MAKALAH FCC Kel 2 Magister Kep Anak 2017

April 29, 2019 | Author: Putri Eka | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

-...

Description

MAKALAH APLIKASI FAMILY CENTERED CARE PADA NEONATUS

I

OLEH :

Disusun Oleh: Kelompok 3

PUTRI EKA SUDIARTI

(1721312080)

DEVI EKA SAFITRI

(1721312006)

HIDAYATUL HASNI

(1721312057)

Dosen Pengampu Ns. Dwi Novianda ,M.Kep

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2018

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi keperawatan adalah gudang amal, ilmu dan kemanusiaan. Perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang diberikan kepada pasien atau sering disebut sebagai Patient sebagai Patient Centered Care  Care  (PCC) tapi juga perawat memberikan pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien atau sering disebut Family disebut Family Centered Care (FCC). Dalam kaitannya dengan PCC, perawat selalu berada disisi pasien, menjaga pasien dan memberikan terapi atau tindakan keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi medis kepada pasien. Peran perawat juga sangat terlihat begitu berarti pada kondisi pasien bayi (Committee, 2009). Keluarga berdasarkan teori keluarga itu dipandang sebagai suatu hubungan saling ketergantungan dan saling keterikatan. Antar anggota keluarga memiliki rasa kasih sayang yang kuat dan saling memiliki, bahkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan merasakan kesedihan dan selalu mendampingi supaya cepat sembuh. Family Centered Care pada neonates adalah suatu aktifitas kesehatan professional dengan memperdayakan keluarga untuk dapat turut serta melakukan perawatan terhadap bayi (Committee, 2009). Kehamilan dan kelahiran bayi membuka jendela bahwa adany kesempatan untuk membuat perbedaan terhadap kesejahteraan bayi. Para orangtua mengharapkan agar mereka dapat turut serta dalam perawatan bayi mereka, orangtua juga menginginkan agar mereka mendapatkan informasi yang sedetail-detainya mengenai bayi mereka. Tak jarang orang tua mendapatkan informasi yang simpang siur yang pada akhirnya hanya membuat mereka stress dan bingung (Committee, 2009). Keberlangsungan perawatan sangat penting bagi keluarga, yang merupakan bagian  pada waktu yang kritis, selama transisi perawatan dan perubahan tanggung jawab orangtua pada perawatan bayi mereka saat hari pertama kelahiran anak. Family centered care dapat meningkatkan kemonikasi antara orangtua dan

bayi. Hali ini ini juga dapat

meningkatkan interaksi dengan baik. FCC juga dapat menurunkan lama waktu rawat, mordibity dan mortality bayi (Committee, 2009).

B. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana sejarah family centered care pada neonatal 2. Mengetahui bagaimana konsep family centered care pada neonatal 3. Mengetahui bagaimana aplikasi family centered care pada neonatal di luar dan dalam negri. C. Manfaat 1. Makalah ini dapat menjadi tambahan pengetahuan mengenai Family Centered Care

 bagi para mahasiswa. 2. Makalah ini dapat menjadi panduan bagi orangtua dalam memberikan perawatan

 pada bayi mereka. 3. Makalah ini dapat menjadi tambahan penelitian bagi para peniliti.

BAB II KERANGKA TEORI

A. Sejarah

Asal usul penerapan Family Centered Care pada Neonatal awalnya mulai tahun 1800-an, Sebagian besar bayi lahir di rumah dengan sedikit keterlibatan dokter. Perawatan hampir secara eksklusif diberikan oleh ibu, dengan bantuan dari anggota keluarga besar yang biasanya perempuan. Pendekatan ini berubah pada tahun 1900-an, ketika Dr Martin Couney menemukan inkubator, yang memisahkan ibu dari bayi mereka. Era ini juga menandai dimulainya pemisahan neonatus dari keluarganya. Pemisahan ini  berlanjut sampai tahun 1930-an saat persalinan dan persalinan berpindah dari rumah ke rumah sakit, karena peningkatan hasil kesehatan yang diakibatkan oleh penemuan medis dan tindakan pengendalian infeksi (Gooding et al., 2011). Konsep perawatan ini berubah drastis seiring dengan pergantian abad dan kemunculan teknologi yang berfungsi untuk mengurangi angka kematian neonatal. Pada akhir tahun 1940an, 99% kelahiran dsudah dilakukan di rumah sakit di Amerika Serikat dan untuk kelahiran di rumah sakit pada masa inilah terjadi pemisahan antara ibu dari suaminya sebelum proses kelahiran dan pemisahan ibu dari anaknya setelah kelahiran, hal ini terjadi karena ketakutan akan infeksi (Gooding et al., 2011). Pergeseran paradigma muncul dari yang terlihat di tahun 1800an, "dengan dokter sebagai orang yang otoriter, perawat sebagai penjaga pintu bagi bayi, dan keluarga sebagai pengamat. Pada tahun 1970-an manfaat perawatan berpusat pada keluarga mulai muncul kembali hal ini terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan untuk kontrol pada konsumen di Amerika Serikat. Pada tahun 1993, Institute for Patient and Family-Centered Care didirikan, dan konsep perawatan keluarga berpusat diperkenalkan Prinsip perawatan keluarga berpusat di NICU diikuti pada tahun 1993. Dukungan keluarga mulai terjadi  pada tahun 2001. The Institute of Medicine perawatan yang berpusat pada pasien sebagai satu dari enam tujuan untuk sistem perawatan kesehatan di abad ke-21 (Komite mengenai Kualitas Pelayanan Kesehatan di Amerika, Institut Kedokteran, 2001) (Gooding et al., 2011).

Dalam sebuah pernyataan kebijakan bersama tahun 2003, American Academy of Pediatrics dan Institute for Patient and Family-Centered Care menantang penyedia layanan kesehatan untuk melibatkan orang tua sebagai mitra dan pengambil keputusan  bersama melalui rawat inap yang berpusat pada keluarga (Committee on Hospital Care, 2003) . Banyak penyedia layanan kesehatan telah menjawab panggilan ini, dan bukti untuk mendukung pendekatan berpusat pada pasien anak-anak yang berpusat pada keluarga muncul. Ini adalah tantangan yg berat. Publikasi baru-baru ini menggambarkan ketidakpuasan yang dirasakan banyak orang tua NICU karena keterlibatan terbatas dalam  perawatan anak mereka dan komunikasi orang tua terbatas (Gooding et al., 2011). Ketidakpuasan ini muncul karena bayi membutuhkan tingkat rawatan yang lebih dan memerlukan hari rawatan yang lama. Lebih dari setengah juta bayi yang lahir setiap tahun di Amerika Serikat prematur (Centers for Disease Control and Prevention [CDC], 2012). Kelangsungan hidup bayi ini bergantung pada perawatan yang diterima di NICU. Probabilitas terbesar untuk mortalitas dan morbiditas adalah berat lahir sangat rendah (CDC, 2010)

B. Pengertian

 Family Centered Care (asuhan berpusat pada keluarga) Filosofi  Family Centered Care  keluarga bersifat konstan dalam hidup anak. Sistem pelayanan dan personel harus mendukung, menghargai, mendorong, dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan pemberian bantuan efektif.  Family Centered Care  pada neonates adalah suatu aktifitas kesehatan professional dengan memperdayakan keluarga untuk dapat turut serta melakukan perawatan terhadap bayi (Committee, 2009).

1. Filosofi F amily Centered Care pada Neonatal: a. Adanya hubungan emosional dan hubungan sosialantara orangtua dan bayi yang harus mulai dibangun sejak dini. Sehingga orangutan mengetahu bagaimana kondisi bayi mereka sejak kelahiran pertama.

 b. Adanya keterbukaan antara ayah, ibu, kerabat dan keluarga lainnya untuk memberikan perawatan secara langsung. c. Orangtua membutuhkan akses untuk menulis informasi tentang kondisi bayi mereka dan kesempatan untuk berdiskusi. d. Adanya keinginan orangtua untuk lebih bertanggungjawab terhadap kondisi dan kebutuhan bayi mereka.

2. Prinsip spesifik F amily Centered Care pada Neonatal (Committee, 2009): a. Mengenalkan dan mengoriantasikan  Family Centered Care  pada keluarga dan orangtua.  b. Mendorong kontak orangtua dengan bayi skin to skin seperti “Kanggaro Care”. c. Mendorong ibu untuk menyusui, jika ASI tidak keluar maka lakukan pompa ASI dan adanya donor ASI. d. Adanya pertukaran informasi kepada orangtua, pertemuan rutin, dan diari bayi mereka e. Mempersiapkan

dan

merencanakan

bagaimana

transformasi

antara

level

 perawatan di rumah sakit dan ruamah orangtua.adanya akses dukungan social dan  psikologi seperti kenseling dan kelompok dukungan orangtua.

3. Manfaat F amily Centered Care pada neonatal (Committee, 2009): a. Keluarga memiliki kepercayaan dan kemampuan yang lebih besar dan tekanan yang lebih kecil dalam merawat anak-anak mereka.  b. Ketergantungan keluarga pada pemberi keperawatan profesional berkurang. c. Biaya perawatan berkurang. d. Para profesional mengalammi kepuasan kerja yang lebih besar. e. Kedua orang tua dan petugas kesehatan diberdayakan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan yang baru.

4. Elemen Penting F amily Centered Care pada neonatal (Committee, 2009) , yaitu: a. Mengenali dan menilai peran orangtua, saudara kandung anggota keluarga lainnya.

 b. Mengembangkan kesadaran pada kebutuhan keluarga, pengaruh emosional sebeum kelahiran dan anya perbedaan kebutuhan setiap invidu dari angota keluarga. c. Memaksimalkan kesempatan pada komunikasi dengan orangtua dan grup komunikasi local d. Memberikan bantuan praktik pada perawatan bayi dan interaksi bayi, termasuk  perilaku. Meningkatkan kepercayaan diri sebagai orangtua dan mensuport orangtua terhadap hubungan dengan bayi mereka. e. Memberikan dukungan epsikososial f.

Menilai dan mendorong kemampuan ibu untuk meningkatkan kontak batin antara ibu dan bayi dengan memberikan ASI

g. Mengedukasi keluarga untuk memfasilitasi keluarga yang nyaman.

5. Fasilitas yang harus disiapkan terhadap pelaksanaan pada neonatal (Committee,

2009): a. Adanya ruangan khusus bagi bayi dan orangtua.  b. Fasilitas perawatan di design dengan baik, layaknya tenaga kesehatan memberikan  perawatan kepada orangtua dan bayi seperti memberikan perawatan dirumah mereka. c. Area di design dengan memberikan privasi dan minimal dari gangguan d. Orangtua dapat duduk atau berada di dalam ruang neonatal e. Adanya fasilitas makan dan minum yang diberikan kepada keluarga atau orangtua. f.

Adanya ruang bermain antara keluarga dan bayi meraka.

g. Adanya cahaya yang cukup dan ruangngan yang sangat nyaman.

C. Peran Perawat Pediatrik  1. Hubungan terapeutik  Penetapan hubungan terapeutik merupakan pondasi penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat anak perlu berhubungan dengan anak-anak dan keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan dan kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapeutik, caring, batasan yang didefinisikan

dengan baik, memisahkan perawat dari anak dan keluarga. Batasan ini bersifat  positif dan profesional dan akan meningkatkan kendali keluarga atas perawatan kesehatan anak. Keduanya, baik perawat maupun keluarga diberdayakan, dan komunikasi yang terbuka dipertahankan. Dalam hubungan yang tidak terapeutik,  batasan ini tidak terlihat dengan jelas, dan banyak tindakan perawat yang dapat memenuhi kebutuhan pribadi, seperti kebutuhan untuk dilibatkan dan merasa diperlukan, dibandingkan hanya memenuhi kebutuhan keluarga (Kliegman, 2011). Walaupun relavan dalam semua tatanan, pendekatan asuhan berpusat-keluarga dalam praktik perawatan paling jelas dilakukan pada perawatan di rumah (homecare). Bagaimanapun, tatanan perawatan di rumah memberikan tantangan terbesar  bagi perawat dalam menentukan batasan hubungan kolaboratif dengan keluarga dan menjadi bagian dalam sistem keluarga. Beberapa faktor menghambat  pemeliharaan batasan yang jelas tentang: lingkungan rumah yang bersifat informal, percakapan sosial yang bisa terjadi antara anggota keluarga sepanjang hari, keikutsertaan anggota keluarga dalam perawatan anak, dan upaya beberapa keluarga untuk mengurangi stres karena kehadiran orang asing di rumah dengan memasukkan perawat sebagai anggota keluarga (Kliegman, 2011). 2. Advokasi/ Caring Keluarga Walaupun perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, dan institusi tempat bekerja, tanggung jawab utama mereka adalah memberikan asuhan keperawatan kepada konsumen yaitu anak dan keluarganya. Perawat harus bekerja sama dengan anggota keluarga, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, dan merencanakan intervensi yang paling dapat mengatasi masalah. Sebagai advokat (pembela), perawat membantu anak-anak dan keluarga mereka dalam menentukan berbagai pilihan yang diberitahukan dan bertindak dalam memberikan yang terbaik kepada anak. Advokasi itu meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui semua pelayanan kesehatan yang tersedia, diinformasikan secara tepat tentang pengobatan dan prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan didorong untuk berubah atau mendukung praktik pelayanan kesehatan yang ada (Kliegman, 2011). 3. Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan

Tren pelayanan kesehatan masa depan adalah ke arah pencegahan penyakit dan  pemeliharaan

kesehatan,

bukan

perawatan

penyakit

atau

ketidakmampan. Keperawatan telah menyesuaikan perubahan ini, terutama dalam lingkungan

kesehatan

anak.

Tahun

1965

program pediatrik

nurse

 practitioner (PNP) mulai dikembangkan dan telah memicu terbentuknya beberapa  peran keperawatan primer atau ambulasi khusus bagi perawat. Daya dorong dari  program ini adalah mendidik perawat lebih dari tahap persiapan dasar di area  pemeliharaan kesehatan anak sehingga semua anak-anak dapat menerima  perawatan yang berkualitas tinggi. Program praktisi sudah meluas untuk mempersiapkan PNP spesialis seperti praktisi perawat anak onkologi. Walaupun kurikulumnya bervariasi, isi kursus biasanya meliputi pengkajian riwayat, diagnosis

fisik,

pertumbuhan

dan

perkembangan,

pendidikan

kesehatan,

farmakologi, konseling, masalah umum di masa kanak-kanak, dan rencana asuhan untuk individu dan kelompok. Program ini kini merupakan bagian dari pendidikan keperawatan tingkat sarjana (Kliegman, 2011). 4. Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari advokasi dan prevensi keluarga. Penyuluhan kesehatan mungkin suatu tujuan langsung dari perawat, seperti selama kelas menjadi orang tua, atau mungkin tidak langsung seperti membantu orang tua dan anak memahami suatu diagnosis atau pengobatan medis, mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan tentang tubuh mereka, merujuk keluarga ke profesional kesehatan atau kelompok pendukung, menyuplai pasien dengan literatur yang tepat, dan memberi pedoman antisipasi (Kliegman, 2011). 5. Dukungan/Konseling Perhatian pada kebutuhan emosi memerlukan dukungan dan kadang-kadang konseling. Peran advokat anak atau guru kesehatan bersifat mendukung melalui  pendekatan individual yang sangat alamiah. Dukungan dapat diberikan dengan cara berikut: mendengar, menyentuh, dan kehadiran fisik. Sentuhan dan kehadiran fisik paling menolong anak-anak karena cara ini memudahkan komunikasi nonverbal (Kliegman, 2011). 6. Peran Restoratif 

Peran paling dasar dari semua peran keperawatan adalah restorasi kesehatan melalui aktivitas pemberian asuhan. Perawat secara langsung terlibat dalam  pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi anak, termasuk makan, mandi, toileting,  berpakaian, keamanan dan sosialisasi. Meskipun mereka bertanggung jawab untuk melakukan program dokter, perawat juga bertanggung gugat atas tindakan dan  penilaian mereka sendiri tanpa memperhatikan program tertulis dari dokter (Kliegman, 2011). 7. Koordinasi/Kolaborasi Perawat, sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan mengoordinasi  pelayanan keperawatan dengan aktivitas profesional lain. Bekerja sendirian tidak memberikan hal yang terbaik untuk anak. Konsep “Asuhan Holistik” hanya dapat direalisasi melalui penyatuan pendekatan interdisiplin. Menyadari kontribusi dan keterbatasan individu pada perawatan anak, perawat harus berkolaborasi dengan spesialis lain yang berhubungan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi. Kegagalan mengenali keterbatasan dapat menjadi non-terapeutik dan mungkin destruktif. Misalnya, perawat yang merasa kompeten dalam konseling tetapi tidak  benar-benar cocok dalam bidang ini mungkin tidak hanya mencegah anak dari menghadapi krisis tetapi mungkin juga mengancam keberhasilan profesional yang  berkualitas nantinya (Kliegman, 2011). 8. Pengambilan Keputusan Etis Dilema etis muncul ketika pertentangan dan pertimbangan moral mendasari  berbagai alternatif. Orang tua, dokter, perawat dan anggota tim pelayanan kesehatan dapat memperoleh keputusan berbeda tetapi dapat dibenarkan secara moral dengan menempatkan pertimbangan berbeda pada nilai moral yang menentangnya. Pertentangan nilai moral ini meliputi: a. autonomi  (hak-hak pasien untuk mengatur dirinya sendiri)  b. nonmaleficence (kewajiban untuk memperkecil atau mencegah bahaya) c. beneficence (kewajiban untuk mempromosikan kesejahteraan pasien, dan d. Keadilan (konsep persamaan) 9. Riset

Perawat pelaksana harus berperan pada riset karena mereka adalah individu yang mengamati respons manusia terhadap kesehatan dan kesakitan. Sayangnya, sedikit perawat yang secara sistematis mencatat atau menganalisis pengamatan ini. Sebagai contoh, perawat kesehatan anak menggunakan metode inovatif untuk mendorong anak-anak mematuhi pengobatan. Jika intervensi ini secara klinis dievaluasi dan disebarluaskan pada perawat lain dalam publikasi riset, praktik keperawatan dapat didasarkan terutama pada ilmiah, bukan tradisi atau coba-coba (Kliegman, 2011). 10. Perencanaan Pelayanan Kesehatan Beberapa tahun terakhir peran perawat telah meluas hingga ke luar dari keluarga inti hingga mencakup komunitas. Secara tradisional perawat telah terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat, baik secara kontinu atau episodik. Namun,  jarang sekali perawat dilibatkan dalam perencanaan pelayanan kesehatan, terutama  pada tingkatan legislatif atau politis (Kliegman, 2011).

BAB III APLIKASI FCC PADA NEONATUS

A. Aplikasi F amilly Centered Care pada Nonatal di Luar Negeri

Berdasarkan artikel yang di buat oleh Manzo, (2015) dan melakukan penelitian di sebuah ruangan neonatal Rumah Sakit Brazil. Terdapat beberapa hal yang ditemukan  peniliti mengenai penerapan FCC di rumah sakit tersebut yaitu: 1. Prespectif perawat tentang kontribusi di dalam Familly Centered Care pada Neonatal Perawat memberikan informasi secara keseluruhan kepada keluarga atau orangtua mengenai kondisi bayi, dan apa saja tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan kelurga kepada bayi selama bayi dalam perawatan di Rumah Sakit. Informasi yang diberikan mencakup diagnose, treatment dan prognosis mengenai kesehatan bayi dan tjuga tidak lupa untuk mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan keluarga dalam merawat bayi (Manzo, 2015). Pada studi internasional mengidikasikan adanya kerjasama yang luar biasa antara keluarga bayi dan orangtua bayi di ruang bayi, sedangkan team kesehatan  professional lainnya memberikan fasilitas yang efektif dan saling berinteraksi dalam melakukan  Familly Centered Care  pada Nonatal. Team tenaga keseahtan  professional juga melakukan modifikasi terhadap prilaku keluarga atau orangtua, dan  juga meningkatkan interaksi antara keluarga atau orangtua dengan tenaga kesehatan (Manzo, 2015). 2. Manfaat dari kerjasama tean perawat dan keluarga yang memberikan kesejahteraan  bagi bayi dan perawatan ibu. Perawat memperkanalkan pentingnya kontribusi keluarga selama anak dirawat di rumah sakit dan juga menjelaskan bahwa kemanfaat adanya interaksi antara mereka tidak hanya menguntungkan keluarga dan bayi tapi juga menguntungkan team  perawat di rumah sakit. Studi internasional menjelaskan bahwa ketika keluarga melakukan perawatan kepada bayi, mereka merasa bangga dan adanya penurunan stress mereka. Kontribusi orangtua bias di contohakn seperti perawatan Kangaro, yang terbukti dapat meningkatkan berat badan bayi dengan kelahiran premature (Manzo, 2015).

3. Hambatan dalam pernerapan Familly Centered Care pada Nonatal. Studi Amerika memaparkan adanya kebutuhan startegi yang efektif yang dimiliki orangtua atau keluarga untuk bisa digunakan dalam melakukan perawatan kepada bayi, seperti saat melakukan tindakan keperawatan baik fisik maupun emosional. Persiapan yang minimal dalam melakukan  Familly Centered Care  pada Nonatal juga menjadi hambatan dilakukannya program ini. Program ini juga membutuhan asiisten pelatih untuk mengobservasi asetiap keluarga yang merawat bayi mereka. Dan juga masih sedikitnya teori dan pengetahuan tentang praktik selama formasi professional, sehingga perawat masih sedikit kesulitan dalam memperisapkan fasilitas  Familly Centered Care pada Nonatal (Manzo, 2015). Adanya ketidakpastian aturan yang mengatur bagian setiap pekerjaan antara bagian  pekerjaan perawat dan bagian pekerjaan keluarga. Menurut perawat, pekerjaan seperti  pemasangan kateter, mengganti kantung urin, merapikan tempat tidur, menyelsaikan administrasi di ruangan adalah kegiatan yang dilakukan perawat. Sedangkan kegiatan seperti administrasi obat, menggati pampers, memeriksa tanda-tanda vital dan melakukan perawatan lainnya tyang tidak beresiko terhadap kesehatan bayi adalah kegiatan yang bisa dilakukan oleh keluarga. Namun ketika dalam praktiknya perawat mealkukan tindakan seperti mangganti sprei, melatih fisik, mengatasi kebutuhan kegawadararuratan dan pemasangan infus. Sedangka orangtua melakukan kegiatan seperti mengambil atau memberikan susu kepada bayi, mencoba melakukan sentuhan kulit, mempertahankan kontak kepada bayi. Seharusnya kebutuhan dasar bayi dapat dilakukan oleh keluarga bayi asalakan tindakan tersebut tidak mengancam nyawa bayi (Manzo, 2015).

B. Aplikasi Family Center Care Di American Family Children’s Hospital

1. Dampak terhadap Desain dan Budaya Unit Konsep perawatan yang berpusat pada keluarga telah membawa banyak perubahan selama bertahun-tahun. Desain untuk unit perawatan bayi telah berubah dari yang awalnya hanya ruangan terbuka yang hanya dipisahkan oleh tirai menjadi desain kamar pribadi/tunggal. Desain unit mencakup ruang untuk pasien dan ruang yang dirancang dengan fasilitas agar orang tua bisa menginap di kamar pasien. Hal ini

mendorong partisipasi orang tua dalam perawatan sehari-hari seperti memberi makan dan kehadiran pada prosedur. Kehadiran orang tua dan partisipasi dalam pengasuhan membangun kepercayaan orang tua, dengan adanya orangtua

disisi anak bisa

mengurangi tekanan emosional anak, meningkatkan penanganan anak selama  prosedur, dan memperbaiki penyesuaian anak selama di rawat inap, setelah dirawat di rumah sakit, dan selama pemulihan (Gooding et al., 2011). Standar praktik terbaik untuk rancangan ruang bayi merekomendasikan penyediaan  perpustakaan keluarga atau area pendidikan.

Laporan mengenai

medis dan

keperawatan telah dipindahkan dari ruang konferensi ke sisi tempat tidur dan mencakup orang tua dan pasien mereka sebagai peserta aktif.

Teknologi

videoconference membantu keluarga tetap terhubung dengan anak mereka dan kemajuan kondisi anak tiap hari selama orang tua tidak dapat hadir di samping anak. Orang tua tidak lagi dipandang sebagai pengunjung, namun diundang untuk hadir di samping tempat tidur 24 jam per hari. Saudara kandung sekarang termasuk sebagai  pengunjung penting. Ketika saudara diperbolehkan untuk berkunjung, perilaku agresif dan regresif yang menurun di antara saudara kandung, dan peningkatan rasa keluarga sebagai satu unit (Gooding et al., 2011). 2. Outcome dari FCC Ketika Family Center Care diimplementasikan, lamanya hari rawat bisa bertambah singkat, sehingga mengurangi biaya perawatan. Staf juga mendapatkan keuntungan saat perawatan berpusat pada keluarga dilaksanakan. Banyak penelitian melaporkan  peningkatan kepuasan staf sebagaimana dibuktikan oleh perasaan positif tentang  pekerjaan, penurunan jumlah lowongan keperawatan, meningkatkan kinerja,

dan

 peningkatan kemampuan untuk merekrut dan mempertahankan staf. Hasil sebuah literatur review Ramezani, Shirazi, & Sarvestani, (2014) dari 244 artikel mengungkapkan beberapa element FCC pada ruangan bayi yaitu: kepedulian terhadap keluarga (pengkajian kebutuhan keluarga dan pemenuhan kebutuhan keluarga), Partisipasi keluarga (partisipasi pada planning, pengambilan keputusan, melakukan tindakan khusus yang dibutuhkan pasien, Kolaborasi (inter-personal dengan keluarga), Menghargai kepercayaan pasien (kebiasaan tertentu keluarga),

Transformasi pengetahuan (memberikan informasi yang lengkap pada pasien yang disesuaikan dengan kebiasaan pasien).

C. Aplikasi F amilly Centered Care pada Nonatal di Indonesia

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yugistyowati, (2016) di RSUD Saras Husada Purworejo mengenai penerapan FCC terhadap keterampilan orangtua dalam merawat bayi  premature. Penerapan FCC dilakukan melalui pendampingan keluarga menerapkan  prinsip supportive- educative system yang bertujuan untuk memandirikan keluarga dalam  perawatan anaknya. Media pendidikan kesehatan juga merupakan salah satu indikator yang

mempengaruhi

pemahaman

seseorang

melalui

pemberian

informasi

dan

 pendampingan keluarga. Walaupun pada kelompok perlakuan orang tua lebih banyak mempunyai keterampilan yang kurang, namun ada kenaikan jumlah orang tua yang mempunyai keterampilan yang baik. Hal ini menyatakan bahwa penerapan FCC ini dapat dijadikan pertimbangan dalam perawatan bayi prematur di RS (Yugistyowati, 2016). Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan orangtua yang mendapatkan intervensi pre dan post. Hal ini dipengaruhi oleh usia, tingkat  pendiidkan dan informasi yang didapatkan. Perawatan diri didasarkan pada pengetahuan, sehingga penerapan FCC dengan memanfaatkan media pendidikan kesehatan melalui  program pendampingan keluarga dapat mempengaruhi keterampilan merawat seseorang. Pendidikan kesehatan yang disampaikan dalam bentuk gambar dan menggunakan media kesehatan seperti booklet dan leaflet dapat ditangkap dengan mudah oleh orang tua dengan tetap melakukan pendampingan pada orang tua setiaphari-nya. Orang tua dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karena difasilitasi melalui penggunaan media pendidikan kesehatan dan pendampingan kepada orang tua (Yugistyowati, 2016). Penelitian lain juga dilakukan Nurlaila, (2015) di Ruang Peristi RSUD Kebumen,  penelitian bertujauan untuk mengetahui bagaimana persepsi tenaga kesehatan dan keluarga tentang perawatan berpusat pada keluarga berdasarkan pengalaman selama merawat bayi. Hasil wawancara kepada tenaga kesehatan didapatkan 4 tema yaitu: 1. Perawatan yang melibatkan keluarga

Perawat dan dokter mengatakan bahwa perawtan bayi yang melibatkan peran serta keluarga. Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa perawatan di ruang tersebut dilakukan oleh medis (Nurlaila, 2015). 2. Manfaat melibatkan keluarga Manfaat melibatkan keluarga dalam perawatn bayi yaitu: memperlancar ASI, bayi menjadi cepat sembuh, meningkatkan ikatan batin, keluarga bisa merawt bayi dirumah, menurunkan biaya, memperpendek perawtan bayi di rumah sakit, menurunkan stress bayi dan mempermudah pekerjaan tenaga kesehatan (Nurlaila, 2015). 3. Penerapan perawatan berpusat pada keluarga Keterlibatan keluarga seperti pemberian ASI dan pengambilan keputusan tindakan medis dan keperatwan. Ibu juga boleh melakukan penggatian popok bayi. Tindakan lain  juga seperti menyusui, mengendong, membelai. Sedangkan angota lain hanya melihat dari luar dan masukketika jam besuk. Keluarga juga dilibatkan dalam perencanaan keperawatan. Perawat juga memberikan informasi

ketika awal bayi masuk ke rumah

sakit, informasi lainnya juga disampaikan oleh tenaga kesehatan lainnya. Namun hambatan yang didapatkan seperti hanya ibu yang boleh masuk ke ruang bayi, kesibukan  perawat, biaya hidup di rumah sakit,ruang tunggu yang belum optimal (Nurlaila, 2015). 4. Dukungan dalam perawatan bayi Dukungan yang diberikan oleh rumah sakit adalah adanya kesempatan bagi ibu untuk  bisa menemani anaknya kapan saja ia mau, tersedianya ruang menyusui dan boto l ASI dan adany aperawat yang selalu memotivasi keluarga untuk selalu dating memeberi ASI (Nurlaila, 2015). Dan dari hasil wawancara kepada keluarga terdapat 3 tema yaitu (Nurlaila, 2015): 1. Manfaat perawatan berpusat pada keluarga Manfaat perawatan berpusat pada keluarga seperti mempercepat kesembuhan bayi, meningkatkan perkembanganbayi, meningkatkan ikatan batin antara bayi dan keluarga. 2. Penerapan perawatan berpusat pada keluarga Ibu dapat berkontribusi seperti menyusui, menggendong, dan membelai, sedangkan anggota lain memberikan dukungan kepada ibu. Keluarga menyatakan bahwa keluarga selalu dimintai persetujuan tindakan, keluarga bebas berpendapat. Dan informasi yang diberikan kepada keluarga berupa: perkembangan bayi dan perawtan bayi selama dirumah

sakit dan di rumah bayi. Hambatan penerapannya seperti: belum tersedianya ruang tunggu tyang nyaman, ibu cemas memagang bayi kaena bayi belum sehat dan hambatan keluarga. 3. Dukungan dalam perawatan bayi Dukungan dari rumah sakit adanya kesempatan bagi ibu untuk selalu menemui anaknya. Namun keluarga memiliki beberapa permintaan seperti adanya ruang tunggu  bagi keluarga, ruang tunggu yang dimaksud seperti ruang tertutup yang dapat di lakukan untuk berkumpul bersama.

BAB IV PEMBAHASAN

Sejarah lahirnya  famlilly Centered Care dicetuskan sejak tahun 1970-an adanya suatau program perawatan yang berpusat pada keluarga. Tahun 2003 American Academy of Pediatrics dan Institute for Patient and Family-Centered Care menantang p enyedia layanan kesehatan untuk melibatkan orang tua. Prespektif perawat pada  Familly Centered Care pada  Nonatal di Luar Negeri seperti Perawat memberikan informasi secara keseluruhan kepada keluarga atau orangtua mengenai kondisi bayi, dan apa saja tindakan yang boleh dan tidak  boleh dilakukan kelurga kepada bayi selama bayi dalam perawatan di Rumah Sakit. Di luar negeri, manfaat dari kerjasama team perawat dan keluarga yang memberikan kesejahteraan bagi bayi dan perawatan ibu. Perawat memperkanalkan pentingnya kontribusi keluarga selama anak dirawat di rumah sakit dan juga menjelaskan bahwa kemanfaat adanya interaksi antara mereka tidak hanya menguntungkan keluarga dan bayi tapi juga menguntungkan team perawat di rumah sakit. Sama halnya dengan FCC yang dilakuakn di Indonesia bahwa manfaat melibatkan keluarga dalam perawatn bayi yaitu: memperlancar ASI,  bayi menjadi cepat sembuh, meningkatkan ikatan batin, keluarga bisa merawt bayi dirumah, menurunkan biaya, memperpendek perawtan bayi di rumah sakit, menurunkan stress bayi dan mempermudah pekerjaan tenaga kesehatan. Selain manfaat yang didapatkan, ada juga hambatan yang dihadapi dalam melakukan  program FCC ini, seperti diluar negeri hambatan yang dihadapi seperti, kurangnya teori, kurangnya aturan yang jelas sehingga membuat persiapan menjadi kurang maksismal. Sedang yang terjadi di Indonesia hambatan yang ditemui berupa: hanya ibu yang boleh masuk ke ruang bayi, kesibukan perawat, biaya hidup di rumah sakit ,ruang tunggu yang belum optimal, ibu cemas memagang bayi kaena bayi belum sehat dan hambatan keluarga. Secara umum penerapan FCC di Luar negeri dan di Indonesia sudah diterapkan namun  belum optimal. Penerapan dilakukan seperti pemberian ASI dan pengambilan keputusan tindakan medis dan keperatwan. Ibu juga boleh melakukan penggatian popok bayi. Tindakan lain juga seperti menyusui, mengendong, membelai. Penerapan FCC di luar negeri sudah lebih maju jika dibandingkan dengan Indonesia. Artikel yang di buat oleh Manzo, (2015) menjelaskan bahwa FCC diluar negeri sudah lebih banyak menyediakan dukungan untuk FCC

seperti: adanya ruang khusus bagi ibu dan bayi, sudah terdapat perpustakaan, dan juga sudah menggunakan video call jika ibu tidak bisa bersama bayi. Sedangkan penerapan di Indonesia  belum dilakukan secara optimal. Di Indonesia baru masih harus ditingkatkan lagi seperti adanya ruang tunggu atau ruang khusus bagi keluarga dan bayi yang lebih tertutup.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah lahirnya  famlilly Centered Care

dicetuskan sejak tahun 1970-an adanya

suatau program perawatan yang berpusat pada keluarga. Tahun 2003 American Academy of Pediatrics dan Institute for Patient and Family-Centered Care menantang penyedia layanan kesehatan untuk melibatkan orang tua.  Family Centered Care  pada neonates adalah suatu aktifitas kesehatan professional dengan memperdayakan keluarga untuk dapat turut serta melakukan perawatan terhadap  bayi. Persepsi tenaga kesehatan tentang perawatan berpusat pada keluarga adalah  perawatan yang melibatkan keluarga. Persepsi keluarga tentang perawatan berpusat pada keluarga adalah pada aspek manfaat melibatkan keluarga dalam perawatan bayi. Implementasi perawata berpusat pada keluarga di ruang neonatal meliputi keterlibatan keluarga dala perawata bayi, pemberian informasi,, dan persetujuan tindakan. Manfaat dari adanya  Familly Centered Care  pada Nonatal inisalah satunya bisa mengawasi tindakan keperawatan yang diberikan kepada bayi mereka. Perawatan  berpusat pada keluarga belum diterapkan sepenuhnya di ruang neonatal, masih banyak kebutuhan dasar bayi yang dilakukan oleh tenaga medis.

B. Saran 1. Perawat diharapkan dapat menerapkan perawatan berpusat pada keluarga. 2. Penelitia selanjutkan diperlukan untuk menelit faktor yang mempengaruhi penerapan  perawatan berpusat pada keluarga di ruang bayi. 3. Diharapkan makalah ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan untuk mengoptimalkan program promosi kesehatan dengan mengaktifkan FCC melalui  pendampingan keluarga dan memanfaatkan media pendidikan kesehatan yang ada. 4. Orang tua perlu dilibatkandalam perawatan bayi premature termasuk dalam pemberian  pendidikan kesehatan, sehingga pelayanan keperawatan dapat maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Committee, L. G. (2009). Family-centred care in neonatal units, (3). Gooding, J. S., Cooper, L. G., Blaine, A. I., Franck, L. S., Howse, J. L., & Berns, S. D. (2011). Family Support and Family-Centered Care in the Neonatal Intensive Care Unit : Origins

,

Advances

,

Impact.

YSPER,

35(1),

20 – 28.

https://doi.org/10.1053/j.semperi.2010.10.004 Kliegman, R. M. (2011). Nelson Textbook of Pediatrics (19th ed.). philadelphia: Elsevier. Manzo, B. F. (2015). The family-centered care practices in newborn unit nursing perspective, 19(4), 629 – 634. https://doi.org/10.5935/1414-8145.20150084  Nurlaila. (2015). STUDI EKSPLORASI PERAWATAN BERPUSAT PADA KELUARGA DI RUANG PERISTI RSUD KEBUMEN. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 11(3), 142 – 155. Ramezani, T., Shirazi, Z. H., & Sarvestani, R. S. (2014). O riginal A rticle Family-Centered Care in Neonatal Intensive Care Unit : A Conce pt Analysis, 2(4), 268 – 278. Yugistyowati, A. (2016). Penerapan family centered- care (fcc) terhadap keterampilan orang tua dalam perawatan bayi prematur. Media Ilmu Kesehatan, 5(2), 119 – 127.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF