LP Dan Konsep Askep Intranatal Maternitas KLP 3
October 4, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download LP Dan Konsep Askep Intranatal Maternitas KLP 3...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL (PERSALINAN NORMAL)
Oleh : Kelompok 3 Nama Anggota Anggota Kelompok 1. Kadek Melinda Sukmadewi
(P07120219073)
2. Kadek Fransiska Sintya Dewi
(P07120219074)
3. Kadek Ena Ardiyanti
(P07120219075) (P0712021 9075)
4. Ni Made Made Winda Winda Permatasari Permatasari
(P07120219076)
5. Ni Luh Putu Marsela Dewi
(P07120219077)
6. Putu Lydia Kusuma Riawan
(P07120219078)
7. Ni Nyoman Triyana Triyana Sari
(P07120219079)
8. Ni Putu Dyah Aditya Aditya Pradnyani
(P07120219080)
9. Ni Luh Sulistia Sulistia Dewi 10. Ida Bagus Eka Utama Putra
(P07120219081) (P07120219082)
11. Putu Mia Rusmala Dewi
(P07120219083)
Kelas 2.B/ S.Tr.Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL (ASUHAN PERSALINAN NORMAL) A. KONSEP DASAR PERSALINAN NORMAL I.
DEFINISI
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jala jalan n lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir (Sarwono, 2009). Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008). Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Dari pengertian beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan bantuan (kekuatan sendiri).
II.
PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab
persalinan
belum
pasti
diketahui,namun
beberapa
teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011) 1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot – otot otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun. 2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang yang menimbulkan kontraksi rahim. rahim. 3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu mengganggu sirkulasi utero-plasenta. ut ero-plasenta. 4. Teori iritasi mekanik Di belakang servik terlihat ganglion ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. 5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
III.
Pohon Masalah
Kehamilan (37-38 minggu)
Tanda-tanda Inpartu
Proses Persalinan
Kala I
Kala II
Kala III
Kala IV
Partus
Kontraksi Uterus
Post Partum
Kontraksi Uterus
Nyeri Melahirkan
Robekan Jaringan (Episiotomi/Ruptur)
Pelepasan Plasenta
Ansietas
Kontraksi Uterus
Luka Hecting Resiko Infeksi
Trauma Jaringan Gangguan Integritas Kulit/jaringan
Lochea Nyeri
Nyeri melahir kan Resiko perdarahan
Resiko Perdarahan
IV.
TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kare na kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody (bloody show) (Haffieva, 2011). 1. Timbulnya his persalinan persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut: a. Nyeri melingkar melingkar dari punggung memancar memancar ke perut bagian depan b. Teratur c. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya d. Kalau dibawa berjalan bertambah bert ambah kuat e. Mempunyai pengaruh pengaruh pada pendataran dan da n atau pembukaaan cervik His Kala I
1) Kontraksi bersifat simetris 2) Fund Fundal al do minan 3) Involunter 4) Intervalnya makin lama makin pendek 5) Diikuti retraksi 6) Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang, pada daerah perut dan dapat menjalar ke daerah paha His Kala II
1) His semakin kuat ( Durasi 2 – 2 – 3 3 menit, durasi 50 – 50 – 100 100 detik ) 2) His menimbulkan putar paksi dalam, penurunan kepala atau at au bagian terendah 3) Menimbulkan crowning dan penipisan perineum 4) Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala 2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show) Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai d isertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada daerah serviks ser viks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet.
3. Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadan-kadang kadan -kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan.Sebab persalinan.Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron pro gesteron yang disebabkan plasenta p lasenta menjadi ttua ua pada kehamilan kehamilan tua, serta serta juga dapat akibat akibat terjadi iskemia otot-otot uterus uterus sehingga sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami degenerasi. Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks, akibatnya kontraksi uterus dibangki dibangkitkan. tkan. 4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks : a. Perlunakan serviks b. Pendataran serviks c. Terjadi pembukaan serviks KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu: 1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanali sservikalis. Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase : a. Fase laten Pembukaan servik berlangsung lambat, kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam b. Fase aktif Pembukaan dari 4cm hingga pembukaan lengkap, pada primigravida pembukaan 1 cm biasanya berlangsung selama du jam dan pada multigravida biasanya berlangsung selama satu sampai dua jam. Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis. 2. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti sepert i BAB dengan dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, kel ihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, jam, pada multi 30 menit. Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedang sedangkan kan ukuranukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu pintu atas panggul, maka hal hal ini akan m mempersulit empersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter diameter antero posterior. Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah : a. Penurunan kepala. b. Fleksi. c. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam) d. Ekstensi. e. Ekspulsi. f. Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu. a. Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya Masuknya kepala melewati melewat i pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis sagita lis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium. promontorium. Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu : a) Asinklitismus posterior: Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
b) Asinklitismus anterior: Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang. Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan n normal, ormal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul pangg ul yang berukuran normal sekalipun. sekalipun. Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak. a) Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium. b) Sutura sagitalis mendekati mendekati simpisis dan os parietal belakang belakang lebih rendah dari os parietal depan
c) Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diamet diameter er suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal. c. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah
simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang bidang tengah dan pintu pintu bawah panggul. panggul. d. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ter jadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. melewatin ya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya. Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran pemutaran (hypomochlion), (hypomochlion), maka maka lahirlah berturut-turut berturut-turut pada pinggir pinggir atas perineum: ubun-ubun ubun-ubun besar, dahi, dahi, hidung, mulut mulut dan dagu bayi bayi dengan gerakan ekstensi. e. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghil menghilangkan angkan torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga ro ngga pangg panggul ul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah sete lah kepala ba bayi yi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. pangg ul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran put aran hingga belakang kepala kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak. f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu begi tu bertambah panjang. Tetapi T etapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang
menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar. 3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.
V.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan urine protein (Albumin) Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya gangguan pada ginjal ginjal dilakukan pada trimester II dan III. b. Pemeriksaan urin gula Menggunakan Menggunak an reagen benedict be nedict dan menggunakan diastic. c. Pemeriksaan darah. 2) Ultrasonografi (USG) Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus. 3) Stetoskop Monokuler Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum. 4) Memakai alat Kardiotokografi (KTG) Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung
janin dan tokodynomometer tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama VI.
PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan persalinan kala I
1. Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturien 2. Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada parturien dan pendampingnya. pendampingny a. 3. Pengamatan kesehatan janin selama persalinan a. Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa setiap 30 menit dan pada kala II setiap 15 menit setelah berakhirnya kontraksi uterus ( his ). b. Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa dengan frekuensi yang lebih sering (setiap 15 menit) dan pada kala II setiap 5 menit. 4. Pengamatan kontraksi uterus a. Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi, namun penilaian kualitas his dapat pula dilakukan secara manual dengan telapak
tangan penolong persalinan yang diletakkan diatas abdomen (uterus) parturien. 5. Tanda vital ibu a. Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap set iap 4 jam. b. Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50o C (“ borderlin borderline” e”)) maka pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam. c. Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotika profilaksis. 6. Pemeriksaan VT berikut a. Pada kala I keperluan dalam menilai status servik, stasion dan posisi bagian terendah janin sangat sangat bervariasi. b. Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk menilai kemajuan persalinan dilakukan tiap 4 jam. c. Indikasi pemeriksaan dalam diluar waktu yang rutin diatas adalah:
Menentukan fase persalinan.
Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul. panggul.
Ibu merasa ingin meneran.
Detik jantung janin mendadak menjadi buruk (< 120 atau > 160 dpm). dpm).
7. Makanan oral a. Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan padat selama persalinan fase aktif dan kala II. Pengosongan lambung saat persalinan aktif berlangsung sangat sangat lambat. b. Penyerapan obat peroral berlangsung lambat sehingga terdapat bahaya aspirasi saat parturien part urien muntah. c. Pada
saat
persalinan
aktif,
pasien
masih
diperkenankan
untuk
mengkonsumsi mengkonsum si makanan cair. ca ir. 8. Cairan intravena Keuntungan pemberian cairan intravena selama inpartu: inpart u: a. Bilamana pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin profilaksis pada kasus atonia uteri. b. Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60 – 120 120 ml per jam dapat mencegah terjadinya terjadinya dehidrasi dan asidosis pada ibu. 9. Posisi ibu selama persalinan
a. Pasien diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih posisi yang paling nyaman bagi dirinya. b. Berjalan pada saat inpartu tidak selalu merupakan kontraindikasi. 10. Analgesia a. Kebutuhan analgesia selama persalinan tergantung atas permintaan pasien. 11. Lengkapi partograf a. Keadaan umum parturien (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan). b. Pengamatan frekuensi – frekuensi – durasi – durasi – intensitas intensitas his. c. Pemberian cairan intravena. d. Pemberian obat-obatan. 12. Amniotomi a. Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang diperkirakan normal terdapat kecenderungan kuat pada diri dokter yang bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk melakukan amniotomi dengan alasan:
a) Persalinan akan berlangsung lebih cepat. b) Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium ( yang merupakan indikasi adanya gawat janin ) berlangsung ber langsung lebih cepat. c) Kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit kepala janin dan prosedur pengukuran pengukuran tekanan intraut intrauterin. erin. d) Namun harus dingat bahwa tindakan amniotomi dini memerlukan observasi yang teramat ketat sehingga tidak layak dilakukan sebagai tindakan rutin. 13. Fungsi kandung kemih a. Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena dapat: a) Menghambat penurunan kepala janin b) Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung kemih c) Carley dkk (2002) menemukan bahwa 51 dari 11.322 persalinan pervaginam mengalami komplikasi retensio urinae (1 : 200 persalinan). d) Faktor resiko terjadinya retensio urinae pasca persalinan: persa linan: Persalinan pervaginam operatif
Pemberian analgesia regional
Penatalaksanaan persalinan kala II
Tujuan penatalaksanaan persalinan kala II : 1. Mencegah infeksi traktus genitalis melalui tindakan asepsis dan antisepsis. 2. Melahirkan “well born baby” baby”. 3. Mencegah agar tidak terjadi ter jadi kerusakan otot dasar panggul secara berlebihan. Penentuan kala II : Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan vaginal toucher yang acapkali dilakukan atas indikasi : 1. Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin meneran. 2. Pecahnya ketuban secara tiba-tiba. Pada kala II sangat diperlukan kerjasama yang baik antara parturien dengan penolong persalinan. persalinan. 1. Persiapan : 1) Persiapan set set “ pertolongan persalinan” persalinan” lengkap. lengkap.
2) Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih bila teraba kandung kemih diatas simfisis pubis. 3) Membersihkan perineum, rambut pubis dan paha dengan larutan disinfektan. 4) Meletakkan kain bersih dibagian bawah bokong parturien. 5) Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri (sepatu boot, apron, kacamata pelind pe lindung ung dan penutup hidung & mulut). 2. Pertolongan persalinan : 1) Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur persalinan. 2) Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea yang tidak terlampau renggang dengan kedudukan yang sama tinggi. 3. Persalinan kepala: 1) Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin terbuka akibat dorongan kepala dan terjadi “crowning ”. 2) Anus menjadi teregang dan menonjol. Dinding anterior rektum biasanya menjadi lebih mudah dilihat.
3) Bila tidak dilakukan episiotomi, terutama pada nulipara akan terjadi penipisan perineum dan selanjutnya terjadi laserasi perineum secara spontan. 4) Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya dilakukan secara individual atas sepengetahuan dan seijin parturien. part urien. Episiotomi terutama dari jenis episiotomi mediana mudah menyebabkan terjadinya ruptura perinei totalis (mengenai rektum) ; sebaliknya bila tidak dilakukan episiotomi dapat menyebabkan robekan didaerah depan yang mengenai urethrae. Manuver Ritgen : Tujuan maneuver Ritgen : 1. Membantu pengendalian persalinan kepala janin 2. Membantu defleksi (ekstensi) kepala 3. Diameter kepala janin yang melewati perineum adalah diameter yang paling kecil sehingga dapat 4. Mencegah terjadinya cedera perineum
Saat kepala janin meregang vulva dan perineum (“ (“crowning crowning ” ) dengan diameter 5 cm, dengan dialasi oleh kain basah tangan kanan penolong melakukan dorongan pada perineum dekat dengan dagu janin kearah depan atas. at as. Tangan kiri melakukan tekanan ringan pada daerah oksiput. Maneuver ini dilakukan untuk mengatur defleksi kepala agar tidak terjadi cedera berlebihan pada perineum. Setelah lahir, kepala janin terkulai keposterior sehingga muka janin mendekat pada anus ibu. Selanjutnya oksiput berputar (putaran restitusi) yang menunjukkan bahwa diameter bis-acromial (diameter tranversal tr anversal thorax) berada pada posisi anteroposterior Pintu Atas Panggul Panggul dan pada saat itu muka dan hidung anak hendaknya dibersihkan Seringkali, sesaat setelah putar paksi luar, bahu terlihat di vulva dan lahir secara spontan. Bila tidak, perlu dilakukan ekstraksi dengan jalan melakukan cekapan pada kepala anak dan dilakukan traksi curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dibawah arcus pubis. pu bis. Untuk mencegah terjadinya distosia bahu, sejumlah ahli obstetri menyarankan agar terlebih dulu melahirkan bahu depan sebelum melakukan pembersihan hidung dan mulut janin atau at au memeriksa adanya lilitan talipusat talipusat.. Persalinan sisa tubuh janin biasanya akan mengikuti persalinan bahu tanpa
kesulitan, bila agak sedikit lama maka persalinan sisa tubuh janin tersebut dapat dilakukan dengan traksi kepala sesuai dengan aksis tubuh janin dan disertai dengan tekanan ringan pada fundus uteri. Jangan melakukan kaitan pada ketiak ket iak janin untuk menghindari menghindari terjadinya cedera saraf ekstrimitas atas 5. Membersihkan nasopharynx: Perlu dilakukan tindakan pembersihan muka , hidung dan mulut anak setelah dada lahir dan anak mulai mengadakan inspirasi, seperti yang terlihat pada gambar 5 untuk memperkecil kemungkinan terjadinya aspirasi cairan amnion, bahan tertentu didalam cairan amnion serta sert a darah. 6. Lilitan talipusat Setelah bahu depan lahir, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat dileher anak dengan menggunakan jari telunjuk seperti terlihat pada gambar pada gambar 8. 8. Lilitan talipusat terjadi pada 25% persalinan dan bukan merupakan keadaan yang berbahaya.Bila terdapat lilitan talipusat, maka lilitan tersebut dapat dikendorkanmelewati bagian atas kepala dan bila lilitan terlampau erat atau berganda maka dapat dilakukan pemotongan talipusat terlebih dulu setelah
dilakukan pemasangan dua buah klem penjepit talipusat. ta lipusat. 7. Menjepit talipusat: Klem penjepit talipusat dipasang 4 – 5 cm didepan abdomen anak dan penjepit talipusat (plastik) dipasang dengan jarak 2 – 3 cm dari klem penjepit. Pemotongan dilakukan dilakukan diantara klem dan penjepit talipusat. Saat pemasangan penjepit talipusat: Bila setelah persalinan, neonatus diletakkan pada ketinggian dibawah introitus vaginae selama 3 menit dan sirkulasi uteroplasenta tidak segera dihentikan dengan memasang penjepit talipusat, maka akan terdapat pengaliran darah sebanyak 80 ml dari plasenta ke tubuh neonatus dan hal tersebut dapat mencegah defisiensi zat besi pada masa neonatus. Pemasangan penjepit talipusat sebaiknya dilakukan segera setelah pembersihan jalan nafas yang biasanya berlangsung sekitar 30 detik dan sebaiknya neonatus tidak ditempatkan lebih tinggi dari introitus vaginae atau abdomen (saat sectio caesar )
Penatalaksanaan persalinan kala III
Persalinan Kala III adalah periode setelah lahirnya anak sampai sampa i plasenta lahir. Segera setelah anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran besar dan konsistensi uterus dan ditentukan apakah ini aalah persalinan pada kehamilan tunggal atau kembar. Bila kontraksi uterus berlangsung dengan baik dan tidak terdapat perdarahan maka dapat dilakukan pengamatan atas lancarnya proses persalinan kala III. Tanda-tanda lepasnya plasenta: 1. Uterus menjadi semakin bundar dan menjadi keras. 2. Pengeluaran darah secara mendadak. 3. Fundus uteri naik oleh karena plasenta yang lepas berjalan kebawah kedalam segmen bawah uterus. 4. Talipusat di depan menjadi semakin panjang yang menunjukkan bahwa plasenta sudah turun. Tanda-tanda diatas kadang-kadang dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 menit setelah anak lahir dan umumnya berlangsung dalam waktu 5 menit. Bila plasenta sudah lepas, harus ditentukan apakah terdapat kontraksi uterus yang baik. Parturien
diminta untuk meneran dan kekuatan tekanan intrabdominal tersebut biasanya sudah cukup untuk melahirkan plasenta.Bila dengan cara diatas plasenta belum dapat dilahirkan, maka pada saat terdapat t erdapat kontraksi uterus dilakukan tekanan ringan pada fundus uteri uteri dan talipusat sedikit ditarik keluar untuk mengeluarkan plasenta. Tehnik melahirkan plasenta : 1. Tangan kiri melakukan elevasi uterus (seperti tanda panah) dengan tangan kanan mempertahankan posisi talipusat. 2. Parturien dapat diminta untuk membantu lahirnya plasenta p lasenta dengan meneran. 3. Setelah plasenta sampai di perineum, angkat keluar plasenta dengan menarik talipusat keatas. 4. Plasenta dilahirkan dengan gerakan “meme memelintir” lintir” plasenta sampai selaput ketuban agar selaput ketuban tidak robek dan lahir secara lengkap oleh karena sisa selaput ketuban dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan kala III AKTIF : Penatalaksanaan aktif kala III ( pengeluaran plasenta secara aktif ) dapat menurunkan angka kejadian perdarahan pasca persalinan. persa linan. Penatalaksanaan aktif kala III terdiri dari :
1. Pemberian oksitosin segera setelah anak lahir 2. Tarikan pada talipusat secara terkendali ter kendali Masase uterus segera setelah plasenta lahir Tehnik : 1. Setelah anak lahir, ditentukan apakah tidak t idak terdapat kemungkinan adanya janin kembar. 2. Bila ini adalah persalinan janin tunggal, segera berikan oksitosin 10 U i.m (atau methergin 0.2 mg i.m bila tidak ada kontra indikasi) 3. Regangkan talipusat secara terkendali terkenda li (“controlled (“controlled cord traction” traction”): a. Telapak tangan kanan diletakkan diatas simfisis pubis. Bila sudah terdapat kontraksi, lakukan dorongan bagian bawah uterus kearah dorsokranial b. Tangan kiri memegang klem talipusat , 5 – 6 cm didepan vulva. c. Pertahankan traksi ringan pada talipusat ta lipusat dan tunggu adanya kontraksi uterus yang kuat. d. Setelah kontraksi uterus terjadi, lakukan tarikan terkendali pada talipusat sambil melakukan gerakan mendorong bagian bawah uterus kearah
dorsokranial. 1) Penarikan talipusat hanya boleh dilakukan saat uterus kontraksi. 2) Ulangi gerakan-gerakan diatas sampai plasenta terlepas. 3) Setelah merasa bahwa plasenta sudah lepas, keluarkan plasenta dengan kedua tangan dan lahirkan dengan gerak memelintir. 4) Setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri agar terjadi kontraksi dan sisa darah dalam da lam rongga uterus dapat dikeluarkan. 5) Jika tidak terjadi kontraksi uterus yang kuat (atonia uteri) dan atau terjadi perdarahan hebat segera setelah plasenta lahir, lakukan kompresi bimanual. 6) Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1 – 2 2 menit, ikuti protokol penatalaksanaan perdarahan pasca persalinan. 7) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan injeksi oksitosin kedua dan ulangi gerakan-gerakan diatas. 8) Jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit: o
Periksa kandung kemih, bila penuh lakukan kateterisasi.
o
Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
o
Berikan injeksi oksitosin ketiga.
Penatalaksanaan persalinan kala IV
2 jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan neonatus. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik luar biasa dimana ibu baru melahirkan bayi dari dalam perutnya dan neonatus sedang menyesuaikan kehidupan dirinya dirinya dengan dunia luar.Petugas medis harus tinggal bersama ibu dan neonatus untuk memastikan bahwa keduanya berada dalam kondisi stabil st abil dan dapat mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk mengadakan stabilisasi. Langkah-langkah Langkah -langkah penatalaksanaan persalinan kala ka la IV: 1. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. 2. Periksa tekanan darah – nadi – kandung kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. 3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan. 4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan da n kering. 5. Biarkan ibu beristirahat.
6. Biarkan ibu berada didekat neonatus. 7. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat membantu kontraksi uterus . 8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca persalinan. 9. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggauta anggauta keluarga mengenai: mengenai: Cara mengamati kontraksi uterus. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus. Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar bersalin selama 2 jam dan sebelum dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin bahwa: 1. Keadaan umum ibu baik. 2. Kontraksi uterus baik dan tidak t idak terdapat perdarahan. 3. Cedera perineum sudah diperbaiki. 4. Pasien tidak mengeluh nyeri. 5. Kandung kemih kosong. VII. KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu. Diperlukan segenap kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya. Banyak ibu hamil dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat. Namun banyak pula, persalinan menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal. Berikut beberapa komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan: a. Ruptur Uteri Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan keha milan kembar, dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal. Pada keadaan awal, jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin.
Namun, jika robekan yang luas dan menyebabkan menyebabkan perdarahan yang banyak, bany ak, dokter akan segera melakukan operasi o perasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim. Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak, dan bayipun dapat diselamatkan. Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya, sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU. Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu, hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang, sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu. Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang. Namun, jika Anda hamil lagi, diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan, kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar. b. Trauma Perineum Parineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus. Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tibatiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek. Berdasapkan tingkat keparahannya, trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat.
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina. Perdarahannya biasanya sedikit. Trauma derajat dua, luka sudah mencapai otot. Trauma derajat tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas, bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-otot anus, sehingga pendarahannya pun lebih lebih banyak. Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu besar, proses persalinan yang lama, serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep). Adanya Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa minggu setelah melahirkan. Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim. Saat persalinan, terkadang dokter melakukan episiotomi, yaitu menggunting perineum untuk mengurangi trauma yang berlebihan berlebihan pada daerah perineum perineum dan mencegah robekan perineum yang tidak beraturan. Dengan episiotomi, perineum digunting agar agar jalan lahir lahir lebih luas. dengan demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN I. PENG KAJI AN PENGKA A. IDENTIT AS PASIEN Nama : Umurr Umu :
Penanggung Jawab Nama :
Umur Umur
: :
Pendi Pe ndidikan dikan
:
Pend Pe ndiid ikan
Pekerj Pe kerjaa aa n Status Perkawi Per kawinan nan
: :
Jenis ke lamin am in : Pekerj Peker jaa aan n :
Agama
:
Alamat
Suku
:
Status perkawinan :
Alamat Alamat No CM
: :
Agama
Tangga l MRS Tangga Tanggaa l Peng Tangg Pe ngka ka jian jian Sumber Sumb er in informas formasii
: : :
: :
B. DAT A KESEH AT AN
Keluhan uhan Utama : …………… …………….. .. a. Kel b. Keluhan sa saat at dika dika ji :……………… ……………… c. Riwa Riwayat yat keluhan ke luhan (ka ji data mu la i dari dar i tim t imbu bullnya keluhan sampa sa mpa i den dengan gan dilakukan dilakukan asuhan ke perawa perawatan) tan)
C.R IWA IWAYA YAT T OBS TET TETRI RI DAN GI GINEKOLOGI NEKOLOGI
1.
Ri Riwayat wayat Menstruars Menstruars i :
Menar enarche che : umur Banyaknya : Keluhan : HPHT : ..
..
Siklus : teratur ( ) tidak ( ) Lama :
…
….
……… ……
………
………
2. Riwayat pernikahan f.
Menikah : ….ka li Lama : ….tahun Ri Riwa wayat yat keha mila mila n, n, persa per sa lin linan an,, nifas yang la llu u: Anak Ke No
Thn
Kehamilan Umur kehamilan
Persalinan
Peny ulit
jenis
penolong
Komplikas Komplikasii nifas Peny ulit
Laserasi
inf inf eksi
Anak
Perdarahan
Jenis Kelamin
Riwa wayat yat keha ke ha milan milan saat saa t ini g. Ri Status Obstetrikus : UK : …… ……..minggu ..minggu G…P …A…H… TP : …. …. ANC kehamilan sekarang :……… :……….. .. Trimester I :………………………………………………………… :………………………………………………………… Trimester
II
:
……………………………………………………….. ……………………………………………………… ..
Trimester
III : ……………………………………………………… ……………………………………………………….. .. h. Riwayat keluarga berencana Akseptorr KB Aksepto : ...
Jenis:
…
Masalah
:
……
D. RIWAYAT RIWAYAT PENYAKIT
1. Klien 2. Keluarga
……
::………… ………… : ………… …………
E. POL A FU FUNGSIO NGSIONAL NAL K KESEH ESEHA AT AN
1. Pola Pola Mana jemen Kese K esehatan hatan-Pe -Persepsi rsepsi Kesehatan 2. Pol Polaa Metabolik-Nutr Metabolik-Nutriis i
Lama:
………
BB
Pj
3. 4. 5. 6.
Pola El Pola Elee minas minas i Polaa Akti Pol Akt ivitas-Lat vitas-La t iha n Pola Istirahat-Tidur Pola Persepsi-Kognitif
7. Pola 8. Pol Polaaa Pol 9. Pol Polaa 10. Pol Polaa 11. Pol Polaa
Konsep Konsep D i-Peran r i-P -Perse ersepsi psi Dir Dir i Hubungan-Pe Hubungan ran Reproduk Reprod uktt iff-Seksua Seksua lita litass Tolera Toleransi nsi Terhad Ter hadap ap Stres-Koping Keyakinan-Nil Keyakinan-N ilaa i EM ERIKS ERIKSA AAN FISIK
F.P
Keada Kea daan umum umum : GCS Tingkat Tin gkat kesadara kesadaran n Tanda tanda vital BB –
: .. : : TD .. ...........N .........RR .........T ....... : .TB: LILA : .. …………………
………………….
…
…
…………
…
…………
…
………
Head toe toe : Kepala wajah :........................................................................... Pucat ( ) Cl Cloas oasma ma ( ) sklera :........................................................................... konjungtiv konjungt ivaa : ..................... ... ................................................... ............................................. .............. : pembesaran pem besaran limphe limphe node : ................ ...................... ........... .......... ............. ........... ... pembesaran pem besaran kelen kelenjjar t ir oid oid : ...... ..... .............. ..................... ................. .............. ....... .. : ……………………………………… ………………………………………
telinga
Dada Payudara Areola :…………… :…………….. ..
Putting : (me no nonjo njoll / t ida k
) Tanda Tanda dimpling / retraks ret raksii :…………………. Pengeluaran Pengel uaran ASI
: ……………… ……………….. ..
Jantung
: ………. ……….
Abdomen Linea : ……… ………
Paru: ………… ………….. ..
Striae
:………… ………… Pembesaran Pembesaran sesuai UK : …………. Gerakan Ja Jani nin n
: ………… ………….. .. Kontr Kontraksi aksi :
……. Luk ……. Lukaa bekas bekas opera opera si : ………… ………….. .. Ballotte Ballo tte ment : ……………………… ……………………….. .. Leopold I
: Kepala / bokong / ko koss on ong g
Leopold II Kir Kir i Leopo Leop o ld III
TFU:…… TFU:……............. .............
: Kanan : punggung/bagian punggung/ bagian kecil kec il// bokong /kepa la : punggung / bagian kec il /bokong/kepa la : Presentasi Pre sentasi kepala kepala / bokon bokong/kosong g/kosong
Leopold IV
: Bagi Bag ian masuk P AP (konvergen/d (konvergen/div iverge ergen/se n/se ja jar)
Penu Pe nurunan runan kepa la : .........(pen ....... ..(penurunan urunan bag.terbawah bag.te rbawah deng de ngan an met ode lima jari ) Kontraksi : ………………….
DJJ
:
…………………
..
Bising us usus us :
Genetalia dan perineum : Kebersihan :……………… ……………… Pengeluaran :…………………. :………………….
Karakteristik Kara kteristik :…………… …………….. ..
Hasil VT : ………………………………………………………………. Hemoroid
:………………… :…………………
Ekstremitas Atas : Oedema
:……………… ………………
… Varises :……………… ……………… … CRT
:……………… :………………
Bawah : Oedema Varises
::………………… ………………… :………………… :…………………
CRT
:………………… :…………………
Refleks
:……………….... :……………… ....
G. G.DA DAT A PENU PENUNJ NJ ANG
Pem Pe meriksaa eriksaa n Laborator Laboratoriium Pem Pe meriksaan eriksaan USG H. DIAGNOSA M EDIS
I.P I.PENG ENGOB OBA AT AN
..
…………………
:……………………… ……………………….. .. :……………………… ……………………….. ..
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. KALA I (fase (fase late late n dan aktif akti f) a. Pe ngkaj ngk ajian ian
1) Integritas ego Klien Kli en ta mpak tenang t enang atau a tau cem ce mas 2) Nyeri atau keti ket idaknya daknya manan Kontraks Kon traks i regular regular , ter jad adii peningkatan frekuens frekuens i duras durasii atau ata u keparahan keparahan 3) Seksua lita litass Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir. b. Diagnos a Ke pe pe rawa rawatt an
1. Ansietas 2. Nyeri me lah ahiir kan berhubungan erhubungan de ngan dilatas dilatas i serviks di dibuk buktt ik ikan an dengan dengan mengee luh nyeri meng nyer i 2. KALA II
a. Pe n ngkajian gkajian 1) Aktivitas/ istirahat
Melaporkan kele kele laha lahan n
Melaporkan ket idakma dak ma mpuan melak melakuk ukaa n dorongan sendi se ndirr i/teknik i/tekn ik re laksas aksa s i
Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi Tekanan Tekan an darah dara h meningkat meningkat 5-10 mmHg 3) Integritas ego Dapat merasakan eras akan kehilangan kehilangan kon k ontr trol ol / sebalikny se baliknyaa 4) Eliminasi Keinginan Kein ginan un untt uk defekas defekas i, kemungkinan kemungkinan ter te r jad adii distens distensii kandung kemih 5) Nyeri / ketid ket idaknyaman aknyamanan an
Dapat mer eriintih nt ih / me nangis nangis se lama kontraksi kontraks i
Melaporkan Mel aporkan rasa terbakar / meregan erega ng pada peri per ineum
Kaki dapat ge metar selama upaya mendorong
Kontraks Kon traksii uter uter us kuat ter jadi 1,5 – 1,5 – 2 me nit
6) Pernafasan Peningkatan Peni ngkatan frekwensi frekwens i pernafasa pernafasan n 7) Seksua lita litass
Servik Servi k dil d ilatas atas i penuh (10 cm c m)
Peningkatan perdarahan pervagina
Membra Memb rane ne mungkin mungk in rupture , bila bila mas ih utuh
Penin Peni ngkatan penge luaran cai ca ira ran n amni a mnion on selama selama kontraksi kontraks i
b. Diagno s a Ke pe pe rraw awat atan an
1. Nyeri melah melahirk irkan an berhubung berhubungan an dengan dengan pengeluara pengeluaran n jan anin in dibuktika dibuktika n denga denga n perinuim perin uim terasa tertekan terte kan.. 2. Ris Ris iko gangguan integritas ntegr itas kulit kulit / jar arin ingan gan d ibukt ikan dengan factor fac tor mekan mekaniis (mis. penekanan, gesekan) gese kan) atau a tau factor fac tor e lektr is (e ( e lektrodi ektr odiat ater er mi, energ y listri listr ik betegangan betegan gan tinggi). tinggi).
3. KALA III a. Pe ngkajian 1) Akti Aktivitas/ vitas/ ist ira rah hat Klien Kli en ta mpak mpak se senang nang dan ke let iha n
2) Sirkulasi
Tekanan darah mening mening kat saat saa t curah c urah jantung meningkat dan kemba li
nor orm mal
dengan dengan cepat
Hipoten Hip otenss i akibat analgeti analget ik dan anastesi Nadi me la mbat
3) Makan dan dan cai c aira ran n Kehilan Kehil an gan darah dara h norm nor ma l 250 – 250 – 300 300 ml 4) Nyeri / ketid ket idaknyaman aknyamanan an Dapat mengeluh tre tr e mor kaki dan me nggigil 5) Seksua lita litass
Darah Dara h berwa berwarna rna hitam hitam dar i vagina terj te rjadi adi saat saa t p lase nta lepas
Tali pusat meman ja ng pada pada muara vagina vagina
b. Diagno Diagnoss a Ke pe pe rraw awatan atan
1. Ri Riss iko perdara per darahan han dibukt ikan dengan trauma tra uma jar in ingan gan 4. KALA IV a. Pe ngkajia ngk ajian n
1) Aktivitas Dapat Da pat tampak t ampak berenergi bere nergi atau at au kele kele la han 2) Sirkulasi Nadi biasa biasany nyaa lambat sampai (50-70x/ (50-70x/ men enit) it) TD ber varias varias i, mungkin leb ebih ih rendah pada respon terhadap te rhadap ana a na lgesi ges ia/anaste a/a nastesi siaa , atau ata u meningkat pada respon res pon pember pemb er ian ok okss it is in atau HKK,edema HKK,edema , k kehila ehila ng ngan an darah sela sela ma persalinan pers alinan 400
500 ml untuk unt uk ke ke lahi ah ira ran n pervagin per vaginaa 600-800 600- 800 ml untuk unt uk kela hiran saesar sae sariia 3) Integritas Ego Mula i mengena menge na i kondis kondis i bayi, bay i, bahagi bahag ia 4) Eliminasi Haem Hae moroid, oroid, kandung kemih kem ih teraba di atas ata s sim s imff is is pubis pubis 5) Makanan/cairan Menge luh haus, lapar atau mual 6) Neurosenso Neurosensorr i Sensasi dan gerakan ekstremitas e kstremitas bawah menurun pa da adany a danyaa anastesi anastes i spina spina l 7) Nyeri Nyeri// ketidak ketidakny nyama ama nan Melaporkan ny nyer er i, missa missa l o leh karena trauma
jar ingan atau ata u perba ikan
episs io epi iotomy, tomy, ka ndung kemih kem ih penuh, perasaan perasaa n ding ding in atau ata u otot tremor. t remor. 8) Keamanan Peningkatan suhu tubuh
9) Seksua lita litass Funduss keras ter Fundu terkon kontra traks ksii pada gari gar is teng te ngah ah ter letak eta k set inggi umbili umb ilicc us, perineum perin eum be bas dan kemera kemerah han, e dema, dema, ek ekim imos osiis , stri str iae mungk mungkiin pada pada abdomen, paha dan payudara. Pengeluaran kolostrum, pantau jumlah lochea. b. Diagno Diagnoss a Ke pe pe rraw awat atan an
1. Ris Ris iko perdara perdarahan han dibukt ik ikan an den dengan gan traum tra umaa jar ing ngaa n dan uter uterus us berkontraks i tidak optima o ptima l
III. RENCANA KEPERAWATAN KEPERAWATAN KALA I
No
1
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
(SLKI)
(SIKI)
Ansietas
Setelah
Penyebab :
tindakan keperawatan ...
Observasi :
Fisiologis
x
Krisis situasional
Kebutuhan
...
dilakukan Reduksi Ansietas
jam
diharapkan
tingkat ansietas pasien
ansietas
hasil:
Krisis maturasional
Anacaman
terhadap
kemampuan
kebingungan
keputusan
Verbalisasi khawatir
(mis.
Identifikasikan
Verbalisasi
menurun
konsep diri
berubah
Kondisi, waktu, stressor)
tidak menurun dengan kriteria
terpenuhi
Identifikasi saat tingkat
mengambil
Monitor tanda – tanda ansietas
(verbal
dan
Ancaman
terhadap
Kekhawatiran mengalami kegagalan
Disfungsi
mudah
teragitasi sejak lahir)
Penyalahgunaan Penyalahgun aan zat Terpapar lingkungan
bahaya (mis.
Toksin, polutan dan lain-lain)
Kurang
terpapar
informasi Gejala dan Tanda Mayor
Perilaku
gelisah
Perilaku
Keluhan
Ciptakan
suasana
terapiutik
untuk
menumbuhkan
tegang
kepercayaan pusing
Temani
pasien
menurun
menumbuhkan
Anoreksia menurun
kepercayaan,
Palpitasi menurun
memungkinkan memungkinkan
Frekuensi pernafasan
keturunan
(temperamen
Terapiutik :
menurun
Hubungan orang tua –
Factor
dihadapi menurun
menurun
anak tidak memuaskan
system
keluarga
nonverbal)
akibat kondisi yang
kematia
Frekuensi nadi dalam
situasi
yang
Dengarkan dengan penuh perhatian
rentan normal
jika
membuat ansietas
dalam rentan normal
Pahami
untuk
Tekanan darah dalam
Gunakan
pendekatan
rentan normal
yang
tenang
Diaphoresis menurun
meyakinkan
Tremor menurun
Pucat menurun
dan
Subjektif :
Meras bingung
Konsentrasi membaik
Merasa
khawatir
Pola tidur membaik
yang
kondisi
Perasaan
kenyamanan
akibat
dari
yang dihadapi
keberdayaan
Sulit berkonsentrasi
membaik
Objektif :
Tampak gelisah
Tampak tegang
Sulit tidur
Kontak
memberikan
Motivasi mengidentifikasikan situasi
mata
Orientasi membaik
yang
memicu
kecemasan
membaik
Tempatkan barang pribadi
Diskusikan
perencanaan
realistis tentang peristiwa yang akan datang
Gejala dan Tanda Minor Subjektif :
Edukasi :
Mengeluh pusing
Anoreksia
termasuk
Palpitasi
mungkin dialami
Merasa tidak berdaya
Jelaskan
prosedur, sensasi yang
Informasikan
secara
actual
Objektif :
Frekuensi
pengobatan dan prognosis
nafas
meningkat
Frekuensi
Tekanan
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
nadi
perlu perlu
meningkat
diagnosis,
darah
Anjurkan
melakukan
meningkat
kegiatan
Diaphoresis
kompetitif,
Tremor
kebutuhan
Muka tampak pucat
Suara bergetar
mengungkapkan perasaan
Kontak mata buruk
dan persepsi
Sering berkemih
Berorientasi
yang
tidak sesuai
Anjurkan
Latih
kegiatan
pengendalian
pada
untuk
mengurasi ketegangan
masa lalu
Latih
pengunaan
mekanisme
pertahanan
diri yang tepat
Latih teknik relaksasi Kolaborasi :
Kolaborasikan pemberian obat
antiansietas,
jika
perlu perlu 2
Nyeri melahirkan
Setelah
Penyebab :
tindakan keperawatan ... ...
dilakukan Perawatan persalinan
□
Dilatasi serviks
x
jam
diharapkan
□
Pengeluaran janin
status intrapartum pasien
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif :
menurun dengan kriteria hasil:
Observasi : □
Identifikasi kondisi proses persalinan
□
□
Monitor kondisi fisik dan psikologis pasien Monitor kesejahteraan ibu
□
Mengeluh nyeri
□
Perineum terasa
ketidaknyamanan
(mis.
tertekan
persalinan meningkat
kontraksi
Memanfaatkan teknik
frekuensi, dan kekuatan)
Objektif :
□
□
Koping
terhadap
tanda
vital,
:
lama,
□
□
□
memfasilitasipersalin
janin (gerakan janin 10x
Berposisi
an membaik
dalam 12 jam) secara
menringankan nyeri Uterus teraba
Subjektif : Mual
□
□
Objektif :
Dilatasi meningkat
Perdarahan pervagina
Tekanan darah meningkat
□
□ □
□ □
□
Sakit kepala menurun Nyeri
□
□
Monitor
kemajuan
Monitor tanda – tanda persalinan
dengan
(dorongan
kontraksi menurun
kuat, tekanan pada anus,
Kejang menurun
perineum menonjol, menonjol, vulva vulva
Nyeri
membuka)
punggung □
Frekuensi
Periode
Monitor
kemajuan
pembukaan menggunakan menggunakan
kontraksi
partograf saat fase aktif
uterus membaik
Frekuensi nadi meningkat
□
persalinan
menurun
berkelanjutan (DJJ dan volume air ketuban)
serviks
menurun
Nafsu makan menurun/meningkat
□
kesejahteraan
meringis
Gejala dan Tanda Minor
□
Monitor
untuk
membulat
□
□
Ekspresi wajah
kontraksi
□
Monitor
tingkat
nyeri
selama persalinan
uterus membaik
□
Ketegangan otot
□
meningkat □
Pola tidur berubah
□
Fungsi berkemih berubah
Intensitas
kontraksi
□
Tekanan
darah
membaik □
Terapiutik : □
Frekuensi
nadi
Diaphoresis
□
Gangguan perilaku
□
Suhu membaik
□
Pupil dilatasi
□
Glukosa
□
Muntah
□
Focus pada diri sendiri
rasa
Output
Reflex
Status membaik
(mis.
pijat,
Edukasi : urine
□
Jelaskan
prosedur
pertolongan persalinan neurologis
□
Informasikan
kemajuan
persalinan
membaik □
menghilang
darah
membaik □
sakit
metode
aromaterapi, hypnosis)
membaik □
Berikan alternative
membaik
□
pemeriksaan
leopod
uterus membaik □
Lakukan
kognitif
□
Ajarkan ternik relaksasi
□
Anjurkan
ibu
mengosongkan kandung kemih Anjurkan
□
ibu
cukup
ibu
cara
nutrisi Ajarkan
□
mengenali tanda – tanda persalinan Ajarkan ibu mengenali
□
tanda bahaya persalinan
KALA II
No
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN (SLKI)
INTERVENSI (SIKI)
Nyeri melahirkan
Setelah dilakukan tindakan
Perawatan persalinan
Penyebab :
keperawatan ... x ... jam
Observasi :
Dilatasi serviks
diharapkan
status
Pengeluaran janin
intrapartum
pasien
Identifikasi kondisi proses persalinan
Gejala dan Tanda May Ma yor
menurun dengan kriteria
Monitor kondisi fisik dan
Subjektif :
hasil:
psikologis pasien
Mengeluh nyeri
Perineum terasa tertekan
Objektif :
Koping
terhadap
Monitor kesejahteraan ibu
ketidaknyamanan persalinan meningkat
(mis. tanda vital, kontraksi : lama, frekuensi, dan
Memanfaatkan
kekuatan)
teknik
Ekspresi wajah
untuk
meringis
memfasilitasipersalinan
janin (gerakan janin 10x
Berposisi
membaik
dalam
Monitor
kesejahteraan
12
jam)
secara
menringankan nyeri
Mual
Perdarahan
menurun Sakit kepala menurun
Nafsu makan menurun/meningkat
Objektif :
pervagina
kemajuan
persalinan Monitor tanda – tanda persalinan (dorongan kuat,
menurun
tekanan
Kejang menurun
perineum menonjol, vulva
Nyeri
membuka)
punggung punggung
Frekuensi
kontraksi
Tekanan
Monitor
anus,
kemajuan
partograf saat fase aktif
Periode kontraksi uterus
Intensitas
pada
pembukaan menggunakan menggunakan
kontraksi
Monitor tingkat selama persalinan
Lakukan
nyeri
pemeriksaan
leopod
uterus membaik
Pola tidur berubah
Monitor
membaik
dan
uterus membaik
(DJJ
Nyeri dengan kontraksi
menurun
Ketegangan otot meningkat
Frekuensi nadi meningkat
Tekanan darah meningkat
berkelanjutan
volume air ketuban)
Gejala dan Tanda Minor Subjektif :
serviks
meningkat
Uterus teraba membulat
Dilatasi
darah
Terapiutik :
membaik
Fungsi berkemih berubah
Frekuensi membaik
nadi
Berikan metode alternative menghilang rasa sakit
Diaphoresis
Suhu membaik
(mis. pijat, aromaterapi,
Gangguan perilaku
Glukosa darah membaik
hypnosis)
Pupil dilatasi
Output urine membaik
Muntah
Reflex
Focus pada diri sendiri
neurologis
Edukasi :
membaik
Status
Jelaskan
prosedur
pertolongan persalinan kognitif
membaik
Informasikan
kemajuan
persalinan
Ajarkan ternik relaksasi
Anjurkan mengosongkan
ibu kandung
kemih
Anjurkan ibu cukup nutrisi
Ajarkan
ibu
cara
mengenali tanda – tanda persalinan
Ajarkan
ibu
mengenali
tanda bahaya persalinan
KALA III No
1
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN
(SLKI)
(SIKI)
Risiko
perdarahan Setelah
dibuktikan
dengan
tindakan
dilakukan Pencegahan Perdarahan keperawatan
trauma jaringan
.... x..... jam diharapkan
Faktor risiko :
status
Aneurisma
membaik
Gangguan
dengan kriteria hasil:
gastrointestinal
lambung,
polip,
Gangguan
Sirkulasi
membaik
Payudara
fungsi
hati (mis. Sirosis
Monitor tanda dan
gejala
perdarahan
Monitor
nilai
hemoglobin
perifer
hematokrit/
sebelum
dan
setelah kehilangan darah
Monitor
tanda-tanda
vital
koagulasi
(mis.
ortostatik
penuh
meningkat
varises)
pascapartum
meningkat
(mis.Ulkus
Observasi
Monitor
Pemulihan perineum
Prothrombin
time
(PT),
meningkat
partial thromboplas thromboplastin tin time
hepatitis)
(mis.
Ketuban
Intake makanan dan
Aktivitas
previa/abrupsio,
Komplikasi
pasca
uterus,
retensi
plasenta) Gangguan
Gunakan
kasur
pencegah
dekubitus
Hindari
penggunaan
suhu
rektal
Infeksi menurun Nyeri insisi menurun vagina
E dukasi
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
menurun
koagulasi
Batasi tindakan invasif, jika perlu
Kenyamanan
Perdarahan
Pertahankan bed rest selama perdarahan
Ketahanan
meningkat
partum (mis. Atonia Atonia
meningkat
kehamilan kembar)
Terapiutik
fisik
meningkat
plasenta
fibrin dan atau platelet
cairan meningkat
pecah
sebelum waktunya,
(PTT), fibrinogen, degradasi
insisi
meningkat
Komplikasi kehamilan
Pemulihan
(mis.Trombositope
Laserasi menurun
nia)
Keletihan menurun
Efek agen
Depresi menurun
Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulansi
farmakologis
Tindakan pembedahan
Trauma
Kurang
tentang
Warna
lochia
Tekanan
Frekuensi
meningkatkan cairan untuk
Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
darah
Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan dan vitamin
nadi
membaik
Proses keganasan
Anjurkan asupan
menghindari konstipasi
membaik
pencegahan perdarahan
lochia
membaik
terpapar
informasi
Jumlah membaik
K
Suhu tubuh membaik Eliminasi membaik
urine
Eliminasi
fekal
Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan K ola olab borasi
Kolaborasi pemberian obat
membaik
pengontrol pengon trol perdarahan, jika
Enzim liver membaik
perlu
Hemoglobin
Kolaborasi pemberian produk
membaik
Sel
darah
darah, jika perlu putih
membaik
Glukosa
Kolaborasi
pemberian
pelunak tinja, jika perlu darah
membaik
Manajemen
Mood membaik
Pervaginam Pascapersalinan
Perdarahan
Observasi
Periksa
uterus
(mis.
TFU
sesuai
hari
melahirkan,
membulat dan keras/lembek)
Identifikasi
penyebab
kehilangan darah (mis. Atonia uteri atau robekan jalan lahir)
Identifikasi keluhan ibu (mis. Keluar banyak darah, pusing, pandangan kabur) kabur)
Identifikasi
riwayat
perdarahan pada kehamilan
lanjut (mis. Abruption, PIH, dan plasenta previa)
Monitor
risiko
terjadinya
perdarahan
Monitor jumlah kehilangan darah
Monitor kadar Hb, Ht, PT dan APTT sebelum dan sesudah perdarahan
Monitor fungsi neurologi
Monitor membran mukosa, bruising dan adanya petecle
Terapiutik
Lakukan penekanan pada area perdarahan, jika perdarahan, jika perlu perlu
Berikan kompres dingin, jika perlu perlu
Pasang oksimetri
Berikan
oksigen
nasal
3
L/menit
Posisikan supine
Pasang IV line dengan selang infus tranfusi
Pasang
kateter
meningkatkan
untuk kontraksi
uterus
Lakukan pijat uterus untuk merangsang kontraksi uterus
K ola olab borasi
Kolaborasi
pemberian
transfusi darah, jika darah, jika perlu perlu
Kolaborasi
pemberian
uterotonika, jika uterotonika, jika perlu perlu
KALA IV DIAGNOSA
No
TUJUAN
INTERVENI
(SLKI)
(SIKI)
KEPERAWATAN
1
Risiko
perdarahan Setelah
dibuktikan dengan trauma tr auma tindakan
dilakukan keperawatan
jaringan
.... x..... x..... jam diharapkan
Faktor risiko :
status
Aneurisma
membaik
Gangguan
dengan kriteria hasil:
gastrointestinal (mis.Ulkus lambung, polip, varises)
Komplikasi kehamilan
Observasi
pascapartum membaik
Sirkulasi meningkat
perifer
Payudara
penuh
Monitor tanda dan gejala perdarahan
Monitor nilai hematokrit/ hemoglobin sebelum dan
meningkat
Gangguan fungsi hati (mis. Sirosis hepatitis)
Pencegahan Perdarahan
setelah kehilangan darah Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Monitor koagulasi (mis.
Pemulihan perineum
Prothrombin
meningkat
partial
time
(PT),
thromboplastin
(mis. Ketuban pecah sebelum
waktunya,
platelet
cairan meningkat Aktivitas fisik
partum (mis. Atonia
Ketahanan
uterus,
meningkat
Gangguan
Efek agen
farmakologis Tindakan pembedahan
Trauma
Kurang informasi
bed
rest
Batasi
tindakan
invasif,
jika perlu
Kenyamanan
Gunakan kasur pencegah dekubitus
Infeksi menurun
vagina
E dukasi
Laserasi menurun
terpapar
Keletihan menurun
tentang
Depresi menurun
Hindari penggunaan suhu rektal
Nyeri insisi menurun Perdarahan menurun
Pertahankan
selama perdarahan
meningkat
koagulasi
Terapiutik
meningkat
retensi
fibrinogen,
degradasi fibrin dan atau
previa/abrupsio, kehamilan kembar) pasca
(PTT),
meningkat Intake makanan dan
Komplikasi
time
insisi
(mis.Trombositopenia)
Pemulihan
plasenta
plasenta)
Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
Anjurkan
menggunakan
kaus kaki saat ambulansi
pencegahan perdarahan
Proses keganasan
Jumlah membaik
lochia
Warna
lochia
membaik
Tekanan
Frekuensi
Anjurkan
menghindari
aspirin atau antikoagulan
darah
Anjurkan asupan
nadi
membaik
Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari menghin dari konstipasi
membaik
meningkatkan makanan
dan
vitamin K
Suhu tubuh membaik Eliminasi membaik
urine
Eliminasi
fekal
Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
K ola olab borasi
Kolaborasi pemberian obat
membaik
pengontrol pengon trol perdarahan, jika
Enzim liver membaik
perlu
Hemoglobin
Kolaborasi
pemberian
membaik
Sel
produk darah, jika jika perlu
darah
putih
membaik
Glukosa membaik
Kolaborasi
pemberian
pelunak tinja, jika perlu darah
Mood membaik
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria M., et al. 2013. Nursing Interventions Interventions Classification Classification (NIC) sixth Edition . Mosby an Imprint of Elsevier Inc. NANDA Internati Internationa ona l. 2015. Diagnosis Keperawatan Keperawatan Def inisi dan Klasif Klasif ikasi 20 15 – 2017 Edisi 10. 10. Jakarta: EG EGC. C. NANDA. 20 2015 15.. Aplikasi Asuhan Keperaw epera watn NANDA Nic Noc. Yogyakarta; Mediaaction. Manuaba , I G.B. 2010. 2010. Ilm Il mu Kebidanan, Penyakit Penyakit Kandungan, Kandungan, dan Keluarga Keluarga Berencana. Berencana. Jakarta: EGC. EGC. Prawi Pra wirohardjo, rohardjo, Sarwono: 2009, 2009, I lm lmu u Kebidanan, Ke bidanan, Jakarta, Ja karta, P T. Bina Bina Pustaka.Manuaba Pustaka.Manuaba , 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta PPNI. 2017. Stan Standar dar Diagnosis Keperawatan Keperawa tan Indonesia: Def inisi dan Indik ator Diagnostik Di agnostik , Edisi 1. 1 . Jakarta: DPP PPNI. PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran
Keperawatan
Indonesia: Definisi dan
Kriteria
Hasil
Keperrawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. Kepe
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia Indonesia : definisi dan indikator diagnostik . Jakarta Selata Selatan n : DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). (I) . Jakarta: Dewan Pengurus Pengu rus Pusat Persatu Pe rsatuan an Perawat P erawat Nasiona asiona l IIn ndonesi dones ia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Keperawatan (1st ed.). ed.) . Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasion Nasi onaa l I ndon ndones ia
Denpasar,19 Okt Okt ober ober 2020 Nama Mahasiswa Mahasiswa
(………………………………..) (………………………………..) NIM : Nama Pembimbing Pembimbing / CT
Surat iah., iah.,S.Kep.,Ns., S.Kep.,Ns.,M.B M.B io io med NIP. 1971122 19711228199402200 81994022001 1
View more...
Comments