Makalah Bronko (1)
June 6, 2018 | Author: Rista Ria | Category: N/A
Short Description
Fsujncz...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap pasangan. Setiap manusia/pasangan tentunya ingin mempunyai anak yang sempurna baik secara fisik maupun psikis. Namun dalam kenyatanya masih
banyak
kira
jumpai
bayi
dilahirkan
dengankeadaan
cacat
bawaan/kelainan kongenital. Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. Maka pada makalah iniakan dibahas tentang neonatus dengan kelainan bawaan yang meliputi meningokel, ensefalokel, hidrosefalus, fimosis, hipospadia serta kelainan metabolic dan endokrin. 1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud bronchomalacia ? 2. Apa sajakah etiologi bronchomalacia ? 3. Apa sajakah klasifikasi bronchomalacia ?\ 4. Bagaimana patofisiologi bronchomalacia ? 5. Bagaimana pathway bronchomalacia ? 6. Apa sajakah manifestasi bronchomalacia ? 7. Apa sajakah komplikasi bronchomalacia? 8. Apa sajakah pemeriksaan penunjang bronchomalacia? 9. Apa sajakah penatalaksanaan bronchomalacia ? 10. Bagaimana asuhan keperawatan teori bronchomalacia? 1.3
Tujuaan
Tujuan disusun makalah ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuaan umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak I
1
1.3.2 Tujuaan khusus
1. Untuk mengetahui bronchomalacia 2. Untuk mengetahui etiologi bronchomalacia 3. Untuk mengetahui klasifikasi bronchomalacia 4. Untuk mengetahui patofisiologi bronchomalacia 5. Untuk mengetahui pathway bronchomalacia 6. Untuk mengetahui manifestasi bronchomalacia 7. Untuk mengetahui komplikasi bronchomalacia 8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bronchomalacia 9. Untuk mengetahui penatalaksanaan bronchomalacia 10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori bronchomalacia 1.4
Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Untuk Mahasiswa
1. Menambah pengetahuan Asuhan Keperawatan Dengan Kelainan Konginetal 2. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis 3. Menilai sejauh mana penulis memahami teori yang sudah di dapat tentang Asuhan Keperawatan Dengan Kelainan Konginetal 1.4.2 Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
1. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar 2. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam pemberian materi tentang Asuhan Keperawatan Dengan Kelainan Konginetal 1.4.3 Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang Asuhan Keperawatan Dengan Kelainan Konginetal
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Fisiologi
1. Hidung Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Fungsi hidung dalam proses pernafasan meliputi : a. Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan sputum nasalis setelah melewati faring, suhu lebih kurang 36C b. Udara di lembapkan.sejumlah besar udara yang melewati hidung bila mencapai faring kelembapannya lebih kurang 75% 75% c. Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel di rongga disaring oleh rambut vestibular, lapisan mukosiliar, dan lisozim (protein dalam air mata ). Fungsi ini dinamakan fungsi air conditioning jalan pernafasan atas. d. Penciuman 2. Faring Faring (tekak) adalah suatu saluran otot saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae s ervikalis VI.
3
Faring dibagi menjadi 3 bagian : a. Nasofaring Bagian nasal faring terletak di belakang hidung dan di atas palatum molle. b. Orofaring Bagian oral faring terletak di belakang mulut, memanjang dari bagian bawah palatum molle hingga bagian vertebra servikalis ke-3. c. Laringofaring Bagian laringeal faring memanjang dari atas orofaring dan berlanjut ke bawah esofagus, yakni dari vertebra servikalis ke-3 hingga 6. Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk system respiratorik selanjutnya. se lanjutnya. Fungsi faring terdiri dari : a. Saluran nafas dan makanan, faring adalah organ yang terlibat dalam sistem pencernaan dan pernapasan: udara masuk melalui bagian nasal dan oral, sedangkan makanan melalui bagian oral dan laring. b. Penghangat dan pelembab, dengan cara yang sama seperti hidung, udara dihangatkan dan dilembapkan saat masuk ke faring. c. Fungsi Perlindungan, Jaringan limfatik faring dan tonsil laring menghasilkan antibodi dalam berespon terhadap antigen, misal mikroba. Tonsil berukuran lebih besar pada anak dan cenderung mengalami atrofi pada orang dewasa. 3. Laring Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Fungsi laring : a. Produksi suara, Suara memiliki nada, volume, dan resonansi. Nada suara bergantung pada panjang dan kerapatan pita suara. 4
Pada saat pubertas, pita suara pria mulai bertambah panjang, sehingga nada suara pria semakin rendah. volume suara bergantung pada besarnya tekanan pada pita suara yang digetarkan. Semakin besar tekanan udara ekspirasi, semakin besar getaran pita suara dan semakin keras suara s uara yang dihasilkan. Resonansi bergantung pada bentuk mulut, posisi lidah dan bibir, otot wajah, dan udara di paranasal. b. Berbicara, berbicara terjadi saat ekspirasi ketika suara yang dihasilkan oleh pita suara dimanipulasi oleh lidah, pipi, dan bibir. c. Pelindung saluran napas bawah, saat menelan, laring bergerak ke atas, menyumbat saluran faring sehingga engsel epiglotis menutup faring. Hal ini menyebabkan makanan tidak melalui esofagus dan saluran napas bawah. d. Jalan masuk udara, bahwa Laring berfungsi sebagai penghubung jalan napas antara faring dan trakea. e. Pelembap, penyaring, dan penghangat, dimana proses ini berlanjut saat udara yang diinspirasi berjalan melalui laring 4. Trakea Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput,terletak siantara vertebrae servikalis VI sampai ditepi bawah kartilago krikodea vertebra torakalis V. Fungsi trakea : a. refleks batuk, Ujung saraf di laring, trakea, dan bronkus peka terhadap iritasi sehingga membangkitkan impuls saraf yang dihantarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan di batang otak. b. Penghangat, pelembap, dan penyaring, Fungsi ini merupakan kelanjutan dari hidung, walaupun normalnya, udara sudah jernih saat mencapai trakea 5. Paru-paru
5
Paru-paru berada dalam rongga torak,
yang terkandung
dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan pembagaian ruang sebagai berikut : a. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu
superior, medius dan
inferior. b. paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua lobus yaitu lobus lobus superior dan inferior Fungsi paru : a. sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang tidak di butuhkan tubuh. b. Sebagai penjaga keseimbangan asam basa tubuh. c. Sebagai pertukran oksigen dan karbondioksida dalam darah. 6. Bronkus Bronkus
(cabang
tenggorokan)
merupakan
lanjutan
dari
trakea,jumlahnya sepasang yang satu menuju paru-paru kanan dan satunya ke paru-paru kiri. Bronkus utama utama kanan lebih pendek dan lebar serta hampir vertikal dengan trakea. Sedangkan bronkus utama kiri lebih panjang dan sempit. Hal ini yang mengakibatkan paru paru kanan lebih mudah terserang t erserang penyakit. Struktur bronkus hampir sama dengan trakea. Perbedaannya dinding trakea lebih tebal daripada dinding bronkus. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. 7. Bronkiolus Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas. Bronkiolus terdiri dari :
6
a. Bronkiolus terminalis Bronkiolus
membentuk
percabangan
menjadi
bronkiolus
terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia ) b. Bronkiolus respitatori Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas c. Duktus alveolar dan sakus alveolar Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli. 8. Alveolus Merupakan ujung dari bronchiolus yang jumlahnya sekitar 600 juta pada paru-paru manusia dewasa. Pada alveoli ini oksigen akan difusi menjadi karbondioksida yang diambil dari dalam darah.alveolus terdiri lapisan epitelium pipih dan disilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara yang berperan penting dalam pertukaran O2 dari udara bebas sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara. ( Syaifuddin, 2011) 2.2 Definisi
Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi
umum
tidak
diketahui. Malacia
nafas
berat
atau
malacia
berhubungan dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak dengan malacia primer, sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka. Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Children’s tahun. (Children’s National Health System,2016)
7
2.3 Etiologi
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik. (Schwartz DS, 2015) 2.4 Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago b) Diklasifikasikan sebagai kongenital 2. Bronkomalasia sekunder a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital) b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik. bronkogenik. . (Schwartz DS, 2015) 2.5 Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang (kanan dan bronkus kiri) yang masing-masing paru-paru.Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan napas. Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak napas, dan / atau napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronkus itu disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru paru yang sempit atau runtuh saat mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran napas. . (Schwartz DS, 2015)
8
2.6 Pathway
BRONKOMALASIA
Kelainan Kongenital
Defisiensi pada cincin karti rtila o
Menutup saluran pernafasan kecil kecil ( bronkus )
Sesak nafas
RISIKO ASPIRASI
Batuk tidak efektif
Akumulasi mukus
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
Anoreksia
Cemas
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS
Mudah terjadi infeksi di tulang rawan
Pengeluaran energi berlebihan
Kelelahan
RISIKO INFEKSI
INTOLERANSI AKTIVITAS
KEKURANGAN PENGETAHUAN
ANSIETAS
9
2.7 Manifestasi klinis
a
Batuk dengan suara brassy atau barking
b
Sesak nafas
c
Ditemukan suara wheezing(mengi)
d
Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
e
Kelelahan
f Apnea (Sylvia A price, 2015). 2.8 Komplikasi
1. Pneumonia Pneumonia
adalah
Infeksi
pada
saluran
pernafasan
yang
menyebabkan paru-paru memiliki kantung udara yang berisikan cairan. Infeksi bias terjadi karena bakteri streptococcus pneumonia. 2. Bronkitis Bronchitis adalah Infeksi pada saluran pernapasan utama dari trakea dan bronkus
yang menyebabkan terjadinya peradangan atau
inflamasi pada saluran tersebut. 3. Polychondritis Polycondritis adalah penyakit langka dimana tulang rawan di banyak area tubuh menjadi meradang. Penyakit ini paling sering menyerang telinga, hidung dan saluran pernafasan paru-paru. 4. Asma Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena Hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan, Penyempitan ini bersifat berulang namun reversible dan diantar episode penyempitan Bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia A price, 2015) 2.9 Pemeriksaan Penunjang
1.
Bronkoskopi Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan visualisasi trakea dan bronkus melalui bronkoskopi yang berfungsi dalam prosedur diagnostic dan terapi penyakit paru.
10
2.
CT Scan dada CT Scan (Computed Tomography) adalah prosedur radiografi medis yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang atau organ tubuh.
3.
MRI dada Teknik pencitraan yang digunakan dalam radiologi untuk membentuk gambar anatomi dan proses fisiologis tubuh baik pada kesehatan dan penyakit. Pemindai MRI menggunakan medan magnet yang kuat , gelombang radio , dan gradien lapangan untuk menghasilkan gambar organ dalam tubuh. MRI tidak melibatkan sinar-X , yang membedakannya dari computed tomography (CT). ( Sala A, Martínez Deltoro A,2014)
2.10
Penatalaksanaan 1. Medis
a. Time Invasisf
minimal,
bersamaan
dengan
pemebrian
tekanan udara positif yang kontinu. b. Tekanan udara positif kontinu Metode menggunakan respiratory ventilation/CPAP ( Continuous positive airway pressure ) c. Trakheotomi Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/ membuat saluran udara langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe). 2. Keperawatan
a. Monitor tanda-tanda vital b. Pengaturan posisi c. Mengajarkan mengatur pola nafas d. Memberikan lingkungan yang nyaman dengan teknik distraksi dan relaksasi
11
2.11
Asuhan Keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital pada
sistem respirasi 1. Pengkajian A. Identitas
Pengkajian identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian. B. Keluhan utama
Keluhan yang biasanya dirasakan oleh pasien pada saat pengkajian C. Riwayat penyakit sekarang 1. Riwayat kesehatan lalu
Perlu
ditanyakan
mengenai
kondisi
penyakit
sebelumnya seperti hipertensi, DM, Jantung atau keluhan yang lainnya. 2. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu ditanyakan adalah penyakit yang sifatnya menurun (hipertensi, DM, Jantung) dan penyakit menular. D. Pola-pola fungsi kesehatan 1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Bagaimana
pasien
dan
keluarga
menangani
dan
menghadapi terhadap stressor akibat penyakit yang diderita 2. Pola nutrisi dan metabolisme
Kaji asupan nutrisi pasien sebelum dan sesudah sakit. Dengan tanda-tanda berikut ini pasien mengalami gangguan asupan
nutrisi
yaitu
:
mual/muntah,
nafsu
makan
buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan, penurunan berat badan, peningkatan berat badan. 3. Pola eliminasi
Mengkaji keadaan pasien meliputi BAK dan BAB. 4. Pola istirahat dan tidur
12
5. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan terbatas, misalnya makan, minum, duduk dan biasanya klien dengan nyeri perineum terjadi keterbatasan aktivitas. 6. Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami nyeri pada perineum akibat luka jahitan dan nyeri perut akibat involusi uteri. Pada pola kognitif terjadi pada ibu primipara yang mengalami kecemasan atas nyeri yang dialaminya. 7. Pola persepsi dan kensep diri
Biasanya kehailannya
terjadi lebih
kecemasan
menjelang
terhadap
persalinan.
keadaan Dampak
psikologisnya adalah terjadinya perubahan konsep diri yaitu Body Image dan ideal diri. 8. Pola reproduksi dan sexual
Terjadi perubahan sexsual atau disfungsi sexual yaitu perubahan dalam hubungan sexual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. 9. Pola hubungan dan peran
Dalam hubungan peran biasanya mengalami sedikit gangguan karena masa nifas adalah masa dimana ibu harus istirahat dan melakukan aktivitas terbatas. 10. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien dengan masa nifas tidak dapat melakukan ibadah, tetapi klien hanya bisa berdoa karena klien masih dalam keadaan bedrest dan belum bersih E. Head to To
a) Kepala:
Inspeksi
:
Mengamati
bentuk
kepala,
adanya
hematom/oedema, perlukaan.
Palpasi : nyeri tekan, adanya deformitas, karakter lesi.
b) Rambut:
13
Inspeksi : warna, kebersihan, tekstur rambut.
Palpasi : kekuatan, konsistensi
c) Wajah:
Inspeksi : kesimetrisan wajah
Palpasi : nyeri tekan, lesi atau perlukaan
d) Mata: Inspeksi : kesimetrisan mata, warna konjungkitva, scelera,
pupil. Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi.
e) Hidung Inspeksi :adanya perlukaan, kesimetrisan hidung, tanda
radang, pernafasan cuping hidung. Palpasi : nyeri tekan, deformitas
f) Mulut: Inspeksi : kebersihan lidah, tekstur bibir, kelengkapan
gigi. Palpasi : perlukaan atau lesi
g) Leher: Inspeksi
:
adanya
pembesaran
kelenjar
tiroid,
kesimetrisan Palpasi : nyeri tekan, perlukaan atau lesi
h) Dada/Thorak
Inspeksi
:kesimetrisan dada, kedalaman retraksi dada,
frekuensi pernafasan, bentuk dada
Palpasi
: fremitus kiri dan kanan tidak sama dan
terdapat nyeri dada pada klien
Perkusi
: terdapat bunyi sonor
Auskultasi : suara paru normal dan suara tambahan paru
i) Jantung
Inspeksi
: amati dan catat bentuk precordial jantung
normalnya datar dan simetris pada kedua sisi
Palpasi
: rasakan irama dan frekuensi jantung 14
Perkusi
: normalnya terdengar bunyi pekak saat
diperkusi
auskultasi : normalnya s1 dan s2 tunggal tunggal
j) Perut/Abdomen
Inspeksi
: warna,bentuk dan ukuran perut
Auskultasi : dengarkan suara bising usus normlanya adalah sebanyak 8-35 per menit
Palpasi
:rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran
hati
Perkusi
: untuk menentukan suara timpani
k) Genetalia
Inspeksi : kebersihan, penyebaran mons pubis, lesi atau perlukaan
Palpasi : nyeri tekan, tanda radang, perlukaan
l) Kulit dan kuku
Inspeksi : kebersihan kulit dan kuku, kelengkapan kuku, warna kulit dan kuku
Palpasi : pada kuku amati CRT dan pada kulit lihat turgor kulit
m) Ekstermitas
Inspeksi : amati adanya kelainan tulang, kekuatan otot dan tulang
Palpasi : adannya krepitas atau deformitas 2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas b. Resiko Aspirasi c. Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d. Resiko infeksi e. Intoleran aktifitas f. Ansietas g. Kurang pengetahuan 3. Intervensi Keperawatan a. Ketidakefektifan Ketidakefektifan pola napas 15
1) Batasan karakterisktik :
a. Bradipnea b. Dipsnea c. Fase ekspirasi memanjang 2) NOC : Indikator 040301 040302 040303 040318 040324 3) NIC
Keterangan Keterangan Frekuensi pernafasan Irama pernafasan Kedalaman inspirasi Suara perkusi Volume tidal
SA 2 3 3 2 3
SC 5 5 5 5 5
1. Terapi oksigen 2. Bantuan ventilasi 3. Monitor tanda – tanda – tanda tanda vital 4. Fisioterapi Dada 5. Pengurangan kecemasan b. Resiko Aspirasi 1) Batasan Karakteristik Karakteristik
a. Batuk tidak efektif b. Adanya selang oral atau nasal (misal, trakea, selang makan) c. Penurunan tingkat kesadaran 2) NOC Indikator 041501 041502 041503 041504 041505
Keterangan Keterangan Frekuensi pernafasan Irama pernafasan Kedalaman inspirasi Suara Auskultasi Napas Volume tidal
SA 2 2 2 3 2
SC 5 5 5 5 5
3) NIC
1. Manajemen lendir pada jalan nafas 2. Manajemen batuk 3. Pengaturan posisi 4. Monitor Tanda – Tanda – tanda tanda Vital 5. Manajemen Muntah c. Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 16
1) Batasan Karakteristik Karakteristik a. Bising usus hiperaktif
b. Cepat kenyang setelah makan c. Gangguan sensasi rasa 2) NOC Indikator Keterangan Keterangan 100401 Asupan Gizi 100402 Asupan Makanan 100408 Asupan Cairan 100403 Energi 100405 Rasio Berat badan / Tinggi Badan 3) NIC
SA 2 3 2 2 3
SC 5 5 5 5 5
1. Terapi nutrisi 2. Manajemen nutrisi 3. Pengurangan Kecemasan 4. Identifikasi resiko 5. Manajemen berat badan d. Ansietas 1) Batasan Karakteristik
a. Gelisah b. Distress c. Gemetar 2) NOC indikator 200701 200720 200721 200723 200704 3) NIC
Keterangan Keterangan Afek tenang Lingkungan fisik Suhu ruangan Relaksasi otot Suhu tubuh
SA 2 3 2 3 3
SC 5 5 5 5 5
1. Teknik menenangkan 2. Pengurangan stress relokasi 3. Manajemen prilaku menyakiti diri 4. Manajemen lingkungan 5. Imajinasi terbimbing e. Resiko infeksi
17
1) Faktor Resiko
a. Kurang pengetahuan untuk menghindari pemanjanan patoghen b. Malnutrisi c. Penyakit kronis (misal, DM) 2) NOC Indikator 070301 070304 070307 070333 070312 3) NIC
Keterangan Keterangan kemerahan Sputum purulen Demam Nyeri Menggigil
SA 4 2 2 3 3
SC 5 5 5 5 5
1. Manajemen penyakit menular 2. Control infeksi, intraoperatif 3. Perawatan luka tekan 4. Pencegahan luka tekan 5. Indentifikasi resiko f.
Defisiensi pengetahuan pengetahuan 1) Batasan Karakterisktik
a. Ketidakakuratan melakukan tes b. Ketidakakuratan mengikuti perintah c. Kurang pengetahuan 2) NOC Indikator 184402 184403 184404 184405 184406
Keterangan Keterangan Perjalanan penyakit biasanya Manfaat manajemen penyakit Tanda dan gejala penyakit Tanda dan gejala komplikasi Strategi untuk mencegah komplikasi
SA 2 3 2 2 2
SC 5 5 5 5 5
3) NIC
1. Bimbingan antisipasif 2. Pendidikan kesehatan 3. Peningkatan kesiapan pembelajaran 4. Fasilitas pembelajaran
18
5. Pengurangan kecemasan g. Intoleransi Intoleransi aktivitas 1) Batasan karakteristik karakteristik
a. Dipsnea setelah aktivitas b. Keletihan c. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas 2) NOC Indikator
Keterangan Keterangan
SA
SC
000501 000502 000503 000507 000510
Saturasi oksigen ketika beraktivitas Frekuensi nadi ketika beraktivitas Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas Warna kulit Jarak berjalan
3 2 2 4 3
5 5 5 5 5
3) NIC
1. Manajemen resiko jantung 2. Terapi oksiegen 3. Monitor pernafasan 4. Identifikasi resiko 5. Monitor TTV
19
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan
tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016) 3.2 Saran
Pendidikan terhadap pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan yang berhubungan Asuhan Keperawatan dengan kelainan kongenital pada sistem respirasi,
dengan
harapan
institusi
pendidikan
mampu
mengajarkan
pengenalan terhadap berbagai penyakit. .Semoga makalah tentang
sistem
pelayanan kesehatan ini dapat bermanfaat
20
DAFTAR PUSTAKA
Howard K. Butcher.2013. Nursing Interventions classification (NIC) Edisi keenam. Indonesia:Elsevier Sala A, Martínez Deltoro A, Martínez Moragón E. 2014. Asmática con broncomalacia y buena respuesta al tratamiento con Schwartz DS. 2015. Tracheomalacia treatment and management. Available. Sue Moorhead.2013. Nursing Outcome classification (NIC) Edisi keenam. Indonesia:Elsevier Syaifuddin. 2011. 2011 . Anatomi Fisiologi Edisi 4. 4 . Jakarta: EGC Sylvia
A
price.2015.presión
positiva
continua
en
la
vía
aérea.
Arch
Bronconeumol. T. Heather Herdman. 2016. Diagnosa Keperawatan definisi & klasifikasi 2015 – 2017 EDISI 5. Jakarta: EGC
21
View more...
Comments