Makalah Agama Islam Hg

February 23, 2017 | Author: Ukhtiy Afifah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Agama islam...

Description

MAKALAH MPK Agama Islam

Manusia, Makna, dan Sejarah Agama Islam

Oleh Kelompok HG 3 Ani Marlina Suratin Astrid Astari Dirgawijaya Gamma Rizkina Maulana Rasis Muammar Anshari Robby Panji Abdu Tsani Ukhtiy Afifah Fakultas Teknik Universitas Indonesia

1

DAFTAR ISI Daftar isi..........................................................................................................................2 Pendahuluan.......................................................................................................................3 Isi........................................................................................................................................5 I.

II.

III.

Manusia dan Agama........................................................................................5 I.I Hubungan Manusia dan Agama.............................................................5 I.II Manusia Menurut tinjauan Islam...........................................................6 Makna Agama Islam......................................................................................10 II.I Pengertian dan Karakteristik Agama Islam.........................................10 II.II Sumber Ajaran Islam............................................................................12 Asal-usul Perkembangan Agama Islam..........................................................24 III.I Perkembangan Islam di masa Na..........................................................24 III.II Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia............................................31

2

BAB I PENDAHULUAN

Petunjuk yang diberikan oleh Allah SWT untuk membantu kita agar menyembah dan mengesakan-Nya berupa insting, panca indra, dan akal sering kali tidak dapat membantu manusia untuk menemukan hakikat dan tujuan hidupnya di dunia. Oleh karena itu, untuk melengkapi ketiganya perlu lagi petunjuk keempat berupa agama. Selain itu, agama juga mengajarkan bahwa sesungguhnya manusia memiliki dua fungsi hidup di dunia ini yaitu selaku hamba Allah dan selaku khalifah di bumi ini. Ketika agama ditinggalkan dari hati dan kehidupan seseorang, segala sesuatu dan dunia ini akan dinilai berdasarkan pandangan yang salah. Pada kondisi ini, seseorang akan kehilangan pengetahuannya dan akan berperilaku lebih buruk dari seekor binatang. Oleh karena itu, Allah mengutus para nabi yang merupakan pilihan dari kaum manusia itu sendiri untuk menyebarluaskan agama ini. Allah akan mengutus seorang nabi kepada suatu kaum ketika kaum tersebut sudah menyimpang dari ajaran Allah. Nabi tersebut berfungsi untuk membimbing manusia menuju jalan kebenaran dan membersihkan mereka dari dosa-dosa. Selain itu, Ibrahim al-Haqqi ,seorang penyair, pernah mengatakan suatu syair yang berbunyi “ Sang Mahabenar berfirman, “Aku adalah harta kekayaan yang tidak dapat tertampung oleh bumi dan tidak pula oleh langit, tetapi kalbu dapat menampung-Ku”. Tentunya yang dimaksudkan dengan “kalbu” adalah suatu hati, dimana hati tersebut harus bersih. Untuk mempunyai hati yang bersih, manusia akan memerlukan petunjuk yang berupa agama yang benar. Agama ini diturunkan kepada seorang nabi secara berangsur-angsur dan bertahap untuk kemudian disampaikan kepada umat manusia. Kehidupan manusia tidak lepas dari adanya pedoman hidup. Banyak versi pedoman hidup yang selama ini dikenal manusia, namun pastilah agama menjadi pedoman utama yang diperlukan manusia untuk menjalani kehidupannya. Negara Indonesia sendiri memiliki beberapa agama yang diyakini oleh masyarakat, seperti Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Kong hu Chu, dan yang paling dominan adalah Islam. Setiap agama yang dianut oleh manusia pasti memiliki ajaran yang sama yaitu semata-mata untuk melaksanakan kebaikan, dan menjauhi larangan yang telah diperintahkan Tuhan. Agama Islam sendiri merupakan suatu agama universal yang didalamnya berisi pedoman untuk manusia dalam menjalani kehidupannya agar tercapai

3

keselamatan di dunia maupun di akhirat atau di kehidupan yang akan mendatang. Dalam bahasa Indonesia kata agama sendiri berarti sama dengan kata “Al-Dien” dalam bahsa Arab. Kata “Al-Dien” ini sering sekali ditemukan dalam Al-Qur‟an yaitu sebanyak 94 kali namun dengan berbagai makna dan konteks, antara lain berate pembalasan ( QS 1:4 ) serta undang-undang yang datang dari Allah “Dienullah” ( QS 3:83 ). Agama islam sudah mulai dikenal sejak zaman nabi Muhammad Saw, yang merupakan utusan rasul yang ditugaskan untuk memimpin dan meluruskan tindakan manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Ajaran dalam agama islam ini,merupakan kelanjutan dari ajaran-ajaran sebelumnya yang telah di bawakan oleh nabi-nabi terdahulu sebelum nabi Muhammad Saw. Karena kelogisannya agama islam dianggap sebagai agama universal yang dapat menjadi pedoman hidup manusia. Terminologi Islam secara bahasa (secara lafaz) memiliki beberapa makna. Makna-makna tersebut ada kaitannya dengan sumber kata dari „Islam‟ itu sendiri, yang notabene berasal dari bahasa Arab. Islam terdiri dari huruf dasar (dalam bahasa Arab): “Sin”, “Lam”, dan “Mim”. Beberapa kata dalam bahasa Arab yang meimiliki huruf dasar yang sama dengan „Islam‟, memiliki kaitan makna dengan Islam. Dari situlah kita bias memahami arti Islam secara bahasa. Jadi maknamakna Islam dari segi bahasa antara lain Islamul wajh (menundukkan wajah), Al Istislam (berserah diri), As Salamah (suci bersih), As Salam ( selamat dan sejahtera), As Silmu (perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau tad daruj).

4

BAB II ISI I. Manusia dan Agama I.I Hubungan Manusia dengan Agama Sebagai manusia yang telah percaya akan adanya pencipta yang menciptakan dirinya maka kita pasti akan mengikuti ajaran-ajaran yang telah diatur oleh Tuhan. Ajaran-ajaran dari Tuhan biasanya telah diatur dalam agama. Selain itu, sebagai makhluk Allah, manusia diciptakan dengan insting, pancaidera, dan akal. Untuk melengkapi hal tersebut ditambahkan lagi agama untuk membantu manusia menemukan fungsi dan tujuan hidupnya di dunia. Oleh karena itu agama dikatakan sebagai Hidayah Allah. Agama mengajarkan manusia memiliki dwi fungsi, yaitu hablum minallah dan hablum minannas, seperti yang tertera dalam al-Qur‟an, yaitu (QS Al-Imran, 3:112). Agama mengatur semua tentang kehidupan manusia. Agama mengajarkan bahwa manusia tidak hanya hidup di dunia melainkan juga di alam akhirat. Sehingga dapat dikatakan bahwa kehidupan manusia sesungguhnya berpindahpindah dari suatu alam ke alam lain. hal tersebut tertera dalam Al-Qur‟an pada ayat-ayat berikut. “Dan ingatlah ketika TuhanMu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini TuhanMu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini” (QS Al-A‟raf, 7 : 172) Ayat-ayat lainnya yang menerangkan hal tersebut adalah (QS Al-Mu‟minun, 23 : 1- 14), (QS Al-Hadid, 57 : 20), (QS Al-Mu‟minun, 100-104). Oleh karena itu semua kehidupan manusia harus berdasarkan ajaran agama. Agama juga ada sebagai pedoman hidup manusia sehingga dalam menjalankan kehidupannya manusia tidak hilang arah. Pedoman tersebut juga termasuk pedoman tentang akhlak dan budi pekerti manusia. Oleh karena itu, perkembangan akhlak dan budi pekerti manusia saat ini disebabkan oleh agama.

5

Bahkan, agama disebut sebagai kekuatan raksasa yang telah mewujudkan perkembangan manusia seperti saat ini. Tugas-tugas keagamaan berpijak kepada 5 tujuan syari‟ah, yaitu : 1. Memelihara agama dengan melakukan ibadah kepada Allah semata (tauhid), termasuk di dalamnya melaksanakan shalat, puasa, zakat, haji, dll. 2. Memelihara jiwa (diri) dengan kewajiban mempertahankan hidup, dan dilarang membunuh diri maupun jiwa orang lain dan apapun yang berkaitan dengan kerusakan diri. 3. Memelihara keturunan dengan adanya lembaga pernikahan untuk memelihara kejelasan keturunan seseorang dan dilarang melakukan perzinahan (hubungan seks diluar nikah) 4. Memelihara akal dan kewajiban menjauhi dan menghindari segala macam hal yang menyebabkan akal cidera dan tidak normal, seperti meminum segala macam minum-minuman yang memabukkan, minuman keras, termasukmacam-macam narkoba: narkotika, ganja, putaw, heroin, mor-fin, ekstasi, dsb. 5. Memelihara harta dengan keharusan ememperoleh harta dan rezeki secara halal serta dilarang mendapatkannya dengan cara haram, seperti mencuri, merampas, menggarong, menipu, korupsi, sogok, dll.

I.II Manusia menurut tinjauan Islam Kata manusia berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu manu, Laten : mens yang atinya berpikir, berakal budi; homo artinya seorang yang dilahirkan dari tanah; humus artinya tanah. Manusia tidak akan ada tanpa ada yang menciptakannya, yaitu Allah SWT. Tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk menyembah–Nya, seperti yang di tuliskan dalam Al-Qur‟an : “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS : Adz-Dzariyat, 51 : 56) Allah menciptakan manusia dengan asal yang berbeda dengan makhluk lainnya. Jika malaikat diciptakan dari cahaya, syetan diciptakan dari api, maka manusia berasal dari tanah. Selain itu, dengan penciptaan manusia dari tanah juga dapat memberikan pelajaran kepada manusia untuk tidak sombong karena manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

6

Manusia yang pertama diciptakan Tuhan adalah Nabi Adam as. Kemudian barulah diciptakan pasangan hidup nabi Adam as., yaitu Hawa. Setelah diciptakan, manusia dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi. Khalifah di bumi berarti manusia sebagai pemimpin di bumi untuk mengelola bumi dan isinya. Al-Qur‟an memberi informasi tentang hakekat manusia dengan memberi sebutan yang berbeda-beda menurut sisi dan fungsinya, seperti Bani Adam, AlBasyar, Al-Insan, An-Nas. Manusia disebut Bani Adam karena semua manusia merupakan keturunan dari Nabi Adam as. Seperti yang tertera dalam Al- Qur‟an yaitu: (QS Al-A‟raf, 7:26) Al-Basyar artinya manusia sama dengan makhluk hidup lainnya yaitu membutuhkan makan dan minum. Seperti yang tertera dalam Al- Qur‟an yaitu: (QS Al-Mu‟minun, 23:33) dan (QS Al-Mu‟minun, 23:34) Al-Insan artinya manusia dianugerahi Allah kecerdasan sehingga dapat menyerap apa yang dipandang, didengar, dialami, dan mengolahnya sebagai ilmu pengetahuan. Seperti yang tertera dalam Al- Qur‟an yaitu: (QS Ar-rahman, 55: 3-4) dan (QS Ar-rahman, 55: 33) Sedangkan, An-Nas berarti manusia juga termasuk makhluk sosial yang pasti tidak bisa hidup sendiri, melainkan hidup dengan manusia lainnya secara berkelompok-kelompok. Seperti yang tertera dalam Al- Qur‟an, yaitu (QS AlBaqarah, 2 : 21). Manusia diciptakan juga untuk menerima rahmat dari Allah SWT. Hal tersebut tertera dalam Al-Qur‟an, yaitu, (QS: Al-Luqman, 31:20). “Dan Dia (Allah) menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS Al Jatsiyah, 45:13) Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT dan alam semesta ini diciptakan untuk manusia. Alam semesta juga diciptakan untuk manusia agar manusia bisa merasakan kekuasaan Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus bersyukur dengan cara mengelola bumi dengan baik.

7

Manusia juga diciptakan untuk memangku amanat. Akan tetapi, sebelumnya Allah SWT telah menawarkan kepada alam semesta apakah mereka sanggup untuk memangku amanat tersebut, hal ini sesuai dengan yang tertera dalam AlQur‟an, yaitu : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.” (QS Al-Ahzab, 33:72) Berdasarkan ayat tersebut, sebelum memberikan amanat kepada manusia, Allah telah menawarkan amanat-Nya kepada alam semesta, tetapi mereka merasa tidak sanggup dan sangat khwatatir tidak bisa menjaga amanat tersebut dengan baik. Maka kemudian Allah SWT mempercayakan amanat-Nya kepada manusia. Menurut para ahli kitab, amanat pada ayat sebelumnya bermakna pada tugas-tugas kekhalifahan dan fingsi-fungsi manusia, yaitu sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi. Selain itu, manusia juga memiliki dwi fungsi, yaitu hak-hak dan kewajiban yang dibebankan kepada manusia : Hak-hak manusia, yaitu : 1. Anugrah Allah SWT berupa bumi dan alam semesta yang ditundukkan sebagai bekal hidup manusia 2. Kewenangan manusia untuk mengelola bumi dan alam lingkungannya Kewajiban-kewajiban manusia, yaitu: 1. Tunduk, patuh, dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, serta beribadah kepada-Nya 2. Mengelola, memakmurkan, melestarikan bumi dan alam lingkungannya untuk kemakmuran hidup manusia, yaitu sesuai tugasnya sebagai khalifah Seperti yang telah diketahui sebelumnya, untuk dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut, manusia telah diberi bekal oleh Allah SWT berupa insting, pancaindera, akal, dan agama, serta kebebasan untuk melakukan ataupun tidak melakukan apa yang diperintah Allah SWT. Fungsi manusia yang pertama adalah sebagai hamba Allah SWT. Dari fungsi tersebut jelas sekali bahwa manusia harus tunduk, patuh, beribadah semata kepada Allah, dan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

8

Fungsi manusia yang kedua adalah sebagai khalifah, yaitu memiliki wewenang untuk mengelola, memakmurkan, melestarikan bumi dan alam lingkungannya. Sebagai khalifah, manusia memiliki kebebasan untuk melakukan apapun kepada dirinya dan lingkungannya. Akan tetapi, kebebasan yang diberikan Allah SWT sudah pasti terbatas dan setiap pilihan yang dibuat manusia berpengaruh kepada kehidupannya atau bisa dikatakan selalu memiliki konsekuensi. Manusia diciptakan juga dengan fungsi sebagai hablum minannas dan hablum minallah. Hablum minannas maksudnya adalah manusia diciptakan untuk berhubungan dengan manusia lainnya atau sering dikenal dengan makhluk sosial. Bersama dengan manusia lainnya, manusia ditugaskan untuk memakmurkan bumi untuk keperluan kehidupan manusia itu sendiri. Sedangkan, hablum minallah maksudnya adalah manusia harus menjalin hubungan vertikal, yaitu kepada penciptanya, Allah SWT. Hubungan manusia dan Allah dapat terjalin dengan cara beribadah kepada-Nya. Jika seorang muslim sudah bertakwa, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT maka akan mendapat balasan dari Allah SWT sesuai firman-Nya : “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman (surga) dan sungai. Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.” (AlQamar: 54-55) Dalam pandangan Islam,manusia digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu: 1. Muttaqi Muttaqi artinya orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 2. Muhsin Muhsin artinya orang-orang yang berbuat baik, yaitu orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan 3. Mu‟min Mu‟min artinya orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang beriman. Iman artinya berada di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Muslim Muslim artinya orang-orang yang tunduk dan patuh serta berserah diri kepada Allah SWT. 5. Kafir Kafir artinya orang-orang yang tidak percaya, ingkar,dan menolak kebenaran dari Allah SWT.

9

6. Musyrik Musyrik artinya orang-orang yang menganggap ada Tuhan selain Allah SWT. 7. Munafiq Munafiq artinya orang-orang yang bermuka dua, yaitu orang-orang yang mengatakan dirinya beriman tetapi di hatinya tidak. 8. Fasiq Fasiq artinya orang-orang yang melakukan dosa, padahal dia mengerti bahwa perbuatannya melanggar hukum, aturan dan ketentuan Tuhan.

II. Makna Agama Islam II.I Pengertian Agama Islam Etimologi Islam berasal dari bahasa arab yaitu aslama yang berarti berserah diri, masuk dalamkedalam. Orang yang berserah diri disebut muslim. Agama islam adalah agama samawiyang diturunkan oleh Allah SWT kepada para utusannya, Nabi Muhammad SAW yangterdapat pada kitab suci Al-Quran dan sunnah dalam bentuk perintah., larangan danpetunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.Agama islam mempunyai karakteristik sebagai berikut.1. Agama islam sesuai dengan fitrah manusia. Allah telah menciptakan manusiasesuai fitrah alah.2. Ajaran agama islam adalah agama yang sempurna. Dalam ajaran agama islamtelah ditetapkan tentang beberapa makanan haram/halal.3. Kebenaran agama islam mutlak. Agama islam merupakan agama yang berasaldari Allah SWT, jadi tidak ada kerugian didalamnya.4. Islam mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan.5. Islam fleksibel dan ringan.6. Islam, ajaran yang universal, terasa bagi seluruh manusia.7. Islam rasional.8. Islam agama tauhid, hanya menyembah dan mengabdi kepada Allah SWT.9. Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.Dalam ajaran agama islam, inti ajarannya ada 3 hal yaitu aqidah, syariah, dan akhlaq.Aqidah berhubngan dengan keyakinan terhadap Allah SWT. Syariah berhubungandengan aturan hokum yang telah ditetapkan Allah SWT dan Akhlaq berhubungandengan moral, perilaku terhadap allah SWT, terhadap sesame maupun terhadaplingkungan.Dalam menjalani kehidupan, masyarakat beragama islam berpegang teguh kepadahokum islam. Sumber hokum islam adalah AlQuran dan As-Sunnah (al hadits) dandisemurnakan dengan akal manusia yang mengenal islam secara mendalam (ijtihad).Fungsi utama hokum islam yaitu : fungsi ibadah, fungsi amar ma‟ruf wa nahi munkar. Terminologi

10

Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh dan sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya‟kub, Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya. Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman : َّ ‫َو َوص َّٰي بِہَآ إِ ۡب َزٳ ِه ۧـ ُم بَىِي ِه َويَ ۡعقُوبُ يَ ٰـبَىِ َّي إِ َّن‬ ۡ َ‫ٱَّلل‬ َ‫ٱصطَفَ ٰي لَ ُك ُم ٱل ِّديهَ فَ ََل تَ ُموتُ َّه إِ َّّل َوََوُُم سُّ ِِۡۡ ُمون‬ Artinya : ”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya‟kub, Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu, sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al-Baqarah, 2:132) Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang berbunyi sebagai berikut : ۡ ۡ ‫ٲَّللِ َو‬ َّ ِ‫ٱَّللِ ََر َُّىَّا ب‬ َّ ‫وصا ُر‬ َّ ‫ى إِلَي‬ ‫ٱََۡ ۡد بِأَوَّا‬ ٓ ‫ار‬ َ ََ ُ‫رريسونَ و ََۡه‬ َ ‫فََِ َّمآ ََ َحسَّ ِعي َۡ ٰي ُِّ ۡىہُ ُم ۡٱل ُك ۡف َز قَا َل َُّ ۡه ََو‬ ِ ‫ٱَّللِۖ قَا َل ٱل ََ َو‬ ِ ‫ص‬ َ‫ُُّ ِِۡۡ ُمون‬ Artinya : ”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata dia : Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah (Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS. Ali Imran, 3:52). Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt. Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang dihubungkan dengan manusia yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen (Christianity), atau agama Yahudi (Judaism). Nama agama yang

11

disampaikan oleh Nabi Muhammad ini tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan wahyu itu kepada manusia atau nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan Mohammedan untuk orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad- abad oleh orang Barat, terutama oleh para orientalis adalah salah. Kesalahan ini disebabkan karena para penulis Barat menyamakan agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya dengan Chrisianity yang diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan oleh Budha Gautama dan lain-lain. Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang berbunyi : ۡ ‫) َو ۡٱل َع‬١ ‫ص ِز‬ ‫ٱۡلو َۡـٰهَ لَفِي ُخ ۡۡ ٍز‬ ِ ۡ ‫) إِ َّن‬٢ ْ ُِ‫ور َو َع ِم‬ ْ ُ‫( إِ َّّل ٱلَّ ِذيهَ ََر َُّى‬٣ ِّ ََ ‫ص ۡو ْر بِ ۡٲل‬ َّ ‫ور ٱل‬ ‫ص ۡو ْر بِٲلص َّۡبز‬ َ ‫ق َوتَ َور‬ َ ‫ت َوتَ َور‬ ِ ‫ص ٰـِِ ََ ٰـ‬ Artinya :

“Demi masa. (1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta‟ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (3)” Berdasarkan dari surat Al-Asr di atas ada 5 (lima) komitmen atau kerikatan seorang muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah : 1. 2. 3. 4.

Meyakini, mengimani kebebaran agama Islam seyakin-yakinnya. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar. Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana disertai argumentasi yang meyakinkan dengan bahasa yang baik dan, 5. Sabar dalam berIslam, dalam meyakini mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan agama Islam. Ajaran Islam mengandung berbagai arti pula, yaitu sebagai berikut: 1. Menurut dan menyerahkan Orang yang memeluk Islam adalah orang yang menyerahkan diri kepada Allah SWT, dan menurut segala yang telah ditentukan–Nya

12

2. Sejahtera, tidak tercela, tidak cacat, selamat, teteram dan bahagia. Ini berarti setiap muslim adalah orang sejahtera, tentram, selamat dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat dengan tuntunan ajaran Rabbul‟ Alamin1[1]. Ajaran yang bersumber dari Allah SWT, bukan dari manusia sedangkan nabi Muhammad SAW, tidak membuat agama ini tetapi beliau hanya menyampaikannya. Allah berfirman dalam surat An-Najm 3-4

ُ ‫ََ َوُّا يُ ْى ِط‬ ‫ رَ َِ ْن ه َُو ِإِّلّ َّ َََّ وحْ ُي يُوْ َحي‬,‫ق َع ِه ْرلََ َو ى‬ 3. Mengaku, menyerahkan dan menyelamatkan Ini berarti bahwa orang yang memeluk Islam itu adalah orang yang mengaku dengan sadar adanya Allah SWT, kemudian ia menyerahkan diri pada kekuasaan-Nya dengan menurut segala titah dan firman–Nya sehingga ia selamat di dunia dan akherat.

4. Damai dan sejahtera Artinya bahwa islam adalah agama yang membawa kepada kedamaian dan perdamaian. Orang yang memeluk islam adalah orang yang menganut ajaran perdamaian dalam segala tingkah laku dan perbuatan.2[3] Islam mengajarkan persamaan, persaudaraan sesama muslim. Islam anti terhadap yang bersifat perbedaan daerah dan tingkat sosial. Allah SWT berfirman: ‫رِ َّن رَ ْك َز َُّا ُك ْم ِع ْى َد ّلّلاِ رَ ْتقَا ُك ْم‬ Artinya; “Sesungguhnya orang-orang yang paling mulia pada sisi Allah diantara kamu adalah yang paling taqwa diantaramu.”3[4]

13

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik ajaran Islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh setiap umat muslim dengan berpedoman kepada Al-qur‟an dan hadits dalam berbagai ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, kesehatan, politik, pekerjaan, dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki ciri-ciri khas tersebut. Secara sederhana karakteristik ajaran islam dapat diartikan menjadi suatu ciri yang khas atau khusus yang mempelajari tentang ilmu pengetahuan dan kehidupan mnusia dalam berbagai bidang agama, muamalah (kemanusian), yang didalamnya termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu. Islam secara bahasa berasal dari kata Salam, Aslama, Silmun, Sulamun yang mempunyai bermacam-macam arti.

Diantaranya adalah sebagai berikut : Aslama yang artinya menyerah, berserah diri, tunduk, patuh, dan masuk Islam. dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Alloh, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata Aslama terdapat dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah: 112, surat Ali Imron: 20 dan 83, surat An-Nisa‟: 125 dan surat Al-An‟am: 14. 2) Silmun yang artinya keselamatan dan perdamaian. Dengan makna tersebut berarti Islam adalah agama yang mengajarkan hidup damai, tentram, dan selamat. Kata Silmun terdapat dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah; 208 dan surat Muhammad: 35. 3) Sulamun yang artinya tangga, sendi dan kendaraan. Dengan arti tersebut, Islam berarti agama yang memuat peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan manusia dan mengantarkannya kepada kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat. 4) Salam yang artinya selamat, aman sentosa, dan sejahtera. Dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat. Kata Salam terdapat dalam AlQur‟an Surat Al-An‟am :45, Surat Al-A‟raf: 46 dan Surat An-Naml: 32. Dengan demikian secara bahasa, makna Islam dapat dirangkum sebagai berserah diri kepada Alloh SWT untuk tunduk dan taat kepada hukum-Nya (Aslama) sehingga dirinya siap untuk hidup damai dan menebar perdamaian dalam masyarakat (Silmun) dalam rangka untuk menaiki tangga atau kendaraan

14

kemuliaan (Sulamun) yang akan membawanya kepada kehidupan sejahtera dunia dan akhirat (Salamun). Sementara secara Istilah, pengertian Islam yang diberikan oleh para ulama dan para cendikiawan muslim sangat bervariasi sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang keilmuan masing-masing. Akan tetapi definisi yang berbeda tersebut saling melengkapi antara satu dengan yang lain. 1. Ahmad Abdullah al-Masdoosi menyatakan bahwa Islam adalah satusatunya aturan hidup yang diwahyukan untuk segenap umat manusia dari zaman ke zaman, dan bentuk terakhir yang sempurna adalah Islam yang ajaranya tersebut di dalam Al-Qur‟an yang diwahyukan kepada Rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW. 2. Syaikh Mahmud Syaltut dalam bukunya Al-Islam: Aqidah wa Syari‟ah mendifinisikan Islam sebagai agama Allah yang ajaran-ajaranya diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan memberikan penegasan kepada nabi untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluiruh umat manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Alloh (agama samawi) yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya sejak Nabi Adam AS hingga yang terakhir Nabi Muhammad SAW. agama tersebut mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik keyakinan, ibadah, sosial, hukum, politik, ekonomi, akhlak dan lain sebagainya maupun pedoman hidup bagi seluruh umat manusia agar dapat tercapai kehidupan yang diridhai Alloh SWT dan kebehagiaan hidup di dunia dan akhirat. Antara Islam sebagai agama samawi terakhir dengan agama wahyu sebelumnya jelas mempunyai hubungan yang erat karena keberadaanya merupakan mata rantai terakhir agama Alloh. Hanya saja beberapa perbedaan yang menjadi ciri fundamental Islam sebagai wahyu terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan Islam sebagai wahyu yang diturunkan kepada Nabi-nabi sebelumnya a. Islam sebagai agama wahyu terakhir merupakan agama universal, yakni agama yang berlaku untuk segenap umat manusia sepanjang masa di seluruh dunia. Sementara agama wahyu sebelum Islam bersifat lokal yang hanya berlaku untuk bangsa tertentu dan untuk waktu tertentu. Universalitas Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Anbiya‟(21): 107, Surat Al-Furqon: 1, Surat Al-A‟raf: 158, surat Saba‟: 28, Surat Sad: 87 dan Surat Al-Fath: 28

15

. b. Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw merupakan penyempurna agama Alloh yang diwahyukan kepada Rasul sebelumnya. Ini berarti bahwa seluruh umat manusia wajib menganut agama Islam yang telah disempurnakan karena agama yang pernah diajarkan oleh para nabi sebelumnya telah diganti kedudukanya oleh agama yang dibawakan oleh Nabi Muhammad saw.

c. Agama Islam sebagai agama wahyu terakhir juga merupakan pelurus dan peneliti (pengoreksi) terhadap perubahan atau penyimpangan yang terjadi pada agama-agama sebelumnya, terutama dalam bidang Aqidah (keyakinan) agar tetap berpedoman kembali kepada kepercayaan bahwa Tuhan itu maha Esa (agama tauhid). Hal ini dapat dilihat dalam QS Al-Maidah: 64. II.II Karakteristik Agama Islam Islam adalah Dien yang diturunkan Allah untuk kehidupan manusia yang ciri-cirinya adalah rabbaniyah, sempurna, integral dan universal. Islam adalah Ajaran Rabbaniyah Islam sebagai ajaran yang Rabbaniyah adalah bahwa ajaran Islam bersumber daari Alah, bukan hasil pemikiran manusia. Ajaran Islam diturunkan dalam bentuk Al Qur‟an yang merupakan wahyu AlIah kepada Muhammad secara lafadz dan ma‟na, maupun As – Sunnah yang merupakan wahyu Allah secara ma‟nawie. Allah berfirman : “Turunnya Al Qur‟an tidak ada keraguan padanya adalah daari Rabb (Tuhan) semesta alam”. (QS. As-Sajadah (32), 2). “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkan itu (Al Qur‟an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm (53), 24). Islam adalah Dien dari Allah Yang Maha Mengetahui, maka Dien Islamlah yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan ummat manusia, mengungguli setiap konsep lain yang merupakan produk pemikiran rnanusia. Dien Islam mengarahkan manusia, sedangkan konsep-konsep lain arahnya ditentukan manusia. Allah berfirman :

16

“Dialah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dari agama yang haq agar dimenangkan Allah terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. (QS. Al Fath (48), 28). Islam adalah Ajaran yang Sempurna Kesempurnaan Islam tidak terlepas dari Allah SWT. Allah yang menciptakan seluruh alam dalam keadaan sempurna, maka secara otomatis agama yang Allah berikan kepada manusia juga rnerupakan agama yang sempurna. Tidak satu pun ajaran Islam yang kontradiktif, semuanya merupakan satu kesatuan yang padu, yang pada intinya terfokus pada ajaran tauhid. Allah berfirman: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam Jadi agama bagimu”. (QS. Al Maidah (5), 3). Islam sebagai Ajaran yang Universal Islam dengan sifat keasliannya yang universal, diturunkan untuk seluruh umat manusia. Islam merupakan “konsumsi pokok” bagi seluruh alam. Allah berfirman : “Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan kepada sekalian manusia, untuk memberi kabar gembira dengan surga dan memberi kabar takut dengan neraka” (QS. Saba‟(34) 28). “Katakanlah! Wahai manusta sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kamu semua”. (QS. Al A‟raf (7),158). “Dan Kami tidak utus engkau melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al Anbiya‟ (21), 107). Sifat universal Islam bukan hanya terbatas untuk waktu tertentu atau generasi tertentu, tapi berlaku untuk sepanjang masa dan di semua tempat, karena itu Islam tidak akan hilang dari permukaan bumi, tidak pernah berubah ataupun diganti. Islam adalah Ajaran yang Bersifat Integral Sifat integral (lengkap) adalah merupakan sifat keaslian Islam. Integralitas Islam terletak pada ajarannya, yaitu ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Tak satu aspekpun yang terlepas dari ajaran Islam. Islam rnengatur hal-hal yang berkenaan dengan aspek jasmani maupun aspek rohani. Islam

17

memberi aturan bagaimana seharusnya berhubungan dengan Allah, bagaimana berhubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan alam lingkungannya. Pembahasan Karakteristik Konsepsi islam dalam berbagai bidang yang menjadi karakteristiknya itu dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Dalam Bidang Agama Menurut Nurcholis Madjid, bahwa dalam bidang agama, Islam mengakui adanya pluralisme. Menurutnya, Pluralisme adalah sebuah aturan Tuhan (sunnah Allah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan mengajarkan agama masing-masing dengan penuh kesungguhan. Karena itu agama tidak boleh dipaksakan. Bahkan Al-qur‟an juga mengisyaratkan bahwa para penganut berbagai agama, asalkan percaya kepada Tuhan dan hari kemudian serta berbuat baik semuanya akan selamat. Karakteristik ajaran islam dalam bidang agama juga mengakui adanya universalisme, mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir, nyuruh berbuat baik, dan mengajak pada keselamatan. Dengan demikian, karakteristik ajaran islam dalam visi keagamaanya bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai karena dalam pluralitas agama tersebut terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan. b. Dalam Bidang Ibadah Ibadah yang dibahas dalam bagian ini adalah ibadah dalam arti khusus. Yakni apa yang telah di tetapkan oleh Allah akan perincian-perincianya, tingkat dan cara-caranya tertentu. Ketentuan ibadah demikian itu termasuk salah satu bidang ajaran islam dimana akal manisia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini adalah mematuhi, mentaati, melaksanakan, dan menjalankannya, dengan penuh ketundukan pada Tuhan, sebagai bukti pengabdian dan terimakasih-Nya. Dengan demikian, visi Islam tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia sebagai makhluk yang diperintahkan agar beribadah kepada-Nya. c. Dalam bidang Akidah

18

Karakteristik Islam yang dapat di ketahui dalam bidang akidah ini adalah bahwa akidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. yang diakui dan diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah SWT. Dalam prosesnya keyakinan tersebut harus langsung tidak boleh melalui perantara. Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah SWT sebagai Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat dan perbuatan dengan amal soleh. Dan selanjutnya harus berpengaruh kedalam segala aktivitas yang dilakukan manusia, sehingga berbagai aktvitas tersebut bernilai ibadah. Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap yang selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal saleh. d. Dalam Bidang Ilmu dan Kebudayaan Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersika terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi bersamaan dengan islam yang selektif, yaitu tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan Islam. Karakteristik ajaran Islam adalah ilmu pengetahuan dijelaskan oleh Allah SWT: (QS. Al‟alaq 1-5) Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Kata iqra pada ayat tersebut menurut A. Baiquni, berarti membaca dalam arti biasa, menelaah, mengobservasi, membandingkan, mengukur, mendeskripsikan, menganalisis dan menyimpulkan secara induktif. Kebudayaan adalah penjelmaan (manifestasi) akal dan rasa manusia. Ini berarti bahwa manusialah yang menciptakan kebudayaan. Kebudayaan Islam, berarti menyaring kebudayaan yang tidak melenceng dari Islam. Kebudayaan Islam mengandung tiga unsur yang sangat prinsip sebagai berikut : 1) Kebudayaan Islam adalah ciptaan orang Islam 2) Kebudayaan Islam adalah didasarkan kepada ajaran Islam

19

3) Kebudayaan Islam merupakan pencerminan dari ajaran Islam.[6] Dengan demikian, ilmu pengetahuan dan kebudayaan mengantarkan umat manusia hidup bahagia meningkatkan mutu dan peranan dalam kehidupan manusia untuk meraih berbagai kesempatan dan peluang. e. Dalam Bidang Pendidikan Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orag (education for all), laki-laki dan perempayn, dan berlangsung sepanjang hayat (long live education). Dalam bidang pendidikan Islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana dan lain sebagainya. f. Dalam Bidang Sosial Karakteristik ajaran Islam di bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasihati, tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa, dan kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, jenis kelamin dan lain sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaannya yang ditunjukkan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. g. Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi Islam memandang bahwa kehidupan yang harus dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat dan kehidupan akhirat dicapai dengan dunia. Pandangan Islam mengenai kehidupan demikian itu, secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak sekularistik, yaitu kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama. Agama harus terlibat dalam mengatur kehidupan dunia. h. Dalam Bidang Kesehatan Ajaran Islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih diutamakan daripada penyembuhan. Dalam bahasa Arab, prinsip ini berbunyi, al wiqayah khair min al-„ilaj. Berkenaan dengan konteks kesehatan ini ditemukan sekian banyak petunjuk kitab suci dan sunnah Nabi SAW yang pada dasarnyamengarah pada upaya pencegahan.

20

Untuk menuju pada upaya pencegahan tersebut, Islam menekankan segi kebersihan lahir dan batin, seperti dalam firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah : 222) : Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” i. Dalam Bidang Politik Islam tidak mengajarkan ketaatan buta terhadap pemimpin. Islam menghendaki suatu ketaatan kritis, yaitu ketaatan yang didasarkan pada tolok ukur kebenaran dari Tuhan. Jika pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntutan Allah dan Rasul-Nya, maka wajib ditaati. Sebaliknya jika pemimpin tersebut bertentangan dengan kehendak Allah dan RAsul-Nya, boleh dikritik atau diberi saran agar kembali ke jalan yang benar dengan cara-cara yang persuasif. Dan jika cara tersebut juga tidak dihiraukan oleh pimpinan tersebut, boleh saja untuk tidak dipatuhi. j. Dalam Bidang Pekerjaan Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Atas dasar ini maka kerja yang dikehendaki Islam adalah kerja yang bermutu, terarah pada pengabdian terhadap Allah SWT, dan kerja yang bermanfaat bagi orang lain. sebagaimana firman Allah Swt: Artinya: “ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS. Al-Mulk : 2). k. Dalam Bidang Disiplin Ilmu Isam juga tampil sebagai sebuah disiplin ilmu yaitu ilmu keislaman. Menurut peraturan Agama Republik Indonesia tahun 1985, bahwa yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Al-Qur‟an / tafsir, hadits / ilmu hadits, ilmu kalam. Filsafat, tasawuf, hukum Islam (fiqih), sejarah dan kebudayaan Islam, serta pendidikan Islam. KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

1.Rabbaniyah Rabbaniyah artinya bersumber dari Alloh SWT, bukan buatan manusia. Dan tujuan pertama dan terakhirnya adalah agar manusia menyembah Alloh yang merupakan tujuan penciptaan manusia (QS (51): 56).

21

2. Al-Insaniyah Bersifat kemanusiaan yang universal (al-insaniyah), yaitu diturunkan oleh Alloh SWT sebagai petunjuk untuk seluruh umat manusia, bukan hanya dikhususkan untuk suatu kaum atau golongan (QS (21): 107, (34): 28, (7): 158)

3. Kamulah Lengkap dan mencakup ( kamulah) seluruh aspek kehidupan. Tidak suatu perkara baik kecil maupun besar kecuali Islam telah menerangkan hukumnya (QS (6): 38, (16): 89). 4. Sahlah Ajaran Islam mudah untuk dikerjakan tanpa kesulitan sedikitpun, sebab Islam tidak membebankan manusia suatu kewajiban kecuali sebatas kemampunya (QS Al-Baqarah (2): 286) 5. Al-Adalah Ajaran Islam bertujuan menegakkan keadilan mutlak dan mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah kehidupan manusia, serta memelihara jiwa, kehormatan, harta, akal dan agama mereka (QS (5): 8, (6): 152, (4): 125) 6. Tawazuniyah Bersifat seimbang (tawazun), di mana seluruh ajaran Islam menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara jasad dan ruh, antara dunia dan akhirat

7. Marunah Perpaduan antara yang tidak berubah (tsabat) dan menerima perubahan. Ajaran islam tidak berubah pada pokok-pokok dan tujuanya, namun menerima perubahan pada cabang (furu‟), sarana dan cara-caranya, sehingga dengan sifat menerima perubahan ini Islam dapat menyesuaikan diri dan dapat menghadapi perkembangan zaman. Dan dengan sifat tidak berubah pada pokok-pokok dan tujuanya, Islam tidak larut dan tunduk pada perubahan zaman dan perputaran waktu.

22

II.III Sumber Ajaran Islam Hadits Rasulullah SAW, yaitu: ”Kutinggalkan kepadamu dua perkara, dan kamu sekalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul-Nya).  Al-Qur‟an Al-Qur‟an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur‟an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. AlQur‟an dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut: ”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al=Qur‟an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9) ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur‟an. Kalau sekiranya AlQur‟an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS 4:82) Al-Qur‟an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur‟an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur‟an). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. AlQur‟an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah Al-Qur‟an (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS. As-Syu‟ara: 192), Adz-Dzikir (QS. Al-Hijr: 1-9).

1. 2.

3. 4. 5.

Kandungan Al-Qur‟an, antara lain adalah: Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodli-qodor, dan sebagainya. Prinsip-prinsip syari‟ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah, ibadah) dan (hablun minannas, mu‟amalah). Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang berbuat dosa (nadzir). Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra,

23

budaya,

1. 2. 3.

4. 5.

sosiologi,

psikologi,

dan

sebagainya

Keutamaan Al-Qur‟an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain: Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur‟an (HR. Turmuzi) Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur‟an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur‟an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim). Sesungguhnya Al-Qur‟an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim). Bacalah Al-Qur‟an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur‟an sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).

Al-Qur’an sebagai Kalamullah Al-Qur‟an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah. Sebagai Kalamullah, Al-Qur‟an dalam bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa kaumnya (bahasa Arab). Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia dilakukan dengan tiga cara, yaitu: 1. Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi) 2. Di belakang tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi wahyu) 3. Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membacakan wahyu. Fungsi Al-Qur‟an antara lain adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5) Al-Qur‟an kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76) Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30) Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk) Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44) Sebagai pemberi kabar gembira Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)

24

8. 9. 10. 11.

Sebagai peringatan Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52) Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20) Sebagai pelajaran

Al-Qur’an sebagai Mukjizat Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat tidak kuasa. Al-Qur‟an sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai melemahkan sehingga tida ada seorangpun yang kuasa melawannya. Mukjizat tersebut dapat berupa keindahan susunan bahasanya dan dari kedalaman isinya. Dari segi bahasa, Al-Qur‟an, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur‟an bukanlah buatan manusia, melainkan murni wahyu dari Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur‟an, Tuhan menantang mereka secara bertahap: 1. Menantang mereka untuk menyusun karangan semacam Al-Qur‟an secara keseluruhan 2. Kalau tak bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Qur‟an 3. Kalau tak bisa, silakan menyusun satu surat saja 4. Jika tidak bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan surat Al-Qur‟an Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti tidak akan mampu untuk menyaingi Al-Qur‟an. Dari segi isi, susunan bahasa, sastra, dan keindahannya, apa yang ada dalam Al-Qur‟an bukan sekadar tanpa makna. Makna-makna yang terkandung dalam AlQur‟an begitu luas. Ayat-ayatnya selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan selalu terbuka untuk menerima interpretasi baru. Al-Qur‟an telah disesuaikan (sudah pasti disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Qur‟an berisi petunjuk agama atau syari‟at, dan mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta berita-berita gaib, seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat. Al-Qur‟an juga mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Qur‟an. Keutamaan membaca Al-Qur‟an, yaitu membacanya adalah ibadah. Bagi orang yang membaca Al-Qur‟an akan mendapat pahala yang telah dijanjika Allah SWT. Menurut Ali Bin Abi Thalib, membaca Al-Qur‟an dalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap hurufnya apabila dibaca waktu melaksanakan sholat, 25 kebajikan

25

apabila di luar sholat (dalam keadaan berwudhu), dan 10 kebajikan apabila tidak berwudhu. Bukan hanya membaca, mendengarkan orang yang membaca AlQur‟an pun akan mendapat kan pahala. Selain membaca dan mendengar, belajar dan mengajarkan membaca Al-Qur‟an pun adalah suatu kebajikan. Dari definisi di atas sebuah kitab atau mushaf bisa dikatakan sebagai alQur‟an manakala memenuhi delapan syarat, yaitu: a) Firman Allah, Artinya bahwa kitab suci Al-Qur‟an merupakan kumpulan firman-firman Allah yang diformulasikan oleh Alloh swt sendiri baik makna maupun teksnya. Sementara Nabi Muhammad SAW sekedar menerima, tanpa memformulasikan ulang. Ini sekaligus memberikan penegasan untuk membedakan antara hadits dan al-Qur‟an. Hadits walaupun kandungan maknanya berasal dari Allah, tetapi formulasi verbalnya berasal dari kreatifitas Nabi. Sementara Al-Qur‟an baik makna maupun formulasi verbalnya sepenuhnya berasal dari Alloh swt, Nabi sekedar menerima jadi (taken for granted) apa yang diturunkan Alloh kepadanya.

b) Berlafal bahasa arab. Artinya bahwa Al-Qur‟an itu disebut sebagai Al-Qur‟an manakala berlafalkan bahasa Arab, bukan bahasa lainya. Ini sekaligus untuk membedakan antara al-Qur‟an dan terjemah Al-Qur‟an atau tafsir Al-Qur‟an. Sekalipun terjemah Al-Qur‟an sangat sempurna dalam penyalinan makna Al-Quran dalam bahasa lain, tidak bisa dan tidak boleh disebut sebagai Al-Qur‟an sendiri. Karena penerjemahan walaupun sangat sempurna tidak bisa mewakili makna dan kandungan Al-Qur‟an secara keseluruhan. Karena penerjemahan sudah tidak lagi murni, akan tetapi peran akal manusia sangat dominan. Sehingga seringkali penerjemahan antara satu orang dengan orang lain, atau satu masa dengan masa yang lain seringkali mengalami perubahan. Oleh karena itu terjemahan atau yang lainya tidak bisa dan tidak boleh disebut sebagai Al-Qur‟an itu sendiri. Ini dilakukan dalam rangka untuk menjaga otentisitas Al-Qur‟an dari dahulu sampai akhir zaman. c) Mengandung mukjizat. Mukjizat Al-Qur‟an tidak diragukan lagi. Dari susunan huruf, kata, kalimat, ayat, maupun surat semuanya mengandung keistimewaan yang tidak dimiliki oleh buku-buku karangan manusia. Demikian juga dari segi makna, isyarat-isyarat ilmiah, dan pembacaan telah begitu banyak melahirkan kekaguman, pencerahan, karya dan peradaban manusia dari periode ke periode.

26

d) Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW Ini sekaligus untuk membedakan dengan kitab-kitab suci lainya. Bahwa kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur‟an. Sementara kitab-kitab lain yang diturunkan kepada selain Nabi Muhammad bukan disebut Al-Qur‟an. Sehingga Al-Qur‟an merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut secara khusus kitab suci yang telah diturunkan oleh Alloh kepada Nabi Muhammad SAW.

e) Tertulis di dalam Mushaf. Ini artinya bahwa Al-Qur‟an itu disebut sebagai Al-Qur‟an, karena tertulis atau ditulis dalam Mushaf, tidak sekedar dihafal dalam otak manusia dalam bentuk cerita, dongeng atau tutur tinular, dari mulut ke mulut. Al-Qur‟an itu ditulis dari generasi pertama hingga sampai saat ini, dan akan terus berlangsung sampai akhir zaman. Transmisi Al-Qur‟an disamping mengandalkan tradisi oral (lisan) yang sudah terbentuk dari generasi awal Islam juga dipandu oleh tradisi tulis al-Qur‟an, sehingga keduanya saling melengkapi dan memperkuat otentisitas Al-Qur‟an hingga sampai saat ini.

f) Ditransmisikan secara mutawatir. Mutawatir adalah diriwayatkan dari orang banyak kepada orang yang banyak pula dan seterusnya, sehingga tidak dimungkinkan terjadinya kebohongan, pemalsuan, ataupun kesalahan dalam transmisi. g) Dianggap sebagai Ibadah bagi yang membacanya. Artinya pembacaan Al-Qur‟an yang berbahasa Arab tersebut mempunyai nilai Ta‟abudi (Ibadah), walaupun tidak memahami isi kandunganya. -‫ص لى‬ ‫ه له‬

‫و‬

‫م‬

‫ل يه‬ ‫و‬

‫لم‬

‫و‬- « ‫و‬

‫و يم‬

».

‫ي ى‬ ‫ص ي‬ Nabi SAW bersabda: “Barang siapa membaca satu huruf dari kitab Alloh, maka baginya satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”. (HR Tirmiziy: 3158)

27

h) Dimulai dari surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas. Susunan surat dan ayat Al-Qur‟an didasarkan pada Tauqifi (ketetapan dan petunjuk dari Nabi SAW langsung) yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Sehingga susunan selain ini, dianggap sebagai tafsir Al-Qur‟an bukan Al-Qur‟an itu sendiri. Seperti Susunan Al-Qur‟an yang didasarkan pada kronologi turunya Al-Qur‟an, tidak diangap sebagai Al-Qur‟an, tetapi tafsir Al-Qur‟an.

 As-Sunnah Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat. Dalam terminologi Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (af‟al, aqwal, dan taqrir). Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para ahli telah menciptakan suatu ilmu yang dikenal dengan ”musthalah hadits”. Untuk menguji validitas dan kebenaran suatu hadits, para muhadditsin menyeleksinya dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadits tersebut yang dengan sanaad. Macam-macam As-Sunnah: Ditinjau dari bentuknya 1. Fi‟li (perbuatan Nabi) 2. Qauli (perkataan Nabi) 3. Taqriri (persetujuan atau izin Nabi) Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya 1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak 2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawir 3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang Ditinjau dari kualitasnya 1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah 2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan pembawaannya yang kurang baik. 3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah

28

4. Maudhu‟, yaitu hadits yang palsu Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya 1. Maqbul, yang diterima 2. Mardud, yang ditolak Kedudukan As-Sunnah: 1. Sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur‟an 2. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa (QS. Al-Mujadilah, 58: 5) 3. Menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang yang beriman (QS. An-Nisa‟, 4: 65) Perbedaan Al-Qur‟an dengan As-Sunnah: 1. Segala yang ditetapkan Al-Qur‟an adalah absolut nilainya. Sedangkan yang ditetapkan As-Sunnah tidak semuanya bernilai absolut. Ada yang bersigat absolut, ada yang bersifat nisbi zhanni 2. Penerimaan seorang muslim terhadap Al-Qur‟an adalah dengan keyakinan. Sedangakan terhadap As-Sunnah, sebagian besar hanyalah zhanny (dugaandugaan yang kuat) Di dalam Islam ada banyak kitab Sunnah/Hadits yang menjadi rujukan utama dalam penggalian hukum Islam. Dari sekian banyak kitab Hadits/Sunnah paling tidak ada 12 kitab hadis yang paling populer. Dua belas kitab Hadits tersebut adalah: Sahih Al-Bukhari Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Bukhari, dikenal juga dengan Al-jami Al-Musnad As-Sahih Al-Mukhtasar Min Umur Rasulilah SAW Wa Sunanihi Wa Ayyamihi. Berdasarkan judul yang dkemukan Imam Bukhari tersebut, Hadits yang dikatakan sahih dalam kitabnya adalah hadis yang bersambung sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW. Ada Hadits yang sanadnya terputus atau tanpa sanad sama sekali, namun hadis tersebut hanya bersifat pengulangan dan merupakan pendukung terhadap Hadits yang sedang dibahas. Oleh sebab itu, Imam Az-Zahabi mengatakan bahwa kitab ini merupakan kitab yang bernilai tinggi dan paling baik setelah Al-Qur‟an. Selema 16 tahun Imam Bukhari berkeliling ke berbagai wilayah Islam untuk menemui para guru Hadits dan meriwayatkan hadis dari mereka. Dalan mencari kebenaran suatu Hadits, ia secara tekun menemui para periwayat Hadits tersebut sehingga yakin benar bahwa Hadits itu sahih.

29

Sahih al-Bukhari memuat Hadits sahih yang diseleksi Imam Bukhari dari 600.000 hadis yang dihafalnya. Hadits tersebut diterimanya dari sekitar 90.000 perawi Hadis. Berdasarkan informasi dalam Mausu‟ah Al-Hadits As-Syarif (ensiklopedia Hadits) yang dikeluarkan oleh Kementerian Wakaf - Majelis Tinggi Urusan Islam Pemerintah Mesir, bahwa sahih Al-Bukhari memuat sebanyak 98 tema (kitab), dengan 7563 koleksi Hadits Nabi di dalamnya.

2. Sahih Al-Muslim Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Muslim. Hadits dalam kitab ini disusun berdasarkan sistematika fikih yang topiknya sama dengan Sahih Al-Bukhari. Menurut mausuah Hadits Syarif, bahwa Sahih Muslim memuat 57 tema (kitab) dengan 7748 koleksi Hadits di dalamnya. Kitab ini merupakan hasil seleksi Imam Muslim dari 300.000 Hadits yang dihafal Imam Muslim. Imam Muslim tidak mengemukan syarat terlalu ketat dalam menuliskan Hadits pada kitabnya jika dibandingkan dengan Imam Al-Bukhari. Sekalipun mengemukakan syarat yang sama, yaitu sanad Hadits bersambung serta diterima dari dan oleh orang yang adil dan dapat dipercaya, keduanya berbeda pendapat mengena syarat antara murid (penerima hadis) dan guru (sumber hadis). Menurut Imam Muslim, murid dan guru tidak harus bertemu, tetapi ckup bahwa keduanya sama-sama hidup satu masa (Al-Mu‟asarah). Namun Imam Al-Bukhari mensyaratkan, murid dan guru harus bertemu (Al-Liqa‟). Atas dasar ini, ulama Hadits menempatkan Sahih Al-Bukhari lebih baik dari Sahih Muslim meskipun mereka sepakat menyatakan bahwa kedua kitab tersebut memuat Hadits sahih.

3. Sunan Abu Dawud Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Abu Dawud. Menurut mausuah Hadits Syarif, Sunan Abi Dawud memuat 42 tema (kitab) dengan 5276 koleksi Hadits di dalamnya, 4.800 hadis di antaranya merupakan Hadits hukum. Diantara Imam yang enam yang termasuk dalam Al-Kutub As-Sittah, Abu Dawud merupakan Imam yang paling fakih. Oleh sebab itu, Sunan Abi Dawud dikenal dengan sebagai kitab Hadits hukum, sehinga ulama Hadits fikih mengakui bahwa seseorang Mujtahid cukup merujuk Sunan Abi Dawud di samping Al-Qur‟an.

4. Sunan at-Tirmiziy Kitab ini juga dikenal dengan Nama Jami‟ At-Tirmizi. Kitab ini disusun oleh Abu Isa Muhammad At-Tirmizi. Menurut mausuah Hadits Syarif, bahwa

30

Sunan At-Tirmiziy memuat 46 tema (kitab) dengan 4415 koleksi Hadits di dalamnya. Sunan At-Tirmizi memuat beberapa istilah ilmu Hadits yang belum pernah diungkap oleh para pakar Hadits sebelumnya, misalnya istilah Hadits hasan sahih, Hadits sahih garib (asing, ganjil), Hadits hasan garib, dan Hadits hasan sahih garib. Imam At-Tirmizi tidak menjelaskan pengertian istilah tersebut. Ulama Hadits sesudahnya mencoba untuk menjelaskan istilah yang digunakan Imam Tirmizi tersebut, misalnya: Ibn As-Shalah.

5. Sunan an-Nasaiy Kitab ini disusun oleh Imam An-Nasai. Kitab Hadits ini juga dikenal dengan nama Sunan Al-Mujtaba dan Sunan As-Sugra yang merupakan hasil seleksi dari Hadits yang terdapat dalam kitab As-Sunan Al-Kubra karya Imam An-Nasai sebelumnya. Menurut Mausuah Hadits Syarif, Sunan An-Nasaiy memuat 52 tema (kitab) dengan 5776 koleksi Hadits di dalamnya. Sunan An-Nasai disusun sesuai dengan sistematika fikih dengan mempergunakan bab yang menjelaskan serta mengistinbatkan berbagai hokum yang dikandung suatu hadis. Oleh karena itu, kitab in menjadi rujukan para ahli fikih setelah Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim, karena kualitas Hadits yang ada di dalamnya menempati posisi dibawah kedua kitab hadis tersebut dan di atas Sunan Abi Dawud dan Sunan At-Tirmizi. 6. Sunan Ibn Majah Kitab hadis ini adalah karya Abu Abdullah bin Yazid Al-Qazwaini yang dikenal dengan Ibn Majah (209 H/825 M- 273 H/887 M). Kitab ini disusun oleh Imam Ibn Majah. Menurut Mausuah Hadits Syarif, Sunan Ibn Majah memuat 38 tema (kitab) dengan 4485 koleksi Hadits di dalamnya. Kitab Sunan ini adalah kitab Sunan yang ke-6, sebagaimana yang dinyatakan oleh Abu Al-Fadl Ibn Tahir Al-Maqdisi. Dalam kitab Sunan ini, menurut penilaian sebagain ahli, terdapat Hadits matruk dan maudu‟. Walaupun demikian, Hadits ini tetap dimasukan ke dalam kelompok Kutub As-Sitah karena banyak Hadits yang sahih atau hasan, dan banyak pula Hadits yang tidak tercantum dalam kitab sebelumnya. 7. Muwatha‟ Imam Malik Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Malik. Dan merupakan kitab Hadits yang tertua yang sampai ke tangan umat Islam saat ini. Imam Malik

31

mengumpulkan Hadits yang dipandangnya kuat, fatwa para sahabat dan tabi‟in, pendapat fikih yang disandarkan kepada konsensus penduduk Madinah, dan kemudian menjelaskan ijtihadnya sendiri dalam permasalahan yang dibahas. Bahkan sering ia mengemukakan kaidah usul fikih dalam mengistinbathkan hukum dari Hadits yang dibahas. Oleh karena itu, sebagain ulama hadai menganggap Al-Muwatha‟ lebih dekat kepada fikih dari pada buku Hadits, karena banyak sekali persoalan fikih yang diaungkapkan dalam kitab tersebut. Al-Muwwatha‟ disusun atas permintaan Abu Ja‟far Al-Mansur (khalifah Abbasiyah, 137 H/754 M – 159 H/775 M). Menurut Mausuah Hadits Syarif, Muwatha‟ Imam Malik memuat 61 tema (kitab) dengan 1861 koleksi Hadits Nabi di dalmnya.

8. Musnad Imam Ahmad Kitab ini disusun oleh Imam Ahmad bin Hambal, dikenal dengan Imam Hambali, merupakan kitab Hadits terbesar dan terbanyak memuat Hadits. Menurut Mausuah Hadits Syarif, Musnad Imam Ahmad memuat 1295 tema (kitab) dengan 28464 koleksi Hadits Nabi di dalamnya. Hadits dalam kitab ini disusun secara berurut, sesuai dengan nama sahabat yang meriwayatkannya dengan memperioritaskan sahabat besar terlebih dahulu, seperti Abu Bakar aAs-Sidik, Umar Ibn Al-Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Di samping itu, prioritas mendahulukan riwayat sahabat juga ditentukan berdasarkan tempat tinggal meraka. Misalnya mendahulukan Sahabat yang bermukim di Madinah dari yang di Mekah. Hadits dalam kitab ini diakhiri dengan riwayat para sahabat wanita yang dimulai dengan Aisyah binti Abi bakar, Fatimah Az-Zahra, Hafsah binti Umar, dan istri Nabi lainya. Hadits dalam Musnad Ahmad bin Hambal yang ada sekarang ini tidak seluruhnya diriwayatkan oleh Imam Hambali sendiri, tetapi juga oleh Abdulah bin Ahmad bin hambal (anak Imam hanbali) dan Abu Bakr Al-Qutai‟I(dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal). 9. Sunan Ad-Darimiy Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Ad-Darimi. Menurut Mausuah Hadits Syarif, Sunan Ad-Darimiy memuat 24 tema (kitab) dengan 3567 koleksi Hadits Nabi di dalamnya. Kitab ini disusun berdasarkan sistematika ilmu fikih namun di dalamnya terdapat Hadits yang sama sekali tidak berkaitan dengan fikih. Kitab ini juga dikenal dengan Musnad Ad-Darmi, sedangkan penyusunan Hadits di dalamnya tidak mengikuti metode Al-Musnad. Namun demikian, Ad-Darimi juga

32

memilki kitab Hadits yang lain yang disebut Al-Musnad dan dianggap oleh para ahli Hadits sebagai kitab sahih. 10. Sunan Ad-Daruquthniy Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Ad-Daruquthni (Abu Hasan bin Umar Ad-Daruquthni) pada abad ke- 4 hijriyah. Menurut Mausuah Hadits Syarif, Sunan Ad-Daruquthniy memuat 31 tema (kitab) dengan 4898 koleksi Hadits Nabi di dalamnya.

11. Musnad Al-Khumaidiy Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Al-Humaidy. Menurut Mausuah Hadits Syarif, Sunan Al-Khumaidiy memuat 183 tema (kitab) dengan 1361 koleksi Hadits Nabi di dalamnya.

12. Sunan Al-Baihaqiy Kitab Hadits ini disusun oleh Imam Al-Baihaqi. Kitab ini juga dikenal dengan nama Kitab Sunan Al-Kubra. Menurut Mausuah Hadits Syarif, Sunan AlBaihaqiy memuat 72 tema (kitab) dengan 22340 koleksi Hadits Nabi di dalamnya. Imam Al-Baihaqi adalah seorang ahli Hadits terkemuka dan pengikut Mazhab Syafi‟i. Ia adalah seorang saleh dan sederhana, serta menganut teologi Asy‟ariyah. Nama lengkapnya adalah Abu bakar Ahmad bin Al-Husain bin Ali bin Musa Al-Khorujirdi (334 H/994 M – 458 H/1066 M). untuk belajar Hadits, Al-Baihaqi mengembara ke beberapa negara dan belajar pada seratus ulama, antara lain Abu Hasan Muhammad bin Husain Al-Alawi dan Al-Hakim Abi Abdillah Muhammad bin Abdullah. Meskipun dipandang sebagai ahli Hadits terkemuka, Al-Baihaqi tidak cukup mengenal karya Hadits At-Tirmizi, An-Nasai, dan Ibn Majah. Ia juga tidak berjumpa dengan buku Hadits atau Musnad Ahmad bin Hambal (imam Hambali). Ia menggunakan Mustadrak Al-Hakim karya Imam Al-Hakim secara bebas. Munurut Zz-Zahabi, kajian Al-Baihaqi dalam Hadits tidak begitu besar, tetapi ia mahir dalam meriwayatkan Hadits karena ia benar-benar mengetahui sub bagian Hadits dan para tokohnya yang telah muncul dalam isnad. Karya Al-Baihaqi, Kitab As-Sunan Al-Kubra (terbit di Hydarabad, India, 10 jilid, 1344-1355) merupakan karya yang paling terkenal. Menurut As-Subki (ahli fikih, usul fikih dan hadis), tidak ada sesuatu yang lebih baik dari kitab ini, baik dalam peneyesuaian penyusunannya maupun mutunya.

33

Pemahaman terhadap Al-Quran dan As-Sunah Al-Maqbulah dilakukan secara konprehensif integralistik baik dengan pendektan tekstual maupun kontekstual.  IJTIHAD

Ijtihad menurut bahasa yaitu memeras pikiran, mencurahkan tenaga secara maksimal atau berusaha dengan sungguh-sungguh. Kata ijtihad memang tidak digunakan kecuali untuk perbuatan yang harus dikerjakan dengan susah payah. Sedangkan menurut istilah, yang disebut dengan Ijtihad ialah “Mengerahkan segala potensi dan kemampuan semaksimal mungkin untuk menetapkan hukumhukum syariah” Selain dari itu adanya timbul masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat yang ketetapan hukumnya belum ada baik dalam Alquran maupun hadis. Seperti masalah inseminasi buatan (kawin suntik) pada manusia, bayi tabung, penggantian kelamin, donor mata dan lain-lain. Semua ini memerlukan Ijtihad untuk menetapkan hukumnya. Menurut istilah ijtihad yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapan hukumnya, baik dalam Al Quran maupun hadist, dengan menggunakan akal pikiran serta berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Orang yang melakukan ijtihad disebut Mujtahid. Ijtihad berasal dari (bahasa Arab ‫ ) ج‬yang merupakan suatu proses penelitian yang serius yang dilakukan secara sungguh-sungguh oleh cendikiawan Islam (disebut mujtahid) untuk menerbitkan hukum-hukum yang bersifat praktis. Proses ijtihad hanya berlaku terhadap hukum-hukum yang tidak jelas yang ada di dalam al-Quran atau al-Sunnah, sama ada ketidakjelasan itu bersumber dari lafaz yang terlalu umum, atau bersumber dari kredibilitas dalil yang digunakan itu sendiri. Jika sesuatu dalil teks telah jelas dan putus, jelas maknanya tanpa bisa ditakwilkan lagi, dan dalil itu pula disahkan berotoritas, maka ijtihad tidak lagi perlu. Ijtihad biasanya terjadi dengan mengambil pengajaran-pengajaran di dalam sumber hukum seperti quran dan sunnah untuk direalisasikan dalam realitas saat yang memerlukan hukum untuk dilakukan.

34

Persyaratan melakukan ijtihad adalah para cendikiawan yang dipercayakan dan layak yang dapat menjabarkan hukum-hukum dan melakukan pengujian terhadap hukum ini. Jika cendikiawan itu kurang layak dalam satu-satu aspek, tetapi sangat ahli dalam aspek-aspek yang lain, maka dia bisa mendapatkan keahlian-keahlian dari para cendikiawan lainnya. Konsep ini disebut ijtihad kolektif, yang berdasarkan kepada pakar (tajazzu 'al-ijtihad). Contoh sederhana adalah penentuan hukum dalam eutanasia atau mercy killing. Para cendikiawan fiqh dan sarjana kedokteran bisa bergabung pikiran untuk melakukan ijtihad secara kolektif. Begitu juga dalam kasus-kasus seperti GM Food atau "makanan diubah secara genetik", para cendikiawan fiqh perlu mendapatkan pandanganpandangan pakar dalam bidang bio-teknologi dan sebaliknya. Penelitian menemukan terlalu banyak kasus kasus hukum fiqh terutama dalam bab-bab kepenggunaan yang ada di dalam fiqh sebelumnya memerlukan perubahan dalam berbagai konteks. Fiqh yang terintegrasi dalam konteks umat dahulu tersusun di atas dasar penelitian yang terbatas dalam ruang lingkup teknologi dan situasi saat sekarang. Adapun dasar-dasar keharusan Ijtihad antara lain terdapat di dalam Al Quran surat An Nisa 4 : 59 dan sabda rasullullah SAW kepada Abdullah bin Mas‟ud : “Berhukumlah engkau dengan Al Quran dan As Sunnah apabila persoalan itu kau temukan pada dua sumber tersebut, tapi apabila engkau tidak menemukannya pada dua sumber tersebut maka berijtihadlah” Syarat-syarat melakukan ijtihad : 1. 2. 3. 4.

Mengetahui isi dan kandungan Al Quran dan Al Hadist Mengetahui seluk beluk bahasa Arab dan segala kelengkapannya Mengetahui ilmu ushul dan kaidah-kaidah fiqih secara mendalam Mengetahui soal-soal ijma‟

Adapun hal-hal yang bisa diijtihadkan adalah hal-hal yang didalam Al Quran dan hadist tidak bisa ditemukannya hukumnya secara pasti.

III. Asal-usul Perkembangan Agama Islam III.I Perkembangan Islam di masa nabi Pada zaman nabi perkembangan agama islam ini terbagi atas periode klasik ( 625-1250 M ), periode pertengahan ( 1250-1800 ), serta periode modern ( 1800sekarang ).

35

A. Periode klasik Bangsa Arab sebelum Islam biasanya disebut Arab Jahiliyah, bangsa yang belum berperadapan, bodoh, tidak mengenal aksara. Sebutan itu tidak perlu menyebabkan kita berkesimpulan bahwa tidak seorang pun dari penduduk Jazirah Arab yang mampu membaca dan menulis, karena beberapa orang sahabat Nabi Muhammad SAW diketahui sudah mampu membaca dan menulis sebelum mereka masuk Islam. Baca tulis waktu itu belum menjadi tradisi, tidak dinilai sebagai sesuatu yang penting, tidak pula menjadi ukuran kepandaian dan kecendikiaan. Kaum Quraisy sendiri sebagai bangsawan di kalangan bangsa Arab hanya memiliki 17 orang yang pandai baca tulis. Suku Aus dan Khazroj penduduk Yatsrib (Madinah) hanya memiliki 11 orang yang pandai membaca. Hal ini menyebabkan bangsa Arab sedikit sekali mengenal ilmu pengetahuan dan kepandaiaan lainnya, hidup mereka mengikuti hawa nafsu, judi, berpecah belah, saling berperang, satu dengan yang lain, yang kuat menguasai yang lemah, wanita tidak ada harganya. Keistimewaan mereka hanyalah ketinggian dalam bidang syair-syair jahili yang disebarkan secara hafalan saja. Pada masa itulah nabi Muhammad Saw lahir dari keluarga miskin secara materi namun berdarah ningrat dan terhormat. Beliau lahir pada tahun 571 M dari rahim seorang ibu yang bernama Aminah dengan ayah yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Pada saat beliau lahir, beliau lahir dengan keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia setelah 3 bulan ia menikahi Aminah. Agama islam sendiri diturunkan pertama kali pada tanggal 17 ramadhan/6 Agustus 611. Saat itu nabi Muhaammad melihat cahaya terang benderang memenuhi ruang gua hira selam ini ia berkhalawat. Tiba-tiba suatu makhluk yang diketahui sebagai malaikat jibril berada di depannyalalu memerintah : “Iqra “ ( bacalah ). Namun Muhammad menjawab ia tidak pandai membaca. Setelah 3 kali diulang, dan dia menjawab hal yang serupa, malaikat jibril lalu memeluk nabi Muhammad erat-erat, lalu menyampaikan :

36

“ Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhnmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan qalam. Dan yang mengajarkan kepada manusia apa yang vbelum diketahuinya.” ( QS 96:1-5 ) Dengan turunnya wahyu yang pertama ini, maka resmilah Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul yang ditugaskan untuk membawa kabar gembira dan peringatan kepada manusia di bumi serta menyampaiakna ajaran Allah berupa agama islam yang merupakan kelanjutan dan penyempurnaan agam yang telah dibawa nabi-nabi sebelumnya. Pada awal turunnya wahyu pertama Nabi Muhammad SAW mulai berdakwah mengajarkan Islam secara sembunyi-sembunyi, mengingat sosial politik pada waktu itu belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Nabi mengajarkan kepada istrinya khadijah untuk beriman kepada Allah, kemudian di ikuti oleh anak angkatnya Ali ibn Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid ibn Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemuadian sahabat karibnya Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakan itu diajarkan secara meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja, seperti Usman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Sa‟ad ibn Abi Waqas, Abdurrahman ibn Auf, Thalhah ibn Ubaidillah, Abu Ubaidillah ibn Jahrah, Arqam ibn Arqam, Fatimah binti Khattab, Said ibn Zaid dan bebrapa orang lainnya, mereka semua disebut Assabiquna al Awwalun, artinya orang-orang yang pertama masuk Islam. Langkah dakwah seterusnya yang diambil Nabi Muhammad SAW adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai mengajak segenap lapisan masyarakat untuk belajar mengenai Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula Nabi menyeru penduduk Makkah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, Nabi juga menyeru orang-orang yang datang ke Makkah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi Muhammad SAW yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Mekipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguah membaja. Ketika gerakan Nabi Muhammad SAW makin meluas, jumlah pengikutnya bertambah banyak dan seruannya semakin tegas dan lantang, bahkan secara

37

terang-terangan mengecam agama berhala dan mencela kebodohan nenek moyang mereka yang memuja-muja berhala itu. Orang-orang Quraisy terkejut dan marah. Mereka bangkit menentang dakwah Nabi Muhammad SAW dan dengan berbagai macam cara berusaha menghalang-halanginya. Kebencian musyrikin Quraisy terhadap Nabi Muhammad SAW makin meningkat manakala mereka menyaksikan penganut Islam terus bertambah. Tidak hanya penghinaan yang ditimpakan kepada Nabi Muhammad SAW melainkan juga rencana pembunuhan yang disusun oleh Abu Sufyan. Kegagalan musyrikin Quraisy menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW dikarenakan Nabi Muhammad SAW dilindungi oleh Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Menyadari hal itu musyrikin Quraisy memboikot kedua keluarga besar pelindung Nabi itu. Belum sembuh kepedihan yang dirasakan Nabi Muhammad SAW akibat pemboikotan itu, Abu Thalib (paman nabi) dan Khadijah istri beliau meninggal dunia. Oleh karena itu, tahun itu dikenal dengan „am al-huzn (tahun kesedihan). Pada saat menghadapi ujian berat, Nabi Muhammad SAW diperintahkan Allah untuk melakukan perjalanan malam dari Masjid al-Haram di Mekah ke Bait al-Maqdis di Palestina, kemudian ke sidrah al-Muntaha. Di situlah Nabi Muhammad SAW menerima syariat kewajiban mengerjakan shalat lima waktu. Peristiwa ini dikenal dengan Isra‟ dan Mi‟raj yang terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 11 sesudah kenabian. Isra dan Mi‟raj di samping memperkuat iman dan memperkokoh batin Nabi Muhammad SAW menghadapi ujian berat berkaitan dengan misi risalahnya, juga sebagai batu ujian bagi kaum muslimin apakah mereka mempercayai atau mengingkarinya. Bagi kaun musyrikin Quraisy , peristiwa itu dijadikan bahan untuk mengolok-olok Nabi muhammad SAW bahkan menuduhnya sebagai manusia yang berotak tidak waras. Setelah peristiwa Isra‟ dan Mikraj, suatu perkembangan besar bagi perkembangan dakwah Islam muncul, perkembangan datang dari penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah. Mereka yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj masuk Islam. Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Nabi Muhammad SAW agar berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Nabi Muhammad SAW dari berbagai ancaman. Nabi pun menyetujui usul yang mereka ajukan. Perjanjian ini disebut perjanjian “Aqobah”. Dan kemudian Nabi Muhammad SAW pindah ke Yatsrib. Tahun islam dimulai dengan hijrahnya nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah yang dulunya bernama Yastrib. Di kota Madinah ini Nabi Muhammad lebih mudah untuk menyebarkan agama islam kepada penduduk, beliau pun menjadikan Madinah sebagai Negara Islam pertama. Untuk

38

memperkokoh masyarakat dan Negara baru Nabi Muhammad membuat dasardasar kehidupan bermasyarakat, yaitu : 1. Dasar Pertama, pembangunan masjid, selain untuk tempat salat, juga sebagi sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalahmasalah yang dihadapi. Masjid pada masa Nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan. 2. Dasar kedua, adalah ukhuwwah islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Diharapakan setiap muslim dapat terikat dalam tali persaudaraan 3. Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak memeluk agama Islam. Selain muslim, di madinah masih terdapat banyak orang arab dan yahudi yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Sehingga dibentuklah piagam madinah, sebuah piagam yang menjamin kebebasan orang yahudi untuk memeluk agama masing masing. Sepeninggalnya Nabi Muhammad Saw, masyarakat umat muslim mengalami krisis dalam hal konstitusional, karena beliau tidak pernah menunjuk siapa yang akan menggantikannya ataupun mengadakan majelis untuk membicarakan hal tersebut. Kondisi tersebut mengakibatkan banyaknya umat muslim yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari islam dan tidak mau melakukan hal hal yang diperintahkan rasul seperti berzakat karena dianggap sebagai upeti kepada nabi Muhammad Saw. Yang masih mengikuti ajaran islam mereka tetap melaksanakan kewajiban dan mau mengorbankan apa saja demi mengembalikan kejayaan Islam. Dalam masalah pemilihan pengganti nabi Muhammad Saw, umat muslim menggunakan prinsip musyawarah yang selama ini selalu diterapkan oleh nabi Muhammad Saw. Berikut adalah daftar khalifah yang telah dipilih berdasarkan prinsip musyawarah oleh umat muslim: 1. 2. 3. 4.

Abu Bakar As-Siddiq Umar Bin Khatab Ustman bin Affan Ali bin Abi Thalib

Perkembangan Islam pada masa Bani Umaiyah Perkembangan Islam selanjutnya adalah perkembangan islam pada masa Bani Umaiyah. Dinasti umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah. Muawiyah dapat mendirikan kekuasaannya bukan atas dasar demokrasi yang berdasarkan atas hasil pilihan umat islam . Berdirinya dinasti

39

umayyah bukan juga hasil dari musyawarah , jabatan raja menjadi pusaka yang diwariskan secara turun menurun yaitu sistem monarkhi. Dinasti umayyah berdiri selama 90 tahun (40-132H/661-750M) dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya. Pada dinasti ini banyak kemajuan ,perkembangan dan perluasan daerah yang dicapai terlebih pada masa pemerintahan khalifah Walid bin Abdul Malik (86-96H/ 705-715M). Pada masa awal pemerintahann muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha perluasan wilayah kekuasaan ke berbagai wilayah seperti ke india dengan mengutus muhalllab bin Abu Sufrah dan usaha perluasan ke barat ke darah Bizantium di bawah pimpinan Yazid bin Muawiyah selain itu juga diadakan peluasan wilayah Afrika Utara. Perluasan wilayah ini mengantarkan dinasti Bani Umaiyah menjadi Negara adikuasa yang mampu menumbangkan dua Adikuasa Bizantium. Perkembangan Islam pada Masa Bani Abbasiyah Pada masa dinasti Bani Abbasiyah tidak terjadi perluasan yang berarti karena difokuskan pada pembinaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, budaya, dan peradaban sehingga masa ini disebut kejayaan peradaban Islam. Dinasti umayyah berdiri selama 90 tahun (40-132H/661-750M) dengan Damaskus sebagai pusat pemerintahannya.pada dinasti ini banyak kemajuan ,perkembangan dan perluasan daerah yang dicapai terlebih pada masa pemerintahan khalifah Walid bin Abdul Malik (86-96H/ 705-715M).Pada masa awal pemerintahann muawiyah bin Abi Sufyan ada usaha perluasan wilayah kekuasaan ke berbagai wilayah seperti ke india dengan mengutus muhalllab bin Abu Sufrah dan usaha perluasan ke barat ke darah Bizantium di bawah pimpinan Yazid bin Muawiyah selain itu juga diadakan peluasan wilayah Afrika Utara. Pada pemerintahan dinasti abbasiyah dibedakan menjadi 5 perode ,setiap periode ditandai adanya perubahan dalam hal pemegang kekuasaan, sistem pemerintahan dan kebijakan militer. 1. 2. 3. 4. 5.

Periode pertama adalah periode yang banyak dipengaruhi Persia pertama Periode kedua adalah periode yang banyak dipengaruhi Turki pertama Periode ketiga adalah periode yang banyak dipengaruhi Persia kedua Periode keempat adalah periode yang banyak dipengaruhi Turki kedua Periode kelima adalah periode yang tidak banyak dipengaruhi oleh pihak manapun akan tetapi pertahanan dinasti abbasiyah sangat lemah dan akhirnya pada tahun 1250 M dinasti abbasiyah runtuh karena mendapat serangan tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.

40

a. Periode Pertengahan Setelah beberapa abad umat Islam mengusai dunia, di awal abad ke tiga belas kekuasaan Islam mulai terguncang. Banyak kerajaan-kerajaan kecil yang mulai berani melakukan serangan-serangan karena merasa tidak lagi diperhatikan dan juga ingin bebas dari kekuasaan kekhalifahan pada saat itu. Dan puncak dari keruntuhan kekhalifahan Islam pada masa itu adalah kehancuran Bagdad sebagai pusat pemerintahan oleh serangan Hulaghu khan (cucu Jengis Khan). Ia adalah pemimpin bangsa Mongol yang disegani pada saat itu. Perpustakaan Islam dibakar dan buku-buku banyak yang dilarikan ke perpustakaan mereka. Sehingga banyak karya-karya cendikia muslim yang tak dapat lagi ditemukan jejaknya. Periode ini terbagi menjadi dua fase, yaitu fase kemunduran (1250-1500) dan fase tiga kerajaan yang dimulai dengan kemajuan (1500-1700) lalu kemunduran (1700-1800). Pada fase pertama, disentralisasi dan disintegrasi mulai meningkat. Perbedaan antara sekte pun meningkat terutama antara Sunni dan Syi‟ah, demikian juga antara Arab dan Persia bertambah nyata dan kelihatan. Dunia Islam pada saat itu terbagi dua yakni bagian Arab yang terdiri dari Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara dengan Mesir; serta bagian Persia yang terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia, dan Asia tengah dengan Iran sebagai pusat. Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dan dengan demikian mendesak lapangan kebudayaan Arab. Perhatian pada ilmu pengetahuan kurang sekali. Umat islam di Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar daerah itu. Pada fase kedua -tiga kerajaan-, dimulai dengan kemajuan. Yang dimaksud dengan tiga kerajaan disini adalah kerajaan Usmani (ottoman empire) di Turki, kerajaan Safawi di persia, dan kerajaan Mughal di India. Di masa kemajuan, ketiga kerajaan besar ini mempunyai kejayaan masing-masing terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Mesjid-mesjid dan gedung-gedung indah yang didirikan di zaman ini masih dapat dilihat di Istambul, di Tibriz, Isfahan serta kota-kota lain di Iran dan di Delhi. Kemajuan umat Islam di zaman ini lebih banyak merupakan kemajuan di periode klasik. Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang sekali. b. Periode Modern Masa pembaharuan (Modern) bagi dunia islam adalah masa yang dimula dar tahun 1800M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran umat islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

41

Pada awal masa pembaharuan , kondisi islam secara politis berbeda di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M dunia islam bangkit memerdekakan negaranya dari penjajahan bangsa barat (Eropa). Diantara Negara-negara islam atau Negara-negara penduduk mayoritas umat islam, yang memerdekakan dirinya dar penjajahan seperti: 1. Indonesia, memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1947. 2. Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947. 3. Mesir secara pormal memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922 M. namun mesir baru merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952. yakni setelah jamal Abdul Nasir menjadi penguasa. Karena dapat menggulingkan raja Faruq yang dalam masa pemerintahannya pengaruh inggris sangat besar. 4. Irak merdeka secara pormal dari penjajah inggris tahun 1932M, tetapi sebenarnya baru benar-benar merdeka tahun 1958M,. 5. Syira dan Libanon merdeka dari penjajah prancis tahun 1946M. 6. Beberapa Negara di Afrika merdeka dar Negara prancis, seperti Lybia tahun 1951M, Sudan dan maroko tahun 1956M, dan Aljazair tahun 1962M. 7. Di Asia tenggara Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, yang merdeka dari penjajah inggris adalah Malaysia tahun 1957 M, dan Brunei Darussalam tahun 1984 M. 8. Di Asia Tengah, Negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992M. adalahUzbekistan, Kirghstan, Kazakhtan, danAzerbaijan. Sedangkan Bosnia merdeka dar penjajah Yogoslavia juga tahun 1992 M. Munculah gerakan pembaharuan yang dilakukan di berbagai Negara, terutama Turki Usmani dan Mesir. Para pembaharu di Turki melahirkan berbagai aliran pembaharuan, seperti Usmani Muda yang di pelopori oleh Ziya pasha (1825-1880) dan Namik Kemal (1840-1888), Turki Muda yang dimotori oleh Ahmed Reza (1859-1931), Mahmed Murad (1853-1912), dan Sabahuddin (1877-1948). Dari Mesir juga ada beberapa pembaharu diantaranya Muhammad Ali Pasha, Al Tahawi (1801-1873), Jamaluddin Al Afghani (1839-1897), Muhammad Abduh (1849-1905), dan muridnya Rasyid Ridha (1865-1935). Dari Pakistan juga dikenal Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah. Masing-masing mereka melakukan pembaharuan dan bergerak pada bidang yang berbeda-beda. Ada yang melakukan gerakan pembaharuan dalam bidang teologis dan ada juga yang masuk dalam bidang perpolitikan dan pemerintahan. Sehingga usaha pembaharuan dilakukan dalam berbagai aspek.

42

III.II Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia Sebelum islam masuk ke Indonesia, telah da kerajaan kerajaan HinduBudha yang memerintah seperti kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan sebagainya. Salah satu penyebab kerajaan tersebut runtuh adalah masuknya ajaran Islam secara damai di nusantara. Islam mudah diterima karena selain logis juga memberikan harapan kehidupan yang baik. Pada abad ke-1 hingga ke-7 M, pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa sering disinggahi pedagang asing, seperti Pelabuhan Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatra serta Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa. Cikal bakal keberadaan Islam di Nusantara telah dirintis pada periode abad ke-1 hingga ke-5 H atau abad ke-7 hingga ke-8 M. Pada periode ini, para pedagang dan mubalig membentuk komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling menghormati dan tolong menolong. 2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya. 3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki. 4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih. Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa. Proses Islamisasi diperkirakan sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Di Aceh, kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri pada pertengahan abad ke13 M sehingga perkembangan masyarakat muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az Zahir dikelilingi oleh ulama dan mubalig Islam. Sementara itu di Jawa proses penyebaran Islam sudah berlangsung sejak abad ke-11 M dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang bertahun 475 H/1082 M.

43

Pengaruh Islam yang masuk ke Indonesia bagian timur, terutama Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang sepanjang pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Perkembangan Islam di Nusantara Cepat tersiarnya Islam di nusantaraksrens beberapa hal antara lain : 1. Ajarannya yang mudah diterima oleh masyarakat nusantara, baik itu pengusaha, pedagang, ataupun petani. 2. Kesungguhan, katekunan, dan keikhlasan para da‟I dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. Di nusantara, penyebaran agama Islam dilakukan oleh berbagai kalangan seperti walisongo yang melakukan dakwah di pulau jawa. Walisongo merupakan sebutan untuk Sembilan sunan yang menyebarkan agama Islam melalui berbagai cara seperti mencampur kesenian daerah ( wayang, gamelan, dll ) dengan unsure dakwah islami. Selain olwh walisongo penyebaran ajaran agama Islam di Jawa juga mendapatkan bantuan dari peran Raja dari kerajaan islam di Jawa. Lahirnya organisasi-organisasi Islam juga tidak luput dari bagian perkembangan Islam di Indonesia. Organisasi tersebut seperti Budi Utomo yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 dengan tujuan memperbaiki pendidikan dan perekonomian. Lalu ada Sarekat Islam, sarikat Dagang Islam, dll. Islam di Masa Penjajahan Ditengah-tengah proses transformasi sosial yang relative damai itu, datanglah pedagang-pedagang Barat, yaitu portugis, kemudian spanyol, di susul Belanda dan Inggris. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan Islam Indonesia di sepanjang pesisir kepulauan Nusantara ini. Pada mulanya mereka datang ke Indonesia hanya untuk menjalinkan hubungan dagang karena Indonesia kaya akan rempah-rempah, tetapi kemudian mereka ingin memonopoli perdagangan tersebut dan menjadi tuan bagi bangsa Indonesia. Apalagi setelah kedatangan Snouck Hurgronye yang ditugasi menjadi penasehat urusan pribumi dan Arab, pemerintah Hindia-Belanda lebih berani membuat kebijaksanaan mengenai masalah Islam di Indonesia karena Snouck mempunyai pengalaman dalam penelitian lapangan di Negeri Arab, Jawa dan Aceh. Lalu ia mengemukakan gagasannya yang di kenal dengan politik Islam di Indonesia. Dengan politik itu ia membagi masalah Islam dalam tiga kategori, yaitu:

44

1. Bidang agama murni atau ibadah; 2. Bidang sosial kemasyarakatan; dan 3. Politik. Terhadap bidang agama murni, pemerintah colonial memberikan kemerdekaan kepada umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya sepanjang tidak mengganggu kekuasaan pemerintah Belanda. Dalam bidang kemasyarakatan, pemerintah memamfaatkan adat kebiasaan yang berlaku sehingga pada waktu itu dicetuskanlah teori untuk membatasi keberlakuan hukum Islam, yakni teori reseptie yang maksudnya hukum Islam baru bisa diberlakukan apabila tidak bertentangan dengan alat kebiasaan. Oleh karena itu, terjadi kemandekan hukum Islam. Sedangkan dalam bidang politik, pemerintah melarang keras orang Islam membahas hukum Islam baik dari Al-Qur‟an maupun Sunnah yang menerangkan tentang politik kenegaraan atau ketatanegaraan.

45

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF