Makalah Balanced Scorecard
May 9, 2019 | Author: Rizky Vania | Category: N/A
Short Description
Makalah Balanced Scorecard (Nabila Khuria Dwi Oka, Nada Salsabillah Nazifa)...
Description
BALANCED SCORECARD SEMINAR AKUNTANSI Kajian Konsep
Universitas Sriwijaya
Disusun Oleh: Nabila Khuria Dwi Oka
(01031381520149)
Nada Salsabillah Nazifa
(01031281520172)
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi April 2018
0
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Setiap perusahaan memiliki cara yang berbeda dalam mengelola perusahaannya. Untuk mengelola perusahaan dengan baik, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki keahlian untuk mengelola perusahaan tersebut agar berhasil mencapai tujuannya. Kemampuan seorang pemimpin untuk mengelola perusahaan juga ditentukan oleh faktor eksternal dan internal dari perusahaan tersebut. Perusahaan juga harus mempersiapkan diri dari resiko-resiko yang mungkin akan terjadi, sehingga diperlukan persiapan sejak awal untuk mengantisipasi segala jenis hambatan yang dapat terjadi (Dewi, 2015). Menurut (Rudianto, 2013) perkembangan ekonomi yang semakin pesat membuat orang dituntut untuk memperbaiki kemampuan dalam berbagai bidang, baik dalam segi finansial maupun non finansial untuk bertahan dan bersaing sehingga kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan produktif dapat tercapai. Suatu perusahaan dalam mencapai visi dan misinya harus menerapkan strategi yang baik. Salah satunya dengan melakukan suatu pengukuran kinerja perusahaan baik yang bersifat finansial maupun non finansial. Adapun penilaian berdasarkan sisi non finansial yaitu meliputi stakeholder dari perusahaan tersebut seperti kar yawan, kepuasan pelanggan dan sebagainya. Hal ini penting untuk meningkatkan kemajuan perusahaan serta profitabilitas perusahaan. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam menerapkan strategi tersebut adalah metode Balanced Scorecard . Metode Balanced Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran bagi suatu perusahaan untuk menunjang pencapaian keberhasilan di masa yang akan datang dengan strategi bersaing. Sistem pengukuran ini mudah dimengerti dan dapat digunakan untuk semua lapisan yang ada di dalam perusahaan dan dapat membuat perusahaan mencapai streteginya sehingga perusahaan dapat mencapai keselarasan tujuan dan dapat membuat karyawan bertindak sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. (Kaplan dan Norton dalam Rangkuti 2011).
1
Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolak ukur bisnis dengan strategi perusahaan. Norton dan Kaplan menjelaskan tentang pentingnya memilih tolak ukur berdasarkan strategis. Efektivitas dari penggunaan Balanced Scorecard
harus dijadikan bagian integral dari proses
manajemen. Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen yang memberikan gambaran kepada pihak manajemen organisasi untuk memandang perusahaan berdasarkan empat perspektif yaitu kinerja keuangan (finansial), kepuasan pelanggan, proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran yang akan menghubungkan pengendalian operasional jangka pendek ke dalam visi dan strategis bisnis jangka panjang. Selanjutnya manajemen perusahaan didorong untuk memfokuskan diri pada rasio-rasio kunci yang kritis dan strategis melalui stretch target yang ditetapkan bersama. 1.2. Fokus Kajian Konsep
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, fokus kajian konsep dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa itu Balanced Scorecard dan bagaimana perkembangannya?
2.
Apa saja keunggulan dari Balanced Scorecard ?
3.
Apa saja perspektif dalam Balanced Scorecard ?
4.
Apa saja hubungan dalam perspektif Balanced Scorecard ?
5.
Bagaimana impelementasi Balanced Scorecard dalam suatu perusahaan?
6.
Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi Balanced Scorecard dalam suatu perusahaan?
1.3. Penelitian Terdahulu Nama, Tahun, No.
Judul Penelitian
Volume, dan Hal
Hasil Penelitian
Penelitian
Balanced 1.
Scorecard
(Umi Pratiwi, 2010) dan Jurnal
Penelitian ini tentang penerapan
Manajemen Balanced Scorecard pada manajemen
Manajemen
dan Akuntansi Vol.
strategik. Penerapan ini berguna untuk
Strategik
11 No. 2
menerjemahkan strategi perusahaan
2
menjadi aktivitas perusahaan yang dibutuhkan baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Balanced Scorecard bukan hanya dijadikan sebagai alat pengukuran kinerja, tetapi juga digunakan sebagai sistem manajemen stategis, karena Balanced Scorecard akan memberikan petunjuk guna membuat visi, misi, dan tujuan perusahaan yang komprhensif guna menghadapi kompleksnya persaingan. Proses dalam strategi manajemen untuk Balanced Scorecard meliputi : penjabaran visi, pengkomunikasian dan pengkaitan, perencanaan bisnis, dan umpan balik dan pembelajaran. 2.
Penerapan
(Kartika Dewi dan
Penelitian ini dilakukan untuk menilai
Balanced
Anton Kartya Surya,
kinerja PT XL Axiata Tbk apakah telah
Scorecard untuk
2015)
sesuai dengan strategi, visi dan misi
Menilai Kinerja
Binus Business
perusahaan
PT XL, TBK
Review Vol. 6 No. 2
metode Balanced Scorecard . Adapun
dalam Mencapai
Hal. 268-282.
analisis yang dilakukan dalam penelitian
Strateginya
dengan
menggunakan
ini yaitu dengan menggunakan empat perspektif dalam Balanced Scorecard (perspektif pelanggan,
keuangan, perspektif
perspektif proses
bisnis
internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam perspektif keuangan perlu perbaikan didalam rasio
3
keuangan perusahaan, sedangkan pada perspektif
pelanggan
perlu
adanya
peningkatan kepuasan para pelanggan, pada perspektif proses bisnis internal XL sudah
melakukan
produk,
inovasi
memperluas
terhadap
jaringan
dan
mengatasi keluhan pelanggan dengan baik, serta pada perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan
menunjukkan
kepuasan dan kenyamanan karyawan dalam bekerja. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja XL sudah mengarah ke strateginya ini dibuktikan dari hasil kinerja yang baik, namun perlu perbaikan dan peningkatan untuk
menghasilkan
profitabilitas
perusahaan dengan menerapkan strategi yang ada pada Balanced Scorecard . 3.
Implementasi
(Yuliana
Penelitian
ini
bertujuan
Balanced
Purnawiranti dan
mengetahui dan menganalisis penerapan
Scorecard
Endang Dwi
balanced
Sebagai Alat
Retnani, 2015)
penterjemah strategi dan pengukuran
Penterjemah
Jurnal Ilmu & Riset
kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil
Strategi dan
Akuntansi Vol. 4 No. penelitian yang telah didapat, dengan
Pengukuran
11.
scorecard
untuk
sebagai
alat
adanya metode balanced scorecard yang
Kinerja
ditinjau
dari
perspektif
keuangan
Perusahaan
menunjukkan hasil kinerja keuangan yang baik karena terjadi kenaikan laba disetiap
tahunnya,
ditinjau
dari
perspektif pelanggan dikatakan cukup baik karena cita rasa makanan jepang menjadi salah satu kuliner yang di
4
gemari oleh masyarakat pada saat ini, ditinjau dari perspektif proses bisnis internal yaitu adanya inovasi dan operasi menunjukkan kinerja perusahaan yang sangat
baik
karena
setiap
tahun
perusahaan selalu berinovasi dengan mengeluarkan menu baru, ditinjau dari perspektif
pertumbuhan
dan
pembelajaran
menunjukkan
kondisi
kinerja perusahaan yang cukup baik karena dapat meningkatkan kualitas para pegawainya. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya metode
balanced
scorecard
dapat memberikan ukuran kinerja yang jelas, terukur, terencana dan koheren dalam mewujudkan visi, misi, tujuan serta strategi perusahaan sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan.
Agar
metode
balanced scorecard dapat diterapkan dengan baik pada perusahaan maka diperlukan komitmen dari manajemen puncak serta manajemen dibawahnya dan dibentuk tim penyusun dalam menerjemahkan kinerja.
BAB II
5
sistem
pengukuran
PEMBAHASAN 2.1. Pengertian dan Perkembangan Balanced Scorecard
Balanced Scorecard pertama kali dipublikasikan oleh Robert S. Kaplan da n David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul “The Balanced Scorecard Measures That Drives Performance”. Menurut Kaplan & Norton Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu : 1. Scorecard : kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil kinerja yang sesungguhnya. 2. Balanced : dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari dua aspek yaitu: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, dan dari i ntern maupun ekstern. Balanced Scorecard kemudian dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur bisnis dengan strategi perusahaan. Norton dan Kaplan menjelaskan tentang pentingnya memilih tolok ukur berdasarkan keberhasilan strategis dalam artkel kedua Harvard Business Review (1993), “ Putting the Balanced II-12 Scorecard to Work ”. Dalam artikel ini, Kaplan dan Norton menunjukan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan Balanced Scorecard . Kemudian Balanced Scorecard tidak saja digunakan sebagai sistem pengukuran kinerja namun sebagai sistem manajemen strategis. Keberhasilan pemanfaatan Balanced Scorecard tersebut dilaporkan dalam sebuah artikel di Harvard Business Review (1996) dengan judul “Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System”. Artikel ini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan harus berkompetisi dalam era informasi sekarang ini dengan meningkatkan kemampuannya dalam mengeksploitasi intangible assets, lebih baik dari sekedar mengelola tangible assets -nya. Balanced Scorecard memberikan organisasi elemen yang dibutuhkan untuk berpindah dari paradigma ‘always financial ’ menuju metode baru, dimana hasil scorecard menjadi titik awal untuk mengulas, mempertanyakan, dan belajar tentang strategi yang dimiliki organisasi. Balanced Scorecard akan menerjemahkan visi dan strategi ke dalam serangkaian ukuran koheren dalam perspektif yang berimbang. Pada intinya, Balanced scorecard (BSC) merupakan suatu konsep untuk mengukur apakah aktivitas-aktivitas operasional dalam suatu perusahaan sejalan dengan visi dan strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya.
6
2.2. Keunggulan Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi (2007) balanced scorecard memiliki beberapa keungguluan, yaitu : 1.
Komprehensif Memperluas perspektif yang tercakup dalam perencanaan strategik, yang yang sebelumnya hanya terbatas pada strategi keuangan, lalu meluas ke tiga perspective lainnya, yaitu perspektif pelanggan (customer perspective), perspektif proses internal bisnis (internal business perspective), dan perspektif pembelajaran dan bertumbuh (learning and growth perspective). Perluasan perspektif ini akan bermanfaat untuk: • Menjanjikan kinerja keuangan menjadi berlipat ganda dan berjangka panjang. • Perusahaan jadi memilki kemampuan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks. Untuk menghasilkan kinerja keuangan yang lebih baik, perusahaan juga harus mewujudkan sasaran dari perspektif pelanggan. Itu berarti perusahaan harus menghasilkan barang dengan value yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan dari proses produksi yang efektif dan efisien. Kekompeherensifan sasaran strategik merupakan respon yang sesuai untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks dan penuh tantangan.
2.
Koheren Kekoherenan sasaran strategik memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif strategik yang mempunyai 7 manfaat bagi perwujudan tujuan strategik pada perspektif keuangan (financial perspective), perspektif pelanggan (customer perspective), perspektif proses internal bisnis (internal business perspective), dan perspektif pembelajaran dan bertumbuh (learning and growth perspective). Kekoherenan juga berarti dibangunnya hubungan sebab-akibat diantar a output yang dihasilkan sistem perumusan strategi dengan output yang dihasilkan sistem strategik planning. Sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem perencanaan strategik merupakan terjemahan dari visi, tujuan, dan strategi yang dihasilkan perumusan strategi.
3.
Terukur Keterukuran sasaran startegik menjanjikan tercapainya berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dan balanced scorecard mengukur sasaran
7
strategik yang pantas untuk diukur. Sasaran-sasran di erspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal bisnis, dan perspektif pembelajaran dan bertumbuh. Ketiga aspek ini merupakan sasaran yang tidak mudah diukur. Namun dalam konsep balanced scorecard , sasaran dari ketiga perspective ini dibuat ukurannya agar dapat dikelola, agar dapat diwujudkan. Dengan demikian, kinerja keuangan akan berlipat ganda. 4.
Seimbang Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan dan perusahaan secara keseluruhan.
2.3. Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard 1.
Perspektif Keuangan ( F inancial Perspective)
Dengan tolak ukur profit yang maksimal, tujuan utama dari tahap ini adalah memaksimumkan arus kas positif yang masuk ke perusahaan, sebagai bentuk umpan balik dari kinerja keuangan di masa lalu. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas melalui pengukuran ROE ( Return on Equity), ROA ( Return on Asset ), dan laba operasi. Semua ukuran ini menunjukan tujuan keuangan klasik, yaitu tingkat pengembalian modal investasi yang tinggi. Selain itu, Yuanhong Zhen, Thomas Lin dan Zengbiao Yu dalam jurnal “ How ZYSCO Use the Balanced Scorecard” pada
tahun 2015 berpendapat untuk mengukur kinerja perusahaan dari
financial perspective, dapat dilihat gross profit margin, asset turnover , dan net income.
Gross Profit Margin Gross profit margin menunjukan persentase dari setiap rupiah penjualan yang tersisa setelah seluruh barang dan atau jasa dibeli konsumen. Dan persentase dari setiap rupiah penjualan yang tersisa merupakan keuntungan yang didapat perusahaan dari seluruh produk dan atau jasa yang telah dibeli konsumen. Dan keuntungan tersebut merupakan salah satu sumber utama pendapatan perusahaan.
Asset Turnover Asset turnover mengindikasikan seberapa efektif suatu perusahaan menggunakan asset mereka untuk menghasilkan penjualan, artinya berapa
8
Rupiah penjualan yang perusahaan hasilkan dari setiap rupiah yang dinvestasikan perusahaan.
Net Income Laporan keuangan memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan saat melaksanakan penilaian kinerja kerja perusahaan. Informasi yang dimaksud adalah informasi mengenai revenue, biaya-biaya ataupun net income yang diperoleh perusahaan. Net income sering digunakan oleh managers dan investor sebagai indikator untuk menentukan
potensi
keuntungan
perusahaan
setelah
mereka
mempertimbangkan seluruh sumber income dan biaya
2.
Perspektif Pelanggan ( Customer Perspective)
Merupakan salah satu perspektif balanced scorecard yang sangat penting. Karena sudut pandang pelanggan terhadap perusahaan dan produknya sangat diperhitungkan sebagai salah satu aspek yang penting dalam perusahaan mencapai tujuan. Perusahaan haruslah mengetahui apa yang dinginkan dan dibutuhkan pelanggan, dan membuat produk yang dapat memuaskan mereka. Untuk mengetahui tingkat kepuasan customer, perlu diketahui tingkat retensi pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, dan persentase penjualan produk.
Tingkat Retensi Pelanggan Retensi pelanggan adalah kecenderungan pelanggan untuk setia kepada suatu perusahaan beserta produk dan atau jasa dari perusahaan tersebut. Retensi pelanggan dapat menggambarkan seberapa puas para pelanggan terhadap produk dan atau jasa yang diberikan perusahaan.
Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk dapat mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, salah satu caranya adalah mengetahui jumlah pelanggan yang komplain. Komplain pelanggan adalah salah satu bentuk ketidakpuasan yang diungkapkan pelanggan terhadap perusahaan atas produk dan atau jasa yang digunakan mereka.
Persentase Penjualan Produk
9
Dengan mutu yang tinggi, produk akan jauh lebih mudah terjual, karena kondisi produk sesuai dengan harapan pelanggan. Maka untuk meningkatkan penjualan produk, mutu produk juga harus ditingkatkan.
3.
Perspektif Proses Internal Bisnis ( I nternal Business Process Perspective)
Proses bisnis internal adalah serangkaian aktivitas yang ada dalam bisnis kita secara internal yang kerap disebut dengan value chain. Itu berarti perusahaan harus mengidentifikasikan proses bisnis yang tepat dan melakukan itu dengan tepat, agar tercapai kepuasan pelanggan. Dan tugas para manager untuk memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Rudianto (2013) membagi proses bisnis internal menjadi beberapa proses :
Proses inovasi Perusahaan menganalisa target customer. Di tahap ini perusahaan akan menemukan informasi mengenai kebutuhan mereka, dan perusahaan akan berusahaa membuat produk yang sesuai.
Proses operasi Proses untuk membuat dan menyampaikan produk terdiri dari dua proses, yaitu proses pembuatan produk dan penyampaian produk kepada customer.
Proses layanan purna jual Merupakan proses pelayanan yang terjadi setelah barang atau jasa sudah sampai kepada pelanggan. Didalamnya terdapat feedback dari pelanggan. Contoh: garansi produk.
4.
Perspektif Pembelajaran dan Bertumbuh ( Learning and Growth Perspective)
Tujuan dari perspektif ini adalah mendorong tiga perspektif lainnya dengan meningkatkan infrastruktur yang mendorong kinerja jangka panjang. Sumber utama pembelajaran dan bertumbuh perusahaan adalah manusia, sistem dan prosedur perusahaan. Perusahaan harus memberikan karyawan kepuasan dalam bekerja agar setiap karyawan dapat memberikan kontribusi yang maksimal dalam pencapaian tujuan perusahaan. Yuanhong Zhen, Thomas Lin dan Zengbiao Yu (2015) mengidentifikasi beberapa indikator dalam penilaian kinerja dari learning and growth perspective adalah:
10
Training Evaluation Traning adalah
sebuah
program
pembelajaran
dan
pelatihan
yang
diselenggarakan perusahaan untuk membekali para karyawannya agar memliki pengetahuan dan kompetensi yang ditetapkan perusahaan.
Number of New Patent Paten merupakan dokumen resmi yang diberikan oleh pemerintah kepada pihak yang mengajukan paten, dan dokumen tersebut yang berisi hak eksklusif untuk membuat sebuah benda (dapat berupa tangible dan intangible). Jumlah hak paten yang didapatkan perusahaan juga menjadi salah satu indikator yang dinilai.
Promotion of Value Creation Value creation merupakan tujuan utama dari semua bisnis. Tujuan utama sebuah bisnis adalah menciptakan value bagi pelanggan, pegawai, investor dan seluruh pihak kepentingan. Value creation memegang peranan yang penting dalam saham pribadi sejak investor mengharapkan keuntungan yang sangat besar dari investasi mereka.
Financial Decision Support System Financial Decision Support System merupakan sebuah sistem pengambilan keputusan dalam hal keuangan. Untuk meningkatkan financial decision support system, diperlukan peningkatan anggaran untuk mendukung kinerja perusahaan dalam berbagai aspek. Atau perusahaan mencari investor yang mampu mendukung keterjaminan kinerja perspektif pembelajaran dan bertumbuh (F. Burstein & C. W. Holsapple (2008)
System Coverage (Manufacture Information Integration System) System coverage merupakan suatu sistem produksi terintegrasi yang digunakan perusahaan untuk memastikan serangkaian proses produksi berjalan dengan lebih baik dan memastikan proses menggunakan bahan baku yang lebih efisien dan efektif serta mengurangi kemungkinan munculnya produk cacat.
Perspective Balanced Scorecard dapat digambarkan pada gambar 2.1.3 berikut :
11
Gambar 2.1.3 Balanced Scorecard Framework Sumber : SWOT Balanced Scorecard (Freddy Rangkuti, 2011)
2.4. Hubungan Ke-Empat Perspektif Balanced Scorecard
Empat perspektif yang telah disebutkan diatas mempunyai satu hubungan antara satu dengan yang lainnya yang penjabarannya merupakan suatu strategic objectives yang menyeluruh dan saling berhubungan. Hal tersebut dimulai dari perspektif pembelajaran dan bertumbuh ( Learning and Growth Perspective) dimana perusahaan mempunyai suatu strategi untuk meningkatkan produktivitas dan komitmen personel. Sebagai akibat dari peningkatan produktivitas dan komitmen dari personel akan meningkat pula kualiatas proses layanan pelanggan dalam perspektif proses internal bisnis ( Internal Business Process Perspective) dan proses layanan pelanggan akan terintegrasi. Dengan demikian kepercayaan pelanggan dan kepuasan pelanggan akan meningkat pula yang terlihat dari perspektif pelanggan (Customer Perspective). Dan pada akhirnya akan berpengaruh pada perspektif keuangan ( Financial Perspective) yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan penjualan, peningkatan cost efffectiveness, dan peningkatan return. Jadi dari masing – masing perspektif memliki peran dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Perspektif keuangan sangat dipengaruhi oleh tiga perspektif lainya yaitu pembelajaran dan bertumbuh, pelanggan, serta internal bisnis. Berawal dari meningkatnya komitmen dan produktivitas
12
dalam perusahaan yang akan meningkatkan kualitas proses layanan pelanggan dan pada akhirnya akan menciptakan kepercayaan terhadap pelanggan. Kepercayaan merupakan modal yang sangat penting bagi perusahaan dalam menunjang keberhasilan dimasa yang akan datang. Tanpa adanya dukungan dari pelanggan perusahaan akan mengalami kesulitan, hal ini disebabkan karena pelanggan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting. Pada akhirnya semua itu bermuara pada perspektif keuangan yang berdampak pada peningkatan return perusahaan ditandai dengan meningkatnya laba perusahaan.
2.5. Implementasi Balanced Scorecard pada Suatu Perusahaan
Dalam jurnal “ Analisis Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada The Coffee Bean and Tea Leaf Cabang Bali ” (E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Januari 2013), Tansri Ayu Begawan dan I Ketut Suryanawa melakukan penelit ian terhadap The Coffee Bean and Tea Leaf Cabang Bali. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai objek adalah organisasi bisnis waralaba. The Coffee Bean & Tea Leaf berdiri pada tahun 2001 dan sampai saat ini, PT Trans Coffee selaku pemegang lisensi tunggal The Coffee Bean & Tea Leaf di Indonesia mengelola 53 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. The Coffee Bean and Tea Leaf mempunyai misi ”melayani pelanggan dengan profesional dan ramah, menyediakan service dan produk-produk terbaik, serta memberikan pengalaman terbaik dalam kinerja perusahaan, dan para karyawannya untuk dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik pada kualitas produk, penyampaian pelayanan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup yang juga dapat memberikan semangat kerja kepada perusahaan dan anggota tim”. Sedangkan visinya yaitu ”Simply the Best ” dalam bidang speciality coffee and tea. Dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan, The Coffee Bean and Tea Leaf menyediakan produk yang inovatif dan mengikuti selera pelanggan. Berdasarkan inovasi yang telah dilakukan tersebut dapat dilakukan penilaian kinerja The Coffee Bean and Tea Leaf tidak hanya dari perspektif financial saja akan tetapi juga dapat dilakukan dari perspektif non financial . Penelitian ini memfokuskan pada The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali yaitu di Departure Ngurah Rai International Airport , Kuta Square, dan Benoa Square.
13
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja perusahaan dengan metode Balanced Scorecard yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Kinerja perspektif keuangan The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali yang diukur dengan rasio margin laba operasi, net profit margin, rasio pertumbuhan pendapatan dan rasio efisiensi biaya operasi menunjukkan hasil yang baik, karena pada pada tiap tahunnya The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali mengalami peningkatan pertumbuhan pendapatan. Dari tahun 2010 persentase pendapatan sebesar -23,25% mengalami peningkatan menjadi -22,66% pada tahun 2011.
Kinerja perspektif pelanggan The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali menunjukkan hasil yang baik, karena berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan tolok ukur Indeks Kepuasan Pelanggan (IKP) dapat dibuktikan bahwa pelanggan merasa sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali. Namun, perusahaan perlu menambah jumlah cashier pada outlet yang mempunyai potensi jumlah pelanggan yang banyak agar meningkatkan kemudahan pelanggan dalam bertransaksi.
Hasil pengukuran Perspektif Internal Bisnis, yaitu dengan rasio complain pada The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali menunjukkan penurunan rasio dari bulan Agustus ke September, ini berarti kinerja perspektif proses bisnis internal The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali menunjukkan hasil yang baik.
Kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang diukur dengan tolok ukur tingkat produktivitas karyawan menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan menggunakan tolok ukur indeks kepuasan karyawan (IKK) dapat dibuktikan bahwa karyawan merasa puas berkerja di The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kinerja The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali yang dinilai dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah baik.
Pada penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penerapan konsep Balanced Scorecard di suatu perusahaan tidaklah semudah yang diperkirakan karena penerapan konsep ini membutuhkan suatu komitmen dari manajemen pusat ( leadership) maupun karyawan yang terlibat dalam organisasi perusahaan. Sebagian besar perusahaan menemui kesulitan dalam melakukan pendeteksian terhadap keselarasan aktivitas dan strategi perusahaan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka panjang. Sehingga banyak dijumpai kasus ketidakselarasan tujuan dan strategi perusahaan atau strategi yang
14
dijalankan melenceng dari tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka panjang. Namun, dari hasil pengukuran kinerja berdasarkan empat perspektif diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi Balanced Scorecard pada perusahan The Coffee Bean and Tea Leaf cabang Bali sudah mencapai keberhasilan, karena pada pengukuran ke-empat perspektif dalam balanced scorecard di perusahaan ini menunjukkan hasil yang baik.
2.6. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Implementasi
Balanced Scorecard pada Suatu Perusahaan
Faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi / penerapan Balanced Scorecard dalam suatu perusahaan menurut Debby Tanios dan Firdaus Alamsjah (2009) dalam jurnal “ Kunci Kesuksesan Implementasi Balanced Scorecard di Indonesia”, antara lain : 1.
Komitmen dan keterlibatan top manajemen dalam mengelola dan mengawal penerapan Balanced Scorecard Beberapa perusahaan yang sedang menjalankan metode Balanced Scorecard mengalami perubahan organisasi karena merger atau diakuisisi. Setelah akuisisi, perusahaan cenderung menekankan strategi pemotongan biaya dan Balanced Scorecard tidak dilihat sebagai alat bernilai untuk perampingan perusahaan. Untuk menghadapi masa transisi ini diperlukan keterlibatan dan komitmen tim manajemen yang baru terbentuk terhadap proyek implementasi Balanced Scorecard.
2.
Adanya daftar Key Performance Indicator (KPI) yang tepat dan bisa dimonitor dan diukur pencapaiannya. Banyaknya perusahaan gagal dalam menerapkan metode Balanced Scorecard bersumber pada pemilihan KPI yang terlalu rumit dan sering tidak tersedia mekanisme untuk mengukurnya. Sebab itulah, penerapan metode Balanced Scorecard yang baik selalu didukung dengan pemilihan KPI yang tepat dan yang penting perusahaan memiliki alat ukur untuk memonitornya.
3.
Adanya konsistensi untuk menggunakan tabel Balanced Scorecard sebagai bahan utama dalam review kinerja bulanan.
15
Review pencapaian target perusahaan harus didasarkan pada kerangka bsc; dan yang paling penting, tabel BSC ini digunakan secara reguler dalam meeting membahas kinerja perusahaan yang dilakukan setiap bulan.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kegagalan implementasi / penerapan Balanced Scorecard dalam suatu perusahaan menurut Sumarsan (2013), antara lain : 1.
Tidak didefinisikan secara benar dalam metode balanced scorecard khususnya perspektif non keuangan. Padahal perspektif ini merupakan indikator utama yang memberikan kepuasan bagi stakeholder di masa yang akan datang.
2.
Definisi pengukuran matriks terhadap perspektif non-keuangan sangat minim menyebabkan pengukuran yang susah. Biasanya metric financial lebih mudah didefinisikan karena berhubungan dengan angka, sedangkan untuk non financial tidak ada standar yang baku.
3.
Adanya “negosiasi” dalam penentuan sasaran perbaikan dan tidak berdasarkan pada kebutuhan para pihak yang berkepentingan dan kemampuan proses perbaikan. Istilah negosiasi
ini dalam prakteknya diistilahkan
dengan
“penghijauan” angka, artinya supaya kelihatan kinerja yang bagus maka sasaran diturunkan. 4.
Tidak adanya sistem yang terintegrasi dari tingkat manajemen puncak kepada bawahan sehingga tidak diketahui perbaikan kegiatan yang sebenarnya terjadi.
5.
Tidak adanya metode dan sistem perbaikan yang baku dalam penerapan Balanced Scorecard.
6.
Kurang mampu membuat hubungan kuantitatif antara perspektif keuangan dengan perspektif non keuangan.
16
BAB III KESIMPULAN
Balanced Scorecard (BSC) merupakan sebuah strategi yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan untuk melakukan pengukuran kinerja yang bukan hanya dari sisi finansial saja melainkan sisi non finansial juga berdasarkan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal bisnis dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Adapun tujuan dari penerapan metode ini bukan hanya digunakan sebagai sistem pengukuran kinerja namun sebagai sistem manajemen strategis. Pendekatan balanced scorecard ini berfokus pada tahapan Enterprise, Define, Measure, Analyze, Improve dan Control (E-DMAIC). Berdasarkan E-DMAIC ini, pendekatan balanced scorecard dimulai dengan identifikasi visi dan misi perusahaan dan dilanjutkan dengan analisis rantai nilai proses untuk mencapai tujuan, kemudian menganalisis pencapaian perusahaan dan mengembangkan strategi serta mengidentifikasi potensi yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya, melakukan eksekusi, menilai hasil eksekusi dan kualitas yang tercapai serta mempertahankan keuntungan. Dalam penerapan metode Balanced Scorecard , suatu perusahaan harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas agar dapat diterjemahkan dalam sasaran-sasaran strategi ke dalam empat perspektif balanced scorecard . Sehingga perusahaan dapat melakukan perbaikan-perbaikan secara berkesinambungan dalam mewujudkan visi, misi, tujuan serta strategi perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang pada struktur organisasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
D. Tanios dan F. Alamsjah. 2009. Kunci Kesuksesan Implementasi Balanced Scorecard di Indonesia. Journal of Business Strategy and Execution 2: http://journal.binus.ac.id. Diakses pada tanggal 17 April 2018. K. Dewi dan A.K. Surya. 2015. Penerapan Balanced Scorecard untuk Menilai Kinerja PT XL, TBK dalam Mencapai Strateginya. Binus Business Review: http://journal.binus.ac.id. Diakses pada tanggal 10 April 2018. Nugrahayu dan Retnani. 2015. Penerapan Metode Balanced Scorecard sebagai Tolak Ukur Pengukuran
Kinerja
Perusahaan.
Jurnal
Ilmu
&
Riset
Akuntansi:
http://ejournal.stiesia.ac.id. Diakses pada tanggal 17 April 2018. Pratiwi,
Umi.
2010.
Balanced
Scorecard
dan
Manajemen
Strategik .
https://scholar.google.co.id/. Diakses pada tanggal 10 April 2018. Purnawiranti dan Retnani. 2015. Implementasi Balanced Scorecard sebagai Alat Peneterjemah Strategi dan Pengukuran Kinerja Perusahaan . Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi: http://ejournal.stiesia.ac.id. Diakses pada tanggal 20 April 2018. Ratnasingam, Pauline. 2014. The Evolution of Balance Scorecard and its Impact on Web Services Quality. USA: International Journal of Organizational and Collective Intelligence.
18
View more...
Comments