MAKALAH AGAMA TENTANG IBADAH.docx

May 3, 2017 | Author: RintoAdityaDeGea | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download MAKALAH AGAMA TENTANG IBADAH.docx...

Description

MAKALAH AGAMA TENTANG IBADAH

Nama Anggota :  Faza Rusyda Aghnia  Reza Gainino  Julie Estel  RintoAditya Kelas

: 1B

Universitas Al-Ghifari, Jl. Soekarno Hatta No. 775777 Bandung - Jawa Barat - 40283

KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran penulis terhadap referensi-referensi yang penulis dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama. Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi yaitu masih perlu pembelajaran, keterbatasan sumber, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandun 28 Oktober 2014 1

g,

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………. ……………………………............

1

DAFTAR ISI……. ……………………………………………………………………… ……

2

PENDAHULUAN…….…………………... ………………………………………………. 4 BAB I : PENGERTIAN DAN TUJUAN IBADAH 1.1 Pengertian Ibadah………………………….. …………………………………. 6 1.2 Pengertian arti kata Ibadah…………………………………………………

7

1.3 Kata Ibadah Menurut Terminologi Ilmu Fiqih…………………….. 7 1.4 Tingkatan –Tingkatan Ibadah……………….. ………………………...... 8 1.5 Perintah Beribadah Kepada Allah……………………..…….. ………… 9 BAB II : FUNGSI DAN PERAN IBADAH 2.1 Fungsi Dan Peran Ibadah Dalam Kehidupan Kita……………… 12 2.2 Ibadah sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar……… 13

1

2.3 Ibadah Puasa…………………………………. ……………………..…………... 13

BAB III : Ruang Lingkup Dan Macam-Macam Ibadah 3.1 Ruang Lingkup Ibadah………………………………………………………

15

3.2 Definisi Ibadah…………………….. …………………………………………. 16 3.3 Pembagian Ibadah……………………….. ……………………………….... 18 3.4 Tujuan ibadah……………………………….. ………………………………… 19 3.5 Hakikat Ibadah………………………………………………………………….. 3.6 Jenis-jenis

Ibadah…………………………………………....……..

20

21

KESIMPULAN…………………………………………………………………… ……………………….. 14

1

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………… ……………. 15

PENDAHULUAN

1

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan Rasul Nya. Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi

beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah wajib, sunnah, mubah, dan makruh. Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai bermacam-macam ibadah beserta hikmah dan tujuannya.

Rumusan Masalah 1. Pengertian Ibadah dan hakikat ibadah 2. Jenis-jenis Ibadah 3. Tujuan Ibadah 4. Ruang lingkup Ibadah

1

Tujuan Makalah 1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis ibadah

3. 4.

Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan ibadah Agar mahasiswa dapat mengetahui Ruang lingkup Ibadah

Fungsi Makalah Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar kita dapat mengetahui dan memahami pengertian ibadah beserta jenis-jenis ibadah, hikmah ibadah dan tujuan ibadah.

BAB I PENGERTIAN DAN TUJUAN IBADAH

1

1.1 Pengertian Ibadah Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu

mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut : 1. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu: “Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menundukkan jiwa kepada-Nya” Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur’an diartikan dengan tauhid.

1

2. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut: “Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk syari’at (hukum).”“Akhlak” dan segala tugas hidup (kewajiban-kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam pengertian ibadah, seperti Nabi SAW bersabda yang artinya: “Memandang ibu bapak karena cinta kita kepadanya adalah ibadah” (HR Al-Suyuthi). Nabi SAW juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari padanya terletak dalam mencari harta yang halal.” (HR Al-Suyuthi).[3] 3. Menurut ahli fikih ibadah adalah: “Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya di akhirat.” Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik pengertian umum dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut: “Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi

dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.” Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami maknanya (ma’qulat al-ma’na) seperti hukum yang menyangkut dengan muamalah pada umumnya, maupun yang tidak dapat dipahami maknanya (ghair ma’qulat al-ma’na), seperti shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat. 1.2 Pengertian arti kata Ibadah (Penerapan): Dalam penerapannya, kata ibadah mengandung beberapa pengertian seperti berikut ini:  Ibadah adalah bentuk amal ritual agama yg sudah diperintahkan oleh Allah. Seperti: menjalankan sholat fardu, menunaikan kewajiban zakat, melaksanakan puasa ramadhan, pergi naik naik haji jika mampu.  Ibadah ialah menyembah Allah sebagai bukti ketaatan seorang hamba terhadap Tuhannya dengan cara melaksanakan semua yang sudah diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yg dilarang Allah.  Ibadah ialah tidak menyembah Tuhan selain hanya menyebah Allah (Tidak musrik). Laa ilaha illallallah.  Ibadah adalah cinta sepenuh hati jiwa dan raga kepada Allah. Menfokuskan diri hanya untuk Allah. Tidak ada yg lain selain hanya mencintai Allah. 1.3 Kata Ibadah Menurut Terminologi Ilmu Fiqih Ibadah dalam ilmu fiqh termasuk kegiatan amal kebaikan manusia, dalam hal ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1

 Ibadah mahdhoh disebut juga dengan istilah ibadah khos (ibadah khusus), adalah ibadah dalam pengertian sempit, yaitu semua bentuk amal ibadah yang telah menjadi

ketentuan wajib syara`. Bentuk ibadah dalam pengertian ini tidak dapat dirubah baik dalam cara, bacaan, rukun ibadah, dll, semuanya harus mengikuti ketentuan panduan al-Qur`an dan Hadis. Seperti: Ibadah Sholat, Ibadah Haji, Ibadah Puasa, dll.  Ibadah Ghairu Mahdhoh disebut juga dengan ibadah `Am (Ibadah Umum), adalah ibadah dalam pengertian yg lebih luas, yaitu semua bentuk amal ibadah manusia yang tidak melanggar ketentuan larangan syara`. Bentuk ibadah dalam pengertian ini menyangkut seluruh aspek kegiatan manusia seperti berumamalah, aktivitas sosial kemasyarakatan, dl 1.4 Tingkatan –Tingkatan Ibadah Berdasarkan ayat iyyaka na’budu..( hanya kepada engkau –lah kami menyembah..) para ulama telah membagi ibadah menjadi tiga tingkatan : 1) Ibadah dengan mengharap pahalah,dan terhindar dari siksa. mereka sangat mengharapkan kemulian hidup di negeri akhirat dan terhindar dari azzab neraka.menurut para ulama,tingkatan ini adalah paling rendah. 2) Ibadah dengan beramal mendari kemuliaan,berkhidmat melaksanakan perintah,dan menundukan diri sebagai hamba allah. Menurut para ulama,ini adalah tingkatan menengah dan di namakan dengan tingkatan menghambahkan diri. 3) Ibadah dengan beritikad,berharap,dan beramal bahwa allah maha mulia sementara dirinya adalah hamba yang hina dan wajib tunduk hanya kepada-nya.allah adala tuan yang maha agung dan mulia,sedangkan manusia adalah makhluk yang hina. Menurut pala ulama,tingkatan ibadah ini adalah tertinggi dan sering di namakan penghambaan diri secara sempurna.

1

Berdasarkan ketiga tingkatan di atas,maka orang yang melaksanakan shalat karena semata mengharap pahala dan taku akan siksa,belumlah di anggap sempurna ibadah shalatnya.dalam suatu kisah disebutkan,dahulu ada seorang ahli ibadah dari

kalangan bani israil yang hidup menyendiri selama 70 tahun untuk beribadah.allah swt.kemudian mengutus malaikat untuk member tahu kepadanya bahwa ia tidak perlu bersusah payah kerena ibadahnya tidak diterima.orang itupun menjawab bahwa kewajibannya hanyalah beribadah semata-mata karena allah dengan di dasari rasa cinta,harap,dan takut.untuk itu sampai kapanpun ia akan tetap beribadah.diterima,atau di tolak semuanya pasrah kepada allah Ta’ala.

1.5 Perintah Beribadah Kepada Allah Allah berfirman Yang Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui. Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

1

Allah swt menunjukan kepada manusia tentang salah satu sifat ketuhanan,yaitu maha pencpta.banyaknya manusia yang sebelunya berada dalam kekafiran berbalik seratus delapan puluh derajat kepada keimanan setelah memperhatikan berbagai ciptaan allah. Ini bisa terjadi karena seluruh ciptaan allah,pada hakikatnya mengarah pada pembuktian tentang keberadaan,keemasan,dan kekuasaan-nya.berdasarkan pemahaman ini,maka salah satu hikmah dari perintah Allah agar manusia sadar akan kebesaran-nya,sehingga terdorong untuk hanya menyembah-nya saja dalam beribadah. Selanjutnya,di bawah ini akan diuraikan beberapa kajian tafsir dari surat al-baqarah ayat 21-22 :

ya-ayyuhan nasu ( wahai manusia ). Yang di maksudkan dengan manusia disini adalah orang-orang mukalaf ( manusia dewasa yang telah wajb menjalankan syariat isalm ) yang ada pada saat ayat in turun dampai akhir zaman. U’budu rabbakum ( sembahlah tuhan-mu ). Maksudnya,beribadalah kepada Allah Swt. Sesuai ketaatan kepadan-nya seraya telah di tetapkan. Beribadah dengan mengesakan ketaatan kepadan-nya seraya merendahkan diri hadapan-nya.selain itu,jauhilah peribadahan kepada selain Allah,seperti beribadah kepada berhala,patung-patung,atau mengagungkan manusia secara berlebihan dan menaatinya seperti taat kepada Allah.

Alladzi khalaqakum wal ladzina ming qablikum ( yang telah menciptakannmu dan orang-orang sebelum kamu ).Allah Ta’ala telah menciptakan manusia yang hidup di masa sekarang, dan orang-orang yang hdup di masa lampau. Allah swt. Juga telah menciptakan segala sesuatu yang telah atau belum di ketaui oleh manusia. Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu tanpa bantuan siapapun,serta melimpahkan maslahat dan mudharat sesuai dengan kehendakn-nya.untuk itu dia-lah satu-satunya yang pantas di taati dengan penuh keihlasan dan kerendahan hati. La’allakum tattaqun ( agar kamu bertaqwa ), artinya agar kalian mendapatkan derajat yang mulia di sisi Allah. Berupa kaetaqwaan. Hanya bisa di capai dengan memutuskan semua hubungan kecuali hubungan yang berkiatan dengan aktfitas un menggapai keridha allah.perilaku ketaqwaan semacam ini ini pada akhirnya menjadi puncak dari kesempurnaan ibadah seoran hamba kepada-Tuhan-nya.

1

Alladzi ja’ala lakumul ardla firasyan ( dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu ),artinya Allah swt.telah

menjadikan bumi sebagi tempat hidup.berbagai hal yang bermanfaat dapat di lakukan oleh manusia di muka bumi.berbagai manfaat untuk hidup manusia juga diperoleh di bumi.misalnya : bumi menampung hujan yang airnya berguna untuk berbagai keperluan idup manusia dan alam. Was sama-a bina-an ( dan langit sebagai atap ), artinya Allah menciptakan langit sebagai atap yang meliputi bumi. Di manapun seseorang berada di muka bumi maka ia akan selalu menemui langit sebagai atapnya. Langit dihiasi oleh bulan dan bntangbntang yang masing-masing berfungsi di antaranya sebagai cahaya penerang di malam hari dan penunjuk arah bagi mereka yang berada di tengah lautan. Wa anzala minas sama-I ma-an (dan dia menurunkan air hujan dari langit ). Hujan di turunkan pada kondisi dan waktu-waktu tertentu secara teratur menurut iradah dan hikmah-nya. Hujan merupakan perlambangan nikmat dari Allah yang keberadaanya harus di syukuri oleh setiap mausia.

1

fa akhraja bihi minats tsamarati rizqal lakum ( maka dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu ),artinya lewat perantara hujan,Allah swt. Menumbuhkan berbagai tanaman di bumi,baik yang disegaja oleh manusia oleh manusia maupun tidak.tentu saja sebagian besar dari tanaman tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.sebagai contoh : buah-buahan,aneka macam sayuran,pohon-pohon kayu,dan lain sebagainya. Hanya saja wajib diyakini bahwa tumbuh tidaknya tanaman sangat bergantung pada izin dan iradah allah swt. Di samping tentu saja bergantung pula pada usaha manusia. Dengan mencermati ayat ini kita juga bisa memetik kesimpulan tentang adanya keseimbangan dan hubungan yang “harmonis” antara langit dan bumi.langit menurunkan air hujan maka tumbuhlah beraneka ragam tanaman di muka bumi.Air hujan yang turun sebagian juga mengalir ke

sungai yang ujung-ujungnya bermuara di laut. Dari laut yang luas inilah langit menyerap air untuk kemudian di olah kembali menjadi hujan. Hubungan yang teratur ini tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Pastilah ada dzat yang maha kuasa yang mengatur semua ini. Dia-lah Allah, tuhan semesta alam yang maha kuasa untuk mengatur dan memelihara segala sesuatu.

BAB II FUNGSI DAN PERAN IBADAH

2.1 Fungsi Dan Peran Ibadah Dalam Kehidupan Kita

1

setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah swt kepada hambaNya memiliki tujuan masing-masing. Atau dengan kata lain bahwa setiap ibadah, termasuk shalat memiliki fungsi

dan peran dalam kehidupan hamba-hambaNya. Inilah diantara Fungsi dan Peran Shalat dalam Kehidupan Kita PERTAMA Shalat Sebagai Dzikrullah (Mengingat Allah) Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Thaha ayat 14 “Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. Ada sebagian masyarakat yang melakukan kesalahan dalam memahami ayat ini. Diantara mereka ada yang mengerjakan shalat hanya cukup dengan mengingat Allah swt tanpa harus mengerjakan tata cara (Kaifiyyah) yang diajarkan Nabi saw. Tentu, praktek seperti ini tidak bisa dibenarkan karena bertentangan dengan Hadits Nabi yang mengatakan : “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana kamu melihatku mengerjakan shalat”. (HR. Bukhori). Secara tidak langsung, hadits ini menjelaskan bahwa yang dilakukan Nabi tidak hanya mengingat Allah dengan lisan dan hati, akan tetapi juga dengan gerakan seluruh anggota badan. Dalam hal ini, para ulama Fiqih memberikan definisi shalat sebagai berikut : “Shalat adalah semua ucapan dan perbuatan yang diawali dengan Takbir dan diakhiri dengan salam” Untuk mengetahui, apakah shalat yang kita kerjakan sudah berfungsi dan berperan sebagai Dzikrullah atau belum, maka kita perlu mengevaluasinya dangan firman Allah “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. Maka dengan demikian kita bisa meng-ambil kesimpulan bahwa setiap orang yang telah mengerjakan shalat dengan baik dan benar, maka hati mereka menjadi tenang dan tenteram karena shalat termasuk bagian dari dzikrullah. Dan setiap orang yang memiliki hati yang tenang dan tenteram pasti akan selalu melakukan tindakan-tindakan positif sesuai dengan hati nuraninya. Akan tetapi sebaliknya, apabila sese-orang mengerjakan shalat tidak dengan baik dan benar, maka hati mereka selalu gelisah. Dan setiap orang yang memiliki, hati yang gelisah pasti akan selalu melakukan tindakan-tindakan negatif.

1

2.2 Ibadah sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar

Sudahkah Anda men-cegah diri dari perbuatan keji dan mungkar seperti, mencuri, merampok, menyuap, korupsi, berzina, berjudi, mengkonsumsi khamer (narkoba), berdusta, berkhianat , berselingkuh, dan lain-lain? jawablah pertanyaan ini dengan jujur dan simpanlah jawabannya dalam hati anda. Secara matematis, jumlah umat Islam di Indonesia terbesar di dunia dan masjid-masjidpun selalu dipenuhi pengunjung, khususnya pada tiap hari Jum’at dan hari-hari besar Islam. Namun demikian, mengapa dalam hal kejahatan seperti tersebut di atas Bangsa Indonesia selalu menempati urutan pertama, alias rangking teratas. Dari sinilah kita bisa menarik benang merah bahwa sesungguhnya shalat yang selama ini dijalankan oleh bangsa ini baru sebatas simbol, belum berdampak pada kehidupan kita sehari-hari. Ibarat tanaman padi di sawah ia masih gabuk (tidak berisi). Demikian juga shalat kita, ia belum berbuah sehingga belum memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat sekitarnya.

2.3 Ibadah Puasa

1

Puasa memiliki tujuan yang secara tegas dijelaskan dalam Al Qur’an surah Al Baqarah [2]:183 adalah untuk membentuk pribadi Muslim yang bertakwa kepada Allah. Yakni, mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang Allah-Nya. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa sesungguhnya puasa itu ada tiga tingkatan. Yakni, puasanya orang awam, puasa khawas, dan puasa khawasul khawas. Puasanya orang awam (umum) adalah sekadar menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Sedangkan puasanya orang khawas adalah menahan makan dan minum serta semua perbuatan yang membatalkannya. Misalnya mulutnya ikut berpuasa dengan tidak berkata kotor, mencaci, mengumpat, atau mencela orang lain. Demikian juga dengan

1

tangan dan kakinya, dipergunakan untuk perbuatan yang baik dan terpuji. Sementara telinganya hanya dipergunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik. Puasa khawas ini adalah puasanya orang yang alim dan fakih. Adapun puasa khawasul khawas adalah tidak hanya sekadar menahan makan dan minum serta hal-hal yang membatalkannya, termasuk juga menahan seluruh anggota pancaindera, tetapi hatinya juga ikut berpuasa. Menurut para ulama, inilah jenis puasanya para Nabi dan Rasul Allah. Puasa yang demikian itulah yang akan diberikan secara langsung balasannya oleh Allah SWT. "Sesungguhnya seluruh amal anak Adam itu untuk diri mereka sendiri, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya." (Hadis Qudsi). Puasa yang mampu mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar inilah yang mampu membentuk pribadi Muslim yang bertakwa, sebagaimana penjelasan QS Al-Baqarah [2] ayat 183 di atas. Bagi umat Islam, puasa di samping memiliki tujuan spiritual, juga mengandung manfaat dan hikmah bagi kehidupan. Misalnya, puasa itu menyehatkan, baik secara fisik maupun psikis (kejiwaan). Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan standar kesehatan yang meliputi empat dimensi, yaitu sehat fisik, psikis, sosial, dan spiritual. Dan ternyata, ibadah puasa dapat memenuhi semua dimensi standar kesehatan yang ditetapkan oleh WHO itu. Bahkan, Dokter Alexis Carrel (1873-1944) yang pernah meraih hadiah Nobel dua kali menyatakan, "Apabila pengabdian, shalat, puasa, dan doa yang tulus kepada Sang Maha Pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, itu artinya kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut." Ahmad Syarifuddin dalam bukunya puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis mengungkapkan, rumusan kesehatan psikis yang ditetapkan WHO ini bisa dipenuhi dengan puasa yang dilakukan secara baik. Dalam beberapa hal puasa bahkan memiliki keunggulan dan nilai lebih. Secara kejiwaan, sikap takwa sebagai buah puasa, mendorong manusia mampu berkarakter ketuhanan (rabbani).

Itulah manfaat secara umum dari puasa. Namun demikian, bagi umat-umat lainnya, seperti umat terdahulu, Yahudi, Nasrani, Shabiin, Majusi, Zoroaster, Konghucu, Manu, Buddha, Hindu, dan aliran kebatinan, dipergunakan untuk kepentingan yang berbeda. Ada yang bertujuan untuk ketenangan batin, mengendalikan hawa nafsu, mengekang jiwa, untuk memperoleh kemudahan belajar olah kanuragan, untuk kekebalan, kesaktian, dan lain sebagainya.

BAB III Ruang Lingkup Dan Macam-Macam Ibadah 3.1

Ruang Lingkup Ibadah Islam amat istimewa hingga menjadikan seluruh kegiatan

manusia sebagai ibadah apabila diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi mencapai keridhaan-Nya serta dikerjakan menurut

cara-cara

yang

disyariatkan

olehNya.

Islam

tidak

membatasi ruang lingkup ibadah kepada sudut-sudut tertentu saja. Seluruh kehidupan manusia adalah medan amal dan persediaan bekal bagi para mukmin sebelum mereka kembali bertemu Allah di hari pembalasan nanti. Islam mempunyai keistimewaan dengan menjadikan seluruh kegiatan manusia sebagai ibadah apabila ia diniatkan dengan penuh ikhlas karena Allah demi untuk mencapai keridaan Nya serta dikerjakan menurut cara cara yang disyariatkan oleh Nya. Islam tidak

1

menganggap ibadah ibadah tertentu saja sebagai amal saleh

akan tetapi meliputi segala kegiatan yang mengandung kebaikan yang diniatkan karena Allah SWT. Ruang lingkup ibadah di dalam Islam sangat luas sekali. Mencakup setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah ibadah menurut Islam ketika ia memenuhi syarat syarat tertentu. Syarat syarat tersebut adalah : a)

Amalan yang dikerjakan itu hendaklah diakui Islam, sesuai dengan hukum hukum syara' dan tidak bertentangan dengan hukum hukum tersebut. Adapun amalan - amalan yang diingkari oleh Islam dan ada hubungan dengan yang haram dan maksiyat, maka tidaklah bisa dijadikan amalan ibadah.

b)

Amalan tersebut dilakukan dengan niat yang baik dengan tujuan

untuk

memelihara

kehormatan

diri,

menyenangkan

keluarga nya, memberi manfaat kepada seluruh umat dan untuk kemakmuran bumi seperti yang telah diperintahkan oleh Allah. c)

Amalan tersebut haruslah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

d)

Ketika membuat amalan tersebut hendaklah sentiasa menurut hukum - hukum syara' dan ketentuan batasnya, tidak menzalimi orang lain, tidak khianat, tidak menipu dan tidak menindas atau merampas hak orang.

e)

Tidak melalaikan ibadah - ibadah khusus seperti salat, zakat dan sebagainya dalammelaksanakan ibadah - ibadah umum. Definisi Ibadah

1

3.2

Ibadah diambil dari bahasa Arab

yang artinya adalah

menyembah. Konsep ibadah memiliki makna yang

luas yang

meliputi seluruh aspek kehidupan baik sosial, politik maupun budaya. Ibadah merupakan karakteristik utama dalam sebuah agama, karena pusatnya ajaran agama terletak pada pengabdian seorang hamba pada Tuhannya ‫ووِذبِذذ ي إِذححوسانا ووِذباحلوولاِذلودحيِذن وشحيائا ِذبِذه كتحشِذرككوحلا وو و‬ ‫ل لاللو وولاحعكبكدوحلا‬ ‫صاِذحِذب لاحلكجكنِذب وولاحلوجاِذر لاحلكقحروب ى ِذذ ي وولاحلوجاِذر وولاحلوموساِذكيِذن وولاحلويوتاوم ى لاحلكقحروب ى‬ ‫وولال ص‬ ‫كمحخوتا ا‬ ‫ل وكاون ومن كيِذحبب و‬ ‫ل لاللو إِذصن أوحيوماكن ك حم وملووكحت وووما لالصسِذبيِذل وولاحبِذن ِذبالوجنِذب‬ ‫وفكخورالا‬

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri.(QS. Annisa : 36). Berbicara tentang ibadah berarti membahas

mengenai

posisi diantara dua dimana yang satu kedudukannya lebih tinggi dari yang lain seperti hubungan antara seorang majikan dan budaknya. Seorang budak tidak memiliki kekuatan lain kecuali hanya tunduk dan patuh pada perintah majikannya. Seorang budak tentu didasari oleh kesadarannnya sebagai hamba yang lemah dan tak berdaya. Oleh karena itu kesadaran ibadah bersifat fitrah,

karena

manusia

menyadari

akan

kekurangan

dan

1

kelemahan dirinya, sehingga ia membutuhkan kekuatan lain yang

dapat

memberikan

bantuan

dan

pertolongan.

Begitulah

seharusnya manusia, ia harus tunduk dan patuh kepada sang Pencipta, yakni Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Adzariyat ayat 56 : ‫لنوس لاحلِذجصن وخلوحقكت وووما‬ ‫ِذلويحعكبكدوِذن إِذصل وولا ح ِذ‬

Artinya : Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Ayat ini menjelaskan tentang kecendrungan fitrah manusia untuk beribadah. Tidak mungkin ada mahluk yàng keluar dari kecendrungannya sebagai hamba, namun kecendrungan ini jika tidak diiringi oleh wahyu maka ketundukan manusia sebagai bentuk

penghambaan

diri

pada

yang

mutlak

menjadi

pembelengguan diri manusia, sehingga manusia jatuh ke dalam derajat yang hina. 3.3

Pembagian Ibadah Ibadah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdhoh dan

ibadah ammah. Ibadah mahdhah (murni), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masing-masing

individu.

Yang

termasuk

Ibadah

mahdhoh

misalnya: Shalat, puasa, Zakat, dan haji. Selain ibadah mahdhah, maka ada bentuk lain diluar ibadah tersebut

ibadah ammah,

yakni

yaitu

Ibadah Ghair

sikap

1

mahdhah

gerak-gerik,

al-Mahdhah atau tingkah

laku

dan

perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal. Ada pula yang

memberikan

perbuatan

yang

definisi

ibadah ammah dengan

mendatangkan

kebaikan

dan

semua

dilaksanakan

dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT, seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah.

3.4

Tujuan ibadah Mendapatkan ridho dari Allah Swt kita sebagai mahluk

ciptaan

Allah,

kita manjalankan

perintahnya dan

menjauhi

larangannya. Manusia bahkan seluruh mahluk yang berkehendak dan

berperasaan,

adalah

hamba-hamba

Allah.

Hamba

sebagaimana yang dikemukakan diatas adalah mahluk yang dimiliki. Kepemilikan Allah atas hamba-Nya adalah kepemilikan mutklak dan sempurna, oleh karena itu mahluk tidak dapat berdiri

1

sendiri dalam kehidupan dan aktivitasnya kecuali dalam hal yang

oleh Alah swt. Telah dianugerahkan untuk dimiliki mahluk-Nya seperti

kebebasan

memilih

walaupun

kebebasan

itu

tidak

mengurangi kepemilikan Allah. Atas dasar kepemilikan mutak Allah itu, lahir kewajiban menerima semua ketetapan-Nya, serta menaati seluruh perintah dan larangan-Nya. Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadahhal ini dapat difahami dari firman Allah swt. : ‫كتحروجكعوون ول إِذولحيونا ووأوصنكحم وعوباثا وخولحقوناكحم أوصنوما أووفوحِذسحبكتحم‬

Artinya : Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS al-Mu’minun:115)

Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia itu mencapai taqwa.

1

3.5 Hakikat Ibadah a. Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah pada Ku” (QS. Az Zariyat: 56) b. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt: “Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),

“Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orangorang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72) c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah swt: “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165) Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud. “Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.6 Jenis-jenis Ibadah

1

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;

1. Ibadah Mahdhah, Artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. segala jenis peribadatan kepada Allah yang keseluruhan tatacaranya telah ditetapkan oleh Allah, Manusia tidak berhak mencipta/merekayasa bentuk ibadah jenis ini. para ulama menetapkan qaidah iaitu ‘Asalnya ibadah itu haram, terlarang’ (kecuali dengan perintah Allah dan petunjuk Muhammad saw). Ibadah jenis ini diistilahkan oleh para fuqaha dengan perkataan Al Ibadah atau Al Ubudiyyah. Ibadah jenis ini seperti shalat, puasa, zakat, aqiqah dan qurban. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip: a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. b. Tata caranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah (QS. 4: 64). Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7). Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

1

Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu. Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah: Sabda Nabi saw.: Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka. c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya

1

bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat. d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah : 1. Wudhu, 2. Tayammum 3. Mandi hadats 4. Adzan 5. Iqamat 6. Shalat 7. Membaca al-Quran 8. I’tikaf 9. Shiyam ( Puasa ) 10. Haji 11. Umrah 12. Tajhiz al- Janazah

KESIMPULAN Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindaktanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi . Secara garis besar ialah dibagi menjadi dua: Ibadah murni (mahdhah), adalah suatu rangkaian aktivitas ibadah yang ditetapkan Allah Swt. Dan bentuk aktivitas tersebut telah dicontohkan oleh Rasul-Nya, serta terlaksana atau tidaknya sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran teologis dari masingmasing individu. · Ibadah Ghairu Mahdhah, yakni sikap gerak-gerik, tingkah laku dan perbuatan yang mempunyai tiga tanda yaitu: pertama, niat yang ikhas sebagai titik tolak, kedua keridhoan Allah sebagai titik tujuan, dan ketiga, amal shaleh sebagai garis amal. Ruang lingkup 'ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Hanya merangkumi setiap kegiatan kehidupan manusia. Setiap apa yang dilakukan baik yang bersangkut dengan individu maupun dengan masyarakat adalah 'ibadah menurut Islam selama ia memenuhi syarat-syarat tertentu. Manusia diciptakan Allah bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah. Karena Allah maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar manusia terjaga hidupnya, bertaqwa, diberi kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diberi kewajiban ibadah agar menusia itu mencapai taqwa. Hikmah dari ibadah adalah kita dapat meningkatkan ketaqwaan tehadap Allah swt dan hidup berdasarkan apa yan Dia perintahkan.

1

Saran

Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.

DAFTAR PUSTAKA 2. http://alazhar58.blogspot.com/2013/12/definisi-pembagianruang-lingkup-serta.html 3. http://gudangilmu37.blogspot.com/2013/04/gudang-ilmu.html 4. http://buletinmi.com/fungsi-dan-peran-shalat-dalam-kehidupankita-edisi-10/ 5. http://www.artikel.majlisasmanabawi.net/kamus-spiritual/artiibadah-pengertian-ibadah/ 6. http://www.H:\Agama\pengertian-hakikat-dan-fungsiibadah.html 7. H:\Agama\makalah-konsep-ibadah-dalam-islam.html

1

8. http://www. Islam/itu-indah2014/ibadah-dan-fungsinya.html

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF