LP Kista Bartolini
May 10, 2019 | Author: Jeluffy Sumbay | Category: N/A
Short Description
Kista Bartolini...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KISTA BARTOLINI Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah “Keperawatan Maternitas”
Oleh : Agnes Gae Dopo PPN 12051
PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2013
KISTA BARTOLINI
1.
Pengertian Kista bartolini merupakan tumor kistik jinak yang timbul pada kelenjar bartolini yang merupakan muara lubrikasi atau tempat produksi cairan pelumas vulva. Kelenjar Bartholini berkembang dari epithelium pada area posterior dari vestibula. Kelenjar ini terletak secara bilateral pada dasar dari labia minora dan proses drainasenya melalui duktus dengan panjang 2-2.5 cm, Kelenjar tersebut biasanya hanya berukuran sebesar kacang polong dan jarang melebihi ukuran 1 cm. Kelenjar ini tidak bisa dipalpasi kecuali jika terjadi infeksi atau penyakit lainnya. (Dinata.2011)
2.
Etiologi Dinata (2011) menyebutkan infeksi pada kelenjar ini dapat terjadi akibat adanya infeksi microorganisme seperti: Virus : Herpes, klamidia trakomatis Jamur: Kandida albikan, asinomises Bakteri: Neisseria gonorrhoeae, stafilokokus dan E.coli Mikroorganisme tersebut menyumbat saluran lubrikasi pada vagina yang mengakibatkan tidak keluarnya cairan lubrikasi yang mestinya keluar (perempuan yang belum 40 tahun). Cairan yang telah diproduksi namun tidak dapat dikeluarkan atau terperangkap, akan menumpuk pada kelenjar bartolini dan mudah berubah menjadi serupa dengan nanah. Penumpukan cairan ini, akan membentuk benjolan yang semakin membesar.
3.
Pathofisiologi Faktor presipitasi: Infeksi mikroorganisme: a. Virus b. Jamur c. Bakteri
Faktor predisposisi: a. Kebersihan area genitalia dan anus b. Hubungan seksual yang tidak sehat c. Daya tahan tubuh menurun
Menginfeksi Vulva
Kuman menginfeksi vestibula sepanjang ductus drainase
Menyumbat dan menghambat pengeluaran cairan lubrikasi ke permukaan labia minor dan mayor
Cairan pelumas tetap diproduksi
Penumpukan cairan dan peningkatan tekanan dimuara lubrikasi. Kerusakan jaringan + proses inflamasi
Penurunan suplay darah ke jaringan sekitar
Tekanan pada pembuluh darah genitalia eksternal
Pembedahan
Cemas
Perangsangan reseptor nyeri
Sintesis Protaglandin Vasokonstriksi perifer
Peningkatan set point temperatur
Pelepasan Histamin, Bradikinin, dan Serotonin
Hipotermi
Nyeri
4.
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista bartolini adalah:
Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
Pada Kelenjar bartolin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita penderita kista bartolini, datang ke rumah sakit dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan pasangannya, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin dan yang terparah adalah terdapat abses pada daerah kelamin. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
5.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita kista bartolini adalah:
Pada wanita usia 40 thn keatas dianjurkan utk melakukan eksisi seluruh kelenjar Bartholin oleh karena kemungkinan timbulnya suatu keganasan.
Pemasangan Kateter Word; Setelah dipasang, kateter word ini dibiarkan selama 4 minggu dan penderita dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas seksual, sampai kateter dilepas. setelah 4 minggu akan terbentuk saluran drainase baru dari kista bartholin.
Marsupialisasi adalah pembuatan insisi elips dengan skalpel diluar atau didalam cincin hymen, insisi mengiris kulit dan dinding kista dibawahnya (utk kemudian dibuang). apabila terdapat lokulasi dibersihkan. kemudian dinding kista didekatkan dengan kulit menggunakan benang 3.0 atau 4.0 dan dijahit interrupted. Angka rekurens sekitar 10%
Eksisi dilakukan jika terjadi rekurensi berulang, sebaiknya tindakan ini dilakukan di kamar operasi untuk mencegah perdarahan dari plexus venosus bulbus vestibuli
6.
Kemungkinan Data Fokus a. Wawancara Identitas klien, keluhan utama (nyeri), riwayat obstetrik, riwayat ginekologi, riwayat perkawinan, pekerjaan, pendidikan, keluhan sejak kunjungan terakhir, pengeluaran pervaginam, riwayat kehamilan, riwayat persalinan. b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe) Tanda-tanda vital: Tekanan darah normal, nadi meningkat (> 100 x/mnt), suhu meningkat (> 37 0C), RR normal (16 – 20 x/mnt) Genitalia: Nyeri pada area genitalia, adanya benjolan lunak dan supel berisi cairan berwarna kuning dan berbau, adanya perubahan warna kulit, udem pada labia mayor posterior, adannya pengeluaran cairan pada kelenjar bartolini c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan kultur cairan vagina
d. Terapi Pemberian antibiotik spektrum luas
7.
Analisa Data Data
Etiologi
DS: -
Invasi virus, jamur &
Klien mengeluh nyeri saat melakukan
bakteri + faktor
hubungan seksual, duduk, berdiri dan
presipitasi ↓
berjalan -
Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-
↓
tusuk dan perih -
Pelepasan endotoksin
Skala nyeri 3-5 (0-5)
Kerusakan jaringan ↓
DO: -
Klien tampak lemah dan kesakitan
Merangsang reseptor
-
Klien
nyeri + tekanan pada
tampak
berhati-hati
ketika
berdiri, duduk maupun berjalan -
pembuluh darah genitalia
adanya benjolan lunak dan supel
↓
berisi cairan berwarna kuning dan
Nyeri
berbau,
Diagnosa Nyeri
akut
berhubungan dengan inflamasi saluran dan
proses pada lubrikasi
peningkatan
tekanan pembuluh genitalia
pada darah
-
adanya perubahan warna kulit,
-
udem pada labia mayor posterior,
-
Adanya
pengeluaran
cairan
pada
kelenjar bartolini -
Vital sign: TD 110/70 mmHg, nadi > 100 x/mnt, suhu > 370C, RR (16 – 20 x/mnt)
DS: -
Invasi microorganisme
Klien mengatakan dirinya mengalami demam
↓
Reaksi peradangan ↓
DO: -
Klien tampak lemah dan lesu
Merangsang persarafan
-
Akral teraba hangat
sintesis protalglandin
-
Tampak berkeringat
↓
-
Vital sign: TD 110/70 mmHg, nadi >
Vasokonstriksi perifer
100 x/mnt, suhu > 370C, RR (16 – 20
↓
x/mnt)
Gangguan termoregulasi: hipertermi berhubungan dengan
adanya
proses inflamasi
Peningkatan set point temperature ↓
Demam DS: -
Klien
pertumbuhan sel mengatakan
memperoleh
belum
informasi
pernah
abnormal
tentang
↓
penyakitnya, -
Klien
mengatakan
benjolan semakin cemas
pada
kondisinya Do: - Klien tampak cemas, gelisah, ekspresi
membesar + nyeri + rencana pembedahan ↓
Kecemasan
Kecemasan berhubungan dengan
adanya
benjolan pada labia mayora
posterior
dan
prosedur
pembedahan yang akan dijalani
wajah tegang
8.
Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran lubrikasi dan peningkatan tekanan pada pembuluh darah genitalia b. Gangguan termoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi c.
Kecemasan berhubungan dengan adanya benjolan pada labia mayora posterior dan prosedur pembedahan yang akan dijalani
9.
Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Evaluasi NOC: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 X 24 jam diharapkan klien memperlihatkan rasa nyaman/ nyeri berkurang/ nyeri hilang
Gangguan rasa nyaman: Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran lubrikasi dan peningkatan Kriteria Evaluasi: tekanan pada - Menunjukkan kemampuan pembuluh darah penggunaan ketrampilan genitalia relaksasi, - Ungkapan verbal klien bahwa nyeri berkurang, - ekspresi wajah tampak rileks, skala nyeri 1 – 2 (0-5).
Perencanaan Keperawatan Intervensi 1. Kaji keluhan nyeri dengan menggunakan skala nyeri, serta perhatikan lokasi, karakteristik dan intensitas serta observasi vital sign 2. Jelaskan pada klien dan orang tua mengenai penyebab nyeri yang
Pengetahuan klien mempengaruhi tindakan dan perilaku klien menghadapi keadaannya dirasakan klien saat ini Intensitas nyeri yang dirasakan dapat non 3. Observasi ketidaknyamanan dipertimbangkan dengan ungkapan verbal dan ungkapan verbal verbal mau nonverbal yang ditampilkan 4. Bantu klien menemukan posisi Mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks, tidur dan istirahat secara efektif nyaman/ mobilisasi. kembali perhatian, 5. Anjurkan klien untuk latihan napas Memfokuskan meningkatkan rasa kontrol, dalam dan imajinasi visual atau teknik meningkatkan kemampuan koping relaksasi. dalam manajemen nyeri. Kolaborasi 6. Berikan obat analgesic sesuai program
Gangguan termoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi
Rasional Mempengaruhi pengawasan keefektifan intervensi
NOC: 1. Ukur tanda-tanda vital setiap 8 jam Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam 2. Kaji pengetahuan klien mengenai diharapkan temperatur tubuh penyebab demam dan penangan dalam batas normal (36,50C – demam di rumah 37,50C) 3. Anjurkan klien/ keluarga untuk meningkatkan intake cairan
Memblokir reseptor nyeri dapat mengurangi nyeri
sehingga
Deteksi dini jika kondisi klien membaik atau memburuk Pengetahuan klien mempengaruhi tindakan dan perilaku klien menghadapi keadaannya Suhu tubuh yang tinggi memperbesar penguapan sehingga klien lebih mudah
Kriteria Evaluasi: - Suhu tubuh dalam rentang 4. Kompres pada daerah vena besar normal (36,50C – 37,50C), - tidak terjadi peningkatan suhu, Kolaborasi - klien tampak tenang. 5. Pemberian terapi antipiretik
Kecemasan berhubungan dengan adanya benjolan pada labia mayora posterior dan prosedur pembedahan yang akan dijalani
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien memperlihatkan rasa cemas berkurang atau hilang Kriteria Evaluasi: - tidak terjadi peningkatan suhu, - klien tampak tenang. - ekspresi wajah tampak rileks, - ungkapan verbal klien bahwa dirinya tidak lagi merasa cemas, klien
1. Bina hubungan saling percaya 2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang masalah yang dihadapi 3. Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk memberikan pertanyaan terkait masalah klien 4. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi kesehatan klien dan penyembuhannya 5. Libatkan keluarga untuk menenangkan dan memotivasi klien
dehidrasi Membantu menurunkan panas tubuh dengan vasodilatasi pembuluh darah Menurunkan suhu tubuh dan menjaga klien dari komplikasi yang lebih berat dari peningkatan suhu Mempengaruhi keterbukaan klien dalam perawatan Mempengaruhi pola dan metode pemberian informasi bagi klien Memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan membantu perawat dalam pemberian informasi yang tepat sasaran Pengetahuan klien dan keterlibatannya dalam intervensi, mendorong klien untuk mengontrol dan menurunkan kecemasan Kehadiran dan perhatian terhadap kondisi menjadi salah satu motivasi bagi klien untuk lebih tenang
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Jakarta; EGC Dinata, Fredy. (2011). Jurnal: Kelainan pada Kelenjar Bartolin. Bandung; Media Komunikasi PPDS ObGyn Unair Medforth, Janet. Dkk. (2012). Kebidanan Oxford Edisi Terjemahan. Jakarta; EGC Jhonson. Ruth & Wendy. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan Edisi Terjemahan. Jakarta. EGC
View more...
Comments