lp hipertiroidisme.docx

October 24, 2017 | Author: Rosy Azizah Rizki | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

h;kjjkjljlk...

Description

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny C DENGAN HIPERTIROIDISME DI BANSAL MELATI 2 RSUP DR SURADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah IV

Disusun oleh: 1. Enggar Susanti

NIM. P07120111011

2. Rosy Azizah Rizki

NIM. P07120111032

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2013

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny C DENGAN HIPERTIROIDISME DI BANSAL MELATI 2 RSUP DR SURADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disahkan: Hari/Tanggal :................

Disusun oleh : 1. Enggar Susanti

NIM. P07120111011

2. Rosy Azizah Rizki

NIM. P07120111032

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan

Wakhid Rohmadi, AMK

Pembimbing Pendidikan

Rosa Delima Ekwantini, S.Kp, M.Kes

BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan sekresi hormon tiroid. Tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis yang terjadi bila jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon ini. Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah. Seperti kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih banyak daripada pria, terutama wanita muda yang berusia antara 20-40 tahun (Chang, 2010).

B. Klasifikasi Hipertiroidisme dapat timbul spontan atau akibat asupan hormon tiroid yang berlebihan. Terdapat dua tipe hipertiroidisme spontan yang paling sering dijumpai yaitu penyakit Graves dan goiter nodular toksik/multi nodular goiter/ adenoma toksik. Pada penyakit graves kel tiroid membesar secara difus akibat adanya hipertropi dan hiperplasia difus sel epitel follikel tiroid. Kelenjar biasanya lunak dan licin,kapsulnya utuh. Pada penyakit Graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstratiroidal, dan keduanya mungkin tak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid, dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun, sering disertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal oftalmopati ditandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, dan kegagalan konvergensi. Pada Goiter nodular toksik sebagian besar adenoma tidak fungsional, sebagian kecil menghasilkan

hormon

tiroid

dan

menyebabkan

gejala

klinis

tirotoksikosis.

Pembentukan hormon pada adenoma fungsional terjadi tanpa bergantung padaTSH, adenoma ini disebut “nodul otonom”. Goiter nodular toksik, lebih sering ditemukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular kronik, manifestasinya lebih ringan dari penyakit Graves.

C. Etiologi 1. Penyakit Graves Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak. 2. Toxic Nodular Goiter Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan. 3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping. 4. Produksi TSH yang Abnormal Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak. 5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid) Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid. 6. Konsumsi Yodium Berlebihan Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid. D. Manifestasi klinis 1. Sistem integumen Diaphoresis, rambut halus dan jarang dan kulit lembab 2. Sistem pencernaan Berat badan menurun , nafsu makan meningkat dan diare 3. Sistem muskuloskeletal

Kelemahan 4. Sistem pernapasan Dipsnea dan takipnea 5. Sistem kardiovaskuler Palpitasi, nyeri dada, sistolik meningkat, tekanan nadi meningkat, takikardi, disritmia 6. Metabolik Peningkatan laju metabolisme tubuh dan intoleran terhadap panas, suhu subfebris 7. Sistem neurologi Mata kabur, mata lelah, insomnia, infeksi atau ulkus kornea, sekresi air mata meningkat,

konjungtiva

merah,

fotopoobia,

tremor,

hiperrefleks

tendon.

Eksoftalmus, mata jarang berkedip, tremor palpebra jika mata menutup, edema palpebra 8. Sistem reproduksi Amenore, volume menstruasi berkurang, libido meningkat 9. Psikologi/ emosi Gelisah, iritabilitas, gugup, emosi labil, perilaku mania, dan perhatian menyempit. E. Patofisiologi TSI merangsang kel. Tiroid scr abnormal

Autoimun

Produksi hormon tiroid berlebih

Peningkatan metabolisme

BB turun

Perub nutrisi kurang dr kebut tbh

Peningkatan aktv SSP

Tdk seimbang energi dg kebut

Kelelahan

Perub konduksi listrik jantung

Beban kerja jantung naik Aritmia, takikardi

Resiko penurunan curah jantung

Reseptor TSH kel tiroid terangsang

Kelenjar tiroid aktif berlebih

Peningkatan rangsangan SSP

Tremor, gelisah, cemas, insomnia

Aktivitas kel tiroid berlebih Regulasi umpan balik tdk bekerja

Pertumbuhan jar berlebih dibelakang bola mata

exoftalmus

Resiko kerusakan integritas jar.

Ggn pola tidur

ansietas

Produksi hormon tiroksin berlebih

TSI menyerupai kerja TSH pd kel tiroid

Rangsangan kelenjar tiroid scr kontinu oleh TSI

Goiter

Perub bentuk leher

HDR

F. Penatalaksanaan a. Farmakoterapi (Obat antitiroid), untuk menghambat satu atau beberapa stadium sintesis atau pelepasan hormon dan untuk mengurangi jumlah jaringan tiroid yang mengakibatkan penurunan produksi hormon tiroid. Indikasi : 1) Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikosis. 2) Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium aktif. 3) Persiapan tiroidektomi 4) Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia 5) Pasien dengan krisis tiroid

Obat-obat yang termasuk golongan antitiroid ini adalah thionamide, yodium, lithium, perchlorat dan thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari golongan thionamide adalah propylthiouracyl (PTU), 1 - methyl - 2 mercaptoimidazole (methimazole, tapazole, MMI), carbimazole. Obat ini bekerja menghambat sintesis hormon tetapi tidak menghambat

sekresinya,

yaitu

dengan

menghambat

terbentuknya

monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya lebih murah sehingga pada saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan. Obat antitiroid diakumulasi dan dimetabolisme di kelenjar gondok sehingga pengaruh pengobatan lebih tergantung pada konsentrasi obat dalam kelenjar dari pada di plasma.

Obat antitiroid yang sering digunakan : Obat Karbimazol Metimazol Propiltourasil b. Pemberian yodium

Dosis awal (mg/hari) 30-60 30-60 300-600

Pemeliharaan (mg/hari) 5-20 5-20 5-200

Pemberian yodium akan menghambat sintesa hormon secara akut tetapi dalam masa 3 minggu efeknya akan menghilang karena adanya escape mechanism dari kelenjar yang bersangkutan, sehingga meski sekresi terhambat sintesa

tetap ada. Akibatnya terjadi penimbunan hormon dan pada saat yodium dihentikan timbul sekresi berlebihan dan gejala hipertiroidi menghebat. Pengobatan dengan yodium (MJ) digunakan untuk memperoleh efek yang cepat seperti pada krisis tiroid atau untuk persiapan operasi. Sebagai persiapan operasi, biasanya digunakan dalam bentuk kombinasi. Dosis yang diberikan biasanya 15 mg per hari dengan dosis terbagi yang diberikan 2 minggu sebelum dilakukan pembedahan. Marigold dalam penelitiannya menggunakan cairan Lugol dengan dosis 1/2 ml (10 tetes)3 kali perhari yang diberikan '10 hari sebelum dan sesudah operasi. c. Pemberian beta blocker Terjadinya

keluhan

dan

gejala

hipertiroidi

diakibatkan

oleh

adanya

hipersensitivitas pada sistim simpatis. Meningkatnya rangsangan sistem simpatis ini diduga akibat meningkatnya kepekaan reseptor terhadap katekolamin. Reserpin, guanetidin dan penyekat beta (propranolol) merupakan obat yang masih digunakan. Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol lebih efektif terutama dalam kasus-kasus yang berat. Biasanya dalam 24 - 36 jam setelah pemberian akan tampak penurunan gejala. Khasiat propranolol: − penurunan denyut jantung permenit − penurunan cardiac output − perpanjangan waktu refleks Achilles − pengurangan nervositas − pengurangan produksi keringat − pengurangan tremor Di samping pengaruh pada reseptor beta, propranolol dapat menghambat konversi T4 ke T3 di perifer. Bila obat tersebut dihentikan, maka dalam waktu ± 4 - 6 jam hipertiroid dapat kembali lagi. Hal ini penting diperhatikan, karena penggunaan dosis tunggal propranolol sebagai persiapan operasi dapat menimbulkan krisis tiroid sewaktu operasi. Penggunaan propranolol a.l. sebagai : persiapan tindakan pembedahan atau pemberian yodium radioaktif, mengatasi kasus yang berat dan krisis tiroid. d. Pengobatan dengan yodium radioaktif Sejak ditemukannya I131 terjadi perubahan dalam bidang pengobatan hipertiroidi. Walaupun dijumpai banyak komplikasi yang timbul setelah pengobatan, namun karena harganya murah dan pemberiannya mudah, cara ini banyak digunakan. Tujuan pemberian I131 adalah untuk merusak sel-sel kelenjar yang hiperfungsi. Sayangnya I131 ini temyata menaikan angka kejadian

hipofungsi kelenjar gondok (30 — 70% dalam jollow up 10 — 20 tahun) tanpa ada kaitannya dengan besarnya dosi obat yang diberikan. Di samping itu terdapat pula peningkatan gejala pada mata sebanyak 1 — 5% dan menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perubahan gen dan keganasan akibat pengobatan cara ini, walaupun belum terbukti. e. Operasi Indikasi utaina untuk melakukan tindakan pembedahan adalah mereka yang berusia muda dan gagal atau alergi terhadap obat-obat antitiroid. Tindakan pembedahan berupa tiroidektomi subtotal juga dianjurkan pada penderita dengan keadaan yang tidak mungkin diberi pengobatan dengan I131(wanita hamil atau yang merencanakan kehamilan dalam waktu dekat). Indikasi lain adalah

mereka

yang

sulit

dievaluasi

pengobatannya,

penderita

yang

keteraturannya minum obat tidak teijamin atau mereka dengan struma yang sangat besar dan mereka yang ingin cepat eutiroid atau bila strumanya diduga mengalami keganasan, dan alasan kosmetik. Untuk persiapan pembedahan dapat diberikan kombinasi antara thionamid, yodium atau propanolol guna mencapai keadaan eutiroid. Thionamid biasanya diberikan 6 - 8 minggu sebelum operasi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian larutan Lugol selama 10 - 14 hari sebelum operasi. Propranolol dapat diberikan beberapa minggu sebelum operasi, kombinasi obat ini dengan Yodium dapat diberikan 10 hari sebelum operasi. Tujuan pembedahan yaitu untuk mencapai keadaan eutiroid yang permanen. Dengan penanganan yang baik, maka angka kematian dapat diturunkan sampai 0.13 f.

Pengobatan tambahan 1) Ipodat Ipodat kerjanya lebih cepat dibanding propiltiourasil dan sangat baik digunakan pada keadaan akut seperti krisis tiroid. Kerja ipodat adalah menurunkan konversi T₄ menjadi T₃ diperifer, mengurangi sintesis hormon tiroid, serta mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid. 2) Litium Litium

mempunyai

daya

kerja

seperti

yodium,

namun

tidak

jelas

keuntungannya dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid yg alergi terhadap yodium e. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan: 1) Diet yang diberikan harus tinggi kalori, yaitu memberikan kalori 2600-3000 kalori per hari baik dari makanan maupun dari suplemen.

2) Konsumsi protein harus tinggi yaitu 100-125 gr (2,5 gr/kg berat badan) per hari untuk mengatasi proses pemecahan protein jaringan seperti susu dan telur. 3) Isttirahat Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat.

Penderita

dianjurkan

tidak

melakukan

pekerjaan

yang

melelahkan/mengganggu pikiran balk di rmah atau di tempat bekerja. Dalam keadaan berat dianjurkan bed rest total di Rumah Sakit. 4) Mengurangi rokok, alkohol dan kafein yang dapat meningkatkan kadar metabolisme. G. Komplikasi 1. krisis tirotoksikosis eksaserbasi akut semua gejala tirotoksikosis, sering terjadi sebagai akibat suatu sindrom yang demikian berat, sehingga dapat menyebabkan kematian. Gejala krisis tirotoksikosis adalah hipermetabolisme dan adrenergic berlebihan. Febris dari 38-410C dan dihubungkan dengan muka kemerahan dan keringat banyak. Terdapat takikardi, gejala susuna saraf pusat termasuk agitasi berat, gelisah, derilium, dan koma. 2. Penyakit jantung hipertiroid Gangguan pada jantung terjadi akibat dari perangsangan berlebihan pada jantung oleh hormon tiroid dan menyebabkan kontraktilitas jantung meningkat dan terjadi takikardi sampai dengan fibrilasi artrium jika menghebat. Pada pasien yang berumur di atas 50 tahun akan lebih cenderung mendapat payah jantung. 3. Oftalmopati Graves Seperti estoftalmus penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata yang berlebihan dan peningkatan foto phobia dapat menganggu kualitas hidup pasien sehingga aktivitas rutin pasien terganggu. 4. Dermophati Graves Dermophatitiroid terdiri dari penebalan kulit terutama di bagian atas tibia, bagian bawah (miksedema pretibia), yang disebabkan glikosaminoglikan. Kulit sangat menebal dan tidak dapat dicubit H. Pemeriksaan Penunjang 1. T4 Serum Ditemukan peningkatan T4 serum pada hipertiroid.T4 serum normal antara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L).Kadar T4 serum merupakan tanda yang akurat untuk menunjukkan adanya hipertiroid. 2. T3 Serum

Kadar T3 serum biasanya meningkat.Normal T3 serum adalah 70-220 mg/dl (1,15 hingga 3,10 nmol/L). 3. Tes T3 Ambilan Resin Pada hipertiroid, ambilan T3 lebih besar dari 35% (meningkat).Normal ambilan t3 ialah 25% hingga 35% (fraksi ambilan relative: 0,25 hingga 0,35). 4. Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon) Pada hipertiroid ditemukan kenaikan kadar TSH serum 5. Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon) Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa.Pada hipertiroidisme akan ditemukan penurunan kadar TRH serum. 6. Tiroslobulin Pemeriksaan Tiroslobulin melalui pemeriksaan radio immunoassay.Kadar tiroslobulin meningkat pada hipertiroid.

I.

Pengkajian 1. Pengumpulan biodata seperti umur, jenis kelamin dan tempat tinggal 2. Riwayat penyakit dalam keluarga 3. Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktivitas dan mobilitas, pola makan, penggunaan obat tertentu, istirahat dan tidur 4. Keluhan klien seperti berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat, diare, tidak tahan panas, berkeringat banyak, palpitasi dan nyeri dada 5. Pemeriksaan fisik: a. Amati penampilan umum klien, amati wajah trutama kelainan pada mata: 1) Ophtalmopati: -

eksoftalmus

: bulbus okuli menonjol keluar

-

tanda Stellwag s

: mata arang berkedip

-

tanda Von Graefes : jika klien melihat kebawah maka palpebra superior

-

sukar atau sama sekali tidak dapat mengikuti bola mata

tanda mobieve

:

sukar

mengadakan

atau

menahan

konvergensi -

tanda joffroy

: tidak dapat mengerutkan dahi jika melihat ke

atas -

tanda rosenbagh

: tremor palpebra jika mata menutup

2) Edema palpebra dikarenakan akumulasi cairan di periorbita dan penumpukan lemak di retro orbita 3) Penurunan visus akibat penekanan saraf optikus dan adanya tandatanda radang atau infeksi pada konjungtiva atau kornea

4) Fotopobia dan pengeluaran air mata yang berlebihan b. Palpasi kelenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana konsistensinya, apakah dapat digerakkan serta apakah nodul soliter atau multipel c. Auskultasi adanya bruit 6. Pengkajian psikososial mencakup kestabilan emosi; iritabilitas, perhatian yang menurun dan perilaku mania. Fluktuasi emosi menyebabkan klien bertambah lemah

J. Diagnosis keperawatan dan intervensi 1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,keadaan hipermetabolisme,peningkatan beban kerja jantung Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : a.

Nadi perifer dapat teraba normal

b.

Vital sign dalam batas normal.

c.

Pengisian kapiler normal

d.

Status mental baik

e.

Tidak ada disritmia Intervensi

Rasional

1) Pantau tekanan darah pada posisi 1) Hipotensi umum atau ortostatik baring,

duduk

dan berdiri jika

memungkinkan.

Perhatikan

besarnya tekanan nadi

dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi

perifer

yang

berlebihan dan penurunan volume sirkulasi

2) Periksa kemungkinan adanya nyeri 2) Merupakan

tanda

adanya

dada atau angina yang dikeluhkan

peningkatan kebutuhan oksigen

pasien

oleh otot jantung atau iskemia

3) Auskultasi suara nafas,perhatikan 3) Murmur

yang

menonjol

adanya suara yang tidak normal

berhubungan

dengan

curah

(seperti krekels)

jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik

4) Observasi tanda dan gejala haus 4) Dehidrasi yang cepat dapat terjadi yang

hebat,mukosa

membran

yang

akan

menurunkan

kering,nadi

volume sirkulasi dan menurunkan

lemah,penurunan produksi urine

curah jantung

dan hipotensi 5) Catat masukan dan keluaran

5) Kehilangan cairan yang terlalu banyak

dapat

menimbulkan

dehidrasi berat b.

Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi Tujuan : Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi Intervensi

Rasional

1) Pantau tanda vital dan catat nadi 1) Nadi secara luas meningkat dan baik istirahat maupun saat aktivitas

bahkan

istirahat,takikardia

mungkin ditemukan 2) Ciptakan lingkungan yang tenang

2) Menurunkan

stimulasi

yang

besar

dapat

kemungkinan

menimbulkan agitasi,hiperaktif,dan insomnia 3) Sarankan pasien untuk mengurangi 3) Membantu melawan pengaruh dari aktivitas

peningkatan metabolism

4) Berikan tindakan yang membuat 4) Meningkatkan relaksasi pasien

merasa

nyaman

seperti

massase c.

Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan) Tujuan : Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengan kriteria : 1)

Nafsu makan baik.

2)

Berat badan normal

3)

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi

Rasional

1) Catat adanya anoreksia, mual dan 1) Peningkatan aktivitas adrenergic muntah

dapat

menyebabkan

gangguan

sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan hiperglikemia 2) Pantau masukan makanan setiap 2) Penurunan

berat

badan

terus

hari, timbang berat badan setiap

menerus dalam keadaan masukan

hari

kalori

yang

cukup

merupakan

indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid 3) Kolaborasi untuk pemberian diet 3) Mungkin

memerlukan

bantuan

tinggi kalori, protein, karbohidrat

untuk menjamin pemasukan zat-zat

dan vitamin

makanan

yang

adekuat

mengidentifikasi

dan

makanan

pengganti yang sesuai. d.

Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan mekanisme perlindungan dari mata;kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus Tujuan : Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus Intervensi 1)

Rasional

Observasi

adanya

edema 1) Stimulasi

periorbital 2)

umum

dari

stimulasi

adrenergik yang berlebihan

Evaluasi ketajaman mata

2) Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari

peningkatan

jaringan

retroorbita 3)

Anjurkan

pasien

menggunakan 3) Melindungi kerusakan kornea

kaca mata gelap 4)

Bagian

kepala

tempat

tidur 4) Menurunkan edema jaringan bila

ditinggikan e.

ada komplikasi

Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik Tujuan : Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks Intervensi 1)

Observasi

Rasional tingkah

laku

menunjukkan tingkat ansietas

yang 1) Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan

peka

rangsang

dan

insomnia 2)

Bicara singkat dengan kata yang 2) Rentang sederhana

menjadi

perhatian

mungkin

pendek,konsentrasi

berkurang,yang

membatasi

kemampuan untuk mengasimilasi informasi 3)

Jelaskan prosedur tindakan

3) Memberikan informasi yang akurat yang

dapat

menurunkan

kesalahan interpretasi 4)

Kurangi stimulasi dari luar

4) Menciptakan

lingkungan

yang

terapeutik f.

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria : Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya Intervensi 1)

Rasional

Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan

1) Memberikan

pengetahuan

dasar

dimana pasien dapat menentukan pilihan berdasarkan informasi

2)

Berikan informasi yang tepat

2) Berat

ringannya

keadaan,

penyebab,usia dan komplikasi yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan 3)

Identifikasi sumber stress

3) Faktor psikogenik seringkali sangat penting

dalam

memunculkan/eksaserbasi

dari

penyakit ini 4)

Tekankan

pentingnya

4) Mencegah munculnya kelelahan

perencanaan waktu istirahat 5)

Berikan

informasi

tanda

dan

gejala dari hipotiroid

5) Pasien yang mendapat pengobatan hipertiroid

besar

kemungkinan

mengalami hipotiroid yang dapat terjadi segera setelah pengobatan selama 5 tahun kedepan g.

Risiko tinggi perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur Tujuan : Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab. Intervensi

Rasional

1) Kaji proses pikir pasien seperti 1) Menentukan adanya kelainan pada memori,

rentang

perhatian,

proses

orientasi terhadap tempat, waktu dan orang 2) Catat adanya perubahan tingkah laku

2) Kemungkinan

terlalu

waspada,

tidak dapat beristirahat, sensitifitas meningkat atau menangis atau

mungkin

berkembang

psikotik

yang

menjadi

sesungguhnya

sensori 3) Kaji tingkat ansietas

3) Ansietas dapat merubah proses pikir

4) Ciptakan

lingkungan

tenang,turunkan

yang stimulasi

lingkungan

4) penurunan

stimulasi

eksternal

dapat menurunkan hiperaktifitas/ refleks,peka

rangsang

saraf,halusinasi pendengaran 5) Orientasikan pasien pada tempat dan waktu

5) Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan

6) Anjurkan terdekat

keluarga

atau

lainnya

orang untuk

mengunjungi klien

dalam

mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.

7) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

6) Membantu

seperti

7) Meningkatkan relaksasi,menurunkan

sedatif/tranquilizer,atau

hipersensitifitas

saraf/agitasi

obat anti psikotik

untuk meningkatkan proses pikir.

DAFTAR PUSTAKA

Chang, E. dkk. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Dongoes Marilynn, E.1993.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hermawan. 2013. Pengelolaan dan pengobatan hipertiroidi. Cermin Dunia Kedokteran No. 63, 1. http://si.uns.ac.id/profil/uploadpublikasi/Jurnal/ag_04.pdf. Diunduh tanggal 24 Oktober 2013. Price Sylvia, A.1994. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nanda International. 2007. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rumahorbo, H. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smeltzer Suzanne, C.1997.Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. USU. 2011. Tinjauan Teori Struma. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20013/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh tanggal 12 Maret 2013.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF