Lp Cairan Dan Elektrolit

March 10, 2019 | Author: Reza Syahbandi Jasma Wijaya | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Elektrolit...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (CAIRAN DAN ELEKTROLIT)

OLEH Muhamad Afifudin, S.Kep NIM : 070111b054

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2012

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (CAIRAN DAN ELEKTROLIT) I. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT A. Pengertian Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul 2008). Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004). Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml-3.500ml/hari, biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. B. Komposisi Cairan Utama Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : 1.

Cairan Intra Seluler (CIS) Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh (Abdul 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (Total Body Water [TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS

25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler. 2.

Cairan Ekstra Seluler (CES) Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price dan Wilson, 1986). Menurut Abdul (2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu : a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler. b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel. c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu : anion dan kation.

C. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain : 1.

Umur Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

2.

Iklim Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5L/hari.

3.

Diet Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan

lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun

padahal

keduanya

sangat

diperlukan

dalam

proses

keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema. 4.

Stress Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

5.

Kondisi Sakit Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalnya : a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran. c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri. Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu : a.

Urine Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat

kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. b.

IWL (Invisible Water Loss) IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c.

Keringat Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

d.

Feces Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

D. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam 4 proses transport yaitu : 1). Difusi Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur larutan. 2). Filtrasi Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.

3). Transport Aktif Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel dari konsentrasi 1 ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. 4). Osmosis Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah. E. Regulasi Elektrolit 1.

Kation, terdiri dari : a.

Sodium (Na+) : 1).Kation berlebih di ruang ekstraseluler. 2). Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler. 3). Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus. 4). Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan. 5). Sumber : snack, kue, rempah-rempah, dan daging panggang.

b.

Potassium (K+) : 1).Kation berlebih di ruang intraseluler. 2).Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel. 3).Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves. 4).Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.

c.

Calcium (Ca++) : 1).Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat. 2).Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle. 3).Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifan protrombin dan trombin.

4).Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll. 2.

Anion, terdiri dari : Chloride (Cl-) :

a.

b.

1).

Kadar berlebih di ruang ekstrasel.

2).

Membantu proses keseimbangan natrium.

3).

Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.

4).

Sumber : garam dapur. Bicarbonat (HCO3-) :

1).Bagian dari bicarbonat buffer system. 2).Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. 3).Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal. c.

Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) : 1).Bagian dari fosfat buffer system. 2).Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel. 3).Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang. 4).Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

F. Gangguan Volume Cairan 1.

Hipovolemia (Kekurangan Volume Cairan) Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner dan suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut : a.

Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES).

b.

Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).

c.

Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES).

Etiologi Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena : a.

Penurunan masukkan.

b.

Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dll.

c.

Perdarahan.

Patofisiologi: Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan menyebabkan

cairan

interseluler

penurunan

cairan

menuju

intravaskuler

ekstraseluler.

Untuk

sehingga untuk

mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan. Manifestasi klinis Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem

syaraf simpatis (peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut. Komplikasi Akibat

lanjut

dari

kekurangan

volume

cairan

dapat

mengakibatkan : a.

Dehidrasi (Ringan, sedang berat).

b.

Renjatan hipovolemik.

c.

Kejang pada dehidrasi hipertonik.

2.

Hipervolemia (Kelebihan Volume Cairan) Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner dan Suddarth. 2002). Etiologi Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat : a.

Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.

b.

Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.

c.

Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).

d.

Perpindahan interstisial ke plasma.

Patofisiologi Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload

cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia antara lain : sesak nafas, dan ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan

asam-basa

dan

osmolalitas

sering

menyertai

hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema

pulmuner,

khususnya

pada

pasien

dengan

disfungsi

kardiovaskuler. Komplikasi Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah : a.

Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.

b.

Infark miokard.

c.

Gagal jantung kongestif.

d.

Gagal jantung kiri.

e.

Penyakit katup.

f.

Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.

g.

Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker berhubungan dengan kerusakan arus balik vena.

h.

Varikose vena.

i.

Penyakit vaskuler perifer.

j.

Flebitis kronis

Sedangkan gangguan lainya meliputi : Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu : 1).

Hyponatremia dan hypernatremia

Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel ke intrasel mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel mengalami dehidrasi. 2).

Hipokalemia dan hiperkalemia Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab akan menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan jantung.

3).

Hipokalsemia dan hiperkalsemia Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab tubuh

akan

berusaha

memenuhi

kebutuhan

calcium

dengan

mengambilnya dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas. 4).

Hipokloremia dan hiperkloremia Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat dehidrasi dan masalah ginjal.

5).

Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan ekskresi fosfat dan peningkatan ambilan fosfat untuk

tulang. Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid menurun. G. Tindakan Keperawatan 1.

Pemberian cairan dan elektrolit per oral a.

Penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasienpasien tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.

b.

Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000cc/hari.

c.

Pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman.

2.

Pemberian therapy intravena a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan extrasel secara langsung. b. Tujuan terapy intravena : 1).

Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan peroral secara adekuat.

2).

Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit.

c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan : 1).Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water (DSW), amigen, dan aminovel. 2).Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik, maupun hypertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%. 3).Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat. 4).Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik darah. 3.

Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus

a. Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien. b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam pemenuhan personal hygiene, dan membantu mobilitas. c. Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya : 1). Infiltrat Gejala

:masukkannya cairan ke sub kutan. : bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.

2). Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia. Gejala: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan. 3). Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat. d. Mengatur tetesan infus Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang lambat dapat menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak adekuat. Faktor yang mempengaruhi jumlah tetesan : 1). Posisi pemasangan 2). Posisi dan patency tube/selang 3). Tinggi botol infus 4). Kemungkinan adanya infiltrat e. Mengganti botol infus Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan. Prosedurnya

:

1). Siapkan botol yang baru. 2). Klem selang. 3). Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru. 4). Gantungkan botol. 5). Buka klem dan hitung kembali tetesan. 6). Pasang label. 7). Catat tindakan yang dilakukan. f.Mengganti selang infus Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :

1). Siapkan infus set yang baru, termasuk botol. 2). Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta tutup klem. 3). Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang. 4). Tusukan tube yang baru ke poros jarum. 5). Lanhkah berikutnya seperti memasang infus. g. Menghentikan infus Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru. Langkah-langkahnya : 1). Tutup klem infus. 2). Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum. 3). Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas tusukan dengan kapas beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah perdarahan. 4). Tutup daerah bebas dengan kassa steril. 5). Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan yang tersisa dalam botol. 4.

Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah ke dalam sirkulasi vena. Tujuannya yaitu untuk : a. Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat. b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat. c. Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik. Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu : a. Hemofilik

: terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin dengan tipe sama bertemu.

b. Febris

: karena

adanya

kontaminasi

pada

darah

atau

sensitivitas dari sel darah putih. c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor. Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS, dsb.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1.

Riwayat Kesehatan a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental). b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit. d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan. e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial). f. Faktor psikologis (perilaku emosional).

2.

Pengukuran Klinik a.

Berat Badan (BB) Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan : 1).

Ringan

: ± 2%

2).

Sedang

: ± 5%

3).

Berat

: ±10%

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama. b.

Keadaan Umum Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah serta tingkat kesadaran.

c.

Asupan cairan Asupan cairan meliputi: 1).

Cairan oral : NGT dan oral

2).

Cairan parental

: termasuk obat-obat intravena

3).

Makanan yang cenderung mengandung air

4).

Iritasi kateter

d.

Pengukuran keluaran cairan 1). Urin

: Volume, kejernihan/kepekatan

2). Feses : Jumlah dan konsistensi 3). Muntah 4). Tube drainage dan IWL e.

Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.

3.

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik difokuskan pada : a. Integument

: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.

b. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi jantung. c. Mata

: cekung, air mata kering.

d. Neurology

: Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.

e. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntahmuntah dan. 4.

Pemeriksaan Laboratorium a.

Pemeriksaan elektrolit serum Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.

b.

Pemeriksaan darah lengkap Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht). Ht naik

: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun

: adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.

Hb naik

: adanya hemokonsentrasi

Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik. c.

pH dan berat jenis urine Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

B. Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan Volume Cairan Definisi : Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko

memgalami

resiko

dehidrasi

vascular,

interstisial,

atau

intravascular. Batasan Karakteristik : a.

Ketidak

cukupan

asupan

Balanc

negative

antara

cairan per oral. b. asupan dan haluaran. c.

Penurunan berat badan.

d.

Kulit/membrane

mukosa

kering (turgor menurun). e.

Peningkatan natrium serum.

f.

Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.

g.

Urine

pekat

atau

sering

berkemih. h.

Penurunan turgor kulit.

i.

Haus, mual/anoreksia

Faktor yang berhubungan : a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus. b. Berhubungan

dengan

peningkatan

permeabilitas

kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.

kapiler

dan

c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal, dari luka, diare. d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol yang berlebihan. e. Berhubungan dengan mual, muntah. f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan. g. Berhubungan dengan masalah diet. h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi. i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri mulut. 2. Kelebihan Volume Cairan Definisi : Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial. Batasan Karakteristik : a. Edema b. Kulit tegang, mengkilap. c. Asupan melebihi haluaran. d. Sesak napas e. Kenaikan berat badan Faktor yang berhubungan : a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan sekunder akibat gagal jantung. b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, dan penyakit katup jantung. c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker.

d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis. e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat penggunaan kortikosteroid. f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan. g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan malnutrisi. h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama. i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil. j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastetomi. 3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium) Batasan Karakteristik : a. Perubahan kadar kalium. b. Aritmia. c. Kram tungkai. d. Mual. e. Hipotensi. f. Bradikardia. g. Kesemutan. Faktor yang berhubungan : a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas. b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare. c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal. d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.

C. Intervensi (Perencanaan) No Diagnosa keperawatan 1. Kekurangan volume cairan

Tujuan dan kriteria hasil Tujuan :

Intervensi keperawatan

Rasional

Menyeimbangkan volume cairan

sesuai

dengan

kebutuhan tubuh Kriteria Hasil: a. Terjdi asupan

peningkatan a. Kaji cairan yang disukai a. Membuat klien lebih cairan

2000ml/hari

min.

klien dalam batas diet.

kooperatif.

(kecuali

terjadi kontraindikasi). b. Menjelaskan perlu-nya b. Rencanakan meningkatkan cairan

asupan

pada

saat

stress/cuaca panas.

pemberian

target b. Mempermudah asupan

cairan

untuk setiap sif, mis : siang

memantauan

untuk kondisi

klien.

1000 ml, sore 800 ml dan malam 200 ml.

c. Mempertahankan berat c. Kaji

pemahaman

klien c. Pemahaman

jenis urine dalam batas

tentang

normal.

mempertahankan hidrasi yg

membantu klien dlm

adekuat.

mengatasi gangguan.

d. Tidak

alasan

menunjukan d. Catat asupan dan haluaran.

alasan

tentang

d. Untuk

tersebut

mengontrol

tanda-tanda dehidrasi.

asupan klien. e. Pantau asupan per oral, min. e. Untuk 1500 ml/ 24 jam.

mengetahui

prkembangan

status

kesehatan klien. f. Pantau

haluaran

cairan

1000-1500ml /24jam. Pantau berat jenis urine. 2.

Kelebihan volume cairan

Tujuan: Kebutuhan cairan klien dapat

terpenuhi

sesuai

dengan kebutuhan tubuh klien. Kriteria hasil: a. Klien

akan a. Kaji

menyebutkan

faktor

penyebab dan metode

asupan

diet

dan a. Untuk

kebiasaan yang mendorong

mengontrol

asupan klien.

terjadinya retensi cairan.

pencegahan edema. b. Klien

mperlihatkan b. Anjurkan

penurunan edema

menurunkan garam.

klien

untuk b. Konsumsi garam yang konsumsi

berlebihan

me-

ningktkan

tekanan

darah.

c. Anjurkan klien untuk: 1) Menghindari gurih,

c. Makanan

makanan

makanan

kaleng

yg

meng-

gunakan penyedap rasa dan pengawet.

dan makanan beku. 2) Mengkonsumsi tnpa

garam

menambahkan

mkann dan bumbu

aroma. 3) Mggunakan

cuka

pengganti

garam

utk

penyedap

rasa

sop,

rebusan dll. d. Kaji adanya tanda venostasis d. Na+ mengikat air, jadi dan bendungan vena pada

tubuh

akan

lebih

bagian

merasa

lebih

cepat

tubuh

mengantung.

yang

haus.

e. Untuk drainase limfatik yang e. Venostasis dapat tidak adekuat.

mengakibatkan terhambatnya aliran darah.

f. Tinggikan

ekstremitas f. Guna memperlancar

dengan mnggunakn bantal, imobilitas, yang

bidai/ kuat,

sirkulasi.

balutan serta

berdiri/duduk dlm waktu yg lama. g. Jangan

memberikan g. Perlukaan pada daerah

suntikan/infuse

pd

lengan

yang sakit.

yang sakit menyebabkan kurang lancarnya sirkulasi peredaran darah di daerah tsb.

h. Tingatkan

klien

untuk h. Semua kegiataan

menghindari detergen yang

tersebut memperparah

keras, membawa beban berat,

keadaan klien

memegang rokok, mencabut kutikula/ bintil kuku, menyentuh

kompor

gas,

memgenakan perhiasan atau jam tangan.

i. Lindungi kulit yg edema dari i. Untuk mepercepat cidera.

perbaikan jaringan tubuh.

3.

Ganguan keseimbangan

Tujuan:

elektrolit (kalium)

Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa dalam 48 jam. Kriteria hasil:

Penurunan kadar kalium

a. Klien menjelaskan diet a. Observasi tanda dan gejala a. Dengan meng-etahui yang

sesuai

utk

mmpertahnkan

kadar

hipotensi

ariotmia,

kalium

batas

muntah,

diare,

dlam

normal.

hipokalemia

abdomen

(vertigo, mual,

tanda

hipo-kalemia,

perawat

dapat

distensi

menetapkn

lngkh

,pnurunn

slanjutnya.

peristaltis, kelemahan otot, dan kram tungkai). b. Klien untuk

berpartipasi b. Catat asupan dan haluaran. melaporkan

tanda–tanda

klinis

hipokalemia

atau

hiperkaenia.

b. Poliuria

dpat

me-

nyebabkan ngeluaran

pekalium

secara berlebihan.

c. Kadar batas

kalium

dlam c. Tentukan status hidrasi klien c. Kelebihan

normal/dapat

bila terjadi hipokalemia.

ditoleransi

cairan

dapat menyebab-kan pnurunan

kadar

kalium serum. d. Kenali perubahan tingkah d. Nilai

kalium

yang

dapat

me-

laku yang merupakan tanda-

rendah

tanda hipokalemia.

nyebabkan

konfusi,

mudh mrah, depresi mental. e. Anjurkan klien dan keluarga e. Kalium

membantu

untuk mngkonsmsi makan-

menyeimbangkan

an tinggi kalium (misalnya

cairan tubuh.

Buah-buahan,

sari

buah,

buah kering, syur, daging, kacang-kacangan, teh, kopi, dan kola). f. Laporkan perubahan EKG; f. Segmen

ST

dan

segmen ST yg memanjang,

gelombang T yg datar

depresi.

atau terbalik merupkn indikasi hipokalemia.

g. Encerkan suplemen kalium g. Utk

mengurangi

per oral sedikitnya dalam

resiko iritasi mukosa

113,2 gram air/sari buah utk

lambung.

mengurangi

resiko

iritasi

mukosa lambung. h. Pantau nilai kalium serum h. Streoid kortison dapat pada klien yang mendapat

menyebabkan retensi

obat diuretic dan steroid.

natrium dan ekresi kalium.

i. Kaji

tanda

dan

gejala i. Nilai

kalium

yang

dapat

me-

toksisitas digitalis jika klien

rendah

tengah

obat

ningkatkan

dan

digitalis.

mendapat

golongan

digitalis

kerja

diuretik atau steroid.

Peningkatan Kadar Kalium a. Observasi tanda dan gejala a. Dengan hiperkalemia

(misalnya

Bradikardia, kram abdomen,

tanda perawat

mengetahui hipo-kalemia, dpt

oliguria, ksemutan dan kebas

menetapkan langkah

pada ekstremtas).

slnjutnya

b. Kaji

haluaran

urin. b. Haluaran

urin

Sedikitnya 25ml/jam atau

sedikit

dapat

600 ml/ hari.

nyebabkan

yg me-

hiper-

kalemia. c. Laporkan nilai kalium serum c. Nilai

kalium

lebih

yang melebihi 5mEq/l batasi

dari 7mEq/ l dapat

asupan kalium jika perlu.

menye-babkan henti jantung.

d. Pantau EKG

d. Untuk melihat adanya pelebaran

kompleks

QRS dan gelombang T tggi yg merupkan tanda hiperka-lemia.

D. Implementasi (Perencanaan) 1.

Kekurangan volume cairan a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet. b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang 1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml. c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang adekuat Mencatat asupan dan haluaran. d. Memantau asupan per oral, minimal 1500ml/24 jam. e. Memantau haluaran cairan 1000-1500ml/24 jam. Memantau berat jenis urine.

2.

Kelebihan volume cairan a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi cairan. b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam. c. Menganjurkan klien untuk: 1) Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku. 2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma 3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan dll. d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang mengantung. e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi). f.

Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:

1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal. 2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit. 3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit. 4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, memyentuh kompor gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan. 5) Melindungi kulit yang edema dari cidera.

3.

Gangguan keseimbangan Elektrolit (kalium) Penurunan kadar kalium: a. Mengobservasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo,hipotensi ariotmia, mual, muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan otot, dan kram tungkai b. Mencatat asupan dan haluaran. (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran kalium secara berlebihan). c. Menentukan status hidrasi klien bila terjadi hipokalemia. (kelebihan cairan dapat menyebabkan serum). d.

Mengenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda hipokalemia. Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental.

e. Menganjurkan klien dan keluarga untuka mengkonsumsi makanan tinggi kalium (mis. Buahbuahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacangkacangan, teh, kopi,dan kola) f. Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang nmemanjang, depresin segmen ST dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia. g. Mengencerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air/sari buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung. h. Memantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretic dan steroid. (Streoid kortisonn dapat menyebabkan retensi natrium dan ekresi kalium). i.

Mengkaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis.

Peningkatan Kadar Kalium: a. Mengobservasi tanda dan gejala hiperkalemia (misalnya Bradikardia, kram abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas). b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari (haluaran urin yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).

c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan kalium jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan henti jantung) d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalema.. E. Evaluasi tindakan keperawatan 1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan. 2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor kulit baik. 3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik. 4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena atau TPN). 5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA 1. Carpenito, Lynda Juall. (2006).”Diagnosa Keperawatan”.Jakarta : EGC. 2. Doenges, Moorhouse, Geissler. (2005), Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 3. Harnawatiaj.(2008). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com. Diakses 12 Mei 2012) 4. Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul. (2008). ”Kebutuhan Dasar Manusia”. Jakarta : EGC. 5. Faqih, Moh. Ubaidillah. (2009). ”Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia”. http://www.scribd.com. Diakses 12 Mei 2012. 6. Obet. (2010). Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/, Diakses 12 Mei 2012) 7. Perry dan Potter. (2005). Fundamental Of Nursing. USA:C.V Moasby Company St. Louis

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF