Makalah Aqidah Dan Tauhid

September 17, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Makalah Aqidah Dan Tauhid...

Description

 

TUGAS AKHLAQ PERTEMUAN 9 DAN 10

DISUSUN OLEH : Nama

: WINKA FUTRIA AFEKA

NIM

: 144011926070

Program Studi

: D3 Keperawatan

Semester

: 1 (Satu)

STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2019

 

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah mengutus hambaNya Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa kebenaran, menyampaikan amanat kepada ummat dan berjihad dijalanNya hingga akhir hayat. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, berikut para keluarga, shahabat dan pengikutnya yang setia. Islam sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu keyakinan atau aqidah dan sesuatu yang di amalkan atau amaliah. Amal perbuatan tersebut merupakan  perpanjangan dan implentasi dari aqidah tersebut. Islam adalah agama samawi yang  bersumber dari Allah SWT yang berintikan berintikan keimanan dan perbuatan. Kedudukan tauhid dalam Islam sangatlah fundamental, karena dari pemahaman tentang tauhid itulah keimanan seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat  berpengaruh terhadap keislaman seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat, maka akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah 1)  Apa pengertian, ruang lingkup sumber dan tingkatan aqidah 2)  Apa pengertian, macam, kedudukan dan fungsi tauhid serta rumus kalimat tauhid dan konsekuensinya? 1.3 Tujuan 1)  Untuk mengetahui pengertian, ruang lingkup sumber dan tingkatan aqidah 2)  Untuk mengetahui pengertian, macam, kedudukan dan fungsi tauhid serta rumus kalimat tauhid dan konsekuensinya?



 

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengert Pengertian ian Aqidah

Pengertian Aqidah secara etimologi atau bahasa. Aqidah berasal dari kata ‘aqada yang berarti menyimpulkan, mengokohkan atau mengikat. Kata Aqidah atau Aqaid (bentuk jama’) yang berarti keyakinan, sesuatu yang dapat dipercaya dalam hati atau dalam ikatan yang kokoh. Pengertian Aqidah Secara Terminologis atau istilah. Aqidah adalah beberapa  perkara yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati, dapat mendatangkan ketentraman  jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keraguan-keraguan. Dalam pengertian agama pengertian aqidah adalah kandungan rukun iman, yaitu: 1.  Beriman dengan Allah 2.  Beriman dengan para malaikat 3.  Beriman dengan kitab-kitab-Nya 4.  Beriman dengan para Rasul-Nya 5.  Beriman dengan hari akhir 6.  Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk Sehingga aqidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan di dalam hati seseorang.

2.2 Ruang Lingkup Aqidah

Kajian aqidah menyangkut keyakinan umat Islam atau iman. Karena itulah, secara formal, ajaran dasar tersebut terangkum dalam rukun iman yang enam. Oleh sebab itu, sebagian para ulama dalam pembahasan pembahasa n atau kajian aqidah, mereka mengikuti sistematika rukun iman yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat (termasuk  pembahasan tentang makhluk ruhani seperti jin, iblis, dan setan), iman kepada kitabkitab Allah, iman kepada Nabi dan rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar Allah SWT. Sementara Ulama dalam kajiannya tentang aqidah islam menggunakan sistematika sebagai berikut:



 

1.  Ilahiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan, Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,perbuatan perbuatan (af’al) Allah dan sebagainya.  sebagainya.  2.   Nubuwat: yaitu pembahasan tentang segala s egala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan sebagainya. 3.  Ruhaniyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperyi Malaikat, Jin, Iblis, Setan, Roh dan lain sebaginya. 4.  Sam’iyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sama’, yaitu dalil naqli berupa alal-qur’an dan as-sunnah, as-sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan sebaginya. Berbeda dengan dua sistematika di atas, Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, MA, dalam Ensiklopedi Aqidah Islam menjabarkan obyek kajian aqidah mengacu pada tiga kajian  pokok, yaitu: 

 

Pengenalan terhadap sumber ajaran agama (ma’rifatul mabda’), yaitu kajian mengenai Allah.Termasuk dalam bidang ini sifat-sifat yang semestinya ada (wajib), yang semestinya tidak ada (mustahil), dan yang boleh ada dan tiada (jaiz) bagi Allah. Menyangkut dengan bidang ini pula, apakah Tuhan bisa dilihat pada hari kiamat (ru’yat Allah).  Allah). 



 

Pengenalan

terhadap

pembawa

kabar

(berita)

keagamaan

(ma’rifat

al -

wasithah).Bagian ini mengkaji tentang utusan-utusan Allah (nabi dan rasul), yaitu kemestian keberadaan mereka, sifat-sifat yang semestinya ada (wajib), yang semestinya tidak ada (mustahil), serta yang boleh ada dan tiada (jaiz) bagi mereka. Dibicarakan juga tentang jumlah kitab suci yang wajib dipercayai, termasuk juga cirri-ciri kitab suci. Kajian lainya ialah mengenai malaikat, menyangkut hakekat, tugas dan fungsi mereka. 

 

Pengenalan terhadap masalah-masalah yang terjadi kelak di seberang kematian (ma’rifat alal-ma’ad). Dalam bagian ini dikaji masalah alam barzakh, surga, neraka, mizan, hari kiamat dan sebagainya.



 

2.3 Sumber Aqidah

Sumber aqidah islam adalah al-Quran dan al-Sunnah. Artinya informasi apa saja yang wajib diyakini (diimani dan diamalkan) hanya diperoleh melalui al-Quran dan alSunnah. Al-Quran memberikan penjelasan kepada manusia tentang segala sesuatu. Firman Allah:  89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orangorang yang berserah diri.  Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber aqidah, ia hanya berfungsi utuk memahami nash-nash (teks) yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh al-Quran dan al-Sunnah(jika diperlukan). Itupun harus didasari oleh sesuatu kesadaran bahwa kemampuan akal manusia sangat terbatas.   Informasi mengenai pencipta alam ini dan seisinya adalah dalil Allah yang hanya bisa diketahui melalui al-Quran dan al-Sunnah. Manusia dengan akalnya semata tidak dapat mengetahui siapa yang menciptakan alam. Akal manusia hanya hanya dapat memikirkan keteraturan dan keseimbangannya.   Orang yang beriman wajib meyakini hal-hal ghaib, lalu dari mana kita mengetajui masalah ghaib itu? Al-Quran dan al-Sunnahlah yang bisa menginformasikan hal itu, sedangkan akal manusia tidak mampu menjangkau masalah-masalah ghaib.  

2.4 Tingkatan Aqidah

Tingkatan aqidah seseorang berbeda-beda, yaitu 1.  Taqlid Yaitu tingkatan yang menerima suatu kepercayaan dari orang lain tanpa diketahui alasan-alasannya. 2.  Ilmul Yakin Pengertiannya mereka dalam keadaan mencari kebenaran dengan jalan akal pikiran. Misalnya kita kenal Wawan SH salah seorang ahli hukum, karenaWawan memakai



 

gelar SH. Gelar SH ini memberikan keyakinan kita dengan pandangan ilmu, bahwa Wawan adalah ahli hukum (meskipun belum dilihat bukti dengan kasat mata). 3.  ‘ainul Yakin  Yakin  disebutkan dalam Firman Allah: dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. (QS.AtTakatsur:7) Jadi 'Ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.Pengertian ayat tersebut mereka dalam keadaan mencari kebenaran dengan penyaksian mata. Misalnya kita kenal Wawan SH lagi itu sebagai ahli hukum, bukannya sekedar ia mempunyai gelar SH, tetapi dengan jalan kita telah membaca buku karangannya tentang ilmu hukum. Dengan jalan ini keyakinan kita menjdi lebih kuat, karena terdukung dengan pandangan lahiriyah maupun  pandangan bathiniyah bahwa Wawan SH adalah ahli hukum. 4.  Haqq al-Yaqin Yaitu

keyakinan

yang

diperoleh

melalui

pengamatan

dan

penghayatan

 pengalamannya. Perumpamaannya: Perumpamaannya: 1)  Kita kenal ilmunya Wawan SH itu karena ia memakai gelar SH, namun ilmunya itu kita tidak lihat dengan mata kepala. 2)  Kita kenal ilmunya dengan jalan kita melihat/membaca karangannya tentang ilmu hukum. Jelasnya kita telah melihat dengan mata telanjang bahwa Wawan, memang ahli hukum karena tulisannya itu. 3)  Kita kenal ilmunya dengan kebenaran yang hakiki, karena kita menerima ilmunya tanpa perantara lagi. Kita bermusyahadah, berpandang-pandangan dengan dia.

2.5 Pengert Pengertian ian Tauhid

Tauhid (Arab  (Arab :‫يد‬ ‫) و‬, adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan  Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang  berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah.



 

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama gerakan muwahhidin ( yang memperjuangkan memperjuangkan tauhid ). Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut masalah ke-Maha Esaan Allah. Tauhid di bagi menjadi 3 macam yaitu: 1) 

Tauhid Rububiyah Tauhid Rububiyah adalah keyakinan tentang keesaan Allah taala di dalam  perbuatan-perbuatan-Nya.

2) 

Tauhid Asma dan Sifat Tauhid Asma dan Sifat adalah keyakinan tentang keesaan Allah subhanahu wa ta’ala dalam nama dan sifat-Nya sifat-Nya yang terdapat dalam Al Quran dan Al Hadits dilengkapi dengan mengimani makna-maknanya dan hukum-hukumnya. hukum-hukumnya.

3) 

Tauhid Uluhiyah Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam tujuan perbuatan-perbuatan hamba yang dilakukan dalam rangka taqorub dan ibadah seperti berdoa, bernadzar, menyembelih kurban, bertawakal, bertaubat, dan lain-lain.

2.6 Kedudukan Tauhid

Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal  perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan tuntunan Rasulullah. Pada dasarnya manusia telah mengenal Allah meski secara global, maka para Rasul utusan Allah diutus bukan untuk memperkenalkan tentang Allah semata. Namun hakikat dakwah para Rasul adalah untuk menuntut mereka agar beribadah hanya kepada-Nya. Dengan demikian materi dakwah para rasul adalah Tauhid Uluhiyah. Oleh karena itu istilah tauhid tatkala disebutkan secara bebas (tanpa diberi keterangan lain) maka ia lebih mengacu kepada Tauhid Uluhiyah.



 

Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan Manusia, Allah berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada- Ku.” (Adz-Dzariyat:  Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhu,, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan ‘anhu  penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Allah saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan  bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Allah, “Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah  Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian.” (Al demikian.” (Al Anbiya: 16-17). “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, mainmain, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (AlKami?” (Al-Mu’mi Mu’minun: nun: 115) Selain itu, tauhid juga adalah tujuan diutusnya beberapa rasul ke muka bumi, dalam hal ini Allah berfirman, “Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap tiap -tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: itu’.” (An-Nahl: 36). Makna dari ayat ini adalah bahwa para Rasul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad shollallahu Muhammad shollallahu alaihi wa sallam  sallam  diutus oleh Allah untuk mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka pertanyaan bagi kita sekarang adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan Rasul kita Muhammad  Muhammad shollallahu  shollallahu alaihi wa  sallam   untuk beribadah hanya kepada Allah semata? ataukah kita bersikap acuh tak  sallam acuh terhadap seruan Rasulullah ini?”  ini?”  Selain itu tauhid merupakan perintah Allah yang paling utama dan pertama, Allah berfirman, “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya mempersekutukan-Nya dengan  sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anakanak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: diri.” (An-Nisa: 36). Dalam



 

ayat ini Allah menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia  perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia, namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Allah semata.

2.7 Fungsi Tauhid

Perlu diketahui, bahwa pada hakikatnya tauhid ini bukan hanya sekedar diketahui dan dimiliki oleh seseorang, tetapi lebih dari itu, ia harus dihayati dengan baik dan benar, karena apabila tauhid telah dimiliki, dimengerti, dan dihayati dengan baik dan benar, maka kesadaran seseorang akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul dengan sendirinya. inilah salah satu manfaat dari ilmu tauhid. Selain itu, tauhid juga berfungsi sebagai pembimbimbing umat manusia untuk menemukan kembali jalan yang lurus seperti yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul, karena jika diibaratkan sebuah pohon, tauhid adalah pokok akar untuk menemukan kembali jalan Allah, yang dapat membawa umat manusia kepada puncak segala kebaikan. Begitu juga dengan kayakinan (tauhid) akan eksistensi tuhan yang maha esa (Allah) akan melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di ala mini adalah ciptaan tuhan; semuanya akan kembali kepada tuhan, dan segala sesuatu berada dalam urusan yang maha esa itu. Dengan demikian segala perbuatan, sikap, tingkah laku, dan  perkataan seseorang selalu berpokok pada modus ini. Sebagai mana firman Alla Allah h dalam al-Quran yang artinya : “ Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembah- Ku”(al   Ku”(al  Dzariyat:56) “ Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami mohon  pertolongan”(al -Fatihah:5) -Fatihah:5) “ Katakanlah, “Dialah Allah yang maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung kepada- Nya  Nya segala sesuatu..”(al -Ikhlas:1-2) -Ikhlas:1-2) Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa ketauhidan tidak hanya menyangkut hal-hal  batin, tetapi juga meliputi sikap tingkah laku, perkataan, dan perbuatan seseorang. Oleh



 

karena itu, orang-orang yang telah mampu memahami dan menghayati tauhid dengan dan dan benar akan membawa kepada kebahagiaan baik itu segi lahir ataupun batin. Sehingga jelas bagi seseorang, bahwa tauhid tidak cukup untuk dimiliki dan dihayati, karena jika hanya demikian hanya akan menghasilkan keahlian dalam seluk  beluk ketuhanan, namun tidak berpengaruh apa-apa terhadap seseorang tersebut, sehingga dirinya akan berada diluar ketauhidan yang sebenarnya, bahkan mungkin bisa sampai keluar dari keislamannya, karena maksud dan tujuan tauhid bukan sekedar diakui dan diketahui saja, tetapi lebih dari itu tauhid mengadung hal-hal yang  beramanfaat bagi kehidupan manusia yaitu : 1.  Sebagai sumber dan mutivator perbuatan kebajikan dan keutamaan; 2.  Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan; 3.  Mengerluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan; 4.  Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin. batin.5  Dari empat poin yang diatas dapat dipahami bahwa tauhid selain bermanfaat bagi halhal batin, juga bermanfaat bagi hal-hal lahir. Sehingga dari poin tersebut sangat jelas manfaatnya bagi kehidupan manusia. Sementara dalam sumber lain, ada yang menspesifikasikan fungsi atau manfaat ilmu tauhid bagi kehidupan manusia ialah sebagai pendoman hidup yang dengannya umat manusia bisa terbimbing kepada jalan yang diridhai Allah, serta dengan tauhid manusia bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dengan tauhid manusia tidak hanya bebas dan merdeka, melainkan juga akan sadar  bahwa kedudukannya sama dengan manusia lain manapun. Tidak ada manusia yang superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Dalam

kontek

pengembangan

umat,

tauhid

berfungsi

antara

lain

mentranformasikan setiap individu yang meyakininya menjadi manusia yang lebih kurang ideal dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap  belenggu social, politik, ekonomi, dan budaya. Dengan demikian, akan muncul manusia-manusia tauhid yang memiliki ciri-ciri positif yaitu : 1.  Memiliki komitmen utuh pada tuhannya. 2.  Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.



 

3.  Bersikap progresif dengan selalu melakukan penilaian terhadap terhadap kualitas kehidupannya, adat-istiadatnya, tradisi dan faham hidupnya. 4.  Tujuan hidupnya jelas. Ibadatnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah semata-mata. 5.  Memiliki visi jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama-sama manusia lain; suatu kehidupan yang harmunis antara manusia dengan Tuhannya, dengan lingkungan hidupnya, dengan sesama manusia dan dengan dirinya sendiri.

2.8 Rumus Kalimat Tauhid dan Konsekuensinya

Tak diragukan lagi bahwa kalimat laa ilaaha illallah  illallah  merupakan pondasi agama Islam. Kalimat ini pula, bersama dengan kalimat syadahat muhammadur rasulullah,, merupakan rukun yang pertama dari kelima rukun Islam. Hal ini rasulullah sebagaimana

ditegaskan

dalam

sebuah

hadits

yang

shahih

bahwa

Nabi

Muhammad shall Muhammad  shallallah allahu u ‘alaihi ‘al aihi wa w a sallam sal lam   bersabda: bers abda:

‫م‬ ‫و‬  ‫ة‬‫ز‬ ‫ز‬    ‫إإ‬‫و‬  ‫ة‬ ‫اا‬  ‫م‬‫إإ‬‫و‬   ‫ل‬‫رر‬  ‫ا‬ ‫ وأن‬  ‫ إ‬ ‫ه‬‫ إ‬  ‫ أن‬ ‫ة‬‫د‬‫ش‬ ‫ش‬ :‫س‬‫خ‬ ‫ى‬  ‫م‬ ‫اا‬  ‫ي‬‫ب‬ ‫ت‬‫ا‬ ‫ا‬  ‫ج‬‫و‬  ‫ن‬‫ض‬‫ر‬ “ Isl  Islam am di dibangun bangun di atas at as lima li ma perkar pe rkara: a: (1) (1 ) Syahadat Sya hadat bahwa tiada t iada t uhan yang y ang berhak be rhak disembah dengan benar selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah; (2) Menegakkan shalat; (3) Menunaikan zakat; (4) Puasa di bulan Ramadhan; dan (5) Berhaji ke Baitullah.” Baitullah. ” (HR. Al-Bukhari Al -Bukhari no.8 dan Muslim no. 16).   Hadits-hadits dalam masalah ini pun banyak sekali. Makna syahadat laa ilaaha illallaah  illallaah  adalah tidak ti dak ada a da sesembahan se sembahan yang yan g berhak berha k disembah kecuali Allah. Kalimat ini menihilkan hak peribadahan yang sejati dari selain Allah dan menetapkannya hanya untuk Allah semata sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hajj:

  ‫ا‬ ‫ي‬  ‫ا‬      ‫و ن‬  ‫ط‬ ‫ا‬    ‫ه‬‫د و‬    ‫ن‬      ‫و ن‬  ‫ق‬  ‫ا‬    ‫ ن‬   ‫ذ ك‬ “ Demi  Demikian kianlah lah (kebe ( kebesaran saran Allah) Allah ) karena kar ena Allah, A llah, Dialah Dial ah (Tuhan) (Tu han) Yang Y ang Hak. Hak . Dan apa  saja yang merek m ereka a seru se ru selain se lain Dia, itula i tulah h yang batil, batil , dan sungguh sunggu h Allah All ah Dialah Dia lah Yang Ya ng  Mahatinggi  Mahat inggi lagi Mahabesar Mahabe sar.” .” (QS.  (QS. Al-Hajj: 62)   Dan firman Allah dalam surat Al-Mu’minun: Al-Mu’minun:  

‫ ون‬‫ف‬  ‫ا‬  ‫ ح‬ 

  ‫ ه‬    ‫ ه‬ ‫ر‬    ‫ه‬

10 

     ‫ف‬ ‫ ه‬  ‫ ه‬ ‫ن‬      ‫ آخ‬          ‫ ع‬    ‫و‬

 

“ Dan barangs ba rangsiapa iapa menye m enyembah mbah tuhan t uhan yang y ang lain l ain selai s elain n Allah, All ah, padahal pad ahal tidak t idak ada  suatu  suat u bukti buk ti pun pu n baginya bagi nya tentang t entang itu, maka perhit p erhitungann ungannya ya hanya han ya pada pad a Tuhannya. Tuha nnya. Sungguh orang-orang orang-orang kafir itu tidak akan beruntung.”  (QS. Al-Mu’minun: Al-Mu’minun: 117)  Firman pula Allah dalam surat Al-Baqarah:

   ‫ا‬ ‫ ا‬   ‫ا‬ ‫ ا‬   

 ‫ ه‬    

 ‫و ا‬  ‫ ه‬      ‫و‬

“ Dan Tuhanmu T uhanmu ialah Tuhan Yang Mahaesa, Mahaes a, tiada ti ada tuhan t uhan (yang ( yang berhak disembah) dise mbah) melainkan Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.  Allah juga berfirman dalam surat Al-Bayyinah:

 َ   ‫ا‬ ‫ ا‬ ‫ ه‬       ‫ وا‬     ‫ وا‬ ‫أ‬   ‫و‬ “ Padaha  Padahall merek me reka a hanya hany a diperint dipe rintah ah menyemba men yembah h Allah All ah dengan de ngan ikhla i khlass memurni mem urnikan kan ketaatan kepadaNya semata dalam menjalankan agama agam a yang lurus.” (QS. lurus.”  (QS. AlBayyinah: 5)  Ayat-ayat lain yang semakna sangat banyak terdapat dalam Al-Qur’an. Al- Qur’an.   Kalimat yang agung ini tidak akan bermanfaat bagi si pengucapnya dan tidak akan mengeluarkan si pengucapnya dari wilayah kesyirikan jika ia tidak memahami maknanya, tidak mengamalkannya, dan tidak membenarkannya. Orang-orang munafik pun mengucapkannya, namun mereka kelak tetap akan menjadi penghuni neraka yang paling bawah karena tidak mengimaninya dan tidak mengamalkannya. Demikian pula orang-orang Yahudi, mereka mengucapkan kalimat ini namun mereka tetaplah sekafir-kafirnya manusia sebab tiada mereka beriman pada kalimat ini. Begitu pula para penyembah kuburan dan penyembah orang-orang shalih, yang mereka ini merupakan orang-orang kafir, mereka mengucapkan kalimat ini namun  perkata  perk ataan, an, perbuatan perbu atan,, dan akidah akida h mereka mere ka menyelis menye lisihi ihi kalimat kali mat ini. Maka kalimat kali mat ini tidak bermanfaat sedikit pun bagi mereka dan tidaklah mereka teranggap sebagai kaum muslimin dengan semata telah mengucapkannya karena mereka sendiri membatalkan kalimat tauhid ini dengan perkataan, perbuatan, dan akidah mereka. Sebagian ulama menghimpun menghimpun syarat-syarat kalimat tauhid ini dalam dua bait syair: “ Ilmu, yakin, yaki n, ikhlas, ikhl as, dan jujurmu jujur mu bersama bers ama cinta, cint a, patuh, dan penerimaan pener imaanmu mu  padanya.  padany a. Tambah yang Tambah  yang ke k e delapan, del apan, ingkar i ngkarmu mu pada semua yang disembah dise mbah selain s elain Dia”   Dua bait ini mengumpulkan semua syarat kalimat tauhid:

11 

 

1.  Ilmu sebagai lawan dari tidak tahu. Di atas telah disebutkan bahwa makna kalimat ini ialah tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka semua hal yang disembah manusia selain Allah adalah sesembahan yang batil. 2.  Yakin sebagai lawan dari ragu-ragu. Haruslah dari sisi si pengucap muncul rasa yakin bahwa Allah subha Allah  subhanahu nahu wa ta’ala ta’ ala  adalah sebenar-benarnya sebenar- benarnya Dzat Dz at yang  berhak  berha k disemba dis embah. h. 3.  Ikhlas, yaitu dengan seorang hamba memurnikan semua ibadahnya hanya kepada Tuhannya, Allah subhan Allah  subhanahu ahu wa ta’ala ta’al a . Jika satu ibadah saja ia tujukan kepada selain Allah, baik kepada nabi, wali, raja, berhala, maupun jin dan selainnya maka ia telah menyekutukan menyekutukan Allah s Allah  subhanahu ubhanahu wa ta’ala dan ta’ala dan membatalkan syarat ikhlas ini. 4.  Jujur. Maknanya ialah orang yang mengucapkan kalimat syahadat haruslah mengucapkannya tulus dari dalam hatinya, hatinya sesuai dengan lisannya dan lisannya sesuai dengan hatinya. Jika ia mengucapkan dengan lisan saja sedangkan hatinya tidak mengimani maknanya maka kalimat ini tidak  bermanfa  berm anfaat at baginya bagin ya dan dengan denga n demikian demi kian ia tetap teta p berstatus berst atus kafir kafi r seperti sep erti seluruh selu ruh orang munafik. 5.  Cinta. Maknanya ia harus mencintai Allah ‘azza wa jalla. jalla . Jika ia mengucapkan kalimat ini namun tidak mencintai Allah, ia tetap menjadi kafir, tidak masuk ke dalam Islam sebagaimana orang-orang munafik. 6.  Patuh pada konsekuensi yang dikandung oleh makna kalimat tauhid, yaitu dengan hanya menyembah Allah semata, mematuhi syariatNya, mengimani dan meyakini bahwa syariatNya adalah benar. Jika dia mengucapkan kalimat tauhid namun enggan menyembah Allah semata, tidak mematuhi syariatNya bahkan menyombongkan diri, maka ia tidaklah teranggap sebagai muslim. Ia seperti Iblis dan yang semisal dengannya. 7.  Menerima kandungan makna kalimat tauhid, yaitu dengan menerima bahwa ia harus mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan meninggalkan segala  bentuk  bent uk peribada peri badahan han kepada selain sela in Dia, dia berkomitme berko mitmen n dan ridha dengan hal demikian. 8.  Kufur terhadap semua yang disembah selain Allah. Maknanya, ia harus melepaskan dirinya dari semua bentuk peribadahan kepada selain Allah dan

12 

 

meyakini bahwa peribadahan tersebut batil. Hal ini sebagaimana firman Allah subhan Allah  subhanahu ahu wa ta’ala ta’al a : Maka wajiblah atas setiap muslim untuk mewujudkan kalimat tauhid dengan memperhatikan syarat-syaratnya. Siapa saja yang merealisasikan makna kalimat tauhid dan istiqamah di atasnya maka ia adalah seorang muslim yang haram darah dan hartanya. Sekalipun ia tidak mengetahui rincian dari masing-masing syarat. Yang menjadi tujuan pokok ialah seorang mukmin memahami maknanya dengan  benarr dan mengamalka  bena menga malkannya nnya walaupun wala upun ia tidak tida k mengetah menge tahui ui rincian rinc ian masing masi ng -masing -mas ing syarat kalimat tauhid. Kemudian terdapat perbedaan antara perbuatan yang membatalkan kalimat tauhid laa ilaaha illallah  illallah  dengan perbuatan yang hanya membatalkan membatalka n bagian  penyempurn  penye mpurnaa iman yang wajib, waji b, yaitu bahwa setiap set iap amalan, amal an, perkataan perka taan,, atau keyakinan

yang

menjerumuskan

pelakunya

pada

syirik

akbar

itulah

yang

membatalkan iman secara keseluruhan. Misalnya, berdoa meminta sesuatu kepada orang yang sudah meninggal, malaikat, berhala, pepohonan, bebatuan, bintang bintang,  bint ang, atau kepada kepa da yang lain semisal semi sal itu, atau menyembeli menyem belih h dan bernadzar berna dzar untuk mereka, sujud kepada mereka, dan lain-lain. Maka ini semua membatalkan tauhid secara

keseluruhan

serta

berlawanan

dengan

kalimat

tauhid laa

ilaaha

illallah bahka illallah  bahkan n menihil men ihilkannya. kannya. Contoh yang lain lagi ialah menghalalkan perkara-perkara yang telah Allah haramkan dan diketahui keharamannya secara dharuri dharuri  dan ijma’, semisal zina, meminum khamr, mendurhakai orang tua, riba, dan lain-lain. Contoh lain ialah menyangsikan perkataan atau perbuatan yang Allah wajibkan yang diketahui secara dharuri dharuri  atau lewat ijma’ merupakan bagian dari agama, missal shalat wajib yag lima, zakat, puasa Ramadhan, berbakti pada orang tua, mengucapkan dua kalimat syahadat, dan lain -lain. Adapun perkataan, perbuatan, dan keyakinan-keyakinan yang melemahkan tauhid dan iman dan membatalkan aspek penyempurna wajibnya saja ada banyak sekali, misalnya syirik ashghar semisal riya’ dan bersumpah dengan nama selain Allah,

juga

perkataan “sesuai

kehendak

Allah

dan

kehendak

fulan” ,

atau

ungkapan “ini dari Allah dan dari si fulan” , dan lain-lain. Demikian pula semua maksiat itu melemahkan tauhid dan iman serta menihilkan aspek penyempurna iman

13 

 

yang wajib. Oleh karena itu, wajib mewaspadai semua yang membatalkan tauhid dan iman atau yang mengurangi pahalanya. Dan iman menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah mencakup ucapan dan perbuatan, bertambah dengan melaksanakan amal ketaatan dan berkurang karena mengerjakan maksiat.

14 

 

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Aqidah, Tauhid, Iman dalam kehidupan umat muslim perlu kita pelajari dan amalkan. Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati, dapat mendatangkan ketentraman jiwa dan menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keraguan-keraguan. Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan Allah.Sedangkan iman menurut pengertian sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup. Aqidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan.Dan seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mampu mewujudkan nnkeislamannya.

3.2 Saran

Sebagai umat muslimnya hendaknya kita mengetahui hakikat dan kedudukanya aqidah,tauhid dan iman dalam kehidupan sehari hari agar perbuatan kita tidak melenceng dari semestinya, sesuai dengan Al-Qur’an Al-Qur’an dan sunnah rosullullah.Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk  penyempurnaan makalah selanjutnya.

15 

 

DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/ https://blogmateri.wordpress.com/2015/02/12/makalah-aqidah-tauhid-iman-hakikatdan-kedudukannya/ http://4everace8.blogspot.com/2017/01/sumber-aqidah-dalam-islam-dalam-islam.html.   http://4everace8.blogspot.com/2017/01/sumber-aqidah-dalam-islam-dalam-islam.html. https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html.   https://muslim.or.id/29558-konsekuensi-kalimat-tauhid-laa-ilaaha-illallah.html.

16 

 

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang aqidah dan tauhid. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari  berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam  pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang aqidah dan tauhid ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang,

Desember 2019

Penyusun

i17 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................... ................................................................. ............................................. ............................. .......

i

DAFTAR ISI ............................................. .................................................................... ............................................. ........................................ ..................

ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................ .................................................................. ............................................ ......................

1

1.1  Latar Belakang ........................................... ................................................................. ............................................ ................................. ...........

1

1.2  Rumusan Masalah ............................................ .................................................................. ............................................ .......................... ....

1

1.3  Tujuan ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................ ......................

1

BAB II PEMBAHASAN .................... .......................................... ............................................ ............................................ .......................... ....

2

2.1 Pengertian Aqidah .......................................... ................................................................. ............................................. ............................. .......

2

2.2 Ruang Lingkup Aqidah .......................................... ................................................................ ............................................ ......................

2

2.3 Sumber Aqidah ............................................ .................................................................. ............................................ ................................. ...........

4

2.4 Tingkatan Aqidah ........................................... .................................................................. ............................................. ............................. ....... 2.5 Pengertian Tauhid ........................................... .................................................................. ............................................. ............................. .......

4 5

2.6 Kedudukan Tauhid ......................................... ............................................................... ............................................. .............................. .......

6

2.7 Fungsi Tauhid ............................................. ................................................................... ............................................ ................................. ...........

8

2.8 Rumus Kalimat Tauhid dan Konsekuensinya ..................................... .................................................... ...............

10

BAB III PENUTUP ........................................... ................................................................. ............................................ ................................. ...........

15

3.1 Kesimpulan .......................................... ................................................................. ............................................. ........................................ ..................

15

3.2 Saran ............................................ .................................................................. ............................................ ............................................ .......................... ....

15

DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................. ............................................. ............................. .......

16

ii   18

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF