LP Post Partum Anemia

February 12, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LP Post Partum Anemia...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN INDIKASI ANEMIA DI RUANG NIFAS RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Maternitas Program Profesi Ners

Disusun Oleh: Annida Hasanah 11194692010059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2020

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS

: Post Partum dengan Indikasi Anemia

NAMA MAHASISWA

: Annida Hasanah

NIM

: 11194692010059

Banjarmasin,

November 2020

Menyetujui, RSUD Moch Ansari Saleh Preseptor Klinik (PK)

Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Preseptor Akademik (PA)

Nurdiana, S.Kep., Ners NIK. 198110282009032005

Onieqe Ayu D. Manto, Ns., M.Kep NIK. 1166012014063

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS

: Post Partum dengan Indikasi Anemia

NAMA MAHASISWA

: Annida Hasanah

NIM

: 11194692010059

Banjarmasin,

November 2020

Menyetujui, RSUD Moch Ansari Saleh Preseptor Klinik (PK)

Program Studi Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Preseptor Akademik (PA)

Nurdiana, S.Kep., Ners NIK. 198110282009032005

Onieqe Ayu D. Manto, Ns., M.Kep NIK. 1166012014063

Mengetahui, Ketua Jurusan Profesi Ners Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM NIK. 1166102012053

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN INDIKASI ANEMIA

A. Definisi Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Postpartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau menghitung eritrosit (red cell account) yang akan berakibatkan pada penurunan

kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.

(Sudoyo dalam Nurarif & Kusuma, 2015). Menurut

Ayah

bunda

(2013)

anemia

pada

post

partum

merupakan komplikasi yang sering dijumpai dan paling sering dialami dimasa masa persalinan, dimana salah satu penyebab utamanya adalah

infeksi.

Terutama

bagi

ibu

bersalin

yang

mengalami

perdarahan saat persalinan. Proses persalinan berlangsung lama dan ibu biasanya menderita anemia sejak masa kehamilan. Berdasarkan penyebab nya menurut Tarwoto & Wartonah, (2008) klasifikasi anemia dibagi menjadi tiga yaitu : 1.

Anemia karena hilangnya sel darah merah dimana biasanya terjadi

pada

perdarahan

aibat

perlukaan,

perdarahan

gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan hidung dan perdarahan akibat luka operasi. 2.

Anemia karena menurunya produksi sel darah merah dapat disebabkan karena kekurangan

unsur

penyusun

sel

darah

merah (asam folat, vitamin B12, dan zat besi). 3.

Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan sel darah merah

yang

dapat terjadi karena overaktifnya Reticulo

Endothelial System (RES).

B. Etiologi Berdasarkan Nanda Nicnoc, (2015) anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease), pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena : 1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang 2. Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan) yang bisa terjadi pada postpartum 3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis). C. Patofisiologi Kadar hemoglobin untuk wanita tidak hamil biasanya adalah 13,5 g/dL. Namun kadar hemoglobin selama trimester kedua dan ketiga kehamilan berkisar 11,6 g/dL sebagai akibat pengenceran darah ibu karena peningkatan volume plasma. Ini disebut sebagai anemia fisiologis dan merupakan keadaan yang normal selama kehamilan. Selama kehamilan, zat besi tidak dapat dipenuhi secara adekuat

dalam makanan sehari- hari. Zat dalam makanan seperti

susu, teh dan kopi menurunkan absorbs besi. Selama kehamilan, tambahan zat besi diperlukan untuk meningkatkan sel- sel darah ibu dan transfer ke janin untuk penyimpanan dan produksi sel- sel darah merah. Janin harus menyimpan cukup zat besi pada 4 sampai 6 bulan terkhir setelah kelahiran. Selama trimester ketiga, jika asupan zat besi wanita tersebut tidak memadai, hemoglobin tidak akan meningkat sampai nilai 12,5 g/dL dan dapat terjadi anemia karena nutrisi. Ini akan mengakibatkan penurunan transfer zat besi ke janin. Hemoglobinopati, seperti thalasemia, penyakit sel sabit, dan G6-PD

mengakibatkan anemia melalui hemolisis atau peningkatan

penghancuran sel-

sel

darah merah. Secara umum dengan

kehilangan zat besi hal ini akan menyebabkan cadangan besi

menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron

depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka

penyediaan

besi

untuk

eritropoesis

berkurang,

sehingga

menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinik belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficient erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut sebagai iron deficiency kekurangan

besi

pada

anemia. epiter

menimbulkan manifestasi anemia. D. Clinical Pathway

Pada

saat

ini

juga

terjadi

sertabeberapa enzim yang dapat

E. Manifestasi Klinis Menurut Nanda Nicnoc (2015) : 1. Manifestasi klinis yang sering muncul: a. Pusing b. Mudah berkunang kunang c. Lesu d. Aktivitas berkurang e. Rasa mengantuk f.

Susah berkonsentrasi

g. Cepat lelah

h. Prestasi kerja fisik / pikiran menurun 2. Gejala khas masing masing anemia: a. Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi besi. b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makin buncit pada anemia hemolitik. c. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan. d. Tanda umum anemia ialah, pucat, takikardi, pulse celer, suara pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung. 3. Manifestasi khusus pada anemia : a. Defisiensi besi spoon nail, glositis b. Defisiensi B12: Paresisi, ulkus di tungkai c. Hemolitik : ikterus, splenomegali d. Aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

F.

Penatalaksanaan 1. Medis a. Terapi oral 1)

Pemberian tablet zat besi mengandung ferosulat, besi glukonat.

2)

Asam folik 15- 30 mg perhari

3)

Vitamin B12 3x1 tablet perhari

4)

Sulfas ferosus 3x1 tablet perhari

b. Terapi parenteral Secara intramuscular di injeksikan dextra besi (imferon) atau sorbitol besi (jectofer) 2. Non Medis a. Memberikan supplement

penyuluhan besi

klien

dan

keluarga

mengenai

dan peningkatan sumber- sumber besi

dalam makanan sesuai indikasi. b. Pada klien yang menderita thalasemia atau pembawa sifat tersebut, beri dukungan khususnya jika wanita tersebut telah

mengetahui bahwa ia pembawa. Juka kaji apakah ada tandatanda infeksi selama kehamilan. c. Pada klien yang menderita sel sabit, kaji simpanan besi dan folat, dan hitung retikulosit; skrining lengkap untuk hemolisis; berikan konseling diet dan

supplement asam folat; dan

observasi apakah ada tanda- tanda infeksi. d. Pada klien yang menderita G-6-PD, berikan supplement besi dan asam folat

dan konseling nutrisi, dan jelaskan kebutuhan

menghindari obat- obatan oksidasi. G. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV,MCV, dan MCHC), asupan darah tepi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 37) 2. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah (LED) dan banyak

dipakai

hitung

retikulosit.

Sekarang

sudah

automatic hematology analizer  yang dapat

memberikan presisi hasil yang baik (Nurarif & Kusuma, 2015) 3. Pemeriksaan

sumsum

tulang:

pemeriksaan

ini

memberikan

informasi mengenai adanya sistem hematopoesis. Pemeriksaan ini

dibutuhkan

utuk

diagnosa

difinitif pada beberapa jenis

anemia. pemeriksaan sumsum tulang belakang mutlak diperlukan diagnosis anemia aplastik, anemia megaloblastik, serta pada kelainan hemotologik yang dapat mensupresi sistem eritroid (Nurarif & Kusuma, 2015) H. Masalah Keperawatan 1. Pengkajian a. Aktifitas 1)

Keletihan, kelemahan, malaise umum

2)

Kehilangan produktivitas, kehilangan semangat untuk bekerja.

b. Sirkulasi 1)

Riwayat kehilangan darah kronis

2)

Palpitasi

3)

CRT lebih dari 2 detik

c. Eliminasi 1)

Konstipasi

2)

Sering kencing

3)

Makanan/ cairan: nafsu makan menurun, mual/ muntah

d. Nyeri/ kenyamanan: di daerah abdomen dan kepala e. Pernapasan: napas pendek pada saat istirahat maupun aktivitas f. Seksual 1)

Dapat terjadi perdarahan pervagina

2)

Perdarahan akut sebelumnya

3)

Tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya

2. Diagnosa Keperawatan a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan d. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin

3. Intervensi Keperawatan N o 1

Diagnosa Keperawatan Intoleransi aktivitas b/d kelemahan (D.0056)

SLKI

SIKI

Toleransi Aktivitas (L.05047) 1. Frekuensi nadi meningkat 2. Saturasi oksigen meningkat 3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari- hari meningkat 4. Keluhan lelah menurun 5. Perasaan lemah menurun 6. Tekanan darah membaik

Manajemen Energi (I.05178) Observasi  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan masalah  Monitor kelelahan fisik dan emosional  Monitor pola dan jam tidur

7. Frekuensi napas membaik 8. Warna kulit membaik

 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus  Lakukan rentang gerak pasif atau aktif  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur Edukasi  Anjurkan tirah baring  Anjurkan melakukan aktivitas scera bertahap  Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang  Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

2

Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi makanan (D.0019)

Status Nutrisi ( L.03030) 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 2. Pengetahuan tentang standar supan nutrisi meningkat 3. Berat badan membaik 4. IMT membaik 5. Frekuensi makan membaik 6. Nafsu makan membaik 7. Membrane mukosa membaik

Manajemen nutrisi (I.03119) Observasi  Identifikasi status nutrisi  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi  Monitor asupan makanan  Monitor BB  Monitor hasil lab Terapeutik  Lakukan oral hygen sebelum makan, Jika perlu

 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein Edukasi  Ajarkan diet yang diprogramkan

3

Pola nafas tidak efektif b.d Depresi pusat pernapasan (D.0005)

Pola napas (L.01004) 1. Tekanan ekspirasi dan inspiras meningkat 2. Dyspnea menurun 3. Penggunaan otot bantu napas menurun 4. Frekuensi napas membaik 5. Kedalaman napas membaik

Kolaborasi  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: pereda nyeri, antiemetic), Jika perlu  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu Manajemen jalan napas (I.01011) Observasi  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)  Monitor bunyi napas tambahan Terapeutik  Pertahankan kepatenan jalan napas  Posisikan semi fowler atau fowler  Berikan minuman hangat  Berikan oksigen Edukasi  Anjurkan asupan cairan 2000 ml perhari, jika tidak kontraindikasi

4

Resiko infeksi b.d Tingkat infeksi (L.14137) Penurunan 1. Kebersihan tangan Hemoglobin meningkat (D.01420 2. Kebersihan badan

Kolaborasi  Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu Pencegahan infeksi (I.14539) Observasi  Monitor tanda dan gejala

meningkat 3. Nafsu makan meningkat 4. Kadar sel darah putih membaik

infeksi local Terapeutik  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien  Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi Edukasi  Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Anjurkan meningkatkan nutrisi  Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi  Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2010. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi10. Jakarta: EGC. Nurarif AH dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: MediAction. PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi:4 .Jakarta

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF