makalah endometriosis
December 25, 2016 | Author: Anisah Abram | Category: N/A
Short Description
kenal lebih dekat dengan endometriosis...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologik yang dewasa ini paling banyak mendapat perhatian para ahli dinegara-negara maju maupun dinegara berkembang, telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap endometriosis, namun hingga kini penyebab dan patogenesisnya belum diketahui juga secara pasti. Namun dalam satu hal para ahli sepakat, bahwa pertumbuhan endometriosis sangat dipengaruhi oleh hormon steroid, terutama estrogen. Sebagian ahli sepakat bahwa nyeri pelvik, nyeri haid ataupun infertilitas erat kaitannya dengan endometriosis. Pada infertilitas primer kejadianya sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder kejadianya sebanyak 15%. Pada wanita yang infertilitas yang disertai dengan nyeri pelvik, nyeri haid, dijumpai endometriosis sebanyak 80%. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis. Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro,
1
dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosioekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklus yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis. Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya
sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian
endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%. Berdasarkan fenomena yang telah diketahui bahwa semakin meningkatnya kejadian endometriosis. Oleh karena itu penting bagi tenaga kesehatan terkhususnya perawat untuk, lebih mengenal, memahami dan mempelajari tentang penyakit ini. Sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan klien. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa itu Endometriosis ? b. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Uterus? c. Apa yang menyebabkan endometriosis? d. Bagaimana proses terjadinya Endomitriosis / WOC? e. Apa Manifestasi Klinis endometriosis? f. Apa Komplikasi endometriosis? g. Apa Pemeriksaan Diagnostik endometriosis? h. Bagaimana Penatalaksanaa Medis endometriosis? i. Bagaimana Tindakan Keperawatan dalam menangani endometriosis? j. Bagaiama Asuhan Keperawatan endometriosis? 1.3 Tujuan a. Untuk menegetahui Endometriosis ? b. Untuk menegetahui Anatomi dan Fisiologi Uterus? c. Untuk menegetahui penyebab endometriosis? 2
d. e. f. g. h. i. j.
Untuk menegetahui proses terjadinya Endomitriosis / WOC? Untuk menegetahui Manifestasi Klinis endometriosis? Untuk menegetahui Komplikasi endometriosis? Untuk menegetahui Pemeriksaan Diagnostik endometriosis? Untuk menegetahui Penatalaksanaan Medis endometriosis? Untuk menegetahui Tindakan Keperawatan dalam menangani endometriosis? Untuk menegetahui Asuhan Keperawatan endometriosis?
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Endometriosis Endometriosis adalah lokasi abnormal jaringan endometrium di luar uterus di dalam rongga pelvis (Joyce, 1996). Endometriosis merupakan lesi jinak dengan selsel yang menyerupai sel-sel yang melapisi uterus yang tumbuh secara aberans pada
3
rongga pelvis di luar uterus. Endometriosis biasanya ditemukan pada wanita muda, nulipara yang berusia 25 sampai 35 tahun (Baughman, 2000). Endometriosis menunjukkan adanya jaringan endometrium fungsional di suatu tempat yang abnormal, di luar rongga uterus. Endometriosis ini dapat ditemukan di antara serabut-serabut otot miometrium (adenomiosis dan endometriosis uteri), atau di berbagai lokasi di rongga panggul (Llewellyn, 2001).
2.2 Anatomi dan Fisiologi Uterus
4
Rahim (uterus) adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan dubur. Rahim berbentuk seperti bola lampu pijar atau buah pear, mempunyai rongga yang terdiri dari tiga bagian besar yaitu, badan rahim (korpkus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim (serviks uteri) berbentuk silinder, dan rongga rahim (kavum uteri). Bagian rahim antara kedua pangkal tuba, yang disebut fundus uteri, merupakan bagian proksimal rahim. Besar rahim berbed-beda, bergntung pada usia dan pernah melahirkan anak atau belum. Ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampong. Pada nulipara ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm, multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50 gram pada nulipara dan 60-70 gram pada multipara. Letak rahim dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Letak-letak lainnya adalah antefleksi (tengah ke depan), retrofleksi (tengah ke belakang), anteversi (terdorong ke depan), retroversi (terdorong ke belakang). Suplai darah rahim dialiri oleh arteri uterine yang berasal dari arteri iliaka interna (arteri hipogastrika) dan arteri ovarika. Fungsi utama rahim adalah setip bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh kembang, dan berkontraksi terutama sewaktu beralin dan sesudah bersalin.
2.3 Etiologi
5
Etiologi Endomitriosis ini belum diketahui secara pasti kemungkinan etiologi dari endometriosis ini
kemungkinan adalah menstruasi retrogard (sel-sel
endometrium bergerak mundur melalui tuba falopii memasuki rongga abdomen) atau penyebaran melalui sistem limfatik atau peredarah darah. Jaringan yang nyasar tersebut biasanya ditemukan menempel pada ovarium, permukaan posterior uterus, ligamentum uterus sakral, ligamentum latum, atau pada usus. Jaringan ini memberi respon terhadap hormon dari ovarium, terutama esterogen, dengan cara yang sama seperti jaringan yang berada di dalam uterus. Jadi, ketika timbul menstruasi maka jaringan yang berada di luar uterus juga ikut berdarah. Setelah siklus menstrusi terjadi berulang-ulang maka terjadilah inflamasi, pembentukan jaringan parut, dan perlekatan. Ada beberapa teori yang menerangkan endometriosis seperti : 1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada saat menstruasi. 2. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun eksperimen. 3. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium 2.4 Patofisiologi Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan
menstruasi
seperti
hipermenorea
dan
menoragia
dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh. Faktor penyebab lain berupa toksik dari 6
sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal. Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis. Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic. Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan
nyeri
saat
menstruasi
(dysmenorea).
Setelah
perdarahan,
penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis. WOC Terlampir
7
2.5 Manifestasi Klinis 1. Nyeri Nyeri kram abdomen bawah yang khas mulai pada premenstruasi, mencapai puncak beberapa hari terakhir menstruasi dan lambat laun menghilang. Gejala ini sering disebut ‘disminore didapat’. 2. Gangguan menstruasi Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah. 3. Dispareunia (hubungan seksual yang sangat nyeri) Jika lesi endometrium mengenai cul de sac, terutama jika uterusnya retroversi dan terfiksir karena perlengketan, pasien dapat mengeluh dispareunia pada penetrasi penis yang dalam, sedangkan jika terkena peritonium usus, keluhan dapat berupa nyeri sewaktu defekasi 4. Infertilitas 5. Mual dan diare 2.6 Komplikasi 1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau ureter 2. Torsi ovarium atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma 3. Infertilitas, ditemukan pada 30%-40% kasus. Endometriosis merupakan penyebab terbanyak pada wanita (Mansjoer, 2001).
2.7 Pemerikaan Diagnostik 1.
Laparoskopi Membuat lubang kecil pada pusar dan memasukkan sebuah batang yang diujungnya memiliki kamera yang dihubungkan dengan monitor TV sehingga dapat dilihat langsung kondisi organ kandungan didalam sana, tanpa harus menyayat perut. 8
2.
MRI (magnetic imaging resonance) Dengan
menggunakan
gelombang
magnetik
untuk
menentukan posisi serta besar/ luas. 3.
Thorax X ray Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
4.
Analisa Gas Darah Menunjukan
efektifitas
dari
pertukaran
gas
dan
usaha
pernafasan. 2.8 Penatalaksanaa Medis Pengobatan tergantung pada gejala-gejala yang ditunjukkan oleh pasien, keinginan untuk mendapatkan kehamilan, dan keparahan penyakit. Jika wanita tidak menunjukkan gejala (asimptomatik), observasi setiap 6 bulan mungkin harus dilakukan. Tindakan paliatif, misalnya analgesik, inhibitor prostaglandin, dan kehamilan. Kehamilan akan menghilangkan gejala karena tidak terjadi menstruasi. Terapi Hormonal Kontrasepsi oral selama 6-9 bulan untuk menekan menstruasi dan menghilangkan nyeri menstruasi. Pengobatan ini dapat menekan atau mengurangi sintesis
dan
pelepasan
esterogen.
Terapi
ini
menimbulkan
penghambatan
pertumbuhan lesi lebih lanjut, sehingga memungkinkan pertahanan tubuh untuk mengabsorpsi isi lesi dan menyebabkan fibrosis. Pengobatan hormonal ini adalah : 1. Danazol 2. Gonadotrophin-releasing hormone agonist (GnRHa) 3. Gestrinon Pembedahan 1. Laparoskopi
dilakukan
untuk
mengangkat
implan
endometrial
dan
melepaskan perlekatan 2. Pembedahan laser untuk vaporisasi implan endometrium atau mengkoagulasi implan dan menghancurkan endometriosis
9
3. Prosedur pembedahan lainnya dapat mencakup laparotomi, suspensi uterin, histerektomi, salpingo-ooforektomi bilateral, dan apendektomi 2.9 Tindakan Keperawatan 1. Kumpulkan
riwayat
kesehatan
dan
pemeriksaan
fisik
dengan
mengkonsentrasikan pada pengidentifikasian lama berlangsungnya gejalagejala spesifik dan menetapkan keinginan reproduktif wanita. 2. Kaji nyeri dan evaluasi teknik-teknik serta obat yang diresepkan yang memberikan penyembuhan 3. Jelaskan berbagai prosedur diagnostik untuk menghilangkan ansietas 4. Berikan dukungan emosional pada wanita dan pasangannya
yang
mengharapkan mempunyai anak 5. Hargai dan tunjukkan realisasi dari dampak psikososial bahwa kehamilan tidak mungkin didapatkan dengan mudah 6. Bicarakan tentang alternatif seperti fertilisasi in vitro (IVF) ataumengadopsi anak atau rujukan lainnya 7. Berikan dorongan untuk mencari perawatan dismenorea atau pola perdarahan yang abnormal 8. Sarankan untuk pergi ke pelayanan endometriosis (bila ada) untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan dukungan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas klien Meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, umur, alamat, asal kota, dan daerah, asal suku bangsa, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
10
3.1.2 Riwayat kesehatan a) Keluhan utama: Penyebab utama klien dibawa kerumah sakit. b) Riwayat kesehatan saat ini: adanya keluhan yang dirasakan klien saat ini c) Riwayat penyakit dahulu: mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah. Adanya penyakit terdahulu. d) Riwayat penyakit keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. Data yang harus dikaji bagi seorang perawat pada pasien dengan endometriosis
meliputi:
riwayat
penggunaan
kontrasepsi,
seksual,
obstetric,menstruasi secara terinci, persepsi pasieen terhadap kondisinya, pengaruh etnik dan budaya,gaya hidup, serta pola koping. Selanjutnya yang juga perlu dicatat oleh perawat diantaranya yaitu: jumlah nyeri yang dialami pasien dan dampaknya terhadap aktivitas keseharian pasien, obat-obatan di rumah, resep untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Adapun format pengkajian yang dapat digunakan adalah CDEEPE (Construstion and evaluation of “Essential Data Set for Nursing Care of Patients with Endometriosis”) yang mulai dikembangkan sejak tahun 2010 lalu. (terlampir).
3.1.2 Pola Fungsional Gordon 1. Pemeiharaan dan persepi terhadap kesehatan Umumna pasien kurang mendapat paparan
informasi
mengenai
penyakitnya. 2. Nutrisi/metabolic Beberapa pasien dapat mengalami gejala mual, distensi abdomen dan anoreksia 3. Pola eliminasi Kadang pasien mengalami disuria sebagai akibat inflamasi yang terjadi pada vesika urinaria 4. Pola aktivitas dan latihan Pasien membutuhkan bantuan dalam beraktivitas 5. Pola tidur dan istirahat Pola tidur pasien dapat terganggu jika nyeri terjdi pada malam hari. 6. Pola kognitif persepsi 11
Nyeri akut dapat terjadi pada perut bagian bawah dan dapat muncul saat melakukan hubungan seksual sebagai akibat penekanan pada bagian yang mengalami inflamasi. 7. Pola persepsi diri Pasien dapat mengalami gangguan citra tubuh akibat tanda dan gejala penyakit yang muncul seperti aroma cairan vagina yang bau akibat infeksi. 8. Pola peran-hubugan Mungkin pasien dapat mengalami harga diri rendah, sehingga dibutuhkan dukungan social sehingga pasien tetap mampu menjalin hubungan yang harmonis. Sementara peran pasien mungkin terganggu berhubungan dengan proses penyakit yang mengharuskan pasien untuk beristirahat. 9. Pola seksual dan reproduksi Pola seksual pasien akan terganggua akibat rasa nyeri yang timbul saat senggama. 10. Pola tolerani koping Pasien kadang mengungkapkan ketidak mampuan dalam mengatasi masalah sehubungan penyakit yang diderita. 11. Pola nilai-keyakinan Pada saat ini biasanya pasien lebih aktif secara spiritual sehingga perawat hendaknya mampu memberikan dukungan spiritual yang adekuat sehingga mampu meningkatkan proses penyembuhan dan koping pasien. 3.2 Diagnosa Keperawatan Beberapa diagnose keperawatan yang dapat diangkatkan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Nyeri kronis b.d proses penyakit Defisit volume cairan b.d pendarahan Ketidakefektifan pola seksualitas b.d koitus yang nyeri atau infertilitas Resiko tinggi harga diri rendah b.d infertilitas Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, mitos, terapi farmakologis, dan potensial kehamilan.
12
13
View more...
Comments