Makalah Alat Diagnostik
March 15, 2019 | Author: Romy Rezazzurri Firmansyah | Category: N/A
Short Description
alat-alat diagnostik...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan hidupnya, termasuk kebutuhan akan kesehatan. Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik terhadap masyarakat maka diperlukan sarana dan prasarana yang baik pula. Salah satu contohnya melalui pelayanan yang lebih mengutamakan pada pemakaian jasa jasa pelayanan. Untuk itu pelayanan di bidang kesehatan perlu mendapat perhatian khususnya pada fasilitas penunjang berupa penyediaan dan penambahan alat-alat kesehatan, contohnya peralatan Diagnostik. Peralatan Diagnostik merupakan rangkaian alat medis yg membantu pemeriksaan medis terhadap kondisi kond isi fisik pasien atau struktur lain yang terdapat pada tubuh pasien untuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sebelum dokter memberikan tindakan berikutnya. Dari tahun ke tahun teknologi berkembang pesat khususnya di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), termasuk IPTEK dalam kedokteran dan kesehatan .Dengan perkembangan alat-alat kedokteran tersebut, maka mahasiswa sebagai calon-calon teknisi Teknik Elektromedik di harapkan dapat memahami dan mengetahui dengan sfesifik alat-alat yang ada dalam bidang kedokteran contohnya Cardiotocography (CTG), Holter Monitor, Electroencephalography (EEG), Utrasonography (USG), Electromyography (EMG), Stress Test Monitor, dan Audiometry 1.2 Rumusan Masalah
Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang alat-alat diagnostik, khususnya alat diagnostik yang penulis sajikan dalam makalah ini.
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui fungsi, cara kerja, prosedur, serta pemeliharaan d ari berbagai alat diagnostik.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Holter Monitor
Gambar 1 Alat Holter Monitor
A. Pengertian Holter Monitor Holter monitor merupakan alat praktis yang mampu memantau berbagai aktivitas listrik selama 24 jam untuk menilai irama jantung, posisi ruang jantung, dan evaluasi terapi (pemasangan pacemaker). Bila terdapat keluhan berupa pusing, pingsan, tekanan darah rendah, lelah berkepanjangan atau berdebar tanpa adanya perubahan pada pemeriksaan EKG saat istirahat. Alat ini dapat berguna untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung (aritmia) atau kejadian epileptic (EEG) yang sulit diketahui bila dipantau dalam jangka pendek. Bersamaan dengan perekaman, pasien mencatat aktivitas dan keluhan yang muncul saat perekaman. Alat ini menggunakan elektroda yang dipasangkan di dada yang dihubungkan ke alat yang berfungsi menyimpan informasi mengenai aktivitas listrik jantung selama periode perekaman.
2
B. Persiapan Sebelum Tes
Selama pemeriksaan berlangsung alat tidak boleh basah, sehingga anda disarankan mandi terlebih dahulu. Pasien pria dengan bulu dada yang lebat diminta untuk mencukur dan jangan gunakan lotion, minyak, atau bedak pada d ada. Untuk kenyamanan selama pemasangan alat sebaiknya kenakan baju longgar (contohnya T-shirt besar dan bukan blus berleher rendah) sebelum datang janji. Pemeriksaan ini tidak membutuhkan perawatan anda tidak perlu berpuasa.
Anda bisa meneruskan obat-obatan saat ini.
Anda boleh melakukan aktivitas seperti biasa.
Hati-hati jangan sampai mematikan tombol alat, atau tercabut kabelnya, karena rekaman akan otomatis terhenti. Sebaiknya Anda tidak melewati detektor logam saat menggunakan Holter.
C. Cara Pemasangan Prosedur pemasangan holter monitor antara lain:
Elektroda ECG dipasang pada dada dan disambungkan dengan kabel lead. Monitor ECG perekaman.
dengan
ukuran
kecil
dibawa
sepanjang
masa
Pasien diberitahu agar elektroda harus selalu terpasang, tidak membasahi elektroda, tidak menggunakan peralatan elektronik dan alat yang menggunakan magnet selama masa perekaman agar tidak mengganggu sinyal EKG, mencatat adanya gejala dan aktivitas yang dilakukan selama masa perekaman, dan menghubungi dokter bila terdapat masalah selama perekaman.
D. Cara Kerja Prinsip alat ini tidak jauh berbeda dengan EKG, sejumlah elektroda yang dipasangkan di dada akan dihubungkan ke alat yang berfungsi menyimpan informasi mengenai aktivitas listrik jantung selama periode perekaman. Alat ini menggunakan elektroda yang
3
dipasangkan di dada yang dihubungkan ke alat yang berfungsi menyimpan informasi mengenai aktivitas listrik jantung selama periode perekaman. E. Indikasi
Menunjukan gejala aritmia. Selain dari denyut jantung tak teratur, gejala lainnya adalah pusing, pingsan mendadak, dan kelelahan yang tidak biasa serta kesulitan bernapas bahkan ketika tidak melakukan aktivitas berat. Mengkonsumsi obat namun gejalanya tidak hilang. Holter Monitor dapat digunakan untuk memastikan keefektivitasan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. Baru saja melakukan bedah jantung. Perangkat dapat menentukan apakah alat pacu jantung bekerja dengan baik. Perangkat juga dapat menunjukan apakah ada luka pada jantung. Penting juga jika EKG tidak memberikan informasi yang memadai karena EKG hanya digunakan unutk memantau aktivitas jantung selama sekitar satu jam. Penggunaan holter monitor bersifat aman, rendah risiko, dan efektif. Holter Monitor biasanya dipakai dalam waktu 24 hingga 48 jam tergantung pada jumlah informasi yang diperlukan dokter ahli jantung. Waktu ini juga tergantung pada parahnya kondisi. Hasil biasanya diperoleh setelah beberapa minggu kecuali jika hasilnya menunjukan adanya kondisi yang mengancam jiwa.
F. Risiko dan Komplikasi Secara umum, penggunaan monitor Holter bersifat aman. Namun ada sedikit ketidaknyamanan karena pasien harus membawa monitor kemanapun selama dua hari. Dengan ukurannya yang kecil (seukuran kamera modern), monitor sangatlah nyaman untuk dibawa kemanapun. Monitor juga dapat disembunyikan di bawah pakaian. Namun, salah satu masalah monitor adalah bahwa monitor mungkin tidak merekam seluruh “kejadian” dan saat-saat ketika gejala
4
muncul. Jika banyak gejala yang tidak tercatat, seluruh pengujian tidak dapat digunakan dan dokter akan tetap tidak dapat memeriksa pasien dengan baik atau menentukan penyebab gejala. Karena itu, pasien akan diminta untuk melakukan pengujian ulang. Meskipun sangatlah jarang, monitor dapat memicu reaksi alergi atau iritasi pada kulit pasien akibat bantalan elektroda yang terpasang. Jika salah satu dari hal tersebut terjadi, pasien harus segera memberitahukan dokter dan teknisi untuk pengambilan langkah lanjutan. Beberapa orang mungkin juga memiliki kesulitan untuk memastikan perangkat menyala ketika kegiatan berlangsung dan memantau gejala pada buku harian monitor. Data yang tidak lengkap dapat memberikan dokter gambaran kondisi pasien yang tidak tetap. G. Maintenance Holter Monitor
Elektroda tidak boleh basah atau terkena air.
Menjaga kebersihan elektroda.
Periksa penghubung elektroda dengan alat monitor.
Kalibrasi alat minimal 1 tahun sekali.
Periksa kondisi baterai.
2.2 Electroenchephalography (EEG)
Gambar 2 Ilustrasi Pemeriksaan dengan alat EEG
5
A. Pengertian Electroenchephalography (EEG) Elektroenchephalography (EEG) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya kelainan dari otak. Tindakan ini menggunakan sensor khusus yaitu elektroda yang dipasang di kepala dan dihubungkan melalui kabel menuju komputer. B. Cara Kerja Electroenchephalography (EEG) Aktivitas listrik dari otak penderita direkam oleh elektroda perak yang dipasang oleh teknisi yang terlatih pada kulit kepala. Elektroda ini dihubungkan secara berpasangan diatas bagian otak yang berdekatan sehingga arus terdeteksi oleh satu elektroda, akan berbeda yang terdeteksi oleh elektroda pasangannya, perbedaan voltase ini akan menggerakkan pena. Jika pada bagian otak bermuatan negative dan satunya lagi pada bagian otak bermuatan positif, pena akan bergerak ke bawah. Jika situasinya terbalik, pena akan bergerak ke atas. Jika tidak ada arus dari kedua bagian otak di bawah elektroda mempunyai arus yang sama, pena akan menggambar garis datar. Biasanya ada 8 pena berurutan dan rangkaian akhir dari garis ini mengukur baik kekuatan fluktuasi perbedaan voltase maupun frekuensi. Pemeriksaan ini berlangsung selama 45-47 menit dan menghasilkan gambar gelombang otak selama 5 menit. Jika seseorang tegang, EEG akan menunjukkan pola pengaktifan yang tidak sinkron dan bervoltase rendah. Meski demikian, pola ini mirip dengan pola pada orang yang tenang, yang melakukan tugas mental seperti menghitung. Dengan demikian bila seseorang tegang ketika melakukan tes EEG, EEG hanya menunjukkan otak terangsang tetapi tidak menunjukkan apa yang merangsangnya. C. Prosedur Electroenchephalography (EEG) Pertama rambut harus bersih, tetapi yang terpenting adalah harus kering. Sejumlah elektroda akan ditempatkan ke kulit kepala (biasanya antara 8-23 buah, tergantung kondisi yang diselidiki). Semacam gel mungkin akan dioleskan untuk membantu elektroda agar tetap pada posisinya dan untuk mengoptimalkan perekaman.
6
Pasien harus dalam keadaan berbaring dan diam untuk menghindari gangguan listrik dari kontraksi otot lainnya. Adakalanya dokter akan meminta pasien untuk membuka dan menutup mata dan bernapas berat. EEG umumnya memakan waktu antara 30-60 menit. Terkadang rekaman pada saat tidur juga diperlukan. Jika pasien adalah bayi atau anak kecil, ada baiknya orangtua menunda tidur siang anaknya hingga dilakukan EEG. Sedatif (obat untuk membantu tidur) mungkin diperlukan jika pasien tidak tertidur selama pemeriksaan. D. Maintenance Electroenchephalography (EEG)
UNTUK PC
Untuk menjaga dari serangan virus, PC dapat diinstal anti virus untuk mencegah virus yang masuk ketika PC berinteraksi.
UNTUK ELEKTRODE
Untuk merawat komponen keras dan lunak pada PC, maka dapat dioprasikan minimal sekali dalam sehari.
Ketika perangkat EEG selesai digunakan, elektrode harap dibersihkan dari sisa gel dengan air hangat. Ketika elektrode tidak digunakan harap disimpan pada tempat yg steril untuk menghindari kontak dengan bakteri secara berlebihan. Untuk mendeteksi adanya gangguan pada elektrode dapat dicelupkan kedalam air untuk meng-groundkan elektrode agar terdeteksi sinyal netral.
UNTUK KABEL PENGHUBUNG ELEKTRODE (FO)
Karena kabel FO memiliki struktur yg berbeda dengan kabel tembaga pada umumnya sehingga kabel FO tidak boleh di lipat ketika akan merapikannya. Kabel FO harus tergulung demi menghindari kerusakan kabel.
7
2.3 Cardiotocography (CTG)
Gambar 3 Alat Cardiotocography (CTG)
A. Pengertian Cardiotocography (CTG) Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya. Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
8
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 1015 menit PENGERTIAN UMUM CARDIOTOCOGRAPHY (CTG) Suatu alat untuk mengetahui kondisi janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim. Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan: a). Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll). b). Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction). c). Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali). d). Polihidramnion (air ketuban berlebih). B. Mekanisme Pengaturan DJJ a) Sistem Saraf Simpatis, yang bekerja pada miokardium, dimana dengan obat (beta adrenergik) akan merangsang atau meningkatkan kekuatan otot jantung, frekruensi & curah jantung. b) Sistem Saraf Para Simpatis, sebagian besar dipengaruhi oleh N.Vagus yang berasal dari batang otak. Bekerja pada nodul SA dan AV serta neuron. Rangsangan N.Vagus (ex asetilkolin) akan menurunkan kerja jantung, frekruensi dan curah jantung, sedangkan hambatan pada N.Vagus (ex atropin) akan meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung. c) Baroreseptor, letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pada daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merangsang N.Vagus untuk menurunkan kerja, frekruensi dan curah jantung. d) Kemoreseptor yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak (sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan otak. Pada saat O2 turun dan CO2 naik, maka
9
reseptor sentral akan mengakibatkan takhikardi sehingga aliran darah bnayak dan O2 meningkat pd darah dan cairan otak. e) Sistem Saraf Pusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana aktivitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun. f) Sistem Hormonal, pada keadaan stress (asfiksia) maka adrenal mengeluarkan epi & norepi untuk meningkatkan kerja, frekruensi dan curah jantung.
Karakterisitik DJJ
a) Basa fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan kontraksi ut. b) Reactivity, merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi. c) Baseline Rate Normal 120-160dpm, ada juga yang membuat 120-150 dpm. Takhikardi jika DJJ > 160dpm, dan bradikardi jika DJJ < 120 dpm. d) Takhikardi dapat terjadi pada keadaan : Hipoksia janin (ringan / kronik), kehamilan preterm (80 dB sudah tak mampu mendengar sama sekali (level berat sekali). Ketulian atau kehilangan pendengaran jelas akan mengakibatkan gangguan ketika melakukan komunikasi dengan orang lain. Hanya saja, ABD/hearing AID biasanya bisa menjadi alat bantu bagi seseorang yang masih mempunyai sisa pendengaran. Penggunaan alat ABD tersebut
25
tujuannya adalah untuk membuat suara yang diamplifikasi menjadi lebih keras.
Audiometri Nada Murni Pada jenis audiometri ini, uji pendengaran bakal dilakukan dengan memanfaatkan alat listrik yang diketahui dapat memroduksi nada-nada murni sebagai bunyi. Bunyi tersebut pun memiliki berbagai frekuensi, seperti 4000-8000, 1000-2000, dan 250-500. Pengaturan intensitas dapat dilakukan dalam satuan (dB). Headphone adalah salah satu dari alat untuk menyalurkan bunyi yang sudah dihasilkan ke telinga pasien yang tengah diperiksa pendengarannya. Ada audiogram yang kiranya lebih membantu dalam memperoleh informasi detil akan gambaran dari pendengaran yang normal berdasarkan usia seseorang. Pada normalnya, telinga manusia memiliki kemampuan pendengaran akan bunyi dengan frekuensi 20-20000 Hz dan 500-2000 Hz adalah frekuensi yang vital dalam melakukan percakapan sehari-hari. a) Pendengaran dianggap normal ketika kehilangan pendengaran dalam desibel 0-15. b) Kehilangan pendengaran kecil adalah >15-25 desibel. c) Kehilangan pendengaran ringan adalah >25-40 desibel. d) Kehilangan pendengaran sedang adalah >40-55 desibel. e) Kehilangan pendengaran sedang hingga berat adalah >55-70 desibel. f) Kehilangan pendengaran berat adalah >70-90 desibel. g) Kehilangan pendengaran berat sekali adalah >90 desibel. Pada uji pendengaran ini kemudian akan dihasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien yang didasarkan pada stimulus nada murni. Pengukuran nilai ambang dilakukan dengan frekuensi yang berbeda-beda dan grafik pun dibuat berdasar pada skala desibel.
26
D. Indikasi
Gangguan pendengaran akibat bekerja diare dengan tingkat kebisingan tinggi.
Pasien dengan respon pendengaran yg kurang.
Kecurigaan tuli pada pasien.
E. Maintenance Audiometry a) Hindari seuhu ekstrim,ketika mengelarkan alat dari perjalanan, diamkan dulu selama kurang lebih 30 menit untuk menstabilkan suhunya sebelum digunakan. b) Hindari kontak dengan cairan, Cairan dapat merusa komponen elektronika. c) Gunakan audiometer dengan hati-hati, jangan biarkan alat ini jatuh karna bisa meneyebabkan kerusakan komponen digital alat. d) Jangan biarkan kabel alat kusut atau terlilit dan jangan mengikat kabel terlalu kencang, kabel audiometer sangat sensitif, mengikat kabel terlalu keras dapat membuat kawat di dalam kabel putus. e)
Bersihkan alat dan unit dengan kapas alkohol.
f) Lakukan pengecekan audiometry setiap hari, adanya perubahan frekuensi,volume suara dan kualitas suaranya. g)
Lakukan pengecekan alat setiap hari.
h)
Lakukan kalibrasi minimal 1 tahun sekali.
27
2.7 Stress Test Monitor
Gambar 13 Stress Test Monitor
A. Pengertian Stress Test Monitor Sebuah tes stres treadmill, juga disebut stres test jantung, adalah tes diagnostik kardiovaskular digunakan untuk menentukan seberapa baik jantung bekerja dan merespon stres eksternal. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik jantung menangani kegiatan atau pemakaian tenaga yang lebih dari yang biasa digunakan. Jenis tes ini sangat efektif dalam mendeteksi penyakit kardiovaskular dan mengevaluasi risiko atau kemungkinan seseorang terjerumus ke penyakit jantung kronis. Ini hanyalah salah satu dari sekian jenis tes stres jantung dan berada di bawah kategori tes latihan stres. Tes berbasis latihan bervariasi, tergantung pada jenis kegiatan yang diminta dilakukan pasien. Misalnya, untuk tes treadmill, pasien diminta untuk berjalan di atas treadmill, tetapi pasien juga bisa diminta menggunakan sepeda stasioner atau melakukan bentuk-bentuk lain dari latihan. Di sisi lain, ada juga tes jantung yang tidak menggunakan latihan; sebaliknya, demi meningkatkan tingkat aktivitas jantung, pasien bisa mengonsumsi obat atau diberikan zat radioaktif intravena untuk memicu respons jantung yang lebih kuat. B. Cara Kerja Stress Test Monitor Treadmill bergerak dengan bantuan penggerak motor. Treadmill akan berlangsung 20-40 menit speed dinaikan secara berlahan dan menambah kemiringan (hudrolik).Elektroda ini mengukur aktivitas listrik di jantung, mengirim hasilnya ke monitor elektrokardiograf terpasang. Tes ini sering
28
dilakukan bersamaan dengan ECG untuk secara akurat mendiagnosis penyakit kardiovaskular. Hasil dari treadmill bisa berupa print out atau CD. Hal ini juga yang paling sering digunakan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit arteri koroner atau penyakit jantung iskemik. C. Prosedur Stress Test Monitor Tes stres treadmill dilakukan oleh dokter jantung, atau teknisi terlatih. Pertama dimulai dengan menempatkan elektroda di dada, yang telah dibersihkan sebelumnya, untuk memastikan kontak langsung. Sebelum tes, pasien diberi instruksi yang jelas tentang bagaimana mempersiapkan hal ini. Misalnya, pasien disarankan tidak mengkonsumsi makanan atau minuman dengan kafein atau mengkonsumsi obat-obat jantung sehingga hasilnya tidak akan dipengaruhi oleh faktor lain. Juga, tepat sebelum tes dimulai, statistik jantung pasien dicatat sehingga dokter dapat membandingkan hasil sebelum dan setelah tes. Selama pengujian, ketika pasien berjalan di treadmill pada tingkat yang semakin cepat, detak jantung, tekanan darah, dan elektrokardiogram semua dipantau, dan setiap perubahan sebagai akibat dari aktivitas dan stres tubuh meningkat levelnya, dicatat. Tingkat aktivitas yang dilakukan pasien selama tes akan meningkat saat treadmill bergerak lebih cepat. Di beberapa titik selama pengujian, dokter mungkin meminta pasien untuk bernapas ke dalam tabung selama beberapa saat untuk mengukur jumlah udara yang mampu ia tarik selama kegiatan. Meskipun pasien diminta untuk terus berolahraga selama dia bisa, penting untuk menginformasikan teknisi atau dokter jika ada gejala yang tidak normal seperti nyeri dada, lengan sakit,atau pusing muncul. Fasilitator tes juga akan menghentikan tes jika dianggap perlu berdasarkan hasilnya. Setelah pasien berhenti berolahraga, ia akan diminta untuk beristirahat dengan duduk atau berbaring. Pada titik ini, denyut jantung dan tekanan darah akan kembali dicatat. Pasien harus menyediakan waktu setidaknya 60 menit untuk tes jantung treadmill. Tes itu sendiri akan memakan waktu kurang dari 12 menit atau paling cepat 7 menit, tetapi ada persiapan yang dilakukan sebelum itu yang mungkin memakan waktu. Hanya untuk memastikan, pasien harus menghindari membuat jadwal lain sebelum dan sesudah tes.
29
D. Indikasi a) Diduga memiliki masalah kardiovaskular karena munculnya beberapa gejala. b) Memiliki riwayat keluarga penyakit jantung kronis, atau pasien dengan risiko sedang terpapar penyakit jantung koroner. c)
Perokok kronis atau perokok yang sudah lama.
d)
Sedang menjalani pengobatan jantung.
e)
Sudah memiliki kondisi jantung.
f)
Memiliki hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
g)
Sakit dada
h)
Detak jantung tidak teratur atau abnormal
i)
Kesulitan bernapas
E. Maintenance Stress Test Monitor a)
Elektroda tidak boleh basah atau terkena air
b)
Menjaga kebersihan elektroda
c)
Periksa penghubung elektroda dengan alat monitor
d)
Periksa penggerak motor pada treadmill
e)
Periksa selalu manset NIBP
f)
Tabung gas
g)
Kabel-kabel tidak noleh terlipat
h)
Menjaga kebersihan alat
i)
Kalibrasi alat minimal 1 tahun sekali
30
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari beberapa alat diagnostik di atas, dapat di simpulkan bahwa setiap alat diagnostik memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan tujuannya di ciptakan, dari beberapa alat diagnostik yang di jelaskan di atas, masih banyak alat diagnostik yang digunakan di Indonesia, bahkan di dunia, kita sebagai mahasiswa teknik medis setidaknya dapat mengetahui apa saja alat diagnostik, khususnya yang ada di Indonesia ini.
3.2 Kritik dan Saran
Dari paparan makalah alat diagnostik di atas diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami dengan baik sehingga dapat mengamalkannya kepada masyarakat luas meskipun makalah ini jauh dari kata sempurna, saya sangat mengharapkan kritik dan saran khususnya kepada penulis yang bersifat membangun untuk kebaikan makalah ini.
31
View more...
Comments