Makalah Bahasa Indonesia Penyuntingan

September 25, 2018 | Author: Muhammad Akbar | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

penyuntingan kalimat...

Description

BAB I PENDAHULUAN 1. 1

Latar Belakang Proses penyuntingan sangat penting dilakukan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Penyuntingan merupakan aktivitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya. Penyuntingan dalam karya tulis ilmiah dilakukan pada isi, paragraf, ragangan atau outline, dan kebahasaan. Karya tulis ilmiah dikatakan baik jika isi tulisan tersebut dapat dipahami oleh pembacanya. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot serta mengandung paragraf yang efektif. Proses penyuntingan ini harus memperhatikan aturan-aturan yang telah

ditentukan.

Misalnya,

dalam

penyuntingan

paragraf

perlu

memperhatikan susunan kata dan dalam penyuntingan ragangan perlu diperhatikan kesempurnaan dari gagasan dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa baik atau tidaknya suatu karya tulis harus mampu lolos dari proses penyuntingan. Dewasa ini, menulis menjadi pekerjaan yang menarik dan bergengsi karena dengan menulis seseorang dapat menyumbangkan pemikiranpemikiran atau gagasan-gagasan serta solusi kepada masyarakat luas. Sebagai contoh, salah satu tugas ilmiah yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah mempublikasikan temuan-temuan yang telah dihasilkannya dari suatu proses penelitian melalui artikel ilmiah. Artikel ilmiah harus ditulis selengkapnya, secara jelas, tepat tetapi singkat dan lugas yang kemudian dimasukkan kedalam sebuah jurnal untuk dipublikasikan. Tentu saja tidak semua artikel ilmiah yang dikirim ke sebuah jurnal dapat dimuat dan diterbitkan. Banyak faktor yang menyebabkan sebuah artikel ilmiah dapat atau tidak dimuat dalam sebuah jurnal, salah satunya adalah faktor teknik penulisan. Oleh karena itu, penulisan karya tulis ilmiah tidak terlepas dari penyuntingan yang berfungsi sebagai penyempurna tulisan atau proses memperbaiki tulisan yang sekiranya harus di perbaiki. Penyuntingan juga

dimaksudkan

agar

tulisan

bisa

dipahami

dengan

baik

dan

tidak

membingugkan pembaca. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat agar lebih logis, mudah dipahami, dan tidak rancu. Sehingga seorang editor perlu mengetahui teknik penyuntingan yang baik dan benar sesuai dengan tata bahasa yang telah ditentukan. Sebagai mahasiswa yang melaksanakan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi yaitu penelitian, karya tulis ilmiah akan selalu ditemukan dalam membuat suatu laporan baik itu untuk memenuhi tugas akhir maupun untuk memenuhi tugas kuliah. Sehingga diharapkan dengan pembahasan makalah ini mahasiswa dapat lebih memahami tata cara penyuntingan karya tulis ilmiah. 1. 2 Rumusan Masalah 1) Mengapa penyuntingan karya tulis ilmiah perlu dilakukan? 2) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah? 3) Bagaimana cara menyunting karya tulis ilmiah? 1. 3 Tujuan 1) Untuk mengetahui pentingnya menyunting suatu karya tulis ilmiah. 2) Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah. 3) Untuk mengetahui cara menyunting karya tulis ilmiah.

BAB II PEMBAHASAN 2. 1

Hakikat Penyuntingan Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau penyempurnaan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut editor (penyunting) atau redaktur. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (editing) mengedit/menyunting adalah : 1) Mempersiapkan naskah yang siap cetak atau siap terbit (dengan memperhatikan, terutama segi ejaan, diksi dan struktur kalimat). Mana ini sering diterjemahkan menjadi menyunting. 2) Merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah). 3) Menyusun (film, pita rekaman) dengan memotong dan memadukan kembali. Orang yang melakukan pengeditan (mengedit) dipanggil dengan sebutan editor. Penyuntingan secara umum adalah aktivitas menyiapkan maskah atau sebagainya untuk diedarkan atau diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya. Sementara itu, menurut kalangan penerbit, penyuntingan berarti menyiapkan, menyeleksi, dan menyesuaikan naskah orang lain untuk diedarkan atau diterbitkan. Penyuntingan memiliki beberapa tujuan diantaranya: 1) Menjadikan naskah atau karangan ilmiah sebagai karya yang sempurna yang dapat dibaca dan dihayati dengan mudah oleh pembaca apabila diterbitkan kelak. 2) Untuk memastikan isi karya disampaikan dengan jelas, tepat, dan tidak menyalahi etika. 3) Untuk memastikan penyampaian ide dari penulis kepada pembaca disampaikan dalam bahasa yang gramatis, jelas, indah, dan menarik. 4) Untuk memastikan karya yang akan diterbitkan dapat menggambarkan nilai dan identitas karya itu sendiri sehingga dapat menarik minat pembaca. Secara umum, proses editing atau pengeditan atau penyunting dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Penyuntingan secara redaksional, menurut cara ini, editor memeriksa setiap kata dan kalimat agar logis, mudah dipahami, dan tidak rancu

(memiliki ejaan yang bener, mempunyai arti, dan enak dibaca). Proses editing ini mencakup kegiatan-kegiatan seperti memperbaiki kesalahan ejaan (tanda baca, tata bahasa, angka, nama, almat, dan sebagainya). Menyesuiakan gaya bahasa dengan gaya surat kabar bersangkutan dan mengetatkan tulisan (meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat dengan tidak mengubah makna kumpulan kalimat sebelumnya). Tujuan akhir proses editing jenis ini adalah agar tulisan tidak hanya memiliki ejaan yang benar dan arti yang jelas, tetapi juga enak dibaca. 2) Penyuntingan secara substansi, yakni editor memperhatikan data dan fakta agar tetap akurat dan benar. Kegiatan-kegiatan yang dicakup dalam proses pengeditan jenis ini adalah : 1) Memperhatikan kesalahan-kesalahan faktual. 2) Menghindari kontradiksi dan mengedit berita untuk di perbaiki. 3) Menghindari unsur-unsur seperti penghinaan, ambiguitas, dan tulisan yang memuakkan (bad taste). 4) Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, misal anak judul atau subjudul. 5) Menulis judul yang menarik. 6) Memberikan penjelasan tambahan untuk gambar atau tabel. 7) Menelaah kembali hasil tulisan yang telah dicetak karena tidak menutup kemungkinan masih terdapat kesalahan redaksional dan subtansial. Tujan proses pengeditan tipe ini yaitu tidak hanya untuk memuat tulisan menjadi mudah dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga dan para penulis sebaiknya memperhatikan tulisanya jika tulisanya benar-benar ingin dipublikasikan. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis, mudah dipahami, dan tidak rancu. Setiap kata dan kalimat, selain harus benar ejaan atau cara penulisanya, juga harus benar-benar punya arti dan enak dibaca. Secara substansial, editor harus memperhatikan fakta atau data agar tetap terjaga keakuratan dan kebenaranya. Editor pun harus memperhatikan apakah tulisan itu dapat mudah dimengerti pembaca atau

malah membingungkan. Kegiatan menyunting pada dasarnya mencakup halhal berikut: 1) Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual. 2) Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dan mengedit berita tersebut untuk memperbaikinya. 3) Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca, tatabahasa, ejaan, angka , nama, dan alamat. 4) Menyesuaikan naskah dengan gaya surat kabar bersangkutan. 5) Mengetatkan tulisan, membuat satu kata melakukan pekerjaan tiga atau empat kata, menjadikan satu kalimat menyatakan fakta-fakta yang terdapat dalam satu paragrap. Menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia. 6) Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memuakan (bad taste). 7) Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul (subjudul), dimana diperlukan. 8) Menulis judul untuk berita bersangkutan agar menarik. 9) Di beberapa surat kabar, editing juga termasuk menulis caption (keterangan

gambar)

untuk

foto

dan

pekerjaan

lain

yang

berhubungan dengan cerita yang disunting itu. 10) Setelah edisi naik cetak, menelaah Koran tersebut secermat mungkin sebagai perlindungan lebih lanjut terhadap kesalahan dan melakukan perbaikan jika deadline masih memungkinkan. Dengan demikian, menyunting tidaklah semata- semata memotong (cutting) naskah agar cukup pas masuk dalam Koran atau ruangan (space) yang tersedia, tetapi juga membuat tulisan itu enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual. 2. 2 Hal yang Perlu diperhatikan pada Proses Penyuntingan A. Memahami hakikat editing karya tulis ilmiah Penyuntingan adalah aktifitas menyiapkan naskah dan sebagainya untuk diedarkan dan diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan memperhatikan tata penyajiannya. Untuk menjadi penyunting (editor) yang baik dan bertanggung jawab, seseorang hendaklah memahami dan menghayati eksistensi profesionalisme penyuntingan diantaranya: 1) Memahami prinsip tata permainan bahsa-bahasa.

2) Memahami teknik penulisan sesuai dengan laras tulisan dan sekaligus memahami tata permainan bahasa dalam bahasa tulis. 3) Memahami pertalian erat antara dunia penulisan dan dunia marketing. 4) Yakin bahwa topik yang ditulis akan mendatangkan pencerahan bagi pembaca. 5) Jernih dan objektif dalam menyikapi perbedaan pendapat. 6) Memahami kecenderungan yang berlangsung dan berkembang terus-menerus dalam masyarakat. B. Editing isi/ materi/ gagasan Isi/ materi/ gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya oleh pembaca, maka dari itu hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam suatu isi adalah: 1) 2) 3) 4) 5)

Perbaikan daya tarik. Bahasa komunikatif. Tata karma penulisan feature. Perombakan alenia naïf dan pedant. Nada penulisan yang bersahabat.

C. Editing paragraf Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengeditan paragraf karya tulis ilmiah agar menjadi paragraf yang efektif adalah: 1)

Ungkapan tindakan penting dengan kata kerja yang tepat,bukan

2)

dengan kata benda. Letakkan pelaku sebagai subjek sedekat mungkin dengan kata

kerjanya. 3) Letakkan informasi yang lebih singkat sebelum infomasi yang panjang dan kompleks. 4) Pelihara integritas atau kesatuan (Co-Core-Others). 5) Letakkan informasi yang familiar dan berulang di awal kallimat. 6) Letakkan informasi baru dan tidak terduga di akhir kalimat dan 7)

berilah penekanan (stress). Susunlah tali-tali topik untuk membentuk paparan informasi yang koheren dan konsisten.

8)

Buatlah

rancangan issue untuk

setiap

paragraf

tulisan

dan

9)

setiapissue harus berkaitan dengan isi diskusi. Rumuskan maksud-maksud kalimat (sentence point) yang tepat

untuk setiap unit tulisan (discourse). 10) Bisakan untuk meletakkan sentence point di bagian akhir issue, jangan dibagian akhir diskusi. D. Editing ragangan/ outline Struktur outline bergantung pada banyak hal yang berhubungan dengan tujuan karangan dan kehendak penulis. Hal yang perlu diperhatikan dalam outline adalah outline harus selalu mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan karangan supaya setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan dijumpainya di dalam karangan. E. Editing kebahasan Dalam segi sintagmatik penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari dua hal. Yang pertama karena faktor berkurangnya konsentrasi dan perhatian. Yang kedua disebabkan kurangnya pengetahuan teoritis, kebahasaan, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam editing bahasa adalah: 1) 2) 3) 4)

Interferensi atau pencampuran bahasa. Kedwibahasaan atau bilingualisme. Pemerolehan bahasa. Pengajaran bahasa.

Secara umum, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyuntingan Kulit Depan Yang dicantumkan oleh penyunting pada kulit depan adalah judul karya ilmiah, lengkap dengan anak judul (jika ada), nama penyusun dan nama penyunting, nama lembaga atau logo penerbit. Halaman Judul

Penulisan halaman judul atau halaman prancis setelah kulit depan biasanya memuat judul buku. Halaman Hak Cipta Halaman hak cipta merupakan halaman setelah halaman judul utama. Halaman ini memuat judul buku, nama penyusun/nama penyunting, kode penerbit dan nomor buku, hak cipta, nama dan alamat penerbit, dan larangan pengutipan tanpa izin. Daftar Isi Halaman daftar isi diletakkan sesudah atau sebelum daftar isi. Prakata Prakata disunting untuk memberikan gambaran umum kepada pembaca. Dengan membaca prakata, seseorang segera mengetahui, antara lain maksud penulis menyajikan karya ilmiah, hal-hal apa saja yang termuat dalam karya ilmiah, dan pihak-pihak mana saja yang memberikan keterangan kepada penyusun buku. Penyajian prakata itu singkat dan jelas. Tabel/Grafik/Bagan/Ilustrasi/Gambar Tabel merupakan gambaran nyata analisis masalah. Nama-nama tabel yang tercantum di dalam karya ilmiah itu dimuat dalam daftar tabel (jika ada). Pada dasarnya, penyuntingan daftar grafik, daftar bagan, atau daftar skema (jika ada) hampir sama dengan penyuntingan daftar tabel. Singkatan dan Lambang Penyunting dapat menggunakan singkatan atau lambang istilah atau nama sesuatu. Singkatan dan lambang yang disunting dapat digunakan dalam bagian analisis dan dimuat dalam daftar singkatan dan lambang. Isi Buku

Dalam bagian isi buku terdapat tiga jenis sajian, yakni pendahuluan, isi analisis dan pembahasan, dan kesimpulan atau saran (jika diperlukan). Bagian ini dapat dibagi menjadi beberapa bab, setiap bab dibagibagimenjadi anak bab, sesuai dengan kebutuhan pembaca. Dengan demikian, segala masalah yang akan dijangkau terbicarakan dalam bab ini. Bab ini dapat diuji dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:  Sudahkah keseluruhan tahap pengolahan data (deskripsi, analisis, interpretasi) itu memberikan keyakinan terhadap pembaca?  Sudahkah semua masalah dapat dilaksanakan secara taat asas dan lengkap?  Sudahkah keseluruhan gambaran analisis dan interpretasi itu mempunyai korelasi satu dengan yang lain?  Sudahkah teori ditegaskan secara tepat dalam analisis ini?  Sudahkah istilah-istilah digunakan secara tepat dan taat asas dalam analisis? Bab kesimpulan berisi gambaran umum seluruh analisis dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan. Selanjutnya, saransaran berisi penelitian lanjutan, penerapan hasil penelitian, dan beberapa saran yang mempunyai relevansi dengan hambatan yang dialami selama penelitian dapat pula disunting. Namun, saran tidak selalu diperlukan dalam penerbitan buku. Penutup Bagian ini terdiri atas daftar pustaka, indeks, dan lampiran. Biasanya juga ada catatan kaki. Menurut arti sesungguhnya catatan kaki terletak pada kaki (bawah) halaman. Namun, penyunting dapat meletakkan catatan kaki bukan pada kaki halaman, melainkan pada halaman penutup. Jadi, catatan kaki dikumpulkan pada bab tersendiri.

Salah satu hal yang mutlak ada pada karya ilmiah adalah daftar pustaka. Penyunting juga dapat mengukur kedalaman pembahasan masalah dalam karya ilmiah itu berdasarkan daftar pustaka ini. Semua pustaka acuan yang dicantumkan dalam daftar pustaka itu disusun menurut abjad namanama pengarang atau lembaga yang menerbitkannya, baik ke bawah maupun ke kanan. Jadi, daftar pustaka tidak diberi nomor urut seperti 1, 2, 3, 4, dan 5 atau diberi huruf a, b, c, d, dan e. Jika nama pengarang dan nama lembaga yang menerbitkan itu tidak ada, penyuntingan daftar pustaka didasarkan pada judul pustaka acuan tersebut. Lampiran yang dicantumkan dapat berupa korpus data, tabel, gambar, bagan, peta, instrumen, transkripsi andaikata hal-hal itu tidak disertakan dalam teks. Indeks ini berupa daftar kata atau istilah yang terdapat dalam karya ilmiah. Penyuntingan daftar kata itu harus secara berkelompok berdasarkan abjad awal kata atau istilah itu. Manfaat indeks agar pembaca dapat dengan cepat mencari kata-kata atau istilah-istilah yang diperlukan. Bahasa dalam Penyuntingan Karya Ilmiah Berbagai ketentuan yang sepatutnya mendapat perhatian dari penyunting karya ilmiah agar isi pernyataannya komunikatif atau berdaya jual, karya ilmiah itu memenuhi kriteria logis, sistematis, dan lugas. Karya ilmiah logis jika keterangan yang dikemukakan dapat ditelusuri alasanalasannya yang masuk akal. Karya ilmiah disebut lugas jika disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga. Dalam hubungan dengan penggunaan bahasa, penyunting selanjutnya wajib menguasai pemakaian ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, pembentukan kata, pemilihan kata, penyuntingan kalimat efektif, dan penyuntingan paragraf karya ilmiah.

2. 3

Tahap Persiapan Penyuntingan

Tahap persiapan dilakukan (a) penyuntingan topik/masalah, (b) penyuntingan judul, dan (c) penyuntingan rangka karangan (outliner). a. Penyuntingan Topik/Masalah Topik/masalah adalah pokok penyuntingan. Dalam hubungan dengan penyuntingan topik, penyunting karya ilmiah lebih baik menyunting sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok persoalan yang benar-benar diketahui daripada menyunting pokok-pokok yang tidak menarik atau tidak diketahui sama sekali. Sehubungan dengan isi pernyataan itu, hal-hal berikut patut dipertimbangkan dengan saksama oleh penyunting karya ilmiah. 1) Topik yang disunting harus berada di sekitar Anda, baik di sekitar pengalaman Anda maupun di sekitar pengetahuan Anda. Hindarilah topik yang jauh dari diri Anda karena hal itu akan menyulitkan Anda ketika menggarapnya. 2) Topik yang disunting harus topik yang paling menarik perhatian Anda. 3) Topik yang disunting terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret Anda kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam. 4) Topik yang disunting memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik yang bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan Anda. 5) Topik yang disunting harus Anda ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya — walaupun serba sedikit. Artinya, topik yang disunting itu janganlah terlalu baru bagi Anda. 6) Topik yang disunting harus memiliki sumber acuan, memiliki bahasa kepustakaan yang memberikan informasi tentang pokok masalah yang akan disunting. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web atau undang-undang. b. Penyuntingan Judul

Jika topik sudah disunting dengan pasti sesuai dengan petunjukpetunjuk, tinggal Anda menguji sekali lagi: apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas ataukah masih terlalu umum dan mengambang. Penyuntingan judul karya ilmiah dapat ditempuh dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan masalah apa, mengapa, bagaimana, di mana, dan kapan. Tentu saja, tidak semua pertanyaan itu harus digunakan pada penyuntingan judul. Mungkin, pertanyaan itu perlu dikurangi atau ditambah dengan pertanyaan lain. Adakalanya penyuntingan judul dilakukan dengan memberikan anak judul. Anak judul itu selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelasan atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti ini, antara judul utama dan anak judul harus dibubuhkan titik dua, misalnya “Peningkatan Posting Pengguna WordPress di Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi: Tinjauan Segi Kualitas dan Kuantitas”. Berikut ini judul-judul karya ilmiah yang dapat Anda sunting, misalnya “Meningkatkan Frekuensi Kunjungan Pembaca WordPress di Australia

dengan

Cara

Pelatihan”,

“Manfaat

WordPress

di Tempo

Grup Jakarta”, “Pengendalian Anggaran Aktivitas Blog bagi Warga BSD City Tangerang”, “Tema Keagamaan dalam Novel-Novel Karya Nh. Dini”, “Pengawasan terhadap Sirkulasi dan Pemakaian Linen di Hotel Santika Jakarta”, “Peningkatan Industri Kertas di PT Gramedia Periode 2005—2010”. c. Penyuntingan Rangka Karangan Penyuntingan rangka karangan, pada prinsipnya adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta. Penyunting karya ilmiah dapat membuat rangka buram, yakni rangka yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang dibatasi, atau dapat juga membuat rangka kerja, yakni rangka yang merupakan perluasan atau penjabaran dari rangka buram. Tentu saja, jenis yang kedua yang memudahkan penyunting untuk mengembangkan karya ilmiah populer.

Penyunting karya ilmiah menentukan dahulu judul-judul bab dan judul anak bab sebelum menyunting rangka karangan. Judul bab dan judul anak bab itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang disunting. Untuk menyunting judul bab dan judul anak bab, penyunting karya ilmiah dapat bertanya kepada judul karya ilmiahnya. Pertanyaan yang dapat diajukan ialah apa yang dilakukan dengan judul itu, akan diapakan judul itu, atau masalah apa saja yang dapat dibicarakan di bawah judul tersebut. Berdasarkan garis besar pemikiran itulah Anda bekerja. d. Penyuntingan Data Jika judul karya ilmiah dan rangka karangan sudah disunting, selanjutnya penyunting dapat menyunting data. Langkah pertama yang harus ditempuh dalam penyuntingan data adalah mencari informasi dari kepustakaan (buku, koran, majalah, brosur) mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul garapan saat ini. Informasi yang relevan diambil sarinya dan dicatat. Di samping pencarian informasi dari kepustakaan, penyunting juga dapat memulai terjun ke lapangan. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara atau eksperimen. e. Pengorganisasian dan Pengonsepan Jika data terkumpul, penyunting menyeleksi dan mengorganisasi data itu. Penyunting menggolong-golongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyunting menentukan data mana yang dibicarakan kemudian. Jadi, penyunting mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan. Misalnya jika penelitian bersifat kuantitatif, data diolah dan dianalisis dengan teknik statistik yang sederhana. Selanjutnya, penyunting mulai mengonsep karya ilmiah sesuai dengan urutan dalam rangka karangan yang ditetapkan. f. Pemeriksaan atau Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyunting memeriksa dahulu konsep itu. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulangulang. Buanglah penjelasan yang tidak perlu dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakupi pemeriksaan isi karya ilmiah dan cara penyajian karya ilmiah, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan. g. Penyajian atau Pengetikan Ketika mengetik, penyunting memerhatikan segi kepentingan pembeli buku itu kelak, seperti kulit depan, unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka. Tiap perguruan tinggi memiliki ketentuan masing-masing tentang prosedur pembuatan karya ilmiah. Oleh karena itu, pada dasarnya konvensi penulisannya sama. Konvensi penulisan karya ilmiah itu menyangkut bentuk karya ilmiah dan bagian-bagian karya ilmiah. Pembicaraan bentuk karya ilmiah mencakupi bahan yang digunakan, perwajahan, dan penomoran halaman. Pembicaraan bagian-bagian karya ilmiah mencakupi judul karya ilmiah, judul bab-bab dalam karya ilmiah, judul anak bab, judul tabel, grafik, bagan, gambar, daftar pustaka, dan lampiran. 2. 4

Macam-Macam Editing

A. Editing Isi/ Materi/ Gagasan Ketika dalam proses penulisan naskah ada kemungkinan terdapat

ide yang tercecer, ada pemikiran yang terputus, dan ada uraian yang tidak relevan. Maka dalam penyuntingan tahap awal ini difokuskan dulu pada isi naskah dan tidak perlu memikirkan ejaan, perhurufan, pengetikan, maupun lay out-nya. Pada langkah ini perlu kecermatan tersendiri dalam pemahaman isi. Perhatikan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, lalu dari alinea satu ke alinea lain. Hubungan antar-kalimat dan antar-

alinea mestinya merupakan mata rantai pemikiran yang sambungmenyambung. Tidak kalah pentingnya juga, perlu dicermati aktualitas, ketepatan, dan kebenaran pada data, grafik, tabel, foto, bagan yang disajikan dalam naskah. Sebab kesalahan data bisa berakibat fatal. Isi/ materi/ gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku di ibaratkan sebagai gizi sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak atau sedikitnya materi buku yang dituliskannya. Karya tulis ilmiah yang akan diterbitkan memerlukan ketebalan yang memadai agar buku itu secara estetika enak dipandang atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah halaman yang menggambarkan isi/ materi/ gagasan. Buku yang jumlah halamanya kurang tidak memberikan

daya

tarik,

terutama

untuk

penyimpanan

dan

pendokumentasian. Penyuntingan terhadap isi karya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara pengurangan, penggantian, dan penambahan isinya yang relevan dengan topik dan tema kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/ gagasan bila memang dianggaptidak relevan dengan topik kajiannya. Kemudian mengantinya dengan suatu topik yang sedang dibahas. Kalau kemungkinan ada sumber lain yang lebih aktual dan akurat,seorang penulis dapat saja menambahkan isi/ materi/ gagasan itu untuk melengkapinya, misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap perlu. Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah ketebalan halaman buku secara langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku mata ajar kuliah yang ajan diterbitkan. Namun begitu, seorang penulis jangan terjebak oleh suatu keinginan hanya untuk mempertebal jumlah halaman tanpa memerhatikan isi/materi/gagasan yang dituliskannya. Setelah penyuntingan isi ini dianggap selesai, barulah dilakukan penyuntingan sistematika penulisan. Sebab, bisa jadi ketika menulis naskah tidak terfikirkan sistematika penulisan. Dalam hal ini, yang perlu

diperhatikan adalah cara-cara penulisan pendahuluan, latar belakang, pembahasan, penutup, dan lainnya sesuai jenis tulisannya. B. Editing Paragaf Editing atau penyuntingan terhadap isi/ materi/ gagasan akan

berpengaruh pada kepadatan paragaf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar paragaf, ada yang tebal dan ada yang tipis. Paragaf yang tidak berimbang tebal atau tipisnya dapat mempengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk idealis paragaf. Paragaf yang tipis harus diseimbangkan dengan paragaf yang mencapai ketebalan standar hingga semua ketebalan paragaf dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah buku dengan kertas ukuran A4 terdiri dri 3-4 paragaf. Kalau isi/materi/ gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka paragaf merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragaf dalam sebuah karya tulis ilmiah sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi standar estetika buku ketika dilakukan penilian dalam sebuah kompetisi. Paragaf yang terlalu tebal dapat mempengaruhi daya baca seseorang dalam memahami teks. Seorang penulis mesti memperhatikan ini, karena teks yang dibaca tanpa ada upaya memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang diterbitkan mubadzir. Sebaliknya ketipisan paragaf juga dikhawatirkan tidak mewakili gagasan yang disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak selesai diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat terbatas. C. Editing Ragangan (Outline) Ragangan atau outline dalam sebuah karya tulis ilmiah diibaratkan

sebagai

tulang-tulangnya

yang

berfungsi

mengikat

daging

yang

mengandung gizi. Oleh sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan

urut-urutan

dan

letak

subtopik

pembahasan

yang

akan

ditulis.ragangan dalam penulisan karya tulis ilmiah yang tela ditetapkan sejak awal bukanlah harga mati. Dalam arti, ragangan yang tidak sesuai dengan isi/ materi/ gagasan dalam karya tulis ilmiah masih bisa dibongkar pasang untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau

buku yang sudah di setting sejak awal boleh saja digonta ganti sesuai dengan tema yang telah disajikannya. Ragangan dapat saja diubah saat penulisan sedang berjalan atau nanti di akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti atau menambahkan sesua dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang sudah ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam isi/ materi/gagasan dalam buku. Pertimbagnanya akan lebih mudah mengganti ragangan daripada harus menulis ulang tema kajian nya. Editing ragangan yang terbaik adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam menetukan halaman pada daftar isi. D. Editing Kebahasaan Kebahasaan dalam sebuah karya tulis ilmiah disamakan dengan

sebuh kulit sebagai pembungkus daging dan tulang serta melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa karya tulis ilmiah harus memenuhi standardisasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang menjadi dasar rujukan harus menggunakan ejaan yang disempurnakan (EYD). Penulisan karya tulis ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknya penulis, tetapi harus menggunkan bahasa formal atau semi formal. Editing atau penyuntingan terhadap bahasa mutlak diperlukan kalau karya tulis ilmiah itu akan diterbitkan. Penyutingan berkaitan dengan penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan dan tanda baca. Hal ini dapat dipelajari tentang pengunaan EYD. Editng kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardisasi sebuah karya tulis ilmiah. Hal ini sangat diperlukan dalam memberikan bobot atas karya tulis ilmiah. Selain itu juga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik pembaca. Namun demikian, untuk penulisan karya tulis ilmiah tidak perlu menggunkan bahasa seindah puisiatau sajak. Kebahasaan yang dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku. Fungsi lain dari ketatabahasaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap sebuah karya tulis ilmiah yang tersusun dari kata, kalimat dan paragaf. Perangkat kebahasaan

dipersiapkan

untuk

mempermudah

penulisan karya tulis agar lebih efektif. Perangkat ini mencakup

perhurufan, penomoran atau angka, lambang, ejaan, dan tanda baca. Dalam buku lain dikatakan bahwa perbaikan materi tulisan (editing) menyangkut beberapa aspek, diantaranya yaitu: a. Revisi judul Karena terkadang judul yang kita buat sifatnya masih sementara, maka kita harus membuat judul yang lebih sesuai dengan isi tulisan, yang lebih menarik, lebih “menggigit” dan lebih mengena

sasaran

pembaca.

Untuk

membuat

judul

yang

“menggigit”, diperlukan kepekaan rasa, keindahan bahasa serta ketegasan makna. Sering terjadi judul karya tulis ilmiah konsumsi yang dibuat penulis pemula terlalu panjang, terlalu singkat, datar, tidak menarik, tidak membumi, dan terlalu akademis. Kerap terjadi, judul karya tulis ilmiah yang dibuat sama persis dengan judul laporan penilitian atau judul skripsi yang terasa dingin, kaku, dan b.

sangat formal. Revisi intro Seringkali penulis pemula menulis intro berkepanjangan, bertele-tele, berputar-putar, tidak jelas, tidak ringkas, tidak menarik, membosankan, bahkan adakalanya membingungkan. Intro adalah bagian pembuka atau pendahuluan. Dalam pidato, intro adalah pengantar sebelum sampai kepada pokok bahasan. Intro artikel yang baik cukup tiga paragraf. Pastika intro yang sudah ditulis memenuhi syarat : ringkas, jelas, menarik, dan ditulis

c.

dalam bahasa jurnalistik yang baik. Revisi komposisi Komposisi berarti susunan yang seharusnya beraturan. Karya tulis ilmiah yang baik harus sesuai dengan hukum komposisi. Sekali keluar dari hukum tersebut, kepala dibuat kaki da sebalikanya, maka artikel yang dibuat tak ubahnya seperti sirkus. Untuk itu, perlu diperiksa apakah komposisi artikel yang

d.

dibuat sudah baik. Revisi akurasi dan relevansi data Teliti dalam mengutip nama seseorang, jabatan, pangkat, kedudukan, alamat, angka, tanggal, bulan dan tahun. Setelah

diyakini semuanya tak ada yang salah tulis atau salah kutip, teliti lagi apakah data yanng telah dikutip relevan dengan pokok e.

bahasan. Jika tidak relevan, maka harus dibuang. Revisi ejaan dan istilah teknis Tanpa sadar, kita sering menggunakan istilah-istilah teknis yang hanya dimengerti dan dipahami oleh lingkungan sendiri yang sangat terbatas. Ganti istilah-istilah tersebut dengan istilah yang

f.

lebih dipahami oleh umum. Revisi gramatika Berkomunikasi secara

tertulis

berbeda

dengan

berkomunikasi secara lisan. Bahasa lisan lebih menekankan pengertian, sedangkan bahasa tulis lebih menekankan pada struktur bahasa dan makna. Selain itu, bahasa artikel juga harus menggunakan bahasa jurnalistik yang menggunakan kalimatg.

kalimat pendek, tegas, jelas, sederhana, dan mudah dimengerti. Revisi bobot dan substansi materi tulisan Menulis tidak hanya sekedar untuk memberikan informasi, meyakinkan, membujuk atau mempengaruhi dan menghibur pembaca. Menulis sekaligus untuk menunjukkan kapasitas dan kredibilitas

penulis.

Menulis

seharusnya

sesuai

dengan

pengetahuan , keahlian, dan disiplin ilmu penulis. Hal seperti itu diperlukan agar suatu ketika penulis tidak salah dalam mengirim karya tulis ilmiah. h.

Asumsi dampak yang diharapakan Menulis berarti berkomunikasi. Menurut teori, komunikator yang baik adalah yang senantiasa memperhatikan umpan balik. Komunikasi harus efektif, yaitu mencapai hasil yang diharapkan. Menulis seharusnya dalam koridor normatif yang ada, realitas karya tulis ilmiah adalah rasional, bukan realitas virtual atau fiksional.

2. 5

Cara Penyuntingan

a. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyuntingan karya tulis ilmiah

Adapun langkah-langkah dalam penyuntingan adalah : 1.

Bacalah setiap kalimat dan renungkan berulang-ulang. Untuk membuat kalimat lebih baik, tidak jarang anda harus membaca satu kalimat bekali-kali, sampai mendapatkan esensinya, kemudian tuangkan dalam bentuk yang murni.

2.

Bacalah naskah beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya sekali waktu, difokuskan kepada ejaan, lalu diwaktu berikutnya di fokuskan di tata bahasa, dan lain sebagainya.Kenali pola kesalahan yang biasanya didapati setelah karya tulis di edit, untuk itu perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering dilakukan dan berusaha memperbaikinya.

3.

Kenali pola kesalahan yang biasanya kita dapati setelah karya tulis diproofread atau diedit. Kita perlu mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering kita lakukan dan berusaha memperbaikinya.

4.

Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan kita dibuat dalam bahasa Inggris atau bahasa Internasional. Namun demikian, komputer sesungguhnya mungkin juga membuat kesalahan. Misalnya ejaan bisa jadi benar, tetapi artinya bebeda seperti: paper-pepper.

5.

Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam setiap peragaf. Kita harus memastikan bahwa setiap paragraf mengandung satu ide utama yang tercantum dalam kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainnya merupakan pendukung kalimat topik. Bila ada kalimat yang tidak mendukung kalimat topik, kita harus membuangnya atau memasukkan kalimat “nyasar” tersebut kedalam paragraf lain yang didukungnya.

6.

Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau sebaliknya yang terpotong-potong, kalimat-kalimat yang tidak menggunakan kata sambung, kalimat-kalimat ambigu, dan sebagianya.

7.

Bebaskan kemungkinan adanya pelanggaran seperti pelecehan, fitnah, penghujatan, dan lain-lain. Bila kita ragu-ragu dalam apa yang kita tulis, konsultasikanlah dengan pihak-pihak yang berkompeten.

8.

Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang kita tulis benar dan dapat dipercaya.

9.

Konsultasikan jargon, pengertian atau bagian yang meragukan kepada pihak yang berkompeten. Tuliskan semacam daftar istilah bila perlu.

10.

Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku tata bahasa, artikel penggunaan tanda baca, internet, dan berbagai sarana lain yang dapat membantu kita dalam melakukan penyuntingan.

11.

Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang menekuni bidang yang sesuai dengan topik buku yang kita buat) untuk dimintai masukan.

b. Editing isi/materi/gagasan Isi/materi/gagasan sebuah karya tulis ilmiah sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya karya tersebut oleh pembaca, terkadang terdapat karya tulis yang sudah dikemas dengan baik namun dari segi isi dari tulisan tersebut kurang mengena di hati para pembaca. Karena itu, kemasan yang baik harus ditunjang dengan isi yang berbobot agar pembaca tidak hanya membolak balik setiap lembar tulisan kita tanpa membacanya. Apa saja hal hal yang harus diperhatikan dalam mengedit isi? 1. Perbaikan daya tarik Yang paling utama ialah daya tarik karya ilmiah itu sendiri. Meskipun kata kata yang dipakai sudah indah, kalimat yang disusun sudah benar dan memenuhi kaidah ejaan yang baik dan benar, dan alinea yang dirangkai sudah urut bersinambungan, tetapi kalau daya tariknya nol, karya itu mungkin masih ditolak juga. Misalnya: Sudah lama ada informasi gugon tuhon bahwa kelapa dapat dibuat kopyor kalau batangnya dipukuli dengan sebatang kayu sampai beberapa kali. Coba bandingkan dengan kalimat berikut: Sebetulnya sudah lama ada desas desus bahwa kelapa bisa dibuat koyor kalau pohonnya dipukuli sampai setengah mati. Tapi sangat boleh jadi orang yang memukuli itu yang setengah mati.

Maka kalimat tersebut tiba tiba menjadi humoris, memancing senyum. Kalimat mati juga bisa ‘hidup kembali’ kalau dirombak dengan bumbu bumbu humor. 2. Bahasa yang komunikatif Komunikatif artinya

bahasa

yang

digunakan

mampu

menyampaikan pesan dengan baik. Artinya pesan yang diterima oleh pembaca sama dengan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Pemahaman pembaca akan sama dengan penulis apabila penungkapan tulisan itu dilakukan secara logis dan sistematis. Kelogisan dapat dilihat dari hubungan paragraf dalam wacana, hubungan antar kalimat dalam paragraf dan hubungan antar bagian dalam kalimat. Dengan kata lain, wacana yang diberikan memiliki koherensi yang masuk akal. Sedangkan sistematis berarti uraian yang disampaikan memiliki urutan hubungan yang teratur. Contoh: Rumahku terletak di desa Danakerta, tepatnya di pertigaan dekat pangkalan ojek. Di depan rumahku ada pondok toko sembako milik Ibu. Rumahku terlihat sejuk dan indah dari kejauhan karena dikelilingi oleh berbagai tanaman yang senantiasa memberikan udara sejuk disekitarnya. Terlebih lagi warna cat tembok yang hijau menambah kesejukan di sana. 3. Tata krama penulisan feature Feature merupakan tulisan yang mengisahkan sesuatu dan ditulis dengan gaya bahasa seperti menulis karya seni, dengan target menyentuh perasaan. Feature membuat tulisan menjadi lebih hidup dan berwarna ketika khalayak diajak membayangkan rincian atau detail peristiwa tertentu. Dalam tulis menulis keilmuan juga menghendaki penyantuman sumber literaturnya. Caranya bermacam macam. Cara yang paling sederhana adalah menyentumkan nama penulis publikasi yang dikutip informasinya itu dalam kurung, diikuti tahun, dibelakang kalimat atau alinea yang merupakan kutian dari publikasi itu. Pada bagian akhir tulisan, sertakan daftar pustaka yang disusun menurut abjad nama penulis yang bersangkutan. 4. Perombakan alinea naïf dan sumbang

Alinea naïf, kurang enak untuk dibaca, jika dibiarkan tidak dikoreksi menjadi alinea yang lebih dewasa, ia dapat memberikan perasaan kepada pembaca seolah olah mereka masih kekanak kanakan dan diberi bahan bacaan yang kekanak kanakan pula. Alinea naif maupun sumbang akan sangat mengganggu. Ia memamerkan ilmu, teori dan turan secara berlebih. Sampai sampai hal hal yang kecil dan tidak penting dianggap seperti sesuatu yang besar. Contoh alinea naïf: Sebagaimana kita semua telah mengetahui, pernafasan makhluk hidup itu menghasilkan CO2. CO2 bagi kehidupan manusia dan manusia bisa merupakan racun, kalau terhirup banyak banyak. Tetapi tahukah anda bahwa CO2 itu justru diperlukan tumbuh tumbuhan yang berhijau daun? Hijau daun yang dalam bahasa ilmiah disebut klorofil mampu menyerap dan mengolah CO2 bersama air untuk dijadikan zat tepung dalam tubuh tanaman. Dan sebagai hasil proses pengolahan itu, timbulah O2. Proses ini disebut fotosintesis tumbuh tumbuhan, karena mensintesis bahan makanan dengan bantuan cahaya matahari. Jika dirombak secara total, alinea itu dapat menjadi lebih dewasa sebagai berikut: Pernafasan makhluk hidup menghasilkan CO2, yang bila terhirup dalam jumlah besar dapat mengganggu kesehatan. Tetapi kalau diserap lagi oleh tumbuh tumbuhan berklorofil, yang sedang berfotosintesis, gas CO2 itu tidak akan mengganggu kesehatan. c. Editing paragraf Dalam kegiatan penyuntingan karya tulis ilmiah, peenyuntingan paragraf adalah salah satu hal yang tidak bisa dilewatkan. Hal ini dikarenakan di dalam paragraf, sering kita jumpai adanya kalimat yang isinya kurang efektif. Ketidakefektifan ini dapat disebabkan oleh: 1) Kontaminasi (merancukan 2 struktur kata yang benar dan 1 struktur yang salah)

Contoh: a) Diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah) b) Memperkuat, menguatkan (benar) – memperkuatkan (salah) c) Sangat baik, baik sekali (benar) – sangat baik sekali (salah) d) Saling memukul, pukul memukul (benar) – saling pukul memukuli (salah) 2) Pleonasme (berlebihan atau tumpang tindih) Contoh: a) Para hadirin (hadirin sudah jamak,tidak perlu para) b) Para bapak bapak (bapak bapak sudah jamak) c) Para siswa siswa (siswa siswa sudah jamak) d) Saling pukul memukul (pukul memukul sudah berarti ‘saling’) e) Agar supaya (agar bersinonim dengan supaya) 3.

Tidak memiliki subjek Contoh:

a.

Buah mangga mengandung vitamin C (benar) (SPO)

b.

Di dalam buah mangga terkandung vitamin C (benar) (KPS)

c.

Di dalam buah mangga mengandung vitamin C (salah) (KPO)

4.

Adanya kata depan yang tidak perlu Contoh:

a.

Perkembangan daripada teknologi sangat pesat (kata daripada dihilangkan)

b.

Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR (kata kepada dihilangkan)

c.

Selain daripada bekerja, ia juga kuliah (kata daripada dihilangkan)

5.

Salah nalar/tidak logis Contoh:

a.

Waktu dan tempat dipersilahkan (siapa yangdipersilahkan)

b.

Silahkan maju ke depan (maju selalu ke depan)

c.

Pak, saya minta izin ke belakang (toilet tidak selalu ada di belakang)

d.

Saya absen dulu anak anak (absen: tidakmasuk, seharusnya presensi)

6.

Kesalahan pembentukan kata Contoh:

a.

Mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan

b.

Menyetop seharusnya menstop

c.

Mensoal seharusnya menyoal

d.

Ilmiawan seharusnya ilmuwan

e.

Sejarawan seharusnya ahli sejarah

7.

Pengaruh bahasa asing Contoh:

a.

Rumah di mana ia tinggal (the housewhere he lives) (kata rumah seharusnya tempat)

b.

Sebab sebab daripada perselisihan (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)

c.

Saya telah katakan ( I have told) (seharusnya saya katakan)

8.

Pengaruh bahasa daerah Contohnya:

a.

….sudah ada hadir (wis pada teka) (seharusnya sudah hadir)

b.

….jangan jangan (ojo ojo) (seharusnya mungkin) Untuk itu dalam menyunting paragraf karya tulis ilmiah, kita harus mengetahui bagaimanakah kalimat yang efektif itu. kalimat yang efektif adalah kalimat yang berisi gagasan penulis yang dapat dipahami oleh pembaca (jelas), hemat dalam pemakaian kata (singkat), dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat). Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis imliah di ukur dari dua sisi,yaitu dari sisi penulis dan dari sisi pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat menggambarkan keilmuan penulis secara akurat dan tepat. Sedangkan dari sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulis. Oleh karena itu, jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan dalam menafsirkan pesan, maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektiff (Heri dan Anang, 2007)

Selanjutnya, kalimat efektif tersebut harus dirangkaikan dengan kalimat-kalimat efektif yang lain untuk membentuk suatuparagraf yang efektif. Sebuah paragraf dikatakan efektif jika dapat menginformasikan berbagai gagasan atau maksud penulis dalam alur pikiran yang lancar, logis, tepat dan koheren dalam kaitannya dengan paragraf-paragraf lain yang tersusun membentuk satu unit tulisan yang utuh (discourse). Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting paragraf selain kalimat efektif adalah: a.

Perhatikan kohesinya (kesatuannya) Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topic. Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan jika kalimat kalimat dalam paragraf itu tidak lepas dari topiknya atau relevan dengan topiknya. Contohnya: Pelajaran bahasa Indonesia seringkali dirasakan sangat membosankan. Hal ini disebabkan oleh materi yang disajikan guru sebenarnya merupakan hal yang telah diketahui oleh siswa. Di sisi lain, juga disebabkan oleh materi yang sarat dengan teori. Bukan prinsip prinsip keterampilan berbahasa sesuai dengan kebutuhan siswa.

b.

Perhatikan koherennya (kepaduannya) Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan kepaduan. Jadi, kepaduan dititikberatkan pada hubungan antar kalimat. Kepaduan dalam sebuah paragraf dibagun dengan memperhatikan dua hal, antara lain: pertama, unsur kebahasaan (repitisi, transisi,paralelisme) dan kedua, kronologi. Contoh: Setiap hari andi bangun pukul 04.30 pagi untuk salat subuh berjamaah di masjid. Kemudian, ia lari pagi mengelilingi komplek perumahannya. Setelah itu, ia menyiram tanaman hias yang ada di depan rumahnya. Selesai menyiram tanaman, ia mandi kemudian sarapan bersama ibunya, barulah pukul 06.30 ia berangkat ke sekolah.

d.

Editing ragangan/outline Struktur outline bergantung pada banyak hal. Terutama yang berhubungan dengan tujuan karangan dan kehendak penulis. Pedoman umum yang harus diperhatikan adalah bahwa outline harus selalu mendahulukan penjelasan masalah dan tujuan pengarang. Hal ini dimaksudkan agar setiap pembaca dapat mengetahui apakah yang akan di jumpainya di dalam karangan dan mengapa demikian. Langkah pertama adalah menyusun segala argumentasi yang dianggap penting untuk menjelaskan masalah, kemudian menyusun penjelasan tentang cara cara yang akan ditempuh untuk memecahkan masalah. Setelah itu, baru menguraikan atau membagi pokok masalah menjadi cabang cabang masalah dengan menonjoklan aspek aspekpaling penting di dalam pemecahannya. Hal ini dapat ditempuh dengan menonjolkan hal hal umum, kemudian mendekati hal hal yang khusus ataupun sebaliknya.[3] Dalam penulisannya sendiri yang perlu diperhatikan dari sebuah outline adalah jenis huruf, bilangan, jarak baris, batas, alinea baru, permulaan kalimat dan lain sebagainya. Dalam penulisan karya tulis ilmiah biasanya menggunakan huruf Times New Rowman atau Ariel dengan ukuran huruf 12 dan spasi 1,5.[4]

e.

Editing bahasa Dalam segi sigmantik, penyebab kesalahan berbahasa dapat di sebabkan dari dua hal. Yang pertama adalah kesalahan yang disebabkan oleh factor berkurangnya konsentrasi dan perhatian, terbalik dalam penulisan kata, dan salah ketika mengucapkan kata. Jenis kesalahan seperti ini disebut kesalahan kinerja. Misalnya kata “jangan” dibunyikan “zangan”. Yang kedua adalah kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan teoritis kebahasaan. Kesalahan seperti ini sering disebut kesalahan kecakapan dan biasanya disebut dengan istilah error. Misalnya bahasa yang dipakai oleh Vicky prasetyo atau vikinisasi. Hal ini dapat terjadi akibat tidak mengetahui kaidah bahasa, jadi sering menimbulkan kekeliruan dalam menerapkan kaidah ejaan atau keliru dalam menyusun kalimat.

Dalam menyunting bahasa karya tulis, ada beberapa hal yang perlu diperhaikan. Diantaranya: 1.

Percampuran bahasa Interferensi adalah percampuran dua bahasa. Dalam proses interferensi, terdapat tiga unsur yang mengambil peranan yaitu: bahasa sumber atau bahasa donor, bahasa penyerap atau bahasa resipien, dan unsur serapan. Dalam peristiwa kontak bahasa, mungkin sekali pada suatu peristiwa, suatu bahasa menjadi bahasa donor sedangkan pada peristiwa yang lain akan menjadi bahasa resipien. Misalnya dalam bahasa Indonesia susunan kata yang digunakan sama dengan susunan kalimat bahasa jawa. “ini pintunya buka saja” dalam bahasa jawa “iki lawange dibuka wae”, biasanya interferensi ini diakibatkan oleh adanya kedwibahasaan.

2.

Kedwibahasaan Kedwibahasaan disebabkan oleh seseorang memiliki dua bahasa atau lebih. Hubungan yang terjadi antara kedwibahasaan dan interferensi sangat erat terjadi. Hal ini dapat dilihat pada kenyataan pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari hari. Situasi kebahasaan di Indonesia sekurang kurangnya ditandai dengan pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Hal ini pula yang mempengaruhi gaya kepenulisan seseorang.

3.

Pengajaran bahasa Aktivitas pengajaran bahasa, baik secara formal maupun informal, sudah berlangsung sejak jaman Yunani. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal seperti politik, budaya, ekonomi, penyebaran agama dan ideology. Hal ini juga mempengaruhi penulisan suatu karya tulis. Bahasa yang digunakan dalam suatu karya tulis harus baik dan benar. Jika menggunakan bahasa Indonesia maka harus memperhatikan aturan dalam kaidah bahasa Indonesia.

4.

Diksi Di dalam karya ilmiah, kata yang digunakan harus berbentuk formal dan digunakan secara konsisten (taat asas). Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi dalam karya ilmiah harus baik dan benar, sehingga makna yang diacunya tepat dan jelas.[5] Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkap gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Untuk memperoleh efek itu, seseorang yang akan menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasan dengan tepat. Disamping itu, ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakainya. Dari pernyataan diatas tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi gaya bahasanya, termasuk ketika yang bersangkutan membuat karangan. Contoh:

a.

Kata pahit bersinonim dengan kata getir. Ketika ingin menggunakan kedua kata tersebut, kita harus memperhitungkan konteksnya. Kata pahit dan getir dapat digunakan untuk menyatakan ‘pengalaman yang pahit’ dan ‘pengalaman yang getir’, tetapi kata getir tidak dapat digunakan untuk menyatakan ‘obat itu getir’

b.

Kata meneliti, menyelidiki, dan mendiagnosis secara praktis mengacu kepada aktifitas yang hampir sama. Akan tetapi katiga kata tersebut tidak bisa saling menggantikan. Maksudnya, masing masing kata memiliki penggunaan yang berbeda sesuai dengan nuansa makna yang dikandungnya. Kata meneliti digunakan untuk menyebut aktifitas yang terencana, sistematis, dan menggunakan metode imliah. Hasil dari aktifitas ini dikomunikasikan dalam bentuk tertulis yang disebut dengan laporan penelitian. Kata menyelidiki digunakan untuk menyebut aktifitas yang mengacu pada upaya upaya mencari bukti yang mendukung pernyataan seseorang. Aktifitas ini

dilakukan oleh orang orang yang berwenang mengenai suatu kasus yang berhubungan dengan hokum, seperti polisi. Produk dari aktifitas ini dikenal dengan hasil penyelidikan. Kata mendiagnosis terkait dengan aktivitas para medis-dokter yang dilakukan atas dasar keluhan pasiennya. Aktifitas ini dilakukan dalam rangka menyimpulkan jenis penyakit yang diderita pasien melalui gejala yang dirasakan pasien atau indicator lain yang terlihat dari fisik pasien. Hasil dari aktifitas ini dikenal dengan diagnosa.[6] Karya ilmiah merupakan bentuk komunikasi antara penulis dan pembaca. Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis perlu berhati hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau rangkaian kata yang digunakan penulis untuk mengungkap gagasannya. Dalam memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal hal yang menjadi syarat diksi, yaitu: a.

Perhatikan ketepatannya Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar. Sehingga perbedaan tafsir antara penulis dan pembaca tidak akan terjadi.

b.

Perhatikan kesesuaian Kesesuaian diartikan sebagai pilihan kata yang cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan lain lain. Contoh: Kata kamu, anda, dan sudara, merupakkann kata kata yang bersinonim. Kata ini digunakan untuk menyebut lawan bicara, tetapi kata ini bukanlah bersinonim mutlak. Nilai nilai social menjadikan ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda. Seperti: Saya sama besar dengan kamu Saya sama besar dengan anda Saya sama besar dengan saudara

5.

Ejaan dan struktur kalimat Ejaan merupakan aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa, karena ejaan mengatur keseluruhan cara penulisan bahasa demi tercapainya keteraturan, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan ini akan tampak berimplikasi pada ketepatann dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh pengemudi. Seperti itulah kira kira bentuk hubungan antara pemakaian bahasa dan ejaan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting bahasa adalah pemakaian huruf (kapital dan miring), penulisan kata (kata dasar, kata gabung, kata turunan, kata ulang, kata ganti, kata depan, partikel, dan penulisan angka), pemakaian tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda tanya, tanda seru, tanda sama dengan, lebih besar, lebih kecil, tambah, kurang, kali, dan bagi)

a.

Pemakaian huruf:

1.

Huruf kapital Huruf kapital digunakan untuk menulis huruf pada awal kalimat, nama orang, petikan langsung, nama Tuhan dan kitab suci (termasuk kata ganti untuk Tuhan), gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan (yang diikuti nama orang), nama jabatan dan pangkat (yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat), nama tahun, bulan, hari raya, peristiwa bersejarah, nama bangsa, nama Negara, lembaga pemerintah,ketatanegaraan, nama dokumen resmi, nama suku bangsa, bahasa, nama geografi, nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan (kecuali kata depan dan kata hubung yang tidak terletak di awal kalimat), dan kata ganti orang

2.

Huruf miring Huruf miring berfungsi menggantikan garis bawah. Huruf ini biasanya digunakan untuk menekankan sebuah kata atau kalimat, menyatakan judul buku, menyatakan kata atau frasa asing

Contoh: Manihot utilisima (ketela) Oryza sativa (padi) b.

Penulisan kata:

1.

Kata dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis satu kesatuan. Contoh: Buku ini buku baru Kelas itu penuh sesak

2.

Kata turunan Jika mendapat imbuhan berupa awalan dan akhiran, maka penulisannya dirangkai. Contoh: Memberitahukan Pertanggungjawaban Ketidakadilan Jika mendapat awalan saja atau akhiran saja, maka yang ditulis serangkai hanya awalan atau akhiran dengan unsure yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Contoh: Berkembang biak Serah terimakan

3.

Kata ulang Bentuk kata ulang harus ditulis lengkap dengan kata hubung. Contohnya:

4.

Pura-pura

sayur-mayur

Mata-mata

kupu-kupu

Mondar-mandir

lauk-pauk

Kata ganti

Kata ganti ku dan kau ditulis dirangkai dengan kata kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti –ku, -mu, dan –nya ditulis dirangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Bukuku dan bukumu tertinggal di meja Apa pun yang kaumiliki tidak dapat dipinjam 5.

Kata depan di, ke, dari, dan pada Penulisan kata depan di, ke, dari, pada, ditulis dipisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya: di Yogya, di pasar, di kamar, di pelukan bunda Dan penulisan di dan ke ditulis dirangkai bila digunakan sebagai awalan. Contoh: ditulis, dipukul, diperiksa, dikumpulkan Dalam penulisan suatu judul buku atau karya ilmiah perlu diperhatikan bahwa kata depan di, ke,dari, pada, huruf pertamanya tidak ditulis dengan huruf capital. Kecuali yang terletak pada awal judul. Contoh: Anak Perawan di Sarang Penyamun Pada Sebuah Kapal Di bawah Lindungan Ka’bah

6.

Partikel ‘pun’ Partikel pun ditulis dirangkai bila pun merupakan satu kesatuan dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: Meskipun, walaupun, adapun, maupun Sedangkan pun ditulis dipisah bila pun mempunyai arti yang sama dengan juga, menyangatkan, atau mengeraskan. Contoh: Sedikit pun, satu kali pun, kapan pun,apa pun,

7.

Penulisan angka

a.

Yang ditulis dengan huruf: Bilangan dibawah seratus, bilangan seratus atau kelipatannya, seribu atau kelipatannya (yang terdiri dari satu atau dua kata). Contoh: Sembilan puluh Seribu

Dua ribu b.

Yang ditulis dengan angka: Bilangan yang terdiri dari tiga kata atau lebih, presentase, nomor telepon, nomor jalan, tanggal, nomor halaman. Contoh: 135.500 19 - 04 – 2013 024 667 889

8.

Kata gabung Gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat seperti inter, non, pasca, dan unsur terikat lainnya ditulis dirangkai. Contoh: Interaksi, nonaktif, pascaperang. Bentuk terikat lainnya: mono, multi, nara, poli, pra, pramu, pro, purna, re, semi, sub, supra, kontra, swa, tele, trans, tuna, ultra, eka, dwi, tri, catur, panca, sapta, dasa, dan lainnya.

c.

Pemakaian tanda baca Tanda baca titik, titik dua, titik koma, tanda seru, tanda Tanya, koma, persen, tanda kurung, dan tanda petik diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya. Contoh: Sampel dipilih secara acak. Jumlahnya sekitar 10% Adapun asumsi asumsi yang digunakan adalah: Kesalahan (eror) dapat diabaikkan Tanda sama dengan, lebih besar,lebih kecil, tambah, kurang, kali, dan bagi diketik dipisah dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya. Contoh: A>B A+B=C

BAB III

PENUTUP 3. 1

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF