Makalah ASKEP Hepatitis Kelompok 4
December 11, 2018 | Author: Rahma Mumu | Category: N/A
Short Description
asuhan keperawatan pada pasien hepatitis...
Description
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA KASUS HEPATITIS
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
NAMA
:1. NI KOMANG ARI WAHYUNI 2. IWAN ZULHADI 3. RIAN AULILAH
PROGRAM STUDI : DIII KEPERAWATAN KEPERAWATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII MATARAM 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan panjatkan kehadirat kehadirat
Allah swt yang yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudu Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem n yang telah Pencernaan Pada Hepatitis ” ini sesuai dengan perencanaa perencanaan ditentukan. Salawat serta salam tidak lupa kami haturkan atas junjungan nabi besar kita Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang menderang, semoga kami mengikuti jejak beliau sampai akhir zaman. Amin. Tak ada gading yang tak retak dan tak seorang pun yang luput dari kesalahan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konsuktif guna penyempurnaan makalah berikutnya.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan panjatkan kehadirat kehadirat
Allah swt yang yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudu Makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem n yang telah Pencernaan Pada Hepatitis ” ini sesuai dengan perencanaa perencanaan ditentukan. Salawat serta salam tidak lupa kami haturkan atas junjungan nabi besar kita Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang menderang, semoga kami mengikuti jejak beliau sampai akhir zaman. Amin. Tak ada gading yang tak retak dan tak seorang pun yang luput dari kesalahan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konsuktif guna penyempurnaan makalah berikutnya.
DAFTAR ISI
................................................................. ........................................ .................. i KATA PENGANTAR ........................................... ................................................................. ............................................ ................................. ........... ii DAFTAR ISI ........................................... BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang .......................................... ................................................................. ................................. .......... 1
1.2.
Tujuan ............................................ .................................................................. ............................................ ...................... 2
BAB 2 : TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA
2.1.
Anatomi Fisiologi Hepar ........................................... .......................................................... ............... 3
2.2.
Pengertian Hepatitis............................. Hepatitis................................................... ..................................... ............... 5
2.3.
Etiologi Hepatitis ........................................ .............................................................. ............................. ....... 5
2.4.
Manifestasi Klinis ......................... ............................................... ............................................ ...................... 8
2.5.
Patofisiologi............................................................ .............................................................................. .................. 8
2.6.
Pathway ............................................ .................................................................. ........................................ .................. 12
2.7.
Pemeriksaan Penunjang .............................. ..................................................... .............................. ....... 13
2.8.
Penatalaksanaan .......................................... ................................................................. ............................. ...... 14
2.9.
Komplikasi .......................................... ................................................................ ..................................... ............... 14
BAB 3 : ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian ............................................ .................................................................. ..................................... ............... 16
3.2.
Diagnosa Keperawatan ............................................ .............................................................. .................. 20
3.3.
Intervensi ........................................... ................................................................. ........................................ .................. 20
3.4.
Implementasi ............................................ ................................................................... ................................. .......... 27
3.5.
Evaluasi ............................................. ................................................................... ........................................ .................. 28
BAB 4 : PENUTUP
4.1
Kesimpulan ........................................... ................................................................. ........................................ .................. 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obatobatan serta bahan-bahan kimia.Tak dapat dipungkiri, Indonesia termasuk daerah endemis hepatitis virus B (HVB).Tentu saja hal ini menjadi masalah besar
karena
mempunyai
dampak
morbiditas
(kesakitan),
mortalitas
(kematian), dan dampak psikososial serta ekonomi. Infeksi HVB pada awal kehidupan (sebelum usia 1 tahun) akan berisiko menjadi kronis sebesar 90%. Sedangkan pada usia 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 50%, dan bila terjadi infeksi pada anak usia di atas 5 tahun hanya 5-10% untuk menjadi kronis. Hepatitis B pada anak biasanya tanpa gejala atau ringan saja, walaupun begitu infeksi pada anak mempunyai risiko jadi kronis.Terutama bila terjadi saat di dalam kandungan. Pada pemeriksaan kadang cuma ditemukan pembesaran hati.Infeksi hepatitis B kronik pada anak dapat berlanjut jadi sirosis dan kanker hati pada saat dewasa.Memang, umumnya infeksi HVB pada anak tak menimbulkan gejala, tapi pada sebagian kecil kasus dapat menimbulkan hepatitis berat yang bisa menyebabkan kematian. Mengingat hepatitis mempunyai dampak yang buruk bagi anak maka diperlukan perhatian khusus dari orang tua pada anak misalnya dalam pemberian imunisasi pada anak secara tepat waktu dan menjaga kebersihan, dan pengawasan terhadap pola makan anak. 1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum Menengetahui dan memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pada hepatitis 1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk menjelaskan anatomi fisiologi hepar 2. Untuk menjelaskan pengertian penyakit hepatitis 3. Untuk menjelaskan etiologi hepatitis 4. Untuk menjelaskan manifestasi hepatitis 5. Untuk menjelaskan patofisiologi hepatitis 6. Untuk menjelaskan pathway hepatitis 7. Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang hepatitis 8. Untuk menjelaskan penatalaksanaan hepatitis 9. Untuk menjelaskan komplikasi hepatitis 10. Untuk menjelaskan pengkajian Hepatitis 11. Untuk menjelaskan diagnosa hepatitis 12. Untuk menjelaskan intervensi hepatitis 13. Untuk menjelaskan implementasi hepatitis 14. Untuk menjelaskan evaluasi hepatitis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi Fisiologi Hepar
Gambar 2.1: Anatomi hepar Sumber: http://ainunhairany.blogspot.com/2011/11/mengenal-bahaya-penyakithepatitis.html Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VI II kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan
vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
Gambar 2.2: Sirkulasi Hepar Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungsi lain antara lain : 1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran pencernaan. 2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing lainya. 3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol. 4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin. 5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal 6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak. 7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
2.2.Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). akan sama halnya dengan menurut Rahadian Sasongko (2009), yang mengatakan bahwa hepatitis ialah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi karena keracunan. Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
2.3.Etiologi Hepatitis Penyebab
Type A
Type B
Type C
Type D
Type E
Type G
Metode
Fekal-oral
Parenteral
Parenteral
Parenteral
Fekal-
Kontak
transmisi
melalui
seksual,
jarang
perinatal,
oral
dengan
orang lain
perinatal
seksual, orang
memerluka
darah
ke orang,
n koinfeksi
yang
perinatal
dengan
terinfeksi
type B
virus HGV
Mirip dengan virus hepatitis c Keparah-
Tak ikterik
an
Parah
Menyebar
Peningkata
Sama
dan asimto-
luas, dapat
n insiden
dengan
matik
berkem-bang
kronis dan
D
sampai kronis
gagal hepar akut
Sumber
Darah,
Darah,
Terutama
Melalui
Darah,
Melalui
virus
feces,
saliva,
melalui darah
darah
feces,
darah
saliva
semen,
saliva
sekresi vagina Inkubasi(h
15-49 hari,
28-160
ari)
rata-rata 30
hari. Rata-
hari.
rata 70-80 hari
Homologus Imunitas
homologus
15-160 hari
21-140 hari
Rata-rata 50
Rata- rata
hari
35 hari
Serangn kedua homologus dapat menunjukkan imunitas yang rendah atau iinfeksi oleh agen lain
homologus
15-65
15-160
hari
hari
Rata-rata
Rata-70-
42 hari
80 hari
Tidak
Tidak
diketahui
diketahui
Tanda dan gejala
Dapat
Dapat
Serupa
serupa
Serupa
Kebanya
terjadi
terjad tanpa
dengan
denngan
denngan
kan
dengan atau
gejala,
HBV,tidak
HBv
HAV ,
orang
tanpa
dapat
begitu berat
sanngat
tidak
gejala, sakit
timbul
dan an ikterik
berat
memiliki
mirip flu.
artralgia,
pada
gejala
ruam
wanita
akut.
yang
Sebanyak
hamil.
20 % dari
Fase praikterik: Sakit
penderita
kepala,
hepatitis
malaise,
C juga
fatigue,
menderit
anoreksia,
a
febris.
hepatitis
Fase ikterik: urine yang berwarna gelap, gejala ikterus pada sclera dan kulit, nyeri tekan pada hati. (brunner&sudart, 2002) 2.4.Manifestasi klinis 1. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas.Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari.Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
ini.
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B. 2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi.Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu. 3. Fase Penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai. 2.5.Patofisiologi
Gambar 2.3: Hepatitis Penyebab dari hepatitis A adalah virus dari hepatitis A. penularan virus ini melalui fekal, oral dan replikasi virus terjadi dalam hati. Penyakit hepatitis A, atau yang dikenal juga dengan penyakit kuning ini. cara penularannya adalah melalui makanan dan minuman yangn tercemar kotoran yang mengandung virus hepatitis A. HAV ini kemudian diekkresikan lewat empedu.Konsentrasi yang tertinggi didalam fases, khususnya selama dua minggu sebelum ikterus muncul.Anak-anak dan orang dewasa dapat diasumsikan noninfeksius atau minnggu setelah ikterus muncul.Sumber penularan umum adalah dari makanan atau air yang terkontaminasi.Virus hepatitis A terkonsantrasi dan dapat tumbuh
dekat dengan outletpembuangan limbah pada sayur mentah. Tingakt infeksi lebih tinggi di daerah dimna transmisi lansung antara fekal oral mungkin terjadi , sepeti tempat penitipan anak, penjara dan dan lembaga mental.transmisi homoseksual mungkin antara pria homoseksual. Infeksi virus hepatitis B ditularkan melalui hematogen dan seksual. HBV merupakan virus yang merepplekasikan hepaotropik dihati dan menyebabkan disfungsi sel-sel hati. Hasil dari intraksi ini adalah intraksi rumit host virus yang mengakibbatkan gelala akut mmaupun simtomatik. Pasien mungki dapat menjadi kebal kembali terhadap HBV atau justru mengembagkan carier kroni ske sisi lainya. Kondis patologis yang disebabkan oleh intraksi virus dan
system
kekebalan tubuh akan meneyrrang hati dan mengakibatkan cidera sel-sel hati. Sebagai respon terhadap adanya cidera sel oleh bderbagai antigen virus, individu membentuk berbaga macam antibody.Respon aktivasi dari limposit untuk mengenali berbagai HBv dipermukaan hepatosit dan melakukan aktivasi reaksi imunitas. Suatu gangguan reaksi imunitas( misalnya pelepsan toksin, produksi antibody atau toleransi relative status imunitas mengakibatkan hepatitis kronisa dan berahir pada kondisi sirosis hepatic. Transmisi HCV
hampir sama dengan HBV meskipun hepatitis C
mempunyai kemampuan untuk merusak sel-sel hati, 80% dari individu dengan penyakit ini tidak memiliki gejal spesifik yang berhubungna dengan gangguan fungsi hati. Infeksi HDV akut dan kronis melibatkan proses peradangan hati, HDV dapat bereplekasi secara independenn dalam hepatitis, tetapi membutuhkan antigen permukaan heoatitis B untuk memeberikan respon propagasi. Virus ini melkukan koinveksi dengan HDV juga dapat timbul keudian sehingga infeksi HDV bwrtambah parah. Infeksi virus hevatitis E ditularkan melalui fekal-oral setelah masuk ke sirkulasi maka target organ dari virus ini adalah sel-sel hepatosis dan menyebabkann cidera pada sel-sel hati. Respon cidera ini terjadi pada seluruh selsel hati dan menjadi nekrosis.(arifmuttaqin, komala sari, 2011)
SECARA UMUM Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada selsel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garamgaram empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
2.6.Pathway Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin
Hipertermi
Inflamasi pada hepar
Peregangan kapsula hati
Perubahan kenyamanan
Gangguan suplay darah normal pada sel-sel he ar
Hepatomegali
Gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan rotein
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktulii em edu intrahe atik
Gglikogenesis menurun
Perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas
Nyeri
Glukoneogenesis menurun
Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan
Glikogen dalam hepar berkurang Glikogenolisis menurun Glukosa dalam darah berkurang Cepat lelah
Keletihan
Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli em edu intrahe atik Obstruksi Gangguan eksresi em edu
Kerusakan konjugasi
Kerusakan sel eksresi
Bilirubin tidak sempura dikeluarkan melalui duktus he atikus
Retensi bilirubin Regurgitasi pada duktuli em edu intra he atik
Bilirubin direk meningkat Ikterus
Bilirubin direk menin kat
Peningkatan garam em edu dalam darah Pruritus
Anoreksia
Ikterus
Perubaha kenyamanan
Larut dalam air
Eksresi ke dalam kemih
Billirubinuria dan kemih berwarna ela
Sumber; google/imageshepatitis.com 2.7.Pemeriksaan Penujang
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT) Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati 2. Darah Lengkap (DL) SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan. a. Leukopenia: Trombositopenia mungkin ada (splenomegali) b. Diferensia Darah Lengkap: Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma. c. Alkali phosfatase: Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat) d. Feses; Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati) e. Albumin Serum: Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati. f.
Gula Darah: Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
g. Anti HAVIgM: Positif pada tipe A h. HbsAG: Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A) i.
Masa Protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
j.
Bilirubin serum: Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
k. Biopsi Hati: Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis l.
Skan Hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
m. Urinalisa: Peningkatan kadar bilirubin.
2.8.Penatalaksanaan
1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih di tekankan pada tindakan penceghan 2. Rawat jalan, kecuali dengan pasien mual atau anoreksia yang akan menyebabkan dehidrasi 3. Memperthankan asupan kalori dan cairan yang adekuat 4. Aktifitas fisik yang berlebiha dan berkepanjangan harus dihindari. 5. Pembatan aktifitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise 6. Pemeberian interferon alfa pada hepatitis C dapat menurunkan resiko hepatitis kronik 7. Obat-obat tidak penting harus dihentikan. 2.9.Komplikasi
1. Jangan biasakan anak jajanan SEMBARANGAN. 2. Jangan biarkan anak anda menggunakan sikat gigi, sisir, handuk, atau gunting kuku, bersama-sama dengan orang lain (mencegah hepatitis B dan C) 3. Untuk mencegah virus hepatitis A, jagalah higene dan sanitasi lingkungan sekita anak anda dengamn baik. 4. Selain itu, berhati-hatilah dalam memberikan obat untuk anak. bacalah aturan pakai atau tanyakan pada dokter anak tentang potensi efek samping obat tersebut. 5. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik. 6. Kegagalan sel liver untuk regenerasi, dengan kemajuan proses nekrotik dihasilkan secara hebat, sering membentuk hepatitis yang fatal yang lebih dikenal dengan hepatitis fulminan. 7. Bentuk nekrosis hepatitis secara besar – besaran sangat jarang. Hepatitis kronik terjadi seperti hepatitis B atau hepatitis C. Infeksi sangat tidak mungkin pada agent delta hepatitis ( HDV ), dalam klien dengan penampakan antigen hepatitis B atau HbS Ag mungkin menuju hepatitis kronik yang akut dan kemunduran klinis.
8. Dalam beberapa kasus hepatitis fulminan dengan kematian mungkin terjadi. Pada seseorang dengan hepatitis kronik aktif ( CAH ) kerusakan liver yang meningkat dan dikarakteristikkan oleh nekrosis hepatitis secara terus – menerus, inflamasi akut dan fibrosis.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1.Pengkajian
Pengkajian
merupakan
tahap
awal
dan
landasan
dalam
proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalahmasalah
klien
sehingga
dapat
memberikan
arah
terhadap
tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas: Pengumpulan Data 1. Anamnesa a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. 2. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning 3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada riwayat penykit sekarang keluhan pasien pada gejala awal selama periode prodromal, meliputi nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas, penurunan nafsu makan dan gejala dehidrasi. Pada pase ikterik akan akana timbul gejala seperti ikterrus, malaise, urine gelap, pases berwarna terang, dan pruritus. 4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, NAPZA prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya/ anak-anak yang lainya 5. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan. 6. Pengkajian psikososial dan spiritual
Dengan hepatitis vital sering merasa bersalah bahwa mereka membawa virus untuk orang lain. Injfeksi adanya penyakit hepatitis dapat menyebabkan kesenjangan sosial, kien akan merasa malu dengan adanya tindakan isolasi dan perasaan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dan akhirnya berkelanjutan di rumah. Adanya ras malu inilah menyebabkan klien membatasai interaksi sosial dengan lingkungan sekitar. Klien takut akan penyebarab virus kepada keluarga dan teman. Anggota keluarga klien setiap takut kontak dengan penyakit dan mereka akan menjaga jarak dengan klien. Perawat memberi ijin kepada klien beserta keluarganya untuk saling mengungkapkan perasaannya dan mengetahui penyebab penyebarannya. Tindakan pencegahan berupa isolasi membuat klien beserta keluarganya menjadi gelisah 7. Pola fungsi kesehatan Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus hepatitis akan timbul rasa mual, rasa sakit diulu hati, rasa lesu dan lekas capek, . Dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhannya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti kontak langsung dengan penderita yang dapat mengganggu kesehatan hati. (Ignatavicius, Donna D,1995). Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien hepatitis
harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C, vit c, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan hati. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah hat Pola Eliminasi Untuk kasus campak gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien hepatitis timbul rasa nyeri, keterbatasan sosialisasi, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur. (Doengos. Marilynn E, 2002). Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya penularan hepatitis dibanding pekerjaan yang lain (Ignatavicius, Donna D, 1995). Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. (Ignatavicius, Donna D, 1995). Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien hepatitis yaitu timbul pernafasan tidak efektif, saluran cerna trganggu, konjungtivtis, ketidakmampuan
untuk
pandangan terhadap
melakukan
dirinya
aktivitas
yang salah
mudah lelah, rasa secara
optimal,
dan
(gangguan body image)
(Ignatavicius, Donna D, 1995). Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien hepatitis daya rabanya meningkat terutama pada bagian ulu hati yang terkena, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu
juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat hepatitis (Ignatavicius, Donna D, 1995). Pola Penanggulangan Stress
Pada klien hepatitis timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien hepatitis tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien. Pemeriksaan fisik secara umum. pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinis pada survey umum terlihat sakit ringan sampai lemah. TTV biasanya normal atau bisa didapatkan perubahan seperti taki kardi o
inspeksi: pase akut ikterus merupakan tanda khas, terutama apada sclera, pada integument mungkin muncul selam fase ikterik dan menghilang selama masa penyembuhan, urine gelap sela kecoklatan seperti kola tau the kental.. Pada masa kronis pasien terlihat kelelahan (fatigue), asites, edema perifer, dan didapatkan pedarahan dadri muntah(hematemesis dan melena.
o
Auskultasi: biasanya bising usu normal, tetapi bisa didapatkan peningkatan peningkatan bisisng usus pada anak-anak dan penurunan pada orang dewasa.
o
Perkusi: nyeri ketuk pada kudran kanan atas.
o
Palpasi:nyeri palpasi kuadaran kanan atas mungkin ada. Hepatospelenomegali beriringan dengan dengan gela ikterus.
3.2.Diagnosa
1. Intoletarsi akitifitas berhubungan dengan lelah, kelemahan fisik umum respon sekunder dari perubahan metabolism sistemik.
2. Pemenuhan informasi berhubungan dengan ketidakadekuatan informasi penatalasanaan perawatan adan pengobatan, rencana perawatan rumah 3. Hipertermi berhubungn dengan respon sistemik, pemenuhan cairan tubuh, perubahan metabolism 4. Ketidakseimangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang adekuat 5. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, hipokalemia, penurunan intake cairan dan diaphoresis. 6. nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3.3.Intervensi
Intoletarsi akitifitas berhubungan dengan lelah, kelemahan fisik umum respon sekunder dari perubahan metabolism sistemik. Tujuan: pasien dapat melakukan perawatan diri yang optimal sesuai tingkat toleransi individu. Criteria hasil: 1. Kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi 2. Tidak terjanya komplkasi sekunder, seperti peningkatan suhu tubuh dan diaphoresis Intervensi 1. Kaji perubhan pada system saraf pusat 2. Lakukan tirah baring khususny pada masa akut 3. Berikan linkukan psiologis yang kondusif 4. Bantu aktifitas sehari-hari
Rasional 1. Idendifikasi
terhadap
penurunan
tingkat kesadaran 2. Menghentikan peradangan sel-sel sampai
terjadi
peningkata
regenersisel hati. 3. Linngkungan yang tenang akan menurunkan eksternel pembatsan
stimulus
dan
psikoligis
pembatasann
penngujunng
dan akan
membantu meningkatkan kondisi
oksigen
ruangan
berkurang
dimna
apabila
akan banyak
pengunjung ruangan 4. Membantu
mmemfasilitasi
kebutuhan pasien untuk melakukan perawatan diri
Pemenuhan
informasi
berhubungan
dengan
ketidakadekuatan
informasi
penatalasanaan perawatan adan pengobatan, rencana perawatan rumah Tujuan: terpenuhinya informasi kesehatan Criteria hasil: 1. Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan 2. Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelsan yang telah diberikan Intervensi
Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
1. Dengan
mengetahui
tentangb kondisi penyakit dan
pengetahuan tersebut
rencana perawatan rumah
dapat
2. Kaji sumber yang meningkatkan penerimaan informasi 3. Beritahu
kondisi
penykit
yang menjalani perawatan rumah meliputi:
dala
pendidikan
yang
menurunkan
resiko
misinterpretasi tentang informasi yang diberikan 3. Kebersihan umum ynagg terdiri
Anjurkan untk=uk istirahat
atas menjaga jebersihan, mencuci
setelah pulang
tangan, minum air yang sudah
Beritahu
untuk
melkukan
Anjurkan
pada
untuk vaksinasihevatiti
dimasak,. 4. Untuk
kontol(follow up)
terarah
efisien dan efektif 2. Untuk
4. Berikan informasi pada pasien
memberikan
, perwata
dengan pengetahuan pasien secra
hepatitis
lebih
tingkat
keluarga melakukan
menegtahu
perawatan
dirumah:
Meningkatkan
tengaga
kemampuan beraktifitas
dan
Ajarkan
pasien
untuk
Menindaklanjuti studi enzim
meningkatkan asupan cairan
hati
oral
bulanansamapi
Beritahu untuk menghindrai
normal
obat
yang
bdrsifat
pada
interval pada
tingkat
Mencegah terjani hepatitis
hehpatoksik
Mencegah dehidrasi
Hindari minuman berarkohol
Hindari obbat-obatan dan zat
Beritahu
pasien
atau
yang
mengandung
keluarga apabila didapatkan
asetaminopen dan parasetamol
perubahan
serta
klinik
untuk
segera memeriksa diri
pareparat
yang
mengandung asetaminopen
Dapat memperberat fungsi hati
Untuk
mencegah
resiko
kerusakan hati
Hipertermi berhubungn dengan respon sistemik, pemenuhan cairan tubuh, perubahan metabolism Tujuan: Penurunan sushu tubuh. Criteria hasil: 1. Suhu tubuh dalam batas normal 2. Diaporesis berkurang Intervensi
Rasional
1. Kaji pengetahuan pasien tentang
1. Sebagai
data
cara dan kelurga tentang cara
memberikan
penurunan suhu tubuh
selanjutnya
2. Lakukan tirah baring pada pase akut
2. Akan
dasar
intervensi
menurunkan
metabolisme
untuk
laju
yang tinggi pada
3. Atur lingkungan yang kondusif
masa akut , dengan emikian
4. Beri
dapat
kompres
dinngin
pada
denngan daerah
air
aksila,
lipatan paha, dan tempral bila
membantu
menurunkan
suhu tubuh 3. Memberikan efektifitas terhadap
terjadi panas
proses peneyembuhan.
5. Beri dan anjurkan keluarga untuk memakai
pakaianyang
dapat
meneyerap keringat seperti katun 6. Lakukan dan anjurkan keluarga untuk melkaukan masase
4. Kompres dingin merupan tehik untuk menurukan suhu tubuh dengan
meningkatkan
konduktifitas 5. Dapat
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian ati perik
efek
meningkatkan
efek
meninngkatkan
aliran
evavorasi 6. Unntuk darah
ke
perifer
yang
akan
meningkatkan efek evaporasi 7. Untuk memblok respon panas sehingga panas tubuh pasien dapat menuru denga cepat.
Ketidakseimangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang adekuat Tujuan: Pasien akan mempertahankan kebutuha yang adekuat. Criteria hasil 1. Mebuat pilihn diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi individu 2. Menunjukkan peningkatan BB Intervensi
Rassional
1. Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan, dan derajat penurunan
berat
integritas
mukosa
1. Untuk
menertapkan
pilihan
intervensi yang tepat
badan, mengetahuo
tingkat
kemampuan menelan, riwayat
pengetahuan tersebut
pearwat
mual atau muntah dan diare
dapa
2. Kaji
pengetahuan
oral,
pasien
tentang intake nutriisi 3. Berui diet sesuai kondisi klinis
2. Dengan
lebih
terarah
dalam
memberikan pendidikan yang sesuai
dengan
pengetahuan
pasien secara efisien dan efektif.
4. Anjurkan makan tiga kali sehari
3. Pada kondisi akut dan hepatitis
denga diet yang disukai pasien,
kronis(non sirosis) pemebrian
tetapi
diet tidak ada pembatasan.
tetap
menghindari
predisposisi peningkatan asan 5. Berikan makan berlahan dengan lingkunag n yang tenang
4. Die
sering
mennguntunngkan
dari pada makanan biasa, maka pasien telah dianjurkan untuk
6. Kolaborasi dengan ahli diet
makan apa saja yang disukainya.
uuntuk menetapkan komposi
5. Pasien dapat berkonsentrasi pada
dan jenis diet yang tepat. 7. Monitor
pekembangan
mekanisme makan tanpa adanya berat
badan
distraksi atau ganggan dari luar. 6. Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan perubahan metabolic pasien. 7. Penimbangan sebagai
berat
evaluasi
badan terhadap
intetvensi yang diberikan.
Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah, hipokalemia, penurunan intake cairan dan diaphoresis. Tujuan: Pasca rehidarasi, intake caitran dan elektrplit optimal Krteri hasil: 1. Pasien tidak menegluh pusing, TTV dalam batas normal, kesadaran optimal. 2. Membrane mukosa lembab, turgor kulit normal, CRT kurang dari 3 detik 3. Laboratorium: nilai elektrolit normal, analisa gas darah normal. 4. Penurunna respon muntah Ntervensi 1. Identifikasi
Rasional fakor
penyebab,
1. Memberikan tingakt keprahan
awiatan, spesipikasi usia dan
dari kondisi ketidakseimbanagn
adanay riwayat penyakit lain
cairan dan elektrolit
2. Kolaborasi skofr dehidrasi
2. Menentukan
cairan
diberikan
sesui
3. Lakukan pemasangan IVFD
yang
4. Dokumentasi
dengan derfajat dehidrasi dari
dengan
akurat
tentang intake dan output cairan 5. Bantu pasien apabila muntah
akan
jumlah
individu. 3. Pemberian cairan intra vena di
6. Evaluasi kadar elektrolit serum
sesuaikan
7. Dokumentasikan
dehidrasi.
perubahan
klinik dan laorkan dengan tim medis
dengan
derajat
4. Sebagai evaluasi penting dari intervensi
hidrasi
mencegah
dan
terjadinya
overhidrasi. 5. Mendekatkan tempat muntah dan memberikan masase ringan pada pundak un tuk membantu menurunkan respon nyeri dan muntah. 6. Untuk
mendeteksi
kondisi
adanya
hiponatremi
dan
hipokalemi
sekunder
dari
hilangnya
elektrolit
dari
plasma. 7. Untuk mendapatkan intervensi selanjutnya dan menurunkan risiko
terjadinya
asidosis
metabolik.
nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. Tujuan : Diharap nyeri hilang atau teratsi kriteria hasil: Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi
Rasional
1. Kolaborasi dengan individu untuk
1. nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat
hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri
karena terdapat peregangan secara
2. Tunjukkan pada klien penerimaan
kapsula hati, melalui pendekatan
tentang
respon
klien
terhadap
nyeri 3. Berikan
informasi
Jelaskan
akurat
penyebab
kepada individu yang mengalami perubahan
kenyamanan
nyeri
diharapkan
lebih
efektif
dan nyeri,
Tunjukkan berapa lama nyeri akan
mengurangi nyeri. 2. klienlah
berakhir, bila diketahui
meyakinkan
4. Bahas dengan dokter penggunaan
harus
pemberi
mencoba pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami
analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
yang
nyeri 3. klien
yang
mengalami
disiapkan nyeri
penjelasan
nyeri
sesungguhnya
akan
untuk melalui yang
dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan) 4. kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik lain
3.4.Implementasi
1. Kaji perubhan pada system saraf pusat 2. Lakukan tirah baring khususny pada masa akut 3. Berikan linkukan psiologis yang kondusif 4. Bantu aktifitas sehari-hari 5. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentangb kondisi penyakit dan rencana perawatan rumah 6. Kaji sumber yang meningkatkan penerimaan informasi 7. Beritahu kondisi penykit hepatitis
8. Berikan informasi pada pasien yang menjalani perawatan rumah meliputi: a. Anjurkan untuk istirahat setelah pulang b. Beritahu untuk melkukan kontol(follow up) c. Anjurkan pada keluarga untuk melakukan vaksinasihevatiti d. Ajarkan pasien untuk meningkatkan asupan cairan oral e. Beritahu untuk menghindrai obat yang bdrsifat hehpatoksik f. Hindari minuman berarkohol 9. Beritahu pasien atau keluarga apabila didapatkan perubahan klinik untuk segera memeriksa diri 10. Kaji pengetahuan pasien tentang cara dan kelurga tentang cara penurunan suhu tubuh 11. Lakukan tirah baring pada pase akut 12. Atur lingkungan yang kondusif 13. Beri kompres denngan air dinngin pada daerah aksila, lipatan paha, dan tempral bila terjadi panas 14. Beri dan anjurkan keluarga untuk memakai pakaianyang dapat meneyerap keringat seperti katun 15. Lakukan dan anjurkan keluarga untuk melkaukan masase 16. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian ati perik 17. Identifikasi fakor penyebab, awiatan, spesipikasi usia dan adanay riwayat penyakit lain 18. Kolaborasi skofr dehidrasi 19. Lakukan pemasangan IVFD 20. Dokumentasi dengan akurat tentang intake dan output cairan 21. Dokumentasikan perubahan klinik dan laorkan dengan tim medis 22. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri 23. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri 24. Berikan informasi akurat dan Jelaskan penyebab nyeri, Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
25. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi. 3.5.Evaluasi
1. Aktivitas pasien dapat optimal sesuai tingkat tolerasi 2. Informasi kesehatan terpenuhi 3. Terjadi penurunan hipertermi 4. Intake nutrisi adekuat 5. Tidak terjadi kertidakseimbangan cairan dan elektrolit 6. Penurunan respon nyeri 7. Penurunan tingkat kecemasan
BAB IV PENUTUP 4.1.Kesimpulan
Infeksi virus merupakan infeksi sistemik oleh virus dsertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan, biokimia serta seluler yang khas.sampai saat ini sudah teridentifikasi lima tipe hepatitis yang pasti: hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yan serupa(jalur fekal oral)sedangkan hepatitis B, C dan D memiliki banyak karakteristik yang sama. Insidens hepatitis virus yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan maasyarakat , penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya abse dari sekolah atau bekerja unntuk waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
View more...
Comments