Makalah Budaya, Gaya Manajemen Dan Sistem Bisnis
February 25, 2019 | Author: masdidik2328 | Category: N/A
Short Description
Makalah Budaya, Gaya Manajemen Dan Sistem Bisnis By Cateora...
Description
BUDAYA, GAYA MANAJEMEN DAN SISTEM BISNIS
BAB I. Pendahuluan
Budaya yang mencakup semua elemen, sangat mempengaruhi gaya manajemen dan seluruh sistem bisnis. Sosiolog asal Jerman Max Weber, membuat kasus besar tahun 1930. Budaya tidak hanya menentukan kriteria untuk pelaku bisnis sehari-hari, tetapi juga membentuk pola umum nilai dan motivasi. Sebagian eksekutif merupakan tawanan dari warisan mereka, dan tidak bisa melepaskan diri secara total dari elemen-elemen budaya yang mereka pelajari ketika tumbuh dewasa. Pengetahuan akan gaya manajemen, budaya bisnis, nilai-nilai manajemen serta metode dan perilaku bisnis yang ada di satu negara, dan kesediaan untuk mengakomodasi perbedaan perbedaan tersebut adalah penting untuk keberhasilan dalam pasar internasional. Bila pemasar tidak bersikap fleksibel dengan cara menerima perbedaan-perbedaan dalam pola pikir yang mendasar, tempo bisnis lokal, praktik-praktik religius, struktur politis, dan kesetiaan keluarga, mereka akan menemui hambatan dalam mencapai kesimpulankesimpulan yang memuaskan untuk transaksi-transaksi bisnis. Pembahasan ini berfokus pada persoalan-persoalan yang secara spesifik berhubungan dengan gaya manajemen Selain menganalisis perlunya adaptasi, bab ini meninjau perbedaan perbedaan dalam gaya, dan etika manajemen,serta diakhiri dengan diskusi menbgenai pengaruh budaya pada pemikiran yang strategis.
1.
Adaptasi
Adaptasi adalah sebuah konsep penting dalam Pemasaran Internasional, dan kesediaan untuk beradaptasi merupakan sikap yang krusial. Adaptasi, atau setidaknya akomodasi, dibutuhkan dalam persoalan-persoalan kecil, seperti halnya persoalan-persoalan besar. Kenyataannya, situasi-situasi tidak signifikan yang tampaknya remeh acap kali merupakan situasi yang paling krusial. Dibutuhkan sesuatu yang lebih daripada toleransi akan budaya asing. Dibutuhkan juga penerimaan alternatif, yaitu toleransi terbuka terhadap konsep “berbeda tetapi sama” Melalui penerimaan alternatif ini, adaptasi mnejadi lebih mudah karena empati untuk sudut pandang orang lain dengan sendirinya membawa kitapada gagasan untuk mempertemukan perbedaan-perbedaan budaya . Sebagai panduan menuju adaptasi, semua orang yang ingin berurusan dengan individu, perusahaan, atau orang-orang yang berkuasa di negara-negara asing harus mampu memenuhhi 10 kriteria dasar: 1) Toleransi terbuka 2) Fleksibilitas 3) Kerendahan hati 4) Keadilan/kejujuran 5) Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tempo yang beragam 6) Rasa ingin tahu/minat 7) Pengetahuan akan negara terebut 8) Rasa suka terhadap oranng lain 9) Kemampuan untuk mempunyai rasa hornat 10) Kemapuan untuk menyatukan diri dengan lingkungan 1.1.Tingkat Adaptasi Adaptasi tidak mengharuskan eksekutif bisnis, untuk meninggalkan kebiasaan mereka, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan lokal. Justru para eksekutif harus mengetahui kebiasaan lokal, dan bersedia menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. Adaptasi yang efektif adalah kesadaran akan budayanya sendiri, dan pengakuan bahwa perbedaan dalam diri orang lain bisa menimbulkan kegelisahan, frustasi, dan kesalahpahaman akan maksud dari tuan rumah. Kriteria yang merujuk pada diri sendiri (self-reference criterion-SRC) sangat berlaku dalam kebiasaan bisnis. Hal yang terpentaing untuk adaptasi adalah tetap menjadi orang Amerika, tetapi harus mengembangkan suatu pengertian dan kesediaan untuk menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang ada. Seorang pemasar yang sukses tahu bahwa ketika ia berada di Cina adalah penting untuk membuat point-point penting tanpa argumen
kemenangan, kritik, bahkan ketika diminta, bisa membuat seotang tuan rumah kehilangan muka. Di Jerman, Anda akan dianggap tidak sopan apabila menggunakan nama depan, kecuali Anda diminta secara spesifik untuk melakukannnya. Sebagai gantinya, sapa seseorang dengan Herr, Frau, atau Fraulein dengan nama belakangnya. Di Brasil, janganlah tersinggung dengan kecenderungan orang Brasil untuk menyentuh selama percakapan berlangsung. Kebiasaan yang seperti itu bukan merupakan suatu pelanggaran atas ruang pribadi Anda, tetapi lebih merupakan cara orang Brasil dalam , menyapa, menekankan satu maksud, atau mengisyaratkan maksud baik dan persahabatan. Ketika budaya yang berbeda bertemu, toleransi terbuka dan kesediaan untuk menyesuaikan diri dengan perbedaan satu sama lain menjadi penting. Setelah seorang pemasar sadar akan perbedaan-perbedaan budaya dan konsekuensi yang mungkin muncul dari kegagalan untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri, harus dilakukan penilaian terhadap keragaman kebiasaan yang tampaknya tidak ada habisnya. 1.2.Imperatif, Elektif dan Eksekutif Kebiasaan-kebiasaan bisnis bisa dikelompokkan menjadi imperatif , kebiasaan yang harus diakui dan disesuaikan; efektif, kebiasaan dimana adaptasi bisa bermanfaat, tetapi tidak perlu; dan eksekutif, kebiasaan dimana orang luar tidak bolej beradaptasi. Imperatif Budaya adalah kebiasaan dan pengharapan bisnis yang harus dipenuhi dan disesuaikan dengan, atau dihindari apabila seseorang menginginkan hubungan yang berhasil.
Para pengusaha yang sukses mengenal kata guanxi dalam bahasa Cina, kata ningen kankei dalam bahasa Jepang, atau kata compadre dalam bahasa Amerika Latin. Semua bahasa tersebut merujuk pada persahabatan, hubungan manusia, atau pencapaian suatu tinngkat kepercayaan. Mereka juga tahu bahwa tidak ada yang bisa menggantikan perjalinan persahabatan di beberapa budaya sebelum bisnis yang efektif bisa dimulai. Dalam budaya dimana persahabatan merupakan kunci menuju keberhasilan, pengusaha tidak boleh meremehkan waktu yang dibutuhkan untuk perkembangannya. Persahabatan memotivasi agen-agen lokal untuk melakukan lebih banyak penjualan, dan persahabatan membantu membangun hubungan yang tepat dengan para pengguna akhir yang menghasilkan lebih banyak penjualan untuk periode yang lebih la ma. Tentu saja, layanan purna jual, harga dan produk haruslah kompetitif, tetapi pemasar yang telah membanngun guanxi, ningen kankei atau compadre lebih maju. Membangun persahabatan merupakan suatu imperatif dalam banyak budaya. Apabila perusahaan tidak dibangun, pemasar mengambil risiko tidak mendapatkan kepercayaan dan penerima, yang
merupakan prasyarat budaya yang mendasar untuk mengembangkan dan memelihara hubungan bisnis yang efektif. Di Cina, misalnya orang orang luar berada- di – paling bagus – tempat kelima dalam urusan kepentingan ketika memutuskan dengan siapa mereka harus melakukan bisnis. Keluarga menempati urutan pertama, kemudian keluarga besar , kemudian para tetangga dari kampung halaman seseorang, kemudian bekas teman sekelas, dan kemudian, dengan enggan, orang-orang asing, dan hanya akan melakukan hubungan dengan orang asing setelah terbinanya hubungan yang penuh kepercayaan. Dalam budaya-budaya Asia, imperatif untuik tidak membuat rekan bisnis Anda kehilangan muka. Di Cina, menaikkan suara Anda, meneriaki orang Cina didepan umum, mengoreksi seseorang didepan teman-temannnya akan membuat orang tersebut akan kehilangan muka. Di Jepang, misalnya kontak mata yang diperpanjang dianggap ofensif, dan seharusnya dihindari. Namun, adalah penting untuk melakkukan kontak mata yang kuat dengan eksekutif-eksekutif Arab dan Amerika Latin, atau Anda akan dianggap sebagai orang yang suka mengelak dan tidak dapat dipercaya. Efektif Budaya adalah perilaku atau kebiasaan dimana orang-orang asing boleh menyesuaikan diri atau berpartisipasi, tetapi tidak diharuskan.Dengan kata lain mengikuti kebiasan yang sedang didiskusikan bukan merupakan suatu yang penting, tetapi diperbolehkan.
Mayoritas kebiasaan masuk dalam kategori ini. Seseorang tidak perlu memberi salam kepada orang lain dengan ciuman (sebuah kebiasaan dibeberapa negara), menyantap makanan yang tidak bisa diterima oleh sistem pencernaan (selama penolakan dilakukan dengan ramah), atau meminum minuman beralkohol (apabila karena alasan kesehatan, pribadi, atau religius). Di sisi lain, suatu upaya simbolis untuk berpartisipasi dalam opsiopsi itu tidak hanya bisa diterima, tetapi juga bisa membantu membangun hubungan. adalah kebiasaan-kebiasaan atau pola-pola perilaku yang Ekslusif Budaya diperuntukkan secara eksklusif untuk orang-orang lokal, dan untuk menghalangi orangorang asing. Sebagai contoh, seorang Kristiani yang berusaha bertindak seperti seorang Muslim dianggap menjijikkan bagi seorang pengikut Nabi Muhammad. Yang sama ofensifnya adalah seorang asing yang mengkritik atau berkelakar tentang politik, adat istiadat, dan keganjilan (yang terasa ganjil adalah orang tersebut) suatu negara, walaupun orang-orang lokal mungkin mengkritik persoalan-persoalan serupa di antara mereka sendiri. Terkandung kebenaran dalam pepatah kuno, “Aku akan mengutuk saudaraku, tetapi bila kau mengutuk dia, kau akan mendapat perlawanan.” Beberapa kebiasaan budaya
diperuntukkan secara eksklusif untuk orang-orang lokal, tatapi orang asing harus menahan diri dengan hati-hati dari berpartisipasi dalm kebiasaan-kebiasaan tersebut.
2. Pengaruh Budaya Amerika pada Gaya Manajemen Setidaknya terdapat tiga alasan untuk dengan singkat menfokuskan diri pada budaya Amerika dan gaya manajemen. Pertama, adalah penting bagi para pembaca Amerika untuk mengetahui elemen-elemen budaya yang memengaruhi berbagai keputusan dan perilaku. Kesadaran diri seperti itu akan membantu para pembaca Amerika beradaptasi dalam bekerja sama dengan rekan yang berada dalam budaya lain. Kedua, bagi para pembaca yang baru mengenal budaya Amerika, memahami rekan-rekan bisnis Anda yang berasal dari Amerika Serikat dengan lebih baik merupakan hal yang bermanfaar. Ketiga, sejak akhir tahun 1990-an, budaya bisnis Amerika diekspor keseluruh dunia, seperti halnya pada tahun 1980-an ketika praktik-praktik manajemen Jepang dicontoh hampir disemua tempat.
Terdapat banyak pandangan yang berlainan sehubungan dengan pemikiran paling penting menjadi dasar dari konsep budaya AS yang normatif. Pandangan-pandangan yang palinng sering muncul dalam diskusi tentang evaluasi lintas budaya dinyatakan sebagai berikut:
Sudut pandang “pemilik nasib”
Perusahaan bebas sebagai sarana aksi sosial
Seleksi personel dan penghargaan yang berdasarkan pada jasa.
Keputusan-keputusan yang berdasarkan pada analisis objektif
Berbagi dalam pembuatan keputusan
Pencarian kemajuan yang tak ada habisnya
Kompetisi yang menghasilkan efisiensi
Filosofi “pemilik nasib” merupakan dasar dari pemikiran manajemen AS. Singkatnya orang bisa memengaruhi masa depan secara substansial, mereka memegang kendali atau nasib mereka sendiri. Sudut pandang ini juga mencerminkan sikap yang memberi orang kendali atas nasib mereka sendiri, walaupun keberuntungan mungkin memengaruhi masa depan, pertimbangan, ketekunan, kerja keras, komitmen untuk memenuhi berbagai pengharapan penggunaan waktu yang efektif. Penerimaan pemikiran bahwa perusahaan bebas merupakan saru sarana untuk aksi sosial merupakan konsep dasar dari korporasi AS. Sebuah korporasi diakui sebagai satu entitas yang memiliki peraturan dan kontinuitas keberadaan, dan merupakan sebuath institusi sosial yanng vital dan terpisah. Pengakuan ini bisa menimbulkan rasa kewajiban yang besar untuk melayani perusahaan. Seleksi, promosi, motivasi, atau pemecatan personel oleh manajer AS menekankan keharusan untuk memilih orang-orang yang paling berkualifikasi dalam pekerjaannya, memelihara
mereka selama kinerja mereka memenuhi standar pengharapan, dan meneruskan peluang untuk mobilitas keatas selama standar-standar tersebut terpenuhi. Keyakinan yang teramat kuat di AS bahwa keputusan binis didasarkan pada analisis objektif, dan bahwa para manajer berusaha keras untuk menjadi ilmiah memiliki pengaruh yang sangat besar pada sikap manajer AS terhadap objektif dalam pembuatan keputusan dan akurasi data. Pembuat keputusan bukan merupakan sebuah proses demokratis dalam bisnis AS, terdapat keyakinan yang kuat bahwa individu-individu dalam sebuah organisasi menghendaki, dan tentu saja, membutuhkan tanggung jawab pembuatan keputusan dalam perkembangan selanjutnya. Sebuah nilai penting yang mendasari sistem bisnis Amerika tercermin dalam gagasan pencarian yang tiada habisnya akan kemajuan. Amerika Serikat selalu menjadi masyarakat aktivis dalam banyak perjalanan hidup, pertanyaan yang paling umum adalah “Bisakah hal itu dikerjakan dengan lebih baik?” Oleh karena itu, konsep-konsep manajemen mencerminkan keyakinan bahwa perubahan bukan hanya sesuatu yang normal, tetapi juga merupakan suatu keharusan, bahwa tidak ada hal apapun yang ditakuti atau lebih tinggi dari kemajuan. Paling fundamental untuk praktik-praktik manajemen dunia barat adalah pemikiran bahwa kompetensi adalah krusial untuk efisiensi, kemajuan dan regenerasi. Gordon Gekko menguraikannya dengan sangat dangkal dalam film Wall Street: “Ketamakan itu baik.” Adam Smith dalam Wealth of Nations-nya menuliskan salah satu kali mat yang paling penting dalam bahasa Inggris: “Dengan mengejar minatnya sendiri, dia sering kali memajukan masyarakat yang lebih efektif, dibandingkan dengan saat dia benar-benar bermaksud untuk memajukannya.” Inilah konsep “ tangan tak terlihat” yang membenarkan perilaku kompetitif , karena perilaku tersebut memajukan masyarakat dan organisasi-organisasinya.
3. Gaya Manajemen di Seluruh Dunia Karena beragamnya struktur, nilai manajemen, dan perilaku yang ditemui dalam bisnis internasional, terdapat banyak variasi dalam cara melakukan bisnis. Standar-standar etis berbeda secara substansial di semua budaya, begitu pula dengan ritual-ritual seperti interaksi dan negoisasi penjualan. Di sebagian negara, pedagang asing kemungkinan besar menemui keterlibatan pemerintah dalam tingkat yang cukup tinggi.
4. Otoritas dan Pembuat Keputusan Besar kecilnya bisnis kepemilikan, akuntabilitas publik dan nilai-nilai budaya yang menentukan keunggulan status dan posisi (prominence of status and position – PDI) bergabung untuk memengaruhi struktus otoritas bisnis. Memahami tingkat dan status dari para klien dan rekan bisnis merupaka hal yang jauh yang lebih penting di negara PDI tinggi,
seperti Meksiko dan Malaysia , bila dibandingkan dengan masyarakat yang egalitarian (PDI rendah), seperti Denmark dan Israel. Pembuat keputusan manajemen tingkat puncak pada umumnya ditemukan dalam situasi di mana kepemilikan keluarga atau kerabat dekat memberikan kendali yang absolut kepada para pemilik, dan di mana bisnis yang ada cukup kecil untuk memungkinkan pembuatan keputusan yang tersentralisasi. Ketika bisnis tumbuh dan berkembang, terjadi pergeseran ke arah pembuatan keputusan manajemen yang tersentralisasi. Pembuatan keputusan yang terdesentralisasi memungkinkan para eksekutif pada tingkat manajemen yang berbeda menggunakan otoritas atas fungsi mereka sendiri.
5. Objektif dan Aspirasi Manajemen Pelatihan dan latar belakang (misalnya, lingkungan budaya) dari para manajer memenngaruhi pandangan pribadi dan pandangan bisnis mereka secara signifikan. Masyarakat sebagai satu keseluruhan membentuk peringkat atau status sosial manajemen, dan latar belakang budaya menentukan pola-pola aspirasi dan objektif di antara para pengusaha. Pengaruh-pengaruh budaya ini berdamapak pada sikap manajer terhadap inovasi, produk-produk baru, dan pelaksanaan bisnis dengan orang asing. 6. Keamanan dan Mobilitas Keamanan pribadi dan mobillitas pekerjaan berhubungan secara langsung dengan motivasi dasar manusia, dan, oleh karenanya telah menyebarkan implikasi ekonomi dan sosial. Kata keamanan agak ambigu, dan ambiguitas ini memberi beberapa petunjuk pada variasi manajerial. Bagi beberpa orang, keamanan berarti cek gaji yang besar, serta pelatihan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk bergerak dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain dalam hierarki bisnis, dan bagi orang lain, keamanan berarti keamanan dari posisi seumur hidup dengan perusahaan-perusahaan mereka; masih bagi orang lain, keamanan berarti rencana pengunduran diri yang memadai, dan tunjangan kesejahteraan yang lain. 7. Kehidupan Pribadi Bagi banyak individu, kehidupan pribadi dan atau kehidupan yang baik yang lebih penting daripada keuntungan, keamanan, atau tujuan yang lainnya. Studinya yang mencakup seluruh dunia tentang aspirasi-aspirasi individual, David McClelland menermukan bahwa budaya dari beberapa negara menekankan kebaikan dari kehidupan pribadi yang baik sebagai suatu hal yang jauh lebih penting dari pada keuntungan atau prestasi.. Pandangan hedonistis dari Yunani kuno secara eksplisit mencakup pekerjaan sebagai satu faktor yang tidak menyenangkan, yang menghalangi pencarian kesenangan tau kehidupan pribadi yang baik. Sebagai kemungkinan yang lain, menurut Max Weber, setidaknya
sebagian dari standar kehidupan yang kita nikmati di AS pada saar ini bisa dihubungkan dengan etika Protestas yang suka bekerja keras, yang memberikan kita banyak warisan bisnis.
8. Afiliasi dan Penerimaan Sosial Di beberapa negara, penerimaan oleh para tetangga dan rekan sekerja tampaknya menjadi tujuan utama dalam bisnis. Pandangan orang Asia tercermin pada pembuatan keputusan dalam kelompok yang begitu penting di Jepang. Identifikasi kelompok begitu kuat di Jepang, sehingga ketika seorang pekerja ditanyai apa pekerjaannya, pada umumnya dia menjawab dengan memberi tahu Anda bahwa dia bekerja untum Sumitomo, atau Mitsubishi, atau Matsushita, dari pada memberi tahu bahwa dia adalah seorang supir, seorang insinyur, atau seorang ahli kimia.
9. Kekuasaan dan Prestasi Kekuasaan menjadi kekuatan yang lebih penting dalam memotivasi pekerja di negara-negara Amerika Selatan. Di negara-negara ini, banyak pemimpin bisnis tidak hanya berorientasi pada laba, tetapi juga menggunakan kedudukan bisnis mereka untuk menjadi pemimpin sosial dan politik. Motivasi untuk prestasi yang diidentifikasikan oleh McClellad. Satu cara mengukur prestasi adalah dengan menghitung jumlah simpanan di bank, yang lainnya adalah kedudukan yang tinggi kedua aspirsi tersebut sangat relevan dengan Amerika Serikat.
10. Gaya Komunikasi Edward T. Hall, konsultan untuk bisnis dan pemerintah tentang hubungan-hubungan antar budaya selama berdekade-dekade dan seorang profesor antropologi, memberi tahu kita bahwa komunikasi melibatkan jauh lebih banyak hal daripada sekedar kata-kata. Artikel, “The Silent Language Of Overseas Business,” yang mundul di Harvard Business Reviem pada tahun 1960, mendeskripsikan arti-arti simbolis dari waktu, ruang, barang, persahabatan, dan persetujuan, dan bagaimana hal-hal tersebut berubah-ubah lintas budaya.
11. Komunikasi secara Berhadapan Tidak ada bahasa yang langsung diterjemahkan ke dalam bahasa lain, karena arti setiap kata sangatlah berbeda dalam berbagai bahasa. Sebagai contoh, kata “marriage”, bahkan ketika diterjemahkan dengan akurat, bisa mengandung arti yang sangat berbeda dalam bahasa bahasa yang berbeda – dalam satu bahasa kata tersebut bisa berarti cinta, dalam bahasa yang lain bisa berarti pembatasan.
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang paling mendasar dari para pemasar yang melakukan perdagangan dinegeri-negeri asing, para manajer, terutama yang berasal dari Amerika Serikat, sering kali gagal untuk mengembangkan pemahaman yang paling dasar hanya dari satu bahasa lain, sangat tidak menguasai perbedaan linguistik yang mengungkapkan sikap dan informasi tidak terucapkan.
Berdasarkan pada kerja lapangan antropologis selama berdekade-dekade, Hall menempatkan 11 budaya dalam kontinum konteks tinggi/konteks rendah. Komunikasi dalam budaya konteks tinggi sangat bergantung pada konsep kontekstual ( siapa yang mengatakan informasi tersebut, kapan informasi tersebut dikatakan, bagaimana informasi tersebut disampaikan), atau aspek nonverbal dari komunikasi. Sementara konteks rendah budaya bergantung pada komunikasi eksplisit yang diungkapkan secara verbal.
12. Komunikasi Internet Pesan pada situs Web bisnis kebisnis merupakan perluasan dari perusahaan, dan harus sama pekanya terhadap kebiasaan bisnis dengan perwakilan perusahaan yang lain. Setelah sebuah pesan dipasang, pesan tersebut bisa dibaca dimana pun pada setiap saat, Akibatnya, kesempatan untuk menyampaikan pesan yang tidak diharapkan tidaklah terbatas. Tidak ada hal apapun tentang Web yang akan mengubah sejauh mana orang-orang mengidentifikasikan bahasa dan budaya mereka sendiri; oleh karena itu, bahasa harus menempari urutan puncak ketika memerikasa viabilitas (kelangsungan hidup) situs Web perusahaan. Sebuah studi tentang bisnis-bisnis di benua Eropa menyoroti pentingnya perusahaan untuk memberikan respons dalam bahasa-bahasa situs web mereka. Sepertiga dari manajer senior Eropa yang disurvei mengatakan bahwa mereka tidak akan menoleransi penggunaan bahasa Inggris secara online. Mereka tidak yakin bahwa manajer-manajer menengah bisa menggunakan bahasa Inggris dengan cukup baik untuk melakukan transaksi bisnis di Internet. Dalam sebuah tes keterampilan berbahasa Inggris “yangdimengerti” versus “yang aktual”. 4500 orang Eropa diminta untuk menerjemahkan serangkaian frase atau kalimat bahasa Inggris. Kurang dari setengah mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dengan baik, dan di Perancis, Spanyol, dan Italia hanya kurang dari 3 persen yang memahami bahasa Inggris. Solusi untuk masalah tersebut adalah dengan memiliki situs Web yang menyediakan berbagai pilihan bahasa sesuai dengan negaranya, seperti situs Web IBM dan Marriot. Sebagai contoh Dell Computer menyediakan 12 bahasa dalam situs Premier Pages Web-nya, yang dibuat untuk klien bisnisnya. Sejumlah besar perusahaan berspesialisasi dalam terjemahan situs perusahaan; selain itu, tersedia program peranti lunak untuk menerjemahkan pesan perusahaan menjadi bahasa yang lain. Namun, kesesuaian budaya dan linguistik tetap menjadi masalah dalam terjemahan menggunakan mesin. Satu cara untuk menghindari hal ini adalah dengan mempersiapkan material sumber asli dalam bahasa Inggris yang mudah untuk
diterjemahkan, yang tidak memiliki frase, idiom, atau slang yang rumit. Akhirnya, penggunaan email dan jumlah penggunaannya oleh para manajer dipengaruhi oleh budaya
13. Formalitas dan Tempo Informalitas yang santai dan ketergesa-gesaan yang menggambarkan hubungan-hubungan bisnis di Amerika tampaknya hanya terdapat di Amerika saja, dan bahwa para pelaku bisnins dari negara-negara lain tidak hanya gagal untuk memahami hal tersebut, tetapi juga tidak dapat menghargainya. Orang-orang Eropa Timur tampaknya telah menerima beberapa sikap orang Amerika dala, tahun-tahun terakhir, jangan menganggap mereka “di -Amerika kan.” Seorang penullis berkata: “Ketika menggunakan nama depan dalam pertemuan bisnis dianggap sebagai suatu sifat buruk orang Amerika dibanyak negara, yang lebih ofensif terjadi di Perancis,” dimana formalitas masih merajalela. Mereka yang berdampingan selama bertahun-tahun masih memannggil satu sama lain dengan sebutan yang formal. Prancis mempunyai PDI Hofstede yang lebih tinggi daripada Amerika Serikat, dalam perbedaan-perbedaan seperti ini bisa menimbulkan kesalahpahaman budaya. Sebagai contoh, formalitas dari praktik bisnis Perancis, yang berlawanan dengan gaya kasual orang-orang Amerika, merupakan simbol dari kebutuhan orang Perancis untuk menunjukkan kedudukan, dan kecenderungan orang Amerika untuk tidak terlalu menganggap penting kedudukan. 14. Waktu P versus Waktu-M Edward T. Hal mendefinisikan dua sistem waktu didunbia: waktu monokronik dan waktu polikronik. Waktu M, melambangkan sebagian besar budaya Amerika Utara, Swiss, Jerman dan Skandivania. Budaya-budaya Barat ini cenderung berkonsentrasi pada satu hal di satu waktu. Mereka membagi waktu menjadi unit-unit kecil, dan memerhatikan ketepatan waktu. Waktu-M menggunakan digunakan secara linear, dan dialami secara nyata apakah seseorang menghemat waktu. Sebagian besar budaya berkonteks rendah beroperasi pada waktu-M. Waktu-P lebih dominan dalam budaya berkonteks tinggi, dimana penyelesaian transaksi manusia lebih ditekankan daripada berpegang pada jadwal. Ciri waktu-P, munculnya banyak hal secara serempak, dan oleh „keterlibatan yang besar dengan orang.” Waktu -P memungkinkan dibinanya hubungan, dan dimengertinya konteks sebagai bagian dari budaya berkonteks tinggi. Sebuah studi yang membandingkan persepsi dari ketepatan waktu di Amerika Setrikat dan Brasil menemmukan bahwa jam orang-orang Brasil kurang bisa di andalkan, dan jam pubik kurang tersedia bila dibandingkan dengan Amerika Serikat. Para peneliti juga menemukan bahwa orang-orang Brasil lebih sering mendeskripsikan diri mereka sebagai orang-orang yang tiba terlambat , yang memungkinkan fleksibilitas lebih tinggi dalam mendefinisikan awal dan terlambat, tidak begitu khawatir bila datang terlambat, dan lebih cenderung menyalahkan faktor-faktor eksternal atas keterlambatan mereka bila dibandingkan dengan orang-orang Amerika.
15. Penekanan Negosiasi Negosiasi-negosiasi bisnis merupakan ritual-ritual komersial yang paling fundamental. Sikap yang dibawa ke meja negosiasi oleh setiap individu dipengaruhi oleh banyak faktor budaya, dan kebiasaan-kebiasaan seringkali tidak diketahui oleh partisipan-partisipan lain, dan barangkali tidak diketahui oleh individu-individu itu sendiri. Latar belakang negosiator mengondisikan pemahaman dan interprestasinya tentang apa yang berlangsung dalam sesisesi negosiasi. Kemungkinan untuk menyinggung satu sama lain atau salah menginterprestasikan motif setiap orang sangatlah tinggi, ketika SRC seseorang merupakan dasar untuk menilai situasi. Peraturan standar seseorang dalam bernegosiasi adalah “kenali dirimu” terlebi9h dahulu, kemudian, “kenali rekan bisnismu.” Bias Gender dalam Bisnis Internasional
Bias Gender terhadap para manajer wanita terjadi di beberapa negara, bersama dengan mitos yang dimiliki oleh para manajer pria, menimbulkan keeragu-raguan diantara perusahaan multinasional AS untuk memberikan tugas-tugas internasional pada kaum wanita. Kunci menuju sukses baik untuk pria maupun wanita sering kali bergantung pada kekuatan dukungan sebuah perusahaan. Ketika seorang manajer wanita menerima pelatihan dan dukungan yang kuat dari perusahaannya, dia biasanya menerima rasa hormat yang sepadan dengan posisi yang dimiliki dan perusahaan yang dia wakili. Agar berhasil seorang wanita membutuhkan sebuah gelar yang memberi kredibilitas dalam budaya tempat ia bekerja, dan struktur dukungan dan hubungan pelaporan yang akan membantu ia menyelesaikan pekerjaannya. Singkatnya, dengan kekuatan dari organisasi korporasi dibelakang resistansi terhadap dirinya sebagai seorang wanita tidak akan terwujud atau tidak begitu menyusahkan, daripada harus diantisipasi. Setelah negosiasi bisnis dimulai, kesediaan tuan rumah bisnis untuk terlibat dalam transaksi bisnis, dan rasa hormat yang dia tunjukkan, tanpa memperhatikan gender. Seperti yang dikatakan oleh seorang eksekutif, “Aspek yang paling sulit dari sebuah tugas internasional adalah pengiriman, bukan keberhasilan setelah pengiriman.” Satu langkah yang diambil untuk membantu kaum wanita menaiki tangga eksekutif adalah sebuah sistem, yang disebut sestem bimbingan silang yang diadakan oleh Lufthansa dan tujuh korporasi besar lainnya. Manajer-manajer yang menempati posisi tinggi disebuah perusahaan memberikan nasihat kepada para manajer wanita diperusahaan lain, sebagai upaya untuk membantu mereka mengembangkan semacam sistem koneksi yang memungkinkan manajermanajer pria untuk menaiki tangga korporasi dengan berhasil.
Etika Bisnis
Masalah tentang etika bisnis lebih rumit dalam pasar internasional, karena penilaian yang ada berbeda di antara kelompok yang berbeda secara budaya. Yang secar umum dianggap benar di satu negara mungkin sama sekali tidak dapat di terima di negara lain. Sebai contoh,
memberikan hadiah bisnis pada umumnya disalahkan di Amerika Serikat, tetapi banyak negara hadiah-hadiah tidak hanya diterima tetapi juga diharapkan. Pendefinisian Korupsi
Di negara-negara bekas komunis, dimana Marxisme merupakan satun bagian penting dari pendidikan untuk banyak orang, laba bisa dianggap sebagai korupsi. Orang Jepang mempunyai sebuah ungkapan, “Kuku yang menjulang harus dipangkas.” Di India, banyak orang menghubungkan kemunduran dalam masyarakat disana dengan konsumerisme yang merajalela, seperti yang ditunjukkan di MTV. Tentu saja, konsumerisme yang merajalela seperti itu adalah yang membuat ekonomi Amerika membaik setelah pertengahan abad. Di beberapa negara, tidak ada Setan yang hebat dibandingkan dengan film Amerika golongan-R yang menampilkan adegan seks dan kekerasan. Di Cina, misionaris dan gerakan-gerakan religius dianggap oleh pemerintah sebagai bahaya dan gangguan potensial. Banyak orang di Sub-Sahara Afrika memndang kekayaan intelektual. Barat sebagai semacam eksploitasi yang menghalangi penyembuhan AIDS untuk berjuta-juta orang. Selama krisis moneter tahun 1997-1998, banyak pemimpin pemerintahan di Asia Tenggara mengutuk spekulasi mata uang sebagai jenis korupsi yang terburuk. Fokus Dunia Barat pada Penyuapan
Sebelum Enron dan Worldcom mengalami krisis, kata korupsi berarti penyuapan bagi sebagian besar orang Amerika. Sekarang dalam konteks domestik, penipuan telah beralih menuju tempat lebih menonjol dalam berita-berita utama. Namun, selama tahun 1970-an bagi perusahaan-perusahaan AS yang terlibat dalam pasar internasional, penyuapan menjadi isu nasional dengan pengungkapan politik mengenai penyuapan politik pada penerima asing oleh perusahaan-perusahaan AS. Pada saat itu, Amerika Serikat tidak memiliki hukun yanng menentang pembayaran uang suap di negara-negara asing. Tetapi untuk korporasi-korporasi yang dimiliki publik, peraturan dari Komisi Pengawas Pasar Modal AS (Securities amd Exchange Commission-SEC) mewajibkan adanya laporan publik yang akurat mengenai semua pengeluaran. Karena penyuapan tidak diperlihatkan dengan semestinya, banyak ekskutif dihadapkan dengan tuntutan pelanggaran peraturan-peraturan SEC. Isu tersebut memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan penyuapan yang tidak diperlihatkan, karena isu ini memfokuskan perhatian nasional pada pertanyaan yang mendasar tentang etika. Alasan komunitas bisnis adalah bahwa penyuapan merupakan gaya hidup di seluruh dunia: Apabila Anda tidak menyuap, Anda tidak melakukan bisnis. Penyuapan: Variasi pada Tema
Penyuapan merupakan sebuah isu legalm adalah penting penyuapan dalam konteks budaya guna memahami sikap-sikap yang berbeda dalam menghadapi penyuapan. Menurut budaya, sikap-sikap yang ada sangatlah berbeda secara signifikan di antara orang-orang yang berbeda. Beberapa budaya tampaknya lebih terbuka tentang praktik penyuapan, sementara budaya budaya yang lain, seperti Amerika Serikat, didepan umum merendahkan praktik-praktik yang
seperti itu. Tetapi, perusahaan-perusahaan AS jauh dari standar-standar yang baik-kita percaya bahwa “nilai” Transparancy International setingkat C (7,5), kira-kira benar. Penyuapan dan Pemerasan
Perbedaan antara penyuapan dan pemerasan tergantung pada apakah aktivitas tersbut merupakan hasil dari sebuah tawaran atau dari permintaan untuk pembayaran. Pembayaran yang secara sukarela ditawarkan oleh seseorang yang sedang mencari keuntungan yang tidak sah disebut penyuapan. Sebagai contoh, suatu hal disebut penyuapan apabila seseorang eksekutif dari sebuah perusahaan menawarkan pembayaran kepada seorang pegawai untuk menggolongkan barang-barang impor secara tidak benar, sehingga pengiriman akan dibebani pajak yang lebih rendah, dari pajak yang akan dibebankan untuk penggolongan barang yang benar,. Pemerasan, apabila pembayaran diperoleh secara paksa dengan adanya ancaman dari seseorang yang berkuasa, yang hanya ingin mendapatkan apa yang menjadi haknya menurut hukum. Sebagai contoh, seorang menteri keuangan suatu negara yang menuntut pembayaran yang tinggi dengan ancaman dibatalkannya sebuah kontrak senilai jutaan dollar.
Pelicin dan Penyuapan
Pelicin melibatkan sejumlah uang tunai yang relatif kecil, sebuah hadiah atau jasa yang diberikan kepada seoranng petugas berkedudukan rendah di sebuah negara, dimana sumbangan seperti itu tidak dilarang oleh hukum. Penyuapan, melibatkan pemberian sejumlah besar uang, sering kalli tidak dipertanggungjawabkan dengan baik-yang dirancang untuk membujuk seorang petugas untuk melakukan tindak ilegal demi kepentingan seseorang yang memberikan uang suap tersebut.\
Uang Perantara
Ketika seseorang pengusaha tidak yakin akan peraturan suatu negara, seorang agen mungkin disewa untuk mewakili perusahaan negara tersebut. Sebagai contoh pengacara mungkin disewa untuk mengajukan permohonan mendapatkan dispensasi dalam kode bangunanan dengan alasan bahwa pengacara tersebut akan melakukan pekerjaan prosedur-prosedur serupa.
View more...
Comments