Makalah B3 Kelompok 3

November 4, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah B3 Kelompok 3...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton (sekitar 54,4%) dari seluruh total produksi batubara di Indonesia), dengan temuan cadangan yang dapat dieksploitasi mencapai 2,4 miliar ton.

Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun 2003 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi batubara mencapai 118.853.758 ton. Tak dapat dipungkiri, saat banyak industri pertambangan berdiri, maka pada kegiatan pertambangan akan semakin banyak produksi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan.

Namun bila tidak dikelola dengan baik, limbah B3 itu terkadang dibuang begitu saja ke perairan/lahan terbuka. Ada juga yang ditimbun/ditampung dalam kontainer yang mudah rusak menyebabkan limbahnya masuk ke tanah atau terbawa oleh aliran air hujan ke sistem air permukaan dan air bawah tanah. Sementara limbah yang dibakar secara tidak terkendali, juga akan menimbulkan uap/gas beracun di udara. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat agar dampak limbah yang dihasilkan terhadap lingkungan dapat di minimalisir.

Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) pada suatu industri pertambangan yakni dengan menggunakan studi kasus PT. Indominco Mandiri. PT. Indominco Mandiri adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang merupakan salah satu dari ketujuh anak perusahaan PT. Indo Tambangraya Megah yang terletak di Bontang, Kalimantan Timur.

Dalam aktivitas pertambangan batu bara, banyak aktivitas yang dapat berpotensi menghasilkan limbah B3. Agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menghasilkan dampak 1

lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam makalah ini akan dibahas topik-topik yang meliputi jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan penambangan, perkantoran, dan domestik dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri.

1.2 Tujuan a. Mengetahui jenis-jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri. b. Mengetahui karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri. c. Mengetahui cara penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut yang telah dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri. https://www.academia.edu/5071765/MAKALAH_B3_BUAT_PAK_WELY

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah B3

Menurut PP No. 18 Tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Jadi limbah B3 dapat di artikan sebagai adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

2.2 Identifikasi Limbah B3 2.2.1. Limbah B3 berdasarkan Sumber Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi: a. Limbah B3 dari sumber spesifik Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan. b. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

3

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal.bukan dari proses utamanya: -

kegiatan pemeliharaan alat,

-

pencucian,

-

pengemasan, dan lain-lain

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.2.2. Limbah B3 berdasarkan Karakteristik Limbah diidentifikasi sebagai limbah B3 apabila memenuhi salah satu atau lebih karakteristik limbah B3, yaitu : 1. Mudah meledak Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah meledak : -

Limbah suhu dan tekanan, standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak.

2. Mudah terbakar Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah terbakar: -

Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume.

-

Pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.

-

Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan tekanan standar (250C, 760 mmHg) mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan.

-

Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.

-

Merupakan limbah pengoksidasi.

3. Bersifat reaktif Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat reaktif: -

Limbah yang tidak stabil.

-

Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.

-

Limbah yang apabila bercampur dengan air ledakan, uap, gas dan asap beracun.

-

Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 ledakan, uap, gas dan asap beracun.

-

Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (250C, 760 mmHg).

4

-

Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

4. Beracun Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. 5. Menyebabkan infeksi Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit yang ditularkan pada masyarakat. 6. Bersifat korosif Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat korosif : -

Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

-

Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C.

-

Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

2.2.3. Uji TCLP Limbah B3 TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) ditujukan untuk : a. Mobility of both organic and inorganic analytes present in liquid, solid, and multiphasic wastes. b. Jika sampel mengandung solid kurang dari 0.5% maka solid dipisahkan dan dibuang dan liquid langsung dapat digunakan sebagai bahan ekstraksi sampel pada test TCLP. c. Jika mengandung solid sama dengan atau lebih besar dari 0.5%, maka liquid dipisahkan dari solid dan diuji sendiri sendiri. d. Analysis ekstrak dari TCLP tersebut dengan standard method yang sesuai. e. Logam berat dengan AAS, ICP (inductive coupled plasma) dan IC (ion chromatography).

2.2.4. Uji Toksikologi Limbah B3 Uji toksisitas ada 2 : 1. Uji Toksisitas Akut 5

Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat setelah pemberian dalam dosis tunggal. 2. Uji Toksisitas Kronis Pengujian dalam jangka waktu lama dan pada tingkat fasa pertumbuhan yang berbeda.

2.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah B3.Berikut ini adalah pengertian masing-masing kegiatan dalam pengelolaan limbah B3 : 1. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan. Penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sematara. 2. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3. 3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3. 4. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. 5. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus dilaporkan ke KLH.Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

6

Gambar 1. Diagram alir proses pengelolaan limbah

2.4 Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2.4.1 Persyaratan Pra Pengemasan 1. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pastimengetahui karakteristik bahaya dari setiap limbah B3 yangdihasilkan/dikumpulkannya. Apabila ada keraguraguan dengankarakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, maka terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujiankarakteristik di laboratorium yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian yang ditetapkan oleh Bapedal. 2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secaraterus menerus, maka pengujian karakteristik masing-masinglimbah B3 dapat dilakukan sekurang-kurangnya satu kali. Apabiladalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3yang dihasilkan, maka terhadap masing-masing limbah B3 hasilkegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian kembaliterhadap karakteristiknya. 7

3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jeni dan karakteristik limbah yang akandikemasnya.

2.4.2 Persyaratan Umum Kemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,dan bebas dari

pengkaratan serta kebocoran. 2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengankarakteristik Limbah

B3 yang akan dikemasnya denganmempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalampenanganannya. 3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC)atau bahan logam (teflon,

baja karbon, SS304, SS316 atau SS440)dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidakbereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. 2.5 Gambaran Umum Industri Pertambangan dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisasisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Proses pembentukan batu bara (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi

Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi, Pengolahan (Pemurnian). Batubara dalam sektor pertambangan merupakan komoditi utama kedua yang mempunyai prospek yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan memberikan kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan. 8

PT Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang terintegrasi dengan pengolahan batubara yang berada di pulau Kalimantan. PT Indo Tambangraya Megah Tbk memiliki enam anak perusahaan dan lima diantaranya sudah dalam tahap produksi. Anak perusahaannya yaitu PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal Mining, PT Jorong Barutama Greston, PT Kitadin (Embalut) dan PT Kitadin (Tandung Mayang).

PT Indominco Mandiri merupakan anak perusahaan yang 99,99% dimiliki oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk yang didirikan pada tanggal 11 November 1988 dan mulai berproduksi pada tahun 1997. Luas area awal PT Indominco Mandiri ini yaitu 100.000 hektar, secara bertahap luas areanya diperkecil hingga menjadi 25.121 hektar. Luas area PT Indominco Mandiri ini dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Barat yang luas areanya sebesar 18.100 hektar dan Blok Timur yang luas areanya sebesar 7.021 hektar. PT Indominco Mandiri berada di daerah Bontang, Kutai Kertanegara dan Kutai Timur di provinsi Kalimantan Timur.

2.6 Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indominco Mandiri Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam – macam. Di PT Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam berbadasarkan lingkungannya yaitu : 

Lingkungan perkantoran 1. Toner 2. Cartridge bekas 3. Household baterai



Lingkungan bengkel 1. Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli) 2. Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas kotor) 3. Grease bekas 4. Aki bekas 5. Kaleng cat

9

6. Limbah B3 lainnya 

Perumahan 1. Kaleng cat 2. Household baterai



Lingkungan/area kerja 1. Limbah medis dari klinik perusahaan 2. Limbah abu batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari labolatorium

Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu 1. Toner bekas 2. Catridge tinta 3. Household baterai 4. Aki bekas (basah dan kering) 5. Oli bekas 6. Grease bekas 7. Pelumas bekas 8. Drum Bekas 9. Sludge cat 10. Kaleng cat 11. Filter oli bekas 12. Hose oli bekas 13. Material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli) 14. Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip) 15. Komponen elektronika dan listrik (PCB dll) 16. Serat asbes 17. Abu batu bara (fly ash dan bottom ash) 18. Abu insenerator (fly ash dan bottom ash) 19. Silica glass 20. Limbah medis (obat kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh) 21. Limbah labolatorium 22. Limbah Hidrogen Peroksida 23. Pestisida 24. Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa) 10

25. Wadah (container) bahan berbahaya dan beracun 26. Limbah B3 lainnya

3.6 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri dibagi menjadi macam yaitu : 

Mudah terbakar 1. Pelumas bekas 2. Filter Oli bekas 3. Hose oli bekas 4. Toner bekas 5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash) 6. Limbah Medis 7. Limbah Kimia 8. Komponen elektronika dan listrik 9. Limbah laboratorium



Reaktif 1. Barang terkontaminasi hidrokarboon 2. Limbah hidrogen peroksida



Infeksius 1. Limbah Media



Korosif 1. Drum bekas 2. Wadah B3 3. Kaleng cat



Beracun 1. Sludge cat 2. Lumpur ber oli 3. Limbah medisBaterai bekas (Aki) 4. Limbah kimia 5. Cartridge tinta 6. Household baterai 7. Serat asbes

11

8. Silica glass 9. Limbah laboratorium

Tabel 3.6 Karakteristik Limbah B3

No

Sumber

Jenis

Jumlah

Satuan

Sifat

1

Lingkungan Bengkel

2

Karakteristik

Pelumas Bekas

150

L/hari

Cair

Mudah Terbakar

Lingkungan Bengkel

Barang Terkontaminasi Hidrokarbon

1,68

ton/hari

Padat

Reaktif

3

Lingkungan Bengkel

Filter oli bekas

40

L/hari

Cair

Mudah Terbakar

4

Lingkungan Bengkel

Hose oli bekas

30

L/hari

Cair

Mudah Terbakar

5

Lingkungan Bengkel

Drum Bekas

5

unit/hari

Padat

Korosif

6

Lingkungan Bengkel

Sludge cat

5

kg/hari

Padat

Beracun

7

Wadah B3

Wadah B3

5

unit/hari

Padat

Korosif

8

Lingkungan Bengkel

Toner Bekas

10

L/hari

Cair

Mudah Terbakar

9

Area Tambang

Limbah Hidrogen Peroksida

10

kg/hari

Padat

Reaktif

10

Area Tambang

Abu Insinerator (fly ash dan bottom ash)

27,5

kg/hari

Padat

Mudah Terbakar

11

Area Tambang

Lumpur Beroli

7,5

kg/hari

Padat

Beracun

12

Area Tambang

Abu Batubara (fly ash dan bottom ash)

50

kg/hari

Padat

Mudah Terbakar

13

Klinik Perusahaan

Limbah Medis

11,2

kg/hari

Padat

5

L/hari

Cair

Infeksius Beracun Mudah 12

Terbakar 14

15

Perumahan

Lingkungan Perkantoran

Battery Bekas (Aki)

5

kg/hari

Padat

2

kg/hari

Padat

3

L/hari

Cair

2,5

kg/hari

Padat

Beracun

Limbah Kimia

Beracun

Beracun Mudah Terbakar

16

Lingkungan Perkantoran

Catridge tinta

17

Lingkungan Perkantoran

Household baterai

1

kg/hari

Padat

Beracun

18

Lingkungan Perumahan

Kaleng cat

2

kg/hari

Padat

Korosif

19

Lingkungan Perumahan

Komponen Elektronika dan listrik

3

kg/hari

Padat

Mudah Terbakar

20

Lingkungan Perumahan

Serat asbes

1

kg/hari

Padat

Beracun

21

Lingkungan Perumahan

Silica glass

1

kg/hari

Padat

Beracun

Lingkungan Perumahan

2

kg/hari

Padat

22

Limbah laboratorium 2

L/hari

Cair

Beracun Mudah Terbakar

Lingkungan Perumahan

Pestisida

2

L/hari

Cair

Korosif

23

13

BAB III PEMBAHASAN

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan sehingga dapat membahayakan lingkungan, kesehatan manusia dan makhluk hidup sekitarnya.

3.1 Sumber dan Jenis Limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Areal pertambangan PT Indominco Mandiri yang merupakan suatu lingkungan aktivitas penambangan beserta bengkel-bengkel dan areal perumahannya menghasilkan limbah yang beragam. Dengan semakin berkembangnya kegiatan penambangan PT Indominco Mandiri dan makin banyaknya kegiatan yang dilakukan maka akan semakin besar pula timbulan limbah yang terjadi. Tambang PT Indominco Mandiri menggunakan lebih dari 36000 ton bahan bakar solar per tahun dan sejumlah besar oli, pelumas (grease), dan minyak. Penggunaan hidrokarbon yang sangat besar dilebih dari 30 bengkel di area pertambangan ini akan menghasilkan limbah hidrokarbon, khususnya oli dan pelumas bekas yang sangat banyak pula, sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan benar agar tidak memberikan dampak yang merugikan terhadap manusia dan lingkungan hidup, terlebih dikarenakan adanya penggolongan limbah hidrokarbon sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun.

Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam-macam. Pada PT. Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam berbadasarkan lingkungannya yaitu : 

Lingkungan perkantoran (Toner, Cartridge bekas, Household baterai)



Lingkungan bengke ( Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli), Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas kotor), Grease bekas, Aki bekas, Kaleng cat)



Perumahan (Kaleng cat, Household baterai)

14



Lingkungan/area kerja (Limbah medis dari klinik perusahaan, dan limbah abu batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari labolatorium)

Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu : Toner bekas, catridge tinta, household baterai, aki bekas (basah dan kering), oli bekas, grease bekas, pelumas bekas, drum bekas, sludge cat, kaleng cat, filter oli bekas, hose oli bekas, material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli),lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trap), komponen elektronika dan listrik (pcb dll), serat asbes, abu batu bara (fly ash dan bottom ash), abu insenerator (fly ash dan bottom ash), silica glass, limbah medis (obat kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh), limbah laboratorium, limbah hidrogen peroksida, pestisida, bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), dan wadah

(container) bahan berbahaya dan beracun.

3.2 Karakteristik limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri dibagi menjadi macam yaitu : a. Mudah terbakar : 1. Pelumas bekas 2. Filter Oli bekas 3. Hose oli bekas 4. Toner bekas 5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash) 6. Limbah Medis 7. Limbah Kimia 8. Komponen elektronika dan listrik 9. Limbah laboratorium b. Reaktif : a. Barang terkontaminasi hidrokarboon b. Limbah hidrogen peroksida c. Infeksius : Limbah Media d. Korosif : 1. Drum bekas 2. Wadah B3 15

3. Kaleng cat e. Beracun : 1. Sludge cat 2. Lumpur ber-oli 3. Limbah medisBaterai bekas (Aki) 4. Limbah kimia 5. Cartridge tinta 6. Household baterai 7. Serat asbes 8. Silica glass 9. Limbah laboratorium

3.3 Pengelolaan limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan limbah B3. Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga fungsinya kembali. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang telah dihasilkan sesuai dengan teknologi yang ada dan jika tidak mampu dilakukan pengolahan di dalam negeri dapat diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolahan limbah B3. Berikut pengelolaan limbah B3 pada PT. Indominco Mandiri:

3.3.1 Pemberian Simbol dan Label Limbah B3 Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah berbahaya dan beracun dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau pengangkutan. Berdasarkan karakteristik dari masing-masing jenis limbah PT Indomarco yang telah dicantumkan di sub bab sebelumnya, maka dapat dikategorikan masing-masing simbol dan label dari jenis limbah tersebut.

Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai limbah B3 yang dihasilkan. Dalam pengelolaan limbah B3, ukuran label yang digunakan 15 cm x 20 cm. Dasar warna label yang akan digunakan adalah warna kuning dengan tulisan dan garis tepi berwarna 16

hitam. Selain itu tulisan PERINGATAN akan diberi warna merah. Setiap wadah yang digunakan dalam proses pengemasan akan dipasang label pada sesuai dengan karakteristik limbanya. Berikut ini adalah desain label identitas limbah B3 yang akan digunakan :

3.3.2 Pengemasan Limbah B3 Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Pengemasan limbah B3 harus sesuai dengan persyratan umum dan prinsip

tata cara

pengemasan Limbah Berbahaya dan Beracun. Tujuan pengemasan adalah agar setiap jenis limbah sebelum disimpan telah ditandai dengan sistem label yang sesuai dengan jenis karakteristik limbah, serta telah ditempatkan dalam kontainer yang sesuai pula. Dengan pendekatan ini, memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kesalahan dalam penanganan limbah B3.Pengemasan yang baik akan mempermudah pengawasan oleh petugas yang diserahi tanggung jawab. Berdasarkan UU No. 1 tahun 2005 yang mengatur tata cara pengemasan limbah bahan berbahaya dan beracun maka, dapat ditentukan masing-masing pengemasan limbah dari PT. Indominco Mandiri, yaitu sebagai berikut: a. Drum logam banghole volume 200 liter (digunakan untuk limbah yang tidak memiliki karakteristik korosif dan bersifat cair, seperti: limbah pelumas bekas, filter oli bekas, hose oli bekas, dan toner bekas) b. Drum logam open top volume 200 liter (digunakan untuk limbah yang tidak memiliki karakteristik korosif dan bersifat padat, seperti: barang yang terkontaminasi hidrokarbon, sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu batubara, limbah medis, aki bekas, cartridge tinta, household baterai, komponen elektronika dan listrik, serat asbes, silica glass, serta limbah hidrokarbon. 17

c. Drum plastik open top 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik korosif dan bersifat padat, seperti: kaleng cat) d. Drum plastik banghole 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik korosif dan bersifat cair, seperti: limbha medis, limbah kimia, limbah laboratorium dan limbah pestisida) e. Kontainer 20 m3 (digunakan untuk limbah yang memiliki bentuk padat namun tidak terkompeksi dengan jumlah limbah per hari-nya cukup besar, seperti: drum bekas dan wadah B3.

3.3.3 Penyimpanan Limbah B3 Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan pengolahan B3 dengan segera. Tujuan dari kegiatan penyimpanan adalah untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan.

Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.

Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Untuk kemasan drum logam isi 200 liter, tumpukan sebanyak 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Untuk kemasan yang drum plastik menggunakan rak.

Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap (lampu penerangan) dan dinding bangunan penyimpanan adalah 1 (satu) meter.

Ruang penyimpanan harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok. Meskipun terdapat lebih

18

dari satu karakteristik pada tiap-tiap limbah, tapi yang digunakan sebagai acuan adalah tingkat dominan dari karakteristik limbah itu sendiri.

3.3.4 Pengangkutan Limbah B3 Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain menggunakan sarana angkutan. Persyaratan pengangkutan limbah B3 adalah sebagai berikut : a. Memiliki rekomendasi dan izin Pengangkutan b. Jenis dan karateristik limbah yang diangkut sesuai dengan izin. c. Dilengkapi Dokumen Limbah B3 / Manifest d. Persyaratan alat angkut : 1. Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karateristik limbah 2. Alat angkut dalam kondisi baik 3. Simbol dan label (Kepka No. Kep-02/Bapedal/09/1995) e. Operator yang terlatih f. Memiliki Emergency Response System g. Memiliki SOP berupa bongkar muat, route/tujuan pengangkutan, dan jadwal. h. Melakukan Pelaporan pengangkutan limbah B3

Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara pada industri ini adalah dari sumber yaitu hasil pengolahan batubara PT Indomico Mandiri menuju PPLI (Perusahaan Pengolahan Limbah Industri). Hal ini terkait limbah B3 yang sudah tidak bisa diolah secara mandiri lagi oleh industri tersebut. Seperti contohnya limbah medis dari klinik perusahaan/industri dapat diolah dengan teknologi insenerasi, namun di balik itu alat tersebut juga mengeluarkan abu dari hasil pembakarannya, sehingga abu yang dihasilkan dari proses insenerasi ini yang akan dikirim ke PPLI.

Pengangkutan Limbah B3 dari sumber menuju ke PPLI menggunakan alat angkut, sesuai dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan. Dikarenakan setiap alat angkut memiliki bentuk dan kapasitas yang bermacam-macam. Berikut ini adalah alat angkutan limbah B3 yang digunakan dalam perencanaan pengolahan limbah B3 PT Indominco Mandiri :

Tanker truck: Truk tangki merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3. Tangki adalah bejana tekan dengan kapasitas air lebih dari 250 liter yang digunakan untuk pengangkutan atau penyimpanan 19

sementara bahan berbahaya, terdiri dari tangki tetap dan tangki portabel. Truk tangki digunakan untuk pengangkutan limbah dalam bentuk curah seperti pelumas bekas, filter oli bekas, hose oli bekas, toner bekas, limbah medis, limbah kimia dan limbah laboratorium. Dimana keselurahan limbah itu dalam bentuk cair. Berdasarkan keputusan dirjen perhubungan darat tentang pengangkutan, kapasitas dari truk tangki bermacam-maca mulai dari 5000 liter sampai 15.000 liter. Sehingga dalam perencanaan pengelolaan limbah B3 di PT Indominco Mandiri ini menggunakan truk tangki dengan kapasitas maksimal yaitu 15.000 liter atau 15 m3.

Kontainer: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non curah. Kontainer memiliki kapasitas volume yang berbeda-beda.Kontainer digunakan dalam pengangkutan limbah B3 seperti drum bekas, wadah sisa B3. Pengemasan dan pengangkutan limbah tersebut dalam container yang sama, dikarenakan dalam bentuk kemasan langsung.

Drum van: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non-curah. Dalam perencanaan pengelolaan limbah B3 PT Indominco Mandiri didapatkan kapasitas maksimum drum van adalah 20.000 liter atau 20 m3. Biaya pengangkutan dari sumber ke tempat pengolahan atau yang lain, tidak murah. Sehingga untuk pengangkutan harusnya se-efisien mungkin. Jenis–jenis limbah B3 yang termasuk dalam pengangkutan ke dalam drum van, yaitu; barang yang terkontaminasi hidrokarbon, sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu batubara, limbah medis padat, aki bekas, limbah kimia padat, catridge tinta, hosehold baterai, kaleng cat, komponen elektronik listrik, serat asbes, silica glass, dan limbah laboratorium padat.

3.3.5 Pengolahan Limbah B3 Pengolahan limbah B3 Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang telah dihasilkan sesuai dengan teknologi yang ada dan jika tidak mampu dilakukan pengolahan di dalam negeri dapat diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolaahan limbah B3.

20

PT. Indominco Mandiri menghasilkan beberapa jenis limbah B3 dari usaha pertambangan batubara ini. Terdapat 23 jenis limbah B3 yang dihasilkan dari usaha pertambangan ini. Berikut ini gambaran umum pengelolaan dari limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco Mandiri:

1. Pelumas Bekas Limbah B3 jenis pelumas bekas ini termasuk dalam limbah B3 yang memiliki karakteristik beracun, mudah terbakar dan reaktif sehingga apabila tidak ditangani pengolahannya dan pembuangannya maka akan membahayakan manusia dan lingkungan. Dalam pengolahan limbah pelumas bekas ini dapat dilakukan dengan metode acid clay treatment untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang terkandung dalam pelumas bekas. Acid clay treatment adalah suatu metode pengolahan yang digunakan pada pelumas bekas dengan menggunakan penambahan asam dan lempung di dalam prosesnya. Asam kuat yang digunakan pada metode ini adalah Asam Sulfat (H2SO4) dan lempung yang digunakan yaitu lempung kaolin. . Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar zat-zat pencemar yang terdapat di dalam limbah pelumas bekas. Metode pengolaahan ini merupakan salah satu metode pengolahan dalam teknologi refining. Prosedur pengelolaan pelumas bekas yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Sebanyak 10 mL H2SO4 2M dimasukkan kedalam 200 mL pelumas bekas kemudian diaduk menggunakan jar test dengan kecepatan 150 rpm selama 5 menit. b. Sampel yang telah diaduk diambil filtratnya sebanyak 150 mL. c. Untuk variasi tingkat keasaman (pH), ditambah NaOH yang bervariasi dari masingmasing sampel. d. Kemudian dimasukkan adsorben berupa lempung kaolin yang telah diaktivasi, dilakukan variasi adsorben untuk masing-masing sampel. Lalu diaduk dengan jar test menggunakan kecepatan 100 rpm Selma 15 menit. e. Dilakukan variasi waktu pengadukan sampel menggunakan jar test. f. Masing-masing sampel yang telah dilakukan pengolahan kemudian diambil filtratnya untuk diuji kadar Pb yang ada pada pelumas bekas. Setelah itu limbah bekas pelumas ini kemudian dikirim ke PPLI.

2. Barang Terkontaminasi Hidrokarbon Barang terkontaminasi Hidrokarbon tergolong limbah B3 karena dikarakteristikkan sebagai limbah beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Barang yang terkontaminasi oleh 21

hidrokarbon ini ada beberapa jenis, dibawah ini akan dibahas cara pengelolaan limbahnya : a. Tanah terkontaminasi hidrokarbon 

Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk tanah terkontaminasi hidrokarbon) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)

b. Bahan/penyerap majun yang terkontaminasi hidrokarbon 

Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk majun beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)

c. Selang hidrolik yang terkontaminasi hidrokarbon 

Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk selang hidrolik beroli) selanjutnya dilakukan pengolahan lebih lanjut (yang berizin dan disetujui)

d. Filter yang terkontaminasi hidrokarbon 

Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk filter beroli) selanjutnya dibawa ke insenerator

e. Air yang terkontaminasi hidrokarbon 

Untuk limbah oli kotornya diambil oleh Departemn Supply, dimasukkan dalam tangki oli kotor kemudian dibawa ke decanting area, dikirim ke perusahaan pengolah limbah B3 berijin dan disetujui. 

Untuk limbah lumpur beroli dimasukkan dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk lumpur beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)

3. Filter Oli Bekas Filter oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Limbah ini termasuk dalam limbah B3 yang perlu dilakukan pengolahan. Pengelolaan yang dilakukan untuk limbah filter oli bekas dan hose oli bekas hampir sama. Pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Storing Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul dengan kapasitas tertentu. b. De-watering

22

Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air (dehidrasi). Oli ini akan dipanasi dengan suhu 150oC. Pada suhu ini air akan menguap dan terpisah dari oli. c. Cooling Oli yang telah melewati proses dehidrasi akan didinginkan sampai suhu kamar. Oli akan dipompa menuju bak pendingin. d. Mixing Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan yaitu asam sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan performa oli yang telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah menjadi 2 fase, yaitu fase beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah mengumpul. e. Dekanting Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi sebagai fase pemisah beningan dan padatan. f. Adsorbing Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent. g. Filtrasi Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring. h. Penampungan akhir Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin kualitasnya.

4. Hose Oli Bekas Hose oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik beracun, mudah terbakar, reaktif dan eksplosif bila tidak ditangani pengolahannya dan membuangnya tanpa diolah akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Filter oli bekas ini akan diolah dengan metode refining. Tujuan diolah yaitu supaya filter bekas oli ini bisa digunakan kembali. Metode pengelolaan ini dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Storing 23

Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul sengan kapasitas tertentu. b. De-watering Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air (dehydrasi). Oli ini akan dipanasi dengan suhu 1500C. Pada suhu ini air akan menguap dan terpisah dari oli. c. Cooling Oli yang telah melewati proses dehydrasi akan didinginkan sampai suhu kamar. Oli akan dipompa menuju bak pendingin. d. Mixing Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan yaitu asam sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan performa oli yang telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah menjadi 2 fase, yaitu fase beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah mengumpul. e. Dekanting Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi sebagai fase pemisah beningan dan padatan. f. Adsorbing Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.

g. Filtrasi Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring. h. Penampungan akhir Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin kualitasnya.

5. Drum Bekas Drum bekas dari PT Indominco Mandiri ini tergolong limbah B3 karena dikarakteristikkan sebagai limbah korosif. Drum bekas ini daya jualnya masih diminati oleh beberapa kalangan karena banyak sekali manfaatnya. Sebagian besar drum bekas ini hanya dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa. Setelah dilakukan 24

pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan dimanfaatkan dengan beberapa ide kreatif. Salah satunya yaitu dimanfaatkan sebagai tempat sampah. Walaupun sebenarnya drum bekas tergolong limbah B3, akan tetapi dengan kekreativitasan produksi dapat dimanfaatkan dengan beberapa keahlian khusus.

6. Sludge Cat Sludge cat tergolong limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco Mandiri karena memiliki karakteristik beracun sehingga perlu dilakukan penanganan serta pengolahan. Pengelolaan limbah Sludge cat yaitu sebagai berikut : a. Di tempatkan pada wadah khusus limbah residu cat yang dibuat dari plastik. b. Dilengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm x 10 cm, label dan kode limbah yang sesuai. c. Untuk kaleng cat yang sudah kosong bisa dibuang seperti limbah besi. d. Kemudian dikirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab. e. Setelah sampai di PPLI, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur. f. Direduksi volume dengan mengurangi kandungan air. g. Direduksi organisme patogen. h. Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi sebagai berikut ini : Pemanfaatan Sludge cat sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi paving blok . Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block cukup menguntungkan beberapa pihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). i. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima oleh lingkungan.

7. Wadah (container) B3 Wadah (container) B3 ini bersifat korosif. Wadah ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan diminati oleh banyak orang seprti drum bekas tadi. Kalau memang sudah tidak layak lagi mungkin akan di musnahkan, akan tetapi kalau masih bisa dimanfaatkan

25

kembali mungkin hanya akan di cat atau di renovasi lagi sehingga bisa dimanfaatkan kembali.

8. Toner Bekas Toner bekas ini berbentuk cair dan memiliki karakteristik mudah terbakar sehingga bersifat B3. Pengolahan limbah B3 toner bekas harus dikelola oleh pengolah berijin walaupun hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup ringan. Karena bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada pemasok mupun penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik menjadi bahan dasar untuk membuat tempat penampung tintanya, sehingga proses pendaur ulangannya sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari toner ini mengandung karbon hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Jika Toner berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika toner berisikan pewarna sebuk maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu kesehatan pekerja. Pengelolaan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incenerator dengan suhu 1200oC.

9. Limbah Hidrogen Peroksida Limbah hidrogen peroksida bersifat eksplosif dan karsinogenetik sehingga perlu dilakukan pengolahan dengan beberapa cara khusus. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sift oksidator yang kuat. Reaksi dekomposisi hydrogen peroksida menghasilkan air dan panas. Hydrogen peroksida ini bukan merupakan senyawa yang aman bagi manusia. Pengolahan limbah ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Pengolahannya yaitu dapat dilakukan sebagai berikut : a. Menambahkan enzim katalase secara kontinyu kedalam bak pengolahan air buangan untuk menggantikan katalase yang rusak selama proses penguraian limbah hidrogen peroksida. b. Menurunkan suhu atau pH air limbah kedalam kondisi yang dapat ditolerir oleh enzim katalase konvensional.

26

Pengolahan ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, energi yang dibutuhkan juga besar dan waktu yang lama untuk mengolah limbah hidrogen peroksida ini hingga menjadi air murni dan oksigen.

10. Abu Incenerator (fly ash dan bottom ash) Limbah B3 yang telah dibakar di incinerator akan menghasilkan abu yang bersifat beracun, korosif, dan mudah terbakar. Abu hasil pembakaran limbah B3 ini ada yang sudah steril tapi ada juga yang masih mengandung bahan beracun dan berbahaya. Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran limbah B3 di incinerator: a. Abu insenerator harus ditempatkan pada tempat khusus abu insenerator. b. Wadah penyimpanan abu insenerator dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara. c. Wadah dalam kondisi kering. d. Selain itu, bekas abu incinerator ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan bahanbahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll. e. Sampai di PPLI limbah abu incinerator akan diolah dengan menggunakan sanitary landfill.

11. Lumpur ber-oli Lumpur ber-oli tergolong limbah B3 karena beracun sehingga perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan limbah lumpur beroli ini hampir sama dengan pengolahan limbah sludge cat. Pengolahan limbah Lumpur beroli yaitu sebagai berikut : a. Tempatkan pada wadah khusus yang terbuat dari plastik limbah lumpur beroli . b. Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm x 10 cm, label dan kode limbah yang sesuai. c. Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab. d. Setelah sampai di PPLI, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur. e. Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air. f. Mereduksi organism patogen g. Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi sebagai berikut ini : Pemanfaatan limbah lumpur beroli sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga 27

pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block cukup menguntungkan beberapa pihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). h. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima oleh lingkungan.

12. Abu Batubara (fly ash dan bottom ash) Limbah abu batubara ini berasal dari hasil pembakaran batubara, ini tergolong limbah B3. Pengolahan limbah abu batubara dan limbah abu incinerator sama. Abu hasil pembakaran batubara kemungkinan mengandung bahan berbahaya dan beracun sehingga perlu dilakukan pengelolaan. Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran limbah B3 di incinerator: a. Abu batubara harus ditempatkan pada tempat khusus penampungan abu hasil pembakaran. b. Wadah penyimpanan abu batubara dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara. c. Jaga wadah dalam kondisi kering. d. Selain itu, bekas abu batubara ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan bahanbahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll. e. Pengelolaan abu batubara dilakukan dengan sanitary landfill

13. Limbah Medis Limbah medis tergolong limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang diperlukan pengelolaan khusus dan tidak boleh ditangani secara sembarangan. Limbah Medis perlu dimusnahkan menggunakan teknologi incinerator dengan sistem Stepped Heart Controlled Air Incenerator dengan 2 proses pembakaran yaitu Primary Chamber dan Secondary Chamber. Incinerator untuk limbah medis yaitu inceneator dengan kapasitas 612 ton per hari atau yang dapat memusnahkan limbah B3 medis kurang lebih 500 kg per jam, dan dilengkapi dengan Air Pollution Control yang berfungsi khusus untuk menetralkan emisi gas buangan partikel-partikel, acid gas, toxic metal, organic compound, CO serta dioxin dan furan sehingga gas buangan yang dikeluarkan memenuhi parameter yang telah ditetapkan. 28

PLLI menyediakan jasa eksklusif dalam pengelolaan limbah B3 medis yang mempunyai peranan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan menjamin kelangsungan lingkungan hidup yang sehat dan aman. Dapat ditawarkan pengelolaan dengan jasa terpadu sebagai berikut : a. Pelatihan dalam pengolahan limbah medis dalam lingkungan perushaan b. Penyewaan wadah penampung limbah medis c. Pengangkutan limbah medis ke tempat pemusnahan akhir d. Pembakaran dan pemusnahan akhir menggunakan incinerator dengan teknologi mutakhir e. Pengolahan abu sisa pembakaran dengan sanitary landfill f. Pencatatan neraca limbah medis untuk dilaporkan kepada Kementrian Lingkungan Hidup

14. Battery Bekas (Aki) Battery bekas (Aki) digolongkan dalam limbah B3. Pengolahan limbah B3 jenis ini dapat dilakukan sebagai berikut : a. Memasang simbol korosif pada wadah/tempat sampah untuk limbah aki. b. Untuk aki basah diperiksa dahulu kondis akinya sebelum dibuang, jika ada kebocoran, maka air aki dipindah dahulu pada jerigen yang tersedia untuk air aki. c. Dipisahkan aki yang masih ada air akinya dengan yang sudah tidak ada air akinnya. d. Dipisahkan aki kering dan aki basah, gunakan palet yang berbeda. e. Dilakukan pengecekan rutin untuk memeriksa jika terjadi kebocoran f. Penyimpanan aki bekas di area penghasil (tempat sampah) tidak lebih dari 30 hari. g. Digunakan absorben khusus jika terjadi kebocoran atau tumpahan. h. Disimpan absorben pada wadah bahan/material terkontaminasi hidrokarbon i. Penyimpanan aki tidak boleh lebih dari 90 hari.

15. Limbah Kimia Limbah kimia ini ada yang cair dan juga ada yang padat dan memiliki sifat beracun, reaktif, mudah terbakar, korosif dan eksplosif. Untuk limbah yang bersifat padat dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan pengolahan secara fisik maupun kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai berikut :

29

a. Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak penampung ditetapkan kurang lebih 12 jam. b. Proses Netralisasi Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan kimia bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum Ph 8. Pada tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai dengan pengadukan berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula pH control agar pH air limbah tidak begitu tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi. c. Proses Koagulasi Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak koagulasi. Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu dilakukan pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5-15 menit. d. Proses Flokulasi Pada bak flokulasi akan ditambahakan bahan kimia ploy aluminium chloride (PAC) atau flokulan lainnya. Pada bak flokulasi dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF