Lp Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini (Kpd)

December 13, 2017 | Author: Ahmad Yusup | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

maternitas tugas...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) A. PENGERTIAN 1. Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001) 2. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (mohtar,1998) 3. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan di tunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan (manuaba,2001) 4. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002) 5. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intra uteri atau kedua faktor tersebut berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi

yang

dapat

berasal

dari

vagina

servik

(sarwono

prawiroharjop,2002) 6. KPD adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 ) Prinsip dasar : 1. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung 2. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan

penyulit

kelahiran

premature

dan

terjadinya

infeksi

khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.

3. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. 4. Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. (Prawirohardjo, 2002 )

B. INSIDENSI Beberapa peneliti melaporkan hasil penelitian mereka dan didapatkan hasil yang bervariasi. Insidensi KPD berkisar antara 8 - 10 % dari semua kehamilan. Hal yang menguntungan dari angka kejadian KPD yang dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kekahiran prematur. KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan RDS.

C. ETIOLOGI Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah: 1. Infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage). 3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. 4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. 5. Keadaan sosial ekonomi 6. Faktor lain 1. Faktor golonngan darah Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban. 2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. 3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum. 4. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). 7. Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm a. kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%) b. riwayat persalinan preterm sebelumnya c. perdarahan pervaginam d. pH vagina di atas 4.5 e. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban. f. flora vagina abnormal g. fibronectin > 50 ng/ml h. kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm i. Inkompetensi serviks (leher rahim) j. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

k. Riwayat KPD sebelumya l. Trauma m. servix tipis / kurang dari 39 mm, Serviks (leher rahim) yang pendek (100 denyut per menit) c. fetal takikardia (>160 denyut per menit) d. nyeri abdomen, nyeri tekan uterus e. cairan amnion berwarna keruh atau hijau dan berbau f. leukositosis pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3) g. pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+) (hasil degradasi leukosit, normal negatif), pemeriksaan Gram, kultur darah.

I. KOMPLIKASI 1. Tali pusat menumbung 2. Prematuritas, persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm. 3. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis. 4. infeksi maternal : infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine, korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis 5. penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada waktu lahir dan Premature. 6. komplikasi infeksi intrapartum a. komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu. b. komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk

persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perode laten. 1. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu) Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah.bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan,dan bila gagal dilakukan bedah caesar. Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan

terhadap

chorioamninitis

lebih

penting

dari

pada

pengobatanya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan

infeksi

telah

terjadi,

proses

persalinan

umumnya

berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi. Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan

komplikasinya.

Pengawasan

yang

kurang

baik

dapat

menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5 induksi dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.

2. penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu) Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai profilaksi Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda proses persalinan. Tujuan

dari

pengelolaan

konservatif

dengan

pemberian

kortikosteroid pada penderita KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan. Komplikasikomplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju, dll. Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan

komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterin. Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS.(8) The National Institutes of Health (NIH) telah merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.

NURSING PATHWAY

K. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Biodata klien Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian. b. Keluhan utama : Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering c. Riwayat haid Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus d. Riwayat Perkawinan Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ? e. Riwayat Obstetri Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh f. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang

g. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga h. Kebiasaan sehari –hari 1) Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan 2) Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum) 3) Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah

inkontinensia

(hilangnya

infolunter

pengeluaran

urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. 4) Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan

pembalut

dan

kebersihan

genitalia,

pola

berpakaian, tata rias rambut dan wajah 5) Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan untuk bedresh total 6) Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.

i. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu 2) Head To Toe

a) Rambut

: warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada

luka lesi / lecet b) Mata

: sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis

/ tidak, apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik / tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada umu nya ibu hamil konjungtiva anemis c) Telinga

: apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada

terdapat serumen / tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak d) Hidung

: apakah klien bernafas dengan cuping hidung /

tidak, apakah terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak e) Mulut dan gigi

: bagaimana keadaan mukosa bibir klien,

apakah lembab atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih / tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak. Pada ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium f) Leher

: apakah klien mengalami pembengkakan tyroid

g) Paru – paru

Inspeksi : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat luka memar / lecet, frekuensi pernafasan nya Palpasi : apakah ada teraba massa / tidak , apakah ada teraba pembengkakan / tidak, getaran dinding dada apakah simetris / tidak antara kiri dan kanan Perkusi : bunyi Paru Auskultasi : suara nafas

h) Jantung

Inspeksi : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat / tidak Palpasi : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula Perkusi : bunyi jantung Auskultasi : apakah ada suara tambahan / tidak pada jantung klien i) Abdomen

I : keadaan perut, warna nya, apakah ada / tidak luka lesi dan lecet P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP / belum P : bunyi abdomen A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar / tidak j) Payudara : puting susu klien apakah menonjol / tidak,warna

aerola, kondisi mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum k) Ekstremitas

Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi / memar, apakah ada oedema / tidak Bawah : apakah ada luka memar / tidak , apakah oedema / tidak l) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema /

tidak pada daerah genitalia klien m) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik /

tidak 2. Diagnosa Keperawatan a. Resiko

infeksi

berhubungan

dengan

prosedur

invasif,

pecah

ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen

b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim c. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit d. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS e. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik L. (Dangoes:2000)

3. Intervensi Keperawatan N

Diagnosa

o keperawatan 1 Resiko infeksi

Tujuan dan

Inervensi

Rasional

kriteria hasil Tujuan : infeksi tidak

a. Tinjau

ulang 1. Kondisi dasar ibu,

kondisi/faktor

berhubungan

terjadi pada ibu

risiko

dengan

kriteria hasil:

sebelumnya. Catat

menimbulkan

prosedur

pencapaian tepat

waktu

potensial resiko

invasif, pecah waktu pada

yang

seperti diabetes

ketuban.

ada

pecah

atau hemoragi,

infeksi atau

ketuban,

pemulihan luka

penyembuhan luka

kerusakan

tanpa

yang buruk. Resiko

kulit,

komplikasi

korioamnionitis

penurunan

meningkat dengan

hemoglobin,

berjalannya waktu,

pemajanan

sehingga

pada patogen

meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin.

2. Pecah ketuban terjadi 24jam

sebelum b. Kaji

terhadap

pembedahan dapat

tanda dan gejala

menyebabkan

infeksi (misalnya:

amnionitis sebelum

peningkatan suhu,

intervensi bedah

nadi, jumlah sel

dan dapat

darah putih, atau

mengubah

bau/warna

penyembuhan

rabas

vagina).

luka.

c. Berikan perawatan 3. Untuk mencegah perineal sedikitnya

agar tidak terjadi

setiap 4 jam bila

infeksi

ketuban

telah

pecah 2 Gangguan

Tujuan :

a. monitor tanda – 1. nyeri

dapat

rasa nyaman-: rasa nyeri

tanda vital :TD,

mengakibatkan

nyeri

berkurang

pernafasan,

peningkatan

berhubungan

Kriteria hasil :

dan suhu

dengan terjadi

-

otot rahim

frekuesni

klien tampak

nya tenang

ketegangan -

nadi

klien tampak

pernafasan b. ajarkan

klien

teknik relaksasi

nyaman

dan

nadi 2. untuk mengurangi rasa

nyeri

yang

dirasakan klien

c. atur posisi klien

3. untuk memberikan kenyamanan pada klien

4. agar klien dapat

d. berikan lingkungan

yang

beristirahat

nyaman dan batasi pengunjung

-

1. memberikan a. tinjau

Ansietas

-

berhubungan 3 dengan kurang

proses

pengetahuan dasar dimana klien dapat

Tujuan :

penyakit

dan

klien

harapan

masa

pengetahuan

depan

2. agar klien tidak

klien bertambah

merasa jenuh dan

nya setelah

mempercepat

pengetahuan

diberikan

atau

informasi

istirahat

yang

konfirmasi

mengenai

adekuat

dengan

tentang

penyakit nya

aktifitas terjadwal

penyakit

kriteria hasil : -

-

klien tidak

membuat pilihan

b. dorong

periode

proses penyembuhan

3. agar c. berikan pelayanan

klien

mengerti

dengan

resah lagi

kesehatan

bahaya nya infeksi

dengan peyakit

mengenai penyakit

dan penyakit nya

nya

nya

menunjukkan

4. menunjukkan

pemahaman akan proses penyakit dan prognosis

realitas d. jelaskan klien

kepada apa

5. dapat

kesempatan untuk dan jawaban

yang terbuka dan jujur

membantu

klien atau orang

e. berikan

berikan

yang

yg

terjadi,

bertanya

situasi

terdekat menerima realitas dan mulai menerima

apa

yang terjadi

1. agar

dapat

memberikan gambaran sampai

a. lakukan pengkajian tujuan : -

kebutuhan

tidur

terganggu

terhadap gangguan 2. dengan kebutuhan tidur

mengalihkan maka

klien terpenuhi

perhatian

klien

klien dapat tidur dengan

kebutuhan

tenang dan tidak

b. motivasi

klien

tidak hanya tertuju

agar mengalihkan

pada

perhatian

sehingga

rasa

nyeri

membantu

4 istirahat tidur gelisah

dengan

kebutuhan

perhatian,

Gangguan

berhubungan-

mana

istirahat tidur

Kriteria hasil : -

sejauh

relaksasi

klien

pada

klien

menunjukkan

sewaktu

tidur

adanya nyeri pola tidur yang

3. untuk mengetahui

, peningkatan adekuat

apakah kebutuhan

HIS

tidur

klien

terpenuhi

seperti

biasa atau belum 4. suasana c. monitor kebutuhan tidur

yang

tenang

dapat

membantu relaksasi sehingga nyeri dan

berkurang klien

bisa

tidur

d. ciptakan nyaman

suasana 1. agar

kebutuhan

sehari – hari klien dapat

terpenuhi

seperti biasa nya 2. agar klien merasa nyaman

dan

tenang 3. kelelahan

dapat

menyebabkan a. Bantu Tujuan: -

aktivitas

kembali

sesuai

kemampuan

pasien

penyembuhan

kebutuhan sehari-

klien,,jadi dengan

hari

menghindari kegiatan

posisi

nyaman

seperti biasa.

melelahkan dapat

penyembuhan c. Anjurkan

4. proses

menghemat energy hindari

yang

membantu proses

bisa

beraktivitas

Intoleransi

seminimal

b. Beri

Kriteria hasil:

lama nya proses

dalam memenuhi

mungkin

pasien.

-

pasien

kegiatan

yang melelahkan.

aktifitas b.d. kelemahan fisik a. 5

d. Jelaskan pentingnya mobilisasi diri.

penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2001, Konsep Asuhan Kebidanan, Jakarta. Manuaba, Ida bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan Penyaki Kandungan dan KB, Penerbit Buku Kedokteran, EGC : Jakarta. Muhtar, Rustam, etc, 1998,

Sinopsis Obstetri, Jilid I, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC : Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Penerbit yayasan Bina Pustaka : Jakarta. ___________________, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Cetakan Kedua, Penerbit JNPKKR POGI dan Yayasan Bina Pustaka : Jakarta. Saefuddin, Abdul Bari, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : YBP-SP, 2002. Sastrawinata, Suliman, 2005, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi 2, FKUP : Jakarta. Varney, Hellen, 1997, Midwifery, Edisi ketiga. -

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF