LP Diare
February 21, 2018 | Author: yossan | Category: N/A
Short Description
LP diare...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN DIARE A. Pengertian Diare adalah keadanan frekuensi air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau adapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2002). Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi dengan bagian feces tidak terbentuk (Nettina, 2002). Jadi diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air besar dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 x sehari pada anak sehingga mengacu kehilangan cairan dan elektrolit. Diare dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Diare akut Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas defekasi. 2. Diare kronis Diare kronis yaitu diare yang lebih dari 2 minggu. (Ngastiyah, 2002). B. Etiologi Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor : 1. Faktor infeksi a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut: -
Infeksi bakteri : vibrio, e.coli, salmonella, campylobacler, tersinia,
aeromonas, dsb. -
Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere, poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain -
Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles,
protzoa (Entamoeba histolytica, Giarella lemblia, tracomonas homonis), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan, seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis, bronkopneumonia, ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. 2. Faktor malabsorbsi - Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan terseirng intoleransi laktasi. - Malabsorbsi lemak - Malabsorbsi protein 3. Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologis Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar). (Behrman, Richard E, dkk. 2012) C. Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah : 1. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 2. Gangguan sekresi Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare tidak karena peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas usus Hiper akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare, sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan
bakteri
tumbuh
berlebihan
yang
selanjutnya
dapat
menimbulkan diare pula. Patogenesis diare akut : -
Masuknya jada renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung. -
Jasad renik tersebut berkembangbiak (multiplikasi) di dalam usus halus.
-
Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
-
Akibat toksin hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis diare kronis : Lebih koplek dan faktor-faktor yang menimbulkan wabah infeksi, bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi, dll. Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi : -
Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengatakan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (osidosis, metabolik, hipokalamia). -
Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah). -
Hipoklikemia (Behrman, Richard E, dkk. 2012)
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nasfu makan berkurang atau tidak ada. -
Kemudian disertai diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah.
-
Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu
-
Anus dan daerah sektiar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sehingga akibat makin lama makin asam sehingga akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari latosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan
karena
lambung
turut
meradang
atau
akibat
gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit, mata dan ubun-ubun cekugn (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Ngastiyah, 2002). G. Penatalaksanaan Medik : Dasar pengobatan diare adalah : 1.
Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberianya. 2. Dietetik (cara pemberian makanan) 3. Obat-obatan. 1. Pemberian cairan Pemberian cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan keadaan umum. a.
Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi rignan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak
dibawah 6 bulan dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60 mfa/L, formula lengkap sering disebut : oralit. b. Cairan parontenal Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL) diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan BB-nya. -
Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap defekasi. -
Dehidrasi ringan
1 jam pertama : 25 – 50 ml / kg BB per oral selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari -
Dehidrasi sedang
1 jam pertama : 50 – 100 ml / kg BB per oral (sonde) selanjutnya 125 ml / kg BB / hari -
Dehidrasi berat
Tergantung pada umur dan BB pasien. 2. Pengobatan dietetik Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan : -
Susu (ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron). -
Makanan setengah padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak
tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa. -
Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu
dengan tidak mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak sejuh. 3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras sbb). -
Obat anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari -
Obat spasmolitik, dll umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak
beladora, opium loperamia tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi. -
Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin 25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga diberikan bile terdapat penyakit seperti : OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia. (Behrman, Richard E, dkk. 2012) E. Komplikasi Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut : 1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik) 2. Rinjatan hipovolemik 3. Hipokalemia (dengan gejala miteorismus, hipotoni otot, lemak, bradikardia, perubahan elektrokardiagram). 4. Hipoglikemia 5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktasi. 6. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik 7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). (Ngastiyah, 2002)
F.
Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1. Biodata umum Tempat tinggal : di daerah sanitasi buruk. 2. Riwayat kesehatan Riwayat gastroenteritis, glardiasis, penyakit seliakus, sindrom iritabilitas kolon, otitis media akut, tondilitas, ensefalitis dan lainnya. 3. Riwayat kesehatan dahulu Pernah mengalami diare, pernah menderita penyakit pencernaan. 4. Riwayat kesehatan keluarga Pernah menderita penyakit saluran pencernaan. 5. Keluhan utama Anak sering menangis, tidam mau makan dan minum, badan lemas. 6. Pola kesehatan fungsional a. Pemeliharaan kesehatan Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku anak, cuci tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan basi. b. Nutrisi dan metabolik Hipertermi, penuturan berat badan total sampai 50%, dnoteksia, muntah. c. Eliminasi BAB Feces encer, frekuensi bervariasi dari 2 sampai 20 per hari. d. Aktifitas Kelemahan tidak toleran terhadap aktifitas. e. Sensori Nyeri ditandai dengan menangis dan kaki diangkat ke abdomen. 7. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum Tampak lemah dan kesakitan. b. Tanda vital Berat badan menurun 2% dehidrasi ringan
Berat badan menurun 5% dehidrasi sedang Berat badan menurun 8% dehidrasi berat TD menurun karena dehidrasi RR meningkat karena hipermetabolisme, cepat dan dalam (kusmoul) Suhu meningkat bila terjadi reaksi inflmasi Nadi meningkat (nadi perifer melemah) c. Mata: cekung d. Mulut: mukosa kering e. Abdomen: turgor jelek f. Kulit: kering, kapilari refil > 2’ b. Diagnosa keperawatan 1.
Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
3. Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandi dengan kerusakan pada mukosa usus. 4. Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar anus 5.
Gangguan tidur berhubungan dengan rasa nyaman ditandai dengan sering defekasi.
6. Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak. 7.
Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi.
c. Intervensi 1. Diagnosa : Kurangnya volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer. Tujuan : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal. Hasil yang diharapkan : a.
Pengisien kembali kapiler < dari 2 detik
b. Turgor elastik
c.
Membran mukosa lembab
d. Berat badan tidak menunjukkan penurunan. Intervensi : -
Kaji intake dan output, otot dan observasi frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan.
-
Kaji TTV Rasional : membantu mengkaji kesadaran pasien.
-
Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran mukosa. Rasional : menentukan kehilangan dan kebutuan cairan.
-
Ukur BB setiap hari Rasional : mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
-
Anak diistirahatkan Rasional : meningkatkan sirkulasi.
-
Kolaborasi dengan pemberian cairan parenteral Rasional : meningkatkan konsumsi yang lebih.
-
Pemberian obat antidiare, antibiotik, anti emeti dan anti piretik sesuai program. Rasional : menurunkan pergerakan usus dan muntah.
2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake absorbsi makanan. Tujuan : Anak-anak toleran diet yang sesuai. Hasil yang diharapkan : -
BB dalam batas normal
-
Tidak terjadi kekambuhan diare. Intervensi :
-
Timbang BB tiap hari Rasional : mengevaluasi keefektifan dalam pemberian nutrisi./
-
Pembatasan aktifitas selama fase sakit akut Rasional : mengurangi reyurtasi.
-
Jaga kebersihan mulut pasien Rasional : mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.
-
Monitor intake dan output Rasional : observasi kebutuhan nutrisi.
3. Diagnosa : Hiperermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan kerusakan pada mukosa usus. Tujuan : mengembalikan suhu tubuh menjadi normal. Hasil yang diharapkan : Suhu tubuh kembali normal 36-37oC
-
Intervensi : -
Hindarkan dan cegah penggunaan sumber dari luar Rasional : mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolaps paskuler.
-
Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan peningkatan dari nilai dasar suhu normal pasien. Rasional : mendeteksi peningkatan suhu tubuh dan mulainya hipertermi.
-
Anjurkan pada anak agar tidak memakai pakaian / selimut tebal. Rasional : mengurangi peningkatan suhu tubuh. Kolaborasi pemberian obat anti infeksi à anti gronik.
-
4.Diagnosa : Resiko gangguan integritas kulit ditandai dengan kemerahan di sekitar anus Tujuan : integritas kulit normal. Hasil yang diharapkan : - Iritasi berkurang Intervensi : - Kaji kerusakan kulit / iritasi setiap buang air besar Rasional : menentukan intervensi lebih lanjut. -
Gunakana kapas lembab dan sabun bayi (pH normal) untuk membersihkan anus setiap buang air besar.
Rasional : menghindari resiko infeksi kulit. -
Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab. Rasional : mengurangi infeksi secara dini.
5.Diagnosa : Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering defekasi ditandai dengan mata merah dan sering menguap Tujuan : Agar pola tidur pasien dapat terpenuhi. Hasil yang diharapkan : -
Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam
-
Secara verbal mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar.
Intervensi : -
Berikan susu hangat sebelum tidur Rasional : meningkatkan tidur
-
Anjurkan makanan yang cukup satu jam sebelum tidur. Rasional : meningkatkan tidur.
-
Keadaan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal yang nyaman. Rasional : meningkatkan tidur.
-
Lakukan persiapan untuk tidur malam sesuai dengan pola tidur pasien. Rasional : mengatur pola tidur.
6.Diagnosa : Cemas berhubungan dengan kondisi dan hospitalisasi pada anak Tujuan : Anak dan orang tua menunjukkan rasa cemas atau takut berkurang. Hasil yang diharapkan : -
Orang tua aktif marawat anak dan bertanya dengan perawat atau dokter tentang kondisi atau klasifikasi dan anak tidak menangis.
Intervensi : -
Anjurkan pada orang tua mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas, dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati dengan sentuhan terapeutik. Rasional : mengurangi rasa cemas dan takut yang dialami oleh orang tua.
-
Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan. Rasional : orang tua anak merasa diperhatiakn akan rasa cemas yang dihadapinya. -
Jelaskan setiap prosedur yang akan dlakukan pada anak kepada orang tua. Rasional : mengurangi rasa cemas orang tua.
-
Libatkan orang tua dalam perawatan anak Rasional : anak tidak merasa kehilangan perhatian akan orang lain.
-
Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan Rasional : meningkatkan pengetahuan orang tua dan agar orang tua mengetahui kondisi anak.
7.Diagnosa : Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan : Agar keluarga mengetahui informasi tentang diare. Hasil yang diharapkan : -
Keluarga mengerti tentang diare
-
Keluarga mengetahui cara pencegahan dan pengobatan yang dapat dilakukan apabila terjadi lagi diare.
Intervensi : -
Kaji tingkat pemahaman orang tua Rasional : ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk mengetahui kontaminasi.
-
Jelaskan pentingnya kebersihan
-
Ajarkan tentang positif diet dan kontrol diare Rasional : meningkatkan pengetahuan dan cara mencegah diare.
-
Membiasakan bersih agar air di jamban dan jamban harus selalu bersih agar tidak ada lalat. Rasional : Mencegah penyebaran kuman dan diare (Dongoes, E. Marilyn. 2002.)
DAFTAR PUSTAKA Dongoes, E. Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC. Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2002. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby. Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk. Jakarta : EGC. Behrman, Richard E, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 1. Edisi 15. Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.
View more...
Comments