Lutfi, Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Analisa)
September 11, 2017 | Author: cides | Category: N/A
Short Description
Lutfi, Pengaruh Foreign Direct Investment (FDI) dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Analisa)...
Description
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi ANALISA PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DAN
EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Oleh : Lutfi1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Bagi suatu negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi merupakan instrumen utama untuk mencapai cita-cita nasionalnya. Ada berbagai indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ini diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Disetiap negara dan lembaga internasional seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), IMF dan UNDP, menggunakan PDB sebagai indikator untuk mengukur tingkat pembangunan ekonomi suatu negara. Secara teoritis, dapat dikatakan bahwa makin maju pembangunan ekonomi suatu negara makin besar PDB-nya (baik secara total maupun per kapita) sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat dengan asumsi pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Namun demikian indikator ini bukanlah alat ukur yang terbaik, karena kesejahteraan masyarakat juga ditentukan oleh persoalan distribusinya. Melalui indikator pertumbuhan ekonomi ini, Indonesia dicatat oleh Bank Dunia dalam sebuah kajiannya yang diterbitkan dalam buku berjudul The East Asian Miracle, Economic, Growth and Public Policy, September 1993, sebagai kelompok negara yang memiliki keajaiban pertumbuhan, bahkan oleh IMF pada saat itu diramalkan akan menjadi negara industri baru di Asia Tenggara. Hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
yang
tercatat
cukup
menakjubkan sampai dengan tahun 1996. PDB riil yang dicapai selama tahun 1969-1996, melesat dari Rp 49,445 miliar di tahun 1969 menjadi Rp 298,030 miliar di tahun 1996, sehingga terjadi 1
Peneliti Bidang Ekonomi CIDES
1
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan rata-rata 6,87% per tahun (Alkadri,1999). Selain pertumbuhan
yang
dinilai
ajaib,
perekonomian
Indonesia
juga
diwarnai oleh transformasi struktur ekonomi dilihat dari konstribusi masing-masing
sektor
terhadap
PDB
dimana
sektor
industri
manufaktur berperan lebih besar dari sektor pertanian (Gambar 1.1). Transformasi ini membawa implikasi ke berbagi bidang kegiatan ekonomi lainnya seperti sumber daya manusia, upah tenaga kerja, ekspor dan impor, investasi asing dan penyedian infrastruktur serta tuntutan terhadap iklim ekonomi yang lebih baik. PDB (%)
jasa pertanian
Industri non manufaktur industri manufaktur
Gambar 1.1: Kontribusi berbagai sektor ekonomi pada PDB Indonesia (%) Sumber: World Development Indicator, World Bank (berbagai tahun)
Peningkatan kontribusi sektor manufaktur ini konsisiten dengan perubahan perjalanan kontribusi ekspor Indonesia, dimana kontribusi ekspor sektor pertanian terhadap PDB menurun dari waktu ke waktu dan peran sektor industri pengolahan meningkat (Gambar 1.2). Namun perubahan-perubahan ini belum mampu memberikan peluang yang cukup untuk meningkatkan peran tenaga kerja dalam sektor perekonomian yang dominan ini (manufaktur) sebagai penyedia kesempatan kerja. Di tahun 1996, dari 80.638.955 orang angkatan kerja
usia
manufaktur
15
tahun
hanya
keatas
menyerap
yang
bekerja,
sebesar
13%
kontribusi
sektor
sedangkan
sektor
pertanian 42,31% (Latif Kharie, 1999).
2
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Ekspor (%)
manufaktur minyak & aneka tambang pertanian
Tahun Gambar 1.2: Komposisi ekspor Indonesia (%) Sumber: World Development Indicator, World Bank (berbagai tahun)
Aktivitas ekspor-impor ini merupakan cermin dari perdagangan internasional. Selama dua puluh lima tahun pertama pembangunan Indonesia, perhatian dipusatkan kepada penciptaan swasembada di bidang sandang dan pangan hingga telah melewati substitusi impor, yang mengarah kepada praktek proteksi yang berlebihan terhadap kegiatan ekonomi dalam negeri. Sekarang harus memasuki pasar internasional untuk melanjutkan pertumbuhannya. Dalam konteks inilah perdagangan internasional yang mengarah pada liberalisasi perdagangan dengan lalu lintas produk, jasa dan investasi suatu negara menjadi tidak dapat dibatasi ruang geraknya. Hal ini membawa konsekuensi perlunya penataan sektor ekonomi untuk orientasi ekspor dalam situasi tingkat persaingan yang semakin ketat. Salah satu model yang dikembangkan oleh Charles P. Kindleberger (1983)
mengenai
pertumbuhan
ekonomi
dan
perdagangan
internasional adalah bahwa perdagangan luar negeri merupakan sektor yang memimpin. Artinya pertumbuhan ekonomi meningkat karena perluasan perdagangan internasional. Robert Baldwin (1956) menganalisis pertumbuhan ekonomi yang dipimpin oleh sektor primer dan
Bela
Balassa
(1971)
menganalisis
efek
ekspor
terhadap
3
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Dari sini dapat menggambarkan
bahwa,
disamping
peran
pemerintah
melalui
anggaran (APBN) sebagai penggerak utama perekonomian, peran ekspor tidak kecil artinya bagi kegiatan ekonomi nasional. Sejak adanya deregulasi perdagangan pada tahun 1985, yang berupa pemangkasan berbagai hambatan birokrasi/izin untuk pencapaian efisiensi
perdagangan
dan
orientasi
ekspor,
telah
memberikan
dampak perubahan kinerja perekonomian Indonesia. Perubahan ini ditandai dengan bergairahnya komoditi non migas untuk diekspor yang ditandai dengan pergeseran struktur ekspor dari migas ke non migas mulai dari tahun 1987 dan perubahan struktur ekonomi dari dominasi peran sektor pertanian ke sektor industri manufaktur. Nilai ekspor non migas meningkat dari US$ 8.580 juta tahun 1987 menjadi US$ 23.296 juta pada tahun 1992, atau hampir tiga kali lipat dalam waktu lima tahun saja, dan menjadi US$ 34.954 juta di tahun 1995, atau hampir empat kali lipat dalam waktu delapan tahun (Hg.Suseno TW, 1996-144). Namun peningkatan ini juga diiringi oleh kenaikan impor yang melebihi ekspor, hal ini dapat dilihat pada kurun waktu sebelum krisis ekonomi di Indonesia. Sejak tahun 1985-1996 ekspor
Indonesia
tumbuh
lambat,
rata-rata
sebesar
10,14%
dibandingkan dengan impornya, rata-rata sebesar 12,45% per tahun (Anang Muftiadi dkk, 1999). Dilihat dari klasifikasi barang ekonomi yang diimpor, komponen terbesar adalah bahan baku dan penolong yang digunakan sebagai bahan baku industri. Transaksi perdagangan internasional ini terekam dalam neraca pembayaran yang jika terjadi impor melebihi ekspor maka ada sejumlah
aliran
dana
ke
luar
negeri.
Artinya
sumber-sumber
pembiayaan dari luar negeri yang selama ini menutup kebutuhan investasi semakin berkurang. Dengan demikian untuk mempercepat pertumbuhan perekonomiannya maka dituntut untuk dapat menggali sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang biasanya diperoleh dari tabungan domestik yang merupakan sumber internal dalam negeri
serta
pinjaman
luar
negeri
dan
investasi
asing
yang
merupakan sumber eksternal dari luar negeri (Gambar 1.3). Selain
4
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi itu meningkatkan kegiatan ekspor berupa barang dan jasa juga berperanan penting dalam pertumbuhan investasi di Indonesia. Transaksi barang perdagangan internasional (ekspor) ini biasanya juga
memerlukan
modal
internasional
untuk
menghasilkan
keuntungan yang akan diinvestasikan lagi untuk meningkatkan kapasitas
dan
memperluas
pasar
yang
akhirnya
untuk
lebih
meningkatkan keuntungan. Sumber Internal: Tabungan Masyarakat Tabungan Pemerintah Sumber Eksternal: Pinjaman Luar Negeri Penanaman Modal Asing
Stok Kapital
Hasil Ekspor Pendapatan
Produktivitas
Stok Kapital
Gambar 1.3: Sumber pembiayaan investasi
Ketiga
sumber
keterbatasannya perekonomian
pembiayaan sendiri
negara
ini
yang
yang
memiliki juga
karakteristik
mencerminkan
bersangkutan.
Pertama,
dan
kondisi tabungan
domestik yang diperoleh dari sektor pemerintah dan masyarakat. Tabungan pemerintah yang dimaksud adalah tabungan pemerintah dalam APBN, yang merupakan selisih antara penerimaan dari pajak dalam negeri dan pengeluaran rutin, sedang tabungan masyarakat merupakan bagian pendapatan yang diterima masyarakat yang tidak digunakan
untuk
konsumsi
yang
biasanya
disimpan
di
bank.
Indonesia termasuk negara dengan tingkat tabungan yang rendah yang
disebabkan
oleh
tingkat
pendapatan
yang
rendah
dan
menyebabkan tingkat investasi domestik rendah sehingga kesulitan dalam pembiayaan pembangunan atau disebut saving-investment gap (Latief dkk,1999). Dengan tidak adanya tabungan dalam negeri yang cukup untuk menjadi daya dukung pembiayaan pembangunan, maka kesenjangan pembiayaan pembangunan ini dipenuhi dengan
5
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi mencari sumber-sumber dari luar negeri dalam bentuk pinjaman maupun investasi asing (penanaman modal asing). Kedua, pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing yang pada taraf penggunaan investasi yang tepat dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Pinjaman luar negeri merupakan aliran modal dari pemerintah negara lain maupun badan-badan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan pinjaman seperti Bank Dunia, ADB, IMF dan lainnya. Aliran modal ini biasanya dalam bentuk pemberian (grant) dan pinjaman luar negeri (loan). Sedangkan penanaman modal asing dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu penanaman modal langsung (foreign direct investment), penanaman modal portofolio (portofolio investment) dan pinjaman ekspor (export credit). Ketiga, ekspor yang merupakan sumber pembiayaan investasi yang berasal dari penerimaan hasil ekspor. Penerimaan hasil ekspor ini menjadi penting karena untuk menghindari ketergantungan suatu negara
akan
pihak
asing
dalam
membiayai
pembangunannya.
Pembiayaan dalam bentuk pinjaman dan investasi dari negara lain pada suatu saat harus dibayarkan kembali dalam jumlah yang lebih besar karena adanya faktor bungan dan laba investasi (Todaro, 2000). Pinjaman luar negeri dan penanaman modal asing dalam jangka pendek memperbesar pertumbuhan ekonomi tetapi dalam jangka panjang menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Dengan
demikian
perdagangan
internasional
dalam
hal
ini
pendapatan dari ekspor mempunyai peran yang penting dalam pembiayaan investasi oleh suatu negara. Pemerintah Indonesia, sejak awal rezim orde baru di tahun 1966 telah membuka pintu bagi masuknya modal asing dan mulai mencoba pembiayaan pembangunan dari sumber-sumber luar negeri yang berupa pinjaman maupun investasi asing. Dibukanya pintu bagi modal asing melalui UU Penanaman Modal Asing (PMA) No. 1/1967 ini, menyebabkan arus modal asing meningkat pesat dan dapat
6
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi menggerakkan pembangunan dalam negeri yang selama itu masih sangat kurang. Keberhasilan pembangunan yang dicerminkan dari tingginya
PDB
saat
itu
tidak
dapat
dipisahkan
dari
peran
meningkatnya investasi asing. Investasi ini termasuk faktor penentu pertumbuhan ekonomi, karena dengan investasi ini akan mendorong kenaikan output yang juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input. Dengan demikian akan meningkatkan kesempatan kerja
sebagai
salah
satu
input
produksi
yang
pada
akhirnya
berdampak pada kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi meningkatnya pendapatan. Investasi sendiri secara umum berarti mengorbankan uang yang dimiliki saat ini untuk mendapat manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang. Rosenn (1998) membagi investasi asing (foreign investment) menjadi dua bentuk yaitu: foreign direct investment (investasi riil) dan portfolio invesment (investasi finansial). Foreign Direct Investment atau FDI adalah penanaman modal asing yang direpresentasikan di dalam asset riil seperti: tanah, bangunan, peralatan dan teknologi. Investasi finansial dapat berupa saham, surat berharga, obligasi dan commercial papers lainnya. Dengan FDI, banyak hal positif yang didapat bagi perekonomian negara
bersangkutan
seperti:
pendapatan
atas
pajak
bagi
pemerintah, penyediaan lapangan kerja, alih teknologi dan ilmu pengetahuan dan pendayagunaan lahan. Masuknya FDI ini biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas suatu perusahaan yang biasanya beroperasi di bidang manufaktur, ekstraksi sumber daya alam dan industri jasa. Sedangkan investasi finansial biasanya melalui pasar uang dan pasar modal yang berkembang diseluruh dunia. Saat ini FDI merupakan salah satu sumber pembiayaan yang paling penting di Indonesia. Kebutuhan yang mendesak untuk menarik penanaman modal asing baru, terutama penanaman modal asing yang berorientasi ekspor, untuk membantu perekonomian yang
7
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi tumbuh dengan lambat dan membina sektor non migas yang berdaya saing di tingkat internasional. Melihat
besarnya
Indonesia,
harapan
khususnya
pertengahan
tahun
kemajuan
pada
1997
periode
lalu
dan
pertumbuhan sebelum
melihat
ekonomi
krisis
peranan
moneter FDI
dan
perdagangan internasional (ekspor) bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia maka perlu penelitian mengenai Analisa Pengaruh Foreign Direct Investment dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
(1999.1–2006.4),
dengan
meninjau
variabel-variabel
ekonomi makro yang diduga turut mempengaruhinya. 1.2.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ratio investasi dalam negeri terhadap PDB, ratio investasi luar negeri terhadap PDB, pertumbuhan angkatan kerja, pertumbuhan ekspor terhadap
pertumbuhan
PDB.
Kemudian
untuk
mengukur
pertumbuhan PDB dan pertumbuhan upah terhadap ratio investasi luar negeri terhadap PDB. Selain itu untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan PDB, rata-rata tertimbang real effective exchange rate dari
11
mitra
dagang
Indonesia
dan
rata-rata
tertimbang
pertumbuhan pendapatan per kapita dari 11 mitra dagang Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor. Dengan
menggunakan
persamaan
simultan
dapat
diketahui
hubungan dan keterkaitan variabel independen dengan variabel independen lainnya pada persamaan simultan diatas. 1.3.
Hipotesa Penelitian Berdasarkan
teori
dan
penelitian-penelitian
sebelumnya
yang
berkaitan dengan ini maka dapat disusun rumusan hipotesa yang akan dibuktikan, yaitu: 1. Adanya
pengaruh
keberadaan
faktor-faktor
tersebut
diatas
dengan masing-masing variabel terikatnya.
8
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi 2. Adanya saling keterkaitan antar variabel terikat masing-masing persamaan. 1.4.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah dengan uji regresi simultan berdasarkan data runtut waktu triwulanan (periode 3 bulanan) Indonesia selama periode 1999.1–2006.4. Dengan menggunakan tiga persamaan yang diuji secara simultan yaitu, persamaan pertama rasio investasi dalam negeri terhadap PDB, rasio investasi luar negeri terhadap PDB, pertumbuhan angkatan kerja, pertumbuhan ekspor terhadap pertumbuhan PDB. Persamaan kedua pertumbuhan PDB dan pertumbuhan upah terhadap rasio investasi luar negeri terhadap PDB. Persamaan ketiga pertumbuhan PDB, rata-rata tertimbang real effective exchange rate dari 11 mitra dagang Indonesia dan rata-rata tertimbang pertumbuhan pendapatan per kapita dari 11 mitra dagang Indonesia terhadap pertumbuhan ekspor. Sebelum
dilakukan
simultanitas
dan
uji uji
regresi
simultan,
eksogenitas
untuk
maka
dilakukan
mengetahui
uji
apakah
persamaaan tersebut merupakan model simultan atau tidak. Setelah melakukan uji regresi maka dilakukan analisa secara statistik terhadap hasil estimasi. 1.5.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah
investasi
luar
negeri
dan
ekspor
Indonesia.
Hal
ini
dibutuhkan sebagai gambaran kondisi pertumbuhan ekonomi setelah mengalami krisis moneter pada tahun 1997 yang lalu. Selain itu diharapkan dapat memberikan alternatif pemikiran dalam kajian pengaruh variabel-variabel ekonomi makro khususnya FDI dan ekspor
terhadap
kualitas
pertumbuhan
ekonomi.
Serta
dapat
memberikan analisis awal bagi peneliti yang ingin mendalami lebih lanjut tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
9
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
TELAAH PUSTAKA 2.1
Pertumbuhan Ekonomi Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang dimana disetiap periode masyarakat suatu negara
akan
berusaha
menambah
kemampuannya
untuk
memproduksi barang dan jasa. Sasarannya berupa kenaikan tingkat produksi riil (pendapatan nasional) dan taraf hidup (pendapatan riil perkapita) melalui penyediaan dan pengerahan proses faktor-faktor produksi. Dengan meningkatnya faktor-faktor produksi seperti jumlah tenaga kerja yang bertambah, investasi masa lalu dan investasi baru yang menambah barang-barang modal dan kapasitas produksi masa kini yang biasanya diikuti dengan perkembangan teknologi alat-alat produksi
yang
kemampuan mencapai
semua
ini
memproduksi.
pertumbuhan
akan
mempercepat
penambahan
Tidak
setiap
negara
selalu
mampu
ekonomi
sesuai
dengan
perkembangan
kemampuan memproduksi yang dimiliki dalam hal faktor produksi yang
semakin
meningkat.
Banyak
negara
dalam
keadaan
pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya masih lebih jauh dari potensi pertumbuhan yang dapat dicapai. Dengan demikian diperlukan perhatian
yang
lebih
dalam
untuk
membuat
kecenderungan
pertumbuhan ekonomi (output) tersebut terus meningkat. Untuk menjelaskan bagaimana perekonomian berjalan dalam proses pemanfaatan faktor produksi untuk menghasilkan output sepanjang waktu, maka peran masing-masing input tersebut dibahas dalam beberapa model pertumbuhan dibawah ini. Diawali dengan model Harrod-Domar yang dilanjutkan dengan model pertumbuhan Solow ini yang menjelaskan bagaimana pertumbuhan persedian modal, pertumbuhan angkatan kerja dan kemajuan teknologi berinteraksi dan
mempengaruhi
tingkat
output
perekonomian
serta
pertumbuhannya sepanjang waktu (Mankiw, 2003). Untuk itu akan di jabarkan beberapa modifikasi asumsi yang mendasari model ini, dengan melakukan perubahan-perubahan faktor inputnya.
10
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Teori Harrod-Domar Teori ekonomi ini menganalisa hubungan antara tingkat pertumbuhan dan tingkat investasi. Dasar pemikirannya adalah bahwa pada tingkat pendapatan nasional tertentu yang cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja dengan tingkat upah di satu periode maka pada periode berikutnya tidak akan mencukupi lagi untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang ada. Hal ini terjadi karena adanya tambahan kapasitas produksi pada periode awal dan tersedia pada periode berikutnya. Dengan demikian diperlukan tambahan dana yang untuk mencapai tingkat penyerapan tenaga kerja yang penuh pada periode berikutnya ini dengan menghitung hubungan antara dana modal (capital stock =K) dan hasil produksinya (output = Y) atau dengan capital output ratio (COR). Dari teori ini disimpulkan bahwa adanya hubungan ekonomi langsung antara
besarnya
stok
modal
(K)
dengan
output
(Y),
yang
diformulasikan dalam rasio modal-outpt (capital/output ratio, COR). K di sini adalah nilai dari seluruh barang modal yang ada berupa tanah, bangunan, peralatan dan bahan. Sedangkan Y dapat diukur dengan Pendapatan Nasional Kotor atau dengan Produk nasional kotor. Semakin tinggi peningkatan stok modal, semakin tinggi pula output yang dihasilkan. Dalam konsep ini dikatakan bahwa sebagai akibat investasi yang telah dilakukan, pada masa berikutnya kapasitas barang-barang modal dalam perekonomian akan bertambah dan agar seluruh
barang
permintaan
modal
agregat
yang
haruslah
tersedia
digunakan
bertambah
sepenuhnya,
sebanyak
kenaikan
kapasitas barang-barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi di masa lalu. Dari sini terlihat bahwa perlunya penanaman modal
dalam
menciptakan
pertumbuhan
ekonomi
atau
untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan/stok modal (capital stock). Dalam model ini, pertumbuhan pembangunan didasarkan atas dua proposisi sebagai berikut:
11
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi 1. Ada hubungan ekonomi yang langsung antar besarnya stok modal (K) dengan jumlah produksi nasional (Y) yang dinyatakan dalam persamaan:
1 −−−− ∆K V
∆Y =
……..…………………………………………………….…(2.1)
dimana, ∆K
v = −−−− yang disebut ICOR (Incremental Capital Output Ratio). ∆Y
Persamaan ini menunjukan bahwa pertambahan stok modal (∆K) akan menimbulkan pertambahan output (∆Y) dengan efektifitas faktor
modal
direfleksikan
oleh
parameter
menginginkan
peningkatan
output
sebesar
v.
Artinya
2
unit
jika
dengan
parameter v = 3 maka investasi yang diperlukan sebesar 6. 2. Akumulasi modal tergantung kepada pendapatan atau output yang diformulasikan dalam persamaan sebagai berikut : S = s Y …...........………………………………………………………….(2.2) dimana s = propensity tabungan. Faktor modal diakumulasikan melalui tabungan domestik yang merupakan porsi tertentu (s) dari output (Y), artinya investasi semata-mata dibiayai oleh tabungan domestik sehingga ; S = I = ∆K V ∆Y = sY ….……………………………….…………………………..…..(2.3) Tingkat pertumbuhan pendapatan atau output nasional menjadi, ∆Y s −−−− = −−− ……………………………………………………………………….(2.4) Y v
Persamaan ini menunjukan bahwa makin tinggi tingkat tabungan maka makin tinggi tingkat pertumbuhan output nasional yang diakibatkan oleh investasi produktif.
Asumsi-asumsi yang mendasari model tersebut adalah: a. Average savings sama dengan marginal propensity to save (s); b. COR disamakan dengan ICOR
12
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi c. Pertumbuhan angakatan kerja adalah eksogen dan tetap; d. Perbandingan antara tenaga kerja dengan hasil produksi (labour output ratio) adalah tetap; e. Koefisien s dan k adalah konstan. 2.1.2 Teori Pertumbuhan: Model Neo-Klasik Berbeda
dengan
model
Harrod-Domar,
model-model
neoklasik
memungkinkan terjadinya substitusi antar faktor modal dengan tenaga kerja. Teori pertumbuhan neoklasik dimulai dengan model Solow-Swan yang dikembangkan oleh Solow (Solow, 1956) dan T.W. Swan (Swan,1956) dengan menggunakan fungsi produksi dari Cobb Douglas, secara matematis dinyatakan sebagai berikut: Y = At F(Kt, Lt) ...............…………………………………….………(2.5) dimana: Y
= output
L
= tenaga kerja
K
= stok kapital
A
= faktor produktivitas
t
= waktu
Persamaan 2.5 ini menyatakan bahwa output adalah fungsi dari sejumlah faktor input berupa modal, tenaga kerja dan faktor produktivitas teknologi yang ada. Dari persamaan ini dapat dikatakan bahwa kenaikan output barang dan jasa, yang dicerminkan dengan Produk
Domestik
Bruto
(PDB)
dapat
terjadi
melalui
kenaikan
penawaran tenaga kerja, kenaikan modal fisik dan peningkatan produktivitas sepanjang waktu. Pada kenyataannya pertumbuhan ini akan meningkat bila masyarakat mendapatkan lebih banyak sumber daya atau masyarakat menemukan cara penggunaan sumber daya yang tersedia untuk menciptakan output secara lebih efisien. Dengan menganggap teknologi adalah konstanta yang mengandung pengertian dengan tidak adanya kemajuan teknologi (technological progress) yang berimplikasi pada pencapaian tingkat output dan modal jangka panjang untuk mencapai kondisi keseimbangan yang
13
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi stabil (steady-state equilibrium). Serta asumsi fungsi produksi yang digunakan dalam model Solow ini adalah bersifat skala hasil konstan (constant return to scale). Hal ini mengandung pengertian jika terjadi peningkatan modal dan tenaga kerja dalam proporsi yang sama, maka output meningkat dalam proporsi yang sama. Dengan asumsi ini dan membagi dengan 1/AL maka persamaan 2.5 diatas dapat disederhanakan menjadi:
1 ⎛ K ⎞ F⎜ ,1⎟ = F (K , AL ) ...................................... (2.6) ⎝ AL ⎠ AL dimana K/AL adalah modal per unit tenaga kerja dan F(K,AL)/AL identik dengan Y/AL yang merupakan output per unit tenaga kerja. Dengan menggunakan k = K/AL, y = Y/AL dan f = F(k,1) maka fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk:
y = f (k ) .............................. (2.7) Dengan
menggunakan
fungsi
produksi
Cobb-Douglas
maka
di
dapatkan:
F (K , AL ) = K α ( AL )
1−α
0 < α < 1 ...................... (2.7)
Fungsi ini adalah constant return to scale yaitu apabila kedua input dikalikan denagn bilangan c, didapat:
F (cK , cAL ) = (cK ) (cAL ) α
1−α
= cF ( K , AL) .................... (2.8)
Kemudian dengan membagi kedua input persamaan diatas terhadap 1/AL, diperoleh: α
⎛ K ⎞ ,1⎟ = k α ............................................ (2.9) F (K ) = ⎜ ⎝ AL ⎠ α−1 Bila persamaan 2.9 diturunkan, akan diperoleh f’ = αk ,yang
mempunyai nilai positif dan turunan keduanya yaitu f’’ = (α−1)αk - (1-α)αk
α−2
α−2
=
, mempunyai nilai negatif. Sehingga fungsi k berbentuk
seperti gambar 2.1: y y*
output per pekerja
Y=f(k)
14
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Gambar 2.1. Fungsi produksi (output) tanpa kemajuan teknologi (Sumber: Dornbusch, R., Fischer,S & Startz, R. 2004:54)
Gambar 2.1 menunjukkan fungsi produksi, kombinasi antara GDP per kapita
dan
merupakan
rasio
modal-tenaga
gambaran
untuk
kerja.
Fungsi
memahami
produksi
yang
pertumbuhan
memperlihatkan hasil pengembalian modal yang semakin berkurang. Jika modal perkapita naik sehingga para pekerja menggunakan jumlah mesin yang semakin banyak, maka output perkapita naik, tetapi dengan laju yang semakin menurun (diminishing marginal product
of
capital).
Konsep
ini
selanjutnya
digunakann
untuk
menjelaskan pencapaian kondisi stabil pada pertumbuhan. Keadaan Stabil (Steady State) Gagasan perekonomian dalam kondisi stabil adalah jika modal perkapita tidak berubah pada tingkat teknologi tertentu, maka output perkapita juga tidak berubah2 yang dituliskan sebagai y* dan k* yang menunjukkan nilai, dimana stok barang modal akan menjadi persis sama untuk melengkapi orang-orang yang baru masuk bekerja dan penempatan mesin baru dan besarnya sama dengan tabungan yang tersedia dalam perekonomian. Jika tabungan lebih besar dari modal yang tersedia, sehingga modal pertenaga kerja sepanjang waktu meningkat dan outpunya juga akan meningkat. Jika tabungan lebih kecil dari persyaratan investasi, maka modal per tenaga kerja dan
2
Agar modal perkapita tidak berubah meskipun jumlah penduduk bertambah, maka modal harus tumbuh sama dengan pertumbuhan penduduk. Simbol untuk pertumbuhan populasi didefenisikan sebagai l = ∆L/L dan dalam kondisi stabil, ∆Y/Y =∆L/L=∆K/k =n.
15
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi output akan turun. Dalam kondisi stabil nilai output y* dan modal k*, maka tingkat tabungan dan modal yang dipersyaratkan harus sama. 2.1.3 Pertumbuhan Dengan Perubahan Teknologi Persamaan
produksi
dengan
teknologi
yang
selalu
diperbaiki
sepanjang waktu sering disebut technological progress, didefinisikan sebagai perubahan dalam parameter A (∆A/A>0) untuk semua perubahan produksi yang tidak disebabkan oleh perubahan faktorfaktor input (modal dan tenaga kerja) yang digunakan dalam persamaan. Perubahan dalam A atau ∆A sering disebutkan sebagai perubahan
dalam
total
factor
productivity
atau
TFP.
Dalam
persamaan fungsi produksi, baik input dan output secara langsung dapat diobservasi, sedangkan A tidak. ∆A/A diukur dalam konteks persamaan yang diadaptasi dari fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi tersebut menggunakan dua asumsi yaitu perekonomian yang bersaing dan constan retun to scale. Secara lengkap persamaan 2.5 diatas selanjutnya diringkas dalam bentuk persamaan pertumbuhan sbb:
∆Y ⎡ ∆L ⎤ ⎛ ∆K ⎞ ∆A = ⎢(1 − θ ) × + ⎜θ × ................... 2.10) ⎟+ ⎥ Y L ⎦ ⎝ K ⎠ A ⎣ dimana:
∆Y Y
= pertumbuhan output
(1 − θ )
= share tenaga kerja
∆L L
= pertumbuhan tenaga kerja
θ
= share kapital
∆K K
= pertumbuhan kapital
∆A A
= kemajuan teknologi
sehingga persamaan 2.10, menjadi:
∆K ⎞ ∆A ∆Y ⎡ ∆L ⎤ ⎛ + ⎜θ × = − ⎢(1 − θ ) × ⎟ ⎥ A Y ⎣ K ⎠ L ⎦ ⎝
........................ 2.11)
16
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Perubahan TFP sering disebut sebagai Solow residual. Penurunan secara matematis dapat dilihat dibawah ini: Dimulai dengan fungsi produksi Y = AF(K,L) dan seberapa besar output dapat berubah jika tenaga kerja berubah sebesar ∆L, kapital berubah sebesar ∆K dan teknologi berubah sebesar ∆A, maka perubahan output akan menjadi:
∆Y = MPL × ∆L + MPK × ∆K + F (K , L ) × ∆A
.................. 2.12)
dimana MPL dan MPK adalah marjinal produk dari tenagA kerja dan kapital. Dengan membagi kedua sisi dengan Y=AF(K,L), maka persamaan 2.12 menjadi:
∆Y MPL ∆A MPK ................... 2.13) = × ∆L + × ∆K + F (K , L ) × A Y Y Y Selanjutnya dengan mengalikan dan membagi persamaan 2.13 dengan L dan K akan didapatkan hasil sbb:
∆Y MPL × L ∆L MPK × K ∆K ∆A ..................... 2.14) = × + × × Y Y Y L K A Terhadap penyelesaian persamaan tersebut, maka dibutuhkan dua asumsi yang yaitu bahwa fungsi produksi menganut konsep constant return to scale (CRTS) serta perekonomian berada dalam kondisi yang bersaing. Konsep CRTS mempunyai arti bahw jika output akan naik secara proporsional terhadap kenaikan keseluruhan inputnya. Secara matematis, jika kedua input dikalikan dengan konstanta c, maka output akan digandakan sebesar AF(cK,cL) = cAF(K,L) = cY. Sementara perekonomian yang bersaing berarti faktor-faktor input dibayar pada marjinal produknya, sehingga MPL =w, dimana w adalah upah riil. Pembayaran total untuk tenaga kerja adalah tingkat upah kali sejumlah tenaga kerja, w x L; total pembayaran untuk tenaga kerja sebagai bagian keseluruhan pembayaran atau yang
17
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi disebut andil tenaga kerja (labour share) adalah MPL x L/Y. Begitupun argumen untuk kapital analog dengan tenaga kerja. Sekarang dengan mensubstitusikan share tenaga kerja untuk MPL x L/Y dan share kapital untuk MPK x K/Y pada persamaan diatas, maka didapatkan persamaan 2.10. Selanjutnya untuk technological progress maka teknologi dalam parameter A dapat dimasukkan dalam fungsi produksi dibeberapa posisi.
Namun
untuk
analisis
matematis,
diasumsikan
bahwa
teknologi adalah penambahan tenaga kerja (labour augmenting), sehingga fungsi produksi dapat dituliskan menjadi Y = F(K,AN) yang berarti teknologi baru meningkatkan produktivitas tenaga kerja, formulasi pada persamaan 2.10 dimodifikasi menjadi:
∆y ∆k ∆A =θ × + (1 − θ ) × ......................... 2.15) y k A Dalam pertumbuhan keseimbangan, y dan k keduanya tumbuh pada tingkat kemajuan teknologinya, g (y dan k keduanya tumbuh pada tingkat technical progress ditambah tingkat pertumbuhan penduduk, g+l). Upah riil juga tumbuh pada tingkat g. Estimasi terhadap tingkat technical progress dapat diformulasikan sbb;
⎛ ∆y − θ × ∆k ⎞ ⎜ y k⎟ g ≈⎜ ⎟ ................................ 2.16) (1 − θ ) ⎟ ⎜ ⎝ ⎠ Tempat kedua untuk memasukkan teknologi dalam fungsi produksi adalah
Y=AF(K,L).
Penulisan
A
disebut
sebagai
TFP
karena
penambahan pada keseluruhan faktor, tidak hanya tenaga kerja sebesar-besarnya
⎛⎜ ∆y − θ × ∆k ⎞⎟ y k⎠ g ≈⎝
(1 − θ ) ,
dimana
g
disebut
sebagai Solow residual. Besaran g mengindikasikan bahwa TFP mengukur keseluruhan perubahan produksi yang tidak dapat dihitung oleh perubahan faktor-faktor inputnya.
18
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
y
y2=f(k,A2)
y2
y1=f(k,A1)
y1 output per pekerja
y0
y0=f(k,A0) (n+d)k sy2 sy1 sy0
k0*
k1* k2*
k
modal per pekerja Gambar 2.2. Fungsi produksi (output) dengan kemajuan teknologi (Sumber: Dornbusch, R., Fischer,S & Startz, R. 2004:59)
Gambar 2.2, menjelaskan bahwa kenaikan secara eksogen dalam teknologi
menyebabkan
fungsi
produksi
dan
kurva
tabungan
mengalami kenaikan. Hasilnya adalah titik pada kondisi stabil yang baru pada output perkapita dan rasio modal-tenaga kerja yang lebih tinggi, sehingga kenaikan teknologi sepanjang waktu menghasilkan pertumbuhan output sepanjang waktu. 2.1.4 Teori Heckser-Ohlin-Samuelson: Perdagangan Konsep perdagangan internasional dibangun berdasarkan pemikiran keunggulan komparatif dan daya saing yang berbeda antara negara. Jika negara-negara berproduksi dan berdagang dengan mengacu pada keunggulan komparatif dan persaingan, maka diyakini akan meningkatkan
efisiensi
penggunaan
sumberdaya
yang
langka.
Dikatakan bahwa setiap negara mempunyai keunggulan komparatif absolut
dan
relatif
dibandingkan
negara
dalam lain.
menghasilkan
Berdasarkan
suatu
komoditas
keunggulan
komparatif
tersebut, maka suatu negara akan mengekspor komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif yang lebih tinggi dan mengimpor komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif yang lebih rendah. Perdagangan antar negara akan membawa dunia pada penggunaan sumber daya langka secara lebih efisien dan setiap
19
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi negara dapat melakukan perdagangan bebas yang menguntungkan dengan melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Pemikir teori perdagangan klasik tidak menelusuri lebih mendalam, mengapa bisa terjadi perbedaan keunggulan mutlak atau keunggulan komparatif antara negara yang satu dengan negara yang lain, mereka mulai dari suatu keadaan yang sudah tertentu. Baru lama kemudian, yakni sekitar tahun 1930-an, Heckscher dan Ohlin mellihat sebabnya pada perbedaan “factor endowment”di setiap negara. Asumsi-asumsi yang dipakai adalah: a. Ada dua negara misalnya negara sedang berkembang dan negara maju), dua barang (beras dan tekstil) dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan modal); b. Produksi barang hanya tergantung kepada kedua faktor ini; c. Teknologi yang terdapat di kedua negara adalah sama; d. Kedua
faktor
dapat
disubstitusikan
satu
sama
lainnya
dan
kualitasnya sama; e. Produksi beras menggunakan teknologi yang relatif padat karya dan produksi tekstil teknologi yang relatif padat modal Di negara sedang berkembang (NSB) tersedia faktor tenaga kerja yang relatif melimpah, sehingga tingkat upah menjadi relatif rendah. Kebalikannya faktor modal tersedianya relatif sedikit/ Sehingga harganya
menjadi
relatif
mahal.
Karena itu
NSB
memperoleh
keunggulan komparatif. Apabila mengkhususkan diri memproduksi jenis-jenis barang yang teknologinya relatif padat karya dan dengan demikian menyerap lebih banyak faktor produksi yang relatif murah (tenaga kerja) dan relatif sedikit faktor yang relatif mahal (modal). Kebalikannya adalah untuk negara maju (NM), di sana faktor modal tersedia relatif melimpah, sedangkan faktor tenaga kerja relatif jarang. Sebab itu sebaiknya NM memilih produksi jenis-jenis barang yang teknologinya relatif padat modal. Dengan demikian NM bisa meraih keunggulan komparatif. Maka terjadi pembagian kerja secara internasional, di satu pihak NSB mengkhususkan diri pada jenis-jenis
20
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi barang yang teknologinya relatif padat karya, sedangkan NM pada jenis-jenis barang yang teknologinya relatif padat modal. Yang ditekankan di sini adalah perbandingan faktor-faktor secara relatif. Misalnya di Indonesia tersedia 30 juta tenaga kerja dan modal US$ 1 trilyun, sedangkan di Amerika Serikat tersedia tenaga kerja sebanyak 50 juta dan modal sebesar US$ 1.000 trilyun. Maka Indonesia
adalah
negara
yang
relatif
jumlah
tenaga
kerjanya
melimpah sedangkan AS faktor modalnya yang melimpah. Prinsip-prinsip spesialisasi dan keunggulan komparatif itu pula yang dipergunakan oleh para ekonomi untuk merumuskan aneka rupa teori mengenai
manfaat
perdagangan
antar
bangsa.
Dalam
rangka
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai faktor apa saja yang menentukan jenis-jenis barang yang hendak diperdagangkan, dan mengapa setiap negara memproduksi barang-barang tertentu yang berlainan satu sama lain, para ekonom sejak jaman Adam Smith memusatkan perhatiannya kepada adanya perbedaan biaya produksi dan harga produk yang berbeda-beda di masing-masing negara. Suatu negara, seperti halnya individu, cenderung mengkhususkan diri atau mengadakan spesialisasi dalam produksi barang-barang tertentu dalam jenis yang terbatas, yakni jenis-jenis di mana ia unggul demi meraih keuntungan yang makasimal. Perdagangan Sebagai Motor Pertumbuhan Gagasan mengenai peran perdagangan, lebih khusus lagi ekspor, sebagai motor penggerak pertumbuhan pertama kali diajukan oleh W. Arthur Lewis. Lewis melihat bahwa selama kurun waktu seratus tahun yang lalu laju pertumbuhan ekonomi di NSB telah tergantung dari laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Apabila pertumbuhan di NM adalah relatif tinggi, maka pertumbuhan di NSB juga relatif tinggi, dan sebaliknya terjadi apabila pertumbuhan ekonomi
menurun.
Yang
menjadi
pertanyaan
adalah,
apakah
keterkaitan tersebut harus demikian? Lalu apa yang akan terjadi, apabila
laju
pertumbuhan
di
NM
menurun,
apakah
ini
akan
21
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi mempengaruhi pertumbuhan di NSB? Menurut Lewis pertumbuhan di NSB yang dipengaruhi oleh pertumbuhan di NM adalah melalui perantaraan perdagangan. Laju pertumbuhan yang relatif tinggi di NM akan merangsang peningkatan impor, dan ini pada gilirannya akan menaikkan ekspor dari NSB. Antara tahun 1873 hingga 1973 dan juga dua dasawarsa sebelum tahun 1973, laju pertumbuhan perdaganan dunia dalam komoditas primer adalah 0,87 kali lipat dari laju pertumbuhan produksi hasil industri di NM. Di sini angka perbandingannya adalah kurang dari satu, yang berarti motor pertumbuhan di NM berputarnya sedikit lebih cepat dari motor pertumbuhan di NSB. Bagaimana halnya dengan ekspor dari barang-barang hasil industri, yang perannya semakin meningkat dalam perdagangan dunia? Apabila laju pertumbuhan di NM menurun, apakah ekspor barangbarang hasil industri ini dapat menggantikan peran ekspor komoditas primer? Menurut Lewis, hal ini tidak akan terjadi, karena dalam keadaan
ekonomi
yang
sedang
menurun,
NM
tidak
akan
meningkatkan impor barang-barang jadinya, yang berarti akan menambah jumlah penduduk yang menganggur, tetapi malah akan mengurangi
impornya.
Namun
demikian
NSB
tetap
dapat
mempertahankan tingkat pertumbuhannya yang relatif tinggi, yakni dengan meningkatkan volume perdagangan di antara sesama NSB, yang pangsa nilanya hingga saat ini masih relatif rendah. Sebabnya NSB masih banyak mengimpor barang jadi dan barang modal dari NM, dan kedudukan ini dapat diambil oleh NSB yang sudah lebih maju. James Riedel dalam penelaahannya tidak membantah hipotesa Lewis, tetapi menemukan hal-hal berikut. Struktur ekspor NSB, khususnya di luar Afrika telah mengalami perubahan-perubahan yang besar, dari andalan pada satu komoditas primer pada masa penjajahan sebelum perang kepada peningkatan peranan ekspor barang-barang hasil industri. Diperkirakan elastisitas permintaan terhadap barang-barang industri dari NSB adalah cukup tinggi. Riedel juga menemukan bahwa
22
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi kaitan
antara
pertumbuhan
ekspor
NSB
dengan
tingkat
kemakmuaran di NM secara statistis adalah lemah. Perhitungan statistis memang bisa menyesatkan dan memberikan hasil yang berbeda-beda tergantung dari metode dan cara pendekatan yang digunakan. Ia dan juga Kravis cenderung mengatakan bahwa perdagangan paling tidak hanya merupakan pembantu (handmaiden) dan bukan sebgai motor penggerak dari pertumbuhan. Dari segi lain kegiatan ekspornya sendiri dianggap sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri, karena ekspor yang lebih besar berarti ada peningkatan investasi, membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan dan menghasilkan devisa. Kebalikannya
impor
dipandang
sebagai
kebocoran
terhadap
perekonomian karena dampak positif tadi jatuhnya ke pihak luar negeri. Namun pandangan ini tidak seluruhnya benar, karena impor juga menumbuhkan kegiatan investasi dalam negeri, apabila yang diimpor adalah barang modal, bahan mentah, barang setengah jadi untuk keperluan industri. Di samping itu impor barang konsumsi juga menumbuhkan kegiatan perdagangan, pengangkutan dan sebagainya yang pada akhirnya memberikan sumber pendapatan bagi banyak penduduk. 2.2
Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi Teori ekonomi menyarankan bahwa investasi internasional akan memilih tempat alokasi penyimpanan yang paling
efisien, paling
ringan hambatan untuk keluar masuk uangnya, dan paling sedikit resikonya dengan cara diversifikasi aset. Investasi internasional juga berhubungan dengan transfer teknologi. Eaton and Kortum (1996), Conolly (1997), Coe and Helpman (1995), Coe, Helpman, and Hoffmaister (1997), dan Bernstein (1996) menunjukkan bahwa prinsipal
utama
dari
teknologi
aru
adalah
negara
yang
perekonomiannya besar seperti Amerika Serikat. Dalam hal ini teori dan realita empirik menunjukkan bahwa investasi internasional sangat baik untuk pertumbuhan ekonomi.
23
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Diantara berbagai kriteria tentang investasi internasional, Foreign Direct Investment (FDI) adalah salah satu cara yang sering dikaitkan dengan transfer teknologi. Caves (1996) dan Balasubramanyam, Salisu, and Sapsford (1996) menemukan FDI adalah salah satu bentuk
investasi
internasional
yang
paling
mendorong
difusi
teknologi. Moran (1998) merefleksikan segmen yang luas dari literatur yang menggambarkan pengaruh FDI yaitu FDI menciptakan sebuah jaringan pemilik suplier yang mendorong interaksi yang kuat antara
perusahaan
induk
dan
cabangnya
dan
antara
cabang
perusahaan dengan negara tuan rumahnya. Secara simultan, mereka menciptakan multiplier baik secara langsung atau tidak langsung dan eksternalitas untuk suplier domestik3. Romer (1993) menekankan peran FDI dalam transfer teknologi dan hubungannya terhadap pertumbuhan ekonomi:”..for the poorest developing
nations, letting
multinational firms
profit
from the
international transmission of ideas is the quickest and most reliable way to reduce the idea gaps that keep them poor.”4 Yang lebih mendasar lagi, Peranan potensial FDI terhadap proses pertumbuhan ekonomi
sebagai
diffuser
teknologi
didukung
oleh
Model
Pertumbuhan Solow (1956) dan pembuktian empiris dari Easterly and Levine
(2001)
pertumbuhan
dan
Caselli
ekonomi
(2004)
dalam
yang
jangka
menunjukkan
panjang
bahwa
ditentukan
oleh
kemajuan teknologi dan bukan semata-mata faktor akumulasi saja. Tidak semua penelitian empiris mendukung hipotesis bahwa FDI memainkan peranan yang positif dalam proses transfer teknologi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Haddad and Harison (1993) meneliti Maroko, Aitken and Harison (1999) meneliti Venezuela, Djankov and Hoekman (2000) menganalisa data untuk Republik Ceko, dan Konings (2001) menguji Polandia dan Bulgaria, dan semua penelitian tersebut gagal untuk membuktikan hubungan multiplier 3
Theodore H. Moran (1998), Foreign Direct Investment and Development, Washington D. C., Institute for International Economics, p. 158. 4 Paul Romer (1993), “Idea Gaps and Object Gaps in Economic Development,” Journal of Monetary Economics, Vol. 32, p. 548.
24
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi teknologi yang disebabkan oleh FDI. Rodrik (1999) menyatakan bahwa literatur kebijakan sekarang ini dipenuhi dengan klaim yang berlebihan tentang positive spillovers dari FDI. Banyak
penelitian
teknologi
lainnya
cenderung
menunjukkan
terkonsentrasi
di
bahwa
perkembangan
daerah
tertentu
dan
perpindahan antar negara berjalan secara lambat. Glaeser et al. (1991) mengingatkan bahwa ”... terobosan intelektual lebih mudah menerobos gang dan jalanan daripada samudra dan benua”.5 Abramovitz
(1986)
menunjukkan
bahwa
perpindahan
teknologi
sebagai pengaruh dari FDI to negara berkembang juga tergantung dari kemampuan ”kapabilitas sosial” untuk menyerap teknologi canggih.6 Kesimpulan Abramovitz didukung oleh Evenson and Singh (1997), Borenztein, De Gregorio, and Lee (1998), Aitken and Harison (1999),
Branstetter
(2000),
and
Mayer
(2001).
Keller
(1996)
membuat model ekonometrika yang menarik antara hubungan pertumbuhan
teknologi
dengan
pertumbuhan
human
capital.
Ternyata pertumbuhan human capital tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan teknologi. Human capital ternyata bukan satu-satunya faktor yang determinan dalam proses penyerapan teknologi. Balasubramanyam, Salisu, and Sapsford (1996) membuktikan bahwa ukuran pengaruh teknologi tergantung dengan jumlah perusahaan domestik yang diproteksi oleh Pemerintah. Pattilo, Poirson, and Ricci (2002) mengatakan bahwa Stabilitas Makroekonomi dapat menarik FDI. Smarzynska (2000) mempresentasikan sebuah bukti sebuah perusahaan yang kuat secara teknologi merupakan anak perusahaan atau joint ventures; Dia
berkesimpulan
bahwa
peraturan
yang
mendukung
adanya
kepemilikan saham bagi asing berpengaruh bagi transfer teknologi. Basu and Weil (1998) and Acemoglu and Zilibotti (2001) menemukan appropiateness pengembangan teknologi untuk negara berkembang.
5
Edward Glaeser, H. D. Kallal, Jose Scheinkman, and Andre Schleifer (1991). Moses Abramovitz (1986), “Catching Up, Forging Ahead, and Falling Behind, “Journal of Economic History, Vol. 46(2), (pp. 385-406). P. 405.
6
25
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Isu yang lain adalah bahwa FDI bukan merupakan satu-satunya cara untuk
mengalirkan
ilmu
pengetahuan
antar
negara.
Transfer
teknologi bisa terjadi dengan bermacam cara. Keller (2001, 2002) menemukan secara statistik pola perdagangan dapat menjelaskan lebih dari setengah cara diffusion teknologi diantara negara maju ketika FDI hanya dapat menjelaskan sekitar 15% variasinya. Di sisi lain, Hajeazi and Safarian (1999) menggunakan metodologi dan data yang berbeda untuk mencapai kesimpulan bahwa transfer teknologi secara lebih besar terjadi diantara negara-negara OECD daripada perdagangan. Berdasarkan itu semua dapat dikatakan bahwa hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi sangat kompleks. Ketidakpastian hubungan ini, investasi internasional secara umum, dan FDI secara khusus,
mengakibatkan
timbulnya
permasalahan
ekonometrika.
Masalah lain ialah, analisis statistikal dihambat dengan adanya kekurangan
data
dalam
jangka
panjang.
Ketika
perusahaan
multinasional meluaskan basis produksinya diseluruh dunia, nilai yang besar dari FDI merupakan fenomena yang menarik selama 2 dekade terakhir ini. Juga kesulitan pada penelitian ekonometrika ialah kesulitan dalam memisahkan investasi internasional dengan banyak faktor lainnya dalam menentukan pertumbuhan ekonomi. FDI bisa dapat dilihat sebagai sebab dan akibat dari perkembangan teknologi disuatu negara. Jadi, pendugaan regresi pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi dengan mengabaikan variabel lainnya dapat menghasilkan bias. Penelitian terbaru telah menambahkan variabel penjelas dan variabel instrumen untuk mengatasi kesulitan ini. Diskusi tentang peranan FDI dalam transfer teknologi biasanya fokus pada negara berkembang. Bagaimanapun, aliran FDI terbesar terjadi diantara negara maju. Yaitu, negara yang siap atau hampir siap dengan perkembangan teknologi terbaru yang menerima FDI dari negara lain. Tetapi ada juga beberapa contoh bahwa negara maju dengan
teknologi
yang
siap
ternyata
tidak
dapat
mengambil
26
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi keuntungan yang sama dengan negara berkembang. Coe and Helpman (1995) menguji bagaimana aktivitas R&D berpengaruh terhadap Total Factor Productivity (TFP) di dalam dan luar negeri di 22 negara maju; Hasilnya menunjukkan bahwa banyak TFP negara maju mengambil keuntungan lebih besar dengan aktivitas R&D didalam negeri daripada aktivitas R&D diluar negeri. Bernstein (1996) menguji R&D dan TFP dengan data yang luas dari sektor industri di Amerika dan Kanada; Dia menemukan di Kanada pengaruh R&D domestik
lebih
kecil
daripada
R&D
diluar
negeri
terhadap
pertumbuhan, sedangkan di Amerika terjadi sebaliknya. Berdasarkan Bernstein and Mohnen (1998) aktivitas R&D Amerika menjelaskan 60%
dari
pertumbuhan
TFP
Jepang,
sedangkan
R&D
Jepang
menjelaskan 20% dari pertumbuhan TFP Amerika. Hanya sedikit penelitian yang fokus pada pengaruh FDI di negara maju. Misalkan, Haskel dll (2002) melaporkan pengaruh yang positif dari FDI negara berkembang terhadap Inggris dan Keller and Yeaple (2003) mencapai kesimpulan yang sama untuk ekonomi Amerika. Penelitian dari Atrayee Ghosh Roy and Hendrik F. Van den Berg (2006) menunjukkan bahwa hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi sangat kompleks. Persamaan regresi sederhana yang biasa tidak akan dapat mengambarkan kondisi yang sebenarnya. Karena terjadi
hubungan
pertumbuhan
dua
ekonomi
arah yang
(bi-directional) dapat
antara
dijelaskan
Fdi
dengan
dan model
persamaan simultan. Jadi Roy and Berg (2006) menggunakan model persamaan simultan untuk menangkap hubungan dwi arah antara share FDI dengan GDP dan pertumbuhan ekonomi. Model ini diestimasi dengan menggunakan data runtun-waktu yang mencakup periode 1970-2001. Pengaruh
dari
FDI/Y
terhadap
pertumbuhan
ekonomi
adalah
berpengaruh positif dan signifikan secara statistik. Jadi pertumbuhan FDI
mempunyai
ekonomi
dan
kontribusi
tingkat
yang positif
kesejahteraan
terhadap
masyarakat
pertumbuhan dalam
jangka
panjang selama periode 1970-2001 di Amerika Serikat. Hasil estimasi
27
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi juga menyatakan bahwa tidak mungkin menentukan kecepatan relatif pertumbuhan FDI terhadap GDP. Koefisien yang negatif pada pertumbuhan GDP dalam persamaan FDI/Y mengimplikasikan bahwa elastisitas FDI terhadap GDP kurang dari satu. Penelitian Maria Carkovic and Ross Levine (2002) menggambarkan bahwa FDI meningkat secara dramatis sejak 1980 dan banyak negara mengandalkan insentif pajak dan subsidi untuk menarik modal asing. Penjelasan ekonomi yang rasional dan sering digunakan adalah FDI dan portofolio inflows meningkatkan transfer teknologi yang akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di negara tersebut. Ketika penelitian mikroekonomi menemukan sedikit bukti yang mendukung pengaruh modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi,
maka
banyak
penelitian
makroekonomi
menunjukkan
hubungan yang positif antara FDI dan pertumbuhan ekonomi. Carkovic and Levine (2002) dengan menggunakan model persamaan Panel Dinamik dan bank data terbaru menyimpulkan bahwa aliran FDI bukan merupakan faktor utama terhadap pertumbuhan ekonomi. 2.3
Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi Terdapat banyak literatur yang menjelaskan pengaruh perdagangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk menyebutkan beberapa nama yaitu penelitian dari Edwards (1993, 1998), Baldwin (2003), dan Lewer and Van den Berg (2003) yang menyimpulkan bahwa perdagangan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini sebagian besar menggunakan pendekatan ekonometrika yang terbaru dan masih timbul perdebatan terhadap ukuran secara pasti besaran pengaruh dari hubungan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan. Rodriquez and Rodrik (2001) dan Rodrik, Subramnian, and Trebbi (2002) menunjukkan bahwa ada variabel institusional yang diabaikan yang mungkin dapat menunjukkan lebih jelas hubungan antara perdagangan dengan pertumbuhan ekonomi dalam model ekonometrika yang digunakan. Walaupun secara umum setiap ekonom dapat menyepakati bahwa ada korelasi yang positif antara perdagangan dengan pertumbuhan
28
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan terutama secara ceteris paribus perdagangan internasional adalah baik untuk pertumbuhan ekonomi. Konsensus ini belum dapat tercapai dalam kasus perpindahan penduduk dan investasi internasional. Hanya ada sedikit penelitian sistematis ekonomi.
mengenai Penelitian
pengaruh mengenai
imigrasi pengaruh
terhadap investasi
pertumbuhan internasional
terhadap pertumbuhan ekonomi sangatlah bervariasi dan banyak tetapi belum mencapai konsensus yang jelas seperti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perdagangan internasional. 2.4
FDI, Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Sejarah perekonomian Indonesia dapat dibagi dalam empat fase yaitu periode kemerdekaan hingga 1965, dari 1965 hingga 1986, dari 1986 hingga 1997 dan terakhir periode 1997 hingga sekarang. Selama pemerintahan Presiden Sukarno, untuk meningkatkan fiskal dibiayai dengan penciptaan uang. Kebijakan ini mengakibatkan meningkatnya inflasi dan stagnasi ekonomi. Puncak inflasi mencapai 1500% pada tahun 1965 diikuti dengan kekurangan pangan dan pengangguran yang tinggi. Dengan mulai berkuasanya Presiden Suharto, maka mulai diterapkan kebijakan ekonomi baru yang berbeda dengan sebelumnya dan pendekatan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) sebagai arahan pembangunan. Pendapatan dari minyak yang berlimpah memungkinkan Pemerintah untuk memainkan peran yang utama dalam pembangunan ekonomi dan tetap memelihara kebijakan yang konservatif dalam urusan fiskal dan moneter. Kenaikan harga minyak tahun 1973 merupakan salah satu berkah bagi Indonesia. Kebijakan ini berjalan sukses ditandai dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 8% sepanjang tahun 1970-an. Turunnya pendapatan dari minyak tahun 1986 membuat tekanan terhadap kebijakan ekonomi yang sekarang.
29
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Respon
terhadap
tekanan
pada
pertengahan
tahun
1980-an
membuat kebijakan ekonomi semakin menuju mekanisme pasar. Perubahan kebijakan ini mendorong aliran FDI untuk berkontribusi dalam melakukan perbaikan ekonomi. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an pertumbuhan ekonomi kembali pada level 1970-an. Periode ini berakhir pada tahun 1997 ketika krisis Asia juga menimpa perekonomian Indonesia. Setelah krisis 1997, pemulihan yang terjadi di Indonesia berjalan sangat lambat dan terbatas. Meskipun krisis Asia banyak menimpa negara-negara lain tetapi yang terasa mendalam adalah di Indonesia, Malaysia,
Korea,
Filipina
dan
Thailand.
Pengaruhnya
terhadap
perekonomian Indonesia lebih keras dan lama daripada negaranegara lain yang terkena krisis juga. GDP riil turun sekitar 13% pada tahun 1998, lebih besar dibanding dengan negara manapun juga dan pemulihan
berjalan
lambat,
hanya
dibawah
1%
pertumbuhan
ekonomi pada tahun 1999. Aliran FDI negatif pada tahun 1998 (berarti terjadi pelarian modal keluar dari Indonesia) dibandingkan dengan negara lain yang hanya turun tetapi tidak negatif seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Korea. Pemulihan ekonomi Indonesia secara signifikan mulai pada tahun 2000 dimana pertumbuhan meningkat menjadi 4,8% ditandai dengan meningkatnya FDI. Jadi bila melihat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan FDI di Indonesia maka hubungannya sangat erat. Berdasarkan penelitian dari Nagesh Kumar and Jaya Prakash Pradhan (2002) tentang hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 81
negara
berdasarkan
berkembang teori
termasuk
statistik
yang
Indonesia. dilakukan
Untuk
(Granger
Indonesia Causality
between FDI and Economic Growth) maka dapat dilihat hubungan antara FDI dan pertumbuhan ekonomi bersifat dwi arah atau saling mempengaruhi satu sama lain. 2.5
Indikator Ekonomi Makro
30
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi 2.5.1.Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) adalah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produk barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian. menghitung pendapatan
Ada PDB
tiga
pendekatan
yaitu;
dan
pendekatan
pendekatan
yang
digunakan
produksi, 7)
pengeluaran .
untuk
pendekatan Berdasarkan
pendekatan produksi, PDB adalah total nilai tambah dari seluruh sektor
kegiatan
ekonomi
menurut
klasifikasi
lapangan
usaha
Indonesia (KLUI) 1990 dikelompokan dalam sembilan sektor. Dengan pendekatan produksi PDB diformulasikan sebagai berikut : PDB = Σ N T …………………………………………………..…..(2.17) dimana : NT = nilai tambah dari seluruh kegiatan usaha dalam perekonomian PDB
juga
dapat
dihitung
dengan
menggunakan
pendekatan
pendapatan, yaitu dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh produsen dalam negeri. Dengan pendekatan ini PDB dapat dirumuskan sebagai berikut : PDB = W + OS + TSP ……………………………..………….(2.18) dimana : w = komponen tenaga kerja seperti upah, gaji dan tenaga kerja lain seperti kontribusi sosial. OS=gross
operating
surplus
perusahaan
seperti
keuntungan,
bunga, sewa, dan penyusutan. TSP = pajak setelah dikurangi subsidi. Sedangkan
dengan
pendekatan
pengeluaran,
PDB
dapat
dirumuskan sebagai berikut : PDB ≡ C + I + G + (X-M) ………………………………………………(2.19) dimana : C = Konsumsi rumah tangga konsumen I = Investasi (pembentukan modal bruto) G = konsumsi dari pemerintah X = ekspor
7)
Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer, J.Mulyadi, Makroekonomi, Jakarta, Erlangga, 1992.hlm.27
31
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi M = Impor Persamaan diatas dapat dikelompokan C + I + G adalah permintaan domestik (aggregate expenditure) dan (X - M) adalah permintaan pasar internasional (luar negeri). 2.5.2.Investasi Investasi di dalam pengertian umum adalah mengorbankan dana yang dikeluarkan pada saat ini untuk mendapatkan imbalan dana di waktu yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan nilai waktu dari uang, di mana uang yang kita terima saat ini akan jauh lebih berharga dibandingkan dengan uang akan kita terima tahun depan8. Istilah investasi netto atau pembentukan modal adalah peningkatan bersih
dalam
modal
riil
di
masyarakat
(peralatan,
gedung,
persediaan). Investasi netto hanya terjadi bila ada tambahan modal riil9. Ada dua peran yang dibawa oleh investasi, yaitu: 1. Investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan
berubah-ubah.
Perubahan
besar
dalam
investasi
akan
mempengaruhi permintaan agregat dan akhirnya berakibat juga pada output dan penggunaan tenaga. 2. Investasi menghimpun akumulasi modal. Dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna, output potensial suatu bangsa bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. 2.5.3.Angkatan Kerja Penduduk dibagi 2 yaitu yang berumur dibawah 15 tahun (secara ekonomi belum aktif) dan yang berumur diatas 15 tahun (secara ekonomi aktif). Sedangkan angkatan kerja adalah penduduk yang secara ekonomi aktif dan bekerja atau tidak bekerja tetapi sedang
8
Arthur J. Keown, et. al. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, alih bahasa oleh Chaerul D. Djakman, Salemba Empat, Jakarta, 1999, halaman 14. 9 Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, Ekonomi, alih bahasa oleh: Drs. A. Djaka Wasana, MSM, jilid 1, edisi ke-12, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1986, halaman 17.
32
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi mencari kerja. Angkatan kerja juga bukan merupakan penduduk yang sedang sekolah, ibu rumah tangga dan lain-lain. 2.5.4.Upah Upah yang didapatkan merupakan rata-rata dari masing-masing Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku dari masing-masing daerah. Upah yang didapatkan berdasarkan tingkat gaji rata-rata dasar yang ditentukan oleh perjanjian upah berdasarkan hukum atau peraturan yang berlaku. 2.5.5.REER Variabel real effective exchange rate (REER) merupakan indikator persaingan harga suatu negara dalam melakukan perdagangan internasional (Ohno, Mc Kinnon-Schnabl). Real dalam hal ini berarti nilai yang di adjust terhadap inflasi, yang merupakan efek
dari
depresiasi nilai tukar yang dapat di offset oleh inflasi domestik. Jika terjadi depresiasi nilai tukar 10% dan tingkat harga dalam negeri menjadi lebih mahal 10% dari harga di perdagangan internasional, maka dengan memperhitungkan atau di adjust dengan inflasi maka tidak ada perubahan terhadap daya saing (competitiveness). Untuk perhitungan indeks harga barangnya dapat menggunakan CPI, WPI, GDP deflator, Unit Labor Cost (ULC). Dalam penelitian ini kita menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebagai indek harga. Effective sendiri mempunyai pengertian sebagai bobot (timbangan) perdagangan terhadap sejumlah negara mitra dagang yang dihitung berdasarkan
proporsi
terhadap
total
yang
diperdagangkan
ke
sejumlah negara mitra dagang tersebut. Perhitungannya sendiri dapat berupa ekspor dan impor ataupun hanya ekspor terhadap seluruh barang ataupun sektor tertentu. Variabel nilai tukar efektif riil digunakan untuk mengukur daya saing suatu negara terhadap komoditas ekspornya di pasaran dunia. Ukurannya merupakan representasi dari rasio harga-harga barang di luar negeri, dinyatakan dalm satuan mata uang domestik relatif
33
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi terhadap harga barang-barang di dalam negeri. Perumusan REER dapat dilihat pada persamaan 20.
REER = ∑ w j r ji j ≠i
Persamaan
Pj Pi
tersebut
memperlakukan
mitra
dagang
pada
pengelompokan yang berbeda, karena tujuan dari perdagangan juga berbeda-beda. Oleh karena itu pergerakan nilai tukar mata uang domestik, selain dipengaruhi oleh pergerakan kurs berbagai mata uang mitra dagang, juga ditentukan oleh intensitas perdagangan luar negeri
dengan
mitra
dagangnya.
Untuk
itu
perlu
dilakukan
pembedaan bobot (timbangan) atas mata uang berdasarkan derajat intensitas perdagangan luar negeri, yang selanjutnya dinotasikan dengan wj. Nilai wj diperoleh dengan cara menghitung besarnya sumbangan volume perdagangan (ekspor dan impor) negara i dengan
negara
mitra
dagangnya
j,
terhadap
total
volume
perdagangan i. Pemilihan negara mitra dagang utama Indonesia adalah berdasarkan dari Bank Indonesia, yaitu Jepang, Amerika, Singapura, China, Malaysia, Australia, Belanda, India, Thailand, Jerman dan Hongkong. Keseluruhan data riil yang digunakan untuk mencari nilai REER didasarkan pada tahun dasar 2000 2.5.6.Indikator Perdagangan Indikator ini tercermin dalam neraca pembayaran (balance of payment) yang berupa ringkasan transaksi-transaksi ekonomi suatu negara dengan negara lain di seluruh dunia. Komponen utama dari neraca pembayaran terdiri atas transaksi berjalan (current account), dan transaksi modal (capital account).10) Transaksi berjalan terdiri dari atas transaksi-transaksi riil seperti barang, jasa, pendapatan dan transfer,
transaksi
barang
dicerminkan
dalam
ekspor-impor
(komposisinya dibedakan dalam kelompok migas dan non migas), dan diketegorikan sebagai neraca perdagangan. Transaksi jasa
10)
Current account mencatat perdagangan barang dan jasa dan juga pembayaran transfer, sedangkan capital account mencatat pembelian dan penjualan aktiva/asset seperti saham obligasi, dan tanah, Dornbusch,op.cit.hlm.166.
34
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi dicerminkan oleh jasa tenaga kerja dan modal/asset, misalnya upah yang dibayarkan kepada buruh/karyawan yang tinggal dinegara lain dan pembayaran bunga dari aset finansial. mencakup penanaman modal. Transaksi modal mencakup penanaman modal langsung bersih, baik oleh pemerintah maupun swasta, serta penerimaan dan pembayaran
pinjaman.
Dalam
pembiayaan
pengeluaran
pembangunan setiap tahun pemerintah melakukan pinjaman luar negeri, demikian pula halnya dengan perusahan pemerintah (BUMN) yang
membutuhkan
tambahan
modal
dan
investasi
dalam
mendukung dan memperlancar usaha dan bisnis yang dijalankan. Perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian di dalam negeri, pengeluaran impor menunjukan kecenderungan peningkatan dari tahun ketahun. Kenaikan itu juga berkaitan dengan berbagai kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang diluncurkan, deregulasi dan debirokratisasi dalam bidang impor pada umumnya berupa penyederhanaan tata niaga, penggantian bentuk perlindungan non tarif menjadi perlindungan tarif, penurunan tarif bea masuk, serta pemberian ijin impor kepada lebih banyak perusahaan, inti dari semuanya ini adalah untuk memudahkan impor. Hal
ini
selalu
diserasikan
dengan
upaya-upaya
pengembangan
industri di dalam negeri, perangsangan investasi dan penggalakan ekspor. Ekspor akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan perekonomian, karena pengeluaran dari negara lain atas barang dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Sedangkan menimbulkan efek sebaliknya. Faktor utama yang menentukan kemampuan mengekspor ke luar negeri (1) daya saing dan keadaan ekonomi negara-negara lain, kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang yang bermutu dan dengan harga yang murah akan menentukan tingkat ekspor yang dicapai suatu negara, (2) Proteksi di negara-negara lain, karena
kebijakan
proteksi
di
negara-negara
maju
akan
memperlambat perkembangan ekspor di negara-negara sedang
35
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi berkembang,
(3)
kurs
valuta
asing,
seorang
pengusaha
akan
menentukan untuk mengekspor barang setelah melihat pertimbangan kurs valuta asing. Impor suatu negara juga ditentukan oleh beberapa faktor yang menentukan ekspor seperti diatas, tetapi penentu impor yang utama adalah
pendapatan
masyarakat
suatu
negara,
semakin
tinggi
pendapatan masyarakat semakin banyak impor yang mereka akan lakukan, seperti yang tercermin dalam funsi impor sebagai berikut : 11)
M = m Y ……………………………………………….……………………..(2.11) Atau m = M0 + mY ……….………………………………………….………….(2.12) dimana;
11)
M
: Nilai Impor.
M0
: Impor Otonomus.
Y
: pendapatan.
m
: kecondongan pengimpor marjinal.
Sadono Sukirno,Makroekonomi Modern,1999.hlm.111
36
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi METODOLOGI DAN RANCANGAN MODEL 3.1.
Metode Pengumpulan Data
3.1.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk time series pertriwulan yang merupakan data statistik ekonomi
makro
Indonesia dan 11 negara mitra dagang utama
periode Januari 1999 sampai dengan Desember 2006. Data diperoleh dari International Financial Statistic (IFS), Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan beberapa website. Data tersebut terdiri dari produk domestik bruto Indonesia dan mitra dagang utama, investasi dalam negeri dan luar negeri yang disetujui pemerintah, angkatan kerja, ekspor total Indonesia dan nilai ekspor ke negara mitra dagang, upah, indeks harga konsumen, nilai tukar rupiah dan nilai tukar beberapa mata uang mitra dagang terhadap dolar Amerika serta jumlah penduduk. Prosedur yang dipakai dalam pengumpulan data didasarkan pada pencarian, pemilihan, pencatatan, dan pengkategorian data yang diperlukan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kategori data yang diperlukan. Beberapa variabel tersedia dan langsung dapat digunakan untuk pengolahan, sebagian lainnya perlu dilakukan perhitungan lebih lanjut. Deskripsi data yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
37
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tabel 3.1 Sumber Data No
Notasi
1
Y
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gr(Y) I I/Y FDI FDI/Y L Gr(L) X Gr(X) W Gr(W)
13
Kurs
14
IHK
15
N
16
Yf
Sumber Tahun 1999.1-2006.1 dari IFS CD-ROM ver. June 2006, tahun 2006.2-2006.4 untuk Indonesia dan Jepang (www.bi.go.id), AS (www.bea.gov), Singapura, Malaysia & Thailand (www.aseansec.org/stat), Korea & China (www.worldbank.org/diolah), Australia dan Belanda (estimasi), India (www.adb.org/diolah), Jerman (www.destatis.de/indicators/e/vgr111ae.htm), Hong Kong (www.censtatd.gov.hk/hong_kong). Dari perhitungan BPS (Investment Application Approved: Domestic) dari perhitungan BPS(Investment Application Approved: Foreign) dari perhitungan BPS (diatas umur 15 tahun, diolah) dari perhitungan BPS (nilai FOB). dari perhitungan. BPS dari perhitungan. Tahun 1999.1-2006.2, dari IFS CD-ROM ver. June 2006 dengan kode RF..ZF.., data tahun 2006.3-2006.4 untuk Indonesia (www.bi.go.id), 11 negara lainnya (www.xrates.com). Tahun 1999.1-2006.2, dari IFS CD-ROM ver. June 2006 dengan kode..ZF, tahun 2006.3-2006.4 untuk Belanda (http://statline.cbs.nl/StatWeb/Table.asp), Jerman (www.destatis.de/indicators/e/vpi001ae.htm), Indonesia dan 9 negara lainnya (www.ers.usda.gov/Data/ Macroeconomics/Data/ProjectedCPIsValues.xls). www.ggdc.net/Maddison/Historical_Statistics (data pertengahan tahun, diolah) dari perhitungan
3.1.2 Proses Pengolahan Data Semua data yang dipakai adalah menggunakan data dalam bentuk riil. Setiap data yang diperoleh dalam bentuk nominal (harga berlaku) maka diubah terlebih dahulu dalam bentuk riil dengan cara membagi nilai nominal dengan deflator GDP tahun 2000=100. Setelah itu dilakukan perhitungan untuk mencari pertumbuhan masing-masing variabel. 3.2.
Rancangan Model
3.2.1. Persamaan Simultan Untuk
mengetahui
secara
keseluruhan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, maka perlu disusun suatu
38
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi model yang berisi tentang hubungan interdependensi antara faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut. Untuk itu pendekatan yang paling tepat adalah dengan pendekatan model persamaan simultan. Model ini dicirikan dengan adanya saling keterkaitan antara variabel-variabel ekonomi yang diamati, sehingga dalam model akan dijumpai lebih dari satu persamaan. Menurut Chow (1983), model persamaan simultan baik digunakan karena paling tidak, ada dua alasan yaitu (1) sistem persamaan simultan merupakan suatu model yang cocok untuk banyak aplikasi ekonomi, (2) sistem persamaan simultan merumuskan suatu model stokastik yang cocok untuk menguji teori ekonomi serta menguji hubungan ekonomi tersebut dengan uji statistik. Model persamaan simultan dapat memberikan suatu gambaran yang lebih
baik
tentang
dunia
nyata
dibandingkan
dengan
model
persamaan tunggal, hal ini karena variabel-variabel antara satu persamaan dengan persamaan lainnya dapat berinteraksi satu sama lain.
Sebuah
model
ekonomi
biasanya
mengandung
beberapa
hubungan yang bersifat saling mempengaruhi yang digambarkan dalam sebuah sistem persamaan. Model persamaan simultan ini dapat menjelaskan permasalahan ekonomi yang begitu komplek, dimana ada beberapa variabel dalam suatu persamaan mempunyai keterkaitan dengan variabel yang sama, yang terdapat di dalam persamaan lainnya. Dalam persamaan simultan dikenal dengan istilah variabel endogen dan eksogen, variabel endogen adalah variabel yang nilainya ditentukan didalam sistem persamaan, sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang nilainya ditentukan diluar persamaan model. Oleh karena itu dalam model persamaan simultan tidak mudah menentukan dan membedakan antara variabel bebas (eksogen) dengan variabel tak bebas (endogen). 3.2.2.Model Ekonometri Ketidakpastian seputar hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan
berbagai
faktor
ekonomi
seperti
investasi
dan
ekspor
39
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi mungkin lebih disebabkan karena persoalan kajian ekonometri, bukan masalah teoritis. Untuk analisis statistik, khususnya bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia banyak menghadapi kendala
berupa
kekurangan
data
dengan
jangka
waktu
yang
panjang. Ketika kita membicarakan tentang investasi, seperti yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dengan nilai investasi yang besar maka akan terlihat dampaknya ke perekonomian setelah beberapa periode berikutnya (dekade). Beberapa persoalan juga akan muncul, diantaranya adalah memisahkan investasi ini dengan faktor-faktor lain yang juga turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut. Investasi sendiri, dalam hal ini investasi riil (FDI) secara umum memiliki motif memaksimumkan keuntungan dan minimalisasi biaya, melalui peningkatan penjualan barang atau memproduksi lebih murah. Kalangan dunia usaha melakukan investasi dengan harapan bahwa pembangunan pabrik baru atau membeli mesin-mesin baru akan
mendatangkan
keuntungan,
peningkatan
hasil
penjualan
melebihi biaya-biaya investasi. Untuk lebih mengambarkan hubungan pertumbuhan ekonomi dan investasi
(khususnya
FDI)
dalam
perekonomian,
kita
akan
menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas berikut ini:
Y = AK α L1−α ........................................................................3.1) dimana: Y = output riil K = stok kapital L = tenaga kerja A = produktivitas teknologi α = share dari modal 1- α = share dari tenaga kerja Jika persamaan 1 dilinierkan didapat: ο
ο
ο
ο
Y = A+ α K + (1 − α ) L ............................................................3.2)
40
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi dimana ο
Y = pertumbuhan PDB ο
A = produktivitas teknologi ο
K = pertumbuhan kapital ο
L = pertumbuhan tenaga kerja Selanjutnya persamaan 3.2 ini dikembangkan dengan memisahkan stok kapital menjadi investasi dari luar negeri (FDI) dan investasi dalam negeri serta menambahkan faktor perdagangan luar negeri (ekspor). Pengembangan ini menjelaskan sumber-sumber investasi dalam pembiayaan pembangunan untuk negara berkembang (Most dan
Van
den
menggambarkan
Berg,
1996).
pengaruh
dari
Sementara ekspor
faktor
perdagangan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi, karena biasanya motif FDI berhubungan dengan aktivitas ekspor. Sehingga persamaan tersebut menjadi:
Gr (Y ) = a o + a1Gr (K I ) + a 2 Gr (K FDI ) + a3Gr (L) + a 4 Gr ( X ) .................3.3) dimana:
Gr (Y )
= pertumbuhan PDB
Gr ( K I ) = pertumbuhan investasi dalam negeri Gr ( K FDI ) = pertumbuhan investasi luar negeri
Gr ( L)
= pertumbuhan tenaga kerja
Gr ( X )
= pertumbuhan ekspor
Untuk penyederhanaan, maka investasi dalam persamaan tersebut di atas (KI dan KFDI) di modifikasi menjadi rasio investasi (domestik dan FDI) terhadap PDB untuk menjelaskan pertumbuhan stok kapital (Atrayee dan Hendrik,2006). Hal ini memeberikan kemudahaan dalam ketersediaan data dan tidak menyebabkan hilangnya informasi atau distorsi yang siknifikan terhadap hubungan antar variabel. Rasio ini menggantikan persamaan 3.3 menjadi:
I FDI Gr (Y ) = a o + a1 ( ) + a 2 ( ) + a3 Gr (L) + a 4 Gr ( X ) .........................3.4) Y Y
41
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dari persamaan 3.4 diatas terlihat, kita akan mempelajari lebih jauh hubungan antara Gr(Y) dengan variabel lain di sebelah kananannya, khususnya hubungan Gr(Y) dengan FDI/Y dan Gr(X). Diduga variabel tersebut memiliki hubungan dua arah. Secara teoritis Gr(Y) dengan FDI/Y memiliki hubungan yang positif, dengan kata lain untuk negara-negara dengan pertumbuhan yang pesat membutuhkan FDI yang besar dibandingkan dengan negara yang laju pertumbuhannya lebih rendah. Demikian juga dengan Gr(X), perdagangan internasional memiliki hubungan yang saling mempengaruhi terhadap Gr(Y). Perdagangan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagaimana juga pertumbuhan ekonomi dapat memperluas (ekspansi) dalam peningkatan kapasitas ekspor. Berdasarkan
teori
yang
telah
dikemukan
di
atas,
maka
dikembangkan suatu sistem persamaan untuk menguji hubungan FDI/Y dan Gr(X) terhadap Gr(Y) yang dijabarkan dari hubungan persamaan 3.4 di atas, sebagai berikut:
I FDI Gr (Y ) = a o + a1 ( ) + a 2 ( ) + a3 Gr ( L) + a 4 Gr ( X ) + ε a ....................3.5) Y Y FDI = bo + b1Gr (Y ) + b2 Gr (W ) + ε b ...............................................3.6) Y Gr ( X ) = co + c1Gr (Y ) + c 2 REER + c3 Gr (Y f ) + ε c ................................3.7) Penjelasan mengenai notasi, deskripsi variabel yang digunakan dan satuan variabel dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:
42
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tabel 3.2. Deskripsi Variabel No
Tipe
1
Gr(Y)
2
I/Y
3
FDI/Y
4
Gr(L)
5
Gr(X)
6
Gr(W)
endogen
7
REER
eksogen
8
Gr(Yf)
eksogen
9
a,b,c
-
10
3.3.
Notasi
Keterangan
Satuan
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pertumbuhan investasi dalam negeri pertumbuhan investasi luar negeri
endogen endogen endogen endogen
USD USD USD
pertumbuhan angkatan kerja
endogen
orang
pertumbuhan ekspor
USD
pertumbuhan upah
USD
rata-rata tertimbang real effective exchange rate dari 11 mitra dagang Indonesia rata-rata terimbang laju pertumbuhan pendapatan per kapita dari 11 mitra dagang Indonesia.
ε
index
USD
koefisien parameter
-
Galat
-
Metode Analisa Berdasarkan teori ekonomi yang merupakan wujud dari berbagai aspek realitas yang dinyatakan secara matematis serta penggunaan data yang relevan dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai maka dilakukan analisis masalah dengan menggunakan metode baku dalam
ekonometri.
Pendekatan
ekonometri
ini
merupakan
pendekatan yang paling tepat dalam menjawab permasalahan, karena banyak meletakan dasar-dasar teori tentang hubungan antara beberapa variabel ekonomi. Besaran variabel-variabel ekonomi serta hubungan antara variabel ekonomi pada umumnya diukur secara kuantitatif
dan
dirumuskan
dalam
bentuk
model
teoritis
dan
matematik. Sedangkan keabsahan hubungan tersebut dilakukan pengujian secara statistik. Dengan metode ini akan dijelaskan pengaruh perubahan kondisi ekonomi terhadap berbagai variabel ekonomi dan seberapa besar
43
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi pengaruhnya
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
Variabel-variabel
ekonomi makro yang digunakan cukup banyak serta disajikan dalam suatu sistem persamaan simultan. Model persamaan simultan ini digunakan karena, pada kenyataannya, kondisi ekonomi sangat terkait dengan hubungan antar faktor, baik di dalam faktor itu sendiri maupun diantara faktor lainnya yang dapat saling mempengaruhi sehingga setiap variabel dari setiap persamaan tergantung pada unsur yang terdapat pada persamaan lainnya. Karena persamaan yang diberikan adalah persamaan simultan dimana variabel tak bebas dalam satu atau lebih persamaan juga merupakan variabel bebas dalam
beberapa
parameter Ordinary
tidak Least
persamaan dapat Square
lainnya,
digunakan (OLS)
maka
dengan
karena
akan
teknik
pendugaan
pendugaan
metode
dihasilkan
dugaan
parameter yang bias dan inkonsisten (Pindyck and Rubinfeld,1997). Teknik pendugaan alternatif untuk menduga parameter tersebut diantaranya adalah dengan Indirect Least Square (ILS), Two Stage Least Square (2SLS) dan Three Stage Least Square (3SLS).
44
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi HASIL DAN ANALISA 4.1.
Hasil Identifikasi Model Sesuai dengan kriteria order dan rank yang dibahas pada Bab 3 sebelumnya maka terhadap persamaan simultan 3.5, 3.6, dan 3.7 diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut: Tabel 4.1 Necessary Condition (order) dari Persamaan Model No
Persamaan
Kriteria
Keterangan
1
Gr(Y)
3>3–1
over identified
2
FDI/Y
4>2–1
over identified
3
Gr(X)
3>2–1
over identified
Selanjutnya dari proses identifikasi kriteria sufficient condition (rank) diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Sufficient Condition untuk Persamaan Model No
Persamaan
Kriteria
Keterangan
1
Gr(Y)
Rank[R1] = 3 > 3 – 1 Rank[R1*∆] = 2 = 3 – 1
over identified
2
FDI/Y
Rank[R2 = 5 > 3 – 1 Rank[R2*∆] = 2 = 3 – 1
over identified
3
Gr(X)
Rank[R3] = 4 > 3 – 1 Rank[R3*∆] = 2 = 3 – 1
over identified
Hasil perhitungan di atas terlihat bahwa model ini teridentifikasi berlebih (over indentified). Karena model persamaan simultan over identified, maka dalam melakukan pendugaan nilai parameter dari persamaan simultan menggunakan dua metode pendugaan yaitu Two Stage Least Squares (2SLS) dan Three Stage Least Squares (3SLS). Kalau
dengan
pendugaan
menggunakan
parameternya
2SLS
tidak
maka
sewaktu
melakukan
mempertimbangkan
informasi
parameter pada persamaan yang lain (limited information), jika menggunakan sewaktu
3SLS
melakukan
sebaliknya
adalah
pendugaan
full
nilai
information
artinya
parameter
sudah
memperhitungkan informasi parameter persamaan lainnya. Dari
45
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi output yang diperoleh dari kedua metode tersebut, kemudian dilakukan analisis dengan melihat banyaknya variabel yang signifikan dan nilai dari R-square-nya. 4.2.
Hasil Uji Simultanitas dan Eksogenitas
4.2.1 Uji Simultanitas Bila masalah simultanitas tidak ada maka Ordinary Linear Square (OLS) merupakan penaksir yang konsisten dan efisien. Esensi pengujian simultanitas adalah pengujian apakah regressor (variabel endogen yang berada di sisi kiri persamaan) berkorelasi dengan disturbance term error. Jika ya maka masalah simultanitas muncul dan penaksir OLS tidak konsisten dan efisien. Untuk menguji masalah simultanitas digunakan Hausman’s specification error test dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Regressikan persamaanbentuk susut dari persamaan3.5,yaitu:
I Gr (Y ) = Π o + Π 1 ( ) + Π 2 Gr (W ) + Π 3 Gr (L ) + Π 4 REER + Π 5 Gr (Y f ) + ε x .. 3.28) Y 2. Nilai error (εx) yang didapat dari regresi pada persamaan tersebut dimasukkan
kedalam
persamaan
3.6
dan
persamaan
3.7,
kemudian regresikan:
FDI = bo + b1Gr (Y ) + b2 Gr (W ) + εx + εy .......................... 3.29) Y
Gr ( X ) = co + c1Gr (Y ) + c 2 REER + c3 Gr (Y f ) + εx + εz ............ 3.30) 3. Terlihat bahwa nilai εx pada persamaan 3.29 dan persamaan 3.30 mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
variabel
dependen. Pada lampiran 3 dapat dilihat bahwa εx signifikan pada persamaan FDIY/Y dengan level signifikansi 10% dan pada persamaan Gr (X) dengan level signifikansi 5%. Sehingga dapat dipastikan bahwa persamaan diatas adalah persamaan simultan. 4.2.2 Uji Eksogenitas Pengujian eksogenitas yang dilakukan oleh Granger’s causalita test dapat dikembangkan dengan Hausman’s test. Langkah – langkahnya ialah :
46
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi 1. Regressikan persamaan pertama:
I FDI Gr (Y ) = ao + a1 ( ) + a 2 ( ) + a3 Gr ( L) + a 4 Gr ( X ) + e1 Y Y ∧
∧ FDI dan Gr ( X ) yaitu nilai taksiran dari yang diduga 2. Kemudian cari Y
sebagai variabel endogen pada persamaan 1 dan juga menjadi variabel dependen pada persamaan 2 dan 3. 3. Lakukan uji multikolerasi terhadap semua variabel independen pada persamaan 1 dan dua nilai taksiran yang telah didapatkan pada langkah ke dua sebelumnya. Pada uji multikolerasi (lihat lampiran 4) ternyata didapatkan variabel X dan L saling berpengaruh kuat sehingga dihilangkan pada persamaan berikutnya. 4. Regressikan persamaan yang telah hilang variabel X dan L nya tetapi ∧
∧ FDI ditambah input variabel dan Gr ( X ) sehingga didapatkan : Y
⎛ ∧ ⎞ ∧ I FDI ⎜ FDI ⎟ Gr (Y ) = ao + a1 ( ) + a 2 ( ) + a3 Gr ( X )+ a 4 ⎜ + e2 Y Y ⎜ Y ⎟⎟ ⎝ ⎠ 5. Gunakan uji F =
(R
)
2 − Rold /( jumlah _ regressor _ baru) 2 (1 − Rnew ) / (N − jumlah _ parameter _ dipersamaan _ baru ) 2 new
Dari lampiran 4 didapakan : F=
(0,996231 − 0,976256) / 2 = 66,24768. Karena nilai Fhitung yang lebih (1 − 0,996231) /(32 − 7)
besar dari Fstatistic yaitu 5,57 dan Statistik F signifikan pada tingkat signifikansi 0,01 artinya hipotesis yang menyatakan bahwa variabel ∧
∧ FDI dan Gr ( X ) adalah eksogen ditolak. Berarti benar bahwa kedua Y
variabel itu adalah variabel endogen. 4.3.
Hasil Estimasi Model Setelah dilakukan pengujian simultanitas dan eksogenitas maka dapat diketahui bahwa permasalahan di atas dapat diselesaikan dengan persamaan simultan. Dengan menggunakan data pada
47
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi lampiran 1, hasil estimasi persamaan simultan tersebut di atas dengan metoda 2SLS dan 3SLS dapat dilihat dibawah ini: Tabel 4.3. Hasil estimasi persamaan dengan 2SLS dan 3SLS Metode 2SLS Variabel
Koef. Regresi
Prob.t-test
Metode 3SLS Koef. Regresi
Prob.t-test
Konstanta 1
C(1)
-2.514974
0.4164
0.635606
0.7252
It Yt
C(2)
-0.061364
0.3761
-0.112086
0.0322
FDI t Yt
C(3)
-0.032123
0.0058
-0.047358
0.0000
Gr ( Lt )
C(4)
1.189783
0.0000
0.985970
0.0000
Gr ( X t )
C(5)
0.158249
0.0333
0.101929
0.1110
Konstanta 2
C(6)
96.32518
0.0000
88.18401
0.0000
Gr (Yt )
C(7)
-8.342008
0.0000
-7.407619
0.0000
Gr (Wt )
C(8)
1.099755
0.0227
0.808250
0.0670
Konstanta 3
C(9)
-19.92459
0.0000
-20.84677
0.0000
Gr (Yt )
C(10)
2.382280
0.0000
2.410796
0.0000
REERt
C(11)
0.006033
0.0003
0.006453
0.0000
Gr (Y ft )
C(12)
0.098784
0.6893
0.169360
0.4381
Determinant residual covariance
1.95E-08
1.85E-08
Dari hasil persamaan tersebut pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai residual covariance persamaan 3SLS (1.85E-08) lebih kecil daripada persamaan 2SLS (1.95E-08). Sehingga untuk pembahasan selanjutnya kami menggunakan persamaan 3SLS sebagai hasil akhir regresi dan untuk pembahasan selanjutnya. Hasil regresinya :
48
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Instrumen variabel yang digunakan untuk setiap persamaan pada sistem ini adalah:
I C; ; L;W ; REER; Y f Y Persamaan 3.5:
I FDI Gr (Y ) = a o + a1 ( ) + a 2 ( ) + a3 Gr ( L) + a 4 Gr ( X ) + ε a Y Y R2 = 0.974129
DW stat = 1.434514
Persamaan 3.6:
FDI = bo + b1Gr (Y ) + b2 Gr (W ) + ε b Y R2 = 0.787472
DW stat = 1.166012
Persamaan 3.7:
Gr ( X ) = co + c1Gr (Y ) + c 2 REER + c3Gr (Y f ) + ε c R2 = 0.923690 4.4.
DW stat = 1.661929
Pengujian Asumsi Hasil pemilihan model di atas dapat diketahui bahwa metode 3SLS ternyata yang paling sesuai dengan data Indonesia 1999.1– 2006.4. Tetapi model di atas (lihat lampiran 6) belum tentu terbebas dari masalah-masalah asumsi klasik agar hasil yang didapatkan BLUE (Best
Linear
Unbiased
Estimator).
Untuk
itu
perlu
pengujian-
pengujian lebih lanjut dan jika diperlukan maka dilakukan perlakuan (treatments)
yang
tepat
agar
dapat
menghilangkan
masalah
tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Setelah melalui berbagai treatment maka dapat dikatakan bahwa model ini terbebas dari masalah asumsi klasik tersebut.
49
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi 4.5.
Analisa Hasil Regresi Dari hasil regresi dilakukan analisa untuk melihat kontribusi masingmasing faktor pada setiap persamaan. Pada persamaan 1, ada 2 koefisien yang mempunyai nilai signifikan pada level 0,01, 1 koefisien yang mempunyai nilai signifikan pada level 0,05 dan 1 koefisien yang mempunyai nilai signifikan pada level 0,15. Setiap kenaikan 1% pertumbuhan
investasi
dalam
negeri
(I/Y)
akan
menimbulkan
penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,11%. Secara teori seharusnya
pertumbuhan
I/Y
akan
mengakibatkan
kenaikan
pertumbuhan ekonomi, tetapi karena data yang diambil sepanjang periode 1999.1 – 2006.4 ini terjadi penurunan investasi dalam negeri sedangkan pertumbuhan ekonomi terus berjalan. Setiap kenaikan 1% pertumbuhan
investasi
luar
negeri
(FDI/Y)
akan
menimbulkan
penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,04%. Hal ini terjadi karena data yang sepanjang periode 1999.1 – 2006.4 terjadi penurunan investasi asing terutama FDI sedangkan pertumbuhan ekonomi terus berjalan. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan didorong
ekonomi
karena
Indonesia
pertumbuhan
sepanjang
investasi.
periode
Setiap
itu
kenaikan
tidak 1%
pertumbuhan jumlah penduduk akan menyebabkan kenaikan 0,98% pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data pada periode ini juga diketahui bahwa penyerapan lapangan kerja lebih lambat daripada pertumbuhan
angkatan
kerja
(karena
pengaruh
semakin
berkurangnya investasi disektor riil) sehingga dapat disimpulkan bahwa pertambahan penduduk akan meningkatkan daya konsumsi masyarakat
yang
akan
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi.
Sedangkan pada setiap 1% pertumbuhan ekspor akan meningkatkan 0,1% pertumbuhan ekonomi kenaikan ekspor sepanjang periode 1999.1 – 2006.4 lebih dikarenakan kenaikan harga-harga komoditas primer seperti karet, kopi, sawit, kokoa dan lain-lain di pasaran dunia (yang diakibatkan oleh kenaikan harga minyak dunia) daripada volume ekspor terutama ekspor manufaktur. Dengan persamaan 1 dapat disimpulkan sementara bahwa perekonomian Indonesia lebih didorong oleh faktor konsumsi dan ekspor daripada investasi.
50
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Untuk persamaan 2, ada 1 buah koefisien yang signifikan pada level 1% dan 1 buah koefisien yang signifikan pada level 10%. Setiap kenaikan
pertumbuhan
ekonomi
sebesar
1%
mengakibatkan
penurunan FDI/Y sebesar 7,41%. Ini sesuai dan konsisten dengan keterangan pada persamaan 1. Sedangkan setiap kenaikan 1% dari pertumbuhan upah pekerja mengakibatkan kenaikan pertumbuhan investasi asing sebesar 0,08%. Pertumbuhan upah pekerja memang menaikkan investasi asing terutama untuk sektor formal dan high skilled
sehingga
kenaikkannya
menandakan
bahwa kenaikan
penghambat
kedatangan
investasi kepastian
di
upah
investasi
asing dikarenakan peraturan
tidak
terlalu
besar.
pekerja bukan
asing.
Semakin
kurangnya penegakan
Indonesia
yang
beragam
Ini
juga
salah
satu
menurunnya hukum dan
dan tidak
tersinkronisasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pada
persamaan
3,
ada
2
buah
koefisien
yang
berpengaruh
signifikan. Setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan menaikkan nilai pertumbuhan ekspor sebesar 2,41%. Ini sesuai dan konsisten dengan persamaan 1. Berarti
berdasarkan fakta ini
pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekspor. Kemudian setiap kenaikan 1% real efective exchange rate akan meningkatkan pertumbuhan ekspor sebesar 0,006%. Menurut teori seharusnya setiap kenaikan nilai tukar akan menurunkan daya saing ekspor karena produk kita akan lebih mahal diluar negeri. Untuk Indonesia ada dua hal mengapa kenaikan nilai tukar rupiah menyebabkan kenaikkan ekspor walaupun tipis sekali. Pertama, struktur Industri yang menghasilkan barang ekspor didominasi dengan bahan baku atau suplai dari barang-barang impor sehingga setiap kenaikan nilai tukar justru akan meningkatkan daya beli bahan baku dan membuat biaya produksi menjadi semakin murah sehingga meningkatkan ekspor. Ke dua, adalah seperti penjelasan pada persamaan 1 bahwa kenaikan ekspor kita didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas di pasar internasional sehingga kenaikan nilai tukar rupiah tidak terlalu dirasakan karena secara
51
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi keseluruhan harga pasaran internasional juga meningkat lebih besar lagi.
52
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan Dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dapat disusun suatu model untuk mengetahui kontribusi masing-masing faktor terhadap pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan investasi asing dan pertumbuhan ekspor. Berdasarkan hasil dan analisa pada BAB IV banyak hal sesuai dengan teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil regresi menunjukkan bahwa pertumbuhan investasi domestik dan
asing
mempunyai
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi dan begitu pula dengan pertumbuhan ekspor dengan tingkat signifikansi 15% juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Walaupun untuk kasus Indonesia ada hal yang menarik yaitu sepanjang periode 1999.1 – 2006.4 pertumbuhan ekonomi terlihat tidak didorong oleh pertumbuhan investasi. Diduga pertumbuhan ekonomi lebih didorong oleh faktor konsumsi (consumption driven) dan
peningkatan
harga
komoditas
internasional.
Hasil
ini
mengindikasikan bahwa Pemerintah Pusat dan Daerah harus lebih bekerja keras lagi untuk menarik investasi asing. Investasi asing ini penting selain sebagai untuk meningkatkan belanja modal, menyerap tenaga kerja dan transfer teknologi dan manajemen yang terutama lagi adalah membuat Indonesia menjadi bagian dari rantai produksi dunia yang akan memberikan nilai tambah bagi peningkatan daya saing bangsa. Hal yang menarik lainnya adalah pertumbuhan upah disektor formal ternyata
tidak
berpengaruh
negatif
bagi
investasi
asing.
Jadi
diperkirakan investasi asing akan masuk ke Indonesia bila penegakan hukum,
transparansi
pengelolaan
kebijakan
dan
konsistensi
peraturan dapat terlaksana dengan baik. Ini tugas Pemerintah ke depan adalah memperbaiki daya tarik Indonesia bagi investasi asing agar pertumbuhan ekonomi dapat dipacu lebih baik lagi sehingga penyerapan tenaga kerja bisa lebih banyak lagi dan pengurangan kemiskisnan dapat terlaksana.
53
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pertambahan jumlah penduduk akan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Inilah yang terjadi di Indonesia pada periode tersebut, dalam hal ini Pemerintah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendidikan yang merata dan berkualitas bagi penduduk usia sekolah dan menyiapkan lapangan kerja yang memadai bagi angkatan kerjanya sehingga pertumbuhan ekonomi didorong tidak sematamata karena konsumsi saja tetapi juga karena meningkatknya produktivitas anak bangsa. Pemerintah dan kalangan dunia usaha harus mulai mengembangkan diversifikasi negara tujuan ekspor. Selama ini pertumbuhan ekspor Indonesia sangat tergantung dari pertumbuhan ekonomi di 11 mitra dagang utama terutama Amerika, Jepang dan Eropa. Sehingga setiap ada perlambatan ekonomi di ketiga negara tersebut maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekspor. Mungkin sudah saatnya dipertimbangkan negara-negara tujuan ekspor yang lain seperti China, India, Timur Tengah dan lain-lain. Dalam penelitian ini juga ternyata nilai tukar mata uang berpengaruh signifikan dan positif pada pertumbuhan ekspor. Untuk Indonesia ada dua
hal
mengapa
kenaikan
nilai
tukar
rupiah
menyebabkan
kenaikkan ekspor walaupun tipis sekali. Pertama, struktur Industri yang menghasilkan barang ekspor didominasi dengan bahan baku atau suplai dari barang-barang impor sehingga setiap kenaikan nilai tukar justru akan meningkatkan daya beli bahan baku dan membuat biaya produksi menjadi semakin murah sehingga meningkatkan ekspor. Ke dua, bahwa kenaikan ekspor kita didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas di pasar internasional sehingga kenaikan nilai tukar rupiah tidak terlalu dirasakan karena secara keseluruhan harga pasaran internasional juga meningkat lebih besar lagi.
54
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi 5.2.
Saran Model yang ada dapat lebih disempurnakan lagi bila dapat menambah jumlah periode waktu sebelum krisis ekonomi 1997. Karena Pada zaman Orde Baru peranan investasi asing sangat besar dalam perekonomian Indonesia. Sehingga bila model ini diterapkan dalam periode waktu yang lebih panjang hasilnya akan convergence menuju sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya. Model ini juga dapat dikembangkan untuk beberapa negara Asia Tenggara lainnya sehingga akan didapatkan pengaruh dan kontribusi yang
lebih
nyata
dari
investasi
asing
dan
ekspor
terhadap
pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Mungkin dalam penelitian selanjutnya akan lebih menarik lagi bila dapat dikembangkan dengan pemodelan simultan panel data sehingga hasil hasil yang didapatkan akan lebih bervariasi dan kaya dengan informasi.
55
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi DAFTAR PUSTAKA
Barro, Robert J., and Xavier Sala-i-Martin, Economic Growth, New York, McGraw-Hill Inc., 1995. Borensztein, E., J. de Gregorio and J. Lee., How does Foreign Direct Investment Affect Economic Growth?, NBER Working Paper 5057, 1995. Carkovic,
Maria
Accelerate
and
Ross
Economic
Levine.,
Does
Growth?,
Foreign
Working
Direct
Paper,
Investment
University
of
Minnesota, May 2002. Filipozzi, Fabio and Tallinn., Equilibrium Exchange Rate of the Estonian Kroon : Its Dynamic and Impacts of Deviations, Unpublished Paper, Eesti Pank, University of Milan, 2000. Gray, Malcolm., Foreign Direct Investment and Recovery in Indonesia : Recent Events and Their Impact, Backgrounder Paper Vol. 14/2, August 2002. Greene, William H., Econometric Analysis, Macmillan Publishing Company, New York, 1990. Gujarati,
Damodar
N.,
Basic
Econometrics,
2nd
ed.,
McGraw
Hill
International Editions, New York, 1988. Hamberg, Daniel., Models of Economic Growth, Harper and Row Publisher, 1971. Iqbal,
Farrukh
and
Mustapha
Kamel
Nabli.,
Trade,
Foreign
Direct
Investment and Development in the Middle East and North Africa, World Bank, 2004.
56
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Judge, George G., Carter R. Hill, William E. Griffiths, Helmut Lutkepohl, and Tsoung-Chao Lee, Introduction to the Theory and Practice of Econometrics, John Wiley and Sons, Inc., 1982. Keller,
Wolfgang,
Yeaple,
Stephen
R.,
Multinational
Enterprises,
International Trade, and Productivity Growth : Firm-Level Evidence from the United States, NBER Working Paper # 9504, 2003. Kibritcioglu, Aykut and Selahattin Dibooglu, Long-Run Economic Growth: An Interdisciplinary
Approach,
Working
Paper
Number
01-0121
University of Illinois at Urbana-Champaign, 2001. Klau, Marc and San Sau Fung., The New BIS Effective Exchange Rate Indices, BIS Quartely Review, March 2006. Kumar, Nagesh and Jaya Prakash Pradhan., Foreign Direct Investment, Externalities and Economic Growth in Developing Countries: Some Empirical Explorations and Implications for WTO Negotiations on Investment, RIS – DP # 27/2002. MIT Economics Department ., Macroeconomic Theory: Economic Growth, MIT., 2003. Nakamura, Shin-ya and Tsuyoshi Oyama., The Determinants of Foreign Direct Investment from Japan and the United States to East Asian Countries, and the Lingkage between FDI and Trade, Working Paper 98-11, Research and Statistics Department, Bank of Japan, 1998. Moran,
Theodore
H.,
Foreign
Direct
Investment
and
Development,
Washington, D. C, Institute for International Economics, 1998. Pindyck, R.S. and D.L. Rubinfield., Econometrics Models and Econometric Forecasts, McGraw-Hill Book Co, New York, 1990.
57
Pengaruh FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi Roy, Atrayee Ghosh Roy and Hendrik F. Van den Berg., Foreign Direct Investment and Economic Growth : A Time-Series Approach, Article 7 Volume 6, Issue 1 Global Economy Journal, 2006. Santoso, Singgih, Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5, Media Elex Komputindo. Jakarta. 2003. Siregar, Reza and Ramkishen S. Rajan., Impact of Exchange Rate Volatility on Indonesia’s Trade Performance in the 1990s, Discussion Paper No. 0205, Center for International Economic Studies, Adelaide University, March 2002. Solow, Robert M., Growth Theory:An Exposition, Oxford University Press, 1987. Strum, J.E, Kuper G.H and De Haan, J., Modelling Government Investment and Economic Growth on A Macro Level : A Review. CCSO Series No. 29. Tarmidi,
Lepi
T.,
Ekonomi
Pembangunan.
PAU
Ekonomi
Universitas
Indonesia, Jakarta, 1992. Thomsen, Stephen., Southeast Asia : The Role of Foreign Direct Investment Policies in Development, Unclassified Working Papers on International Investment, OECD, 1999.
58
View more...
Comments