MAKALAH A.L KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN HORMONAL.docx
February 21, 2018 | Author: radanikma | Category: N/A
Short Description
Download MAKALAH A.L KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN HORMONAL.docx...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KERANGKA KONSEP ASKEP “ALAT KONTRASEPSI NON HORMONAL DAN HORMONAL”
OLEH : RADA NIKMATUL MAULA 14201.05.13025
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG 2017
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Progam KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu jumlah anak, jarak kelahiran anak secara ideal sesuai dengan keinginan atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan pemenuhan hak-hak reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal, kondisi kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah dalam kehidupan social dan aktifitas perekonomian nya. Dampak pemenuhan hak-hak reproduksi tersebut secara langsung adalah terwujudnya keluarga kecil sehat dan sejahtera sehingga pada akhirnya dapat terwujud keluarga yang bahagia. Kontrasepsi nonhormonal yang digunakan oleh pemakai lebih efektif menekan tingkat kegagalan dibandingkan alat kontrasepsi hormonal seperti pil, suntik, susuk. Alat kontrasepsi nonhormonal memiliki efek samping yang lebih rendah dan harga lebih terjangkau. Problem KB hormonal biasanya berkaitan dengan fisik seperti kegemukan, bercak hitam pada kulit, menstruasi yang tidak teratur. Sementara itu kontrasepsi nonhormonal dapat meminimalkan efek samping tersebut dan hanya bersifat menghambat pembuahan. Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi yang paling banyak digunakan wanita di negara-negara maju. Para wanita menggunakannya untuk mencegah kehamilan. Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat, diketahui dari data website resmi pemerintah Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 jumlah pasangan menikah usia subur
sebanyak
218.125
pasangan.
Kecenderungan
peningkatan
pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang nantinya bila tidak diatur akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup suatu keluarga, sehingga akan bertolak belakang dengan program pemerintah yaitu mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Tata laksana untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi hormonal baik berupa estrogen saja maupun kombinasi estrogen dan progesterone (Hartanto, 2004).
1.2
Rumusan Masalah 1. Apa definisi alat kontrasepsi non hormonal ? 2. Bagaimana pemakaian alat kontrasepsi non hormonal ? 3. Bagaimana kontraindikasi alat kontrasepsi non hormonal ? 4. Apa saja indikasi alat kontrasepsi non hormonal ? 5. Bagaimana cara kerja alat kontrasepsi non hormonal ? 6. Apa saja yang termasuk alat kontrasepsi non hormonal ? 7. Apa definisi alat kontrasepsi hormonal ? 8. Bagaimana efektivitas (daya guna) kontrasepsi ? 9. apa saja macam macam alat kontrasepsi hormonal ?
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya peertemuan antara sel telur dan sel sperma tersebut Sedangkan kontrasepsi non hormonal adalah suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak mengandung hormon (estrogen dan progesteron). (Maryani, 2008). Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami
istri
untuk
mendapatkan
obyektif-obyektif
tertentu,
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (WHO 2006). KB non hormonal adalah metode KB sederhana yang digunakan tanpa bantuan orang lain. Diantara KB sederhana adalah kondom metode ini akan lebih efektif jika penggunaannya diperhitungkan dengan masa subur (Ida Ayu Chanranika.2010). Jenis metode KB pasca persalinan terbagi menjadi dua yaitu non hormonal dan hormonal. jenis kontrasepsi non hormonal yaitu MAL, kondom, AKDR dan kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi) sedangkan jenis kontrasepsi hormonal terbagi dua yaitu progestin (pil, injeksi dan implan) dan kombinasi (pil dan injeksi). Menurut BKKBN dan Kemenkes R.I. (2012). 2.2 MANFAAT KONTRASEPSI a.
Kontrasepsi
Efektifit bila digunakan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak manggangu kesehatan klien
Tidak mempunyai pengaruh sistemik
Murah dan dapat dibeli secara umum
Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Metode resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrsepsi lainnya harus ditunda
b.
Non kontrasepsi
Memberi dorongan kepada suami untuk ituk ber-KB
Dapat mencegah penularan IMS
Mencegah ejakulasi dini
Membantu mencegah terjadinya kanker srviks (mengurangi iritasi bahan karsinogonik eksogen pada servik)
Saling berinteraksi sesama pasien
2.3. MACAM-MACAM KONTRASEPSI NON HORMONAL 2.3.1 Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah) Kontrasepsi Alamiah adalah suatu upaya mencegah / mengahalangi pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan menggunakan metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun bahan kimia (yang menjadi cirri khas metode perintang ) juga tidak memerlukan obat-obatan. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi alamiah adalah sbb: 1. Metode Amenorea Laktasi a. Definisi metode
amenorea
mengendalikan
laktasi
pemberian
air
adalah susu.
kontrasepsi kontrasepsi
yang MAL
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi. metode ini memiliki 3 syarat yang harus di penuhi :
ibu belum mengalami haid.
bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang siang dan malam.
bayi berusia kurang dari 6 bulan
b. Efektifitas Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan sebelum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan). c. Cara kerja Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi bbatau menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitoksin. semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon
penghambat
(inhibitor).
Hormon
penghambat
akan
mengurangi kadar mengurangi kadar estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi. d. Indikasi Metode amenorea laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut: a) wanita yang menyusui secara eksklusif. b) Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan. c) wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan. e. Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan MAL a) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid. b) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif. c) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam. 2. Senggama Terputus (koitus interuptus) a. Definisi Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi.Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis
keluar
dari
vagina. Cara
Kerja Alat
kelamin
(Penis)
dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari cara
ini
adalah
tidak
membutuhkan
biaya,
alat
maupun
persiapan. kekurangannya adalah dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pria dan penggunaan cara ini dapat menimbulkan
neurasteni. Manfaat Kontrasepsi yaitu Efektif bila digunakan dengan benar, Tidak mengganggu produksi ASI, Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya, Tidak Ada efek samping, Dapat digunakan
setiap
waktu,Tidak
Kontrasepsi, Meningkatkan
membutuhkan
keterlibatan
pria
biaya
dalam
Non
keluarga
berencana, Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dalam, efektif : Bagi wanita yang suami atau pasangannya mampu mengontrol waktu ejakulasi. b. Indikasi a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana b) Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya c) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera d) Pasangan
yang
memerlukan
metode
sementara,
sambil
menunggu metode yang lainnya e) Pasangan yang memerlukan metode pendukung serta Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur. c. Kontraindikasi a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini b) Pria yang sulit melakukan sanggama terputus c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis · d) Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama e) Pasangan
yang
kurang
dapat
saling
berkomunikasi dan
pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus. 3. Suhu basal a. Definisi Dan Tujuan Suhu Basal Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Metode suhu tubuh dilakukan dengan wanita mengukur suhu tubuhnya setiap hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya. Setelah ovulasi suhu basal ( BBt / basal body temperature ) akan sedikit turun dan akan naik sebesar ( 0,2 – 0,4 ° C ) dan menetap sampai masa ovulasi berikutnya. Hal ini terjadi karena setelah ovulasi hormone progesterone disekresi oleh korpus luteum yang menyebabkan suhu tubuh basal wanita naik. Adapun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan
motivasi, Perlu
diajarkan
oleh
spesialis
keluarga berencana alami, Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal, Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehinggamempersulit untuk mencapai kehamilan, Membutuhkan masa pantang yang lama, karena
ini
hanyalah
Sedangkan Keuntungan
dari
mendeteksi metode
ini
pasca
ovulasi.
adalah Meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur, Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi, Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lender serviks, Berada dalam kendali wanita, Dapat digunakan
mencegah
atau
meningkatkan
kehamilan. Efek
SampingPantang yang terlampau lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet wanita sewaktu senggama. Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per 100 wanita pertahun. Daya guna pemakaian adalah 20 – 30 kehamilan per 100 wanita/tahun. b. Indikasi a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan. b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur. c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain. d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan. c. Kontraindikasi a) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan b) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur c) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain d) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.
4. Metode lendir serviks a. Definisi Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Metode lendir serviks yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks. Pengamatan lendir serviks dapat
dilakukan
dengan merasakan perubahan rasa
pada vulva sepanjang hari dan melihat langsung lendir pada waktu tertentu. Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air (encer) sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir kembali menjadi lebih padat. Jika lendir mulai keluar atau bagi wanita yang mengalami keputihan (sering mengeluarkan lendir) lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini menunjukan akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus dihindari dengan menggunakan alat kontrasepsi. Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi transparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik diantara dua jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa subur dapat dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi. Kelebihandari metode
ini
metode
adalah mudah digunakan, tidak mukosa
berencana alami
memerlukan
serviks merupakan
lain
yang
metode keluarga
mengamati
tanda-tanda
kesuburan. Sedangkan kekurangannya
yaitu Tidak
digunakan
dikombinasikan
sendiri,
sebaiknya
metode kontrasepsi lain, Tidak
cocok
menyukai
alat
menyentuh
biaya,
efektif
untuk wanitayang
bila
dengan tidak
kelaminnya, Wanita yang
memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan, Wanita yang
menghasilkan
sedikit
lendir.
Efek
sampingnya yaitu Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/kehamilan. b. Indikasi a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause. b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara. c) Perempuan kurus atau gemuk.
d) Perempuan yang merokok. e) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, f)
hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.
c. Kontraindikasi a) Perempuan
yang
dari
segi
umur,
paritas
atau
masalah
kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi. b) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB. c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB d) Perempuan
yang
pasangannya
tidak
mau
bekerjasama
(berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid. 5. Sistem kelender a. Definisi Metode kalender atau pantang berkala adalah cara / metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak
melakukan senggama atau
hubungan
seksual pada masa subur/ovulasi. Prinsip metode pantang berkala ini adalah
tidak
melakukan
senggama
pada
masa
subur
yaitu
pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus pantang sanggama, dan diluarnya merupakan masa aman. Keuntungan dari metode ini adalah Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana, Dapat digunakan oleh
setiap wanita yang
atau pemeriksaan berhubungan pelayanan
sehat, Tidak
khusus, Tidak
seksual, Tidak
membutuhkan
mengganggu
memerlukan
kontrasepsi, Tidak
samping. Keterbatasan / kekurangan antara
pada
biaya dan ada
alat saat tempat efek
lain memerlukan
kerjasama yang baik antara suami istri, Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, Pasangan suami istri tidak
dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur,Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus, Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat), Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain. b. Indikasi a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun pramenopause. b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara. c) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain hipertensi sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau hebat. c. Kontraindikasi a) Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi. b) Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah abortus). c) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur. 2.3.2 Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat. 1. Kondom a. Kondom pria Kondom untuk pria merupakan bahan karet atau lateks, poliuretan (plastik) atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan elastis.Benda tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi untuk menangkap semen selama ejakulasi untuk mencegah sperma masuk kedalam sperma. Kondom lateks dan poli uretan merupakan kondom yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan mengerangi resiko penyakit menular seksual. Satu-satunya alasan kegagalan kontrasepsi adalah defek pada kondom itu sendiri. Defek yang dimaksud antara lain kelemahan bahan, yang dapat menyebabkan kondom robek akibat dorongan ejakulasi atau ada lubang yang sangat kecil, yang membuat kondom tidak efektif. Walaupun penggunaan kondom telah di gunakan secara luas, beberapa pasangan masih memiliki perasan negative terhadap kondom. Beberapa pasangan
merasa kondom membuat sensasi terasa tumpul, beberapa yang lain merasa bahwa kondom menciptakan penghalang diantara mereka saat mereka menginginkan persaan utuh yang diperoleh selama hubungan seksualnya. b. Kondom wanita Kondom terbuat dari lapisan polyiretane tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang tertutup, yang dimasukkan ke dalam vaginadan cincin kaku yang lebih besar pada ujung terbuka di bagian depan yang tetap berada diluar vagina dan melindungi introitus. Kondom wanita hanya memiliki 1 ukuran dan tidak perlu dipasang oleh pemberi pelayan kesehatan professional. Kondom tersebut harus di lumasi terlebih dahulu dan tersedia sekaligus dengan pelumas tambahan atau sediaan spermisida dapat digunakan bersama dengan kondom tersebut. Kondom untuk wanita tidak hanya mencegah kehamilan tetepi juga merupakan alat yang efektif melawan HIV, gonorea, klamidia dan trikomoniasis bila digunakan dengan benar. Apabila di bandingkan dengan kondom untuk pria, kondom ini memungkinkan resiko yang lebih kecil terhadap PMS yang ditularkan lewat kulit, seperti human papiloma virus ( HPV / kutil genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan kangkroid, karena alat kontrasepsi tersebut menutupi sebagian besar area, yang sepadan dan menjadi penghalang antara indroitus, vulva, dan pangkal penis. a) Definisi Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), vilin (plastik) atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silindris, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu. Beberapa bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya menambahkan spermisida) maupun sebagai aksesoris
aktifitas
seksual.
Kondom
menghalangi
masuknya
spermatozoa kedalam taktus genetalia interna vagina. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal : bentuk, warna, pelumas, bahan.
Kondom adalah suatu karet tipis, berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang tegang sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga mani tertampung didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar yang berguna untuk mencegah penularan penyakit menular (BKKBN.2008). b) Cara Pemakaian Kondom Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya berputing mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi mani yang akan dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu dipasang pada waktu zakar sedang tegang. Sesudah mani keluar, mani tertampung diujung kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah jangan sampai ada cairan yang tumpah. Peganglah kondom pada waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai. (Prawirohardjo, Sarwono.2008) c) Cara Kerja Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma dijung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV / AIDS ) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vilin) d) Indikasi Pemakaian Kondom 6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak mengandung spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Sementara menunggu pemeriksaan AKDR. Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum. Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam. Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu diagnosis yang pasti.
Bersamaan dengan pemakaian spermiside. Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau yang dipakai. Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu. e) Kontraindikasi 1. Absolut Pria dengan ereksi yang tidak baik. Riwayat syok septik. Tidak bertannggung jawab secara seksual.
Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks. 2. Relatif Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual. f)
Efektivitas Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.
g) Keterbatasan Efektifitas tidak terlalu tinggi
Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan langsung)
Pada
beberapa
klien
bisa
menyebabkan
kesulitan
untuk
mempertahankan ereksi
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah
h) Keuntungan Mencegah kehamilan Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seksual (PMS) Dapat diandalkan, Relatif murah
Sederhana, ringan dan disposible Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-up Reversible Pria ikut serta aktif dalam program KB i)
Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya 1) Adanya rasa nyeri
dan panas akibat : alergi terhadap karet
kondom (jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian tergesa-gesa / kurangnya pelicin. Pengobatan : a. Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan cara lain b. Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk memakai kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan kondom jangan terburu-buru 2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita merasa terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama dibiarkan kadang-kadang laing sengama wanita berbau busuk. Akibat air mani yang membahu karena adanya benda asing didalamnya dan terjadi infeksi Penganggulangan dan pengobatan : a. Keluarkan kondom
dari
liang
senggama wanita
dan
bersihkan liang sengama wanita dengan antiseptik. Bila terdapat infeksi beri antibiotik 3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan) Penanganan: a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida digabung kondom b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat berhubungan Penanganan : a. Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian Morning After pill (kontasepsi darurat : postinol atau mikroginon)
4) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual Penanganan : a. Jika penurunan kepekatan tidaak bisa ditolelir biarpun dengan kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain (Prawirohardjo, Sarwono.2008) 2. Diafragma a) Definisi Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel telur. Alat ini berbentuk kubah, terbuat dari jenis karet lateks yang lebih tebal dari pada kondom dan memiliki pegas logam fleksibel pada bingkai diagfragma pegas tersebut memungkinkan penekanan ketika diagfragma dimasukan sehingga diafragma dapat kembali kebentuk seperti semula dan mengikuti bentuk dalam jaringan vagina ketika ditempatkan didalam. Ketika berada dalam posisi yang benar ,dengan sisi kubah berada dibawah dan bingkai diagfragma menempel ketat pada dinding vagina anterior dan lateral, diagfragma secara keseluruhan dapat menutupi
serviks. Penghalang tersebut bila
dikombinasikan dengan jelly atau dengan krim spermisida yang dioles mengelilingi bingkai diagfragma dan didalam kuba, dapat menolak sperma masuk kelubang serviks sehingga sperma tidak bertemu sel telur. Diafragma juga memberi perlindungan terhadap PMS, seperti klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia serviks dan penyakit radang panggul. Diafragma tidak dapat melindungi wanita dari HIV . Saat ini ada 4 jenis Diafragma yang berbeda konstruksi pegas logam pada bingkainya serta lebar bingkai diafragma:
Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan tipis baja stainless yang sangat ringan.
Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan kumparan melingkar yang fleksibel dengan kekuatan sedang.
Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan kombinasi pegas datar dan pegas kumparan .
Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan ataupun pegas lengkung.
b) Penggunaan diafragma dikontra indikasikan pada beberapa keadaan berikut :
Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau ketiga)
Sistokel (derajat dua atau tiga)
Antervensi atau retroversi uterus yang berat
Fistula vesikovagina atau rektro vagina
Alergi
terhadap
karet
diagfragma
atau
terhadap
sediaan
spermisida yang terdapat didalam diagfragma. 3. Cervical Cap Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan berbentuk bundar kerucut, dengan cincin tebal yang sesuai dengan bentuk serviks , sehingga dapat melekat erat pada serviks, tetapi tidak menekan kedalam forniks serviko vaginal. Pada prinsipnya,
cervical cap tidak seperti
diafragma yang menciptakan penghalang terhadap sperma dengan cara menutupi serviks dan juga menampung spermisida untuk mencegah kehamilan. Cara tersebut dapat mengurangi risiko penyakit menular seksual , tetapi tidak dapat melindungi terhadap HIV. Sejumlah kontraindikasi yang berkaitan dengan penggunaan cervical cap adalah sebagai berikut : a)
Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal
b)
Adanya keganasan uterus atau serviks
c)
Riwayat sindrom syok toksis
d)
Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-baru ini
e)
Alergi terhadap lateks dan spermisida.
4. Pelindung Lea a) Definisi Pelindung Lea merupakan alat yang menggunakan karet silikon dengan diameter 55 mm, dan hanya memiliki satu ukuran. Apabila wanita ingin menggunakannya , tidak diperlukan pengepasan. Apabila digunakan bersama spermisida, angka keberhasilannya jauh melebihi metode kontrapsesi lain.
5. FemCap Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet silikon nonalergi . Alat ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi yang luas (seperti topi pelaut) yang menciptakan alur diantara kubah dan topi tersebut. Topi penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil, tetapi kesulitan untuk melepasnya jauh lebih besar kendati alat ini memiliki tali pengikat untuk melepasnya. Memasukan dan mencabut FemCap selama hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah dan risiko kehamilan pun lebih besar. 6. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD a). Definisi IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama
periode
tertentu.
IUD
merupakan panjang.
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga. Cara kerja Yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubba fallopi dan mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. b). Indikasi
Usia reproduksi (25 – 49 tahun).
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)
Tidak menghendaki metode hormonal.
c). Kontraindikasi
Sedang hamil atau kemungkinan hamil
Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui (sampai dapat di evaluasi).
Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis servisitif).
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor jinak rahim.
d). Efek samping
Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada masa menstruasi.
Keluar bercak-bercak darah (Spotting) setelah lama 2 hari pemasangan.
Kram atau nyeri selama menstruasi.
Keputihan.
2.4 KONTRASEPSI HORMONAL Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad 2008). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010). 2.4.1 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar
hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Disamping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010). Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon
realising factors
of
hipotalamus,
membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro,
2007).
Komponen
estrogen
menyebabkan
mudah
tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010). 2.4.2. Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal 1. Kontrasepsi Pil a. Definisi Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi,
tetapi
juga
menimbulkan
gejala-gejala
pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002). b. Efektivitas Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,599,9% dan 97% (Handayani, 2010). c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Mengentalkan lendir serviks
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu: a) Tidak mengganggu hubungan seksual b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia) c)
Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause e) Mudah dihentikan setiap saat f)
Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g)
Membantu
mencegah:
kehamilan
ektopik,
kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea. e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
Amenorhea
Perdarahan haid yang berat
Perdarahan diantara siklus haid
Depresi
Kenaikan berat badan
Mual dan muntah
Perubahan libido
Hipertensi
Jerawat
Nyeri tekan payudara
Pusing
Sakit kepala
Kesemutan dan baal bilateral ringan
Mencetuskan moniliasis
Pelumasan yang tidak mencukupi
Perubahan lemak
Disminorea
Kerusakan toleransi glukosa
Hipertrofi atau ekropi serviks
Perubahan visual
Infeksi pernafasan
Peningkatan episode sistitis
Perubahan fibroid uterus.
2. Kontrasepsi Suntik a. Efektivitas kontrasepsi Suntik. Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita
akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002). b. Jenis kontrasepsi Suntik Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu : a). Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat). b). Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong). c. Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu: a). Mencegah ovulasi b). Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma c). Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi d). Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii. d. Keuntungan kontrasepsi Suntik Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013). e. Keterbatasan Adapun
keterbatasan
Sulistyawati (2013) yaitu: a). Gangguan haid b). Leukorhea atau Keputihan c). Galaktorea d). Jerawat
dari
kontrasepsi
Suntik
menurut
f). Rambut Rontok g). Perubahan Berat Badan 3.
Kontrasepsi Implant a) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: 1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau Implan.
Nyaman
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, dan amenorea
Aman dipakai pada masa laktasi.
b). Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kirakira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. c). Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Lendir serviks menjadi kental Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi Mengurangi transportasi sperma Menekan ovulasi. d). Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Daya guna tinggi Perlindungan jangka panjang Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan Tidak memerlukan pemeriksaan dalam Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
Tidak mengganggu ASI Klien hanya kembali jika ada keluhan Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan Mengurangi nyeri haid Mengurangi jumlah darah haid Mengurangi dan memperbaiki anemia Melindungi terjadinya kanker endometrium Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul Menurunkan kejadian endometriosis. e). Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan
bercak
(spooting),
hipermenorea
meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
atau
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI DENGAN ALAT KONTRASEPSI 1.
PENGKAJIAN A. Identitas Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll. B. Wawancara 1.
Jumlah anak yang direncanakan
2.
Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan
lain-lain ? 3. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya? 4.
Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan,
nyeri saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya 5.
Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya
/kultur, kebiasaan merokok 6.
Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
7.
Riwayat
menstruasi,
KB
hormonal
biasanya
menyebabkan
gangguan siklus haid seperti amenore, spotting, metroragia, C. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan, b.
Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal, Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon tubuh terhadap pemasangan AKDR.
c.
Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).
d.
Kardiovaskuler : Palpitasi.
e.
Dada : pernapasan kadang sesak.
f.
Payudara : hyperpigmentasi
g.
Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
h.
Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises, ukuran uterus yang mengalami kelainan
i.
Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post pemasangan implant pada tangan atas.
D. Pemeriksaan Penunjang Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan, maka diperiksa: a. Hb, biasanya < 10gr/dl b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat) c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3) E. Pemeriksaan Psikososial a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan b. Adakah keyakinan /
pandangan terkait
dengan penggunaan
kontrasepsi c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat penghasilan, pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan untuk kontrol lainnya. 2. Analisa Data No 1
Data DS= Klien mengatakan bingung untuk memilih alat kontrasepsi DO= Klien bertanya pada petugas kesehatan
Etiologi Kurang Informasi Tentang pengetahuan terkait dengan KB
Masalah Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi
Klien bingung dengan alat kontrasepsi Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi
2
DS= Klien mengatakan haid tidak teratur
Proses adaftasi hormonal
DO= Klien menggunakan alat kontrasepsi pil
Ketidakseimbangan hormon progresteron dan estrogen Haid tidak teratur/spotting Perubahan pola haid
Perubahan pola haid
3
DS= Klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi
cemas
Adanya efek samping dari kontrasepsi Haid tidak teratur/spotting Perubahan pola haid cemas
4
DS= Klien mengatakan sejak menggunakan kontrasepsi pil banyak bintik-bintik hitam dan jerawat dimuka DO= Klien akseptor KB pil
Akseptor KB Pil Berisi hormon progresteron dan estrogen
Gangguan konsep diri: Body image
Keseimbangan progresteron dan estrogen terganggu Timbul gajala-gejala sampingan Pigmentasi dan jerawat pada muka, badan menjadi gemuk Gangguan body image
5.
Ds = klien mengeluh sakit di daerah insisi Do = kulit lebam, pembengkakan di daerah insisi, kemerahan di daerah insisi,
Tindakan operasi (MOW/MOP) dan implant Pemajanan luka diluar Bila klien kurang perhatikan hygiene Media yng baik untuk mikroorganisme tumbuh Resiko infeksi
Resiko infeksi
3. Diagnosa Keperawatan 1.
Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal ditandai dengan klien mengatakan haid tidak teratur
2. Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya informasi akan pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak bertanya. 3. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu ditandai dengan klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi. 4.
Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi dan jerawat pada muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak menggunakan alat kontrasepsi pil banyak bintik-bintik hitam dan jerawat pada muka.
5.
Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai dengan klien mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam, pembengkakan di daerah insisi, kemerahan di daerah insisi.
4. Intervensi Keperawatan NO 1
Tujuan Tujuan Jangka Panjang: Dalam jangka waktu 2 bulan pola haid normal
Intervensi Rasional 1. Kaji lamanya dan 1. Untuk mengetahui siklus banyaknya haid dan mengetahui spotting lamanya haid dan jumlah perdarahan pada saat haid
Tujuan jangka 2. pendek: dalam waktu 1 bulan haid kembali normal dengan kriteria: · Sifat darah haid kembali pada siklus awal/biasa · Tidak ada spotting haid yang berulang 3. -
4.
2
Jelaskan pada ibu 2. Pada hari-hari pertama efek samping alat pemakaian alat kontrasepsi kontrasepsi AKDR dan AKDR dan hormonal biasanya hormonal pada terjadi efek samping dari hari-hari pertama kontrasepsi tersebut pemakaian alat kontrasepsi. Observasi untuk 3. .Data penunjang dapat pemeriksaan lab, mengetahui kadar Hb, Leukosit, keseimbangan hormon trombosit, Ht. Konsul ke dokter 4. Untuk mendapatkan bila keluhan penanganan lebih lanjut menjadi berat
Tujuan Jangka 1. Kaji tingkat Panjang: Klien pengetahuan memilih alat klien tentang alat kontrasepsi yang kontrasepsi yang
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien agar dapat menentukan intervensi
3
efektif untuk kesehatannya.
sesuai dengan kondisinya
Tujuan jangka pendek: setelah diberi penjelasan klien dapat memilih alat kontrasepsi yang efektif dengan kriteria: Klien dapat memilih salah satu alat KB yang sesuai dengan kondisinya untuk menunda kehamilan (pil, suntik, pantang berkala) untuk menjarangkan kehamilan (AKDR, suntik), mengakhiri/menjag a kesehatan (MOW, WOP)
2. Jelaskan pada klien tentang efektivitas, efisiensi dari masing-masing alat kontrasepsi, keuntungan, kerugian,indikasi dan kontraindikasi
2. Memberikan tentang kontrasepsi
3. Berikan pendidikan kesehatan kepada klien beserta suaminya untuk menentukan pilihan kontrasepsi yang mereka inginkan
3. KB yang diinginkan akan sesuai dengan kondisi suami istri
Tujuan Jangka Panjang: Kecemasan dapat dikurangi/dikontrol
1. Kaji tingkatan cemas
1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien
2. Jelaskan pada klien tentang efek samping dari alat kontrasepsi
2. Sebagai pengetahuan klien, supaya klien dapat memilih salah satu alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya
3. Berikan kesempatan pada ibu untuk bertanya tentang kerugian alat kontrasepsi 4. Berikan support psikososial kepada klien terhadap pemasangan alat kontrasepsi
3. Dapat menurunkan kecemasan klien dalam memilih alat kontrasepsi
Tujuan jangka pendek: setelah diberi penjelasan kecemasan berkurang dengan kriteria: Klien tampak tenang dan dapat memahami efek samping penggunaan alat kontrasepsi. Klien kooperatif dan mau bekerjasama dalam pemasangan alat kontrasepsi 4
Tujuan Jangka Panjang: klien tidak merasa malu
selanjutnya:
gambaran alat-alat
4. Supaya klien dapat beradaftasi terhadap pemasangan alat kontrasepsi pada minggu awal pemasangan
1. Jelaskan efek 1. Menambah wawasan samping dari KB /pengetahuan bagi klien pil
dengan keadaanya Tujuan jangka pendek: klien merasa percaya diri dengan keadaanya dengan kriteria: Tidak malu untuk bergaul 5.
Tupan: Infeksi dicegah
dapat
Tupen: Dalam 2 x 24 jam tidak ada tanda infeksi dengan kriteria: - Luka kering Tidak ada tanda infeksi
2. Anjurkan klien 2. Untuk mempercepat untuk konsultasi informasi lebih untuk dengan spesialis menntukan intervensi kulit selanjutnya
1. Beritahu klien bahwa selama 48 jam pertama daerah insisi harus dibiarkan kering
1. Balutan yang basah merupakan media yang baik untuk pertumbuhan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme
2. Jelaskan efek dari pemsangan implant, MOW/MOP secara langsung seperti lebam dan rasa perih
2. Lebam dan perih bukan indikasi infeksi jika hilang dalam beberapa hari
3. Hindari benturan, gesekan dan penekanan di daerah insisi
3. Untuk mencegah terjadinya trauma berlebih selain dari tempat insisi
4. Balutan jangan dibuka dalam 48 jam, plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari)
4. Dapat mencegah ekspulsi batang implant, cara memungkinkan menyebabkan infeksi
5. Anjurkan klien kembali ke klinik jika ada tanda infeksi seperti demam, peradangan selama beberapa hari 6. Kolaborasi pemberian terafi antibiotik
5. Memungkinkan klien mendapat pertolongan lebih dini untuk mencegah kondisi lebih buruk
6. Antibiotik untuk mencegah infeksi
BAB 4 PENUTUP
4.1
KESIMPULAN Pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003). Dalam pelaksanaan program KB biasanya digunakan
alat
/mengendalikan
kontrasepsi pertumbuhan
yang
digunakan
penduduk
untuk
khususnya
di
mengatur Indonesia.
Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR. Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut. Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang benar, efek samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan. 4.2
SARAN 1.
Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2.
Bagi tenaga kesehatan a.
Sebagai
tenaga
kesehatan
hendakna
meningkatkan
keterampilannya memasang AKDR yang baik dan sesuai prosedur. b. Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP Herti, 2007. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Yang Tepat Bagi Wanita. http://www.depkes.co.id/ http://makravela.blogspot.co.id/2016/05/kontrasepsi-mantap.html diakses tanggal 28 agustus 2016 Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi Kontraepsi. Jakarta : YBPSP Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : yayasan bina pustaka Prawihardjo, Sarwono. 1999. Ilmu kandungan, edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta : yayasan bina pustaka Prawihardjo, Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan, edisi ketiga cetakan keenam. Jakarta : yayasan bina pustaka Notodohardjo, 2003, reproduksi Kontrasepsi dan Keluarga Berencana, Jakarta Robert Prihardjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta Sarwono Prawiro hardjo. 2008. Kontrasepsi.Jakarta: YBPSP
Buku
panduan
Praktis
Pelayanan
Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN Saifudin,A. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Suririnah,Dr .2005. Beberapa Metode Kontrasepsi Atau KB ibu.com//
. http://www.info
View more...
Comments