LP Nefrolitiasis

October 11, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LP Nefrolitiasis...

Description

 

LAPORAN PENDAHULUAN  NEFROLITIASIS/BATU GINJAL

A.  Pengertian  Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuni dibentuk di dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urin ( Nursalam.2006).  Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar sebes ar buah jeruk. Batu sebesar krikil  biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi (Mansjoer Arief, 2000). B.  Etiologi Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah terbentuknya  batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor intrinsik antara lain : 1.  Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya. 2.  Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. 3.  Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan Faktor ekstrinsik diantaranya adalah : 1.  Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.

 

2.  Iklim dan temperature/ 3.  Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium  pada air yang dikonsumsi. 4.  Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya  batu. 5.  Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya  banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

C.  Manifestasi Klinis 1.   Nyeri dan pegal di daerah pinggang Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral. 2.  Hematuria Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik. 3.  Infeksi Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif. 4.  Kencing panas dan nyeri 5.  Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

 

D.  Pathway

 

E.  Penatalaksanaan Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari : 1.  Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi  pembentukan batu yang baru. baru. 2.  Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari). gelas/hari ). 3.  Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat. 4.  Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat. 5.  Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya  batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan tersebut dikurangi. 6.  Kadang

batu

kalsium

terbentuk

akibat

penyakit

lain,

seperti

hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat. 7.  Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih. 8.  Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol. 9.  Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat. 10.  Dianjurkan untuk banyak minum air putih. F.  Pemeriksaan Penunjang 1.  Urin a.  PH lebih dari 7,6  b.  Sediment sel darah merah lebih dari 90% c.  Biakan urin

 

d.  Ekskresi kalsium fosfor, asam urat 2.  Darah a.  Hb turun  b.  Leukositosis c.  Urium krestinin d.  Kalsium, fosfor, asam urat 3.  Radiologis Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu 4.  USG abdomen G.  Pengkajian Fokus a.  Pengkajian 1.  Identitas Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,  pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan dan diagnosa medis. 2.  Keluhan Utama Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini. 3.  Riwayat Kesehatan Sekarang Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS. 4.  Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal. 5.  Riwayat Kesehatan Keluarga Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari orang tua. 6.  Riwayat psikososial Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.

 

   b.  Pola-pola Fungsi Kesehatan 1.  Pola persepsi dan tata laksana hidup Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana hidup sehat. 2.  Pola nutrisi dan metabolism  Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal. 3.  Pola aktivitas dan latihan Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal. 4.  Pola eliminasi Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal. 5.  Pola tidur dan istirahat Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya. 6.  Pola persepsi dan konsep diri Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi. 7.  Pola sensori dan kognitif Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit. 8.  Pola reproduksi sexual Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual. 9.  Pola hubungan peran

 

Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan. 10.  Pola penaggulangan stress Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang  positif jika stress muncul. 11.  Pola nilai dan kepercayaan Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di d erita ada obat dan dapat sembuh.

H.  Pemeriksaan Fisik 1.  Keadaan Umum

  Klien biasanya lemah.   Kesadaran komposmetis.   Adanya rasa nyeri. 2.  Kulit

  Teraba panas.   Turgor kulit menurun.   Penampilan pucat. 3.  Pernafasan

  Pergerakan nafas simetris. 4.  Cardio Vaskuler

  Takicardi.   Irama jantung reguler. 5.  Gastro Intestinal

  Kurang asupan makanan nafsu makan menurun. 6.  Sistem Integumen

  Tampak pucat. 7.  Geneto Urinalis

  Dalam BAK produksi urin tidak normal.   Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

 

I.  Diagnosa Keperawatan 1.  Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase  batu ginjal dan atau insisi bedah 2.  Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi 3.  Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik 4.  Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif 5.  Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan  pengobatan) berhubungan berhubungan dengan tidak adanya informasi

J.  Intervensi Keperawatan 1.  Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan adanya atau pasase  batu ginjal dan atau insisi bedah Tujuan

: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Rasa nyeri teratasi, menunjukkan fostur rileks. Intervensi

:

1)  Kaji dan dokumentasikan tipe, intensitas, lokasi dan durasi nyeri.  Rasional : Laporan mengenai nyeri yang hebat mengindikasikan terjadi sumbatan kalkulus/batu atau obstruksi aliran urine. 2)  Laporan mengenai pengurangan nyeri yang mendadak.  Rasional   : Mengindiksikan bahwa batu telah berpindah ke saluran yang sempit. 3)  Beri pemanas eksternal atau kompres hangat pada pinggul yang nyeri.  Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan rileks

 

4)  Ajarkan teknik relaksasi/distraksi  Rasional : mengurangi ketegangan dan kecemasan karena nyeri. 5)  Berikan obat anti nyeri/analgesik  Rasional : Untuk menghilangkan rasa nyeri 2.  Perubahan eliminasi urine yang berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal, atau ureter, obstruksi mekanik atau infalamsi Tujuan Kriteria hasil

: Perubahan eliminasi urine teratasi : Haematuria tidak ada, ada, Piuria tidak terjadi, rasa terbakar terbakar tidak ada, dorongan ingin berkemih terus berkurang.

Intervensi

:

1)  Awasi pengeluaran atau pengeluaran urine.  Rasional : Evaluasi fungsi ginjal dengan memperhatikan tanda-tanda komplikasi misalnya infeksi, atau perdarahan. 2)  Tentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi.  Rasional : Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. 3)  Dorong meningkatkan pemasukan cairan.  Rasional : Segera membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu. 4)  Awasi pemeriksaan laboratorium.  Rasional :Peninggian : Peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.

 

3.  Resiko ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik Tujuan

: Asupan klien terpenuhi.

Kriteria hasil : Klien mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat,  pernyataan kuat untuk memenuhi memenuhi kebutuhan nutrisinya. Intervensi : 1)  Kaji nutrisi klien, turgor kulit, berat badan dan derajat penurunan berat  badan, integritas

mukosa oral,

kemampuan

menelan,

riwayat

mual/muntah dan diare.  Rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi. 2)  Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi) atau dengan makan sedikit tapi sering.  Rasional : Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki nutrisi. 3)  Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan, serta sebelum dan sesudah intervensi/pemeriksaan oral.  Rasional : Menurunkan rasa tak enak Karena sisa makanan atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah. 4)  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet yang tepat.

 

 Rasional : Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk

memenuhi

peningkatan

kebutuhan

energi

dan

kalori

sehubungan dengan status hipermetabolik. 5)  Kolaborasi untuk pemberian anti muntah  Rasional

:

Meningkatkan

rasa

nyaman

gastrointestinal

dan

meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan cairan peroral. 4.  Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif Tujuan

: Pengetahuan klien tentang penyakit baik.

Kriteria hasil : Klien akan membuka diri meminta Informasi. Intervensi

:

1)  Observasi area post op dari tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri, panas, bengkak, adanya fungsiolesa.  Rasional : Mencegah terjadinya infeksi saluran kemih dan sepsis. 2)  Monitor Tanda Tanda Vital  Rasional : Mengetahui perkembangan klien sehingga mengetahui rentang Suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah. 3)  Gunakan tehnik steril saat perawatan luka  Rasional : Mengurangi peningkatan jumlah mikroorganisme yang masuk. 4)  Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi dan perawatan luka  Rasinal : Meningkatkan informasi dan pengetahuan klien dan keluarga

 

5)  Kolaborasi medik pemberian antibiotik  Rasional : Antibiotik dapat Membunuh mikroorganisme 5.  Defisit pengetahuan (mengenai proses penyakit, pemeriksaan urologi, dan  pengobatan) berhubungan berhubungan dengan tidak adanya informasi Tujuan

: Memberikan informasi pasien dan keluarga

Kriteria Hasil : Pasien dan keluarga mampu memahami tentang proses  penyakit, dan pengobatan

 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Bedah. Jakarta: EGC. Doengoes, M.E. 2003.  Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk  Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien.  Pasien.  Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Purnomo. 2003.  Dasar-dasar Urologi. Urologi. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Sandra M. Nettina (2002),  Pedoman Praktek Keperawatan. Keperawatan. Jakarta: Buku Kedoketan EGC. Sjamsuhidrajat (2004). Buku (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Bedah. Ed 2. 2. Jakarta: EGC. Syaifudin. 2002. Anatomi 2002. Anatomi Fisiologi. Fisiologi. Jakarta: EGC.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF