Lp Thypoid
March 12, 2017 | Author: Novii Nunna | Category: N/A
Short Description
lp anak...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN THYPOID
A. KONSEP DASAR 1. PENGERTIAN Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Arief, Mansjoer, 2000). Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam, M. Nurs dkk, 2005). Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2. PATOFISIOLOGI a. Etiologi Etiologi thypoid abdominalis adalah salmonella typhi yang berhasil diisolasi pertama kali dari seorang pasien thypoid abdominalis oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884, mikroorganisme ini merupakan bakteri gram negatif yang motil dan bersifat aerob. Kuman Salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar. (Soegeng Soegijanto, 2002) b. Manifestasi Klinis Masa tunas Demam thypoid berlangsung 10 –14 hari.Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Dalam minggu pertama penyakit ini, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu: Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung
selama 3 minggu. Pada minggu pertama peningkatan suhu berfluktuasi, biasanya suhu tubuh terus meningkat saat sore hari menjelang malam dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan kembali normal. Nyeri kepala, lemah, lesu nyeri otot. Gangguan pada saluran cerna: Holitosis, bibir kering dan pecah-pecah, anoreksia, mual, muntah, perasaan tidak enak diperut, lidah diselaputi putih kotor (Coated tongue / kotor ditengah, tepi ujung berwarna merah dan tremor) yang disertai nyeri tekan pada perabaab daerah abdomen, biasanya juga didapatkan keluhan konstipasi, akan tetapi mungkin normal bahkan dapat terjadi diare, hepatomegali dan splenomegali. Gangguan kesadaran atau mental berupa stupor, coma, delirium atau psikosis.Bintik merah pada kulit (Roseole) akibat emboli basil dalam kapiler kulit namun jarang ditemukan pada orang Indonesia, batuk dan epitaksis. c. Proses Penyakit. Penyakit typoid adalah penyakit menular yang sumber infeksinya berasal dari oral dan fekal, sedangkan lalat sebagai pembawa atau penyebar perantara kuman Salmonella Thypii. Dimulai dari saluran pencernaan melalui mulut oleh makanan yang kita makan sudah tercemar oleh kuman Salmonella Thypii, kuman salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar
sebagian
kuman
dimusnahkan
oleh
asam
lambung.Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoit plaque payers di ileum terminalis yang mengalami hipertropi.Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal
dapat
terjadi.Kuman
salmonella
typhi
kemudian
menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini salmonella typhi masuk aliran darah melalui sirkulasi portal dari usus.salmonella typhi bersarang di plaque peyeri, limfa hati dan bagian-bagian lain sistem
retikulo endotelial. Endoktosin selmonella typhi
berperan pada
patogenesis demam thypoid karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Demam pada thypoid disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam. Patoflow Kuman salmonella typhi
tubuh manusia
Kuman dimusnahkan oleh asam lambung
Kuman masuk ke usus halus
Jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang hipertropi
Menyebabkan perdarahan dan perforasi intestinal
Kuman menembus lamina profia
Masuk kealiran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial
Kedarah melalui ductus theroracicus
Salmonella typhi dan endotoksin
Demam Sintesis dan pelepas zat piregen dan leukosit pada jaringan yang meradang
d. Komplikasi Komplikasi demam Thypoid dapat dibagi dalam: 1) Komplikasi intestinal Perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik dapat terjadi. 2) Komplikasi ekstra intestinal a) Komplikasi kardiovaskuler. Kegagalan
sirkulasi
perifer
(renjatan,
sepsis),
miokarditis, trombosit, dan tromboflebitis. b) Komplikasi darah. Anemia hemalitik, trombositopenia atau koagulasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hamolitik. c) Komplikasi paru. Pneumonia, empiema, dan pleuritis. d) Komplikasi hepar dan kandung kemih. Hepatitis dan kolelitiasis. e) Komplikasi ginjal. Glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis f) Komplikasi tulang. Osteomielitis, periostitis, spondilitis dan astritis. g) Komplikasi neuropsikiatrik. Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom guillain barre, psikosis, dan sindrom katatonia. Pada anak-anak demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum,bila perawatan pasien kurang sempurna. e. Penatalaksanaan. a). Pemberian antibiotic Untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman. Antara lain: 1) Kloramfenlokol Dosis untuk orang dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam.
2) Ampisilin / Amoksisilin Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75 – 150 mg/kg BB/hari. 3) Kotrimoksazol Dosis untuk orang dewasa 2 x 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam. ( 1 tablet mengandung 80 mg metoprim dan 400 mg Sulfametokaozol ). 4) Sefalosporin generasi II dan III 5) Tiamfenikol. Dosis untuk dewasa 4 x 500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. b). Istirahat. Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.Pasien harus tirah baring absolut lebih selama 14 hari.Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, dalam perawatan perlu diperhatikan higiene perorangan, kebersihan tempat tidur, pakaian dan peralatan yang dipakai
oleh
pasien.Pasien
dengan
kesadaran
menurun,
posisinya harus sering dirubah-rubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia hipostatik.Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-kadang terjadi obstipasi dan retensi urin. c). Diit Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur besar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien.Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga perlu diperhatikan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan umum pasien, diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan hemeostasis, system imum akan tetap befungsi dengan optimal.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG. Tes diagnostic a). Pemeriksaan leukosit Pada pemeriksaan leukosit terdapat leukopenia atau leukositosis. b). Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT sering kali maningkat, tetapi kembali ke normal setelah sembuhnya demam Thypoid. c). Biakan Darah (Kultur) Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan demam thypoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa factor antara lain: 1) Tehnik Pemeriksaan Laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tehnik dan media biakan yang digunakan karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit yaitu kurang dari 10 kuman / ml darah, maka untuk keperluan pembiakan pada pasien dewasa diambil 5 – 10 ml darah dan pada anak-anak 2-5 ml. bila darah yang dibiakan sedikit hasil biakan bisa negative, terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan yang spesifik. Selain itu darah tersebut harus ditanam pada saat media biakan berada disisi pasien dan langsung dibawa keruangan
laboratorium
untuk
pemeriksaan.Waktu
pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi. 2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit. Pada demam thypoid biakan darah terdapat salmonella thypii terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkembang pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan bisa positif lagi. 3) Vaksinasi di masa lampau. Vaksinasi
terhadap
demam
thypoid
dimasa
lampau
menimbulkan antibody ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah mungkin negative.
4) Pengobatan dengan obat antimikroba. Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negative. d). Uji Widal Uji Widal adalah suatu rekasi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (aglutinin), untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam Thypoid. 1) Aglutinin O, yang dibuat karena ransangan antigen O (berasal dari tubuh kuman) 2) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman) 3) Aglutinin Vi karena rangangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman). Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis, makin tingi titernya, maka makin besar kemungkinan pasien menderita demam Thypoid. e). Pemeriksaan Tinja. Biasanya tinja pada klien demam thypoid mengandung kuman salmonella thyposa.Oleh karena itu tinja / feces klien demam thypoid harus diperiksa.Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam thypoid.
B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS. 1. Pengkajian Data dasar pengkajian: a) Aktivitas/istirahat. Gejala
:malaise,
kelelahan
cepat
lelah
gelisah
ansietas,
pembatasan aktifitas, insomnia. b) Sirkulasi Tanda. Tanda
:Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses imflamasi dan nyeri) kemerahan, hipotensi turgor buruk dan kering.
c) Integritas Ego. Gejala
:Ansietas, melakukan emosi, misalnya peresaan tak berdaya, factor stress.
d) Eliminasi. Gejala
:Texture feces bervariasi dan lunak sampai bau dan
berair. Tanda
:Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltic atau adanya peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat dilihat.
e) Makanan dan cairan. Gejala
:Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan tidak toleran terhadap diet.
Tanda
:Penurunan lemak, turgor kulit buruk, membrane mukosa buruk, luka imflamsi rongga mulut.
f) Nyeri atau kenyamanan. Gejala
:Nyeri tangan pada kuadran kiri bawah, titik nyeri berpindah, nyeri tekan, nyeri mata, fotophobia.
Tanda
:Nyeri tekan abdomen/distensi.
g) Hygiene. Gejala
:Ketidakmampuan
mempertahankan
perawatan
diri
stomatitis menunjukan kekurangan vitamin, bau badan. h) Interaksi Sosial. Gejala
:Masalah hubungan peran/sehubungan dengan kondisi ketidakmampuan dalam social.
2. Diagnosa Keperawatan a) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan diare. b) Gangguan rasa nyaman: Nyeri perut b.d. proses infeksi kuman Salmonella Thypii. c) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang. d) Peningkatan suhu tubuh b.d. proses infeksi Salmonella Thypii. e) Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. f) Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit demam Thypoid berhubungan dengan kurangnya informasi. 3. Perencanaan Dx.1
:Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kehilangan cairan yang berlebihan melalui muntah dan diare
Tujuan
:Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tidak terjadi. Kriteria hasil: - Tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan. - Turgor klien kembali elastis. Rencana Tindakan : a. Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan pengisian kapiler. Rasional: untuk mengetahui tingkat dehidrasi yang dialami klien. b. Observasi tanda-tanda vital. Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien. c. Monitor pemasukan dan pengeluaran. Rasional: untuk mengetahui jumlah output dan intake. d. Motivasi atau anjurkan klien untuk meningkatkan pemasukan cairan secara oral. Rasional:untuk memenuhi kebutuhan klien secara bertahap. e. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral. Dx2
:Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan
:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan rasa nyeri (skala) klien berkurang.
Kriteria hasil: - Klien tampak tenang - Klien mengatakan skala nyeri berkurang (0-10) Intervensi: a. Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang. Nyeri (0-10) biarkan klien menentukan tingkat nyeri. Rasional: Untuk mengetahui berapa tingkat nyeri yang dialami klien. b. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang. Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri. c. Beri lingkungan yang nyaman. Rasional: untuk memberikan rasa nyaman dari lingkungan RS yang tenang. d. Monitor tanda-tanda vital. Rasional: untuk mengetahui keadaan umum klien. e. Ajarkan tehnik relaksasi kepada klien. Rasional: untuk mengurangi gejala nyeri jika rasa nyeri muncul. f. Berikan obat-obatan Analgetik (Kolaborasi dengan dokter). Rasional: Obat-obatan analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri klien, perlu adanya kolaborasi adanya kolaborasi dengan dokter karena pemberian obat merupakan wewenang dokter.
Dx3
:Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang kurang.
Tujuan
:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria hasil: - Berat badan meningkat secara bertahap. - Anoreksia tidak terjadi - Nafsu makan meningkat dan makanan habis (1 porsi) - Intake oral adequate. Intervensi: a. Kaji keluhan mual muntah yang dialami klien. Rasional: Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan keadaan hangat. Rasional: Untuk meningkatkan nafsu makan klien. c. Berikan makanan yang bervariasi. Rasional: menghilangkan rasa bosan dengan makanan RS. d. Catat jumlah atau porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari. Rasional: Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi klien. e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit klien. Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien. f. Berikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program dokter. Rasional : Obat antasida (antiemetik) membantu klien megurangi rasa mual dan muntah dengan pemberian obat tersebut diharapkan intake nutrisi klien terpenuhi. Dx4
:Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan masuknya kuman.
Tujuan
:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh klien dalam batas normal (36 – 37 oC
Kriteria hasil: Suhu tubuh turun (secara bertahap) Intervensi: a. Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, respirasi) Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum klien. b. Anjurkan klien minum banyak kurang lebih 2,5 liter dalam 24 jam Rasional: Agar klien tidak dehidrasi c. Berikan kompres dingin pada daerah axilla 2 lipat paha. Rasional: untuk menurunkan suhu tubuh. d. Anjurkan untuk tidak memakai selimut atau pakaian yang tebal. Rasional: Suhu tubuh tidak turun apabila banyak menggunakan selimut. Dx5
:Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan
:Setelah dilakukan tindakan kperawatan diharapkan klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Kriteria hasil: Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu.
Intervensi: a. Kaji keluhan klien Rasional: Untuk mengetahui keadaan klien b. Obervasi tanda-tanda vital Rasional: Untuk mengetahui keadaan umum klien. c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan (mandi, amkan, dan elliminasi). Raional: Agar kebutuhan klien terpenuhi. d. Letakkan barang-barang ditempat yang mudah terjangkau oleh klien. Rasional: Untuk memudahkan klien mengambil sesuatu yang diinginkan. e. Berikan lingkungan yang tenang Rasional: Agara klien dapat beristirahat dengan nyaman. f.
Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Rasional: agar keluarga terlibat dalam memenuhi kebutuhan klien.
Dx6
:Kurangnya pengetahuan proses penyakit demam Thypoid berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan
:Setelah dilakukan keperawatan diharapkan klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria hasil: - Klien telah mengerti tentang penyakitnya - Pengetahuan klien bertambah Intervensi: a. Kaji tingkat pengetahuan klien Rasional: Untuk memberi informasi pada klien/keluarga untuk mengetahui sejauh mana informasi/pengetahuan yang diketahui oleh klien. b. Kaji latar belakang pendidikan klien Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang direncanakan dapat tercapai. c. Jelaskan tentang proses penyakit demam Thypoid Rasional: Agar informasi dapat diterima dengan mudah sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman.
d. Berikan kesempatan pada klien untuk menanyakan hal yang ingin diketahui berhubungan dengan penyakit yang di deritanya. Rasional: Untuk mengurangi kecemasan dan memotivasi agar klien kooperatif selama masa perawatan atau penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. (2002). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Volume 1. Jakarta : EGC Linda Juall. (1997). Diagnosa Kperawatan. Edisi 6.Jakarta : EGC Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta. Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.
View more...
Comments