Makalah Das Konto PB Tanah
September 16, 2017 | Author: iswatin | Category: N/A
Short Description
MAKALAH TANAMAN ASPARAGUS PADA DAS (Daerah Aliran Sungai) KONTO “Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Praktikum Mata Kuli...
Description
MAKALAH TANAMAN ASPARAGUS PADA DAS (Daerah Aliran Sungai) KONTO “Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Praktikum Mata Kuliah Pertanian Berlanjut Aspek Tanah”
Disusun oleh: Kelompok 1 Anggota 1. Kinanthi Aprilia I. 2. Safarina Ubaydiyyah 3. Rustin Eka Sevtya y. 4. Gabreilla Diah P. 5. Iswatin Iftitah E. M. 6. Dame Gultom 7. Dewi Sitanggang 8. Yosephine Siahaan 9. Ummu Fatkhiyatul Afriza 10. Ghafrin Aqsath
135040100111046 135040100111047 135040100111057 135040100111072 135040100111097 135040100111128 135040100111148 135040100111154 135040101111001 135040101111004
Kelas K
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asparagus adalah suatu jenis sayuran dari satu spesies tumbuhan genus Asparagus. Asparagus telah digunakan sejak lama sebagai bahan makanan karena rasanya yang sedap dan sifat diuretiknya. Dengan adanya
sifat diuretik tersebut, asparagus berkhasiat untuk memperlancar saluran urin sehingga mampu memperbaiki kinerja ginjal. Sayuran ini termasuk jenis sayuran mahal yang biasanya hanya tersedia di restoran dan hotel. Oleh karena itu, sayuran ini kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Namun demikian, prospek pengembangan Asparagus ini cukup baik karena sayuran ini banyak diminati oleh masyarakat luar negeri sehingga ekspor komoditas asparagus dapat meningkatkan devisa negara serta memberikan keuntungan bagi petani. Kondisi iklim Indonesia mendukung untuk dilakukannya pemanenan asparagus sepanjang tahun. Hal tersebut berbeda dengan tanaman asparagus yang dikembangkan di negara dengan iklim subtropis (Kustara dalam Afifah, 1995). Pada tahun 2004 Indonesia berperan sebagai negara pengekspor asparagus segar walaupun dalam jumlah yang tidak besar, yakni hanya 2,118 ton, dengan negara tujuan adalah Malaysia. (BPS, 2004). Sedangkan dilihat dari segi impor Indonesia masih banyak mengimpor asparagus yang berasal dari lain Jepang, Korea, Cina, Thailand, Australia, New Zeland, Amerika, Mexico, Perancis, dan Jerman. Peningkatan impor terlihat sangat signifikan dari 9.235 kg pada tahun 2003 menjadi 94.119 kg pada tahun 2006 (BPS, 2008). Makalah ini akan mengkaji strategi yang dapat disesuaikan dengan praktek untuk memelihara dan mengintensifkan habitat baik di dalam tanah maupun di atas tanah sehingga hasil produksi dapat maksimal tanpa mengabaikan aspek ekologis tanah. Pendekatan ekologi menghimbau untuk merancang lahan pertanaman dengan memanfaatkan keuntungan kekuatan sistem alam itu sendiri. Hampir semua praktek tersebut dilakukan sebelum, dan selama, penanaman tanaman dengan sasaran untuk mencegah masalah dengan mengembangkan satu atau lebih dari ketiga keseluruhan strategi dasar tersebut. Namun demikian, jika anda telah mempraktekkan managamen preventif, di tempat yang sama masih ada juga praktek-praktek managemen rutin yang dilakukan petani selama musim tanam berjalan. 1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut di bawah ini. 1. Bagaimana teknis budidaya mulai dari persiapan lahan hingga pasca panen dari komoditi asparagus yang dilakukan petani saat ini? 2. Apa saja permasalahan sistem budidaya tanaman asparagus dari praktekpraktek petani selama ini? 3. Bagaimana petani menyelesaikan masalah tersebut selama ini? 4. Apa saja solusi yang dapat diberikan terhadap berbagai permasalahan yang dialami petani tersebut? 5. Apa saja rancangan kegiatan-kegiatan perbaikan habitat pertanaman baik diatas dan didalam tanah yang dapat dilakukan? 6. Teknologi apa yang bisa ditawarkan? 7. Apa saja kegiatan yang perlu dilakuan dalam biodiversitas biodiversitas?
dengan
memperhatikan
sepuluh
mengkonservasi
prinsip
konservasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DAS KONTO Sub DAS Konto Hulu, Kabupaten Malang, merupakan daerah yang memiliki potensi untuk daerah pertanian, perkebunan, peternakan. Namun dengan semakin banyaknya penduduk yang ada di sana membuat permasalahan baru yaitu masalah ketersediaan air. Sebenarnya ada potensi mata air yang dapat digunakan sebagai irigasi namun ternyata sulit dijangkau. Daerah aliran sungai DAS Konto memiliki luasan sekitar 23.701 ha yang berada di Kecamatan Ngantang dan Kecamatan Pujon (Aini, dkk, 2010). Pada tahun 1990 dan tahun 2000 dapat diketahui melalui data dari badan statistic bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi dari 587 jiwa/ km 3
pada tahun 1990 menjadi 657 jiwa/ km 3
di tahun
2000. Akibat dari adanya penigktan penduduk ini, maka terjadi alih fungsi hutan menjadi penggunaan lahan lain. Sehingga terjadi penurunan luasan daerah di DAS Konto. Pada daerah DAS Konto ini ditemukan beberapa tutupan lahan, di antaranya agroforestri berbasis kopi dan hutan tanaman industry yang berbasis pinus, dammar, dan mahoni. Agroforestri khususnya yang kompleks memiliki kondisi biofisik paling mendekati kondisi hutan sehingga lebih berpotensi untuk memelihara biodiversitas pohon dan hewan paksa alih guna hutan bila dibandingkan dengan sistem budidaya monokultur yang ada (Stamps dan Limit dalam Burges, 1999). 2.2 Kondisi Tanah di DAS Konto Daerah DAS Konto berada di daerah pegunungan Kawi, kelud, Butak, dan Gunung Anjasmoro. Tanah yang ada di daerah DAS Konto hulu tergolong tanah muda yang dalam klasifikasi taksonominya masuk ke dalam ordo Entisols (Litosols). Tanah tersebut sudah berkembang lebih lanjut seperti ordo Mollisols dan Alfisols (Aini, dkk, 2010).
2.3 Asparagus Sayuran merupakan salah satu tanaman yang digolongkan ke dalam holtikultura selain buah-buahan, tanaman hias, bumbu-bumbu masak dan tanaman obat-obatan. Selain itu asparagus memiliki harga jual yang tinggi dibandingkan dengan yang lain. Asparagus merupakan sumber terbaik asam folat nabati, sangat rendah kalori, tidak mengandung lemak atau kolesterol, serta mengandung sangat sedikit natrium (Rubatzky, 1999) Iklim di Indonesia sebenarnya mendukung untuk dilakukan pemanenan asparagus sepanjang tahun. Pada tahun 2004 Indonesia berperan sebagai Negara pengespor asparagus segar yang julah tidak begitu besar yaitu 2, 118 ton dengan negara tujuan Malaysia (BPS, 2004).
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Teknis Budidaya Mulai Dari Persiapan Lahan Hingga Pasca Panen Dari Komoditi Asparagus Asparagus merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi bagian batang muda atau tunasnya. Asparagus ini banyak di jumpai di daerah dataran tingg dan di Indonesia sendiri masih sangat jarang di temui. Berikut merupakan cara budidaya asparagus : a) Perendaman Perendaman benih dalam air dingin dengan suhu 27 derajat celcius. Dalam proses tersebut jangan lupa untuk mengganti air dingin sebanyak 2-3 kali. Hal ini di lakukan untuk menjaga ketersediaan oksigen yang ada dalam benih tanaman tersebut. b) Proses Persemaian Tanaman Asparagus Sebelum melakukan persemaian sebaiknya kita memilih lahan terlebih dahulu dengan memilih lahan yang memiliki drainase yang baik. Dalam hal pemilihan asparagus, dianjurkan agar tidak menggunakan kembali lahan bekas tanaman asparagus sebelumnya. Kemudian membuat bedengan dengan ukuran 120 cm dengan tinggi 40 cm. kemudian melakukan penyemaian benih dengan jarak 15 x 10 cm. kedalaman masing-masing lubang untuk penanaman adalah 2,5 cm saja. Dengan pengisian satu lubang tanam, berisi satu biji. c) Perawatan Tanaman Asparagus Perawatan tanaman Asparagus ini adalah diantaranya dengan pencegahan tanaman dari hama juga penyakit tanaman. Usaha perawatan lainnya adalah pembubunan yang dilakukan setelah 1 bulan proses penanaman. Proses ini dilakukan sebanyak 2-4 minggu sekali. Selain itu juga dilakukan proses pemangkasan setelah induk dari tanaman ini membentuk batang dengan jumlah 8-10 buah. Batang yang lain di pangkas saja. Batang yang dipelihara cukup 3-5 batang saja. d) Pemanenan Tanaman Asparagus ini baru bisa dipanen setelah umur tanamnya mecapai 8-9 bulan. Panen Asparagus ini dilakukan dengan
memotong rebung dan kemudian menimbun kembali sekeliling tanaman dengan tanah. Cara panennya adalah dengan memotongi batang yang muda. Alasan memotong batang yang muda ini adalah agar tidak merusak sistem perakaran tanaman yang nantinya akan dijadikan sebagai indukan untuk tanaman ini. e) Proses Pasca Panen Proses pasca panen disini ada beberapa proses yang harus dilakukan sebelum asparagus di distribusikan kepada konsumen diantaranya: Proses pendinginan Penyimpanan asparagus ini dilakukan dibawah suhu 15 derajat celcius dan diatas titik beku biasanya dikenal dengan (chilling storage). Penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran memerlukan suhu yang optimum berguna untuk mempertahankan mutu dan kesegaran. Cara lain apabila asparagus tidak langsung didistribusikan maka asparagus disimpan dalam ruangan khusus dengan suhu antara 0-10 derajat celcius. Proses tersebut memiliki tujuan agar asparagus memiliki rasa yang lebih manis dan memiliki ketahanan yang cukup lama. Bagian atas asparagus dibungkus kertas dan diikat dengan tali, kemudian dimasukan ke dalam bak khusus yang diisi dengan air setinggi kuranglebih 5 cm dengan posisi berdiri hingga bagian bawahnya terendam air. Proses Pengemasan Pengemasan asparagus menggunakan Styrofoam dan plastic wrap. Pertama potong sedikit ujung bawah asparagus yang terendam air lalu ditimbang kuranglebih 250 gram. Kemudian disusun rapi dalam Styrofoam dan selanjutnya wrapping dengan rapi. 3.2 IdentifikasI Serta Analisis Permasalahan System Budidaya Asparagus Dari Praktek Praktek Petani Selama Ini Guna Menuju Pengembangan Pertanian Berbasis Ekologi Asparagus merupakan salah satu jenis sayuran daerah subtropis yang bernilai ekonomis tinggi di Indonesia. Daerah penanaman asparagus di
Indonesia meliputi brastagi (sumut) bukit tinggi (sumbar) curub (Bengkulu), puncak, selabintana lembang dan pangalengan (jabar) baturaden, dieng, temanggung kopeng dan tawangmangu (jawa tengah) kaliurang (DIY) tretes ,selekta, batu dan pegunungan ijen (jatim) bedugul (bali). Masalah utama yang dihadapi para petani asparagus yaitu belum tersedianya benih yang sesuai dengan lingkungan setempat dan sesuai dengan teknik budidaya yang diterapkan. Terdapat
beberapa varietas asparagus yaitu seperti (Broock
Improved, Mary Washington, jersy giant, Glory Van Broenskwijk, locullus) yang berasal dari Negara Amerika, Belanda, Jerman dsb. Sehingga untuk mengenai permasalahan utama dalam membudayakan asparagus yaitu berasal dari benihnya itu sendiri karena benih merupakan awal mula untuk membudidayakan suatu komoditas. Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia khusnya tanaman asparagus, masih belom banyak masyarakat yang mengetahui bahkan mencicipi berbagai olahan asparagus itu sendiri. Namun dalam jangka panjang dapat diprediksikan bahwa untuk membudidayakan asparagus akan menguntungkan petani di Indonesia. Tanaman asparagus itu sendiri memiliki karakteristik yang cukup sesuai jika di tanaman di daerah Indonesia. Untuk teknik budidaya tanaman asparagus itu sendiri terdiri dari beberapa hal yaitu: 1. Persiapan bibit Untuk persiapan bibit terdapat beberapa step yaitu persemaian lalu perendaman benih selama 1-2 hari untuk menyeleksi benih yang berkualitas baik selanjutnya benih disemai dengan jarak tanam 15x10 dengan kedalaman 2,5 cm dan dimasukan kesetiap lubang 1 biji laldu disirama seperlunya. Sehingga terjadi beberapa kesalahn dari kurangnya ketelitian petani yaitu saat perawatan persemaian sehingga terdapat beberapa hama dan penyakit pada benih asparagus tersebut. Setelah itu seleksi dan pencabutan benih hal yang harus di perhatikan yaitu bibit yang sudah di cabut harus cepat ditanam,sebelum penanaman. 2. Persiapan lahan Sebelumnya lahan harus digemburkan dahulu lalu diberikan pupuk kandang.Setelah itu membuat parit dengan kedalaman 15-20 cm
untuk drainase tanaman asparagus. Serta menggunakan jarak tanamn 40-50 cm. 3. Penanaman Penanaman dilakukan jika bibit sudah berumur 5-6 bulan. 4. Pemeliharaan Hal yang harus diperhatiakan yaitu pembubunan yang dilakukan jika
tunas
mulai
berkembang
hal
tersebut
dilakukan
untuk
memperkokoh tegaknya tanaman,memperbanyak system perakaran sehingga hasil rebung bisa lebih banyak serta saat musim hujan parit harus diperdalam karena asparagus kurang suka pada genangan yang berlebih. Setelah itu pemangkasan pada batang yang terserang hama dan penyakit. Dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
budidaya
asparagus
perlu
memperhatikan ketelitian dari petani khusnya Indonesia karena tanman asparagus ini sendiri bukan tanaman asli Indonesia. Sehingga memungkinkan terjadi kesalahan dalam membudidayakan tanaman ini yaitu seperti yang sudah dijelaskan pada tahap persiapan bibit harus diseleksi dengan baik agar nantinya mengasilkan tanaman yang baik juga. Selain itu tanaman asparagus sendiri tidak terlalu menyukai genangan air yang berlebih sehingga pada saat musim hujan lebih baik mendalamkan parit yang sudah dibuat. Dengan demikian diharapkan petani di Indonesia mau membudidayakan tanaman asparagus serta untuk para peneliti dapat menciptakan benih asparagus yang berkualitas dan cocok ditanaman di daerah Indonesia.
3.3 Penyelesaian Petani atas Masalah Saat Ini Kendala dan solusi petani asparagus daerah Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung: a) Masih ada keraguan beberapa petani, berkaitan dengan pengembangan komoditas baru yang sebelumnya juga sering diintroduksikan kepada petani, namun akhirnya mengalami kesulitan dalam pemasaran. Oleh
karena itu, untuk pengembangan Asparagus ini telah disusun program yang utuh dari hulu sampai hilir, sehingga tidak sampai terjadi kesulitan dalam pemasaran produk. b) Sebagai komoditas unggul, tanaman Asparagus memerlukan input biaya yang relatif besar dibandingkan dengan sayuran lokal. Hal ini memerlukan perubahan pola pikir pada petani, mengingat modal yang dimiliki petani sangat terbatas. Oleh karena itu, petani harus paham dengan analisis usahatani, dan yang paling tepat adalah belajar dari mereka yang sudah berhasil. Khusus untuk modal usaha, telah disiapkan oleh koperasi. c) Adanya iming-iming dari tengkulak yang mau membeli produk dengan harga yang lebih mahal. Hal ini akan dapat mengacaukan peran koperasi, oleh karena itu diperlukan komitmen anggota untuk tidak goyah terhadap iming-iming tersebut. Dari catatan pengalaman yang ada, ternyata imingiming harga yang lebih mahal hanya ditawarkan pada saat produksi sedang turun. d) Masih adanya ketergantungan bibit unggul dari luar negeri, untuk keberlanjutan dan pengembangan usaha. Terhadap masalah ini, Pemda Badung telah mengupayakan untuk membeli calon bibit F-1 yang kemudian dapat diperbanyak untuk kebutuhan bibit sampai 4 tahun berikutnya. Di samping itu, dijajagi juga peluang kerjasama pembibitan secara mandiri dengan Perguruan Tinggi di Bali. (Dolyanta, 2009) Pada daerah Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung bahwa ternyata petani pada daerah tersebut telah menanam asparagus lebih dari satu tahun, dengan demikian petani pada daerah tersebut sedikit banyak telah mengalami masalah dan dapat mengatasi masalah dari bertani asparagus itu sendiri. Dapat diketahui bahwa terdapat berbagai masalah yang dihadapai petani daerah Pelaga, Kecamatan Petang, Bandung tersebut seperti yang telah dipaparkan diatas. Dapat diketahui bahwa pada daerah tersebut memperoleh bantuan dari berbagai pihak terkait untuk meningkatkan produktivitas petani tanaman asparagus. Minimnya informasi dapat diatasi dengan memberdayakan lembaga sekitar untuk ikut serta dalam menggali dan memberi informasi kepada petani
sehingga dapat diterima dan diterapkan dengan baik oleh para petani itu sendiri. Oleh karena itu, peran pemerintah dan lembaga baik masyarakat maupun pihak swasta seharusnya juga dapat ikut andil dalam mengenalkan penanaman asparagus daerah DAS Konto. Karena dapat dikatakan asparagus tersebut memiliki nilai jual yang tinggi dan memiliki prospek serta pasar yang menjanjikan untuk dijual ke supermarket, hotel, restoran, bahkan ekspor. Dengan informasi yang memadahi dan kemampuan serta lingkungan yang mendukung, dengan adanya budidaya asparagus pada daerah aliran sungai konto dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat serta tanah sekitar dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar serta semaksimal mungkin. 3.4 Kajian Buku: “Building Soils For Better Crops: Sustainable Soil Management” by Fred Magdoff and Harold van Es. Solusi
terhadap
permasalahan-permasalahan
dalam
penanaman
tanaman Asparagus di daerah Das Konto, Malang seperti hal nya dalam buku “Building Soils For Better Crops: Sustainable Soil Management” by Fred Magdoff and Harold van Es. Seperti yang diketahui bahwa pengelolaan Desa Das Konto mempunyai arti sebagai pengelolaan dan adalokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan erosi, serta perlindungan nilai keindahana yang berkaitan dengan sumberdaya. Termasuk di dalam pengelolaan DAS adalah identifikasi keterkaitan antara daerah hulu dan hilir suatu DAS, dimana dalam prakteknya perlu mempertimbangkan aspek-aspek social, ekonomi dan budaya dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan diluar aliran sungai yang bersangkutan. (Asdak, 2002:5) Salah satu permasalahan penanaman tanaman asparagus di desa DAS Konto adalah alih tata guna lahan pertanian. Dimana pada awalnya di daerah DAS Konto ini merupakan kawasan hutan alami. Akan tetapi mengalami perubahan mejadi kawasan agroforestry. Dan saat ini kebanyakan digunakan hanya untuk menanam tanaman semusim. Hal ini berbahaya bagi ekologi dan kesuburan tanah jika hanya ditanam tanaman yang sama di DAS Konto. Salah satu penyelesaian yang dapat digunakan adalah melakukan rotasi tanaman seperti yang tertuang dalam buku Building Soils For Better Crops:
Sustainable Soil Management” by Fred Magdoff and Harold van Es. Rotasi tanaman yang digunakan seperti menanam tanaman legume. Atau menggunakan tumpang sari dengan legume. Berdasarkan hasil peneletian menyatakan bahwa penanamna rotasi tanaman maupun tumpang saari jauh lebih baik dibandingkan dengan monokultur. Akar tanaman degnan mycorhizae akan lebih mampu dalma mengatasi seranagn jamur, nematoda parasit, dan lainnya. Menggunakan penutup tanah secara organik berupa sisa-sisa tanaman seperti seresah. Hal ini dilakukan untuk tetap mempertahankan agregat tanahnya. Hujan yang turun tidka langsung menghantam tanah. Penutup tanah ini juga diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah. Penutup tanah ini dapat juga berfungsi sebagai pengatur suhu dalam tanah dan menjaga kelembapan tanah serta mengurangi penguapan yang berlebihan. Penutup tanah ini juga dapat diguunakan untuk memperkecil tumbuhnya gulma atau tanmana pengganggu lain yang dapat merusak tanaman Asparagus. Tutupun lahan organik dapat ditemui atau diperoleh oleh para petani dengna mudah sehingga tidak memerlukan biaya yang banyak dalam penggunaannya. Permasalahan di daerah DAS Konto utnuk penanaman Asparagus juga terletak pada kemiringan dan tingkat erosinya. Kemiringan lahan DAS Konto mencapai 8% - 45%. Dengna demikian, untuk penanaman Asparagus, dapat dilakukan dengan membetuk bedengan dimana disekitar bedengan akan dibuat parit penampungna air. Parit ini digunakan untuk menggenang air yang akan digunakan untuk mengairi tanaman Asparagus. Parit ini dapat bermanfaat sebagai penampung air saat hujan sehingga hujan yang jatuh tidak sampai menggenangi bagian atas tanaman Asparagus yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan tanaman. Model pembuatan bedengan akan dibangun dengan melawan arah
kemiringa. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya erosi serta mampu menahan air yang jatuh dari dan mengurangi terbawanya tanah dari atas permukaan tanaman. Dalam budidaya Asparagus, sesuai dengan yang tercantum dalam buku Building Soils For Better Crops: Sustainable Soil Management” by Fred
Magdoff and Harold van Es, dalam melakukan pencegahan hama penyakit tanaman Asparagus dapat dilakukan secara alami dengan memanfaatkan ekosistem di daerah itu sendiri. Seperti pemanfaatan musuh alami. Penggunaan musuh alami akan lebih baik dan bersifat berkelanjutan dibandingkan menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida. Hal ini akan mampu merusak ekosistem karena ada sekelompok yang menghilang dari sistem ekosistem itu. Dimana dalam sistem ekosistem tersebut saling berhungan antara satu dengan yang lain. 3.5 Rancangan Kegiatan Perbaikan Habitat Pertanaman Dalam melakukan upaya pembudidayaan tanaman Asparagus di wilayah DAS Konto, banyak upaya yang harus dilakukan agar tanaman asparagus dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut. Hal ini disebabkan suhu daerah DAS Konto berbeda dengan syarat tumbuh tanaman asparagus dimana suhu daerah DAS Konto adalah sebesar 20-29°C sedangkan syarat tumbuh tanaman tersebut adalah dalam rentang suhu 15-21°C. Maka dari itu perlu adanya perbaikan habitat baik di dalam maupun di atas tanah sebelum asparagus ditanam di daerah tersebut. Rancangan kegiatan perbaikan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Pemberian pupuk kandang sebelum penanaman Tanah yang mengandung bahan organik yang banyak kerapkali mempengaruhi produksi tanaman asparagus. Oleh karena itu hendaknya tanah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya yakni dengan cara melakukan pengolahan tanah atau melakukan pembajakan tanah serta adanya penambahan pupuk kandang/kompos dengan jumlah 30-40 ton per ha. 2) Penggunaan sistem irigasi yang tepat guna. Habitat yang ditujukan untuk penanaman tanaman asparagus memiliki suhu yang tinggi, sehingga perlu adanya upaya irigasi yang lebih optimal untuk tanaman ini dimana irigasi yang digunakan adalah irigasi permukaan. Irigasi dapat dilakukan dengan mengalirkan air sungai yang berada dekat dengan lahan. Irigasi ini dialirkan ke dalam parit-parit tegalan dengan lebar 30-45 cm dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan yang sudah dibentuk di awal sebelum dilakukannya penanaman. Air yang
sudah dialirkan dapat dibiarkan tergenang sampai beberapa jam sehingga tanah menjadi lembab dan tanaman dapat menyerap unsur hara dengan baik. Sistem irigasi untuk tanaman asparagus ini dapat dilakukan sekali atau dua kali dalam seminggu sehingga lahan tidak kering. 3) Penggunaan mulsa untuk mengurangi evapotranspirasi Dengan adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah, kelembapan dalam tanah akan semakin terjaga sehingga lahan budidaya asparagus tidak mengalami kekeringan serta benih gulma juga akan sangat terhalang. Akibatnya tanaman asparagus akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan gulma tersebut akan membantu tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik tanpa kekurangan unsur hara. 4) Pemupukan di masa penanaman Pemupukan dilakukan untuk menambah unsure hara yang dibutuhkan oleh tanaman.Pupuk susulan yang diberikan dapat berupa Urea (10 garm per tanaman), ZA (15 gram per tanaman). Dilakukan setiap 14 atau 21 hari sejak bibit mulai tumbuh. Jumlah pupuk disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan tanaman, makin dewasa pertumbuhannya makin banyak pemakaiannya. 3.6 Teknologi Budidaya Tanaman Asparagus Tanaman Asparagus merupakan tanaman asli Eropa dan Asia. Asparagus ditemukan tumbuh liar di Eropa, Afrika Barat Laut, Asia ke Timur sampai Iran. Asparagus dibudidayakan lebih dari 2000 tahun lalu dan digunakan sebagai makanan dan obat-obatan oleh bangsa Yunani dan Roma. Ada dua jenis rebung Asparagus, yaitu yang berwarna putih dan yang berwarna hijau. Bagian yang dikonsumsi adalah rebung muda. Asparagus penghasil rebung, sebenarnya juga sudah sejak jaman Belanda tumbuh di kawasan dataran tinggi, namun fungsinya untuk dipanen daunnya sebagai tanaman hias. Sebenarnya, Asparagus yang ditanam untuk diambil daunnya, adalah jenis Asparagus setactus yang marambat. Asparagus jenis ini banyak ditanam di teras rumah dan dirambatkan dengan tali, kawat atau kayu. Selain itu masih ada Asparagus densiflorus dan Asparagus umbellatus yang banyak dijadikan elemen taman karena bentuk tajuknya yang tebal dan indah mirip
ekor tupai. Juga Asparagus falcatus yang daunnya besar-besar hingga sepintas tidak tampak sebagai Asparagus. Tanaman Asparagus
merupakan
tanaman
tahunan. Asparagus
memiliki batang dalam tanah (rizoma), yang akan menumbuhkan rebung. Sementara “batang” yang tampak di luar tanah merupakan tempat tumbuhnya cabang, ranting dan daun. Daun Asparagus berbentuk jarum. Sepintas tanaman Asparagus penghasil rebung ini mirip dengan cemara. Namun tinggi tanaman hanya sekitar 1 m, dengan diameter batang hanya 1 cm. Di Indonesia, Asparagus cocok dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian antara 600 sd. 1700 m. dpl. Pembibitan Asparagus dapat dilakukan secara vegetatif dengan kultur jaringan, anakan yang berasal dari tunas maupun setek, serta secara generatif dari biji. Berikut adalah teknologi bududaya tanaman Asparagus yang dapat dilakukan. A. Pembibitan Dalam pembibitan dengan biji terdapat 5 tahap, yaitu : 1. Perendaman benih Asparagus berbuah buni berbentuk bulat dengan diameter 0,5 cm. Warna buah hijau ketika masih muda dan akan berubah menjadi cokelat kehitaman ketika telah tua. Buah masak ditandai dengan warna hitam serta lembeknya kulit buah dengan daging buahnya yang sangat tipis. Biji Asparagus berwarna hitam dengan kulit biji sangat keras.
Untuk
mempercepat
perkecambahan
perlu
dilakukan
perendaman biji dalam air dingin ( suhu 27° C) yang dicampur dengan zat perangsang tumbuh (ZPT), selama 24 – 48 jam. Selama itu air rendaman diganti 2 -3 kali untuk menjaga suhu serta ketersediaan oksigen. Dengan perendaman demikian, perkecambahan benih bisa berlangsung lebih cepat, dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi. Biji yang mengambang pada saat perendaman dibuang. Setelah 24 – 48 jam perendaman, benih ditiriskan. Biji diambil dari tanaman yang cukup tua, lebih dari 2 tahun. Biji yang tua atau kering akan bewarna hitam.. Bibit asparagus dapat
dipindah kekebun apabila perakaran sudah cukup kuat, tinggi pohon sudah lebih dari 30 cm, umur kira-kira 6-8 bulan 2. Persemaian Lahan persemaian dipilih lahan yang berdrainase baik, bukan bekas lahan tanaman Asparagus, tanahnya gembur, subur dan berpasir. Tanah diolah, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G untuk menghindari hama. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 20 – 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm. Benih disemai dengan jarak 15×10 cm, dengan kedalaman 2,5 cm, setiap 1 lubang ditanam 1 biji. Di atas permukaan tanah ditutup jerami atau sekam kemudian disiram secukupnya. Perkecambahan benih bisa 2-6 minggu tergantung suhu, kelembaban tanah dan kedalaman tanam. Pada suhu di bawah 20o C, perkecambahan berlangsung sangat lambat. Tanaman ini sesuai ditanam di tanah yang mempunyai pH di antara 5.5 hingga 6.7. 3. Perawatan persemaian Meliputi pencegahan hama dan penyakit dilakukan seawal mungkin. 4. Pemupukan Sewaktu masih dipersemaian setiap 20 – 30 hari dilakukan pemupukan menggunakan pupuk kandang. 5. Seleksi dan Pencabutan benih Pemindahan bibit dari pembibitan ke lapangan umur 5-6 bulan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemindahan bibit diantaranya bibit yang akan dipindahkan adalah bibit yang sehat. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam; dan sebelum penanaman akar dipotong, disisakan 20 cm, dan pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman hanya ± 20 cm. B. Pengolahan Tanah Kemudian selain pembibitan dilakukan pengolahan tanah di lahan pertanaman dimana sebelum penanaman, lahan yang akan ditanami Asparagus dibajak dalam dan merata. Dibuat parit dengan kedalaman 15 – 20 cm untuk tempat tanaman dan jarak antar parit 1,25 – 1,5 m. Pada
awal tanam tidak digunakan pupuk kimia, tetapi menggunakan pupuk kandang. C. Penanaman Jarak tanam di lapangan 40 – 50 cm. Penanaman dilakukan pada pagi hari sekitar jam 9 atau pada sore hari sekitar jam 4. Jangan membiarkan akar tanaman mengering sebelum ditanaman, Metode tanam bervariasi tergantung iklim dan kondisi tanah, Untuk iklim hangat dan tanah dengan irigasi baik, gali parit 8 inci dalamnya dan lebar 12 inchi, sebarkan kompos atau kotoran sapi pada bawah parit dan tutupi dengan 1-2 inchi tanah. Jarak tanam 18 inchi dan tutupi 2 inchi tanah saat tuna baru tumbuh keatas, setelah itu isi parit dengan tanah biasa. Untuk daerah dengan cuaca hujan tinggi, tanam akar hingga ujung tanaman berada 1-2 inchi dibawah permukaan tanah. Lalu akar kemudian ditutupi 5-6 inchi tanah, sehingga saat meningkatkan ketinggian tanah, pasang papan sepanjang parit yang ada. Akar aspargus menyebar dengan luas, sehingga beri jarak tanam 4-6 kaki. D. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman Asparagus meliputi : 1. Pembumbunan Apabila
tunas
sudah
mulai
tumbuh,
dapat
dilakukan
pembumbunan. Caranya, kira-kira sebulan setelah tanam, pembumbunan awal dimulai, tidak perlu tinggi-tinggi, tapi sedikit demi sedikit disesuaikan dengan pertumbuhan tanaman. Pembumbunan dilakukan setiap 2 – 4 minggu sekali, sehingga lama kelamaan setelah umur 9 bulan, tempat tanaman yang semula berupa parit, sekarang berubah menjadi guludan, sebaliknya yang semula guludan berubah menjadi parit dan tanaman tingginya sudah mencapai 1 M. Semula dalamnya parit 30 cm, tingginya guludan 30 cm, setelah dibumbun, akar asparagus akan terbenam sedalam 60 cm, ini merupakan ukuran panjangya rebung asparagus yang dipanen. Pada musim hujan, parit diperdalam. Hal ini karena Asparagus tidak menyukai genangan air. Pembumbunan dilakukan sekaligus dengan penyiangan dan pemanenan rebung.
2. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan setelah induk tanaman membentuk 8 – 10 batang, selebihnya dipangkas. Setelah mendekati masa panen batang yang dipelihara cukup 3 – 5 batang saja, selebihnya dipotong sebagai rebung asparagus.. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang dan batang yang terserang hama atau penyakit. Rebung baru bisa dinikmati setelah berumur 8-9 bulan atau 2-3 bulan setelah pemindahan dari pembibitan. 3. Pengairan dan drainase Dilakukan dengan cara menggenangi parit (di-Leb) setinggi setengah dari tinggi guludan, ditunggu hingga air meresap sampai atas, kemudian sisa air dibuang. Pengairan pada musim kemarau dilakukan tiap 1 minggu sekali. 4. Pemupukan susulan Hal ini dikarenakan peranan pupuk kandang yang sangat penting dalam sistem pertanian ramah lingkungan dan kebutuhan yang banyak. Kebutuhan pupuk kandang per hektar adalah 30 ton atau 1500 karung. Sehingga kebutuhan pupuk kandang untuk lahan seluas 9800 m2 adalah 29,4 ton atau 1.470 karung. Selain pupuk kandang, dalam usahatani Asparagus ramah lingkungan juga dibutuhkan pupuk cair. Pupuk cair berfungsi sebagai pupuk daun dan batang. Pupuk cair yang digunakan adalah versiganic. Pestisida yang digunakan sebaiknya adalah pestisida organik atau biopestisida. Jerami digunakan dalam usahatani Asparagus ramah lingkungan sebagai pengganti plasik mulsa. Kebutuhan jerami per hektar adalah 10 truk. 5. Pengelolaan hama dan penyakit Tanaman induk yang mati karena terkena hama atau penyakit dipotong dan diganti dengan cara membesarkan batang yang tumbuh normal. Hama yang sering dijumpai adalah ulat grayak dan ulat tanah yang menyerang selama periode transisi musim kemarau ke musim hujan, sedangkan penyakit yang menyerang dari golongan jamur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik selama serangan belum
terlalu berat. Aplikasi pestisida dilakukan jika serangan sudah cukup berat. Pestisida yang digunakan adalah pestisida organik (Daun Tembakau). Jamur Fusarium, merupakan penyakit yang paling umum pada asparagus, dapat diperkecil dengan menanam varietas yang tolerant. Penelitian menunjukkan kemunculan Fusarium lebih sering pada tanaman muda. Penelitian juga menunjukkan bahwa memperpanjang periode panen terlalu lama, yang akan memperlemah akar, sangat berperan dalam infeksi Fusarium. Kerak-kerak lebih sering terjadi pada daerah dengan kelembaban tinggi pada iklim hangat yang menyebabkan kerak coklat yang muncul pada pucuk dan cabang. Serangga: Aphib Asparagus eropa (Brahycolus asparagi), menyebabkan produksi spears berkurang dengan drastis, saat serangga ini memakan tanaman, menginjeksi racun yang menyebabkan bibit mengecil dan mati, tanaman tua yang terinfeksi mengalami dwarfisme, dan melepas tunas prematur dan kemungkinan kematian. Dapat dibasmi dengan pestisida organik. Asparagus beetle (kumbang asparagus) memangsa asparagus yang masih muda, mampu dibasmi dengan pestisida. Cicada dan Centipede (kaki seribu) juga merupakan pest bagi asparagus. E. Panen Panen dapat dilakukan mulai umur 8-9 bulan atau 2 – 3 bulan setelah pemindahan. Panen dilakukan dengan memotong rebung dan kemudian menimbun kembali sekeliling tanaman dengan tanah/kompos. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Pemanenan daun Asparagus (juga rebungnya), dilakukan dengan interval 1 sd. 1,5 bulan di kawasan tropis, sementara di kawasan sub tropis antara 1,5 sd. 2 bulan. Biasanya sampai dengan umur 9 bulan rebungnya masih kecil-kecil dan produksinya hanya 10 kg per hektar. Tapi apabila sudah berumur 2,5 – 4 tahun produksi sudah 50 kg per hektar. Jika panen pertama dilakukan pada umur 3 bulan setelah
pemindahan, maka penen kedua pada umur 4 bulan dengan interval panen 2 hari sekali, bulan kelima dan seterusnya dapat dipanen setiap hari. 3.7 Kegiatan yang Perlu Dilakuan Dalam Mengkonservasi Biodiversitas dengan Memperhatikan Sepuluh Prinsip Konservasi Biodiversitas dalam Landscape Pertanian Di Buku “Farming With Nature” Metode yang kerap diterapkan petani pada konservasi pertanian antara lain metode vegetatif dan metode sipil teknis. Metoda vegetatif yaitu metoda konservasi dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. 1. Pendekatan Vegetatif a) Melakukan Sistem Pertanaman Lorong Sistem pertanaman lorong ialah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar.Sangat
bermanfaat
dalam
mengurangi
laju
limpasan
permukaan dan erosi, dan merupakan sumber bahan organik dan hara terutama N untuk tanaman lorong.Teknik budidaya lorong telah lama dikembangkan dan diperkenalkan sebagai salah satu teknik konservasi tanah dan air untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan pada lahan kering di daerah tropika basah, namun belum diterapkan secara meluas oleh petani. b) Melakukan Sistem Pertanaman Strip Rumput Sistem Pertanaman Strip Rumput ialah sistem pertanaman yang hampir sama dengan pertanaman lorong, tetapi tanaman pagarnya adalah rumput. Strip rumput dibuat mengikuti kontur dengan lebar strip 0,5 m atau lebih. Semakin lebar strip semakin efektif mengendalikan erosi. Sistem ini dapat diintegrasikan dengan ternak.Penanaman
Rumput
Makanan
Ternak
didalam
jalur/strip.Penanaman dilakukan menurut garis kontur dengan letak penanaman dibuat selang-seling agar rumput dapat tumbuh baik, usahakan penanamannya pada awal musim hujan.Selain itu tempat jalur rumput sebaiknya ditengah antara barisan tanaman pokok.
c) Melakukan Tanaman Penutup Tanah Merupakan tanaman yang ditanam tersendiri atau bersamaan dengan tanaman pokok.. Tanaman penutup tanah berperan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga mengurangi erosi. d) Memberi Mulsa Mulsa ialah bahan-bahan (sisa-sisa panen, plastik, dan lainlain) yang disebar atau digunakan untuk menutup permukaan tanah. Bermanfaat untuk mengurangi penguapan (evaporasi) serta melindungi tanah dari pukulan langsung butir-butir hujan yang akan mengurangi kepadatan tanah. Macam Mulsa dapat berupa, mulsa sisa tanaman, lembaran plasti dan mulsa batu.Mulsa sisa tanaman ini terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan
dari
tanaman
pagar,
daun-daun
dan
ranting
tanaman.Bahan tersebut disebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna. e) Pengelompokan tanaman dalam suatu bentang alam (landscape) Pengelompokan
tanaman
dalam
suatu
bentang
alam
(landscape) mengikuti kebutuhan air yang sama, sehingga irigasi dapat dikelompokkan sesuai kebutuhan tanaman. Teknik ini dilakukan dengan cara mengelompokkan tanaman yang memiliki kebutuhan air yang sama dalam satu landscape. Pengelompokkan tanaman tersebut akan memberikan kemudahan dalam melakukan pengaturan air. Air irigasi yang dialirkan hanya diberikan sesuai kebutuhan tanaman, sehingga air dapat dihemat.Hal ini dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat hemat air. f) Penyesuaian jenis tanaman dengan karakteristik wilayah. Teknik
konservasi
air
ini
dilakukan
dengan
cara
mengembangkan kemampuan dalam menentukan berbagai tanaman alternatif yang sesuai dengan tingkat kekeringan yang dapat terjadi di masing-masing daerah. Sebagai contoh, tanaman jagung yang hanya membutuhkan air 0,8 kali padi sawah akan tepat jika ditanam sebagai pengganti padi sawah untuk antisipasi kekeringan Pada daerah hulu DAS yang merupakan daerah yang berkelerengan tinggi, tanaman kehutanan menjadi komoditas utama. 2. Pendekatan Sipil Teknis a) Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam. Pembuatan teras dilakukan, jika budidaya tanaman dilakukan pada lahan dengan kemiringan > 8%.Namun demikian, budidaya tanaman semusim sebaiknya menghindari daerah berlereng curam. Jenis-jenis teras untuk konservasi air juga merupakan teras untuk konservasi tanah, antara lain: teras gulud, teras buntu (rorak), teras kredit, teras individu, teras datar, teras batu, teras bangku, SPA, dan hillside ditches. b) Wind break Wind break dibuat untuk mengurangi kecepatan angin sehingga mengurangi kehilangan air melalui permukaan tanah dan tanaman selama irigasi (evapotranspirasi). c) Pemanenan Air hujan Pemanenan air hujan merupakan salah satu alternatif dalam menyimpan air hujan pada musim penghujan, dan untuk dapat digunakan pada musim kemarau. d) Teknik pemanenan air yang telah dilakukan di Indonesia, antara lain embung dan channel reservoir. Embung merupakan suatu bangunan konservasi air yang berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau rembesan di lahan sawah tadah hujan
berdrainase baik.Teknik konservasi air dengan embung banyak diterapkan di lahan tadah hujan bercurah hujan rendah. e) Dam Parit : adalah suatu cara mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit dengan tujuan untuk menampung aliran air permukaan, sehingga dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya. Dam parit dapat menurunkan aliran permukaan, erosi, dan sedimentasi.
BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan Asparagus merupakan salah satu jenis sayuran daerah subtropis yang bernilai ekonomis tinggi di Indonesia. Asparagus merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi bagian batang muda atau tunasnya. Di Indonesia, Asparagus cocok dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian antara 600 sd. 1700 m. dpl. Daerah penanaman asparagus di Indonesia meliputi Brastagi (Sumatra Utara), Bukit Tinggi (Sumatra Barat) Curub (Bengkulu), Puncak, Selabintana, Lembang, dan Pangalengan (Jawa Barat) Baturaden, Dieng, Temanggung Kopeng dan Tawangmangu (Jawa Tengah) Kaliurang (DIY) Tretes ,Selekta, Batu dan Pegunungan Ijen (Jawa Timur) Bedugul (Bali). Namun, masih ada keraguan beberapa petani untuk budidaya Asparagus seperti petani mengalami kesulitan dalam pemasaran produk, modal yang dimiliki petani sangat terbatas, adanya iming-iming dari tengkulak yang mau membeli produk dengan harga yang lebih mahal, masih adanya ketergantungan bibit unggul dari luar negeri, dan minimnya informasi petani. b. Saran Seharusnya adanya peran pemerintah dan lembaga baik masyarakat maupun pihak swasta untuk ikut andil dalam mengenalkan penanaman asparagus. Petani juga harus paham dengan analisis usahatani, serta adanya informasi yang memadai untuk petani, sehingga dengan adanya budidaya asparagus di Indonesia dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat karena asparagus memiliki nilai jual yang tinggi dan memiliki prospek serta pasar yang menjanjikan.
DAFTAR PUSTAKA Aini FK, dkk. 2010. Studi biodiversitas: Apakah Agroforestri mampu Mengkonservasi Keanekaragaman hayati di DAS KONTO? Working paper 119. Bogor, Indonesia. World Agroforestri Centre (ICRAF) South Asia Program. Anonimus.
2013.
Teknik
Budidaya
Asparagus.
http://www.bbpp-
lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/587-teknikbudidaya-asparagus-asparagus-officinalis. Diakses pada tanggal 27 September 2015 pukul 14:24 Anynomous. 2013. Bisnis Hobi Tanaman. Infotanam.blogspot.co.id. Diakses pada Minggu 27 September 2015 pukul 14.40 BPS. 2004. Ekspor Menurut Negara Tujuan. Jakarta: Badan Pusat Statistik Dolyanta, I Made. 2009. Pengembangan Potensi Pertanian di Badung Utara (Asparagus
Ditanam
Ekonomi
Mapan).
http://119.82.227.77/~k5513724/asset/artikel_images/versi_web.pdf. diakses pada tanggal 10 Oktober 2015 pukul 15:09 Muizzun
Siti.
2012.
Teknologi
Pascapanen
Asparagus.
Muizzunnisak12.blogspot.co.id. Diakses pada Minggu, 27 september 2015 pukul 14.45. Rubatzky, VE., Mas, Y. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi dan Gizi. Jilid Ketiga. Jakarta Stamps dan Limit dalam Burges. 1999. Worldagroforestry.org/sea/Publication. Bogor
View more...
Comments