LP KELUARGA DM Dan Kolestrol
October 10, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download LP KELUARGA DM Dan Kolestrol...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES MELLITUS MELLITUS DAN HYPERKOLESTEROLEMI HYPERKOLESTEROLEMIA A
A. KONSEP KELUARGA 1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Sutanto (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. 2. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas: a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ayah. b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis keturunan ibu. c. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari istri. d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dari suami. 1
e. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri. Ciri-ciri struktur keluarga:
a. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. b. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota keluarga memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugas masing-masing. c. Ada perbedaan dan kekhususan, yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. Friedman, Bowden, & Jones (2003) dalam Harmoko (2012) membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan kekuatan keluarga. a. Struktur komunikasi keluarga. Komunikasi emosional,
dalam
keluarga
komunikasi
dapat
verbal
dan
berupa non
komunikasi verbal,
secara
komunikasi
sirkular.Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada komunikasi verbal anggota keluarga dapat mengungkapkan apa yang diinginkan melalui kata-kata yang diikuti dengan bahasa non verbal seperti gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya pada saat istri marah pada suami, maka suami akan mengklarifikasi kepada istri apa yang membuat istri marah. b. Struktur peran keluarga. Peran masing – masing – masing masing anggaota keluarga baik secara formal maupun informal, model peran keluarga, konflik dalam pengaturan keluarga. c. Struktur nilai dan norma keluarga. Nilai merupakan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal apakah baik atau
bermanfaat bagi dirinya.Norma adalah
peran-peran
yang 2
dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait.Norma mengarah kepada nilai yang dianut masyarakat, dimana norma-norma dipelajari sejak kecil.Nilai merupakan perilaku motivasi diekspresikan melalui perasaan,
tindakan
dan
pengetahuan.Nilai
memberikan
makna
kehidupan dan meningkatkan harga diri (Susanto, 2012, dikutip dari Delaune, 2002).Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem s istem nilai dalam keluarga. d. Struktur kekuatan keluarga Kekuatan keluarga merupakan kemampuan baik aktual maupun potensial dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi perilaku orang lain berubah kearah positif. Tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain: hak untuk mengontrol seperti orang tua terhadap anak (legitimate (legitimate power/outhority), power/outhority), seseorang yang ditiru (referent power ), ), pendapat, ahli dan lain-lain (resource ( resource or expert power )),, pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima (reward power ), ), pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya (coercive
power ), ),
pengaruh
yang
dilalui
dengan
persuasi
(informational power ), ), pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual (affective (affective power ). ). 3. Lima (5) Tugas Keluarga
Friedman (2002) membagi 5 peran kesehatan dalam keluarga yaitu: a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan tiap anggotanya b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat c. Menberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. 3
e. Mempertahankan
hubungan
kepribadian
anggota
keluarga
dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada. 4. Tahap perkembangan keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu. Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat pada setiap tahapan perkembangan. a. Tahap I pasangan baru atau at au keluarga baru (beginning ( beginning family). family). Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan
meninggalkan
keluarga
masing-masing.Meninggalkan
keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya Tugas Tug as perkembangan 1) Membina hubungan intim dan memuaskan. 2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial. 3) Mendiskusikan rencana memiliki anak. 4) Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga; keluarga suami, keluarga istri dan keluarga sendiri. b. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child ( child bearing family). family ). Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
4
Tugas Tug as perkembangan kelurga yang penting pada tahap ini adalah: 1) Persiapan menjadi orang tua 2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexualdan kegiatan. 3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua; bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi.Perawat perlu menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai. c. Tahap III keluarga kelua rga dengan anak prasekolah ( families families with preschool ). ). Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun. Tugas Tug as perkembangan 1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. 2) Membantu anak untuk bersosialisasi 3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi. 4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam keluarga maupun dengan masyarakat. 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak. 6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. 7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang. d. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah ( families families with children). children). Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun.Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat sibuk.Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki minat sendiri.Demikian pula orang tua mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak.
5
Tugas Tug as perkembangan keluarga. 1) Membantu
sosialisasi
anak
dengan
tetangga,
sekolah
dan
lingkungan. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah. e. Tahap V keluarga dengan anak remaja r emaja ( families with teenagers). teenagers). Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.Tujuannya
untuk
memberikan
tanggung
jawab
serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa. Tugas Tug as perkembangan 1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab. 2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga. 3) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. 4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga. Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung bertanggung jawab.Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja. f. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching (launching center family). family). Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. 6
Tugas Tug as perkembangan 1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. 2) Mempertahankan keintiman pasangan. 3) Membantu orang tua memasuki masa tua. 4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. 5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. g. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle (middle age families). families). Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua. Tugas Tug as perkembangan 1) Mempertahankan kesehatan. 2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak. 3) Meningkatkan keakraban pasangan. Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup, pekerjaan dan lain sebagainya. h. Tahap VIII keluarga usia lanjut Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dan keduanya meninggal. Tugas Tug as perkembangan 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. 2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan. 3) Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling merawat. 4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat. 5) Melakukan life review. review. 6) Mempertahankan penataan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. 7
5. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga
Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang di tuakan, merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga. Dasar pegambilan keputusan tersebut adalah: a. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga kelua rga b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga atau anggota keluarga yang bermasalah. 6. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga antara lain (Suprajitno, 2004) a. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi: 1) Sandang, pangan dan papan 2) Hubungan seksual suami istri 3) Reproduksi atau pengembangan keturunan b. Fungsi ekonomi: keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban menafkahi keluarganya (istri dan anaknya) c. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai transmiter budaya atau mediator sosial budaya bagi anak d. Fungsi sosialisasi: sosialisasi : keluarga merupakan penyamaan bagi masyarakat masa depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang e. Fungsi perlindungan: keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari gangguan, ancaman, atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik dan psikologis) para anggotanya f. Fungsi rekreasi: keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya
8
g. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilainilai agama kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar 7. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi: a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut: 1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah 2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri 3) Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan wanita hamil dengan: 1) Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih l ebih 35 tahun) 2) Menderita kekurangan gizi atau anemia 3) Menderita hipertensi 4) Primipara atau multipara 5) Riwayat persalinan dengan komplikasi c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena: 1) Lahir prematur atau BBLR 2) Lahir dengan cacat bawaan 3) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi 4) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga: 1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan 2) Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga ke luarga dan sering cekcok dan tegang. 3) Ada anggota keluarga yang sering sakit. 9
4) Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan keluarga.
B. Diabetes Melitus 1. Pengertian
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. (Waspadji dan Sukardji, 2004: 2). Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008: 1220). American Diabetes Association Association (ADA) 2010, mendefinisikan diabetes melitus sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10) Diabetes melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Fauzi, 2014: 70) Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu: a. Diabetes tipe 1 Diabetes tipe 1 ini sering disebut Insulin disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus(IDDM) Melitus (IDDM) atau diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijuluki
10
diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja (Fauzi, 2014: 73). b. Diabetes Tipe 2 Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit penyakit gula. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besar diderita.Sekitar 90% - 95%penderita diabetes menderita diabetes tipe 2.Jenis diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014: 75). c. Diabetes jenis lain Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan ( gestasional gestasional diabetes), diabetes), yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan Sukardji, 2004: 4)
3. Etiologi
a. Diabetes Tipe 1 (IDDM) Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi pankreas
untuk
memproduksi
insulin
sehingga
tidak
dapat
menghasilkan cukup insulin. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah sebagai berikut (Fauzi, 2014: 73-74) : 1) Keturunan atau genetik Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak tersebut akan beresiko terkena diabetes. 2) Autoimunitas Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya sendiri.Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas.Oleh sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan
11
untuk
membentuk
insulin
karena
sistem
kekebalan
tubuh
menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin. 3) Virus atau zat kimia Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat.Semakin banyak pulau sel yang rusak, semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes. b. Diabetes Tipe 2 (NIDDM) Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi, 2014: 75-76). 1) Faktor keturunan Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi. 2) Pola makan dan gaya hidup Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast atau fast food yang yang menyajikan makanan
berlemak
dan
tidak
sehat
merupakan
penyebab
utama.Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya munculnya penyakit ini. 3) Kadar kolesterol tinggi Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi energi. 4) Obesitas Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga
12
akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi. c. Diabetes jenis lain Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat, hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati.Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prospandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring.Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu menyebabkan kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi sehingga dapat menyebabkan syok. Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan kalori, menganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibatnya terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Selain itu dengan kurangnya sel untuk metabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak yang membuat meningkatnya asam lemak, serta pemecahan protein yang
13
membuat keton dan ureum meningkat.Keadaan dimana asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan ketoasidosis. (Nurarif, 2013)
5. Pathway Diabetes
6. Tanda dan gejala
a. Menurut Fauzi (2014) pada permulaan gejala diabetes melitus yang ditunjukan meliputi: 1) Polidipsia (banyak minum) Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM 2) Polifagia (banyak makan) Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun tidak dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan
14
asupan
makanan
sehingga
mengirim
sinyal
lapar
untuk
mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi 3) Poliuria (banyak kencing) Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume urine yang banyak dan sering terjadi pada malam hari terkadang sangat mengganggu penderita.Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah. 4) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan. b. Gejala kronik yang sering timbul adalah : 1) Kesemutan 2) Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering 3) Rasa tebal di kulit 4) Kram 5) Mudah lelah dan marah 6) Mudah ngantuk 7) Mata kabur 8) Gatal di sekitar kemaluan (keputihan) 9) Seksual menurun 10) Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes kadar gula darah Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam darah setelah puasa. 1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl. 2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
15
3) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126 mg/dl. Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat mengindikasikan orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula dalam darah setelah makan 2 jam. 1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl. 2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl 3) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl(Fauzi, 2014 : 77-78). b. Tes toleransi glukosa (TTG) Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien yang menunjang kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress. c. Tes Glukosa Urine Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes, Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa. Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru.
Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin Warna
Interpretasi: (1+) s/d ( 4+) mungkin/diduga DM
Hijau kekuningan dan keruh
Positif + (1+): sesuai dengan 0,5 – 1% 1% glukosa
Kuning keruh
Positif ++ (2+): sesuai dengan 1 – 1,5 1,5 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh
Positif +++ (3+): sesuai dengan 2 – 3,5 3,5 % glukosa
Merah keruh
Positif ++++(4+): sesuai dengan dengan > 3,5 % glukosa
d. Tes HbA1C atau tes A1C Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C) merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian
16
gula darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran gambaran rata-rata gula darah selama priode waktu 6-12 minggu dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes yang dijalani. Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol (yang berarti kadar gula darah tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam satu - beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).
Tabel 2 Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah HbA1C (%)
Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6
135
7
170
8
205
9
240
10
275
11
310
12
345
Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan 6%. Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar HbA1C ditargetkan kurang dari 7%. 17
Semakin tinggi kadar HBa1C maka akan semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi, demikian pula sebaliknya (Ernawati 2013 : 8586). 8. Komplikasi
a. Komplikasi Akut Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik (HONK). (Ernawati, (Ernawati, 2013 : 87-106). 1) Hipoglikemia Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Glukosa merupakan bahan bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah satu fungsi penting system pengatur glukosa darah. Bila glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih dari beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas progresif yang menyebabkan pingsan, kejang dan koma. 2) Ketoasidosis Diabetik Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisensi insulin absolute atau relative.Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang tepat karena merupakan ancaman kematian bagi diabetes. 3) Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK) Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak
18
mengalami absolute defisiensi insulin namun relative defisiensi insulin.HHNK sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari mengalami DM atau mengalami DM dan disertai dengan penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya intake makanan salah satunya seperti infeksi (pneumonia, sepsis, infeksi gigi). b. Komplikasi Kronis 1) Komplikasi makrovaskuler a) Penyakit Arteri Koroner Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner merupakan salah satu komplikasi makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh kontrol glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi insulin,
hiperinsulinemia,
hiperamilinemia,
dislipidemia,
gangguan system koagulasi dan hiperhomosisteinimia. b) Penyakit serebrovaskuler Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM, namun pasien DM memiliki kemungkinan kardiovaskuler.
dua
kali
Pasien
lipat yang
mengalami mengalami
penyakit perubahan perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh serebral atau pembentukan emboli ditempat lain dalam sistem pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat mengakibatkaan iskemi sesaat.Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan. c) Penyakit vaskuler perifer Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM cenderung mengalami perubahan
19
aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya denyut nadi perifer dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah merupakan
penyebab
utama
terjadinya
ganggren
yang
berakibat amputasi pada pasien DM. 2) Komplikasi mikrovaskuler a) Retinopati diabetik Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan faktor resiko utama terjadinya retinopati diabetik. b) Nefropati diabetik Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan albuminuria menetap (120 %
Cara menghitung pengukuran keseimbangan energi dengan cara mengukur IMT (Indeks Masa Tubuh) IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) ²
1) IMT yang dihubungkan dengan resiko r esiko paling rendah terhadap kesehatan adalah 22-25 2) Berat badan lebih bila IMT antara 25-30 3) Obesitas bila IMT lebih dari 30 Menghitung Kebutuhan Kalori Sebelum menghitung kebutuhan kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal
22
Berat badan idaman = 90% x (tinggi badan dalam cm-100) x 1 kg
(idaman)seseorang.Yang
paling
mudah
dengan
rumus
Brocca
(Waspadji dan Sukardji, 2004:7)
Catatan : pada laki-laki dengan tinggi badan
View more...
Comments