LP - Reumatoid Artritis

April 4, 2019 | Author: ratnacantik | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan pendahuluan rheumatoid artritis...

Description

1

TUGAS KEPERAWATAN GERONTIK 

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK  PASIEN DENGAN REUMATHOID ARTRITIS

Disusun oleh : 1. AYU DEWI N 2. DINA HIEDANA

0 1 07 10 39 9 B 0 10 71 0 40 0 B

3. ANINDHITA HAYU C

0 1 07 10 40 1 B

4. IKA HANNA P

0 1 0 71 04 03 B

5. EK EKO SAPUTRI 6. DIANA RISKA

01 07 10 40 4 B 01 0 71 04 0 5 B

7. M. M . SUGIANTO

01 07 1 04 06 B

8. ATIKA PRATIWI

01 07 10 4 10 B

9. DINAR ULNARIANA P

01 07 1 04 11 B

2

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN – UNIVERSITAS AIRLANGGA 2010 KATA PENGANTAR 

Puji Puji syuk syukur ur keha kehadi dirat rat Alla Allah h SW SWT T berk berkat at karu karuni nia-N a-Nya ya,, kami kami dapa dapatt menyelesaikan tugas makalah mata kuliah keperawatan Gerontik dengan judul ”Asuhan ”Asuhan Keperawatan Keperawatan Gerontik Pasien Dengan Reumathoid Reumathoid Artritis” dengan dengan waktu yang telah ditentukan. Kami Kami meng menguc ucap apka kan n terim terimaa

kasih kasih sebesa sebesar-b r-besa esarn rnya ya kepa kepada da Bapa Bapak  k 

Makhfudli Makhfudli sebagai dosen pembimbing pembimbing mata kuliah keperawatan keperawatan gerontik atas Ilmu Pengetahuan, wawasan, dan pengalamannya yang telah diberikan kepada kami semua sehingga sehingga dapat menyelesaik menyelesaikan an makalah makalah ini dangan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam  proses penyelesaian makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penulis dan  pembaca pada umumnya dan dapat menambah ilmu pengetahuan kami serta dapat kami kami interv intervens ensika ikan n dalam dalam melaku melakukan kan tugas tugas keperaw keperawatan atan kami kami kelak. kelak. Kami Kami meny enyadar adarii bah bahwa tiad tiadaa gadi gadin ng yang yang tak tak reta retak k. Oleh Oleh kare karena na itu itu kami ami mengha mengharap rapkan kan saran saran dan kritik kritik yang yang bersifa bersifatt memban membangun gun dari dari semua semua pihak  pihak   pembaca makalah ini sebagai penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, Desember 2010 penyusun

3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..i Daftar Isi.............................................. Isi..................................................................... .............................................. ..........................................ii ...................ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................... Belakang................................................................ .............................................. ....................... 1 1.2 Rumusan Masalah....................................... Masalah.............................................................. ......................................... .................. ..2 1.3 Tujuan.................................... Tujuan........................................................... .............................................. ..........................................2 ...................2 1.3.1

Tujuan Tujuan Umum...... Umum........... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ........ ... 2

1.3.2

Tujuan Tujuan Khusus..... Khusus.......... .......... .......... .......... ......... ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ......... .... 2

1.4 Manfaat.............................................. Manfaat..................................................................... .............................................. ..............................3 .......3 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep Lansia............................................ Lansia................................................................... .............................................. ...............................4 ........4 2.2 Konsep Dasar Rheumatoid Artritis................................ Artritis....................................................... ...............................11 ........11 BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian…………………………………………………………………. 19 3.2 Analisa Data ………………………………………………………………..26 3.3 Intervensi Keperawatan Keperawatan ……………………………………………………29 BAB 4 PENUTUP

4

4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………..40 4.2 Saran ………………………………………………………………………40 Daftar pustaka …………………………………………………………………42 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perubaha Peru bahan n – peru perubahan bahan akan terjadi pada tubuh manusia sejala sejalan n dengan deng an maki makin n meni meningka ngkatnya tnya usia. Perub Perubahan ahan tubuh terja terjadi di sejak awal k e hi hi du du p a n

h i ng ng ga ga

t ubuh. K ea da a n musk mu skul ulos oske kele leta tall

u s ia ia

de mi ki a n dan da n

l an an j ut ut

p a da da

s em em u a

itu

t am pa k

pul a

jari ja ring ngan an

lain la in

yang ya ng

o rg rg a n pa da

adaa ad

da n

j a ri ri ng ng a n

s e m ua

s is t e m

kait ka itan anny nyaa

deng de ngan an

kemungki kemu ngkinan nan timb timbulny ulnyaa bebe beberapa rapa golo golongan ngan Reum Reumatho athoid id artrit artritis. is. Salah satu golo golongan ngan penyakit penyakit Reum Reumatho athoid id artri artritis tis yang sering meny menyertai ertai usia lanjut lanj ut yang meni menimbu mbulkan lkan gang gangguan guan musk muskulosk uloskeleta eletall terut terutama ama adal adalah ah osteoartri osteo artritis. tis. Kejad Kejadian ian peny penyakit akit terse tersebut but akan maki makin n meni meningka ngkatt sejal sejalan an dengan meningkatnya usia manusia. Reumatho Reum athoid id artri artritis tis dapa dapatt meng mengakib akibatkan atkan peru perubaha bahan n otot otot,, hing hingga ga fungsi fun gsinya nya dap dapat at men menuru urun n bil bilaa oto otott pad padaa bag bagian ian yan yang g men mender derita ita tid tidak  ak  dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatny meningkatnyaa usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. baik. Namu Namun n usia lanju lanjutt tidak selalu mengal men galami ami ata atau u men mender derita ita Reu Reumat matho hoid id art artrit ritis. is. Bag Bagaim aimana ana tim timbu bulny lnyaa kejadian Reumathoid artritis ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti. Reum Re umat atho hoid id

artr ar trit itis is

buka bu kan n

meru me rupa paka kan n

suat su atu u

peny pe nyak akit it,,

tapi ta pi

merup mer upaka akan n sua suatu tu sin sindro drom m dan dan.go .golon longan gan pen penyak yakit it yan yang g men menamp ampilk ilkan an  perw  pe rwuj ujud udan an si sind ndro roma ma Re Reum umat atho hoid id ar artr trit itis is cu cuku kup p ba bany nyak ak,, na mu mun n se mu muan anya ya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di  bida  bi dang ng re rema mato tolo logi gi,, Re Reum umat atho hoid id ar artr trit itis is da dapa patt te teru rung ngka kap p se seba baga gaii ke kelu luha han n dan/atau tanda. Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan,

5

serta adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto, 1982) Reumathoid artritis dapat terjadi pada semua umur dari kanak –  kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan Reumathoid artritis akan meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994) Dari

berbagai

muskuloskeletal kardiovaskuler

masalah

menempati dalam

pola

kesehatan

urutan

kedua

penyakit

itu

ternyata

14,5%

masyarakat

gangguan

setelah usia

penyakit

>55

tahun

(Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo, 1991). Rheumatoid artritismerupakan kasus panjang yang sangat sering diujikan. Biasanya terdapat banyak tanda- tanda fisik. Diagnosa penyakit ini mudah ditegakkan. Tatalaksananya sering merupakan masalah utama. Insiden pucak dari Rheumatoid artritisterjadi pada umur dekade keempat, dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada lakilaki. Terdapat insiden familial ( HLA DR-4 ditemukan pada 70% pasien ). Rheumatoid artritisdiyakini sebagai respon imun terhadap antigen yang tidak diketahui. Stimulusnya dapat virus atau bakterial. Mungkin  juga terdapat predisposi si terhadap penyakit. Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit rheumatoid artritis dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

1.2. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal yaitu Rheumatoid Artritis 2. Tujuan khusus Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Definisi penyakit Rheumatoid Artritis

6

2. Etiologi penyakit Rheumatoid Artritis 3. Manifestasi klinik Rheumatoid Artritis 4. Patofisiologi penyakit Rheumatoid Artritis 5. Komplikasi penyakit Rheumatoid Artritis 6. Pemeriksaan diagnostik penyakit Rheumatoid Artritis 7. Penatalaksanaan penyakit Rheumatoid Artritis 8.Asuhan keperawatan

yang harus

diberikan

pada klien

dengan

Rheumatoid Artritis.

1.3

Manfaat Penulisan

1. Bagi profesi keperawatan Dapat membantu perawat sehingga

perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan,

mengetahui

atau

mengerti

tentang

rencana

keperawatan pada pasien dengan Rheumatoid Artritis. 2. Bagi masyarakat umum dan pasien Dengan adanya makalah ini masyarakat dan pasien dapat mengetahui lebih jelas tentang penyakit rheumathoid arthritis sehingga dapat mengetahui factor-faktor pemicu dan gejala-gejalanya sehingga mereka mampu melakukan pencegahan ataupun deteksi dini terhadap  penyakit Rheumathoid Arthritis.

7

BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1

Konsep Lansia

2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Lansia adalah orang yang berusia diatas 60 tahun yang mengalami proses menua. Dimana proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan

secara umum

maupun kesehatan jiwa pada lansia (Depkes RI,1992). Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat

tersebar

memperhitungkan

luas

dewasa

bahwa

ini.

kelompok

Pandangan lanjut

usia

ini

tidak

bukanlah

kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatankesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikapsikap

yang

berkisar

antara

kepasrahan

yang

pasif

dan

pemberontakan , penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian

8

semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri. (James C. Chalhoun, 1995) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : •

Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,



Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,



Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun



Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Sedangkan menurut Prayitno Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam undang-undang tersebut menyatakan bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas.

Namun

demikian

masih

terdapat

perbedaan

dalam

menetapkan batasan usia seseorang untuk dapat dikelompokkan ke dalam penduduk lanjut usia. Dalam penelitan ini digunakan batasan umur 56 tahun untuk menyatakan orang lanjut usia.

2.1.2

Teori Penuaan

1. Teori Biologis a. Teori Genetik  Teori intrinsik yang menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat  jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses  penuaan. Tiap spesies didalam nukleusnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu.

9

 b. Teori Non Genetik  1)

Teori Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan molekul, fragmen molekul atau dengan elektron bebas tak berpasangan untuk organisme aerobik radikal  bebas terutama terbentuk pada waktu respirasi. Radikal bebas ini sangat merusak karena sangat aktif sehingga dapat terikat dengan moekul dan mengubah fungsi molekul tersebut. Radikal bebas  juga sangat reaktif sehingga dapat bereaksi dengan DNA,  protein, asam lemak tak jenuh, seperti dalam membran sel dan dengan gugus SH. Radikal bebas yang tidak terikat merusak dan mengganggu fungsi sel dan dapat menimbulkan penyakit degenerative dan mempercepat penuaan. Namun enzim tertentu  bisa menangkal radikal bebas seperti superoxide dismentase, haem, glutation peroksidase, juga senyawa non enzimatik sperti vitamin C, provit A, vitamin E, walaupun telah ada system  penangkal masih ada radikal bebas tetap lolos. Bahkan makin lanjut usia makin banyak radikal bebas yang terbentuk sehingga  proses perusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin lama makin banyak sel mati.

2)

Teori Menua Akibat Metabolisme

Berkurangnya intake kalori akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena penurunan intake kalori tersebut antara lain disebabkan menurunnya salah satu/beberapa proses metabolisme sehingga terjadi penurunan hormon yang merangsang proliferasi sel seperti insulin dan hormon pertumbuhan.

3)

Teori Dipakai dan Aus

Setelah menginjak usia dewasa, sel dan jaringan tidak tumbuh lagi. Selanjutnya terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang sering dipakai. Bila tidak ada perbaikan atau  pergantian sel atau jaringan maka proses tersebut diakhiri dengan kematian.

c. Teori Fisiologis

10

1)

Teori Organ Tunggal

Penuaan terjadi akibat deferiorasi progresif pembuluh darah karena aterosklerosis. Penuaan terjadi akibat kegagalan fungsi kelenjar tiroid sehingga terjadi perlambatan proses metabolisme.

2)

Teori Adaptasi & Stress

Penuaan sebagai efek kumulatif dari berbagai stress sepanjang hidup yang tidak sepenuhnya teratasi dan meninggalkan residual (sisa).

3)

Teori Imunologik  

Kemampuan respon imun setiap orang berbeda dan perbedaan ini diperbesar bila mereka menjadi tua, karena proses penuaan menimbulkan abnormalitas system imun yang member  konstribusi pada sebagian besar penyakit, baik akut maupun kronis pada lansia.

2.1.3

Proses aging

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 2000). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan  – perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus –  menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah.Berikut perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia : a. Perubahan-perubahan Fisiologis (Watson Roger, 2003)

1. Keadaan Umum Penurunan secara progresif proses fisiologis akibat keseimbangan yang mudah rusak dan gangguan mempertahankan homeostatis. Adanya stressor  fisik dan emosi menyebabkan lansia mudah terserang penyakit karena

11

 penurunan fungsi fisiologis. Lansia lebih banyak menggunakan istirahat daripada beraktifitas.

2. Integumen a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.  b.Permukaan

kulit

kasar

dan

bersisik

karena

kehilangan

proses

keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi. f. Pertumbuhan kuku lebih lambat. g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya. h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya 3. Muskuloskletal a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.  b. Kifosis c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas. d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku. e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis. f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor. g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh

4. Neurologik  Lensa kehilangan elastisitas, gerak mata menurun, pendegaran menurun,  perubahan keseimbangan dan ekulibrum, penurunan sensasi  penurunan persepsi bau, jumlah nerves ending menurun.

5. Kardiovaskuler. a. Elastisitas dinding aorta menurun.  b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

rasa,

12

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya. d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk  atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak. e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

6. Gastrointestinal. a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk  dan gizi yang buruk.  b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit. c. Eosephagus melebar. d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. f. Daya absorbsi melemah

7. Respirasi a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.  b. Menurunnya aktivitas dari silia. c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas  pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. e. Kemampuan untuk batuk berkurang. f.

Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan  pertambahan usia.

8. Reproduksi. a. Menciutnya ovari dan uterus.  b. Atrofi payudara.

13

c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik. e. Selaput lendir vagina menurun.

9. Perkemihan. a. sirkulasi ginjal menurun  b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.

10. Endokrin. a. Produksi semua hormon menurun.  b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat. c. Menurunnya produksi aldosteron. d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.

b. Perubahan Psikologis Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental. •

Perubahan fisik, khususnya organ perasa.



Kesehatan umum



Tingkat pendidikan





Keturunan (Hereditas) Lingkungan

Kenangan (Memory). •

Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan.



Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.

14

IQ (Inteligentia Quantion). •

Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.



Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi  perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor  waktu.

c. Perubahan Psikososial ( Nugroho, 2000) a. Pensiun: nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain : •

Kehilangan finansial (income berkurang).



Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya).



Kehilangan teman/kenalan atau relasi.



Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

 b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality) c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak  lebih sempit. d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic deprivation). e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya  biaya pengobatan. f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan. g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian. h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan. i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan temanteman dan family.

15

 j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

d. Perubahan Spiritual (Nugroho, 2000)

1. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. (Maslow, 1970) 2. Lansia makin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat dalam  berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zetner,1970) 3. Perkembangan

Spiritual

pada

usia

70

tahun

adalah

universal,

 perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak  dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan (Folwer, 1978)

2.2. Konsep Dasar Rheumatoid Artritis 2.2.1

Definisi

Penyakit Reumathoid arthritis adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secarasimetris. Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001). Reumathoid artritis dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999). Rheumatoid artritisadalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. (Susan Martin Tucker,1998) Rheumatoid artritis (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai

dengan dengan

nyeri

persendian,

kaku sendi,

mobilitas, dan keletihan. (Diane C. Baughman, 2000)

penurunan

16

Rheumatoid artritis adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour, 2001)

2 . 2 . 2 Etiologi

Penyebab

pasti

reumatod

arthritis

tidak

diketahui.

Biasanya

merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor  infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu : 1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus 2. Endokrin 3. Autoimun 4. Metabolik  5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya. Pada saat ini, Rheumatoid artritis diduga disebabkan oleh faktor  autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh

karena virus dan organisme

mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

2.2.3 Manifestasi Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita rheumatoid arthritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus  pada saat yang bersamaan, oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi. 1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. 2. Poliarthritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendisendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal.

17

3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisasi tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Hal ini berbeda dengan

kekakuan

pada

osteoartritis,

yang

biasanya

hanya

 berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam. 4. Arthritis erosif, peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi ditepi tulang. 5. Deformitas,kerusakan struktur penunjang sendi meningkat dengan  perjalanan penyakit. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. 6. Nodul-nodul rheumatoid, biasanya pada sendi siku atau disepanjang  permukaan

ekstensor

dari

lengan.

Adanya

nodula-nodula

ini

 biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih  berat. 7. Manifestasi ekstra artikular, rheumatoid juga menyerang jantung,  paru-paru, mata dan pembuluh darah dapat rusak. (Price & wilson, 1995)

Manifestasi Ekstra-artikular dari Rheumatoid Arthritis Kulit

Nodula subkutan Vaskulitis, menyebabkan bercak-bercak coklat

Jantung

Lesi-lesi ekimotik  Perikarditis Tamponade perkardium (jarang)

Paru-paru

Lesi peradangan pada miokardium dan katup jantung Pleur itis dengan atau tanpa efus i

Mata Sistem saraf

Peradangan paru-paru Skleritis Neuropati perifer  Sindrom kompresi perifer, termasuk sindrom terowongan karpal, neuropati saraf ulnaris, paralisis peronealis, dan

Sistemik

abnormalitas vertebra servikal. Anemia (sering) Osteoporosis generalisata Sindrom Felty

18

Sindrom Sjogren (keratokonjungtivitissika) Amiloidosis (jarang)

Gbr. 1 Tangan reumatoid dengan boutonniere dan deformitas leher  angsa. Terlihat poliartritis pada sendi tangan. deformitas yang berat

Diantara perubahan

terdapat otot yang tidak

digunakan

dalam

“snuffbox” anatomik (antara ibu jari dan jari telunjuk). www.scribd.com

2 .2 .4 W OC ( T er la mp ir )

2.2.5. KOMPLIKASI

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor   penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

2.2.6. KRITERIA DIAGNOSTIK 

Kriteria diagnostik Rheumatoid artritisadalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki

19

serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen. Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association (ARA) adalah: 1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness). 2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya  pada satu sendi. 3. Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurangkurangnya selama 6 minggu. 4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain. 5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat s imetris. 6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor. 7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid 8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid 9. Pengendapan cairan musin yang jelek  10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia 11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.

Berdasarkan kriteria ini maka disebut : a.

Klasik

:

bila

terdapat

7 kriteria

dan berlangsung

sekurang-kurangnya selama 6 minggu  b.

Definitif

: bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung

sekurang-kurangnya selama 6 minggu. c.

Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan  berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

20

Gbr. 2 Radiogram tangan reumatoid. Perhatikan penurungan jarak  sendi (panah hitam), erosi kaput metakarpal (panah putih kecil) dan tejadi deformitas sendi (panah putih besar). www.scribd.com PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 

1.

Tes serologi · Sedimentasi eritrosit meningkat ·Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis · Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita

2.

Pemerikasaan radiologi ·Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi ·Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis

3.

Aspirasi sendi ·Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik. (http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/22/asuhan-keperawatangerontik-dengan-rhematoid-arthitis/)

21

2.2.7. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain : 1. Pemberian terapi Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk  mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun. 2 . Pengaturan aktivitas dan istirahat Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal  penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi. 3 . Kompres panas dan dingin Kompres

panas dan dingin digunakan

untuk mendapatkan efek 

analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif  daripada kompres dingin. 4.Diet Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur  dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.

5 . Pembedahan Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk 

22

menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk  mengganti sendi.

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1.

Pengkajian

A. Anamnesa

23

a. Identitas

: meliputi nama, umur, jenis kelamin. Pada kasus RA  biasanya terjadi pada usia 25-50 tahun, insiden puncak   pada usia 40-60 tahun

 b. Keluhan utama : terdapat kekakuan yang biasanya terjadi pada pagi hari. c. Riwayat penyakit sekarang

: gampang lelah, anoreksia, BB menurun.

d. Riwayat penyakit keluarga

:-

e. Pola aktivitas dan istirahat

: ditemukan nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, dan kekakuan pada pagi hari.

f.

Pola nutrisi

: penurunan nafsu makan dan berat badan

B. Pemeriksaan Fisik 

Keadaan Umum

:

Tingkat Kesadaran

: Composmentis, Apatis, Sumnolen, Suporus, Coma

Tanda-Tanda Vital

: Puls =

1. Kepala

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

Temp=

RR=

Tensi=

2. Mata, Telinga, Hidung: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 3. Leher

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

4. Dada & Punggung

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

5. Abdomen & Pinggang: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan 6. Ekstremitas Atas & Bawah : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada  penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. 7. Sistem Immune

: biasanya terjadi penurunan.

8. Genetalia

:

Pada

umumnya

tidak

akan

tampak 

 perubahan 9. Sistem Reproduksi

: Pada umumnya tidak akan tampak   perubahan

24

10. Sistem Persyarafan

:

Kesemutan

hilangnya

pada

sensasi

tangan pada

dan jari

kaki, tangan.

Pembengkakan sendi simetris. 11. Sistem Pengecapan

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

12. Sistem Penciuman

: Pada umumnya tidak akan tampak perubahan

13. Tactil Respon

: biasanya terjadi penurunan

C. Status Kognitif/Afektif/Sosial

1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

2. Mini-Mental State Exam (MMSE)

3. Inventaris Depresi Beck 

4. APGAR Keluarga

INDEKS KATZ (Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-hari) ========================================================

 Nama Klien

: ……………………….

Tanggal

:

…………………

Jenis Kelamin : L / P

Agama

Umur

: …………….

Tahun Pendidikan

: ……tahun

TB / BB:

Cm /

Kg

Suku : ………………… Gol Darah :

: …………SD, ………..SLTP, ………..SLTA, …….….PT

25

Alamat

Skore

: ……………………………………………………………

Kriteria

Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar  A

kecil, berpakaian dan mandi. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu

B

dari fungsi tersebut. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

C

mandi dan satu fungsi tambahan. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

D

mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

E

mandi, berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan. Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali

F

G

mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.

Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut. Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat

Lain-Lain

diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE ( SPMSQ ) (Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual manula.) ==========================================================

26

Skore +

-

No.

Pertanyaan

Jawaban

1.

Tanggal berapa hari ini?

Hari

2.

Hari apa sekarang ini ?

3.

Apa nama tempat ini ?

4.

Berapa nomor telepon Anda ? 4.a. Dimana alamat Anda ? (tanyakan bila tidak memiliki telepon)

5.

Berapa umur Anda ?

6.

Kapan Anda lahir ?

7.

Siapa presiden Indonesia sekarang ?

8.

Siapa presiden sebelumnya ?

9.

Siapa nama kecil ibu Anda ?

10.

Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari

setiap angka baru,

semua secara

menurun ?  Jumlah kesalahan total 

Keterangan :

1. Kesalahan 0 – 2

= Fungsi intelektual utuh

2. Kesalahan 3 – 4

= Kerusakan intelektual Ringan

3. Kesalahan 5 – 7

= Kerusakan intelektual Sedang

4. Kesalahan 8 – 10

= Kerusakan intelektual Berat

Tgl

Th.

27

MINI - MENTAL STATE EXAM ( MMSE ) (Menguji Aspek – Aspek Kognitif dari Fungsi Mental)

========================================================== Nilai Maksimum

Pasien

Pertanyaan

Orientasi 5

(Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang) ?

5

Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah -sakit) (lantai) ?

Registrasi 3

 Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah mengatakannya. Beri 1  poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat. Percobaan : ………..

Perhatian dan Kalkulasi 5

Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke belakang.

Mengingat 3

Minta untuk mengulang ketiga objek diatas. Berikan 1 poinuntuk setiap kebenaran.

28

Bahasa

 Nama pensil dan melihat ( 2 poin )

9

Mengulang hal berikut : “Tak ada jika, dan, atau tetapi” ( 1poin )

Nilai Total

Kaji Tingkat Kesadaran sepanjang kontinum :

Composmentis

Apatis

Sumnolen

Suporus

Coma

Keterangan :  Nilai maksimal 30, Nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut

APGAR KELUARGA Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial

No

Uraian

1.

Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga

Fungsi

(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya.

 Adaptation

Skore

29

2.

Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan

sesuatu

dengan

saya

dan  Partnership

mengungkapkan masalah dengan saya. 3.

Saya puas bahwa keluarga ( teman-teman ) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk  Growth

melakukan aktivitas atau arah baru. 4.

Saya puas dengan cara keluarga ( teman-teman ) saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosiemosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai.

5.

 Affection

Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya menyediakan waktu bersama-sama.  Resolve

Penilaian : Pertanyaan – pertanyaan yang dijawab ; •

Selalu

: skore 2



Kadang – kadang : skore 1



Hampir tidak pernah : skore 0

Total

Dari : Smilkstein G : 1982

3.2

No 1

ANALISA DATA

Data

Interprestasi

Masalah

( Sign / Symptom ) 2

( Etologi )

( Problem )

3

4

30

1.

Keluhan

Agen pencedera (virus,

nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan

 bakteri)

Nyeri

Akut

atau

Kronis

↓ Menginfeksi sendi ↓ Merusak lapisan sendi (membrane sinovium) ↓ Inflamasi sendi ↓  Nyeri

2.

Kesulitan

dalam

malakukan pergerakan

Kerusakan kartilago dan

Resiko cidera

tulang ↓

Kelemahan otot ↓

Kesulitan dalam bergerak  ↓

Resiko cedera

3.

Keengganan

untuk  

mencoba

bergerak/

ketidakmampuan

untuk 

Deformitas skeletal ↓

Membrane sinovium

dengan sendiri bergerak 

hipertropi

dalam lingkungan fisik.



Membatasi rentang gerak,

Menghambat aliran sendi

ketidakseimbangan koordinasi,



penurunan

kekuatan otot/ kontrol dan massa (tahap lanjut). Perubahan

fungsi

Kekakuan sendi ↓

Gangguan mobilitas fisik  dari

Gangguan Fisik 

mobilitas

31

 bagian-bagian yang sakit. Bicara negatif tentang diri sendiri,

fokus

pada

kekuatan masa lalu, dan  penampilan.

4.

Ketidakmampuan

untuk  Kerusakan musculoskeletal

mengatur kegiatan seharihari



Defisit Perawatan diri

Ketidakmampuan mengatur  ADL ↓

Keterbatasan pemenuhan ADL ↓

Defisit perawatan diri 5.

Perubahan hidup/

pada

kemapuan

gaya

Perubahan kemampuan

Gangguan

fisik 

untuk melakukan tugas

Tubuh atau Perubahan

untuk melanjutkan peran, kehilangan ketergantungan orang

pekerjaan, pada terdekat.

Perubahan

pada

keterlibatan sosial; rasa terisolasi.

Penampilan Peran

Perubahan gaya hidup ↓

Perubahan peran ↓

Berpikiran negative tentang diri sendiri

Perasaan tidak berdaya,  putus asa.

6.



Citra



Gangguan body image

Pertanyaan/

permintaan

Gangguan dalam mengingat

informasi,

pernyataan



Mengenai

Penyakit,

kesalahan

konsep.

Kurang informasi mengenai

Prognosis,

Dan

 penyakit

Kebutuhan

Tidak

tepat

mengikuti

Kurang

Pengetahuan

32

instruksi/

terjadinya

komplikasi

yang

dapat



Pengobatan.

Kurang pengetahuan

dicegah.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Akut atau Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi . 2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan otot. 3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot. 4. Defisit Perawatan Diri b.d

Kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. 5. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d Perubahan kemampuan

untuk

melaksanakan

tugas-tugas

umum,

peningkatan

penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. 6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan Pengobatan. b.d

Kurangnya pemajanan atau mengingat. Kesalahan

interpretasi informasi.

3.3.

Intervensi Keperawatan

1. Nyeri Akut/ Kronis b.d agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi .

Tujuan : Individu mengatakan intensitas nyeri berkurang Kriteria hasil : -

Menyebutkan nyeri mereda

-

Skala nyeri rendah

33

-

Klien tidak mengeluh kesakitan pada daerah sendi ekstremitas

Intervensi dan Rasional: a. Intervensi : Pantau keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal  Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program  b. Intervensi : Berikan matras / kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan  Rasional :

Matras yang lembut atau empuk, bantal yang besar akan mencegah

pemeliharaan

kesejajaran

tubuh

yang

tepat,

menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi atau nyeri. c.  Intervensi : Tempatkan / pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.  Rasional :

Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan  posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi

d.  Intervensi : Motivasi klien

untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk 

 bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan  bawah, hindari gerakan yang menyentak.  Rasional  : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi e.  Intervensi : Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran  pada waktu bangun dan atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.  Rasional :

Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada  panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan

34

f.  Intervensi : Berikan masase yang lembut  Rasional  : meningkatkan relaksasi atau mengurangi nyeri g.  Intervensi : motivasi klien dalam penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.  Rasional  : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping h.  Intervensi : Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.  Rasional 

: Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat

i.  Intervensi : Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai  petunjuk.  Rasional  : Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot atau spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi  j.  Intervensi : Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)  Rasional  :

sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

k.  Intervensi :

Berikan kompres dingin jika dibutuhkan

 Rasional  : Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama  periode akut

2. 2. Resiko cidera b.d kerusakan kartilago dan tulang ; hilangnya kekuatan otot.

Tujuan

: Klien menyatakan cidera lebih sedikit dan rasa takut cidera  berkurang

Kriteria hasil : - Mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera

35

- Mengungkapkan keinginan untuk melakukan tindakan  pengamanan untuk mencegah cidera. - Meningkatkan aktivitas harian bila memungkinkan Intervensi dan Rasional : a.  Intervensi : Observasi keadaan klien setiap 30 menit  Rasional : Memberikan informasi kepada perawat untuk mengetahui keadaan klien  b.  Intervensi : Berikan nasehat kepada keluarga klien untuk mendampingi klien  Rasional  : Dampingan keluarga lebih memberikan rasa aman kepada klien daripada perawat karena keluarga lebih lama berada disisi klien. c.  Intervensi : Modifikasi lingkungan klien dari bahaya yang memicu klien untuk  cidera.  Rasional  :

Penataan

atau modifikasi

lingkungan yang aman dapat

menghindarkan klien dari resiko cidera k.  Intervensi : Berikan posisi yang nyaman pada klien  Rasional 

: Pemberian posisi yang nyaman pada klien dapat mnurangi pasien gelisah dan sering bergerak.

l.  Intervensi : Ajarkan klien untuk mnggerakkan persendian atau latihan otot ringan  Rasional  : Latihan menggerakkan otot dapat melemaskan otot dan menguatkan otot sehingga otot tidak kaku dan klien dapat terhindar dari cidera sdikit demi sedikit. m.  Intervensi : Dekatkan barang-barang klien dengan klien  Rasional  : Meletakkan barang-barang klien dekat dengan klien memudahkan klien menjangkau barang tersebut sehingga klien terhindar dari resiko cidera.

3. Gangguan mobilitas Fisik b.d Deformitas skeletal Nyeri, ketidaknyamanan Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Tujuan

: Individu melaporkan dapat menggerakkan ekstremitasnya

Kriteria hasil

:

36

-

Memperlihatkan penggunaan alat-alat untuk  meningkatkan mobilitas

- Menunjukkan tindakan yang memperlihatkan  peningkatam mobilitas Intervensi dan Rasional: a.  Intervensi : Evaluasi atau lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada sendi  Rasional  : Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi dari peoses inflamasi  b. Intervensi : Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika diperlukan  jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu.  Rasional  : Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase

penyakit

yang

penting

untuk

mencegah

kelelahan

mempertahankan kekuatan c. Intervensi : Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif, demikian juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan  Rasional  : Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi d. Intervensi : Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan atau bantu tehnik pemindahan dan penggunaan  bantuan mobilitas, mis, trapeze  Rasional  :

Menghilangkan tekanan pada jaringan dan sirkulasi. Memepermudah

meningkatkan

perawatan diri dan kemandirian

 pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit e. Intervensi :

Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter,  bebat, brace

37

 Rasional 

: Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor 

f.  Intervensi  Rasional  g. Intervensi :

: Gunakan bantal kecil atau tipis di bawah leher  : Mencegah fleksi leher  Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,  berdiri, dan berjalan

 Rasional 

: Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas

h.  Intervensi : Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.  Rasional  i. Intervensi  Rasional 

: Menghindari cidera akibat kecelakaan atau jatuh : Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi tentang program latihan. : Berguna dalam memformulasikan program latihan atau aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan

individual dan

dalam

mengidentifikasikan alat  j. Intervensi  Rasional 

: Berikan matras busa atau pengubah tekanan. : Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk  mengurangi risiko imobilitas

k. Intervensi  Rasional 

: Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). : Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

4. Defisit Perawatan Diri b.d

Kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Tujuan

: Individu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk  makan sendiri atau melaporkan bahwa klien mengalami kesulitan dalam ADL.

Kriteria hasil

: -

Klien

dapat

mendemonstrasikan

kemampuan

menggunakan alat bantu makan - Klien dapat melakukan ADLnya sendiri sedikit demi sedikit

38

- Klien terlihat bersih , rapi dan segar 

Intervensi dan Rasional: a. Intervensi

: Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan atau eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

 Rasional 

:

Mungkin

dapat

melanjutkan

aktivitas

umum

dengan

melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.  b. Intervensi

: Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan

 Rasional  : Mendukung kemandirian fisik atau emosional c. Intervensi

: Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi atau rencana untuk modifikasi lingkungan.

 Rasional 

: Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang

akan

meningkatkan harga diri d. Intervensi  Rasional 

: Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk  mandi pancuran

e. Intervensi

: rencanakan evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.

 Rasional 

: Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual

f. Intervensi

: rencanakan konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan  perawatan rumah, ahli nutrisi.

 Rasional 

: Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk   persiapan situasi di rumah

39

5. Gangguan Citra Tubuh atau Perubahan Penampilan Peran b.d Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Tujuan

: Individu dapat mendemonstrasikan penerimaan penampilan

Kriteria hasil

: - Klien mengatakan puas akan penampilan dirinya yang sekarang - Klien terlihat percaya diri dengan kondisi atau  penampilannya

Intervensi dan Rasional: a. Intervensi

: Motivasi klien untuk pengungkapan mengenai masalah tentang  proses penyakit, harapan masa depan.

 Rasional 

: Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung.

 b. Intervensi : Diskusikan arti dari kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi  pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk  aspek-aspek seksual.  Rasional  : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut c. Intervensi

: Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

 Rasional 

: Isyarat verbal atau non verbal orang terdekat dapat mempunyai  pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri

d. Intervensi  Rasional 

: terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. : Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan  bermusuhan umum terjadi

e. Intervensi : Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.

40

 Rasional 

: Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut

f. Intervensi

: Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk  mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

 Rasional 

: Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri

g. Intervensi

: Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

 Rasional 

: Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi

h. Intervensi : Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan  Rasional  : Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri i. Intervensi : Berikan bantuan positif bila perlu  Rasional 

: Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri

 j. Intervensi

: Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.

 Rasional 

: Pasien atau orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang

atau

ketidakmampuan k. Intervensi

: Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.

 Rasional 

: Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai  pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)

6. Kurang Pengetahuan Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan Pengobatan. b.d

Kurangnya pemajanan / mengingat kesalahan

interpretasi informasi.

Tujuan

: Klien mengetahui mengenai penyakit yang dideritanya

Kriteria hasil :

- Klien dapat menyebutkan atau menjelaskan jenis  penyakitnya.

41

- Klien mengerti mengenai penyakitnya - Klien mngetahui pengobatan penyakitnya

Intervensi dan Rasional: a. Intervensi  Rasional 

: Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. : Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat  pilihan berdasarkan informasi

 b. Intervensi

: Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

 Rasional  : Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri atau jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas c. Intervensi

: Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.

 Rasional 

: Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks

d. Intervensi : Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik   Rasional 

: Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis

e. Intervensi

:

Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, atau

antasida pada waktu tidur.  Rasional 

:

Membatasi

irigasi

gaster,

pengurangan

nyeri

akan

meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari f. Intervensi

: Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.

 Rasional 

: Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan over dosis. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi

42

g. Intervensi

: Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi  penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.

 Rasional 

: Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko efek samping yang berbahaya

h. Intervensi

: Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang  banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.

 Rasional  i. Intervensi

: Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan : Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan  berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.

 Rasional 

: Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki

 j. Intervensi  Rasional 

: Berikan informasi mengenai alat bantu :

Mengurangi

paksaan untuk

menggunakan

sendi dan

memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan k. Intervensi

: Diskusikan teknik menghemat energi, mis: duduk daripada  berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi

 Rasional 

: Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian

l. Intervensi

: Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan

bebat

untuk

periode

menempatkan

tangan

dekat

pada

yang

pusat

ditentukan,

tubuh

selama

menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.  Rasional 

: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri

m. Intervensi

:

Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan

kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan  pemberian bantalan yang tepat.

43

 Rasional  n. Intervensi

: mengurangi resiko iritasi atau kerusakan kulit : Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan atau pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat.

 Rasional 

: Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian atau perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah over dosis, efek samping yang berbahaya.

o. Intervensi  Rasional 

: Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan : Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik  atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri atau  percaya diri.

 p. Intervensi

: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada).

 Rasional 

: bantuan atau dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan  pemulihan maksimal.

BAB 4 PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Penyakit Reumathoid Artritis adalah kerusakan tulang rawan sendi yang  berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi.  Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi –  sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Kelainan sistem

44

 pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying  antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan

mortalitas

utama

pada

arthritis

reumatoid.

Pada

pemeriksaan

diagnostik ditemukan : sedimentasi eritrosit meningkat, darah bisa terjadi anemia dan leukositosis, rhematoid faktor terjadi 50-90% penderita, periartricular  osteoporosis permulaan persendian erosi, kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan

ankilosis, cairan sinovial menunjukkan adanya

 proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik. Penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :  pemberian terapi , pengaturan aktivitas dan istirahat, kompre s pana s da n dingin, diet, dan pembedahan. Asuhan keperawatan yang diberikan, sesuai dengan askep pada lansia. 4.2. SARAN Pada kesempatan ini penulis akan mengemukakan beberapa saran sebagai

 bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya : 1. Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan rheumatoid artritis. 2. Masyarakat umum ataupun penderita rheumatoid arthritis hendaknya juga mampu memahami tentang proses penyakit, gejala, dan pencegahanny, agar  mereka mampu mendeteksi secara dini bila terdapat gejala penyakit tersebut.

45

DAFTAR PUSTAKA

Boedhi Darmojo & Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Darmojo, Boedhi,et al.2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Jakarta: Balai Penerbit FKUI Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Hardywinoto, dkk. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek  (Menjaga Keseimbangan Kwalitas Hidup pada Lanjut Usia). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Ismayadi.2007. Proses Menua( Aging Process).Medan : FKUSU Kalim, Handono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF