LP Kebutuhan Aktivitas Dan Mobilisasi
October 3, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download LP Kebutuhan Aktivitas Dan Mobilisasi...
Description
LAPORAN KASUS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI NERS GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN MOBILITAS PADA An.J DENGAN THALASEMIA DI RUANG AMARILIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI GUNUNGKIDUL
DISUSUN OLEH : ANITA YUSTIKA NIM.24.20.1463
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL YOGYAKARTA 2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernafasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik dan metabolisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari ketidakadekuatan sistem pernafasan dan muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai daat menyebabkan berbagai gangguan pada system muskuloskeletal seperti atrofi oto, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Aziz, 2014). Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Menurut North American Nursing Diagnosis Association Association (NANDA) gangguan mobilitas fisik atau immobilisasi merupakan suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerakan fisik (Kozier, Erb, Berman & Snyder, 2010). Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan bebas (Kozier, 1989). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seorang untuk bergerak dengan bebas (Potter & Perry dalam Handayani, 2017). B. Klasifikasi
1. Jenis Mobilitas a. Mobilitas penuh. Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari- hari. Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian. Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabakan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang. 2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel. Contohnya terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik (Widuri, 2010). 2. Rentang Gerak dalam mobilisasi Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu : a. Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. b. Rentang gerak aktif Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000). 3. Jenis Immobilitas: Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa bebera pa macam keadaan imobilitas antara lain : a. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut. b. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak. c. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. d. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit.
c. Etiologi
1. Penyebab Penyebab utama immobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
Penyebab secara umum
:
a.
Kelainan postur
b.
Gangguan perkembangan otot
c.
Kerusakan system saraf pusat
d.
Trauma langsung pada system musculoskeletal dan neuromuscular
e.
Kekakuan otot
Faktor penyebab terjadinya gangguan mobilitas fisik yaitu: a. Penurunan kendali otot b. Penurunan kekuatan otot c. Kekuatan sendi d. Kontraktur e. Gangguan muskuloskeletal f. Gangguan neuromuskular g. Keengganan melakukan gerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017). 2. Faktor – faktor faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi dan aktivitas a. Gaya hidup Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemabuk. b. Proses penyakit dan injuri Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena mederita penyakit tertentu misalnya CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler. Kebudayaan Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
c. Tingkat energi Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
d. Usia dan status perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit. d. Tanda dan Gejala
1. Kontraktur sendi Disebabkan karena tidak digunakan atrofi dan pendekatan saraf otot. 2. Perubahan eliminasi urine Eliminasi urine pasien berubah karena adanya imobilisasi pada posisi tegak lurus, urine mengalir keluar dari pelvis ginjal lalu masuk ke dalam ureter dan kandung kemih akibat gaya gravitasi. 3. Perubahan sistem integument Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoreksia jaringan. Jaringan yang tertekan, darah membentuk dan kontriksi kuat pada pembuluh darah akibat tekanan persistem pada kulit dan struktur di bawah kulit sehingga respirasi selular terganggu dan sel menjadi mati. 4. Perubahan metabolik Ketika cidera atau stres terjadi, sistem endokrin memicu serangkaian respon yang bertujuan untuk mempertahankan tekanan darah dan memelihara hidup. 5. Perubahan sistem muskulus skeletal Keterbatasan mobilisasi mempengaruhi otot klien melalui kehilangan daya tahan, penurunan massa otot atrofi dan penurunan stabilitas.
6. Perubahan pada sistem respiratori Klien dengan pasca operasi dan imobilisasi beresiko tinggi mengalami komplikasi pada paru- paru. Adapun tanda dan gejala pada gangguan mobilitas fisik yaitu: 1. Gejala dan tanda mayor a. Subjektif: mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas b. Objektif: kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun 2. Gejala dan tanda minor a. Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak. b. Objektif: sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerak terbatas, fisik lemah. (Tim Pokja DPP PPNI, 2017). E. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu me mbantu mengatur men gatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah (Potter dan Perry, 2012).
F. Pathway
G. Komplikasi
Menurut Garrison (dalam Bakara D.M & Warsito S, 2016) gangguan gan gguan mobilitas fisik dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein thrombosis, serta kontraktur. Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi adalah pembekuan darah yang mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan daan pembengkaan. Kemudian, juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru. Selanjutnya yaitu dekubitus. Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi. Atrofi dan kekakuan sendi juga menjadi salah satu komplikasi dari gangguan mobilitas fisik. Hal itu disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi. Komplikasi lainnya, seperti disritmia, peningkatan tekanan intra cranial, kontraktur, gagal nafas, dan kematian (Andra, Wijaya, Putri , 2013).
H. Penatalaksanaan 1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien. Tujuan : a. Mempertahankan kenyamanan b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas c. Mempertahankan kenyamanan 2. Mengatur posisi pasien di tempat tidur a. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk Tujuan : 1) Mempertahankan kenyamanan 2) Menfasilitasi fungsi pernafasan b. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri Tujuan : 1) Melancarkan peredaran darah ke otak 2) Memberikan kenyamanan 3) Melakukan huknah
4) Memberikan obat peranus (inposutoria) 5) Melakukan pemeriksaan daerah anus c. Posisi trelendang adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah d. Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian atas tempat tidur. 3. Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda Tujuan : a. Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur b. Mempertahankan kenyamanan pasien c. Mempertahankan kontrol diri pasien d. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan 4. Membantu pasien berjalan Tujuan : a. Toleransi aktifitas b. Mencegah terjadinya kontraktur sendi I. Proses Keperawatan
1) Pengkajian a. Pemeriksaan Fisik 1) Mengkaji skelet tubuh Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang. 2) Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
o
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
o
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
o
3) Mengkaji sistem persendian Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
4) Mengkaji system otot Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masingmasing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya adan ya edema atau atropfi, nyeri otot. 5) Mengkaji cara berjalan Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit penyakit Parkinson). 6) Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yan yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler. 7) Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Rentang gerak (range of motion-ROM) Tipe gerakan
Derajat rentang normal
Leher, spinal, servikal Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada
45
Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak
45
Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejau 10 mungkin Fleksi lateral : memiringkan kepala sejau mungkin ke 40-45 arah setiap bahu Rotasi : memutar kepala sejau mungkin dalam gerakan sirkuler Bahu
180
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping 180 tubuh ke depan ke posisi di atas kepala Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi semula
180
Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas 180 kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan 320 menyilang tubu sejau mungkin Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu 90 dengan menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang. Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan 90 sampai ibu jari ke atas dan samping kepala Lengan bawah Supinasi : memutar lengan bawa dan telapak tangan 70-90 seingga telapak tangan menghadap ke atas Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak 70-90 tangan menghadap ke bawah Pergelangan tangan Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan bawah
80-90
Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, 80-90 tangan, dan lengan bawa berada pada arah yg sama Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan miring
Sampai 30
(medial) ke ibu jari Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan tangan miring
30-50
(medial) ke ibu jari Jari-jari tangan Fleksi : membuat pergelangan
90
Ekstensi : meluruskan jari tangan
90
Hiperkstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke 30-60 belakang sejau mungkin Ibu jari Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan
90
Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjau dari tangan Pinggul
90
Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas
90-120
Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai 90-12 yang lain 0 Lutut Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha
120-
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai
130 120130
Mata kaki Dorsofleksi : menggerakkan sehingga jari-jari kaki 20-30 menekuk ke atas Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari 45-50 kaki menekuk ke bawah
Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living)
0
: Pasien mampu berdiri
1
: Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal
2
:Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan
3
: Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan alat
4
: Tergantung secara total pada pemberian asuhan
Kekuatan Otot/ Tonus Otot
0 : Otot sama sekali tidak bekerja 1 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan tahanan sewaktu jatuh
2 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan sentuhan agak jauh 3 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat 4 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat dan melawan tekanan secara stimulan 2) Diagnosa Keperawatan a. Hambatan mobiitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas ditandai dengan keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar dan keterbatasan rentang gerak sendi b. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan neuromuskular ditandai dengan ketidakmampuan untuk meakukan pembersihan tubuh. c. Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko tonjolan tulang ditandai dengan imobilisasi fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz. A.H, Uliyah. M. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Heriana, Pelapina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tangerang Selatan : Binarupa aksara. Nanda. 2015. Nursing Diagnosis Defenitin and Classification 2015-2017. Nanda International. EGC. Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN MOBILITAS PADA An.J DENGAN THALASEMIA DI RUANG : AMARILIS RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL
Tanggal Masuk RS
: 30 Maret 2021
No. Registrasi
: xxxxx
Tanggal Pengkajian
: 30 Maret 2021 pukul 13.30 WIB
Diagnosa Medis
: Thalasemia
A. IDENTITAS PASIEN Nama : An. J Jenis |Kelamin : Laki-laki Umur : 16 Tahun Pendidikan : SMP Kelas VII Agama : Kristen Pekerjaan : Pelajar Status Perkawinan : Belum Menikah Alamat : Gandung Sari B. KELUHAN UTAMA Pasien mengatakan mudah lelah setiap selesai beraktivitas b eraktivitas ringan
C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG 1. Provacative/Paliative : Pasien mengatakan kelelahan apabila selesai beraktivitas 2. Quantity/quality : Sering kelelahan ketika melakukan aktivitas ringan 3. Region : Pasien mengatakan lelah seluruh tubuh 4. Severrity :
Pasien mengatakan ketika kelelahan pasien tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Time : Pasien mengatakan selalu mengalami kelelahan dan rutin melakukan tranfusi setiap bulan
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU 1. Riwayat Penyakit: Pasien mengatakan didiagnosa thalasemia sejak tahun 2013 dan setelah itu rutin melakukan transfusi darah setiap bulan hingga saat ini. 2. Riwayat Pengobatan : Pasien mengatakan rutin setiap bulan masuk rumah sakit untuk mendapatkan transfusi darah. 3. Riwayat Operasi : Pasien mengatakan pernah menjalani operasi pengangkatan limfa saat berumur 3 tahun. 4. Alergi : Pasien mengatakan tidak memiliki alergi.
5. Imunisasi: Pasien mengatakan sudah lupa imunisasinya.
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Pasien mengatakan belum pernah ada keluarga yang mengalami sakit serupa dengan pasien. F. RIWAYAT OBSTETRIK G: - P: - A: - HPHT: HPHT: - TTP: -
No
Umur Kehamilan
Riwayat Persalinan
Nifas
Kondisi Anak
Penolong
G. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Nutrisi : Jenis makanan : Pasien mengatakan sering makan nasi, ayam dan telur. Frekuensi : Pasien mengatakan makan 3x sehari
Habis berapa porsi Makanan kesukaan BB: 54
TB: 164
: Pasien mengatakan selalu menghabiskan makanannya : Ikan pari panggang dan sayur sawi IMT: 20
Nausea/Vomitus
: Pasien mengatakan tidak ada muntah.
Minum
: Pasien mengatakan sering minum air putih
Jenis Minum Jumlah
: Air putih dan kadang minum kopi : Pasien mengatakan biasanya minum sekitar 1500 cc
2. Aktivitas dan Latihan
ADL Makan/Minum Toileting Berpakaian Mobilisasi dari tempat tidur
0 √ √ √
Berpindah Ambulasi
√
1
2
3
4
Keterangan 0 : mandiri 1 : dengan alat bantu 2 : dibantu orang lain 3 : dibantu orang lain dengan alat 4 : tergantung total
Keterangan : Pasien mengatakan ketika sakit tetap melakukan ADL secara mandiri. 3. Istirahat dan Tidur
Kebutuhan Istirahat : Pasien mengatakan setiap mengalami kelelahan selalu beristirahat di tempat tidur, untuk malam hari biasanya pasien tidur pukul 23.00 dan bangun pada pukul 06.00.
Kebutuhan Tidur : Pasien mengatakan tidurnya cukup, biasanya lama tidurnya 5-6 jam. 4. Eliminasi BAB Pola BAB
: : Pasien mengatakan BAB 1 kali dalam satu hari
Karakter feses
: Pasien mengatakan fesesnya lembek
Riwayat Perdarahan
: Pasien mengatakan tidak ada darah yang keluar saat BAB
BAB terakhir
: Pasien mengatakan BAB terakhir pukul 10.30 WIB
Diare
: Pasien mengatakan tidak sedang diare.
BAK : Pola BAK : Pasien mengatakan dalam sehari biasanya 2-5 kali BAK.
Karakter Urine : Pasien mengatakan warna urinnya kadang puth dan kadang kuning jernih.
Nyeri/Kesulitan : Pasien mengatakan tidak mengalami nyeri atau kesakitan saat BAK.
Penggunaan Diuretik
:
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi diuretik.
5. Persona 5. Personall H ygi ygie ene /Perawatan Diri Kebersihan Tubuh : Kulit pasien tampak pucat dan kurang bersih. Pasien mengatakan mandi 1 kali sehari. Kebersihan Gigi dan mulut : Gigi tampak kekuningan dan pasien mengatakan hanya sikat gigi 1 kali sehari. Kebersihan kuku : Kuku tampak panjang dan terdapat kotoran hitam pada kuku kaki dan tangan. Pasien mengatakan terakhir potong kuku sekitar 1 bulan yang lalu. H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL 1. Persepsi dan Pemeliharaan kesehatan Pandangan terhadap kesehatan : Pasien mengatkan sehat adalah ketika dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara normal tanpa terganggu.
Harapan terhadap penyakit : Pasien mengatakan berharap cepat sembuh. Sikap terhadap pengobatan/perawatan : Pasien mengatakan berharap agar sakitnya cepat sembuh dan terangkat.
2. Konsep Diri Harga diri : Pasien mengatakan harga dirinya masih sama seperti saat sebelum sakit, karena pasien mengatakan bahwa dia orang biasa jadi tidak merasa harga dirinya hilang. Ideal diri : Pasien mengatakan ideal dirinya adalah ketika dia mampu melakukan kegiatan seharihari. Peran diri : Pasien mengatakan tidak kehilangan perannya sebagai seorang anak maupun pelajar. Gambaran diri : Pasien mengatakan gambaran diri dalam kondisi yang baik dngan mrasa anggota tubuh yang lengkap hanya merasa tidak nyaman ketika sakit kepalanya kambuh. Identitas diri : Pasien mengatakan identitasnya sebagai seorang anak dan pelajar masih dalam keadaan baik. 3. Peran dan Hubungan Sosial Tinggal bersama : Pasien mengatakan tinggal bersama orang tua
Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya baik. Hubungan dengan tetangga/masyarakat : Pasien mengatakan hubungan dengan tetangga dan masyarakat disekitarnya baik dan tidak ada masalah. Orang yang membantu perawatan di RS : Pasien mengatakan yang membantu perawatan di rumah sakit adalah ayahnya. Hubungan dengan keluarga dan tetangga selama di RS : Pasien mengatakan jarang berkomunikasi dengan ayahnya selama di rumah sakit, terkadang bapak harus pulang untuk bekerja sehingga terkadang tidak ada yang menemani pasien di rumaha sakit selama perawatan. Hubungan dengan teman sekamar/pasien lain : Pasien tidak memiliki teman sekamar selama dirawat. Hubungan dengan dokter/perawat/tim kesehatan di RS: Pasien kooperatifdan bisa diajak kerjasama.
View more...
Comments