Lp Hemofilia Anak
May 14, 2019 | Author: cindy sukma | Category: N/A
Short Description
anak...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HEMOFILIA
OLEH : NI MADE DWIYANTI 0902105072
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2013
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOFILIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
Pengertian
Hemofilia adalah suatu penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang sukar membeku di waktu terjadinya luka. Biasanya darah orang normal bila keluar dari luka akan membeku dalam waktu 5-7 menit, namun pada orang hemofilia, darah akan membeku antara 50 menit sampai 2 jam, sehingga menyebabkan orang meninggal dunia dunia karena kehilangan banyak darah (Suryo, 1986).
Hemofilia adalah kecenderungan untuk mengalami pembekuan darah yang abnormal (diathesis hemoragis) yang bersifat herediter akibat defisiensi faktor VIII koagulasi dan ditandai dengan perdarahan intramuskular dan subkutis spontan/traumatik, perdarahan dari mulut, gusi, bibir, dan lidah, hematuria dan hemartrosis (Dorland, 1994).
Hemofilia adalah kelainan koagulasi darah bawaan yang paling sering dan serius yang berhubungan dengan defisiensi faktor VIII, IX, atau XI. Biasanya hanya terdapat pada anak laki-laki, terpaut kromosom X dan bersifat resesif (Mansjoer, 2000).
Hemofilia adalah gangguan koagulasi
yang bermanisfestasi sebagai episode
perdarahan intermitten yang disebabkan oleh mutasi gen faktor VII atau faktor IX (Price, 2003). Jadi hemofilia adalah kelainan koagulasi darah yang disebabkan oleh tidak adanya salah satu faktor pembekuan darah terutama pada faktor VIII, IX atau XI yang hampir seluruhnya penyakit ini timbul pada laki-laki.
Epidemiologi
Pada 85% kasus, penyakit hemofilia disebabkan oleh kelainan atau defisiensi faktor VIII, jenis hemofilia ini disebut hemofilia A atau hemofilia klasik. Kira-kira 1 diantara 10.000 pria di Amerika Serikat menderita hemofilia klasik. Pada 15% pasien hemofilia lainnya kecenderungan pendarahan disebabkan oleh defisiensi faktor IX. Kedua faktor tersebut diturunkan secara genetik melalui kromosom wanita (Guyton dan Hall, 2008).
Angka kejadiannya 1:5.000 bayi laki-laki yang dilahirkan hidup, tanpa dipengaruhi ras maupun kondisi sosioekonomi. Hemofilia tak mengenal ras, perbedaan warna kulit ataupun suku bangsa. Mayoritas penderita hemofilia adalah pria karena mereka hanya memiliki satu kromosom X. Sementara kaum wanita umumnya hanya menjadi pembawa sifat (carrier). Seorang wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya seorang hemofilia dan ibunya pun pembawa sifat. Akan tetapi kasus ini sangat jarang terjadi. Meskipun penyakit ini diturunkan, namun ternyata sebanyak 30% tak diketahui penyebabnya.
Diperkirakan 350.000 penduduk dunia mengidap Hemofilia. Di Indonesia, Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) memperkirakan terdapat sekitar 200.000 penderita, namun yang ada dalam catatan resmi HMHI hanya terdapat 891 penderita.
Etiologi a) Faktor Genetik
Hemofilia atau penyakit gangguan pembekuan darah menurun dari generasi ke generasi lewat wanita pembawa sifat (carrier ) dalam keluarganya, yang bisa secara langsung maupun tidak. Di dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23 pasang kromosom dengan berbagai macam fungsi dan tugasnya. Kromosom ini menentukan sifat atau ciri organisme, misalnya tinggi, penampilan, warna rambut, mata dan sebagainya. Sementara, sel kelamin adalah sepasang kromosom di dalam inti sel yang menentukan jenis kelamin makhluk tersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y, sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X. Pada kasus hemofilia, kecacatan terdapat pada kromosom X akibat tidak adanya protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13 faktor), yang diperlukan bagi komponen dasar pembeku darah (fibrin) (Price, 2003). b) Faktor Epigenik
Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan kekurangan faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang fungsional dari faktor VIII ini tereduksi. Aktivasi reduksi dapat menurunkan jumlah protein faktor VIII, yang menimbulkan abnormalitas dari protein. Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga kalsium bekerja sama untuk membentuk fungsional aktivasi faktor X yang kompleks (”Xase”), sehingga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini
dapat mengakibatkan kehilangan atau berkurangnya aktivitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin menjadi trombin, sehingga jika trombin mengalami penurunan pembekuan yang dibentuk mudah pecah dan tidak bertahan mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam penyembuhan luka (Price, 2003).
Patofisiologi
Dalam proses pembekuan darah terdapat dua jalur yang dilalui, yaitu jalur ekstrinsik yang merupakan proses menstimulasi koagulasi dimulai dengan pelepasan faktor III (faktor jaringan/tromboplastin) ke sirkulasi dari sel endothelial vascular yang cedera dan jalur intrinsik dimulai dari aktivasi faktor koagulasi (faktor XII/Hageman) dalam darah. Kedua jalur akan bergabung dan bekerja sama untuk mengaktifkan faktor X yang disebut jalur akhir. Tetapi pada hemofilia, terjadi ketidaksempurnaan pembekuan darah di jalur intrinsiknya. Disini trombosit mengalami gangguan yaitu menghasilkan faktor VIII, yaitu Anti Hemofiliac Factor (AHF). AHF terdiri dua komponen aktif, komponen besar dan komponen kecil. Komponen kecil pada AHF yang penting untuk jalur pembekuan intrinsik, membantu dalam poses aktivasi faktor X manjadi faktor X teraktivasi. Faktor X teraktivasi inilah yang akan membentuk aktivator protrombin dengan bantuan faktor V dan fosfolipid jaringan, di mana nantinya aktivator protrombin dengan bantuan ion kalsium yang akan membantu proses pengubahan protrombin menjadi trombin. Trombin inilah yang bekerja sebagai katalis kunci yang mengatur perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan menyebabkan koagulasi. Jadi, jika terjadi defisiensi faktor VIII, maka tidak akan terbentuk benang-benang fibrin karena tidak akan terbentuknya faktor X teraktivasi yang membentuk aktivator protrombin. Karena aktivator protrombin tidak terbentuk, sehingga trombin juga tidak terbentuk. Inilah yang akan mengakibatkan tidak terbentuknya benang-benang fibrin sehingga pembekuan darah sulit terjadi.
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan faktor pembekuan: a. Hemofilia A; Juga disebut hemofilia klasik. Adalah penyakit resesif terkait kromosom X yang terjadi akibat kesalahan pengkodean gen untuk faktor VIII koagulasi.
b. Hemofilia B; Adalah penyakit terkait kromosom X yang disebabkan tidak adanya faktor IX c. Hemofilia C; Adalah penyakit autosomal yang disebabkan tidak adanya faktor XI
Klasifikasi hemofilia berdasarkan kadar konsentrasi faktor pembekuan: a. Hemofilia berat terjadi apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX plasma kurang dari 1 %. b. Hemofilia sedang jika konsentrasi plasma 1 % - 5 %. c. Hemofilia ringan apabila konsentrasi plasma 5 % - 25 % dari kadar normal.
Manifestasi Klinis
Karena faktor VIII tidak melewati plasenta, kecenderungan perdarahan dapat terjadi dalam periode neonatal. Kelainan diketahui bila pasien mengalami perdarahan setelah mendapat tindakan sirkumsisi. Setelah pasien memasuki usia anak-anak aktif, sering terjadi memar atau hematoma yang hebat sekalipun trauma yang mendahuluinya ringan. Laserasi kecil, seperti luka di lidah atau bibir, dapat berdarah sampai berjam-jam atau berhari-hari. Gejala khasnya adalah perdarahan sendi (hemartrosis) yang nyeri dan menimbulkan keterbatasan gerak, dapat timbul spontan maupun akibat trauma ringan, manifestasi yang sering terjadi adalah:
Hematom pada jaringan lunak
Hemartosis dan kontraktur sendi
Hematuria
Perdarahan serebral
Terjadinya perdarahan dapat menyebabkan takikardi, takipnea, dan hipotensi Pendarahan berulang ke dalam sendi menyebabkan degenarasi kartilago artikularis
disertai gejala-gejala artritis. Perdarahan retroperitoneal dan intrakranial merupakan keadaan yang mengancam jiwa. Derajat perdarahan berkaitan dengan banyaknnya aktivitas dan beratnya cedera. Perdarahan dapat terjadi segera atau berjam-jam setelah cedera. Perdarahan karena pembedahan sering terjadi pada semua pasien hemofilia dan segala prosedur pembedahan yang diantisipasi memerlukan penggantian faktor secara agresif sewaktu praoperasi dan pasca operasi sebanyak lebih dari 50% tingkat aktivitas. Perdarahan ringan seperti pada awal perdarahan otot atau sendi, tingkat aktivitas dapat cukup dipertahankan sebanyak 20% hingga 50% untuk beberapa hari, sedangkan
perdarahan berat seperti perdarahan intracranial atau pembedahan sebaiknya dicapai tingkat aktivitas 100% dan dipertahankan minimal selama dua minggu (Price, 2005).
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : adanya pendarahan akut maupun kronik, ada terlihatnya bengkak, memar, membran mukosa dan kulit pucat, kelemahan, stomatitis.
Palpasi: Terasa adanya benjolan, pada bagian tertentu yang disentuh akan terasa s akit.
NB : Gejala dapat terlihat jika mengalami kecelakaan, trauma yang mengakibatkan
perdarahan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab. darah Hemofilia A :
Defisiensi faktor VIII.
PTT ( Partial Thromboplastin Time) amat memanjang.
PT ( Protrombin Time/waktu protombin) memanjang
TGT
(Thromboplastin
Generation
Test /diferential
APTT
dengan
plasma)
abnormal/memanjang
Jumlah trombosit dan waktu perdarahan normal
Hemofilia B :
Defisiensi faktor IX.
PTT ( Partial Thromboplastin Time) amat memanjang.
PT ( Prothrombin Time/waktu protombin) dan waktu perdarahan normal.
TGT
(Thromboplastin
Generation
Test /diferential
abnormal/memanjang. Hemofilia C
Defisiensi faktor XI.
PTT memanjang.
Perdarahan dan waktu protrombin normal.
APTT
dengan
serum)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang lazim dilakukan pada klien ini adalah seb agai berikut:
Pemberian konsentrat faktor VIII dan IX pada klien yang mengalami perdarahan aktif atau sebagai upaya pencegahan sebelum pencabutan gigi dan pembedahan.
Penggantian faktor VIII. Faktor VIII mungkin dari konsentrat plasma beku yang didonasi dari ayah anak yang terkena atau mungkin dihasilkan dari teknik antibodi monoklonal. Ekstrak plasma faktor VIII dari donor multipel tidak lagi digunakan karena resiko penyebaran infeksi virus seperti HIV, Hepatitis B, dan hepatitis C (Corwin, 2009).
Pengobatan hemofilia menganjurkan pemberian infus profilaktik yang dimulai pada usia 1 hingga 2 tahun pada anak-anak yang mengalami defisiensi berat untuk mencegah penyakit sendi kronis.
Hindari pemberian aspirin atau suntikan secara IM. Aspirin adalah obat antikoagulan selain itu pemberian obat melalui suntikan memperbesar resiko perdarahan.
Perawatan terhadap pasien dengan hemofilia harus selalu waspada jangan sampai pasien terjatuh/terbentur, atau bila selesai menyuntik dan mengambil darah bekas jarum harus ditekan lebih lama. Jika tidak segera berhenti dipasang pembalut penekan atau ditindih dengan eskap. Jika terpaksa memasang kateter urine atau pipa lambung harus hati-hati sekali. Perhatikan sesudah beberapa saat apakah terlihat perdarahan (Ngastiyah; 2005).
Terapi Suportif yang Diberikan Pada Klien dengan H emofilia Pengobatan rasional pada hemofilia adalah menormalkan kadar faktor antihemofilia yang kurang. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
Melakukan pencegahan baik menghindari luka atau benturan.
Merencanakan suatu tindakan operasi serta mempertahankan kadar aktivitas faktor pembekuan sekitar 30-50%.
Untuk mengatasi perdarahan akut yang terjadi maka dilakukan tindakan pertama seperti rest, ice, compression, elevation (RICE) pada lokasi perdarahan.
Kortikosteroid; pemberian kortikosteroid sangat membantu untuk menghilangkan proses inflamasi pada sinovitis akut yang terjadi setelah serangan akut hemartrosis. Pemberian prednisone 0,5-1 mg/kg BB/hari selama 5-7 hari dapat mencegah terjadinya gejala sisa berupa kaku sendi (artrosis) yang menggangu aktivitas harian serta menurunkan kualitas hidup pasien hemofilia.
Analgetika; Pemakaian analgetika diindikasikan pada pasien hemartrosis dengan nyeri hebat, dan sebaiknya dipilih analgetika yang tidak mengganggu agregasi trombosit (harus dihindari pemakaian aspirin dan antikoagulan).
Terapi Pengganti F aktor pembekuan
Pemberian faktor pembekuan dilakukan 3 kali seminggu untuk menghindari kecacatan fisik (terutama sendi) sehingga pasien hemofilia dapat melakukan aktivitas normal. Namun untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan faktor antihemofilia (AHF) yang cukup banyak dengan biaya yang tinggi.
Terapi pengganti faktor pembekuan pada kasus hemofilia dilakukan dengan memberikan FVIII atau FIX, baik rekombinan, konsentrat maupun komponen darah yang mengandung cukup banyak faktor-faktor pembekuan tersebut. Pemberian biasanya dilakukan dalam beberapa hari sampai luka atau pembengkakan membaik, serta khususnya selama fisioterapi.
H ealth E ducation
Orang tua pasien perlu dijelaskan bahawa anaknya menderita penyakit darah sukar membeku, jika sampai terluka atau terbentur/terjatuh dapat terjadi perdarahan di dalam tubuh. Oleh karena itu orang tua diharapkan agar waspada terhadap anaknnya.
Bila anak sudah sekolah sebaiknya gurunya juga diberitahu bahawa anak itu menderita hemofilia. Bila perlu diberikan label seperti gelang sehingga bila anak tersebut mengalami perdarahan segera mendapat pertolongan.
Selama masa awal kehidupan, tempat tidur dan mainan harus diberi bantalan, anak harus diamati seksama selama belajar berjalan (Ngastiyah; 2005).
Diagnosis
Diagnosis hemofilia dibuat berdasarkan riwayat perdarahan, gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium.
Pada penderita dengan gejala perdarahan atau riwayat perdarahan, pemeriksaan laboratorium yang perlu diminta adalah pemeriksaan penyaring hemostasis yang terdiri atas hitung trombosit, uji pembendungan, masa perdarahan, PT ( protrombin time/masa protrombin plasma), APTT (activated partial thromboplastin time/masa tromboplastin parsial teraktivasi) dan TT (trombin time/masa trombin).
Pada hemofilia A atau B akan dijumpai pemanjangan PTT sedangkan pemerikasaan hemostasis lain yaitu hitung trombosit, uji pembendungan, masa perdarahan, PT dan
TT dalam batas normal. Faktor VIII dan IX berfungsi pada jalur intrinsik sehingga defisiensi salah satu dari faktor pembekuan ini akan mengakibatkan pemanjangan APTT yaitu tes yang menguji jalur intrinsik sistem pembekuan darah.
Diagnosis Banding H emofilia Untuk membedakan hemofilia A dari hemofilia B atau menentukan faktor mana yang kurang dapat dilakukan pemeriksaan TGT ( thromboplastin generation test ) atau dengan diferensial APTT. Namun dengan tes ini tidak dapat ditentukan aktivitas masing masing faktor. Untuk mengetahui aktivitas F VIII dan IX perlu dilakukan assay F VIII dan IX. Pada hemofilia A aktivitas F VIII rendah sedang pada hemofilia B aktivitas F IX rendah. Selain harus dibedakan dari hemofilia B, hemofilia A juga perlu dibedakan dari penyakit von Willebrand, Karena pada penyakit ini juga dapat ditemukan aktivitas F VIII yang rendah. Penyakit von Willebrand disebabkan oleh defisiensi atau gangguan fungsi faktor von Willebrand. Jika faktor von Willebrand kurang maka F VIII juga akan berkurang, karena tidak ada yang melindunginya dari degradasi proteolitik. Di samping itu defisiensi faktor von Willebrand juga akan menyebabkan masa perdarahan memanjang karena proses adhesi trombosit terganggu. Pada penyakit von Willebrand hasil pemerikasaan laboratorium menunjukkan pemanjangan masa perdarahan, APTT bisa normal atau memanjang dan aktivitas F VIII bisa normal atau rendah. Di samping itu akan ditemukan kadar serta fungsi faktor von Willebrand yang rendah. Sebaliknya pada hemofilia A akan dijumpai masa perdarahan normal, kadar dan fungsi faktor von Willebrand juga normal.
Komplikasi
Komplikasi terpenting yang timbul pada hemofilia A dan B diantaranya :
Pendarahan dengan menurunnya perfusi.
Dapat terjadi perdarahan intrakranium.
Timbulnya inhibitor. Suatu inhibitor terjadi jika sistem kekebalan tubuh melihat konsentrat faktor VIII dan faktor IX sebagai benda asing dan menghancurkannya.
Kerusakan sendi Dapat terjadi sebagai akibat dari perdarahan yang terus berulang di dalam dan sekitar rongga sendi.
Penyakit infeksi yang ditularkan oleh darah Misalnya penyakit HIV, hepatitis B dan hepatitis C yang ditularkan melalui konsentrat faktor pada waktu sebelumnya.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN Pengkajian Data Dasar
1) Tanyakan kepada keluarga mengenai riwayat keluarga dengan kelainan perdarahan. 2) Tanyakan kepada keluarga tentang perdarahan yang tidak seperti biasanya, manifestasi hemofilia meliputi perdarahan lambat dan menetap setelah terpotong atau trauma kecil, perdarahan spontan dan petekie tidak terjadi pada hemofilia. Penyakit didiagnosis awal pada bayi baru lahir, bila perdarahan lama menetap terjadi setelah sirkumsisi. 3) Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan perdarahan selama periode eksaserbasi:
Pembentukan hematoma (subkutan atau intramuskular). Neuropati perifer karena kompresi saraf perifer dan hemoragi intramuskular. Hemoragi intracranial: sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan pada tingkat kesadaran, peningkatan TD dan penurunan frekuensi nadi, serta ketidaksamaan pupil.
Hematrosis/perdarahan pada sendi.
Hematuria.
Epitaksis.
Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas Gejala :
kelelahan,
malaise,
ketidakmampuan
untuk
melakukan
aktivitas.
Tanda : kelemahan otot. 2) Sirkulasi Gejala : palpitasi. Tanda : kulit dan membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/tanda perdarahan serebral. 3) Eliminasi Gejala : hematuria.
4) Integritas Ego Gejala : perasaan tak ada harapan, tak berdaya. Tanda : depresi menarik diri, ansietas. 5) Nutrisi Gejala : anoreksia, penurunan BB. 6) Nyeri Gejala : nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot. Tanda : perilaku berhati-hati, gelisah, rewel. 7) Keamanan Gejala : riwayat trauma ringan, perdarahan spontan Tanda : hematoma
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Prioritas)
1) PK perdarahan. 2) Ketidakefektifan
bersihan
jalan
napas
berhubungan
dengan
kerusakan
muskulosekeletal ditandai dengan napas pendek dan dispnea. 3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia ditandai dengan melaporkan nyeri secara verbal gerakan untuk melindungi area yang sakit. 4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan keterbatasan ROM, keterbatasan motorik. 5) Kelelahan berhubungan dengan anemia ditandai dengan lelah, kurang energi atau tidak mampu mempertahankan aktivitas fisik sesuai tingkat biasanya, dan peningkatan kebutuhan istirahat. 6) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan kerusakan transportasi oksigen ditandai dengan perubahan karakteristik kulit, warna kulit pucat, dan kelemahan. 7) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan gelisah, resah, pergerakan tidak bermakna (jalan menyeret). 8) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi ditandi dengan mengungkapkan adanya masalah dan perilaku berlebihan.
3. RENCANA KEPERAWATAN No
1
Diagnosa Keperawatan
PK Perdarahan
Tujuan
Setelah
Intervensi
diberikan
Rasional
asuhan NIC Label: Bleeding Precautions
keperawatan selama 1x24 jam, 1. Kaji pasien untuk menemukan diharapkan
komplikasi
perdarahan dapat diminimalkan
bukti-bukti
perdarahan
1. Untuk
atau
hemoragi
sehingga
menentukan
2. Pantau hasil lab b/d perdarahan
2. Banyak
komponen
yang
lab
dapat
menurun
batas normal.
membantu menentukan intervensi
Klien
tidak
Tanda-tanda
3. Lindungi pasien terhadap cedera berada
3. Efek cedera terutama pada cedera
dan terjatuh
tajam
mmHg;
100x/menit; RR
Nadi: :
dapat
60- 4. Siapkan pasien secara fisik dan
4. Keadaan fisik dan psikologis yang
psikologis untuk menjalani bentuk
baik akan mendukung terapi yang
terapi lain jika diperlukan
diberikan
14-25
x/menit; Suhu : 36 - 370C ± 0,50C)
umumnya
mengakibatkan perdarahan
dalam batas normal (TD: 100120
hasil
selanjutnya
mengalami
vital
pada
darah
Nilai Ht dan Hb berada dalam
episode perdarahan.
dapat
intervensi selanjutnya
NOC Label: Blood Coagulation
tingkat
keparahan perdarahan pada klien
dengan kriteria hasil:
mengetahui
5. Kolaborasi
pemberian
transfusi
mampu
faktor VIII, IX sesuai indikasi
pada
klien
memberikan
sehingga
hasil
yang
maksimal 5.
Meningkatkan
faktor
koagulasi
sehingga menurunkan perdarahan
2
Ketidakefektifan bersihan
Setelah
diberikan
jalan napas berhubungan
keperawatan selama 3x 24 jam, 1. Kaji/awasi frekuensi pernapasan,
dengan
kerusakan
diharapkan bersihan jalan nafas
kedalaman,
muskulosekeletal ditandai
menjadi efektif dengan kriteria
laporan dispnea/atau penggunaan
mengindikasikan
dengan napas pendek dan
hasil :
otot bantu.
keterlibatan/pengaruh
dispnea.
NOC
Label:
tindakan NIC Label: Airway Management
Perhatikan
seperti
dispnea,
penggunaan otot-otot bantu dapat berlanjutnya pernapasan
yang membutukan upaya intervensi.
Respiratory
Status: Airway Patency
irama.
1. Perubahan
2. Tempatkan
pasien
pada
posisi
2. Memaksimalkan
ekspansi
paru,
RR dalam batas normal (14-
nyaman, biasanya dengan kepala di
menurunkan kerja pernapasan dan
25 x/menit)
tempatkan pada posisi tinggi atau
menurunkan resiko aspirasi.
Napas tidak pendek. Tidak adanya dispnea.
duduk tegak ke depan. 3. Anjurkan/bantu
dengan
teknik
3. Membantu meningkatkan difusi gas
napas dalam atau pernapasan bibir/
dan
pernapasan diafragmatik abdomen
memberikan pasien beberapa control
bila diindikasikan.
terhadap pernapasan.
4. Kaji respon pernapasan terhadap aktivitas.
Perhatikan
dispnea/lapar
keluhan
udara
ekspansi
4. Penurunan menurunkan
dan
Istirahat
peningkatan kelelahan. Jadwalkan
oksigen
periode istirahat antara aktivitas.
serta dipsnea.
5. Berikan lingkungan yang tenang.
jalan
napas
oksigen
seluler,
toleransi
aktivitas.
menurunkan dan
5. Meningkatkan
kecil,
mencegah
kebutuhan kelelahan
relaksasi,
penyimpanan energi dan menurunkan
kebutuhan oksigen. 6. Berikan tambahan oksigen
6. Memaksimalkan ketersediaan untuk kebutuhan sirkulasi.
7. Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya GDA, oksimetri.
7. Mengukur
keadekuatan
fungsi
pernapasan dan keefektifan terapi.
8. Berikan analgesik dan tranquilizer sesuai indikasi
8. Menurunkan
responfisiologis
terhadap nyeri/ansietas menurunkan kebutuhan oksigen dan membatasi pengaruh terhadap pernapasan
3
Nyeri
akut
berhubungan Setelah
agen cedera kimia ditandai
diberikan
keperawatan selama 3x24 jam
dengan melaporkan nyeri diharapkan secara untuk
verbal
gerakan
melindungi
yang sakit.
tindakan NIC Label: Pain Management
klien
mengontrol
nyerinya
1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya: 1. Informasi memberikan data dasar
dapat
lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan
untuk mengevaluasi kebutuhan atau
dengan
intensitas (skala 0-10) dan tindakan
keefektifan
penghilangan yang digunakan.
pengalaman nyeri adalah individual
area kriteria hasil :
yang
NOC Label: Pain Control
intervensi.
digabungkan
dengan
Melaporkan nyeri terkontrol
Klien menunjukkan perilaku 2. Dorong penggunaan keterampilan 2. Memungkinkan
pasien
manajemen nyeri (misalnya: teknik
berpartisipasi
relaksasi,
visualisasi,
meningkatkan rasa kontrol.
mampu tidur/istirahat dengan
imajinasi),
tertawa,
tepat.
sentuhan terapeutik.
penanganan nyeri. Klien
tampak
rileks
dan
baik
respon fisik dan emosional.
Catatan:
bimbingan musik,
dan
secara
aktif
untuk dan
3. Kelola pemberian analgesik sesuai 3. Saat indikasi
perubahan
penyakit
atau
pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian
akan
diperlukan.
Catatan: adiksi atau ketergantungan pada obat. 4
Kelelahan berhubungan
Setelah
dengan anemia ditandai
keperawatan selama 3x24 jam 1. Kaji pola tidur dan catat perubahan 1. Berbagai factor dapat meningkatkan
dengan lelah, kurang
diharapkan
energi atau tidak mampu
dapat
mempertahankan aktivitas
hasil:
fisik sesuai tingkat
NOC Label: Activity Tolerance
biasanya, dan peningkatan kebutuhan istirahat.
dilakukan
kelelahan
diatasi,
dengan
tindakan NIC Label: Energy Management
pasien
dalam prose berpikir/perilaku.
kelelahan, termasuk kurang tidur,
kriteria
penyakit SSP, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan/kemoterapi 2. Rencanakan
perawatan
untuk 2. Periode
yang
sangat
Pasien tidak merasa lelah
menyediakan fase istirahat. Atur
dibutuhkan
Pasien mampu beraktivitas
aktivitas pada waktu pasien sangat
menghemat energi. Perencanaan akan
secara normal seperti biasanya
berenergi.
membuat pasien menjadi aktif pada
Kebutuhan istirahat normal
pasien/orang terdekat pada
Ikutsertakan saat
penyusunan rencana.
dalam
sering
memperbaiki/
waktu dimana tingkat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri.
3. Bantu perawatan
memenuhi pribadi,
kebutuhan 3. Rasa lemas dapat membuat AKS pertahankan
hampir tidak mungkin bagi pasien
tempat tidur dalam posisi rendah
untuk menyelesaikannya. Melindungi
dan tempat lalu lalang bebas dari
pasien dari cedera selama melakukan
perabotan; bantu dengan ambulansi.
aktivitas.
4. Pantau respon psikologis terhadap 4. Toleransi bervariasi tergantung pada aktivitas, misalnya perubahan TD,
status proses penyakit, status nutrisi,
frekuensi pernapasan atau jantung.
keseimbangan cairan, dan jumlah/tipe penyakit di mana pasien menjadi subjeknya.
5. Dorong masukan nutrisi.
5. Pemasukan/penggunaan adekuat
sangat
nutrisi
penting
bagi
kebutuhan energy untuk aktivitas. 6. Kolaborasi pemberian O2 tambahan 6. Adanya sesuai petunjuk.
anemia/hipoksemia
mengurangi ambilan
persediaan
seluler
dan
O2 untuk menunjang
kelelahan. 7. Rujuk pada terapi fisik/okupasi
7. Latihan setiap hari terprogram dan aktivitas
yang
membantu
pasien
mempertahankan/meningkatkan kekuatan
dan
tonus
otot,
meningkatkan rasa sejahtera. 5
Perfusi
jaringan
perifer Setelah diberikan asuhan
tidak efektif berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam dengan
kerusakan diharapkan perfusi jaringan
NIC Label: Circulatory Precautions
1. Awasi tanda-tanda vital, pengisian 1. Memberikan kapiler,
wama
kulit,
membran
informasi
tentang
derajat/keadekuatan perfusi jaringan
transportasi
oksigen perifer adekuat dengan criteria
mukosa, dasar kuku.
dan
ditandai dengan perubahan hasil : karakteristik kulit, warna kulit
pucat,
kelemahan.
dan
membantu
kebutuhan intervensi
NOC Label: Circulation Status
2. Catat
keluhan
rasa
dingin, 2. Vasokontriksi
(ke
sirkulasi
pertahankan suhu lingkungan dan
menurunkan
Membran mukosa warna
tubuh hangat sesuai indikasi.
Kenyamanan pasien/kebutuhan rasa harus
perifer.
merah muda
hangat
Pengisian kapiler baik
kebutuhan untuk menghindari panas
Haluaran urin adekuat
berlebihan
Status mental normal
(penurunan perfusi organ)
seimbang
pencetus
misalnya Hb/Ht dan jumlah SDM
kebutuhan
dan GDA.
terhadap terapi pemberian
lengkap/packed,
berhubungan Setelah
diberikan
produk
darah darah
dengan
vasodilatasi
defisiensi
dan
pengobatan/respons
4. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen;
memperbaiki
defisiensi
menurunkan
resiko
sesuai indikasi. Awasi ketat untuk
untuk
komplikasi transfusi.
pendarahan
tindakan NIC Label: Anxiety Reduction
dengan perubahan status keperawatan selama 3x24 jam
1. Catat
adanya,
kegelisahan,
kesehatan ditandai dengan diharapkan klien tidak mengalami
menolak, dan/ atau menyangkal
gelisah, resah, pergerakan ansietas dengan kriteria hasil :
(afek tak tepat atau menolak
tidak
mengikuti program medis)
bermakna
vital)
Tanda vital stabil
4. Kelola
Ansietas
organ
3. Awasi pemeriksaan laboratorium 3. Mengidentifikasi
6
menentukan
(jalan NOC Label: Anxiety Level
1. Mengetahui klien
derajat
kecemasan
menyeret)
Klien mengatakan ansietasnya
2. Bina hubungan saling percaya
2. Dapat mengurangi kecemasan klien
berkurang
3. Dorong
3. Berbagi
Klien
mengatakan
mampu
pasien/orang
untuk
terdekat
mengkomunikasikan
mengontrol ansietas
dengan
seseorang,
berbagi
Klien tidak terlihat gelisah dan
pertanyaan dan masalah.
membentuk
dukungan/kenyamanan dan dapat menghilangkan
ketegangan
terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan
resah
informasi
Tidak adanya pergerakan ridak bermakna
(jalan
tidak
4. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat
4. Memungkinkan
waktu
mengekspresikan
untuk perasan,
menghilangkan cemas dan prilaku
menyeret)
adaptif 5. Kelola
pemberian
obat-obatan
anticemas/hipnotik sesuai indikasi, contoh:
diazepam
5. Meningkatkan
relaksasi/istirahat
dan menurunkan rasa cemas
(valium),
flurazepam (dalmane), lorazepam (ativan) 7
Kurang
pengetahuan
Setelah
diberikan
asuhan NIC
Label:
berhubungan dengan tidak
keperawatan selama 1x24 jam Process
familiar dengan sumber
diiharapkan
informasi ditandai dengan
mengenai
mengungkapkan
dengan kriteria hasil:
masalah
dan
adanya
pengetahuan penyakit
bertambah
perilaku NOC Label: Communication
Teaching:
Disease
1. Kaji ulang proses penyakit dan 1. Memberikan kebutuhan pengobatan
pengetahuan
dasar
dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2. Upaya
pencegahan
pendarahan.
2.Mencegah terjadinya perdarahan.
berlebihan
Receptive
Pasien
dan
keluarga
diberi
Pasien dan keluarga pasien
informasi
mengatakan masalah terkait
perdarahan dan usaha pengaman
informasi dapat diatasi
yang perlu. Mereka dianjurkan
Pasien dan keluarga tidak
untuk
berperilaku berlebihan
rumah sedemikian rupa sehingga dapat
mengenai
mengubah
mencegah
risiko
lingkungan
trauma
fisik
seperti dnegan memberi bantalan pada sudut-sudut meja. Rintangan yang dapat menyebabkan jatuh harus dihilangkan. Menggosik gigi dengan sikat yang lembut untuk menjaga kebersihan.Mengeluarkan ingus
dengan
kuat,
mengejan,
batuk harus dihindarkan. Bila perlu berikan pencahar. 3. Anjurkan
3. Latihan penguatan tungkai sangat
melakukan
aktivitas
fisik, tetapi dengan keamanan yang baik.
Olahraga
tanpa
kontak
seperti berenang, hiking, dan golf merupakan aktivitas yang dapat
perlu
untuk
hematrosis akut.
rehabilitasi
setelah
diterima,
sementara
olahraga
dengan kontak harus dihindari. 4. Anjurkan obat-obatan aspirin.
4. Aspirin
merupakan
antikoagulan
pasien
menghindari
yang dapat menyebabkan darah sulit
yang
mengandung
untuk membeku.
4. EVALUASI No. Dx
1
Evaluasi
Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal.
Klien tidak mengalami episode perdarahan.
Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (TD: 100-120 mmHg; Nadi: 60100x/menit; RR: 14-25 x/menit; Suhu : 36 - 37 0C ± 0,5 0C)
2
3
4
5
6
7
RR dalam batas normal (14-25 x/menit) Napas tidak pendek. Tidak adanya dispnea.
Melaporkan nyeri terkontrol
Klien menunjukkan perilaku penanganan nyeri.
Klien tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Pasien tidak merasa lelah
Pasien mampu beraktivitas secara normal seperti biasanya
Kebutuhan istirahat normal
Tanda vital stabil
Membran mukosa warna merah muda
Pengisian kapiler baik
Haluaran urin adekuat
Status mental normal
Klien mengatakan ansietasnya berkurang
Klien mengatakan mampu mengontrol ansietas
Klien tidak terlihat gelisah dan resah
Tidak adanya pergerakan ridak bermakna (jalan tidak menyeret)
Pasien dan keluarga pasien mengatakan masalah terkait informasi dapat diatasi
Pasien dan keluarga tidak berperilaku berlebihan
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC. Dochterman, Joanne M., Gloria N. Bulecheck. 2004. Nursing Interventions Classifications (NIC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier. Doenges, dkk . 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.3. Jakarta: EGC. Dorland. 1994. Kamus Kedokteran Dorland . Ed.26. Jakarta: EGC. Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Hoffbrand, dkk. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Ed4. Jakarta: EGC. Juall, Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Carpenito – Moyet . Jakarta: EGC. Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed3. Jakarta: Media Aesculapius. Moorhed, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Mass, dan Elizabeth Swanson. 2008. Nursing Outcomes Classifications (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier. NANDA International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit . Jakarta: EGC. Price, Sylvia A. 2003. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Ed4. Jakarta: EGC. Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC. Suryo. 1986. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
View more...
Comments