Makala Instalasi Tegangan Menengah Semester 4
May 14, 2018 | Author: yusuf deni priatmoko | Category: N/A
Short Description
Tugas perumahan instalasi tegangan menengah JTM...
Description
TUGAS BESAR PERENCANAAN PROYEK INSTALASI LISTRIK SUTM/ SUTR untuk SUPPLY LISTRIK PABRIK dan PERUMAHAN DINAS PT. MAJU MAKMUR
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Instalasi Tegangan Menengah Yang dibina oleh Heri Sungkowo ST., MT
Oleh: RETNO SELISTIYONINGSIH
: 1531120028
PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG TAHUN 2016/2017
Soal :
DATA PERUMDIN 1. Daya rumah 900 VA
= 20 Rumah
2. Daya Rumah 1300 VA
= 25 Rumah
3. Daya Rumah 2200 VA
= 15 Rumah
4.
Lapangan Sepak Bola dan Atlektik 120 x 70 meter
DATA SURVEI LAPANGAN 1. Jarak SUTM yang ada terhadap GTT yang akan dibangun 100 meter. 2. Jarak GTT yang ada terdahap SUTR yang akan dibangun 75 meter. 3. Data pabrik pada LV MDP
Kelompok 1
= 500 kVA
Kelompok 2
= 200 kVA
Kelompok 3
= 150 kVA
Kelompok 4
= 100 kVA
Jarak pabrik terhadap SUTM yang ada sebesar 150 meter
TUGAS 1. Buat Single Line Diagram 2. Buat RAB SUTM 3. Buat RAB GTT
Soal :
DATA PERUMDIN 1. Daya rumah 900 VA
= 20 Rumah
2. Daya Rumah 1300 VA
= 25 Rumah
3. Daya Rumah 2200 VA
= 15 Rumah
4.
Lapangan Sepak Bola dan Atlektik 120 x 70 meter
DATA SURVEI LAPANGAN 1. Jarak SUTM yang ada terhadap GTT yang akan dibangun 100 meter. 2. Jarak GTT yang ada terdahap SUTR yang akan dibangun 75 meter. 3. Data pabrik pada LV MDP
Kelompok 1
= 500 kVA
Kelompok 2
= 200 kVA
Kelompok 3
= 150 kVA
Kelompok 4
= 100 kVA
Jarak pabrik terhadap SUTM yang ada sebesar 150 meter
TUGAS 1. Buat Single Line Diagram 2. Buat RAB SUTM 3. Buat RAB GTT
PERENCANAAN INSTALASI PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
PERENCANAAN PJU (Penerangan Jalan Umum) PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
Perhitungan Kuat Penerangan Jalan Umum Perumahan
A. Standar Penerangan Jalan Umum 1. Peraturan Penerangan Jalan Umum
Tabel.2. Standard PeneranganJalanBerdasarkanSpesifikasiTeknis
Jenis Jalan
Lebar Jalan
Daya Lampu
Arteri Primer
2x7m
2 x 250 W
Arteri Sekunder
1x7m
1 x 250 W
Jalan Kolektor
5 – 7 m
1 x 150 W
Jalan Kabupaten
4 – 5 m
1 x 100 W
Jalan Kabupaten
3 – 4 m
1 x 70 W
Lingkungan
2 – 3 m
2 x 18 W
Jalan Arteri
2. Kualitas Pencahayaan Normal
Keterangan : g1 : E min/E maks VD : L min/L maks VI : L min/L rata-rata G : Silau ( glare) TJ : Batas ambang kesilauan 3. Rasio kemerataan cahaya
4. Sistem penempatan Lampu Penerangan Jalan
5. Standar Penempatan Lampu Penerangan Jalan Penempatan harus ditata sedemikian rupa agar dapat memberikan : a. Kemerataan cahaya yang sesuai b. Keselamatan bagi pengguna jalan c. Arah petunju jelas bagi pejalan kaki Pada system parsial, lampu penerangan jalan harus memberikan adaptasi yang baik bagi pengguna jalan, sehingga efek kesilauan dan ketidaknyamanan pengelihatan dapat dikurangi.
Gambar 1. Tata Letak PJU pada jalan dua arah
Keterangan : a. b. c. d. e.
Single sided Straggered Opposite Central twin bracket Combined twin bracket
Pada perencanaan instalasi PJU tata letak yang digunakan adalah single side. Tata letak ini digunakan karena lebar jalan hanya 8 m, sedangkan tinggi tiang adalah 6 m. Selain itu, aspek ekonomis juga dipertimbangkan karena biaya pemasangan PJU tidaklah murah.
Gambar 2. skema perancanaan dan penempatan lampu
Keterangan : H = tinggi tiang lampu L = lebar badan jalan, termasuk median jika ada E = jarak interval antar tiang lampu S1 + S2 = proyeksi kerucut cahaya lampu S1 = jarak tiang lampu ke tepi kereb S2 = jarak dari tepi kereb ke titik penyinaran terjauh I = sudut inklinasi pencahayaan
Standart Bentuk Lampu Penerangan JalanUmum
Gambar3. Dimensi Lampu Jalan Tunggal
Gambar 2.2 Konstruksi Pondasi Lampu Jalan
6. Standart Lampu yang Digunakan Umur Jenis
Efisiensi
rencana
Daya
Pengaruh
Lampu
rata-rata
rata-rata
(watt)
(lumen/watt)
(jam)
terhadap warna
Keterangan
obyek
- untuk jalan kolektor Dan lokal;
Lampu
-efisiensi cukup tinggi tetapi
tabung fluorescent
60 – 70
tekanan
8.000 – 10.000
18 -20;
Sedang
36 - 40
berumur pendek; -jenis lampu ini masih dapat
rendah
digunakan untuk hal-hal yang terbatas - untuk jalan kolektor, lokal dan persimpangan;
50 – 55 Lampu gas merkuri
16.000 24.000
- efisiensi rendah, umur
tekanan
125; 250;
tinggi
400; 700
(MBF/U)
Sedang
panjang dan ukuran lampu kecil; -jenis lampu ini masih dapat digunakan secara terbatas -untuk jalan kolektor, lokal,persimpangan, penyeberangan, terowongan, tempat
Lampu gas
peristirahatan (restarea); -efisiensi sangat
sodium bertekanan
tinggi, 100 - 200
rendah
8.000 10.000
90; 180
Sangat buruk
umur cukup panjang, ukuran lampu besar
(SOX)
sehingga sulit untuk mengontrol cahayanya dan cahaya lampu sangat buruk karena warna kuning; - Jenis lampu ini dianjurkan digunakan karena faktor efisiensiny yang sangat tinggi. -Untuk jalan tol, arteri, kolektor, persimpangan besar/luas dan interchange; - efisiensi tinggi, umur
Lampu gas sodium tekanan tinggi (SON)
110
12.000 20.000
150; 250; 400
Buruk
sangat panjang, ukuran lampu kecil, sehingga mudah pengontrolan cahayanya; - Jenis lampu ini sangat baik dan sangat dianjurkan untuk digunakan.
Lampu Sodium bertekanan tinggi (HPS/SON) banyak digunakan untuk penerapan di luar ruangan dan industry. Kelebihan lampu SON sehingga dipakai pada PJU adalah karena lampu ini memiliki spectrum kontinu, reproduksi warnanya baik terutama dari kulit manusia, yakni kuning dengan daya tembus kabut yang besar. Lampu HPS berbeda dengan lampu merkuri atau metal halide karena tidak memiliki starter elektroda. Jelas hal tersebut dapat menghemat biaya pada waktu pemanasan lampu. Tabel.3. KelasJalan& Standard Lux Penerangan
No
1
Kelas Jalan
Jalan Arteri Primer Merupakan jalur jalan penampung kegiata local & regional, lalu lintas sangat padat pada jalan ini sehingga memerlukan penerangan yang cukup optimal.
2
30
Jalan Kolektor Sekunder Merupakan jalur pengumpul dari jalan-jalan lingkungan disekitarnya yang akan bermuara pada jalan kolektor primer, jalan arteri primer maupun sekunder diperlukan lampu setingkat dibawah lampu untuk jalan kolektor primer.
5
50
Jalan Kolektor Primer Merupakan jalur pengumpul dari jalan-jalan lingkungan disekitarnya yang akan bermuara pada jalan arteri primer maupun arteri sekunder.
4
50
Jalan Arteri Sekunder Merupakan arteri penampung kegiatan lokal & regional sebagai pendukung jalan arteri primer, dimana lalu lintas pada jalur ini padat, sehingga memerlukan jenis lampu yang sama dengan jalan arteri primer.
3
Lux (E)
30
Jalan Lingkungan Merupakan jalur jalan dilingkungan perumahan, pedesaan maupun perkampungan.
15
Jalan Menuju Perumahan
Tata Letak Penerangan Jalan Raya E
F .U . M . K
W .S
F
Lux
atau
E .W .S
U . M . K
E = illumination level (lux). F = Lamp flux (lumen)
U = Koeficient of utilization (%) M = maintenance factor (%) W = lebar jalan (m) S = Spacing of lighting pole for roadway (M) K = coefficient of lamp flux life ( =75%) Jalan pada perumahan mempunyai data sebagai berikut : 1. Required illumination level
: 12 lux
2. Width (W)
: 12 m
3. height of the lamp (H)
:6m
4. Spacing (s)
: 25 m
5. angle above horisontal
: 5 degree
6. over hung (OH)
: 0.5 m
7. Maintenance factor (M)
: 0.75
Perhitungan UTILIZATION
Road side Pavement side
0,5 0,4 0,3
U1 0,2 0,23 B/H 3
0,1
2
1
0 0
0,04
2
1
3
4
5
B/H
0,1
U2 0,2 0,3
Utilization curves
B / H (roadside )
W
OH
12
H
B / H ( pavement side)
OH
H
0.5
6 0.5
6
1,916
0.083
dari grafis didapat (UTILIZATION CURVES) : U1 = 0.083
(pavement side)
U2 = 1.916 (road side)
Maka U = U1 + U2 = 0.083 +1.916 = 1.99966 Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap – tiap lampu sebesar : F
ExWx S
UxMxK
12 x12 x 25
1.9996 x0.75 x0.75
3600
1,2275
2932,8 lumen
Kuat penerangan lampu yang diperoleh adalah 2932,8 lumen sehingga digunakan lampu: -
Lampu SON -T
-
Luminous 6000 lumen
-
Base E27
-
Tegangan 200-240 V / pf > 0,9
Lampu PJU diletakkan pada tiang dengan ketinggian 6 m pada bahu jalan. Tata letak PJU menggunkan single sided. Jarak antar tiang ±35 m, sedangkan lebar jalan adalah 12 m. Lampu PJU dipasang pada tiang SUTR dan sebagian pada tiang SUTM. Trafo BSN 150 W
IGNITOR SN 57 Line
N
F
lampu SON-T 150 Watt
Gambar 3. Rangkaian dalam armature lampu PJU
S = 15 m
W=8m
H=6m
0,5 m
8m
1m
Lampu untuk penerangan jalan dipasang pada tiang listrik dengan tinggi tiang listrik 6 meter dan lampu untuk penerangan jalan dipasang dengan jarak antar tiang 25 meter. Komponen : Grup R = 10 x 70 Watt = 700 Watt Grup S = 10 x 70 Watt = 700 Watt Grup T = 8 x 70 Watt = 560 Watt Total PJU = 1.960 Watt
Grup R
P = 70 Watt x 10 = 700 Watt V = 220 Volt Cos φ = 0,9
=
cos cos ℎ ℎ
=
700 = 3,5 A 220 0,9
Maka KHA Kabel dapat dihitung KHA = In x 125 % = 3,5 x 1,25 = 4,4 A Grup S
P = 70 Watt x 10 = 700 Watt V = 220 Volt Cos φ = 0,9
=
cos cos ℎ ℎ
=
700 = 3,5 A 220 0,9
Maka KHA Kabel dapat dihitung KHA = In x 125 % = 3,5 x 1,25 = 4,4 A Grup T
P = 70 Watt x 8 = 560 Watt V = 220 Volt Cos φ = 0,9
=
cos cos ℎ ℎ
=
560 = 2,8 A 220 0,9
Maka KHA Kabel dapat dihitung
KHA = In x 125 % = 2,8 x 1,25 = 3,5 A
PERENCANAAN PEMILIHAN PENGHANTAR PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
PEMILIHAN DAN PERHITUNGAN PENGHANTAR
Ada beberapa jenis kabel yang digunakan dalam perencanaan instalasi penerangan jalan umum (PJU) dimana kabel-kabel tersebut kuat hantaran arus yang disesuaikan dengan fungsinya masing-masing yaitu sebagai berikut: a. Kabel LV-A1XLPE-TC / twisted Kabel yang disambungkan dari JTR yang sudah ada menuju Panel PJU, panjang kabel 8 m dengan kuat hantaran arus yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
=
√ 3 cos φ
Dimana: A = luas penampang penghantar p = tahanan jenis logam penghantar L = panjang penghantar/kabel I = jumlah arus dibutuhkan Cos φ = faktor daya V drop = drop tegangan Maka diketahui p
= 0,0173 Ω mm (aluminium)
ℓ
= 15 m
In = 3,5 A Cos φ
= 0,9
V drop
= 0-5 %
Maka dapat dihitung:
=
√ 3 cos φ
√ 3 0,0173 15 3,5 0,9 3 % 380 = 0,12 =
Dibulatkan menjadi 1 A sqmm Dikalikan dengan factor koreksi / KHA 1,1 = 1 x 1,1 = 1,1 sqmm
b. Kabel LV-A1XLPE-TC / twisted Kabel yang disambungkan dari JTR yang sudah ada menuju Panel PJU, panjang kabel 8 m dengan kuat hantaran arus yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
=
√ 3 cos φ
Dimana: A = luas penampang penghantar p = tahanan jenis logam penghantar L = panjang penghantar/kabel I = jumlah arus dibutuhkan Cos φ = faktor daya V drop = drop tegangan Maka diketahui p
= 0,0173 Ω mm (aluminium)
ℓ
= 15 m
In = 3,5 A Cos φ
= 0,9
V drop
= 0-5 %
Maka dapat dihitung:
=
√ 3 cos φ
√ 3 0,0173 15 3,5 0,9 3 % 380 = 0,12 =
Dibulatkan menjadi 1 A sqmm Dikalikan dengan factor koreksi / KHA 1,1 = 1 x 1,1 = 1,1 sqmm
c. Kabel LV-A1XLPE-TC / twisted
Kabel yang disambungkan dari JTR yang sudah ada menuju Panel PJU, panjang kabel 8 m dengan kuat hantaran arus yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
=
√ 3 cos φ
Dimana: A = luas penampang penghantar p = tahanan jenis logam penghantar L = panjang penghantar/kabel I = jumlah arus dibutuhkan Cos φ = faktor daya V drop = drop tegangan Maka diketahui p
= 0,0173 Ω mm (aluminium)
ℓ
= 15 m
In = 2,8 A Cos φ
= 0,9
V drop
= 0-5 %
Maka dapat dihitung:
=
√ 3 cos φ
√ 3 0,0173 15 2,8 0,9 3 % 380 = 0,099 =
Dibulatkan menjadi 1 A sqmm Dikalikan dengan factor koreksi / KHA 1,1 = 1 x 1,1 = 1,1 sqmm
1.1. Spesifikasi Teknis Material
1.
Stang(Ornament) Stadard Octagonal Lighting Tipe Parabola 1T (single ornament) Bahan dari baja berkualitas tinggi Q235 Panjang 3 meter
2.
Lampu - Tipe
: HPS
- Trafo BSN
= 150W
- merk
: Philips SON-T
- IGNITOR
= SN 57
- Daya
: 70 watt
- Lumen Output : 6.000
3.
- Efikasi
: 86 lumen/watt
- Frekuensi
: 50 HZ
- Umur nyala
: 24.000 jam
Armatur Merk
: Cobra Head
Indeks pengaman : (IP 65 %),tahan terhadap air & debu Dapat menghasilkan itensitas cahaya yang baik
4.
Kabel LV - A1XLPE-TIC ukuran 4 x 16 mm Untuk tegangan rendah (JTR) 220/380 V ke Panel APP
5.
Kabel LV – A1XLPE-TC ukuran 4 x 16 mm Untuk saluran antara tiang PJU (R,S,T) karena jenis instalasi udara
6.
Kabel
NYY 2 x 2,5 mm Merk SUPREME digunakan untuk lampu PJU, yaitu disambungkan pada kabel A1XLPE-TC 2 x 16 mm
7.
Kabel NFA2X - T 4 x 4 mm digunakan untuk control dalam Panel PJU
8. NH fuse (fuse link)
9.
Merk
= BUSSMANN
Type
= AD
In
= 50 A
Teg
= 400-600 V
Panel Kontrol APP Panel terbuat dari kerangka Profil U Bahan
= plat baja
Tebal
= 0,2 mm
Tinggi
= 40 cm/0,4 meter
Lebar
= 30 cm/0,3 meter
Kedalaman maks = 20 mm/0,2 meter
10. Komponen konstruksi panel
- Profil C Panjang
= 40 cm/0,4 m
Lebar
= 5 cm
Tebal
= 0,2 mm
- Profil G Panjang
= 80 cm/0,8 m
Lebar
= 5 cm
Tebal
= 0,25 mm
- Dak Kabel Panjang
= 80 cm/0,8 m
Lebar
= 6 cm
Tebal
= 0,4 mm
11. Pipa Union 16
- Panjang
: 18 m
- Tebal
: 0,2 mm
- Diameter
: 16 mm
12. Mur Baut lengkap
- Diameter
: 0,7 mm
- Panjang
: 4 cm/0,4 m
13. Klem Pipa Galvanis
- Diameter
: 0,2 mm
- Bentuk
: profil U
- Bahan
: plat baja
14. Komponen Penyangga Saluran udara Kabel PJU
- Suspension clamp bracket 25/70 mm - Suspension clamp - Stainless steel strip 0,75 m - Stopping buckle - Plastic strap - Protectip plastic strap 0,5 m - Sevice Wedge clamp (klem jepit) - Joint sleeve bimetal Cu 70-70 - Strain hook (klem tarik) - Selongsong/tabung kabel (cable tube)
PERENCANAAN GTT ( Gardu Tiang Trafo ) PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
DAYA YANG DIGUNAKAN SINGLE LINE
3
Keterangan Gambar: Beban 1 = 900 VA x 20
= 1.800 VA
Beban 2 = 1300 VA x 25 = 32.500 VA Beban 3 = 2200VA x 15 = 33.000 VA PJU
= 49 VA x 28
= 1.372 VA
4
Total Daya Beban PT Maju Makmur = 68.672 VA PENENTUAN GTT ( GARDU TRAFO TIANG ) PERUMAHAN
Pemasangan GTT pada perumahan diperlukan sebagai suplai daya yang diperoleh dari SUTM yang ada. Pemasangan perlu memperhatikan berbagai aspek, salah satunya aspek lingkungan. Seperti yang kita ketahui, jarak rumah terjauh dengan GTT adalah 100 m sehingga penempatan GTT pada perumahan diletakkan pada tengah komplek perumahan. Hal ini dimaksudkan agar penyaluran beban bisa merata. Persyaratan GTT adalah dibawah 200 kVA, akan tetapi jika lebih dari 200 kVA maka trafo tersebut bukanlah GTT melainkan gardu perencanaan sendiri. Dalam pemilihan trafo harus memperhitungkan beberapa hal yaitu : 1. Factor keserempakan beban. 2. Factor perkembangan beban untuk beberapa tahun mendatang. Dari aspek tersebut maka kita dapat menentukan trafo dengan memperhatikan kapasitas beban yang harus disuplai.
A. Menghitung Kapasitas Trafo
1. Total Daya yang digunakan Perumahan Dinas = 68.672 VA 2. Menentukan factor kebutuhan sesuai fungsi bangunan
Diambil Fk 0,4 sesuai dengan table Faktor kebutuhan 3. Menentukan Kebutuhan maksimum Beban = Daya yang digunakan x Fk = 68.672 VA x 0,4 = 27.469 VA 4. Kapasitas Daya yang Terpasanng, (Min + Cadangan) = Daya kebutuhan Beban maksimum x ( Min + Cadangan) = 27.469 VA x ( 100 + 20) % = 27.469 VA x 120 % = 32.963 VA 5. Jika factor pengali beban 0,81 = Daya yang terpasang x Faktor pengali Beban = 32.963VA x = 40.695 VA
Sesuai Dengan Tabel Golongan Tarif Pabrik perak Masuk pada Golongan Tarif ( R-2) 6. Menentukan Daya Trafo yang digunakan
Berdasarkan IEC 60354 “ Menggunakan Distribution Transformer denganpendinginan ONAN suhu 40° C diperkirakan iklim di Indonesia tertinggi 40° C ( tropis ). K 24 = 0,81 = 81 % ( LOAD FACTOR ) “ Daya trafo = Daya tersambung x Faktor pengali = 40.695 VA x 0,81 = 32.963 VA Dalam penentuan dasar kapasitas trafo perlu diperhatikan akan rugi-rugi daya trafo itu sendiri, sehingga trafo hanya di bebani kurang lebih 80 % dari kapasitas trafo. Untuk pertimbangan akan adanya pengembangan beban dan musim yang ada di Indonesia. Maka trafo di harapkan bisa dibebani dengan kemampuan 100 %, Maka dapat di Selain itu dalam pemilihan trafo perlu juga memperhatikan factor social ekonomi dan teknis.Dari perhitungan di atas didapat daya total sebesar 32,963 kVA, sedangkan di pasaran trafo dengan daya
32,963
kVA tidak tersedia, dan trafo untuk GTT yang tersedia dipasaran adalah 50 kVA, 100kVA, 160kVA dan 200kVA ., maka dipilih trafo dengan daya 100 kVA dengan merk TRAFINDO( SPESIFIKASI DI LAMPIRAN ).
Pemilihan trafo merk trafindo ialah karena pemesanan mudah disebabkan distributor produk tersebut terdapat di Surabaya. Dalam GTT yang terpasang terdapat berbagai macam komponen baik distribusi maupun proteksi yang antara lain adalah cut out dan lightning arrester. Berikut adalah perhitungan cut out dan lightning arrester untuk GTT.
7. Menentukan Trafo yang digunakan Spesifikasi Trafo yang dipilih ( Sesuai Katalog Trafindo) Merk : Trafindo Capacity : 100 kVA Impedansi : 4,00 % No load Loses : 300 Watt Load Loses : 1600 Watt Total Loses : 1900 Watt
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan transformator menurut SPLN 50 : 1997 yaitu :
o
Suhu rata – rata tahunan disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu 30 0
o
Rugi – rugi transformator harus di standarisasi.
o
Standart rugi – rugi transformator baru harus ≤ 2.0 %
o
Redaksional diuraikan lebih jelas
o
Spesifikasi umum : 1. Daya pengenal 2. Tegangan
pengenal
(input
dan
output)
penyadapan. 3. Kelompok vektor 4. Tingkat isolasi dasar dan Karakteristik Elektris
dan
tegangan
PERENCANAAN PENGAMAN DINAS GREEN LIVING
A. Perhitungan Cut Out
Cut Out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut out dipasang pada sisi primer transformator, dalam menentukan cut-out hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah:
Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu cut-out
Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan
Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, type sistem, dan arus gangguan yang mungkin terjadi.
Dalam pemilihan Cut Out, teragantung dari pemakaian trafo apakah memakai minyak atau trafo kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila menggunakan trafo kering, In Co dikalikan 125 % (maksimal). In CO
= 125 % X
100kVA 3 X 20kV
= 3,7 A = 10 A Dari data diatas dapat dipilih CO dengan spesifikasi sebagai berikut: Merk
: COOPER
Kode fuse
: JD
Rating arus
: 10 A
Rating tegangan
: 20 kV
B. Perhitungan Lightning Arrester
Arrester dipakai sebagai alat
proteksi utama dari tegangan lebih.
Karena kepekaan arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem. Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang
datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.
Tegangan dasar arrester Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi (primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih tetap mampu memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.
Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah : Vmaks = 110% x 20 kV = 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24kV.
Koefisien Pentanahan Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana penangkal petir. Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan :
=
22 = = 15,56 √ 2 √ 2
Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
(− ) =
× √ 2 15,5 × √ 2 = = 12,65 √ 3 √ 3
ℎ =
(− ) 12,65 = = 0,81 15,56
Keterangan :
Vm
= Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)
Vrms
= Tegangan nominal sistem (KV)
Tegangan pelepasan arrester
Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir. Tegangan yang sampai pada arrester :
=
400 = = 133,33 × 0,0006 × 5
Keterangan : E
= tegangan pelepasan arester (KV)
e
= puncak tegangan surja yang datang
K
= konsatanta redaman (0,0006)
x
= jarak perambatan
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah : e =1,2 BIL saluran Keterangan :
e
= tegangan surja yang datang (kV)
BIL
= tingkat isolasi dasar transformator (kV)
Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)
=
2
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain berjarak antara 8 Km sampai 10 Km. ( SPLN 523,1983 : 11 )
=
100 % 105 = = 42 Ω 2,5
=
2 × 400 133,33 = 15,8 kA 0 4 2Ω
Keterangan : I
= arus pelepasan arrester (A)
e
= tegangan surja yang datang (KV)
Eo
= tegangan pelepasan arrester (KV)
Z
= impedansi surja saluran (Ω)
R
= tahanan arrester (Ω)
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : V = Ix R Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan : ea = Eo + (I x R) Keterangan : I
= arus pelepasan arrester (KA)
Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV) Eo = tegangan pelepasan arrester (KV) Z = impedansi surja (Ω) R = tahanan arrester (Ω)
Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL) “Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs. Sehingga isolasi dari peralatan -peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.
Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah : e =1,2 BIL saluran e = 1,2 x 125 KV e = 150 KV Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan
listrik
harus
mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 125 KV
Margin Perlindungan Arrester Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : MP
= (BIL / KIA-1) x 100%
MP
= (125 KV/ 133,3 – 1) x 100% = 94,5 %
Keterangan : MP
= margin perlindungan (%)
KIA
= tegangan pelepasan arrester (KV)
BIL
= tingkat isolasi dasar (KV)
Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator.
Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan
Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan persamaan sebagai berikut : Ep
= ea +
2 A x
v
= 133,3 KV+
8,3 x
2 4000 KV / s x 300m / s
= 26,6x = 0,31 m
jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi. Perhitungan
jarak
penempatan
arrester
di
atas
digunakan
untuk
transformator tiang. Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah. Tabel Batas Aman Arrester IMPULS PETIR (KV)
BIL BIL TRAF0 ARRESTER (125 (150 KV) KV)
Aman
Tegangan masih di bawah rating transformator maupun arrester
Aman
Tegangan memenuhi keduanya
125 KV
Aman
Tegangan lebih diterima arrester dan dialirkan ke tanah
=150 KV
>125 KV
Aman
Masih batas tertinggi
< 150 KV
125 KV
Tidak aman
Arrester rusak, transformator rusak
Pemilihan Arrester Dalam hal ini pemilihan arrester yang digunakan untuk sistem tegangan menengah yaitu arrester katup. Arrester ini terdiri dari atas beberapa sela percik yang dihubungkan seri dengan resistor tak-linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan yang rendah bila dialiri arus besar dan mempunyai tahanan yang besar saat dialiri arus kecil. Resistor tak-linier umumnya digunakan untuk arrester yang terbuat dari bahan silikon karbid. Kerja arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar karena sela percik dan resistor tak-linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup.
PERENCANAAN PENGAMAN DAN PENGHANTAR PJU (Penerangan Jalan Umum) PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
PERHITUNGAN PENGAMAN DAN PENGHANTAR PJU PERUMAHAN
Selain komponen proteksi terdapat pula komponen distribusi yaitu penghantar. Penghantar yang digunakan adalah penghantar jenis NYY untuk outgoing trafo menuju PANEL APP LV panel GTT dan outgoing PANEL APP LV penel GTT ke jaringan. Berikut adalah perhitungan untuk menentukan KHA penghantar pada outgoing GTT perumahan.
=
100 = 151,9 √ 3 × 380
KHA = In x 125% KHA = 151,9 x 125% KHA = 189,9 A Dipilih : Kabel NFA2X merk ALUMINIUM TWISTED CABLE ( 2 x 25 mm 2 dengan KHA 204 A )
Busbar merk ISO FLEXX ( 6 x 15,5 x 0,8 mm2 dengan KHA 252 A ) Pemilihan pengaman untuk incoming APP dapat dihitung melalui nilai arus trafo. Dari perhitungan diatas diperoleh arus 190,14 A maka pengaman / saklar utama yang digunakan adalah MCCB Protek Trip unit
= micrologic 2.2
Ir
= 100 – 250 A
Im
= 1.5 – 10 Ir
Pole
=3
Dalam perencanaan ini digunakan kubikel dengan LV panel 3 jurusan sesuai dengan standar PLN. Sehingga sisi sekunder saklar utama / pengaman terdapat 3 buah NH FUSE setiap fasanya. Lebih jelasnya lihat gambar ( gambar terlampir ). Berikut adalah perhitungan rating pengaman tiap fasanya.
RINCIAN REKAPITULASI DAYA NO
JALUR
BEBAN
1
RUMAH 2200 VA
15
2
RUMAH 1300 VA
25
3
RUMAH 900 VA
20
4
PJU 78 VA (70 W )
28
Total
88
FASA (VA)
JUMLA H
R
RUMAH 2200 VA
5
8800
RUMAH 1300 VA
8
RUMAH 900 VA
BEBAN
JUMLAH BEBAN
KETERANGAN S
T
2200
tarikan fasa R
3900
tarikan fasa S
7
6300
tarikan fasa T
PJU 78 VA (70 W )
10
780
tarikan fasa R
RUMAH 2200 VA
5
4400
tarikan fasa R
RUMAH 1300 VA
9
RUMAH 900 VA
6
PJU 78 VA (70 W )
10
6500
1
2
TOTAL BEBAN
28480
6600 11700 1800
1800
tarikan fasa S 1800
tarikan fasa T
780
tarikan fasa T
28880
RUMAH 2200 VA
5
RUMAH 1300 VA
8
11000
tarikan fasa R 6500
3900
tarikan fasa S
3
28324 RUMAH 900 VA
7
PJU 78 VA (70 W )
8
JUMLAH
88
3600
28200
30100
2700
tarikan fasa T
624
tarikan fasa T
27384
1. Jalur 1 :
= KHA
28.480k = 129,5 220 = 125% x In = 125% x 129,5 A = 161,875 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 250 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 35 mm2 dengan KHA 185 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 2 x 28 x 0,8mm2 dengan KHA 250 A )
1.2 Pengaman cabang :
F ASA R : ( untuk Rumah 2200 VA )
=
8800 = 40 220
KHA
= 125% x In = 125% x 40 = 50 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 40 = 100 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 160 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 4 mm2 dengan KHA 58A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3 x 9 x 0,8 mm2 dengan KHA 130 A )
85684
F ASA S : ( untuk R umah 1300 VA)
=
6500 = 29,5 220
KHA
= 125% x In = 125% x 29,5 = 36,875 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 29,5 =73,75A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk COOPER BUSSMANN 80 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 4 mm2 dengan KHA 58 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3x9x0,8 mm2 dengan KHA 130 A )
F ASA T : ( untuk Rumah 2200, 1300, 900 dan PJ U 78 VA)
=
13180 = 60 220
KHA
= 125% x In = 125% x 60 = 75 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 60 = 150 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 40 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 10 mm2 dengan KHA 98 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3 x 9 x 0,8 mm2 dengan KHA 130 A)
2. Jalur 2 :
=
28880 = 131,3 220
KHA
= 125% x In = 125% x 131,3 = 164,2 A
I max
= 250% In = 250% x 131,3 = 328,25 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Subi Fuse 355 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1 x 35 mm2 dengan KHA 185 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 4 x 20 x 1 mm2 dengan KHA 370 A )
2.1 Pengaman Cabang
F ASA R : ( untuk Rumah 2200 VA )
=
8400 = 38,2 220
KHA
= 125% x In = 125% x 38,2 = 47,75 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 38,2 = 95,5 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Subi Fuse 100 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 4 mm2 dengan KHA 58 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3 x 9 x 0,8 mm2 dengan KHA 130 A)
F ASA S : ( untuk R umah 1300 VA dan 900VA )
13500 = 61,4 220
= KHA
= 125% x In = 125% x 61,4 = 76,75 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 61,4 = 153,5 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba NH160 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 10 mm2 dengan KHA 98 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3 x 9 x 0,8 mm2 dengan KHA 130 A)
F ASA T : ( untuk Rumah 1300 VA)
13000 = 59.09 220
= KHA
= 125% x In = 125% x 59.09 = 73.86 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 59.09 = 147.72 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 80 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 16mm2 dengan KHA 80A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3x9x0,8mm2 dengan KHA 130 A ) 3. Jalur 3 :
= KHA
28324 = 128,75 220 = 125% x In
= 125% x 128,75 = 161 A I max
= 250% In = 250% x 128,75 = 321,9 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 200A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 25 mm2 dengan KHA 138 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 6 x 13 x 0,5mm2 dengan KHA 215 A )
2.2 Pengaman cabang :
F ASA R : ( untuk Rumah 2200 VA )
=
11000 = 50 220
KHA
= 125% x In = 125% x 50 = 62,5 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 0 = 125 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 100 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 6 mm2 dengan KHA 74 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3 x 9 x 0,8 mm2 dengan KHA 130 A )
F ASA S : ( untuk Rumah 1300 dan 900 VA )
=
10100 = 46 220
KHA
= 125% x In = 125% x 46 A = 36.93A
pengaman max
= 250% In = 250% x 46 A
= 115 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 100 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 4 mm2 dengan KHA 58 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3 x 9 x 0,8 mm2 dengan KHA 130 A )
F ASA T : ( untuk R umah 1300, 900 VA dan PJ U 78 VA)
=
7224 = 32,9 220
KHA
= 125% x In = 125% x 32,9 A = 41,125 A
pengaman max
= 250% In = 250% x 32,9 A = 82,25 A
Dipilih : Pengaman NH fuse merk Siba Fuse 100 A Kabel NYY merk SUPREME ( 1x 4 mm2 dengan KHA 58 A ) Busbar merk ISO FLEXX ( 3 x 9 x 0,8 mm2 dengan KHA 130 A ) Pemasangan pengahantar NYY ialah pada outgoing panel GTT menuju konsumen akan tetapi kabel yang diterima konsumen adalah kabel twisted. Sehingga pada outgoing GTT dengan penghantarr NYY dijumper dengan kabel TC. Dipilih kabel TC karena kekuatannya dan isolasinya yang kuat dibanding NYY. Pemasangan penghantar pada jaringan SUTR tidak dapat lepas dari gangguan lingkungan sekitar seperti suhu, cuaca, getaran dll. Oleh karena itu perancang harus memperhatikan daerating factor atau factor penurunan KHA suatu penghantar. Diibaratkan suhu ekstrim adalah 40 0 C maka factor penurunannya adalah 0.91 sehingga perhitungan KHA sebagai berikut : Kabel NYY disambung kabel twisted per fasanya dengan luas penampang sebesar 70 mm2 untuk fasa dan 50 mm 2 untuk netral.
PERENCANAAN BREAKING CAPACITY GTT PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
PERHITUNGAN BREAKING CAPACITY GTT PERUMAHAN Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas trafo, kabel, rel dan pemutusan sirkit. Dalam hal ini perhitungan digunakan untuk menentukan besarnya arus hubung singkat pada suatu titik dan breaking capacity pengaman, sehingga pengaman tersebut dapat mengamankan sirkit tanpa merusak pengaman tersebut pada hubung singkat. Untuk perhitungan arus hubung singkat pada LV maka diperlukan data daya hubung singkat pada sisi LV , panjang dari pada penghantardan jenis penghantar tersebut. Untuk penentuan tersebut daya hubung singkat dapat diketahui melalui tiga cara, yaitu : 1) Melihat data pada gardu induk 2) Melihat MVA peralatan 3) Dengan cara permisalan
Pada perhitungan ini dilakukan dengan cara ketiga yaitu dimisalkan dan data yang diketahui adalah sebagai berikut : Menurut buku Schneider Electric - Electrical installation guide 2016
Daya hubung singkat 500
S
= 100 kVA
V0
= 400 V
In
= 144,3A
Vsc
= 4%
0
81
MVA
Perhitungan arus hubung singkat
R (mΩ)
X(mΩ)
a. Jaringan sisi atas 2
R1
V 0 xCos x10
X 1
Psc 2
R1
2
3
0
400 xCos81 x10
3
0,199
R1 120,6 m
X 1 X 1
2
R 2
S
1600 x 400 x10
0,199 787,93m
4 400 Z2 = = 40 m 100 160
3
2
R 2 10m
2 = Z2 R = 40 15 = 37mΩ
c. Koneksi kabel dari transformator R3
L
X 3
0,08 xL
A
X 3
0,08 x10
X 3
0,8m
10
R3
5.625
R3
0,37m
3
3
2
160
0
400 xSin81 x10
Vsc Z2 = 100
2
R 2
3
Psc 2
b. Transformator WcxV 0 x10
V 0 xSin x10
1 x150
d. Rel busbar
X 4
0,12 xL
X 4
0,12 x1
X 4
0,12m
L
X 5
0,12 xL
A
X 5
0,12 x1
X 5
0,12m
X 6
0,12 xL
X 6
0,12 x1
X 6
0,12m
L
R 4
A
1
R 4
5.625
R 4
0.125m
44,8
e. Rel busbar R5
1
R5
5.625
R5
0.130m
43,2
f. rel busbar R 6
L A
R 6 5.625
1 39
R 6 0.144m
Breaking Capacity : Rt 1 = R1 + R2 + R3 = 120,6 + 10 + 0,37 = 130,97 m Xt 1 = X1 + X2 + X3 = 787,93 + 37 + 0.8 =825,73 m
Isc M1 = √ √ + = √ , + , = 110,49kA Dipilih NH fuse merk cooper bussmann dengan breaking capacity 150kA
Rt 2
= Rt1 + R4 = 130,97 + 0.125 = 131,095 mΩ
Xt2
= Xt1 + X4 = 825,73 + 0.12 = 825,85 mΩ
Isc M2 = √ √ + = √ , + , = 110,5 kA Dipilih NH fuse merk Siba Fuse dengan breaking capacity 150kA Isc M2 = Isc M3= Isc M4
PERHITUNGAN PENTAHAN GTT PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
PERHITUNGAN PENTANAHAN GTT PERUMAHAN
Pada pentanahan body trafo,body cubicle harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m
Luas penampang elektroda adalah 120 L
.r
120
mm
2
2
3,14.r
2
120 r
r
3,14 6,18mm
Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
Panjang elektroda ( l ) = 3,5 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda R pentanahan =
ln 2. .
4 L a
1
100 435 1 ln 2. .3,5 0,00618
= 50,78 Sehingga diparalel menjadi 12 elektroda dan tahanan tanah menjadi 50,78 : 12 = 4,23
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang tunggal adalah sebesar 4,23 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL. Permukaan tanah
p L
2a
PERHITUNGAN ARESTER GTT PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
Pentanahan Arester Dan Kabel NA2XSEGby (Kawat Braid/Gb Pentanahan)
Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam siatem maka arrester harus di tanahkan. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m
Luas penampang elektroda adalah 120 L
.r
120
mm
2
2
3,14.r
2
120 r
r
3,14 6,18mm
Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
Panjang elektroda ( l ) = 3,5 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda R pentanahan =
ln 2. .
4 L a
1
100 435 1 ln 2. .3,5 0,00618
= 50,78 Sehingga diparalel menjadi 12 elektroda dan tahanan tanah menjadi 50,78 : 12 = 4,23
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang tunggal adalah sebesar 4,23 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL.
PERHITUNGAN LOSES PERUMAHAN DINAS GREEN LIVING
PERHITUNGAN LOSSES ATAU DROP TEGANGAN PADA PENGHANTAR SUTR
Sambungan TR untuk perumahan Fasa R :
Jalur 1
Beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
= 50 A KHA = 125 % x In = 125% x 50 A = 62,5 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 16mm 2) dengan KHA Kabel 72 A
Jalur 2
Beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA & 2 buah rumah 900 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
( )+ ( )
= 58,2 A
KHA = 125 % x In = 125% x 58,2 A = 72,75 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 16mm 2) dengan KHA Kabel 72 A
Jalur 3
Beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
= 50 A KHA = 125 % x In = 125% x 50 A = 62,5 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 16mm 2) dengan KHA Kabel 72 A
Fasa S :
Jalur 1
Beban yang dipikul = 5 buah rumah 1300 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
= 30 A KHA = 125 % x In = 125% x 30 A = 37,5 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 10 mm 2) dengan KHA Kabel 54 A
Jalur 2
Beban yang dipikul = 9 buah rumah 1300 VA & 2 buah rumah 900 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
( )+ ( )
= 61,4 A KHA = 125 % x In = 125% x 61,4 A = 76,75 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 16mm 2) dengan KHA Kabel 72 A
Jalur 3
Beban yang dipikul = 5 buah rumah 1300 VA & 4 buah rumah 900 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
( )+( )
= 46 A KHA = 125 % x In = 125% x 46 A = 57,5 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 16mm 2) dengan KHA Kabel 72 A
Fasa T
Jalur 1
Beban yang dipikul = 1 buah rumah 2200 VA , 3 buah rumah 1300 VA, 9 buah rumah 900 VA, & 10 buah PJU 78 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
()+()+()+()
= 68 A
KHA = 125 % x In = 125% x 68 A = 85 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 25 mm 2) dengan KHA Kabel 102 A
Jalur 2
Beban yang dipikul = 2 buah rumah 2200 VA , 2 buah rumah 900 VA, & 10 buah PJU 78 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
()+ ( )+()
= 31,7 A KHA = 125 % x In = 125% x 31,7 A = 40 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 10 mm 2) dengan KHA Kabel 54 A
Jalur 3
Beban yang dipikul = 3 buah rumah 1300 VA, 3 buah rumah 900 VA & 8 buah PJU 78 VA Jarak antar SUTR 1- SUTR 2 adalah 50 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20% Sehingga panjang penghantar adalah 120% x 50 m = 60 m.
In =
( )+( )+( )
= 33 A KHA = 125 % x In = 125% x 33 A = 41,25 A Berdasarkan Perhitungan KHA maka dapat ditentukan Kabel ALUMINIUM TWISTED CABLE (2 x 10 mm 2) dengan KHA Kabel 54 A
Perhitungan Luas Penampang Kabel dengan Memperhitungkan Drop Tegangan Berdasarkan Chapter G Sizing and protection of conductors ( Schneider Electric - Electrical installation guide 2010)
FASA R
Jalur 1
L = 300 m, In = 50 A
√ √ =
% Regulasi =
= 29 V Tidak lebih 8 % dari tegangan sumber 3 fasa 380V
= 0,08 x 380V = 30,4 V Jalur 2 L = 250 m, In = 58,2 A
√ √ , =
% Regulasi =
= 28,2 V Tidak lebih 8 % dari tegangan sumber 3 fasa 380V
= 0,08 x 380V = 30,4 V Jalur 3 L = 300 m, In = 50 A
√ √ =
% Regulasi =
= 29 V Tidak lebih 8 % dari tegangan sumber 3 fasa 380V = 0,08 x 380V = 30,4 V
FASA S
Jalur 1
L = 320 m, In = 30 A
√ √ =
% Regulasi =
= 29 V
Tidak lebih 8 % dari tegangan sumber 3 fasa 380V
= 0,08 x 380V = 30,4 V Jalur 2 L = 200 m, In = 61,4 A
√ √ , =
% Regulasi =
= 23,74 V Tidak lebih 8 % dari tegangan sumber 3 fasa 380V
= 0,08 x 380V = 30,4 V Jalur 3 L = 300 m, In = 46 A
√ √ =
% Regulasi =
= 26,7 V Tidak lebih 8 % dari tegangan sumber 3 fasa 380V = 0,08 x 380V = 30,4 V
FASA S
Jalur 1
L = 220 m, In = 68 A
√ √ =
% Regulasi =
= 18,5 V Tidak lebih 8 % dari tegangan sumber 3 fasa 380V
= 0,08 x 380V = 30,4 V Jalur 2 L = 300 m, In = 31,7 A % Regulasi =
√
View more...
Comments