LP CA COLON

September 4, 2017 | Author: Alin Na Na Ria | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ca colon...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER KOLON DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP DR. SARDJITO

Tugas Mandiri Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun oleh : Arie Octaviani 06/195439/KU/11840

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

1

KANKER KOLON

A. DEFINISI Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998). Kanker kolon adalah tumbuhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi feces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru (ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker kolon. B. ETIOLOGI Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir. Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon: -

Usia lebih dari 40 tahun

-

Riwayat polip rektal atau polip kolon

-

Adanya polip adematosa atau adenoma villus

-

Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga

2

-

Riwayat penyakit usus inflamasi kronis

-

Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

C. PATOFISIOLOGI Kanker

kolon

dan

rektum

terutama

berjenis

histopatologis

(95%)

adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus=endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Tumor dapat menyebar melalui : -

Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

-

Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

-

Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya: -

Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).

-

Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan mukosa.

-

Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.

-

Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain. 3

D. TANDA DAN GEJALA Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah. Keluhan utama bagi penderita kanker kolon: -

Perdarahan peranum disertai peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minimal 6 minggu (semua umur)

-

Perdarahan peranum tanpa gejala anal (di atas 60 tahun)

-

Massa teraba pada fossa iliaca dektra (semua umur)

-

Massa intra luminal di dalam rektum

-

Tanda -tanda obstruksi mekanik usus ( Ileus Obstruksi )

-

Setiap penderita dengan anemia defisiensi Fe (Hb < 11 gr % pada pria dan Hb < 10 gr % pada wanita pasca menopause).

E. KOMPLIKASI Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu: o Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.

4

o Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung. o Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi. o Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. o Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. o Pembentukan abses

Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh ke dalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya (uterus, urinary bladder dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker. F. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG o Endoskopi: Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. o Radiologi: Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah foto dada dan foto kolon (barium enema). o Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi

5

dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy. o Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. o Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura. o Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati. o Histopatologi: selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis.

Gambaran

histopatologi

karsinoma

kolorektal

ialah

adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel. o Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba. o Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.

6

o Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya. o Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang. o Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer. G. PENATALAKSANAAN 1) Penatalaksanaan medis Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajuvan. Terapi ajuvan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi. Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi 2) Penatalaksanaan bedah Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk

meminimalkan

luasnya

pembedahan

pada

beberapa

kasus.

Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. 7

Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut. o Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik) o Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal) o Kolostomi

sementara

diikuti

dengan

reseksi

segmental

dan

anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi o Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat direseksi)

3) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar. 4) Penatalaksanaan Keperawatan o Dukungan adaptasi dan kemandirian.

8

o Meningkatkan kenyamanan. o Mempertahankan fungsi fisiologis optimal. o Mencegah komplikasi. o Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. 5) Penatalaksanaan Diet o Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker. o Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari) o Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan. o Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker. o Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan. o Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

SIGMOIDEKTOMI Reseksi tumor pada kolon sigmoid dapat dilaksanakan dengan melakukan ligasi dan pemotongan cabang sigmoid dan cabang hemoroidalis superior dari arteri mesenterika inferior. Umumnya tumor kolon sigmoid dilakukan reseksi diatas refleksi peritoneum dilanjutkan anastomosis antara kolon descenden dan

9

rektosigmoid setinggi promontorium. Untuk menghindari tension anastomosis dilakukan pembebasan pada fleksura lienalis.  Reseksi anterior Reseksi anterior diindikasikan untuk reseksi tumor pada rektosigmoid. Reseksi anterior dilakukan dengan memotong sigmoid dan proksimal rektum dengan melakukan ligasi dan memotong a. mesenterika inferior. Pada reseksi anterior dilakukan penyambungan antara kolon desenden dengan rectum di atas peritoneal reflection.  Low reseksi anterior. Indikasi pembedahan untuk reseksi tumor pada proksimal rektum. Seperti tindakan reseksi anterior, pada low reseksi anterior penyambungan antara kolon desenden dengan rektum dilakukan dibawah peritoneal reflection. Teknik operasi o Setelah penderita diberi narkose dengan endotrakeal, posisi telentang. o Dilakukan desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian dipersempit dengan linen steril. o Dibuat insisi mediana mulai 2 jari atas umbilikus sampai symfisis pubis. Insisi diperdalam sampai tampak peritoneum dan peritoneum dibuka secara tajam. o Lesi pada kolon sigmoid dan rektum diinspeksi dan dipalpasi untuk menilai dapat tidaknya dilakukan pengangkatan tumor. Jika lesi diprediksi ganas, palpasi kelenjar limfe mesosigmoid dan hepar untuk melihat metastase (dilakukan staging tumor). o Dengan menggunakan kasa besar, usus halus disisihkan agar ekspose dari kolon descenden dan kolon sigmoid tampak jelas. o Peritoneum dibebaskan dari sigmoid pada kedua sisi dan terus dibebaskan kebawah. Identifikasi dan isolasi ureter kanan - kiri dan pembuluh darah ovarium dan spermatika.

10

o Lipatan peritonum anterior rektum dibebaskan dan dipisahkan sampai dasar buli-2 atau serviks o Rektum dibebaskan dari sisi anterior dan posterior dengan melakukan diseksi mesorektal. Diusahakan rektum dan mesorektum dalam keadaan utuh. A.hemoroidalis medius diikat dan dipotong untuk menambah mobilitas rektum. o A. mesenterika inferior diikat dan dipotong pada ujungnya. o Rektum pada distal tumor dan sigmoid pada proksimal tumor dipotong sesuai kaidah onkologi. o Pastikan segmen proksimal cukup longgar dan tidak tegang pada saat anastomose. Bila terdapat ketegangan sisi lateral kolon desenden sampai fleksura lienalis dibebaskan untuk menambah mobilitas kolon desenden. o Dilakukan penyambungan kolon desenden dengan rektum secara end to end. o Perdarahan dirawat dan dilakukan peritonealisasi. Pada low reseksi anterior dianjurkan memasang rectal tube retroperitoneal untuk beberapa hari. o Luka operasi ditutup lapis demi lapis. o Spesimen tumor kolon diperiksakan secara patologi anatomi. Komplikasi Operasi o Kebocoran dari anastomosis, peritonitis, sepsis o Perdarahan o Cedera ureter o Cedera pleksus saraf otonom pada pelvis. Prognosis Prognosis tergantung pada jenis penyakit yang mendasarinya. Pada karsinoma sigmoid atau rektum prognosis tergantung pada stadium, jenis patologi dari tumor, komplikasi yang ditimbulkan dan penyakit lain yang mendasari (underlying disease). Mortalitas 11

Angka kematian pada operasi kanker kolon sigmoid berkisar 3,9 % s/d 8,1 % Perawatan Pasca Bedah o Pertahankan masa gastrik tube 1-3 hari o Diet peroral diberikan segera setelah saluran pencernaan berfungsi, dimulai dengan diet cair dan bertahap diberikan makanan lunak dan padat o Mobilisasi sedini mungkin o Kontrol rasa sakit seminimal mungkin Follow-up Untuk kasus karsinoma kolon sigmoid & rektum bagian atas: o Pemeriksaan fisik termasuk colok dubur setiap 3 bulan dalam 2 tahun pertama, setiap 6 bulan dalam 3 tahun berikutnya. o Pemeriksaan kadar CEA setiap 3 bulan untuk 2 tahun pertama dan setiap 6 bulan untuk 3 tahun berikutnya. o Kolonoskopi 1 tahun pasca operasi, diulang 1 tahun berikutnya bila ditemukan abnomalitas atau 3 tahun berikutnya bila ditemukan normal. o Pemeriksaan lainnya seperti CT scan, pemeriksaan fungsi liver dan Bone scan dilakukan bila ada indikasi. o Pemeriksaan Ro. thoraks setiap tahun. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL Preoperatif: • Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pilihan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi •

pengobatan

Cemas b.d perubahan status kesehatan dan prosedur pengobatan.

Pascaoperatif: • Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan) • Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, insisi post pembedahan

12

A. PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN Ca Colon NO Dx KEP/MASALAH RENCANA KEPERAWATAN DP KOLABORASI TUJUAN INTERVENSI 1. Cemas b.d perubahan status NOC labels: 1. Kaji tingkat cemas dan reaksi kesehatan dan prosedur a. Klien dapat mengontrol tubuh terhadap cemas. pengobatan. kecemasannya. b. Klien dapat mengatasi cemas. Outcomes: 1. Dapat mengidentifikasi dan memverbalisasikan tandatanda cemas. 2. Gunakan teknik sentuhan dan 2. Dapat mengindentifikasi, mendengar terapeutik. verbalisasi dan mendemonstrasikan teknik 3. Anjurkan klien untuk untuk mengontrol menggunakan kata-kata kecemasan. positip (merubah main-set) 3. Klien menunjukkan misal “kecemasan tidak akan ekspresi wajah dan bahasa membunuhku”, “aku dapat tubuh pada tingkat melakukannya”,dll. penurunan distress. 4. TTV tetap stabil. 4. Kaji metode masa lalu klien dalam mengontrol kecemasan.

RASIONAL Kecemasan merupakan respon psikologi dan physical yang normal pada setiap individu terhadap setiap kejadian baik internal maupun eksternal. Dapat menurunkan kecemasan. Terapi kognitif yang berfokus terhadap merubah perilaku dan perasaan dapat merubah main set seseorang. Merubah pernyataan negative menjadi positip dapat menurunkan kecemasan. Metode masa lalu klien dapat digunakan lagi dalam menurunkan kecemasan

13

2.

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prosedur pengobatan b.d tidak mengenal sumber-sumber informasi.

NOC labels: 1. Kaji kesiapan&kemampuan a. Proses penyakit klien untuk belajar dan b. Perilaku hidup sehat tingkat pengetahuan klien. Outcomes: 1. Klien dapat menjelaskan tentang penyakitnya dan mengerti tentang prosedur 2. Kaji pengobatan. pengetahuan&ketrampilan 2. Klien dapat berperilaku klien sebelumnya tentang hidup sehat. penyakit&pengaruhnya terhadap keinginan belajar

Proses belajar tergantung pada situasi tertentu, interaksi social, nilai budaya dan lingkungan

3. Berikan materi yang paling penting pada klien

Informasi akan lebih mengena apabila dijelaskan dari konsep yang sederhana ke yang komplek

4. Identifikasi sumber dukungan utama&perhatikan kemampuan klien untuk belajar & mendukung perubahan perilaku yang diperlukan

Dukungan keluarga diperlukan untuk mendukung perubahan perilaku

Informasi baru diserap melalui asumsi dan fakta sebelumnya dan bisa mempengaruhi proses transformasi

5. Kaji keinginan keluarga untuk mendukung perubahan perilaku klien

14

6. Evaluasi hasil pembelajarn klien lewat demonstrasi & menyebutkan kembali materi yang diajarkan. 3.

Nyeri akut b.d injury fisik NOC labels: (incise post pembedahan, a. Control nyeri, pain level, terapi yang diberikan) comfort pain b. Nyeri : disruptive effects Oucomes: 1. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang. 2. Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri 3. Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi 4. Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri

1.

Identifikasi nyeri yang Menyediakan data dasar dirasakan klien (P, Q, R, S, untuk memantau T) perubahan dan mengevaluasi intervensi.

2.

Pantau tanda-tanda vital.

3.

Berikan kenyamanan.

4.

Memberikan dukungan tindakan menurunkan ketegangan otot, meningkatkan relaksasi, menfokuskan Ajarkan teknik non ulang perhatian, farmakologik (relaksasi, meningkatkan rasa fantasi, dll) untuk control diri dan menurunkan nyeri. kemampuan koping.

5.

Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.

6.

Berikan analgetik sesuai Intervensi farmakologik indikasi adalah titik managemen intervensi.

15

4.

Resiko infeksi b.d prosedur NOC labels : 1. Observasi&melaporkan invasive (infuse) dan luka a. Status imun. tanda&gejala infeksi, spt incisi post pembedahan. b. Knowledge : kontrol kemerahan, hangat, dan infeksi peningkatan suhu badan c. Control resiko Outcomes: 2. Kaji suhu klien, netropeni 1. Klien bebas dari tandasetiap 4 jam, laporkan jika tanda infeksi temperature lebih dari 38° C 2. Klien mampu menjelaskan tanda&gejala infeksi 3. mendemonstrasikan perilaku seperti cuci tangan, oral care dan perineal care. 3. Menggunakan thermometer untuk mengkaji suhu

Onset infeksi dengan system imun diaktivasi & tanda infeksi muncul Klien dengan netropeni tidak memproduksi cukup respon inflamasi karena itu panas biasanya merupakan satu-satunya tanda &sering Nilai suhu memiliki konsekuensi yang penting terhadap pengobatan yang tepat

4. Catat dan laporkan nilai Nilai lab berkorelasi dgn laboratorium riwayat klien & pemeriksaan fisik utk memberikan pandangan menyeluruh 5. Kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang tepat

Dapat mencegah kerusakan kulit, kulit yang utuh merupakan pertahanan pertama

16

pada setiap perubahan

terhadap mikroorganisme

6. Dukung untuk konsumsi Fungsi imun diet seimbang, penekanan dipengaruhi oleh intake pada protein untuk protein pembentukan system imun

17

Daftar Pustaka Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2001-2002. NANDA International. Philadelphia. Johnson, M. Maas, M and Moorhead, S. 1999. Nursing Outcomes Classifications (NOC). Second Edition. IOWA Outcomes Project. Mosby-Year Book, Inc. St.Louis, Missouri. McCloskey, J.C and Bulechek, G.M. 1996.

Nursing Intervention

Classifications (NIC). Second Edition. IOWA Interventions Project. Mosby-Year Book, Inc. St.Louis, Missouri. Price, Sylvia A and Willson, Lorraine M, 1996, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit, Edisi empat, EGC, Jakarta

18

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF