Lp Varicella

December 23, 2018 | Author: Muhammad Julpian | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

lp varicella...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA IBU POST PARTUM DENGAN VARICELLA DI PAVILIUN MELATI RSUD JOMBANG

DISUSUN OLEH PAULUS JENI SUSANTO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN PEMKAB JOMBANG 2018

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN VARICELLA DI RUANG MELATI RSUD JOMBANG

Sesuai dengan praktek yang dilaksanakan oleh  Nama

: PAULUS JENI SUSANTO

 Nim

: 1604110…….

Prodi

: S1 KEPERAWATAN

Telah disetujui dan disahkan pada Hari

:

Tanggal

:

Mengetahui

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS VARICELLA IBU POST PARTUM A. Pengertian Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus varisela-zister (VVZ) terdapat di seluruh dunia, tanpa perbedaan pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan merupakan infeksi primer VVZ pada individu yang rentan. Kurang lebih 90% kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5% pada usia lebih dari 15 tahun. Varisela adalah suatu penyakit infeksi akut  primer menular yang disebabkan oleh varicella Zoster Virus (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa, dengan ditandai oleh adanya vesikel-vesikel (Rampengan, 1993). Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit  polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000). Varisela merupakan penyaki menular akut. Penularan dapat melalui kontak langsung dengan lesi, terutama melalui udara (Siti Ais yah, 2003). B. Etiologi Menurut Richar E, varisela disebabkan oleh Herpes virus varicella atau disebut  juga virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan  bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z akan terjadi varisela; kemudian setelah  penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita verisela dapat dilihat dengan mikroskop electron dan dapat diisolasi dengan menggunakan biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia. C. Klasifikasi Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 : a. Varisela congenital Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela congenital

sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan kematian  bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.  b. Varisela neonatal Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko tinggi harus diberikan  profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan Antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir  profilaksis bila terpajan varisela maternal. D. Patofisiologi Patofisiologi menurut Siti Aisyah 2003, Virus varisela-zoster masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran nafas atau orofaring. Multiplikasi virus ditempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan limfe (viremia primer). Virus dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa inkubasi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh yang terinfeksi, replikasi virus dapat mengalahkan pertahanan tubuh yang belum berkembang, sehingga 2 minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder dalam jumlah yang lebih banyak. Viremia tersebut menyebabkan demam dan malese anorexia serta menyebarkan virus ke seluruh tubuh, terutama ke kulit dan mukosa. Respons imun pasien yang kemudian berkembang akan menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi pada kulit dan organ lain. Terjadinya komplikasi varisela

(pneumonia dan lain-lain) mencerminkan gagalnya respons imun tersebut menghentikan replikasi serta penyebaran virus dan berlanjutnya infeksi. Keadaan ini terutama terjadi  pada pasien imunokompromais. Dalam 2-5 hari setelah gejala klinis varisela terlihat, antibody (IgG, IgM, IgA) spesifik terhadap VVZ dapat dideteksi dan mencapai titer tertinggi pada minggu kedua atau ketiga. Setelah itu titer IgG menurun perlahan, sedangkan IgM dan IgA menurun lebih cepat dan tidak terdeteksi satu tahun setelah infeksi. Imunitas selular terhadap VVZ  juga berkembang selama infeksi dan menetap selama bertahun-tahun. Pada pasien imunokompeten imunitas humoral terhadap VVZ berfungsi protektif terhadap varisela, sehingga pajanan ulang tidak menyebabkan infeksi (kekebalan seumur hidup). Imunitas selular lebih penting daripada imunitas humoral untuk penyembuhan varisela. Pada pasien imunokompromais, oleh karena imunitas humoral dan selularnya terganggu, pajanan ulang dapat menyebabkan rekurensi dan varisela menjadi lebih berat dan berlangsung lebih lama.

E.

Komplikasi Pneumonia varisela hanya terdapat 0,8% pada anak, biasanya disebabkan oleh infeksi sekunder dan anak sembuh sempurna. Pneumonia yang disebabkan oleh virus VZ jarang didapatkan pada anak dengan sistem imunologis normal pada anak dengan defisiensi imunologis atau orang dewasa tidak jarang ditemukan. Pada keadaan ini kelainan radiologis paru-paru masih didapatkan selama 6-12 minggu dan angka kematiannya sebesar 20%. Mungkin juga terjadi komplikasi pada susunan saraf seperti ensefalitis, ataksia, nistagmus, tremor, mielitis tranversa, kelumpuhan saraf muka, neuromielitis optika atau penyakit Devic dengan kebutaan sementara, sindrom hipotalamus yang disertai dengan obesitas dan panas badan berulang-ulang.

F.

Menifestasi klinis Menurut Richar E. 1992, gambaran klinik varisela dibagi menjadi 2 stadium : 1.

Stadium prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas,  perasaan

lemah

(malaise),

anoreksia.

Kadang-kadang

terdapa

kelainan

scarlatinaform atau morbiliform. 2.

Stadium erupsi: Dimulai dengan terjadinya papula merah, kecil yang berubah menjadi vesikel yang berisi cairan jernih dan mempunyai dasar eritematous. Permukaan vesikel tidak memperlihatkan cekungan di tengah (unumbilicated). Isi versikel berubah menjadi keruh dalam waktu 24 jam. Biasanya vesikel menjadi

kering sebelum isinya menjadi keruh. Dalam 3-4 hari erupsi tersebar; mula-mula di dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak. Erupsi ini disertai perasaan gatal. Pada suatu saat terdapat macam-macam stadium erupsi, ini merupakan tanda khas  penyakit verisela. Vesikel tidak hanya terdapat di kulit, melainkan juga di selaput lendir mulut. Bila terdapat infeksi sekunder, maka akan terjadi limfadenopatia umum. Karena kemungkinan mendapat varisela selama masa kanak-kanak sangat besar, maka varisela  jarang ditemukan pada wanita hamil (0,7 tiap 1.000 kehamilan). Diperkirakan 17% dari anak yang dilahirkan wanita yang mendapat verisela ketika hamil akan menderita kelainan bawaan berupa bekas luka di kulit (cutaneous scars), berat badan lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan dan atrofi tungkai, kenang, retardasi mental, koriorenitis, atrofi kortikal, katarak atau kelainan pada mata lainnya. Angka kematian tinggi, bila seorang wanita hamil mendapat varisela dalam 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25% dari neonatus yang dilahirkan akan memperlihatkan gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hai. Biasanya varisela yang timbul berlangsung ringan dan tidak mengakibatkan kematian. Sedangkan bila seorang wanita hamil mendapat varisela dalam waktu 4-5 hari sebelum melahirkan, maka neonatusnya akan memperlihatkan gejala varisela kongenital  pada umur 5-10 hari. Di sini perjalanan penyakit varisela sering berat dan menyebabkan kematian sebesar 25-30%. Mungkin ini ada hubungannya dengan kurun waktu fetus  berkontak dengan varisela dan dialirkannya antibody itu melalui plasenta kepada fetus. Seorang neonatus jarang mendapat varisela di bangsal perinatologi dari seorang  perawat atau petugas bangsal lainnya, tapi bila ini terjadi maka perjalanan penyakit amat ringan dan terlihat gejala-gejala seperti pada anak yang besar.

G. Penatalaksanaan Menurut Siti Aisyah 2003 : 1.

Pengobatan Umum Pada pasien imunokompeten varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion kalamin dan antihistamin oral. Bila lesi masih vesicular dapat diberikan bedak agar tidak mudah pecah, dapat ditambahkan antipruritus di dalamnya, misalnya mentol 0,250,5%. Bila vesikel sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder bacterial. Mandi rendam dalam air hangat yang diberi antiseptik dapat mengurangi gatal dan mencegah infeksi bacterial

sekunder pada kulit. Krim atau lotion kortikosteroid serta salap bersifat oklusif sebaiknya tidak digunakan. Kadang diperlukan antipiretik/analgetik, tetapi golongan salisilat sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindrom Reye. Kuku jari tangan harus dipotong dan dijaga kebersihannya untuk mencegah infeksi sekunder dan parut yang dapat terjadi karena garukan. 2.

Obat Antivirus Dengan tersedianya obat antivirus yang efektif terhadap VVZ, dokter maupun  pasien/orang tua pasien sering dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan obat antivirus atau tidak. Pada anak imunokompeten, varisela biasanya ringan sehingga umumnya tidak memerlukan pengobatan antivirus. Antivirus efektif bila diberikan dalam 24 jam setelah awitan lesi kulit karena dapat lebih cepat menurunkan demam serta gejala kulit dan sistemik. Pada bayi / anak imunokompromais berat, antivirus intravena merupakan obat  pilihan agar kadar dalam plasma cukup tinggi untuk menghambat replikasi virus. Antivirus intravena secara bermakna dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas varisela pada pasien imunokompramais, terutama bila diberikan dalam 72 jam setelah awitan lesi kulit. Pada pasien imunokompromais ringan dapat diberikan antivirus oral. Beberapa antivirus terbukti efektif untuk mengobati infeksi VVZ, yaitu golongan analog nukleosida (asiklovir, famsiklovir, valasiklovir, vidarabin) dan foskarnet.

H. Patway ( WOC )

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas klien Meliputi : nama, umur, nomor register, jenis kelamin, status, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis. 2. Keluhan utama Klien datang dengan keluhan badanya terasa demam seperti akan flu dan terdapat ruam yang berisi air di sekitar tubuhnya. 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit sekarang klien merasa badanya terasa panas seperti akan flu dan terdapat ruam merah pada bagian tubuhnya dan tersa nyeri apabila di pegang.  b. Riwayat kesehatan dahulu Klien tidak pernah mengalami penyakit kulit sebelumnya. c. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya merupakan penyakit menular Maka anggota keluarga mempunyai resiko  beasar tertular dengan kontak lama. Sebelumnya tetengga dari klien pernah mengalami penyakit cacar air dan klien sering berkunjung ke tetangganya saat cacarnya sudah mulai kering. Tidak ada anggota keluarganya yang mnegalami keluhan sama seperti dia. B. Pemeriksaan Fisik  a.

Keadaan umum klien Biasanya Pasien merasa lemas, tidak enak badan, tidak nafsu makan dan sakit kepala.

 b.

Sistem syaraf . Tidak Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, dan saraf tepi motorik normal .

c.

Sistem pernafasan. Tidak ada gangguan pada sistem pernafasan

d.

Sistem muskuloskeletal. Tidak Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik kelemahan atau kelumpuhan otot tangan dan kaki.

e.

Sistem integumen Terdapat lesi dan ruam pada kulit dan peningkatan suhu tubuh atau demam serta terdapat perubahan tanda-tanda vital. Pada pengkajian kulit di temukan adanya vesikel-vesikel yang nyeri pada saat di pegang. Ketika di palpasi terdapat tonjolan yang tidak rata dengan permukaan kulit.

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan leukosit biasanya mennjukkan hasil yang normal, rendah, atau meningkat sedikit. Multinucleated giant cells pada pemeriksaan Tzanck smear dari lepuhan kulit. Hasil positif pada pemeriksaan kultur jaringan. D. Diagnosa keperawata

1.  Nyeri akut berhubungan dengan lesi kulit (chicken pox) 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi kulit 4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan E. Intervensi keperawata

No

Dx keperawatan

Tujuan

1

 Nyeri akut berhubungan Setelah

Intervensi

dilakukan

tindakan

 NIC : Manajemen Nyeri

dengan lesi kulit (chicken

keperawatan selama 1 x 24 jam

 pox)

diharapkan .

secara

 NOC : Control nyeri

termasuk

lokasi,

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

karakteristik,

durasi,

Kriteria hasil :

frekuensi,

1. Mampu mengontrol nyeri

faktor presipitasi

(tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non

1.

2.

Lakukan pengkajian nyeri

Observasi verbal

komprehensif

kualitas

reaksi

dan

non dari

farmakologi untuk mengurangi nyeri)

ketidaknyamanan 3.

2. Melaporkan bahwa nyeri

farmakologi

 berkurang dengan menggunakan

distraksi) 4.

Tingkatkan istirahat

3. Mampu mengenali nyeri

5.

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

6.

nyeri)

dapat mempengaruhi nyeri

setelah nyeri berkurang

seperti

normal Skala : 1 = Tidak pernah menunjukkan 2 = jarang menunjukkan 3 = kadang menunjukkan 4 = sering menunjukkan 5 = selalu menunjukkan

dari

kebutuhan

tubuh

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan selama 1 x 24 jam Diharapkan .

 berhubungan

dengan  NOC : Status nutrisi

anorexia

Control lingkungan yang

4. Menyatakan rasa nyaman

5. Tanda vital dalam rentang

Perubahan nutrisi kurang

(relaksasi,

manajemen nyeri

(skala, intensitas, frekuensi,

2

Ajarkan tentang teknik non

Tujuan : Status nutrisi terpenuhi Kriteria hasil 1. Mempertahankan pemasukan nutrisi 2. Mempertahankan BB 3.

Melaporkan

keadekuatan

tingkat energy Keterangan Skala : 1 = tidak pernah menunjukkan 2 = jarang menunjukkan 3 = kadang menunjukkan

suhu

 pencahayaan.

ruangan,

4 = sering menunjukkan 5 = selalu 3

Kerusakan integritas kulit Setelah  berhubungan dengan lesi kulit

dilakukan

tindakan

 NIC : Presure Management

keperawatan selama 1 x 24 jam

1.

di harapkan pasie :

menggunakan

Anjurkan

pasien

untuk

pakaian

yang

 NOC : Integritas jaringan, kulit longgar  2. Hindari kerutan pada tempat dan membran mukosa Tujuan : Kerusakan integritas

tidur 

kulit tidak terjadi

3. Jaga kebersihan kulit agar

Kriteria hasil

tetap bersih dan kering

1. Integritas kulit yang baik bisa

4.

Mobilisasi

pasien

(ubah

(sensasi,  posisi pasien) setiap 2 jam elastisitas, temperatur, hidrasi, sekali 5. Monitor aktivitas dan  pigmentasi) dipertahankan

2. Tidak ada luka pada kulit 3. Perfusi jaringan baik 

mobilisasi pasien 6. Monitor status nutrisi pasien

4. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan

kelembaban

kulit

Skala : 1 = ekstrem 2 = berat 3 = sedang 4 = ringan 5 = tidak ada gangguan

4

Hipertermi

berhubungan

dengan proses infeksi

Setelah

dilakukan

tindakan  NIC : Regyulasi Suhu

keperawatan selama 1 x 24

1. Observasi TTV

 jam di harapkan pasien :

2. Berikan minuman per oral 3. Kompres dengan air hangat

 NOC : Termoregulation Tujuan

:

Tidak

 peningkatan suhu tubuh

terjadi

4.

Kolaborasi

pemberian

Kriteria hasil

antipiretik 

1. Suhu tubuh dalam batas normal 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman Skala : 1 = tidak normal 2 = jauh dari normal 3 = hampir normal 4 = cukup normal 5 = normal 5

Kurang pengetahuan

Setelah dilakukan tindakan

 berhubungan dengan

keperawatan selama 1 x 24 jam

keterbatasan paparan

di harapkan :

 NIC

:

Mengajarkan

proses

 penyakit 1.

Tingkatkan

tingkat

 NOC : Pengetahuan prosedur

 pengetahuan pasien yang

 perawatan

 berhubungan

Tujuan : Diharapkan tingkat

 proses

 pengetahuan pasien

spesifik 

 berhubungan dengan

2.

3.

4.

tanda

dan

Identifikasi penyebab yang

Diskusikan terapi/perawatan

 prosedur  3. Mendeskripsikan tahap dari

Deskripsikan

yang

mungkin

1. Mendeskripsikan prosedur  2. Menjelaskan tujuan dari

penyakit

gejala umum dari penyakit

 penyakitnya dapat meningkat Kriteria hasil

dengan

5.

Instruksikan kepada pasien

 prosedur 

untuk meminimalkan efek

4. Mendeskripsikan hubungan

samping

 pencegahan dengan prosedur  5. Mendeskripsikan perawatan mandiri dengan alat 6. Menunjukkan prosedur

 perawatan 7. Mendeskripsikan potensial efek seimbang Keterangan Skala : 1 = tidak ada 2 = terbatas 3 = sedang 4 = berat 5 = estensif 

5 Evaluasi

Tg l

Dx. Kep

-//-

1

Catatan Perkembangan

S.Klien Mengatakan kulitnya masih terlihat menakutkan. O.Terdapat lesi pada kulit kaki sebelah kanan dan Terdapat hipopigmentasi dan Bercak eritem, Infiltrat dan nodul A. Masalah belum teratasi P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-5 Keperawatan

2

S. Klien Mengatakannyeri mulai berkurang, skala nyeri: 3 O. pasien sudah lebih terlihat nyaman. A. Masalahteratasi sebagian P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-Keperawatan

3

S. Klien Mengatakan badannya masih lemah untuk beraktivitas O. klien masih tampak lemas A. Masalah belum teratasi

ttd

P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-6Keperawatan

4

S.Klien

Mengatakanmasih ingin sendiri dan belum mau

ketemu orang lain kecuali keluarga dan tenaga kesehatan. O. pasien masih tampak gelisah. lebih banyak diam dan masih tidak mau bertemu dengan orang lain kecuai keluarga dan tenaga kesehatan A. Masalah belum teratasi P. Lanjutkan Rencana Tindakan 1-5 Keperawatan

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF