernaan? 3. Apa saja golongan obat sistem pencernaan dan bagaimana mekanisme kerja, efek samping, serta interaksi yang terjadi dari golongan obat-obat tersebut? 4. Apa saja contoh obat dari masing-masing golongan tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari sistem pencernaan. 2. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari sistem pencernaan. 3. Untuk mengetahui golongan obat apa saja yang digunakan untuk sistem pencernaan serta bagaimana mekanisme, efek samping dan interaksinya. 4. Untuk mengetahui contoh-contoh obat dari masing-masing golongan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Pengertian
Sistem pencernaan berurutan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk diproses oleh tubuh. Makanan dalam arti “Biologis” adalah tiap zat atau bahan yang dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk membangun atau memperoleh tenaga (Energi) bagi sel. Untuk dapat digunakan dalam metabolism, maka makanan itu harus ke dalam sel (Irianto,kus.2005). Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah dicerna secara berkesinambungan untuk didistribusikan kedalam sel melalui sirkulasi dengan unsure – unsure air, elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat ini diserap oleh tubuh, makanan harus bergerak sepanjang saluran pencernaan( Syafuddin. 2009 ). Sistem pencernaan makanan dimulai didalam mulut dimana makanan dihaluskan sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu enzim amilas e yaitu ptialin, yang berfungsi menguraikan karbohidrat. Setelah itu ditelan dan adukan dilanjutkan dengan gerakan peristaltik ke lambung dengan bantuan getah lambung yang terdiri dari asam lambung dan pepsin, yaitu suatu enzim proteolitik yang disekresi oleh selaput lendir lambung. Pencernaan dilanjutkan didalam usus yang dibantu oleh enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh pancreas dan mukosa usus. Setelah terbentuk zat-zat gizi yang sangat halus dan mudah diserap oleh tubuh maka sisa makanan masuk ke usus besar dan diolah oleh flora normal usus hingga siap untuk dibuang. Di seluruh lambung usus inilah dapat timbul pelbagai gangguan penyakit baik yang disebabkan oleh terganggunya produksi enzim pencernaan maupun yang disebabkan oleh infeksiinfeksi usus oleh kuman dan cacing. Proses pencernaan dibagi menjad dua yaitu : 1. Pencernaan mekanis
Pencernaan mekanis yaitu proses pengubahan molekul kompleks menjadi molekular mekanis, misalnya penghancuran makanan dengan gigi atau oleh otot lambung. 2. Pencernaan kimiawi Pencernaan kimiawi adalah proses pengubahan senyawa organic yang ada dalam bahan makanan dari bentuk yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim (Anonim, 2011). Saluran pencernaan pada manusia dimulai dari rongga mulut dan diakhiri oleh anus ( lubang pelepasan ). Adapun alat – alat dari system pencernaan yaitu terdiri dari : 1. Rongga Mulut Rongga mulut dibagian depan dibatasi oleh bibir, dibagian belakang oleh dinding faring posterior, dibagian lateral selaput lender bukalis dan tonsil, dibagian atas palatum durum dan palatum molle dan dibagian bawah oleh dasar mulut. Didalam rongga mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar pencernaan yaitu berupa kelenjar ludah. Gigi dan lidah berguna untuk memecahkan makanan secara mekanik. Kelenjar ludah menghasilkan enzim ptyalin yang mencerna hidrat arang. Rongga mulut ( mouth cavity ) mempunyai panjang 15 – 20 cm dengan diameter 10 cm. Didalam mulut sudah mulai terjadi proses penyerapan dengan mekanisme difusi pasif ( transport pasif ) dan transport konvelisif ( pori ). Dalam mulut terdapat enzim ptyalin, maltase, dan musin. Sekresi air ludah 500 – 1500 ml per hari dengan pH 6,4 2. Faring Daerah faring merupakan persimpangan dari rongga mulut ke kerongkongan dan dari rongga hidung ke tenggorok. Pada saat menelan makanan, maka lubang ke saluran napas ditutup oleh anak tekak sehingga makanan akan terdorong ke kerongkongan. 3. Esofagus Esofagus merupakan organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter 2 cm. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebrata, setinggi C6 menembus diafragma sampai torakal 11.Saluran pencernaan sesudah mulut adalah kerongkongan ( esophagus ). Esofagus adalah saluran yang terdapat dibelakang rongga mulut yang menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Dinding kerongkongan dibentuk oleh otot – otot melingkar yang bergerak tanpa kita sadari. Gerakannya disebut gerak peristaltic, yaitu gerakan otot lingkar yang mengkerut – kerut seperti meremas – remas sehinga makanan dapat masuk kedalam lambung. Esofagus mempunyai Ph cairannya 5 – 6, tidak terdapat enzim maupun absorbs. Getah lambung dihasilkan oleh kelenjar yang terdapat pada dinding lambung, dimana
dinding lambung menghasilkan asam lambung berupa asam klorida, pepsinogen, rennin lipase lambung, dan mucin.
4. Lambung ( Ventrikulus ) Lambung atau perut besar merupakan organ yang terletak didalam rogga perut yaitu terletak disebelah kiri atas, dibawah sekat rongga dada ( Diafragma ). Lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen dan di bagian depan pancreas dan limpa yang dibentuk oleh otot polos yang tersusun secar a memanjang. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic, terutama didareah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan postur tubuh. Lambung disebut juga gaster yang panjangnya 20 cm dengan diame ter 15 cm dan pHnya 1 – 3,5. Cairan lambung yang disekresi sekitar 2000 – 3000 ml/hari. Kapasitas lambung kira – kira 1,2 liter dan bila kosong 100 liter. 5. Usus halus ( Intestinum minor ) Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya sekitar 6 meter dan merupakan saluran pencernaan yang paling panjang. Usus halus merupakan kelanjutan dari saluran pencernaan setelah lambung. Bentuk dan susunannya berupa pipa kecil yang berkelok – kelok didalam rongga perut diantara usus besar dan dibawah lambung. Makanan dapat masuk karena adanya gerakan yang memberikan permukaan yang lebih luas. Banyaknya jonjot – jonjot pada tempat absorbsi memperluas permukaannya. Usus halus terdiri dari usus dua belas jari ( duodenum ) panjangnya sekitar 25 cm dengan diameter 5 cm dan pHnya 6,5 – 7,6, usus kosong ( jejunum ) panjangnya 300 cm diameter 5 cm dengan pH 6,3 – 7,3, usus penyerapan ( ileum ) panjangnya 300 cm diameter 2,5 – 5 cm dengan pH 6,3 – 7,3. Usus halus sebagai sistem pencernaan secara enzimatis menghasilkan enzim – enzim yang diantaranya erepsin, maltase, sukrosa, dan laktase. 6. Usus besar ( Intestinum mayor ) Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang 1,5 – 1,7 meter dan penampang 5 – 6 cm. Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik dan mengelilingi usus halus dari valvula ileoskalis sampai keanus. Usus besar terdiri dari 3 bagian yaitu cecum, colon, dan rektum. Lapisan – lapisan usus besar terbagi atas beberapa kolon yaitu asendens, transversum, desendens, dan sigmoid. 7. Regtum
Regtum terletak dibawah kolon signoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pullvis didepan os sakrum dan os koksigis. Regtum panjangnya 15 – 19 cm, diameter 2,5 cm dengan pH 7,5 – 8,0 8. Anus Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan regtum dengan bagian luar atau sebagai tempa keluarnya feses (Anonim,2013). Sistem pencernaan pada menusia ini sering terjadi gangguan dan penyakit, sehingga kalau tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kematian. Gangguan dan penyakit pada sistem pencernaan tidak mengenal usia dan kelamin. Mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa dan orang tua, laki-laki atau perempuan. Gangguan pencernaan (dispepsia atau sakit perut) merupakan suatu hal yang menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan di perut bagian atas. Gangguan pencernaan bukanlah penyakit, melainkan kumpulan gejala, termasuk kembung, bersendawa dan mual.mestipun gangguan umum dirasakan oleh orang,namun di setiap orag mengalai gangguan pencernaan yang berbeda-beda. (Darwis 2012 : 1)
2.2 Penggolongan Obat-obat Sistem Pencernaan
1. ANTASIDA Antasida (anti = lawan, acidus = asam) adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam lambung yang menyebabkan timbulnya penyakit tukak lambung atau sakit maag, dengan gejala nyeri hebat yang berkala. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Indikasi Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis, mengatasigejala dyspepsia (ulkus dan don ulkus), gastro-esophageal refluxdisease, hiperfosfatemia. Efek samping Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam dosis besar dapat menyebabkan penyumbatan usus, hipofosfatemia,hipercalciuria, peningkatan resiko osteomalasia, demensia, anemiamikrositik pada penderita gagal ginjal.
Mekanisme Kerja Aluminium hidroksida bekerja dengan cara menetralisir asam lam bung yang ada. Dengan demikian, obat ini melindungi dinding lambung dari peradangan a kibat asam yang berlebihan. Interaksi Obat Penyerapan aluminium hidroksida oleh tubuh akan meningkat jika dikonsumsi bersama dengan vitamin C dan asam sitrat. Aluminium hidroksida dapat mengganggu
penyerapan penicillin, tetracycline, indometacin, phenylbutazone, quinidine, digoxin, suplemen zat besi, naproxen, sejumlah vitamin, dan sulfonamide. Oleh karena itu, pasien sebaiknya menunggu 2 jam sebelum atau sesudah menggunakan antasida ini jika ingin mengonsumsi obat lain. Magnesium Hidroksida Indikasi Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis Efek Samping Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresinafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada kelainanginjal yang berat). Mekanisme Kerja Magnesium Hidroksida adalah antasida yang digunakan bersama-sama dengan Aluminium Hidroksida untuk menetralisir asam lambung. Hal ini mengingat dari karakteristik Magnesium Hidroksida itu sendiri yang larut dalam asam encer. Di dalam tubuh manusia, kelenjar lambung setiap harinya memproduksi cairan lambung yang bersifat asam. Cairan ini mengandung HCl dengan konsentrasi sekitar 0,03 M, hal ini menyebabkan lambung bersifat asam dengan pH sekitar 1,5. Produksi asam lambung yang berlebihan akan menyebabkan penyakit tukak lambung atau maag. Reaksi Magnesium Hidroksida di dalam lambung berlangsung sebagai berikut: Mg(OH)2 + 2 HCl → MgCl2 + 2 H2O Magnesium Hidroksida bereaksi dengan asam lambung menghasilkan magnesium klorida dan air. Selain menetralkan asam lambung, antasida juga meningkatkan pertahanan mukosa lambung denagn memicu produksi prostaglandin pada mukosa lambung, tetapi ketika jumlahnya berlebih akan menjadi obat pencahar yang menyebabkan diare. Interaksi Obat Antikoagulan (misalnya warfarin) karena Magnesium Hidroksida meningkatkan risiko efek samping antikoagulan. Antijamur azole (misalnya ketoconazole), bisphosphonate (misalnya alendronate), resin pengganti kasion (misanya sodium polystyrene sulfonate), cephalosporin (misalnya cephalexin), mycophenolate, penicillamine, antibiotik quinolone (misalnya ciprofloxacin), atau tetracycline (misalnya doxycycline) karena Magnesium Hidroksida dapat mengurangi efektivitas obat. Magnesium Trisilikat Indikasi Ulkus peptikum, gastritis, hiperasiditas gastrointestinal Efek Samping Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresinafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada kelainanginjal yang berat). Mekanisme Kerja Netralisasi asam lambung Interaksi Obat
Magnesium Trisilicate / Sorbitol dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini: Abacavir, Aspirin, Dolutegravir, Lamivudine, Paricalcitol, Raltegravir, Sodium polystyrene sulfonate Kalsium Karbonat Indikasi Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI, Menghilangkan gangguan lambung yang disebabkan oleh hiperasiditas, tukak lambung, ulkus duodenum, gastritis Efek Samping Dapat terjadi konstipasi, kembung (flatulen) karena pelepasan karbondioksida (CO2), dosis tinggi atau pemakaian jangka waktu panjang menyebabkan hipersekresi asam lambung dan acid rebound, muntahdan nyeri abdomen (perut), hiperkalsemia (pada gangguan ginjal atau setelah pemberian dosis tinggi), alkalosis Mekanisme Kerja Kalsium karbonat merupakan garam organik dasar yang dapat menetralisir asam hidroklorida dalam sekresi lambung. Senyawa ini membentuk kalsium klorida, karbondioksida dan air setelah menetralisir hidroklorida. Sekitar 90 % kalsium klorida akan dirubah dalam bentuk garam kalsium yang tidak larut yaitu kalsium karbonat dan sedikit kalsium fosfat serta sabun kalsium pada usus halus. Kalsium klorida bekerja sebagai antasid dengan cara menyeimbangkan asam basa di lambung, menghambat kerja pepsin dengan meningkatkan pH sert a meningkatkan sekresi bikarbonat dan prostaglandin. Dalam bentuk suplemen, kalsium karbonat bekerja secara langsung meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh. Interaksi Obat Kalsium karbonat dapat menghambat penyerapan beberapa jenis obat seperti antibiotik tetrasiklin (doksisiklin, minosiklin), antibotik jenis kuinolon (ciprofloxacin, levofloxacin), obat jenis kortikosteroid, atenolol, besi, alendonate, natrium flouride, zinc dan obat tipe kalsium channel blocker. Oleh karena itu penggunaan bersamaan dengan beberapa jenis obat ini sebaiknya dihindari. Konsumsi bersamaan dengan diuretik jenis thiazide dan vitamin D dapat meningkatkan risiko sindrom milk-alkali dan hiperkalsemia. Dapat meningkatkan efek negatif pada jantung jika dikonsumsi bersamaan dengan digitalis glycosides dan dapat memperbesar risiko keracunan digitalis. Bismuth Subnitrat Indikasi Astringen saluran pencernaan serta untuk mengatasi i nfeksi pada saluran cerna.obat penenang,zat dan menyebabkan pergantian. digunakan di dispepsia lemah, iritasi lambung (bentuk lebih ringan), pyrosis, gas-trodynia, ulkus lambung,diare dari kelemahan, dll, laringitis kronis, epilepsi, kurap(dalam bentuk salep) untuk lemak penyakit kulit kronis,klorosis, bila besi tidak ditoleransi, dll. Efek Samping
Gelap dari tinja, muntah, buang air kecil menurun, mulut kering, detak jantung cepat, pusing Mekanisme Kerja Dapat membentuk lapisan pelindung yang menutupi tukak, lagipula ber khasiat bakteriostatik terhadap Helicobacter pylori.
Interaksi Obat Bismuth Subnitrate dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini: Acetazolamide, Corticosteroids, Methotrexate, Valproic acid.
Natrium Bikarbonat Indikasi Menetralkan asam darah (pada keadaan asidosis) dan urine yang terlalu asam. Pada orang-orang yang berisiko, urine yang terlalu asam dapat memicu timbulnya batu ginjal. Selain itu, natrium bikarbonat juga dapat berperan sebagai antasida, yaitu obat yang menetralkan asam lambung. Efek Samping Mual, perut kembung, kram perut darah menjadi basa (alkalosis), sehingga menimbulkan keluhan kedutan pada otot, kaku, dan cepat mar ah, peningkatan kadar natrium. Karena zat yang bersifat basa, natrium bikarbonat suntikan dapat mengakibatkan trauma pada pembuluh darah dan sel, sehingga mengakibatkan selulitis, luka, dan kematian jaringan. Mekanisme Kerja Natrium bikarbonat bekerja pada tubuh sebagai alkalizer sistemik. Dengan meningkatkan plasma bikarbonat pada darah, senyawa ini menyangga konsentrasi ion hidrogen berlebih sehingga meningkatkan pH darah. Selain itu, senyawa ini juga bertindak sebagai alkalizer pada urin dengan meningkatkan ekskeresi ion bikarbonat bebas dalam urin sehingga secara efektif meningkatkan pH urin. Pada kondisi urin yang basa, penghancuran batu asam urat dapat dilakukan. Senyawa ini juga bersifat antasida yang mampu menetralkan atau menyangga kondisi lambung yang asam sehingga meningkatkan pH lambung sehingga memberikan kelegaan pada gejala penyakit yang disebabkan oleh meningkatnya asam lambung. Interaksi Obat Jika dikonsumsi secara bersamaan, beberapa obat dapat mempengaruhi kinerja natrium bikarbonat dalam tubuh pasien. Beberapa obat tersebut adalah: Memantine, Acetazolamide, Aspirin, Kortikosteroid. Natrium bikarbonat dapat menurunkan efektivitas beberapa obat berikut ini: Sukralfat, Pazopanib, Suplemen zat besi, Anti-jamur golongan Azole seperti ketoconazole dan fluconazole, Ampicilin.
Antagonis Reseptor H2 (H2 Bloker) Indikasi Semua antagonis reseptor-H2 mengatasi tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat penghambatan reseptor histamin-H2. Obat ini dapat juga digunakan untuk mengatasi gejala refluks gastroesofagus (GERD). Meskipun antagonis reseptor-H2 dosis tinggi dapat digunakan untuk mengatasi sindroma Zollinger-Ellison, namun penggunaan penghambat pompa proton lebih dipilih. Efek Samping Efek samping antagonis reseptor-H2 adalah diare dan gangguan saluran cerna lainnya, pengaruh terhadap pemeriksaan fungsi hati (jarang, kerusakan hati), sakit kepala, pusing, ruam dan rasa letih. Efek s amping yang jarang adalah pankreatitis akut, bradikardi, AV block, rasa bingung, depresi dan halusinasi, terutama pada orang tua atau orang yang sakit parah, reaksi hipersensitifitas (termasuk demam, artralgia, mialgia, anafilaksis), gangguan darah (termasuk agranulositosis, leukopenia, pansitopenia, trombositopenia) dan reaksi kulit (termasuk eritema ultiform, dan nekrolisis epidermal yang toksik). Dilaporkan juga kasus ginekomastia dan impotensi, namun jarang terjadi. Mekanisme Kerja Antagonis reseptor H2 menghambat secara sempurna sekresi asam lambung yang sekresinya diinduksi oleh histamin maupun gastrin, tetapi menghambat secara parsial sekresi asam lambung yang sekresinya diinduksi oleh asetilkolin. Hal tersebut dapat terjadi dengan meli hat kembali mekanisme sintesis asam lambung di sel parietal. Antagonis reseptor H2 juga menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi oleh makanan, insulin, kafein, pentagastrin, dan nokturnal. Antagonis res eptor H2 mengurangi volume cairan lambung dan konsentrasi H+. Seluruh senyawa yang termasuk antagonis reseptor H2 efektif menyembuhkan tukak lambung maupun tukak duodenum. Secara umum kekambuhan setelah terapi umumnya berhenti (60100%). Interaksi Obat Simetidin menghambat metabolisme obat secara oksidatif di hati dengan cara mengikat sitokrom P450 di mikrosom. Penggunaannya sebaiknya dihindari pada pasien yang sedang mendapat terapi warfarin, fenitoin dan teofilin (atau aminofilin), sedangkan interaksi lain, mungkin kurang bermakna secara klinis. Famotidin, nizatidin, dan ranitidin tidak memiliki sifat menghambat metabolisme obat seperti halnya simetidin. Penghambat Pompa Proton a. Indikasi Golongan obat maag yang digunakan untuk menurunkan asam lambung, menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat sistem enzim adenosin trifosfatase hidrogen-kalium (pompa proton) dari sel parietal lambung. Penghambat pompa proton efektif untuk pengobatan jangka pendek
tukak lambung dan duodenum. Selain itu, juga digunakan secara kombinasi dengan antibiotika untuk eradikasi H. pylori. b. Efek Samping Bisa dikatakan PPI adalah obat maag yang sangat ditoleransi dengan baik dan aman, namun seaman-amannya obat, pastilah ada efek yang tidak diinginkan. Bagaimana pun, asam lambung memiliki manfaat bagi tubuh, sehingga jika produksinya ditekan, ini bisa memudahkan bakteri untuk berkembang di antaranya Clostridium difficile yang menyebabkan diare. Beberapa patogen pun bisa berkoloni di saluran atas pencernaan dan memicu pneumonia. Pemakaian jangka panjang PPI juga bisa mengganggu penyerapan beberapa nutrisi seperti magnesium, kalsium, vitamin B12, dan zat besi. Seiring pemakaiannya yang sering dan cenderung berlebihan, sekelompok ahli baru baru ini mengeluarkan aturan baru tentang pembatasan penggunaan PPI. c. Mekanisme Kerja Obat maag jenis PPI bekerja dengan cara menghambat pompa asam sehingga asam lambung tidak bisa dikeluarkan ke lumen lambung, dan mengurangi produksi asam lambung secara signifikan. Obat maag ini berfungsi meredakan gejala refluks asam atau GERD (gastroesophageal reflux disease), mengobati tukak lambung dan usus (peptic ulcer disease, luka pada mukosa lambung dan usus), dan mengobati kerusakan esofagus bagian bawah yang disebabkan oleh refluks asam. d. Interaksi Obat PPI menghambat aktivitas beberapa enzim sitokrom P450 di hati dan karenanya dapat menurunkan klirens benzodiazepin, warfarin, fenitoin dan banyak obat lainnya. Dilaporkan bahwa terjadi toksisitas ketika disulfiram diberikan bersamaan dengan PPI. Golongan Obat Digestiva Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan. Disebut juga obat-obat pencernaan. Proses pencernaan makanan dipengaruhi oleh HCl (asam lambung), enzim pencernaan dan empedu. Adapun secara garis besar sediaan digestan yang bermanfaat adalah sebagai berikut: Obat Yang Bekerja Pada Kandung Empedu Empedu terdiri dari asam empedu (asam kolat) dan asam kenodeoksikolat serta kolesterol dan fosfolipid. Zat empedu yang penting untuk manusia ialah garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Guna empedu yang berhubungan dengan pencernaan dan absorbsi lemak yaitu : Membantu proses emulsifikasi dan absorpsi lemak Mempertinggi daya kerja lipase Membantu peroses absrobsi vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, K) Guna preparat empedu peroral adalah : Membantu pencernaan dan penyerapan dalam usus (lemak) Merangsang pengeluaran empedu dari hati (cholereatic)
Melarutkan & mengeluarkan batu empedu (cholagoga) Mengobati dan melindungi hati terhadap penyakit kuning dan hati yang mengeras. Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu dan disebut zat koleretik, garam empedu kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat suatu kolat semisintetik terutama aktif untuk merangsang empedu dengan BM (Berat molekul) rendah karena itu dinamakan zaat hidrokoleretik. Zat ini hanya merangsang pengeluaran empedu dan bukan prosuksi empedu. Berbeda dengan asam kolat, asam kenodeoksikolat menurunkan kadar kolesterol dalam empedu. Obat ini berguna untuk mengatasi batu kolesterol kandung empedu pada pasien tertentu. Asam kenodeoksikolat bekerja dengan menurunkan absorpsi kolesterol dari usus dan menurunkan sintesis kolesterol. Bila kadar asam kenodeoksikolat mencapai 70 % empedu total, maka larutan empedu yang tadinya jenuh kolesterol menjadi tidak jenuh. Garam empedu menurunkan resistensi mukosa saluran cerna terhadap asam lambung. Kenyataan ini diduga mempunyai implikasi terhadap terjadinya gastritis, tukak peptik dan refluks esofagus. Efek samping yang umum terjadi diantaranya: Diare, sering membaik secara spontan. Feses lembek. Nyeri abdomen parah pada bagian kanan atas. Pengerasan jaringan hati. Gangguan fungsi hati yang parah. Pengerasan batu empedu karena penumpukan kalsium. Ruam (urticarial). Kontraindikasi: batu radio-opak, kehamilan, kontrasepsi bukan hormonal harus digunakan oleh perempuan usia produktif), kandung empedu tidak berfungsi, penyakit hati kronik, penyakit radang dan kondisi lain dari usus halus dan kolon yang mengganggu entero-hepatik garam-garam empedu. Enzym Pencernaan. Yang sering digunakan adalah : Asam hidroklorida (HCl) Asam klorida (HCl) adalah suatu cairan yang dikeluarkan oleh dinding lambung yang memiliki fungsi utama: Mengubah pepsinogen yang dihasilkan selaput lambung menjadi pepsin Membuat suasana lambung jadi asam sehingga mempermudah penguraian protein menjadi peptida Membantu proses absorpsi garam kalsium dan besi Membantu merangsang pengeluaran getah lambung, pankreas dan hati. Pada keadaan kekurangan asam lambung disebabkan aklorhidri, sehin gga sebagai pengganti perlu diberikan HCl dari luar. Pemakaian HCl tersebut harus dalam keadaan cukup encer agar tidak menghancurkan selaput lendir lambung. Enzym Lambung (pepsin) Pepsin merupakan enzym yang disekresi mukosa lambung berfungsi menguraikan protein menjadi peptida, enzym ini disebut juga protease. Pepsin adalah enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas. Pada defisiensi pepsin, tidak ditemukan gejala yang serius. Defisiensi pepsin total ditemukan pada pasien aklorhidria. Kegagalan lambung untuk mensekresi pepsin dan asam dengan rangsangan yang adekuat disebut akilia gastrika, sering terjadi pada pasien anemia pernisiosa dan karsinoma lambung. Enzym Pankreas (pancreatin)
Enzim pankreas dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin dan pankrelipase. Kedua zat tersebut mengandung amilase, tripsin (protease) dan lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipasenya relatif lebih tinggi daripada pankreatin. Pankrelipase diindikasikan pada keadaan defesiensi sekret pankreas misalnya pada pankreatitis dan mukovisidosis. Ennzim ini dirusak asam lambung sehingga harus dibuat dalam bentuk tablet enteral. Enzim pankreas sedikit sekali menyebabkan efek samping. Dosis tinggi dapat menyebabkan mual dan diare dan juga hiperurisemia. Penggantian enzym pankreas (pankreatin suplemen) diperlukan bila sekresi pankreas terganggu (dapat karena pembedahan pankreas, tersumbatnya pankreas atau karena kancer pankreas). Enzym ini terdiri dari : Amylase (pencernaan K- hidrat) Trypsin-chemotrypsin (pencerna protein) Lipase (pencerna lemak dengan bantuan empedu) Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan: Orang yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap kandungan obat ini. Penderita pankreatitis akut atau pankreatitis akut dalam masa eksaserbasi. Efek samping yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu: Mual, muntah dan tidak nyaman di perut. Iritasi pada area bukal dan perianal t erutama pemberian dosis tinggi pada anak-anak.
Penggolongan.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Anti H iperaciditas Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium ini bekerja secara kimiawi dengan mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Magnesium atau aluminium tidak larut dalam air dan dapat bekerja lama di dalam lambung sehingga tujuan pemberian antasida sebagian besar dapat te rcapai. Sediaan yang mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (bersifat pencahar ) sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi (sembelit) maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalsit . (aluminium hidroksida, magnesium karbonat, magnesium trisilikat, kompleks aluminium magnesium hidrotalsit). Obat dengan kandungan natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air, dan bekerja cepat. Tetapi bikarbonat yang terabsorbsi dapat menyebabkan alkalosis bila digunakan dalam dosis berlebih, terlepasnya CO2 dapat menyebabkan sendawa.
Obat dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan pelindung pada luka di lambung tetapi sebaiknya dihindari karena bersifat neurotoksik sehingga dapat menyebabkan encefalopatia (kerusakan otak dengan gejala kejangkejang dan kekacauan) juga cenderung menyebabkan konstipasi. Kalsium dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebih, kelebihan menyebabkan hiper kalsemia.
2) Peri ntang reseptor H2 (antagonis reseptor H2) Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2. Contoh perintang reseptor H2 adalah ratinidin dan simetidin sekarang dikenal senyawa baru famotidin dan nizatidin. Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, membuat penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak mengalami kembung. Antasida sering dikombinasikan dengan: a) Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan melawan kejang- kejang (contohnya ekstrak belladonae). b) Obat penenang / sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu sekresi asam lambung (contohnya klordiazepoksida) c) Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung – usus dan mengurangi kejang-kejang (contohnya papaverin) d) Dimetikon (dimetilpolisiloksan) berfungsi memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah diserap dengan demikian dapat dicegah masuk angin, kembung, dan sering buang angin (flatulensi). 2. DIGESTIVA Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan. Disebut juga obat-obat pencernaan. Penggolongan
1) Obat yang bekerja pada kandung empedu Empedu terdiri dari asam empedu (asam kolat) dan asam kenodeoksikolat serta kolesterol dan fosfolipid. Guna empedu yang berhubungan dengan pencernaan dan absorbsi lemak yaitu :
membantu proses emulsifikasi dan absorpsi lemak
mempertinggi daya kerja lipase
membantu peroses absrobsi vitamin yang larut dalam lemak(A, D, E, K)
Guna preparat empedu peroral adalah :
membantu pencernaan dan penyerapan dalam usus (lemak)
merangsang pengeluaran empedu dari hati (cholereatic)
melarutkan & mengeluarkan batu empedu (cholagoga)
mengobati dan melindungi hati terhadap penyakit kuning dan hati yang mengeras.
2) Enzym pencernaan. Yang sering digunakan adalah :
Asam hidroklorida (HCl) Enzym lambung (pepsin) Enzym pankreas (pancreatin)
Penggantian enzym pankreas (pankreatin suplemen) diperlukan bila sekresi pankreas terganggu (dapat karena pembedahan pankreas, tersumbatnya pankreas atau karena kancer pankreas). Enzym ini terdiri dari : 1. Amylase (pencernaan K- hidrat) 2. Trypsin-chemotrypsin (pencerna protein) 3. Lipase (pencerna lemak dengan bantuan empedu) Asam klorida (HCl) adalah suatu cairan yang dikeluarkan oleh dinding lambung yang memiliki fungsi utama:
mengubah pepsinogen yang dihasilkan selaput lambung menjadi pepsin
membuat suasana lambung jadi asam sehingga mempermudah penguraian protein menjadi peptida
membantu proses absorpsi garam kalsium dan besi
membantu merangsang pengeluaran getah lambung, pankreas dan hati.
Pada keadaan kekurangan asam lambung disebabkan aklorhidri, s ehingga sebagai pengganti perlu diberikan HCl dari luar. Pemakaian HCl tersebut harus dalam keadaan cukup encer agar tidak menghancurkan selaput lendir lambung. Pepsin adalah enzym yang disekresi mukosa lambung berfungsi menguraikan protein menjadi peptida, enzym ini disebut juga protease. 3. ANTI DIARE
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan kadang-kadang disertai mulai (kejang-kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau lendir. Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri colie
infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
infeksi oleh virus misalnya influenza perut dan “traveller s diarre”
akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
keracunan makanan atau minuman
gangguan gizi
pengaruh enzym tertentu
pengaruh saraf (terkejut, takut dan sebagainya)
Diare juga dapat merupakan salah satu gejala penyakit seperti kanker pada usus Penggolongan Obat – obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa : 1. Kemoterapi 2. Obstipansia 3. Spasmolitik Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pas ien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi : haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan turgor), berkurangnya air kemih, berat badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi dilakukan dengan pemberian larutan oralit, yaitu campuran dari :
NaCl 3,5 gram
KCl 1,5 gram
NaHCO3 2,5 gram Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infus secara intra vena antara lain
Larutan NaCl 0,9 % ( normal saline )
Larutan Na. Laktat majemuk ( ringer laktat )
Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare melalui pemeriksaan yang teliti. 1) Kemoterapi Untuk terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika 2) Obstipansia Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara : o
menekan peristaltik usus, misalnya loperamid
o
menciutkan selaput usus atau adstringen, contohnya tannin
o
pemberian adsorben untuk menyerap racun yang dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain misalnya, carboadsorben, kaolin
o
pemberian mucilagountuk melindungi selaput lendir usus yang luka
3) Spasmolitika Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalnya Atropin sulfat
Ada beberapa penyakit infeksi usus lain yang menyebabkan diare, antara lain: Kolera
Penyakit infeksi usus disebabkan bakteri Vibrio cholarae asiatica atau Vibrio cholerae eltor . Gejala-gejala kolera adalah diare seperti air beras, muntah-muntah dan kejang-kejang, anuria (terhentinya pengeluaran air seni). Pengobatannya adalah dengan pemberian oralit atau teh susu untuk menghindari bahaya dehidrasi disusul dengan pemberian antibiotik (tetrasiklin, kloramfenicol) sebagai terapi kausal. Disentri basiler Disebut juga shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang diakibatkan oleh beberapa jenis basil gram negatif genus shigella. Ciri-ciri penyakit : - Kejang dan nyeri perut - Mulas waktu buang air besar - Diare berlendir dan berdarah Obat-obat yang biasa dipakai antara lain : - Golongan sulfonamida (sulfadiazin dan derivatnya serta kotrimoksazol) - Golongan antibiotik (ampisilin, tetrasiklin)
Thypus
Disebabkan oleh salmonella typhosa yang menyerang usus penderita dengan gejala demam tinggi secara berkala, nyeri kepala, lidah menjadi putih dan bila terjadi perforasi usus, terjadi diare berdarah. Pengobatan thypus : - Chloramfenicol : merupakan obat pilihan (drug of choice) . Efek samping mengakibatkan anemia aplastis - Kotrimoksazol merupakan obat pilihan lainnya pada pemakaian lama (lebih dari 14 hari) dapat menimbulkan gangguan darah. - Antibiotik lain seperti ampisilin – amoksisilin dan tetrasiklin, baru digunakan bila terjadi resistensi terhadap chlorampenicol atau kotrimoksazol. Obat Golongan Antispasmodik Antispasmodik tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat alergi terhadap obat-obat spasmodik sebelumnya. Selain itu penggunaan antispasmodik j uga perlu diawasi pada penderita dengan kondisi berikut: Pembesaran prostat, masalah buang air kecil, perdarahan yang aktif, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati. Interaksi obat Interaksi Antispasmodik dengan Antibiotik( golongan Peptida) Golongan Peptida (Polimiksin B,Kolistin), Linkolisin dan Klindamisin. Penderita dengan pengobatan salah satu Antibiotik di atas harus disertai pertimbangan tentang : besarnya dosis,penggunaan garam Ca bila pernafasan spontan tidak segera kembali. Interaksi dengan obat lain Antikolinestirase (neostigmin,piridostigmin,edrofonium). Atropin diberikan bersama untuk mencegah perangsangan reseptor muskarinik. Antikolinesterase bekerja sinergik dengan obat pelumpuh otot secara depolarisasi peristen menghasilkan hambatan neuromuskuler.
Efek samping yang cukup sering ditemukan pada pemakaian obat antispasmodik ialah: Sulit buang air besar (konstipasi); Berkurangnya produksi keringat; Pusing; Mulut dan tenggorokan terasa kering; Kulit kering. Efek samping lainnya yang lebih jarang terjadi tetapi pernah dilaporkan adalah: Perut terasa kembung. Pandangan kabur. Sulit buang air kecil. Sakit kepala. Mual. Muntah.
Perasaan lemas. Sakit tenggorokan. Golongan Obat Antidiare Golongan Antidiare Kemoterapeutika
Pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) Obstipansia untuk terapi simtomatis yang menghentikan diare dengan beberapa cara yaitu: Zat penekan peristaltik usus: Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Adsorbensia : Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Adstrigensia: Akan menciutkan selaput lendir usus Spasmolitik Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang mengakibatkan nyeri perut pada diare. Antimotilitas Mekanisme Loperamid: bekerja secara local pada ujung saraf dinding usus besar dengan menurunkan peristaltik sehingga memperbesar ambilan cairan Opioid: Menstimulasi aktivasi reseptor μ pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi kaliumnya sehingga menghambat pelepasan asetilkolin dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.
Efek Samping Antidiare Seperti kebanyakan obat-obatan, antidiare juga memiliki beberapa efek samping. Efek samping dari obat antidiare secara umum diantaran ya adalah: Muntah Konstipasi Kram abdomen
Pusing Mengnatuk Ileus paralitik dan perut kembung Interaksi Obat Loperamid dan amiodaron dapat meningkatkan kadar loperamid di dalam darah dan menyebabkan komplikasi yang serius. Loperamid dan cintemidine dapat meningkatkan kadar loperamid di dalam darah dan menyebabkan komplikasi yang serius. Lopermaid pemberian bersama Transqulizer atau alkoho, monoamine oxydase harus hati-hati Loperamid dan Ritonavir akan meningkatkan kadar loperamid di dalam darah dan menyebabkan komplikasi yang serius. Golongan Obat Laksatif Golongan Laksatif Berikut golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan, antara lain: Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa). Dapat meningkatkan serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang kontraksi alami usus dan tinja yang berserat lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya diberikan dalam jumlah kecil. Dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai dicapai keteraturan dalam buang air besar. Jika menggunakan bahan-bahan ini harus banyak minum air. Cara kerja: pencahar ini membentuk gel di tinja yang membantu menahan lebih banyak air di tinja. Tinja menjadi lebih besar, yang merangsang gerakan di usus untuk membantu mengeluarkan tinja lebih cepat. Pertimbangan penggunaan: Ketiganya sama efektif dalam meningkatkan volume tinja. Obat ini cukup aman digunakan dalam waktu yang lama tetapi memerlukan asupan cairan yang cukup. Bulk-forming laxative adalah pilihan yang baik untuk orang-orang dengan sembelit kronis. Namun, obat-obat ini membutuhkan waktu lebih lama dari obat pencahar lainnya untuk bekerja. Anda sebaiknya tidak menggunakannya secara terus-menerus selama lebih dari satu minggu tanpa berbicara dengan dokter Anda. Pelunak Tinja Dokusat Meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja. Cara kerja: Obat ini mempunyai efek menurunkan tegangan permukaan dari tinja, sehingga memungkinkan air menembus tinja dengan mudah dan menjadika nnya lebih lunak. Peningkatan jumlah serat akan merangsang kontraksi alami dari usus besar dan membantu melunakkan tinja sehingga lebih mudah dikeluarkan dari tubuh Pertimbangan penggunaan: Pelembut tinja cukup ringan untuk mencegah sembelit dengan penggunaan biasa. Namun, ini adalah pilihan efektif untuk mengobati
sembelit. Pelembut tinja paling baik untuk orang dengan sembelit sementara atau konstipasi ringan dan kronis. Pencahar Lubrikan Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkan tinja keluar dari tubuh. Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa merembes dari rektum. Cara kerja: minyak mineral melapisi tinja dan usus untuk mencegah kehilangan air. Pencahar ini juga melumasi tinja untuk membantu bergerak lebih mudah. Pertimbangan penggunaan: minyak mineral tidak untuk digunakan secara t eratur. Hal ini dapat mengganggu penyerapan vitamin larut lemak tubuh, seperti vitamin A, D, E, dan K. Obat pencahar pelumas biasanya hanya merupakan pilihan yang baik untuk menghilangkan sembelit jangka pendek. Bahan Osmotik Bahan-bahan osmotik mendorong air dalam jumlah besar ke dalam usus besar, sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol). Beberapa bahan osmotik yang mengandung natrium, menyebabkan retensi (penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah besar. Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal.Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi. Cara kerja: pencahar ini mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur distribusi cairan dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga tinja mudah melewati usus. Pertimbangan penggunaan: Obat pencahar hiperosmolar juga dapat di gunakan untuk jangka waktu yang lebih lama dengan dengan sedikit risiko efek samping. Seperti obat pencahar pembentuk massal, ini adalah pilihan tepat bagi penderita sembelit kronis dan mereka membutuhkan waktu lebih lama dari obat pencahar lainnya untuk bekerja. Sebaiknya tidak menggunakannya secara terus menerus selama lebih dari satu minggu Pencahar Perangsang Secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8 jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan menyebabkan kram perut. Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus
menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). Pencahar ini sering seri ng digunakan untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik). Pertimbangan penggunaan: obat pencahar stimulan tidak boleh digunakan secara teratur. Bila digunakan secara teratur, bisa menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Efek Samping Seperti kebanyakan obat-obatan, laksatif juga memiliki beberapa efek samping. Mulai dari yang ringan hingga berat, namun biasanya efek ini akan berhenti segera setelah penggunaannya dihentikan. Efek samping obat pencahar umumnya meliputi:
Kembung. Nyeri perut, kram. Kelebihan gas perut. Dehidrasi, hingga membuat pusing, sakit kepala dan urin berwarna lebih gelap. Kunjungi dokter untuk saran yang lebih lengkap jika Anda ma sih mengalami konstipasi setelah minum obat pencahar lebih dari seminggu. Jangan biasakan langsung mengonsumsi laksatif untuk mengurangi sembelit yang terjadi. Penggunaan jangka panjang tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan diare parah, hingga obstruksi usus (saluran usus terhalang oleh kotoran) serta terjadinya ketidak seimbangan kadar garam dan mineral dalam tubuh. Interaksi Obat Beberapa laksatif dapat menimbulkan interaksi dengan obat lain (DRPs). Parafin liquid dapat mengganggu penyerapan vitamin yang larut l emak. Laktulosa dapat berinteraksi dengan furosemid, ondansentron bahkan laksatif yang bergolongan sama seperti PEG. Sedangkan bisakodil memiliki interaksi dengan beberapa obat yaitu furosemid, albuterol, prednison, trazodone. Dalam suatu penelitian terdapat kemungkinan interaksi obat antara laksatif laktulosa dengan diuretik furosemid. furosemid. Suatu pustaka menyatakan bahwa penggunaan furosemid bersamaan dengan obat yang memiliki efek laksatif harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter. Mengkombinasikan obat ini, terutama dalam waktu lama, dapat menyebabkan resiko dehidrasi dan abnormalitas elektrolit. Pada beberapa kasus berat, dehidrasi dan abnormalitas elektrolit dapat berujung pada tidak teraturnya ritmik jantung, jantung, seizures, dan permasalahan pada ginjal. Perlu segera menghubungi dokter apabila paie n mengalami kemungkinan gejala seperti deplesi elektrolit dan cairan seperti pusing, mulut kering, rasa haus, kelelahan, kramp otot, berkurangnya urin, dan detak jantung. Golongan Obat Kolagoga
Kolagoga adalah zat atau obat yang digunakan sebagai peluruh atau penghancur batu empedu. Batu empedu merupakan penyakit yang terjadi di saluran atau kandung empedu. Faktor pencetusnya meliputi Hiperkolesteromia, penyumbatan disaluran empedu dan radang saluran empedu. Ukuran batu empedu yang dapat diluruhkan oleh obat - obatam kolagoga adalah batu empedu dengan ukuran kecil hingga sedang. a. mekanisme kerja Ada 3 jenis obat - obatan kolagoga dengan dosis pemakaian yang berbeda yaitu: Asam kenodeoksikolat 10-15 mg/kg bb/hari sebagai dosis tunggal menjelang tidur malam dan dalam dosis terbagi selama 3-24 bulan (bergantung pada besarnya batu). Pengobatan diteruskan paling tidak selama 3 bulan setelah batunya melarut. Dianjurkan melakukan diet kolesterol rendah (meningkatkan laju pelarutan batu empedu sampai 2 kali lipat). Asam ursodeoksikolat Pelarutan batu empedu, 8-12 mg/kg bb sehari dalam dosis tunggal menjelang tidur atau dalam 2 dosis terbagi sampai selama 2 tahun, obat diminum bersama dengan susu atau makanan; pengobatan dilanjutkan selama 3-4 bulan setelah batunya melarut. Sirosis empedu primer: 10-15 mg/kg bb sehari dalam 2-4 dosis terbagi. Pemutusan pemberian asam ursodeoksikolat selama 4 minggu berarti pengobatan harus dimulai lagi dari awal. Asam kenat 15 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, pagi dan malam sewaktu makan. Mekanisme kerja dari asam kenodeoksikolat, asam ursodeoksikolat, dan Asam kenat adalah melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil dan terutama tersusun atas kolesterol dengan menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah empedu. b. Efek Samping 1) Asam kenodeoksikolat: diare terutama pada dosis awal yang tinggi (kurangi dosis selama beberapa hari), gatal-gatal, gangguan hati ringan dan transaminase serum naik sementara. 2) Asam urodeoksikolat: mual, muntah, diare, kalsifikasi batu empedu; pruritus, ruam kulit, kulit kering, keringat dingin, rambut rontok, gangguan pencernaan makanan, rasa logam, nyeri abdominal, kolesistitis, konstipasi, stomatitis, flatulen, pusing, lelah, ansietas, depresi, gangguan tidur, atralgia, mialgia, nyeri n yeri punggung, batuk, rinitis. - Asam kenat: Kadang-kadang diare lemah. c. Interaksi obat
Asam kenodeoksikolat Lefluomide, teriflunomide, lomitapide, mipomersen,: seperti halnya asam kenodeoksikolat, lefluomide dapat mempengaruhi hati. Hal ini menyebabkan kadar lefluomide dalam darah meningkat untuk periode yang lama bahkan setelah pemakaian dihentikan. Hal ini membuka kemungkinan terjadinya efek toksik pada pasien. Selain beinteraksi dengan obat-obatan diatas, asam kenodeoksikolat juga memberikan efek negative apabila dikombinasikan dengan obat – obatan yang mempengaruhi hati atau beresiko hepatotoksik karena asam kenodeoksikolat merupakan obat yang memiliki mekanisme kerja mempengaruhi organ hati. Asam urodeoksikolat Meskipun obat-obatan tertentu sama sekali tidak boleh digunakan bersamaan, pada kasus lain dua obat-obatan yang berbeda dapat digunakan bersamaan meskipun interaksi dapat terjadi. Pada kasus-kasus seperti ini, dokter mungkin akan mengganti dosis, atau pencegahan lain yang diperlukan. Beritahu penyedia layanan kesehatan Anda apabila Anda menggunakan obat resep atau nonresep lain. Golongan Obat Hepatoprotektor
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dapat memberikan perlindungan pada hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh obat, senyawa kimia, dan virus. Zat-zat beracun, baik yang berasal dari luar tubuh seperti obat maupun dari sisa metabolisme yang dihasilkan sendiri oleh tubuh akan didetoksifikasi oleh enzim-enzim hati sehingga menjadi zat yang tidak aktif. Mekanisme kerja Mekanisme kerja obat hepatoprotektor antara laindengan cara detoksikasi senyawa racun baik yang masuk dari luar maupun yang terbentuk didalam tubuh pada proses metabolisme, meningkatkan regenerasi sel hati yang rusak, antiradang,dan sebagai imunostimulator. Biasanya hepatoprotektor merupakan bahan yang memiliki sifatantioksidanj sehingga dapat mengurangi reaksi oksidasi pada kerusakan hati. b. Efek samping Efek samping tergantung pada kandungan – lihat lembaran informasi mengenai masingmasing jamu, bila ada. Sering kali produsen tidak menjelaskan apakah produknya dapat menimbulkan efek samping. c. interaksi obat Belum diketahui interaksi apa pun antara hepatoprotektor dan obat atau jamu lain. Namun belum diteliti interaksi antara hepatoprotektor dengan sebagian besar obat atau jamu lain.
2.3
Anatomi Fisiologi Sistem Organ Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. B. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium Tekak terdiri dari: 1. Bagian superior Bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga 2. Bagian media Bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah 3. Bagian inferior Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso – “membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: 1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka) 2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus) 3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)
D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan be rbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu
1. Kardia. 2. Fundus. 3. Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : 1. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri. 3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). 1. Usus dua belas jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. 2. Usus Kosong (jejenum) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”. 3. Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. F.
Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari : 1. Kolon asendens (kanan) 2. Kolon transversum 3. Kolon desendens (kiri) 4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare. G. Usus Buntu (Sekum) Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari cae cum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi. I.
Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot s phinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus. J.
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu : 1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan 2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai salura n pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adala h organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu: 1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak 2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. Ada beberapa penyakit yang akan mengancam sistem pencernaan manusia. Untuk menambah pengetahuan, di bawah ini kami uraikan apa saja penyakit yang dapat menyerang sistem pencernaan. 1. Diare Diare merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang banyak dialami. Dimana gangguan pencernaan ini akan membuat perut terasa mulas dan feses penderita menjadi encer. Gangguan ini terjadi karena selaput dinding usus besar si penderita mengalami iritasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menderita diare, dimana salah satunya yaitu karena penderita mengkonsumsi makanan yang tidak higenis atau mengandung kuman, sehingga dengan begitu gerakan peristaltik usus menjadi tidak terkendali serta di dal am usus besar tidak terjadi penyerapan air. Jika fases penderita bercampur dengan nanah atau darah, maka gejala tersebut menunjukan bahwa si penderita mengalami desentri yang mana
gangguan itu disebabkan karena adanya infeksi bakteri Shigella pada dinding usus besar orang yang menderitanya. 2. Gastritis Gastritis merupakan penyakit atau gangguan dimana dinding lambung mengalami peradangan. Gangguan ini disebabkan karena kadar asam klorida atau Hcl terlalu tinggi. Selain itu, Gastritis juga dapat disebabkan karena penderita mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kuman penyebab penyakit. Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya: 2. Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung 3. Hilang nafsu makan 4. Cepat merasa kenyang saat makan 5. Perut kembung 6. Cegukan 7. Mual 8. Muntah 9. Sakit perut 10. Gangguan saluran cerna 11. BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
0) Penyebab Gastritis
Berikut ini sejumlah hal yang bisa menyebabkan gastritis, di antaran ya:
Infeksi bakteri H. pylori
Efek samping konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (misalnya ibuprofen dan aspirin) secara berkala
Stres
Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan
Penyalahgunaan obat-obatan
Reaksi autoimun
Pertambahan usia
Infeksi bakteri dan virus
Penyakit Crohn
Penyakit HIV/AIDS
Refluks empedu
Anemia pernisiosa
Muntah kronis
Diagnosis Gastritis
Sejumlah hal akan dilakukan oleh dokter dalam mendiagnosis gastritis, mulai dari menanyakan gejala, meninjau riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, hingga melakukan pemeriksaan lanjutan. Beberapa contoh pemeriksaan lanjutan tersebut di antaranya adalah: Tes napas guna melihat keberadaan bakteri H. pylori. Endoskopi guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam lambung. Pemeriksaan ini terkadang dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan sampel jaringan pada daerah yang dicurigai mengalami radang untuk selanjutnya diteliti di laboratorium). Metode biopsi juga bisa diterapkan oleh dokter untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori. Pemeriksaan X-ray dan cairan barium guna melihat adanya tukak di dalam lambung. Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya pendarahan dan infeksi di dalam l ambung. Pemeriksaan kadar sel darah untuk melihat apakah pasien menderita anemia. Pencegahan dan Pengobatan Gastritis
Ada beberapa obat yang biasanya diresepkan oleh dokter, di antaranya: Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam di dalam lambung. Salah satu contoh obat penghambat histamin 2 adalah ranitidine.
Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki kinerja yang sama seperti penghambat histamin 2, namun lebih efektif. Salah satu contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole.
Obat antasida. Obat ini mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri) secara cepat dengan cara menetralisir asam lambung.
Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang kondisinya diketahui disebabkan oleh infe
3. Maag
Maag merupakan penyakit yang sudah tidak aneh lagi untuk kita semua, karena penyakit yang satu ini biasanya dialami oleh banyak orang. Maag merupakan penyakit atau gangguan sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya rasa perih pada dinding lambung, selain itu maag juga disertai dengan adanya rasa mual dan perut menjadi kembung. Gangguan ini terjadi karena tingginya kadar asam lambung. Penyebab utama gangguan ini yaitu karena pola makan penderita tidak baik atau tidak teratur, stres dan lain sebagainya. Helicobakter pylori, merupakan bakteri penyebab terjadinya maag pada manusia. 4. Konstipasi atau sembelit Sembelit merupakan salah satu gangguan pada sistem pencernaan dimana si penderita akan mengeluarkan fases yang keras. Gangguan ini terjadi disebabkan karena usus besar men yerap air terlalu banyak. Sembelit disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan berserat seperti misalkan buah dan sayur atau kebiasaan buruk yang selalu menunda buang air besar.
5. Hemaroid atau wasir Hemaroid atau yang lebih dikenal dengan wasir yaitu pembengkakan berisi pembuluh darah yang membesar. Pembuluh darah yang terkena gangguan ini yaitu berada di sekitar atau di dalam bokong, entah itu di dalam anus atau di dalam rektum. Biasanya kebanyakan hemaroid yaitu penyakit ringan serta tidak menimbulkan adanya gejala. Jika saja ses eorang terdapat gajala wasir, maka hal yang sering terjadi seperti misalkan:
Adanya pendarahan setelah buang air besar, dimana dengan warna darah merah terang.
Adanya benjolan yang tergantung di luar anus. Biasanya benjolan ini harus didorong kembali ke dalam anus setelah melakukan buang air besar.
Adanya rasa gatal di sekitaran anus.
Hemaroid atau wasir biasanya sering dialami oleh mereka yang terlalu lama duduk atau wanita yang tengah hamil.
6. Apendisitis Apendisitis merupakan gangguan sistem pencernaan yang mana umbai cacing atau usus buntu mengalami peradangan. Apendisitis ini biasanya terjadi ketika ada sisa-sisa makanan yang terjebak serta tidak bisa keluar di umbai cacing. Sehingga lama kelamaan umbai cacing tersebut akan menjadi busuk serta akan menimbulkan peradangan yang menjalar ke usus buntu. Jika umbai cacing tidak segera dibuang, maka lama kelamaan akan pecah. Dimana peradangan usus buntu ini biasanya ditandai dengan terdapatnya nanah. Bila gangguan atau penyakit ini tidak terawat, maka akan menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi. 7. Tukak lambung
Tukak lambung merupakan keadaan dimana dinding lambung terluka. Gangguan ini disebabkan karena terkikisnya lapisan dinding lambung itu sendiri. Luka yang muncul ini juga bisa saja muncul pada dinding duodenum atau usus kecil serta esofagus atau kerongkongan. Penyakit yang satu ini dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia. Namun meskipun begitu, orang di atas usia 60 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengalmi penyakit ini. Gejala yang biasanya muncul yaitu, penderita akan merasa nyeri atau peri h pada bagian perut. Rasa nyeri yang muncul akan menyebar ke leher, terasa semakin perih saat perut kosong, muncul ketika malam hari, akan hilang dan kambuh lagi pada minggu kemudian. 8. Radang usus buntu Gangguan atau penyakit yang satu ini menyerang usus buntu. Dimana keadaan ini terjadi karena usus buntu terinfeksi oleh bakteri. Radang usus buntu terjadi karena lubang antara usus buntu dan usus besar tersumbat oleh lendir atau biji cabai. 9. Sariawan Seperti yang kita ketahui, sariawan merupakan gangguan sistem pencernaan yang biasanya muncul di sekitar mulut. Ketika kita mengalami gangguan ini maka ketika makan akan merasakan perih. Sariawan terjadi karena panas dalam pada rongga lidah atau rongga mulut. Dimana penyebab yang paling mendasar dari penyakit ini yaitu kurangnya vitamin C. 10. Kolik Kolik merupakan suatu rasa nyeri yang muncul pada perut, dimana rasa nyeri ini akan hilang dan timbul. Rasa nyeri yang timbul biasanya disebabkan karena saluran di dalam rongga perut tersumbat, seperti misalkan usus, saluran kencing, empedu da
2.4
Mekanisme Kerja Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan manusia terdiri dari sebuah tuba (tabung) panjang dengan otot-otot yang melapisi. Dimulai dari rongga mulut, kerongkongan (esophagus), lambung, usus halus, usus besar, rectum dan berakhir di anus. Organ lain yang terlibat dalam sistem ini antara lain kelenjar ludah, hati, empedu dan pancreas. Semua bekerja sama untuk mencerna makanan, menghancurkan , menyerap komponen yang penting atau nutrisi dari makanan dan membuang sisanya dalam bentuk feses (tinja).
Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antaraproses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan- bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dal am tubuh. Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti berikut : Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan yang terjadi di lambung. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang bermolekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil. Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan meliputi hal-hal berikut : Ingesti: pemasukan makanan ke dalam tubuh melalui mulut. Mastikasi: proses mengunyah makanan oleh gigi. Deglutisi: proses menelan makanan di kerongkongan. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim, terdapat di lambung. Absorpsi: proses penyerapan, terjadi di usus halus. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus. Saat melakukan proses-proses pencernaan tersebut diperlukan serangkaian alat-alat pencernaan sebagai berikut : Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai dicerna secara mekanis dan kimiawi., terdapat beberapa alat yang berperan dalam proses pencernaan didalam mulut yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (glandula salivales). Gigi Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi membantu memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal ini akan membantu enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih efisien dan cepat. Selama pertumbuhan dan perkembangan, gigi manusia mengalami perubahan, mulai dari gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi pertama pada bayi dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi susu(dens lakteus). Pada anak berusia 6 tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan sebagai berikut : - Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi memotong makanan. - Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi merobek makanan. - Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi mengunyah makanan. Struktur luar gigi terdiri atas bagian-bagian berikut : - Mahkota gigi (corona) merupakan bagian yang tampak dari luar. - Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanam di dalam rahan g. -Leher gigi (colum) merupakan bagian yang terlindung oleh gusi. Adapun penampang gigi dapat diperlihatkan bagian-bagiannya sebagai berikutm : Email (glazur atau enamel) merupakan bagian terluar gigi. Email merupakan struktur terkeras dari tubuh, mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik. Tulang gigi (dentin), berada di sebelah dalam email, tersusun atas zat dentin. Sumsum gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling dalam. Di pulpa terdapat kapiler, arteri, vena, dan saraf. Semen merupakan pelapis bagian dentin yang masuk ke rahang. Lidah Lidah dalam sistem pencernaan berfungsi untuk membantu mencampur dan menelan makanan, mempertahankan makanan agar berada di antara gigi-gigi atas dan bawah saat makanan dikunyah serta sebagai alat peras a makanan. Lidah dapat berfungsi sebagai alat perasa makanan karena mengandung banyak reseptor
pengecap atau perasa. Lidah tersusun atas otot lurik dan permukaannya dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir (mukosa). Kelenjar ludah Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu glandula parotis, glandula submaksilaris, dan glandula sublingualis at au glandula submandibularis. Amati gambar 6.4 agar Anda mengenali letak ketiga kelenjar ludah tersebut. Air ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang terjadi di dalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air ludah berperan secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan menjadi lembek agar mudah ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim amilase. Enzim ini menguraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana (glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan dengan dikunyah dan dilunakkan di dalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke sistem pencernaan selanjutnya. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan merupakan saluran panjang (± 25 cm) yang tipis sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke lambung. Fungsi kerongkongan ini sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung. Bagian dalam kerongkongan senantiasa basah oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dinding kerongkongan untuk menjaga agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui kerongkongan disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding kerongkongan. Gerak peristaltik dapat terjadi karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara memanjang dan melingkar. Proses gerak bolus di dalam kerongkongan menuju lambung Sebelum seseorang mulai makan, bagian belakang mulut (atas) terbuka sebagai jalannya udara dari hidung. Di kerongkongan, epiglotis yang seperti gelambir mengendur sehingga udara masuk ke paru-paru. Ket ika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk ke dalam kerongkongan. Sewaktu makanan bergerak menuju kerongkongan, langit-langit lunak beserta jaringan miri p gelambir di bagian belakang mulut (uvula) terangkat ke atas dan menutup saluran hidung. Sementara itu, sewaktu makanan bergerak ke arah tutup trakea, epiglotis akan menutup sehingga makanan tidak masuk trakea dan paru-paru tetapi makanan tetap masuk ke kerongkongan. Lambung Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah sekat rongga badan. Lambung terdiri atas tiga bagian sebagai berikut. Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus.
Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan at au tengah lambung. Bagian bawah disebut pilorus, yang berbatasan dengan usus halus. Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan terdapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks akan terbuka bila ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot yang disebut sfinkter pilorus. Otot-otot lambung ini dapat berkontraksi seperti halnya otot-otot kerongkongan. Apabila otot-otot ini berkontraksi, otot-otot tersebut menekan, meremas, dan mencampur bolus-bolus tersebut menjadi kimus (chyme). Sementara itu, pencernaan secara kimiawi dibantu oleh getah lambung. Getah ini dihasilkan oleh kelenjar yang terletak pada dinding lambung di bawah fundus, sedangkan bagian dalam dinding lambung menghasilkan lendir yang berfungsi melindungi dinding lambung dari abrasi asam lambung, dan dapat beregenerasi bila cidera. Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat rangsangan bolus saat masuk ke lambung. Getah lambung mengandung bermacam-macam zat kimia, yang sebagian besar terdiri atas air. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung dan enzim-enzim pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase. Asam lambung memiliki beberapa fungsi berikut : Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya pepsinogen diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil. Menetralkan sifat alkali bolus yang datang dari rongga mulut. Mengubah kelarutan garam mineral. Mengasamkan lambung (pH turun 1 – 3), sehingga dapat membunuh kuman yang ikut masuk ke lambung bersama bolus. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas jari. Merangsang sekresi getah usus. Enzim renin dalam getah lambung berfungsi mengendapkan kasein atau protein susu dari air susu. Lambung dalam suasana asam dapat merangsang pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin ini berfungsi memecah molekul-molekul protein menjadi molekul- molekul peptida. Sementara itu, lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Selanjutnya, kimus akan masuk ke usus halus melalui suatu sfinkter pilorus yang berukuran kecil. Apabila otot-otot ini berkontraksi, maka kimus didorong masuk ke usus halus sedikit demi sedikit.
Usus halus Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 6 – 8 meter, lebar 25 mm dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-j onjot usus. Vili ini berfungsi memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan. Lakukan eksperimen berikut untuk mengetahui pengaruh lipatan terhadap proses penyerapan. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian seperti berikut: a. Duodenum (usus 12 jari), panjangnya ± 25 cm, b. Jejunum (usus kosong), panjangnya ± 7 m, c. Ileum (usus penyerapan), panjangnya ± 1 m. Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul- molekul pati yang telah dicernakan di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di lambung, molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul asam amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekulgliserol dan asam lemak. Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini. Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus mampu menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam usus halus. Getahpencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu, getah pankreas, dan getah usus. Cairan Empedu Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air , dan tidak mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang berperan dalam pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan berikut : 1) Air, berguna sebagai pelarut utama. 2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi iritasi pada dinding usus. 3) Garam empedu, mengandung natrium karbonat yang mengakibatkan empedu bersifat alkali. Garam empedu juga berfungsi menurunkan tegangan permukaan lemak dan air (mengemulsikan lemak). Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar dalam tubuh yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah dan penyerapan unsur besi dari darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi
membentuk darah pada janin atau pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen dan heparin untuk disalurkan ke peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh. Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak, yaitu sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam kimus, menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak peristaltik usus. Getah Pankreas Getah pankreas dihasilkan di dalam organ pankreas. Pankreas ini berperan sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan getah pankreas ke dalam saluran pencernaan dan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan menghasilkan hormon insulin. Hormon ini dikeluarkan oleh sel-sel berbentuk pulau- pulau yang disebut pulau pulau langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga gula gula darah agar tetap normal dan mencegah diabetes melitus. Getah pankreas ini dari pankreas mengalir melalui saluran pankreas masuk ke usus halus. Dalam pankreas terdapat t iga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam pemecahan lemak, tripsin membantu dalam pemecahan protein, dan amilase membantu dalam pemecahan pati. Getah Usus Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenj ar yang mampu menghasilkan getah usus. Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut : 1) Sukrase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. 2) Maltase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan maltosa menjadi dua molekul glukosa. 3) Laktase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. 4) Enzim peptidase, berfungsi membantu mempercepat proses pemecahan peptida menjadi asam amino. Monosakarida, asam amino, asam lemak, dan gliserol hasil pencernaan terakhir di usus halus mulai diabsorpsi atau diserap melalui dinding usus halus terutama di bagian jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga diserap. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, penyerapannya bersama dengan pelarutnya, sedangkan vitamin yang larut dalam air penyerapannya penyerapannya dilakukan oleh jonjot usus. Penyerapan mineral sangat beragam berkaitan dengan sifat kimia tiap-tiap mineral dan perbedaan struktur bagian- bagian usus. Sepanjang usus halus sangat
efisien dalam penyerapan Na+, tetapi tidak ti dak untuk Cl – Cl – , HCO3 – HCO3 – , dan ion-ion bivalen. Ion K+ penyerapannya penyerapannya terbatas di jejunum. Penyerapan Fe++ terjadi di duodenum dan jejunum. Proses penyerapan di usus halus ini dilakukan oleh villi (jonjot-jonjot usus). Di dalam villi ini terdapat pembuluh darah, pembuluh kil (limfa), dan sel goblet. Di sini asam as am amino dan glukosa diserap dan diangkut oleh darah menuju hati melalui sistem vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak bereaksi terlebih dahulu dengan garam empedu membentuk membentuk emulsi lemak. Emulsi lemak bersama gliserol diserap ke dalam dala m villi. Selanjutnya di dalam villi, asam lemak dilepaskan, kemudian asam lemak mengikat gliserin dan membentuk lemak kembali. Lemak yang terbentuk masuk ke tengah villi, yaitu ke dalam pembuluh kil (limfa). Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu masuk ke dalam darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan bahan yang tidak dapat diserap di usus halus halus akan didorong menuju usus besar (kolon). Usus besar Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Sela njutnya dengan gerakan peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus. Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan sempurna. Rektum dan Anus Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). ( BAB). Mengembangnya Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana pen yerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh t ubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot s phinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – besar – BAB), BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Cara Kerja Pencernaan Manusia
Pencernaan dimulai ketika mengunyah makanan oleh gigi, makanan dihancurkan menjadi potongan kecil dan pada saat bersamaan bercampur dengan air liur yang dikeluarkan kelenjar ludah. Oleh kontraksi otot, makanan kemudian didorong masuk kerongkongan menuju lambung dan terus ke usus halus. Pada saat makanan tiba dibagian akhir usus halus, molekul-molekul nutrisi yang besar sudah dihancurkan menjadi molekul yang kecil dan dapat diserap oleh darah melalui dinding usus. Darah mengangkut nutrisi ke organ hati kemudian ke selsel tubuh makanan/ nutrisi yang tidak terserap masuk ke dalam usus besar dimana sebagian besar air diserap kembali oleh tubuh sebelum sis anya terbuang melalui anus sebagai feses atau tinja. Usus buntu adalah struktur berbentuk cacing yang menjuntasi dari usus besar dan sampai saat ini belum diketahui fungsinya. Bila terjadi peradangan/ pembengkakan pada usus usus buntu ini didiagnosa sebagai appendicitis (radang umbai cacing atau usus buntu). Gangguan ini sering terjadi pada orang dewasa dan menjadi penyebab utama keluhan nyeri nyeri perut akut. Operasi pengangkatan usus buntu buntu merupakan operasi darurat.
Mulut
Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut berlangsung dua jenis pencernaan, yaitu: yaitu:
Pencernaan mekanik yang dilakukan oloh gigi dan lidah, berupa pengunyahan, pergerakan otot-otot lidah dan pipi untuk mencampur makanan dengan air ludah sebelum makanan ditelan.
Pencernaan secara kimia yang dilakukan oleh kelenjar ludah, yaitu pemecahan amilum menjadi maltosa.
Lidah
Berfungsi untuk mencerna makanan secara mekanik, membantu proses mengunyah, menelan, membedakan bermacam rasa. Untuk mendukung fungsi mengenali rasa, pada permukaan lidah terdapat papilla-papila yang di dalamnya terdapat puting-puting pengecap rasa. Macam rasa yang dapat dibedakan oleh lidah adalah manis, asam, asin, dan pahit. Selain itu, lidah juga peka terhadap panas, dingin, dan tekanan.
KelenjarLudah
Merupakan kelenjar penghasil ludah atau air liur (saliva) yang terdiri dari tiga pasang. 12. Kelenjar parotis berada di bawah telinga, yang berfungsi menghasilkan ludah berbentuk cair. 13. Kelenjar submandibularis berada di rahang bagian bawah, berfungsi menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir. 14. Kelenjar sublingualis berada di bawah lidah, berperan menghasilkan getah yang mengandung air dan lender. Ludah dalam pencernaan makanan berperan untuk memudahkan dalam menelan makanan dengan cara membasahi dan melumasi makanan. Ludah mengandung enzim ptyalin (amylase) yang berperan mengubah zat karbohidrat (amilum) menjadi maltose (gula sederhana). Enzim ptyalin akan berfungsi maksimal jika berada pada pH 6,8-7 dan pada suhu 37°C. Gigi
Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang masuk ke mulut (sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan makanan dipotong dan dikoyak menjadi lebih kecil agar mudah untuk dicerna oleh lambung. Perkembangan gigi dimulai saat anak berusia sekitar enam bulan. Gigi yang pertama kali tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia 6-14 tahun gigi susu akan diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan berkembang menjadi gigi tetap. Gigi susu terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring dan 4 gigi seri pada rahang atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham belakang,
2 gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi tetap memiliki rumusan 6 gigi geraham belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi seri pada masingmasing rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah. Lambung Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke lambung melalui kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung atas bantuan kontraksi otot-otot kerongkongan tersebut. Selama di lambung, makanan akan diproses secara kimiawi menggunakan enzim-enzim pencernaan, diantaranya: 1) Renin, zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk mengendapkan protein susu dari air susu ibu (ASI). 2) Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah protein menjadi pepton. 3) Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. 4) Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Usus 12 Jari
Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu dibawa menuju usus 12 jari dan akan dicerna dengan bantuan enzimenzim dari pankreas. Disamping itu juga terdapat empedu yang dihasilkan oleh hati fungsinya untuk mengemulsikan le mak kemudian dialirkan ke usus 12 jari. Di usus dua belas jari terjadi proses pencernaan kimiawi dengan bantuan empedu dan getah pankreas. Empedu berasal dari kantung empedu yang merupakan hasil perombakan sel darah merah di dalam hati (liver). Fungsi empedu adalah untuk mengemulsikan lemak (lipid) sehingga mudah untuk dicerna. Getah pankreas mengandung enzim tripsinogen, amilase, dan lipase. Enzim tripsinogen yang telah diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase berfungsi untuk mencerna pepton menjadi asam amino. Enzim amilase berfungsi mengubah amilum menjadi glukosa. Enzim lipase berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Usus Halus
Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap kandungannya, seperti lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol, Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, dan protein
diserap dalam bentuk asam amino. Sedangkan vitamin dan mineral dapat langsung diserap oleh usus halus tanpa dicerna. Mekanisme pencernaan pada usus halus berupa pencernaan kimiawi dengan enzim peptidase dan maltase serta penyerapan sari-sari makanan yang dilakukan oleh vili pada dinding usus. Enzim peptidase berfungsi mengubah pepton menjadi asam amino, sedangkan enzim maltase berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa.Vili berjumlah sangat banyak dan terdapat pada dinding dalam usus halus. Sari-sari makanan yang telah diserap akan dibawa menuju hati (liver) oleh darah melalui vena porta hepatica.
Usus Besar
Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju usus besar dan menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus besar akan diserap kembali ke usus besar. Di usus besar terjadi proses pembusukan dan penyerapan air dan garam mineral. Air akan diserap apabila sisa makanan mengandung banyak air dan air akan dikeluarkan apabila sisa makanan terlalu padat karena kekurangan air. Pembusukan makanan dibantu oleh bakteri Escherichia coli (E. coli), hasilnya berupa feses. Pada usus besar terdapat usus buntu, namun sampai kini belum diketahui fungsinya bagi manusia. Anus
Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus. Setelah sisa makanan membusuk, maka harus segera dikeluarkan. Sebelum itu, feses akan disimpan sementara di dalam rektum. Sedangkan anus adalah penghubung antara bagian luar tubuh dengan rektum. Saat rektum penuh, rektum akan mengirim impuls (sinyal saraf) ke otak sehingga timbul hasrat ingin buang air besar. Saat proses buang air besar, rektum akan membantu mendorong feses dengan gerak peristaltiknya.
2.5 Obat - obat Gangguan Sistem Pencernaan
Yang dibahas dalam obat gangguan sistem pencernaan adalah : 1.Antasida Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam lambung yg menyebabkan timbulnya sakit maag. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :
Anti Hiperasiditas Obat dengan kandungan aluminium atau magnesium bekerja secara kimiawi mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Sediaan yang mengandung magnesium menyebabkan diare karena bersifat pencahar, sedangkan sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan sembelit maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalsit. Obat dengan kandungan natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air, dan bekerja cepat. Tetapi dapat menyebabkan sendawa. Obat dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan peli ndung pada luka dilambung tetapi sebaiknya dihindari karna bersifat neurotoksik sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak. Obat dengan kandungan sukralfat, aluminium hidroksida dan bismuth koloida dpat digunakan untuk melindungi tukak lambung agar tidak teriiritasi oleh asam lambung.
Perintang reseptor H2 ( antagonis reseptor H2) Bekerja dengan cara mengurangi sekresi asam. contoh obatnya adalah ranitidin dan simetidin.
Adapun penggolongan obat - obat antasida, antara lain : a. Antasida Aluminium Hidroksida Al Oksida Magnesium Karbonat Mg Trisilikat Mg Oksida Mg Hidroklorida
Natrium Karbonat Bismuth Subnitrat Bismuth Subsitrat Kalsium Karbonat Hidrotalsite ( Mg, Al, Hidroksi Karbonat ) b. Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker ) Ranitidin Simetidin Famotidin Nizatidin Bekerja dengan cara mngurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2. c. Penghambat Pompa Proton Omeprazol Lansoprazol Pantoprazol Bekerja dengan cara menghambat asam lambung dengan cara menghambat sistem enzim adenosin trifosfat hidrogen-kalium (pompa proton dari sel parietal lambung) d. Anti Kolinergik / anti muskarinik Pirenzepin Fentonium Ekstrak Belladon Bekerja dengna menghambat sekresi asam melalui reseptor muskarindan melawan kejang e. AnalogProstaglandin Misoprostol Anti sekresi dan proteksi f. Pelindung mukosa Sukralfat Melindungi mukosa dari serangan pepsin dan asam
g. Penguat motilitas Metoklorpramid Domperidon h.
Zat pembantu (Dimetilpolisiloksan) Memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah di serap dan dapat mencegah masuk angin, kembung dan kentut
i.
Penenang Diazepam Klordiazepoksida Menekan stress yg dapat memicu asam lambung
j.
Digestiva Digestiva adalah obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung-usus terutama pada keadaan difensiensi zat pembantu pencernaan. Obat digestiva antara lain : 1) Pankreatin (enzim pencernaan) : Amylase, Tripsin, Lipase Fungsinya membantu proses pencernaan 2) Pepsin (enzim lambung) 3) Ox-bile (empedu sapi) # Fungsinya mempertinggi daya kerja lipase, merangsang pengeluaran empedu dari hati 4) Bromealin
k.
Anti Diare Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Gejala diare adalah BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah. Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus. Rangsangannya dapat ditimbulkan oleh :
infeksi oleh bakteri patogen misalnya bakteri colie
infeksi oleh kuman thypus dan kolera
infeksi oleh virus
akibat dari penyakit cacing
keracunan makanan dan minuman
gangguan gizi
pengaruh enzim
pengaruh syaraf
Obat anti diare : 1) Adsorben : kaolin, karbo adsorben, attapulgit #nyerap racun 2) Anti motilitas : loperamid hidroklorida, kodein fosfat, morfin #menekan perstaltik usus 3) Adstringen : tannin/ tanalbumin #menciutkan selaput usus 4) Pelindung : Mucilago #melindungi selaput lendir usus yang luka l.
Laksativa Laksativa adalah obat-obat yang dapat mempercepat peristaltik usus sehingga mempermudah BAB. Obat pencahar digunakan untuk :
Pada keadaan sembelit
pada pasien penderita penyakit jantung dan pembuluh
pada pasien dengan resiko pendarahan rektal
untuk membersihkan saluran cerna
untuk pengeluaran parasit
Obat Laksativa : 1) Perangsang dinding usus (meningkatkan motilitas usus) 2) Bisakodil 3) Dankron 4) Rhei 5) Sennae 6) Aloe m. Memperbesar isi Usus Magnesium Sulfat / garam inggris Natrium fosfat Agar-agar CMC (carboksi metil cellulose)
n. Tylose Menahan cairan dalam usus secara osmosis o. Pelicin / Pelunak tinja Paraffin cair gliserin (supositoria) larutan sabun (klysma) p. Anti Spasmodika Anti Spasmodika adalah at yang digunakan untuk mengurangi atau melawan kejang - kejang otot. Obat Anti Spasmodika :
Atropin Sulfat
Alkaloida belladona
Hiosin Butil Bromida
Papaverin HCl
Mebeverin HCl
Propantelin Bromida
Pramiverin HCl
Cisaprid
Mengurangi atau melawan kejang otot q. Kolagoga Kolagoga adalah obat yang digunakan untuk peluruh batu empedu. Obat Kolagoga adalah :
Asam Kenodeoksikolat Asam Ursodeoksikolat Asam Kenat
Membantu melarurkan batu empedu r. Protektor Hati Protektor htai adalah obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk meringankan, mengurangi bahkan melindungi gangguan funsi hati. Obat protektor Hati adalah : 1) Curcuma rhizoma domestica 2) Curcuma XAnthorriza
3) Sylimarin 4) Mekonin
2.6 Contoh obat dari masing-masing golongan obat sistem pencernaan 1. Antasida
Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam lambung yg menyebabkan timbulnya sakit maag. Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Adapun penggolongan obat - obat antasida, antara lain : Penggolongan obat antasida 1)
Antasida
Aluminium Hidroksida (Al(OH)3) Ø Indikasi Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis, mengatasi gejala dyspepsia (ulkus dan don ulkus), gastro-esophageal reflux disease, hiperfosfatemia. Ø Kontra-indikasi Hipersensitif terhadap garam aluminium, hipofosfatemia, pendarahan saluran cerna yang belum terdiagnosis, appendicitis. Tidak aman unruk bayi dan neonatus. Ø Dosis Dewasa: 1-2 tablet dikunyah, 4 kali sehari dan sebelum tidur atau 5-10 ml suspensi 4 kali sehari diantara waktu makan dan sebelum tidur. Anak usia 6-12 tahun: 5 ml maksimal 3 kali sehari Ø Efek samping Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam dosis besar dapat menyebabkan penyumbatan usus, hipofosfatemia, hipercalciuria, peningkatan resi ko osteomalasia, demensia, anemia mikrositik pada penderita gagal ginjal.
2)
Magnesium Hidroksida
Ø Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis Ø Kontra-indikasi Kerusakan ginjal berat Ø Dosis Dewasa: 5-10 ml, diulang menurut kebutuhan pasien Ø Efek samping Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresi nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi, mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada kelainan ginjal yang berat). 3)
Magnesium Trisiklat
Ø Indikasi Ulkus peptikum, gastritis, hiperasiditas gastrointestinal Ø Kontra-indikasi Ø Dosis Dewasa 1-2 tablet. Anak ½-1 tablet. diminum 3-4 kali sehari. Efek samping : Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresi nafas, mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi, mengantuk, lemah otot, nadi melemah dan henti jantung (pada kelainan ginjal yang berat). 4)
Kalsium Karbonat
Ø Indikasi Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasidita s GI, Menghilangkan gangguan lambung yang disebabkan oleh hiperasiditas, tukak lambung, ulkus duodenum, gastritis. Ø Kontra-indikasi Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI, ileus paralitik, penyakit jantung berat, Hipersensitif terhadap salah satu bahan tablet, Hiperkalsemia, Hiperkalsiuria berat, gagal ginjal berat. Ø Efek samping Pada dosis lazim tidak terjadi efek samping yang berarti. Dapat terjadi konstipasi, kembung (flatulen) karena pelepasan karbon dioksida (CO2), dosis tinggi atau
pemakaian jangka waktu panjang menyebabkan hipersekresi asam lambung dan acid rebound, muntah dan nyeri abdomen (perut), hiperkalsemia (pada gangguan ginjal atau setelah pemberian dosis tinggi), alkalosis ( karena anion karbonat), kadangkadang terjadi kalsifikasi jaringan dan milk-alkali syndrome (hiperkalsemia, alkalosis metabolik, gagal ginjal). Hiperkalsemia dapat menimbulkan mual, muntah, anoreksia, kelemahan (weakness), sakit kepala, pusing dan perubahan status mental
2. Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker )
1)
Ranitidin Ø Indikasi : menghambat sekresi asam lambungnya lebih kuat dari Cimetidin Ø Efek samping : jarang terjadi, berupa ; nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-reaksi kulit. Ø Dosis : Pengobatan : Sehari 2 kali @ 150 mg
2)
Famatidin Ø Indikasi : Tukak usus duodenun Ø Efek samping : nyeri kepala, mual. muntah, reaksi-
reaksi kulit.
Ø Dosis : Pengobatan : Sehari 2 kali @ 20 mg 3)
Penghambat Pompa Proton
Omeprazol Ø Indikasi tukak lambung Ø Kontra indikasi hipersensitif terhadap omeprazol Ø Efek samping dialami oleh lebih dari 1 % yang memakai obat adalah sakit kepala, diare, sakit perut, mual, pusing, masalah kebangkitan dan kurang tidur, meskipun dalam uji klinis efek ini dengan omeprazol sebanding dengan yang ditemukan dengan placebo
Lansoprazol Ø Indikasi
pengobatan ulkus lambung dan duodenum , Ø Kontraindikasi hipersensitif terhadap lansoprazol Ø Efek samping mulut kering, sulit tidur, mengantuk, kabur penglihatan ruam
Esomeprazol Ø Indikasi pengobatan duodenum yang disebabkan oleh H. Pylori , mencegah dari ulkus lambung kronis pada orang yang di NSAID terapi dan pengobatan ulkus gastrointestinal berhubungan dengan penyakit crohn Ø Kontraindikasi hipersensitif terhadap substansi aktif esomeprazol atau benzimidasol atau komponen lain dari ini Ø Efek samping sakit kepala, diare, mual, penurunan nafsu makan, konstipasi, mulut kering, dan sakit perut
pantoprazol
Ø Indikasi patoprazole digunakan untuk pengobatan jangka pendek dari erosi dan ulserasi dari esophagus yang disebabkan oleh penyakit refluks gastroeshopageal Ø Kontraindikasi hipersensitif terhadap pantoprazoal Ø Efek samping Mual, muntah, gas, sakit perut, diare atau sakit kepala 4) Anti Kolinergik / anti muskarinik a)
Pirenzepin
b) Fentonium c)
Ekstrak belladon
5) Analog Prostaglandin
a)
Misoprostol
6) Pelindung mukosa Sukralfat melindungi mukosa dari serangan pepsin dan asam 7) Penguat motilitas a)
Metoklorpramid
b) Domperidon 8) Zat pembantu a)
Dimetikon (Dimetilpolisiloksan) Memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah di serap dan dapat mencegah masuk angin, kembung dan kentut
9) Penenang a)
Diazepam
b) Klordiazepoksida menekan stress yg dapat memicu asam lambung Obat pencernaan jenis regular GIT, antiflatulen (obat kembung) dan anti inflamasi (digestiva) a)
Obat digestiva antara lain : 1.
Pankreatin (enzim pencernaan) : Amylase, Tripsin, Lipase # Fungsinya
membantu proses pencernaan 2.
Pepsin (enzim lambung)
3.
Ox-bile (empedu sapi). Fungsinya mempertinggi daya kerja lipase,
merangsan b) Anti Spasmodika Anti Spasmodika adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau melawan kejang - kejang otot. Obat Anti Spasmodika : ·
Atropin Sulfat
·
Alkaloida belladona
·
Hiosin Butil Bromida
·
Papaverin HCl
·
Mebeverin HCl
·
Propantelin Bromida
·
Pramiverin HCl
Indikasi untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik dan sebagainya Efek samping : menyebakan kantuk dan gangguan yang lain c) Obat diare (obat sakit perut) Anti diare adalah obat yg digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri, kuman, virus, cacing, atau keracunan makanan. Gejala diare adalah BAB berulang kali disertai banyaknya cairanyg keluar kadang-kadang dengan mulas dan berlendir atau berdarah. ·
Obat anti diare :
Adsorben : kaolin, karbo adsorben, attapulgit #nyerap racun
Anti motilitas : loperamid hidroklorida, kodein fosfat, morfin #menekan perstaltik usus
Adstringen : tannin/ tanalbumin #menciutkan selaput usus
Pelindung : Mucilago fungsinya melindungi selaput lendir usus yang luka
·
indikasi :memperingan kerja lambung
·
efek samping : bisa menyebabkan konstipasi
d) Laksativa Laksativa adalah obat-obat yang dapat mempercepat peristaltik usus sehingga mempermudah BAB. Obat Laksativa : a.
Perangsang dinding usus (meningkatkan motilitas usus) 1) Bisakodil
2) Dankron 3) Rhei 4) Sennae 5) Aloe b.
Memperbesar isi usus 1) Magnesium Sulfat / garam inggris 2) Natrium fosfat 3) Agar-agar 4) CMC (carboksi metil cellulose) 5) Tylose
c.pelicin/pelunak tinja 1) Paraffin cair 2) gliserin (supositoria) 3) larutan sabun (klysma) ·
indikasi
untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi usus besar (misalnya narkotik). ·
efek samping
rasa tidak enak pada perut termasuk kram, sakit perut, dan diare. termasuk kasus-kasus angiooedema dan reaksi anafilaktoid juga dilaporkan terjadi sehubungan dengan pemberian DULCOLAX. Obat pencernaan jenis digestan : Digestan adalah obat pencernaan yang membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau campurannya yang berguna untuk memperbaiki fungsi pencernaan. Digestan bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang berfungsi mencerna makanan di saluran cerna. Proses pencernaan makanan dipengaruhi oleh HCl (asam lambung), enzim pencernaan dan empedu. Adapun secara garis besar sediaan digestan yang bermanfaat adalah sebagai berikut :
1. Enzim pankreas Enzim pankreas dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin dan pankrelipase. Kedua zat tersebut mengandung amilase, tripsin (protease) dan lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipasenya relatif lebih tinggi daripada pankreatin. Pankrelipase diindikasikan pada keadaan defesiensi sekret pankreas misalnya pada pankreatitis dan mukovisidosis. Ennzim ini dirusak asam lambung sehingga harus dibuat dalam bentuk tablet enteral. Enzim pankreas sedikit sekali menyebabkan efek samping. Dosis tinggi dapat menyebabkan mual dan diare dan juga hiperurisemia. 2. Pepsin Pepsin adalah enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas. Pada defisiensi pepsin, tidak ditemukan gejala yang serius. Defisiensi pepsin total ditemukan pada pasien aklorhidria. Kegagalan lambung untuk mensekresi pepsin dan asam dengan rangsangan yang adekuat disebut akilia gastrika, sering terjadi pada pasien anemia pernisiosa dan karsinoma lambung.
3. Empedu Empedu mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yang penting untuk manusia ialah garam natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Selain penting untuk penyerapan lemak, empedu juga penting untuk absorpsi zat larut lemak misalnya vitamin A, D, E dan K. Dalam jumlah besar, garam empedu dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke duodenum. Pada keadaan normal hati mensekresi ± 24 g garam empedu atau 700 - 1000 ml cairan empedu/hari. Kira-kira 85 % empedu diabsorpsi pada usus kecil bagian bawah (sirkulasi enterohepatik), sehingga hanya 80 mg garam empedu yang harus disintesis perharinya. Asam-asam empedu meningkatkan sekresi empedu dan disebut zat koleretik, garam empedu kurang memperlihatkan aktivitas koleretik. Asam dehidrokolat suatu kolat semisintetik terutama aktif untuk merangsang empedu
dengan BM (Berat molekul) rendah karena itu dinamakan zaat hidrokoleretik. Zat ini hanya merangsang pengeluaran empedu dan bukan prosuksi empedu. Berbeda dengan asam kolat, asam kenodeoksikolat menurunkan kadar kolesterol dalam empedu. Obat ini berguna untuk mengatasi batu kolesterol kandung empedu pada pasien tertentu. Asam kenodeoksikolat bekerja dengan menurunkan absorpsi kolesterol dari usus dan menurunkan sintesis kolesterol. Bila kadar asam kenodeoksikolat mencapai 70 % empedu total, maka larutan empedu yang tadinya jenuh kolesterol menjadi tidak jenuh. Garam empedu menurunkan resistensi mukosa saluran cerna terhadap asam lambung. Kenyataan ini diduga mempunyai implikasi terhadap terjadinya gastritis, tkak peptik dan refluks esofagus. Obat pencernaan jenis kolagogum, kolelitolitik da hepati protector : i.
Kolagoga Kolagoga adalah obat yang digunakan untuk peluruh batu empedu. Obat Kolagoga adalah : ·
Asam Kenodeoksikolat
·
Asam Ursodeoksikolat
·
Asam Kenat
Indikasi untuk mengatasi penggumpalan batu Efek samping : sakit pada bagian perut,mual ii.Protektor Hati Protektor hati adalah obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk meringankan, mengurangi bahkan melindungi gangguan funsi hati Obat protektor Hati adalah : a.
Curcuma rhizoma domestica
b.
Curcuma Xanthorrizae
c.
Sylimarin
d. Mekonin Indikasi : untuk mengatasi meringankan, mengurangi bahkan melindungi gangguan fungsi hati
Efek samping : menyebabkan kantuk
iii.
Obat pencernaan untuk hemoroid Obat pencernaan golongan ini untuk permasalahan pada anus yaitu hemoroid/wasir atau luka.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Mekanisme pencernaan pada manusia terdiri dari beberapa t ahapan yang melibatkan beberapa organ pencernaan. Jenis-jenis mekanisme yang dilakukan adalah pencernaan mekanis dan pencernaan kimiawi. Pencernaan mekanis adalah proses pencernaan yang menggunakan gerakan organ tubuh seperti gigi, gerakan pada lambung, dan gerakan penyerapan sari-sari makanan pada usus. Sedangkan pencernaan kimiawi adalah pencernaan yang melibatkan enzim atau zat kimia seperti ptialin, renin, dan asam klorida. Obat - obat yang digunakan pada sistem pencernaan adalah antasida, digestiva, anti diare, pencahar / laxativa, anti spasmodika, kolagoga, protektor hati. Contoh obat dari golongan tersebut adalah antasida (Anti Hiperaciditas), di gestiva (pepsin), antidiare (kemoterapi, spasmolitik).
pertanyaan : Farha lestari di jawab : Osa ladifa No.1 kenapa proses pencernaan dikerongkongan ?
Sebelumnya minta maaf barusan itu kesalahan bicara ,bukan kerongkongan dulu tapi mulut yang pertama proses pencernaan.
Pertanyaan : Fitrinalis Di jawab : Lia meliana No 2. Jelaskan mekanisme antagonis reseptor H2 bisa menyababkan diare?
Terapi menggunakan antagonis reseptor histamin H2 merupakan terapi yang digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung berlebih. Mekanisme aksi obat golongan antagonis reseptor histamin H2 yaitu dengan cara mem-blok kerja dari histamin atau berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal sehingga mengurangi sekresi asam l ambung (Katzung, B.G, 2002). Ada 4 antagonis reseptor histamin H2 yang sering digunakan dalam pengobatan peptic ulcer disease yaitu cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine. Keempat obat tersebut dapat secara cepat di absorbsi di usus halus. Cimetidine, ranitidine dan famotidine akan mengalami first-pass hepatic metabolism yang akan mengakibatkan bioavailabilitasnya menjadi sekitar 50%. Sedangkan nizatidine hanya sedikit mengalami first-pass hepatic metabolism sehingga bioavalabilitasnya mendekati 100%. Waktu paruh (half life) dari keempat obat tersebut adalah 1 hingga 4 jam dan durasinya tergantung dari besarnya dosis yang diberikan. Obat golongan antagonis reseptor histamin H2 akan dibersihkan dari tubuh melalui kombinasi metabolisme di hati, flitrasi glomerolus dan sekresi tubulus renal. (Katzung, B.G, 2002).
Pertanyaan : Windan fauzan Di jawab : Gema nurrahman No 3. Jika kita makan contohnya seperti biji salak apakah bisa busukdi dalam pencernaan ?
Jika tertelan biji salak maka bisa dikeluarkan dengan memuntahkannya,dan tidak dicerna oleh tubuh.jika ingin dikeluarkan dengan buang air besar maka bentuknya tetap biji salak.
Pertanyaan : Annisa tresna asih Di jawab : Ratna anggraeni No 4. Bagaimana mekanisme obat peluruh kentut ?
Kentut keluar melalui lubang dubur karena kepadatannya lebih ringan. Gerak peristaltik usus mendorong isinya ke arah bawah. Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerak peristaltik usus menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga memaksa isi usus, termasuk gasnya untuk bergerak ke kawasan yang bertekanan lebih rendah, yaitu sekitar anus. Dalam perjalanan ke arah anus, gelembung-gelembung kecil bergabung jadi gelembung besar. Kalau tidak ada gerak peristaltik, gelembung gas akan menerobos ke atas lagi, tetapi tidak terlalu jauh, karena bentuk usus yang rumit & berbelit-belit. Itulah kenapa gas kentut tidak melakukan perjalanan ke tubuh bagian atas. Contoh obat nya acarbos, obat herbal dll.
Pertanyaan : Syifa finuzi Di jawab : Mediana No 5. Diazepam bagaimana mekanismenya ?
Meningkatkan kepekaan reseptor GABA-A terhadap neurotransmitter penghambat (GABA) di dalam otak yang dapatt menimbulkan efek rileks dan sedasi pada tubuh.jadi s eperti yang kita tahu sistem pencernaan itu bekerja pada saat rileks atau kolinergik jadi deazepam diberikan sebagai penenang agar sistem pencernaan bisa berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen KesehatanRepublik Indonesia : Jakarta
Evelyn.2008. “Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis”. Media Pustaka Utama.
Irianto,kus.2005. “Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis”. Yrama Widya
Malole. 1989. Penanganan Hewan – Hewan – Hewan Hewan Percobaan Dilaboratorium. Institusi Pertanian Bogor : Bogor
Syafuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Salemba Medika Press : Jakarta
Wijaya.2000. “Aktif Biologi”. Ganeca.
MAKALAH FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN SISTEM ENDOKRIN
Nama/NIM
Kelas/Kelompok
:
Ridha Ishmania S.S. (31116184) Rini Arsini (31116185) Risya Ayudia Hayat (31116186) Rofifah (31116187) Sari Rachmawati (31116188) Silfia Salma Salisa B. (31116189) Siti Arpiah (31116190) Siti Muta Afifah (31116191) Sri Damayanti (31116192) Sri Zulfah Zakiah D. (31116193) Syifa Ayudia Finuzi (31116194) Titan Shufina Rahmi (31116195) Wildan Fauzan A.A. (31116196) Winda Rahayu A. (31116197) Yolanda Dewi (31116198)
: 2D/III (Tiga)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sistem Endokrin”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Farmakologi Sistem Organ. Penulisan makalah ini bertujuan dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sistem endokrin. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap semoga Allah Swt. memberikan imbalan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aam ibadah, Aamiin iin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Tasikmalaya, April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................
i
DAFTAR ISI...............................................................................................
ii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ............................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .......................................................
1
1.3
Tujuan .........................................................................
1
PEMBAHASAN....................................................................
2
2.1.
Anatomi Fisiologi Sistem Organ Endokrin ................
2
2.2.
Mekanisme Kerja Sistem Endokrin ............................
6
2.3.
Obat Sistem Endokrin .................................................
7
PENUTUP .............................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam kelenjar. Kata “endokrin” ber asal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal,sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”. Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untukmempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjarendokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebuthormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem organ endokrin? 2. Bagaimana mekanisme kerja sistem endokrin? 3. Apa saja golongan-golongan obat endokrin dan bagaimana mekanisme, efek samping,
dan interaksinya? 4. Apa saja contoh masing-masing golongan obat tersebut beserta dosisnya?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem orgam endokrin. 2. Untuk mengetahui mekanisme kerja sistem endokrin. 3. Untuk mengetahui golongan - golongan obat endokrin beserta mekanisme, efek samping, dan interaksinya. 4. Untuk mengetahui contoh masing-masing golongan obat tersebut beserta dosisnya.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Fisiologi Sistem Organ Endokrin
System endokrin adalah suatu system yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar buntu (sekresi interna) yang mengirim hasil sekresinya langsung masuk kedalam darah dan & aliran limfe beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus (saluran). Hasil sekresinya disebut hormon, dan ekresi hormonnya ke cairan intrasel (tidak langsung ke pembuluh darah). Hormone ini masuk ke dalam darah dan dibawa oleh system peredaran darah ke seluruh tubuh. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar
endokrin dan
bekerja sama dengan sistem saraf, mempunyai peranan penting dalam pengendalian kegiatan organ-organ tubuh. Meskipun darah menyebarkan hormone ke seluruh tubuh namun hanya sel sasaran tertentu yang dapat berespon terhadap masing-masing hormone, karena hanya sel sasaran yang memiliki reseptor untuk mengikat hormone tertentu. Jadi setelah dikeluarkan, hormone mengalir dalam darah ke sel sasaran di tempat yang jauh, tempat bahan ini mengatur atau mengarahkan fungsi tertentu. Adapun fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama yaitu, sistem syaraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karekteristik tertentu. Misalnya medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari syaraf (neural). Jika kedusnya dihancurkan atau diangkat maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil oleh sistem syaraf. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem syaraf bekerja melalui neotransmitter yang dihasilkan oleh ujung-ujung syaraf. Sistem hormonal terutama berhubungan dengan pengaturan sebagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur kecepatan reaksi kimia didalam sel, transport zat-zat melalui membrane sel, aspek pertumbuhan dan sekresi. Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel lembar lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yabg banyak mengandung pembuluh kapiler. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis
tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak melaui saluran, tapi dari sel-sel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar. Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal, kelenjar hipofisis / pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal suprarenalis, dan kelenjar tim.
Kelenjar utama yang membentuk sistem endokrin manusia meliputi : 1. Hipotalamus Hipotalamus adalah bagian otak yang terletak di bagian tengah bawah otak. Hipotalamus melayani berbagai fungsi yang berbeda dalam sistem saraf, dan juga bertanggung jawab untuk mengontrol langsung dari sistem endokrin yang melalui kelenjar hipofisis. Sel-sel saraf di hipotalamus mengontrol kelenjar hipofisis untuk memproduksi bahan kimia (hormon) berikut :
Thyrotropin-releasing hormone (TRH).
Growth hormone-releasing hormone (GHRH).
Growth hormone-inhibiting hormone (GHIH).
Gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Corticotropin-releasing hormone (CRH).
Oxytocin.
Antidiuretic hormone (ADH).
2. Hiposis Kelenjar hipofisis, adalah benjolan seukuran kacang kecil jaringan yang terhubung ke bagian inferior hipotalamus otak. Banyak pembuluh darah mengelilingi kelenjar hiposis untuk membawa hormon ke seluruh tubuh. Kelenjar hiposus sebenarnya terbuat dari 2 struktur yang sama sekali terpisah, yaitu : Lobus anterior Menghasilkan hormon seperti :
Hormon pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan jaringan tulang dan tubuh lainnya dan berperan dalam penanganan nutrisi dan mineral.
Prolaktin, yang mengaktifkan produksi susu pada wanita yang sedang menyusui.
Thyrotropi, yang merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Kortikotropin, yang merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon tertentu.
Lobus posterior
Hormon antidiuretik, yang membantu mengontrol keseimbangan air dalam tubuh.
Hormon oksitosin, yang memicu kontraksi rahim pada wanita memiliki bayi.
Hipofisis juga mengeluarkan endorfin yaitu bahan kimia yang bertindak pada sistem saraf dan mengurangi perasaan nyeri. Selain itu, hipofisis mengeluarkan hormon yang mempengaruhi organ reproduksi untuk membuat hormon seks. Kelenjar hiposisi juga mengontrol ovulasi dan siklus menstruasi pada wanita. 3. Pineal Kelenjar pineal adalah terletak di tengah otak. Kelenjar pineal memproduksi hormon melatonin yang membantu mengatur waktu Anda tidur di malam hari dan ketika bangun di pagi hari, sebagai ritme sirkadian. Aktivitas kelenjar pineal dihambat oleh stimulasi dari fotoreseptor retina. Sensitivitas cahaya ini menyebabkan melatonin diproduksi hanya dalam cahaya rendah atau gelap. Peningkatan produksi melatonin menyebabkan manusia untuk merasa mengantuk pada malam hari ketika kelenjar pineal aktif
4. Tiroid Kelenjar tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di pangkal leher. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon utama 3:
Kalsitonin
Triiodothyronine (T3)
Tiroksin (T4)
Kalsitonin dilepaskan ketika tingkat ion kalsium dalam darah meningkat di atas normal. Fungsi kalsitonin untuk mengurangi konsentrasi ion kalsium dalam darah dengan membantu penyerapan kalsium ke dalam matriks tulang. Hormon T3 dan T4 bekerja sama untuk mengatur tingkat metabolisme tubuh. Peningkatan kadar T3 dan T4 menghasilkan peningkatan aktivitas selular dan penggunaan energi dalam tubuh. 5. Paratiroid Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid hormon (PTH), yang terlibat dalam homeostasis ion kalsium. PTH dilepaskan dari kelenjar paratiroid ketika tingkat ion kalsium dalam darah drop di bawah normal. PTH merangsang osteoklas untuk memecah kalsium yang mengandung matriks tulang untuk melepaskan ion kalsium bebas ke dalam aliran darah. PTH juga memicu fungsi ginjal untuk kembali menyaring kalsium dari darah, untuk kembali ke dalam aliran darah. 6. Adrenal Kelenjar adrenal adalah sepasang kelenjar berbentuk segitiga yang ditemukan di ginjal. Kelenjar adrenal masing-masing terbuat dari 2 lapisan yang berbeda, masingmasing dengan fungsi yang unik mereka sendiri : Bagian luar (korteks adrenal) – menghasilkan hormon yang disebut kortikosteroid, yang mengatur garam dan keseimbangan air dalam tubuh, respons tubuh terhadap stres, metabolisme, sistem kekebalan tubuh, dan perkembangan fungsi seksual. Bagian dalam (medula adrenal) – menghasilkan katekolamin, seperti epinefrin yang akan meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung ketika tubuh mengalami stres. 7. Pankreas Pankreas juga merupakan bagian dari sistem endokrin, meskipun fungsi pankreas juga terkait dengan sistem pencernaan karena menghasilkan dan mengeluarkan enzim pencernaan. Pankreas menghasilkan dua hormon penting, insulin dan glukagon. Mereka bekerja sama untuk mempertahankan kestabilan gula dalam darah dan untuk menjaga tubuh untuk memproduksi dan mengelola energi.
8. Gonad Gonad bertanggung jawab untuk memproduksi hormon seks tubuh. Hormon seks ini menentukan karakteristik seks sekunder perempuan dewasa (ovarium) dan laki-laki dewasa (testis). Testis – Testis adalah sepasang organ ellipsoid ditemukan dalam skrotum laki-laki yang menghasilkan testosteron androgen pada laki-laki setelah dimulainya pubertas. Hormon ini menyebabkan pertumbuhan dan peningkatan kekuatan tulang dan otot, termasuk percepatan pertumbuhan tulang panjang selama masa remaja. Selama pubertas, testosteron mengontrol pertumbuhan dan perkembangan organ seks dan rambut tubuh laki-laki, termasuk kemaluan, dada, dan rambut wajah. Ovarium – Ovarium adalah sepasang kelenjar berbentuk almond yang terletak di panggul rongga tubuh pada wanita. Ovarium menghasilkan hormon seks wanita progesteron dan estrogen. Progesteron yang paling aktif pada wanita selama ovulasi dan kehamilan di mana ia mempertahankan kondisi yang sesuai dalam tubuh manusia untuk mendukung perkembangan janin. Estrogen adalah sekelompok hormon terkait yang berfungsi sebagai hormon seks perempuan primer. Pelepasan estrogen selama pubertas memicu perkembangan karakteristik alat reproduksi wanita sekunder wanita seperti pengembangan rahim, perkembangan payudara, dan pertumbuhan rambut kemaluan. Estrogen juga memicu peningkatan pertumbuhan tulang selama masa remaja yang mengarah pada tinggi badan. 9. Timus Timus berbentuk segitiga, pada organ yang ditemukan pada tulang dada. Timus memproduksi hormon yang disebut thymosins yang membantu untuk melatih dan mengembangkan T-limfosit selama perkembangan janin dan anak-anak. T-limfosit yang diproduksi di timus melindungi tubuh dari patogen sepanjang seluruh kehidupan seseorang. Timus menjadi tidak aktif selama masa pubertas dan secara perlahan digantikan oleh jaringan adiposa sepanjang hidup s eseorang.
2.2. Mekanisme Kerja Sistem Endokrin
Cara dasar sistem endokrin bekerja adalah melalui struktur yang rumit dari kelenjar, masing-masing kelenjar mensekresikan hormon. Kelenjar endokrin bekerja sama dengan saraf di bahwa mereka bergantung pada berbagai sinyal untuk mengoperasikan, melepaskan hormon tergantung pada informasi eksternal dan internal.
Dengan cara ini, sistem dapat mengatur hampir setiap fungsi tubuh manusia dari metabolisme dengan suasana hati umum. Di antara aspek yang paling penting dari sistem endokrin adalah pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ. Mekanisme kerja sistem Endokrin secara umum
Hormon Endokrin dibawa oleh sistem sirkulasi ke sel di seluruh tubuh,termasuk sistem saraf pada beberapa kasus, tempat hormon tersebut berjalan dengan reseptornya menginsisasi berbagai reaksi sel ► memengaruhi jenis sel tubuh ; growth hormon mempengaruhi jaringan target spesifik ; ACTH. Sebagian besar hormon di tubuh berupa polipeptida dan protein, hormon-hormon tersebut memiliki ukuran yang bervariasi.
Hormon protein dan peptida di sintesis di bagian RE kasar di berbagai sel endokrin sebagai protein besar (pro hormon).
Protein besar ► dipecah menjadi prohormon yang lebih kecil di RE.
Prohormon ► di transfer ke Aparatus Golgi dan di kemas (enzim-enzim memecah prohormon►hormon berukuran lebih lecil yang sudah memiliki aktivitas biologis dan fragmen-fragmen inaktif) ke dalam vesikel sekretoris ► di simpan dalam sitoplasma, terikat pada membran sel hingga hormon tersebut dibutuhkan.
Sekresi hormon terjadi ketika vesikel sekretoris menyatu dengan membran sel dan kandungan granulanya dikeluarkan ke dalam cairan interseksial atau dengan eksotosis.
Rangsangan eksotosis = peningkatan konsentrasi kalsium sitosol akibat depolarisasi membran plasma.
Rangsangan reseptor menimbulkan meningkatnya cAMP ► aktivasi protein kinase ► sekresi hormon ► hormon di bawa ke jaringan target.
2.3. Obat Sistem Endokrin
1) Golongan Obat Sistem Endokrin a. Diabetes Melitus Tipe II Nama Obat
Benofomin
Kandungan Obat
Metformin HCl
Cara Pemberian
Oral
Dosis
1 tablet 3 kali sehari 1 kaptab 2 kali sehari
Indikasi
DM tipe II
Kontra Indikasi
Koma diabetikum, ketoasidosis, gangguan ginjal parah, penyakit hati kronis, payah jantung, alkoholisme, hipoksemia, miokardinfark
Pendokumentasian
Tablet 3x500mg = 1500 mg/hari Kaptab 2x850mg = 1700 mg/hari
Nama obat
Condiabet
Kandungan obat
Glibenclamid
Cara pemberian
Oral
Dosis
Dosis awal 5mg/hari, dinaikan bertahap 2,5mg dengan interval kira-kira 1 minggu. Dosis maksimal 15mg/hari, dalam bentuk tablet
Indikasi
DM tipe II
Kontra indikasi
IDDM/
DM
ketoasidosis, (demam,
tipeI, DM
trauma,
koma
diabetikum,
dengan
komplikasi
gangren)
kerusakan
fungsi hati dan adrenokortikal, kerusakan ginjal parah, kehamilan, laktasi. Pendokumentasian
1x5mg
b. Diabetes Melitus Tipe I Nama obat
HUMULIN
Kandungan obat
Humulin R: Human insulin regular (DNA rekombinan),kerja cepat Humulin
N:
Human
insulin
isophane
(DNA rekombinan ),kerja sedang Humulin 30/70 : capuran humulin R dan humulin N dengan perbandingan 30:70 Cara pemberian
Injeksi subkutan
Dosis
Sesuai kebutuhan
Indikasi
Pasien diabetes tipe 1 pasien diabetes yang
,memerlukan pengobatan dengan suntikan insulin Kontra indikasi
Hypoglikemia
Pendokumentasian
Vial 1x 40ml
c. Hipotiroidisme Nama obat
Tyrax
Kandungan obat
Na L-thyroxin
Cara pemberian
Oral
Dosis
Dewas : dosis awal 0,05-0,1mg/hari. Tambahkan dosis harian tiap 2 minggu 0,025-0,5mg sampai hasil yang diharapkan tercapai
Indikasi
Hipotiroid
kontra indikasi
-
pendokumentasian
1x100mcg
Nama obat
Euthyrox
Kandungan obat
Na levothyroxine
Cara pemberian
Oral
Dosis
Goiter eutiroid : 50-200mcg/hari Hipotiroidisme : Dosis awal 25-50mcg. Pemeliharaan 125-250mcg sekali sehari Pengobatan tambahan bersama antitiroid : 50-100mcg sekali sehari
Indikasi
Goiter eutiroid, hipotiroidisme, pengobatan tambahan bersama antitiroid
kontra indikasi
Hipertiroidisme; kecuali sebagai tambahan terapi pada pengobatan hipertiroidi dengan obat-obat antitiroid setelah mencapai fungsi normal
pendokumentasian
1x100mcg
d. Hipertiroidisme nama obat
Propiltiouracil
kandungan obat
Propiltiourasil
cara pemberian
Oral
dosis
untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari,
dosis
hipertiroidisme hipertiroidisme
terbagi
setiap
berat
450
ocasional
8
jam.
mg/hari,
memerlukan
untuk untuk 600-900
mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari indikasi
Hipertiroidisme
kontra indikasi
hipersensisitif
terhadap
Propiltiourasil,
blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui. pendokumentasian
1x 50mg
nama obat
Tapazole
kandungan obat
Methimazole
cara pemberian
Oral
dosis
untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari. Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40 mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
indikasi
agent antitiroid
kontra indikasi
Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil
pendokumentasian
Untuk anak : 3x 0,4mg Untuk dewasa : 1x 10mg
nama obat
Neo mecarzole
kandungan obat
Karbimazole
cara pemberian
Oral
dosis
30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg. Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan dengan respon.
indikasi
hipertiroidisme
kontra indikasi
blocking replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa menyusui
pendokumentasian
1x 5mg
2) Mekanisme Obat sistem Endokrin a.
Mekanisme Kerja Humulin R Humulin R adalah insulin yang bersifat Kerja cepat (Shor Acting Time),
bentuknya jernih dapatdiberikan secara SC / IV mulai bereaksi 0.5 - 1 jam, puncak 2 - 4 jam, dan lamanya 6 - 8 jam. Humulin R digunakan untuk pengobatan DM tipe 1, DM tipe 2 yang gula darahnya dapat dikendalikan dengan dietdan antidiabetik oral, DM dengan berat badan yang menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DMpaskabedah pankreas, ketoasidosis dan koma hiperosmolar, DM dengan kehamilan.Mekanisme kerja humulin R adalah Insulin menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasipengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik.Efek kerja insulin yang sudahsangat dikenal adalah membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darahakan meningkat, dan sebaliknya selsel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak dapatmemproduksi energi sebagaimana seharusnya. Disamping fungsinya membantu transpor glukosa masuk ke dalam sel, insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik metabolismekarbohidrat dan lipid, maupun metabolisme protein dan mineral. Insulin akan meningkatkan lipogenesis,menekan lipolisis, serta meningkatkan transport asam amino masuk ke dalam sel. Insulin juga
mempunyaiperan dalam modulasi transkripsi, sintesis DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan fungsi insulindapat menyebabkan pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat luas pada berbagai organ dan jaringan tubuh. Efek samping terapi insulin yang paling sering terjadi adalah hipoglikemia. Keadaan ini dapat terjadi akibat :Dosis insulin yang berlebihan, Saat pemberian yang tidak tepat, Penggunaan glukosa yang berlebihan, misalnya olahraga anaerobic berlebihan. Faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan individu terhadap insulin, misalnyagangguan fungsi adrenal atau hipofisis Parameter monitoring : Kadar glukosa darah puasa: 80/120mg/dl, Kadar hemoglobin A1c : 160 mg / hari)
EFEK
Pada pasien yang diobati dengan dosis tinggi propranolol (> 160 mg / hari), T3 dan T4 tingkat berubah, tingkat TSH tetap normal, dan pasien eutiroid secara klinis. Tindakan antagonis beta-adrenergik tertentu mungkin terganggu ketika seorang pasien hipotiroid dikonversi ke2q keadaan eutiroid. administrasi jangka pendek dosis besar glukokortikoid
Glukokortikoid
dapat menurunkan konsentrasi T3 serum sebesar 30%
(misalnya,
dengan perubahan minimal di tingkat T4 serum.
Deksametason ≥
Namun, terapi glukokortikoid jangka panjang dapat
4 mg / hari)
mengakibatkan sedikit penurunan kadar T3 dan T4 akibat penurunan produksi TBG (Lihat di atas). Menyebabkan perubahan biokimia terisolasi
Amiodarone
(peningkatan serum bebas T4, dan penurunan atau normal bebas T3) pada pasien secara klinis eutiroid. Kalsium karbonat dapat membentuk khelat tidak larut
Kalsium
dengan Levotiroksin, dan sulfat besi cenderung
Karbonat
membentuk kompleks besi-tiroksin. Mengonsumsi
Ferrous Sulfate
tablet natrium Levotiroksin minimal 4 jam terpisah dari agen ini.
Fenobarbital
Fenobarbital telah terbukti mengurangi respon tiroksin. Fenobarbital meningkatkan metabolisme Amiodarone menghambat konversi perifer
Obat lain:
Levotiroksin (T4) ke triiodothyronine (T3) dan dapat
Amiodaron
menyebabkan perubahan biokimia terisolasi (peningkatan serum bebas T4, dan penurunan atau
normal bebas T3) pada pasien secara klinis eutiroid. Sukralfat,
Keasaman lambung merupakan persyaratan penting
Antasida,
untuk penyerapan Levotiroksin. Sukralfat, antasida dan
Aluminium &
inhibitor pompa proton dapat menyebabkan
Magnesium
hypochlorhydria, mempengaruhi pH intragastrik, dan
Hidroksida,
mengurangi penyerapan Levotiroksin. Monitor pasien
Simetikon
dengan tepat. Obat ini dapat menyebabkan perpindahan situs pengikatan protein. Furosemide telah diuktikan menghambat protein pengikatan T4 untuk TBG dan
Karbamazepin
albumin, menyebabkan peningkatan fraksi T4 bebas
Furosemid
dalam serum. Furosemide bersaing untuk situs T4-
(> 80 mg IV)
mengikat TBG, prealbumin, dan albumin, sehingga
Heparin
dosis tinggi tunggal akut dapat menurunkan tingkat T4
Hydantoins
Total. Fenitoin dan carbamazepine mengurangi protein
NSAID
serum mengikat Levotiroksin, dan T4 total dan bebas
- Fenamates
dapat dikurangi dengan 20% sampai 40%, tetapi kebanyakan pasien memiliki kadar serum TSH normal dan eutiroid secara klinis. Memonitor parameter hormon tiroid.
Interaksi Lain a. Terapi antidiabetes Penambahan Levotiroksin terapi natrium tablet pada pasien dengan diabetes mellitus dapat memperburuk kontrol glikemik dan mengakibatkan peningkatan agen atau insulin persyaratan antidiabetes. Hati-hati memantau kontrol glikemik, terutama ketika terapi tiroid dimulai, berubah, atau dihentikan. b. Antikoagulan oral Levothyroxine sodium tablet meningkatkan respon terhadap terapi antikoagulan oral. Oleh karena itu, penurunan dosis antikoagulan dapat dibenarkan dengan koreksi dari negara hipotiroid atau ketika tablet natrium Levotiroksin dosis meningkat. Memonitor tes koagulasi untuk mengizinkan penyesuaian dosis yang tepat dan tepat waktu. digitalis Glikosida tablet natrium levothyroxine dapat mengurangi efek terapi dari glikosida
digitalis. tingkat glikosida digitalis serum dapat menurunkan ketika seorang pasien hipotiroid menjadi eutiroid, sehingga diperlukan peningkatan dosis glikosida digitalis.
Interaksi Metformin Glyburide - Dalam studi interaksi dosis tunggal pada pasien diabetes tipe 2, pemberian
metformin
dan
glyburide
tidak
menghasilkan
perubahan
baik
dalam
farmakokinetik Metformin atau farmakodinamik. Penurunan glyburide AUC dan Cmax diamati, tetapi sangat bervariasi. Sifat dosis tunggal dari penelitian ini dan kurangnya korelasi antara kadar darah glyburide dan efek farmakodinamik, membuat signifikansi klinis dari interaksi ini tidak pasti. Furosemide - Sebuah studi interaksi obat metformin-furosemide dosis tunggal pada subjek yang sehat menunjukkan bahwa parameter farmakokinetik dari kedua senyawa dipengaruhi oleh pemberian bersama. Furosemide meningkatkan Metformin plasma dan darah Cmax sebesar 22% dan darah AUC sebesar 15%, tanpa perubahan signifikan dalam pembersihan ginjal Metformin. Ketika diberikan dengan Metformin, C max dan AUC dari furosemide masing-masing 31% dan 12% lebih kecil, dibandingkan ketika diberikan sendiri, dan waktu paruh terminal menurun sebesar 32%, tanpa perubahan signifikan dalam pembersihan renal furosemide. Tidak ada informasi yang tersedia tentang interaksi Metformin dan furosemide ketika digunakan secara kronis. Nifedipine - Sebuah studi interaksi obat metformin-nifedipine dosis tunggal pada sukarelawan sehat yang normal menunjukkan bahwa pemberian bersama nifedipine meningkatkan plasma Metformin Cmax dan AUC sebesar 20% dan 9%, masing-masing, dan meningkatkan jumlah yang diekskresikan dalam urin. T max dan paruh tidak terpengaruh. Nifedipine tampaknya meningkatkan penyerapan Metformin memiliki efek minimal pada nifedipine. Obat-obatan yang mengurangi pembersihan Metformin-Penggunaan bersamaan obatobatan yang mengganggu sistem transportasi tubular ginjal umum yang terlibat dalam eliminasi ginjal Metformin (misalnya, transporter kationik-2 organik [OCT2] / multidrug dan ekstrusi racun [MATE] inhibitor seperti ranolazine, vandetanib, dolutegravir, dan cimetidine ) dapat meningkatkan paparan sistemik terhadap Metformin dan dapat meningkatkan risiko asidosis laktat. Pertimbangkan manfaat dan risiko penggunaan bersamaan. Interaksi antara Metformin dan cimetidine oral telah diamati pada sukarelawan sehat normal baik dalam studi interaksi obat metformin-cimetidine tunggal maupun multipel, dengan peningkatan 60% pada puncak Metformin plasma dan konsentrasi darah utuh dan peningkatan 40% dalam plasma.
dan seluruh darah Metformin AUC. Tidak ada perubahan dalam paruh eliminasi dalam studi dosis tunggal. Pada sukarelawan sehat, farmakokinetik Metformin dan propranolol, dan Metformin dan ibuprofen tidak terpengaruh ketika digunakan dalam studi interaksi dosis tunggal. Metformin terikat pada protein plasma dan oleh karena itu, lebih kecil kemungkinannya untuk berinteraksi dengan obat-obatan yang terikat dengan protein tinggi seperti salisilat, sulfonamid, kloramfenikol, dan probenesid, dibandingkan dengan sulfonilurea, yang secara ekstensif terikat dengan protein serum. Interaksi lain - Obat-obatan tertentu cenderung menghasilkan hiperglikemia dan dapat menyebabkan hilangnya kontrol glikemik. Obat-obat ini termasuk tiazid dan diuretik lainnya, kortikosteroid, fenotiazin, produk tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat, simpatomimetik, obat penyumbat saluran kalsium, dan isoniazid. Ketika obat-obatan tersebut diberikan kepada pasien yang menerima tablet hidroklorida Metformin, pasien harus diamati dengan seksama karena kehilangan kendali glukosa darah. Ketika obat tersebut ditarik dari pasien yang menerima tablet hidroklorida Metformin, pasien harus diamati secara seksama untuk hipoglikemia. Penghambat karbonat anhidrase-Topiramate atau penghambat anhidrase karbonat lainnya (misalnya, zonisamide, acetazolamide atau dichlorphenamide) sering menyebabkan penurunan bikarbonat serum dan menginduksi kesenjangan non-anion, asidosis metabolik hiperkloremik. Penggunaan bersamaan dari obat-obatan ini dengan tablet Metformin hidroklorida dapat meningkatkan risiko untuk asidosis laktat. Pertimbangkan pemantauan lebih sering pada pasien-pasien ini. Alkohol-alkohol dikenal untuk mempotensiasi efek Metformin pada metabolisme laktat. Peringatkan pasien terhadap asupan alkohol yang berlebihan saat menerima tablet Metformin hidroklorida. Interaksi Obat Humulin R Sejumlah zat mempengaruhi metabolisme glukosa dan mungkin memerlukan penyesuaian dosis insulin dan terutama pemantauan ketat. Obat-obatan yang dapat meningkatkan efek penurun glukosa darah Humulin R U-100 dan kepekaan terhadap hipoglikemia: Obat antihiperglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, antidepresan tertentu (inhibitor monoamine oxidase, inhibitor reuptake serotonin selektif [SSRI]), pramlintide, disopiramid, fibrat, fluoxetine, propoxyphene, pentoxifylline, inhibitor ACE, agen penghambat reseptor
angiotensin II, beta-adrenergic blocker , inhibitor fungsi pankreas (misalnya, octreotide), dan alkohol. Obat-obatan yang dapat mengurangi efek penurun glukosa darah: Kortikosteroid, isoniazid, obat penurun lipid tertentu (misalnya niacin), estrogen, kontrasepsi oral, fenotiazin, danazol, diuretik, agen simpatomimetik, somatropin, antipsikotik atipikal, glukagon, protease inhibitor, dan terapi penggantian tiroid. Obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan efek penurun-glukosa darah: Betaadrenergic blocker, clonidine, garam lithium, dan alkohol. Pentamidin dapat menyebabkan hipoglikemia, yang kadang-kadang bisa diikuti oleh hiperglikemia. Obat-obatan yang dapat menutupi tanda-tanda hipoglikemia: Beta-adrenergic blocker, clonidine, guanethidine, dan reserpine. 2. Golongan Hipertiroidisme a. Propiltiourasil
Antikoagulan (oral): Karena penghambatan potensi aktivitas vitamin K oleh Propylthiouracil,
aktivitas
antikoagulan
oral
(misalnya,
warfarin)
dapat
ditingkatkan; pemantauan tambahan dari PT / INR harus dipertimbangkan, terutama sebelum prosedur bedah.
Agen Inhibitor beta-adrenergik: Hipertiroidisme dapat menyebabkan clearance meningkat dari beta blocker dengan rasio ekstraksi yang tinggi. Dosis dikurangi dari beta blocker-adrenergik mungkin diperlukan bila pasien hipertiroid menjadi eutiroid.
Glikosida Digitalis: Tingkat serum digitalis dapat meningkat ketika pasien hipertiroid pada rejimen glikosida digitalis stabil berubah menjadi euthyroid; pengurangan dosis glikosida digitalis mungkin diperlukan
Teofilin: Theophylline izin dapat menurunkan pasien ketika hipertiroid pada teofilin rejimen stabil menjadi eutiroid; dosis dikurangi teofilin mungkin diperlukan.
b. Methamizole
Antikoagulan (oral): Karena potensi penghambatan aktivitas vitamin K oleh methimazole, aktivitas antikoagulan oral (misalnya, warfarin) dapat ditingkatkan; pemantauan tambahan dari PT / INR harus dipertimbangkan, terutama sebelum prosedur bedah.
ß-adrenergik blocking agen: Hipertiroidisme dapat menyebabkan clearance meningkat dari beta-blocker dengan rasio ekstraksi yang tinggi. Pengurangan dosis dari antagonis beta blocker-adrenergik mungkin diperlukan bila pasien hipertiroid menjadi eutiroid.
Glikosida Digitalis: Tingkat serum digitalis dapat meningkat ketika pasien hipertiroid pada rejimen glikosida digitalis stabil berubah menjadi euthyroid; pengurangan dosis glikosida digitalis mungkin diperlukan
Teofilin: Pembersihan teofilin dapat menurun pada rejimen theophylline ketika pasien stabil hipertiroid menjadi euthyroid; dosis teofilin yang dikurangi mungkin diperlukan
BAB III KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin mencakup semua kelenjar tubuh dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut. Kelenjar dikendalikan langsung oleh stimulasi dari sistem saraf serta oleh reseptor kimia dalam darah. Dengan mengatur fungsi organ dalam tubuh, kelenjar ini membantu untuk mempertahankan fungsi tubuh. Metabolisme sel, reproduksi, perkembangan seksual, gula dan homeostasis mineral, denyut jantung, dan pencernaan adalah salah satu dari banyak proses yang diatur oleh tindakan hormon. Pondasi dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar. Sebagai pembawa pesan kimia tubuh, hormon melakukan transfer informasi dan instruksi dari satu set sel. Anatomi sistem endokrin terdiri dari kelenjar utama yang membentuk sistem endokrin manusia meliputi : hipotalamus, hiposis, pineal, tiroid, paratiroid, adrenal, pankreas, gonad, dan timus. Obat yang termasuk kedalam sistem endokrin diantaranya yakni, antidiabetes, antihiperteroid, antihipoteroid, obat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Graves “Disease” National Institute of Health Publication. United States Of America Bahn et al. 2011. Hypertiroidism and Other Cause of Thyrotocycosis: Management Guidlines of The American Thyroid Assosiation and American Association of Clinical Endocrinologist. Endocr Pract. 17 (No.3) Balley, CJ. 1996. Metformin (Drug Therapy: Human Kinetics. Churchil. Livingstone. Stagnaro et al. 2011. Guidelines of The American Thyroid Association for Diagnosis and Mangement of Thyroid Disease During Pregnancy and Postpartum, THYROID 21, 1081-1125.
BERITA ACARA PRESENTASI
Pertanyaan
Mediana : Kelebihan hormon estrogen dapat
meningkatkan berat badan, jelaskan bagaimana mekanisme hal tersebut dapat terjadi! Jawaban Risya : Kelebihan hormon estrogen menyebabkan
retensi cairan dalam tubuh sehingga terjadi penumpukan cairan dalam tubuh terutama pada bagian perut dan pinggang yang dapat menyebabkan bagian tersebut terlihat bergelambir selain itu karena sel sel lemak dalam tubuh lah yang menghasilkan estrogen, sel sel lemak tidak membakar kalori sehingga menyebabkan akumulasi lemak dalam tubuh dan meningkatkan berat badan. Kemudian dapat juga disebabkan karena akibat kelebihan hormon estrogen dalam tubuh menyebabkan produksi berlebihan globulin dalam hati. Globulin bekerja untuk mengikat hormon tiroid dalam darah sehingga tidak masuk kedalam sel akibatnya proses metabolisme menjadi terganggu. Salah satu akibat
jika
proses
metabolisme
terganggu
adalah
dapat
meningkatkan berat badan. Pertanyaan Neneng : Tentang kasus susah tidur,itu termasuk
penyakit hormon bkan,itu gara-gara kekurangan atau kelebihan hormon?penyakit itu termasuk pada hormon apa? Gmna cara pengobatannya biar ga kesulitan tidur? Jawaban Rini : Termasuk penyakit Hormon tiroid, dapat
berpengaruh terhadap tidur. Hormon tiroid yang berlebih berakibat
meningkatnya
metabolisme
tubuh
menjadikan
seseorang overaktif dan kurang istirahat sepanjang hari. Disamping itu juga dapat membuat seseorang kesulitan untuk tidur di malam hari. Hormon yang berperan dalam tidur yakni melatonin, hormon yang berperan penting sehingga kita dapat tidur di malam hari dengan baik. Cara pengobatannya : tidur teratur sesuai dengan jadwalnya dan pola hidup yang sehat.
Pertanyaan Hilman Fitriaji S.P : Apakah orang (laki-laki) yang terkena
hernia dapat ereksi ? Jawaban Wildan Fauzan A.A : Tidak, karena orang yang mengalami
hernia organ testisnya turun ke bawah atau tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan disfungsi testis sebagai tempat pembentukan sperma dan juga rangsangan ke hipotalamusnya pun bukan ingin melakukan ereksi tetapi malah memberikan impuls mediator nyeri.
BERITA ACARA PRESENTASI
3
Pertanyaan Mediana : Kelebihan hormon estrogen dapat meningkatkan
berat badan, jelaskan bagaimana mekanisme hal tersebut dapat terjadi! Jawaban Risya : Kelebihan hormon estrogen menyebabkan retensi cairan
dalam tubuh sehingga terjadi penumpukan cairan dalam tubuh terutama pada bagian perut dan pinggang yang dapat menyebabkan bagian tersebut terlihat bergelambir selain itu karena sel sel lemak dalam tubuh lah yang menghasilkan estrogen, sel sel lemak tidak membakar kalori sehingga menyebabkan akumulasi lemak dalam tubuh dan meningkatkan berat badan. Kemudian dapat juga disebabkan karena akibat kelebihan hormon estrogen dalam tubuh menyebabkan produksi berlebihan globulin dalam hati. Globulin bekerja untuk mengikat hormon tiroid dalam darah sehingga tidak masuk kedalam sel akibatnya proses metabolisme menjadi terganggu. Salah satu akibat jika proses metabolisme terganggu adalah dapat meningkatkan berat badan. Pertanyaan Neneng : Tentang kasus susah tidur,itu termasuk penyakit
hormon bkan,itu gara-gara kekurangan atau kelebihan hormon?penyakit itu termasuk pada hormon apa? Gmna cara pengobatannya biar ga kesulitan tidur? Jawaban Rini : Termasuk penyakit Hormon tiroid, dapat berpengaruh
terhadap tidur. Hormon tiroid yang berlebih berakibat meningkatnya metabolisme tubuh menjadikan seseorang overaktif dan kurang istirahat sepanjang hari. Disamping itu juga dapat membuat
seseorang kesulitan
untuk tidur di malam hari. Hormon yang berperan dalam tidur yakni melatonin, hormon yang berperan penting sehingga kita dapat tidur di malam hari dengan baik. Cara pengobatannya : tidur teratur sesuai dengan jadwalnya dan pola hidup yang sehat. Pertanyaan Hilman Fitriaji S.P : Apakah orang (laki-laki) yang terkena
hernia dapat ereksi ? Jawaban Wildan Fauzan A.A : Tidak, karena orang yang mengalami
hernia organ testisnya turun ke bawah atau tidak pada tempatnya sehingga menimbulkan disfungsi testis sebagai tempat pembentukan sperma dan juga rangsangan ke hipotalamusnya pun bukan ingin melakukan ereksi tetapi malah memberikan impuls mediator nyeri.
4
View more...
Comments