LP Askep Diare Anak

May 6, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LP Askep Diare Anak...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.C DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE DI RUANG SRIKANDI RSUD JOMBANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Tita Nuriyah 7423008 PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM JOMBANG 2023

LEMBAR PENGESAHAN Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang.

Telah dikonsulkan dan disetujui pada:

No

Hari Tanggal

Nama

NIM

Ruangan

1.

Pembimbing Akademik

Pembimbing Ruangan

Kepala Ruangan

.................................

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Diare adalah suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender yang merupakan akibat dari terjadinya proses implamasi pada lambung atau usus (Wijayaningsih, 2014). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. (Dinkes, 2016). Diare adalah sebuah penyakit dimana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air tersedia, pasien yang schat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam-jiwa bila tanpa perawatan (Wijayaningsih, 2015). Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa diare merupakan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal dimana buang air besar >3 kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang encer/cair dapat disertai atau tanpa disertai dengan darah atau lender, yang disebabkan olch beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten terjadi selama 2 14 hari. B. Etiologi Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit) alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar

penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama Rotavirus (Permatasari, 2012). 1. Virus Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1.2.8. dan 9 pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40.41), Small bowel structure vines. Cytomegalovirus. 2. Bakteri Enterotoxigenic Ecoli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC). Enteroaggregative Ecol (EagaEC). Enteroinvasive E. coli (EIEC), Enterohemorragie Leoli (EHEC), Shigella spp. Campylobacterjejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella (non-thypoid). 3. Parasit Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli. Cryptosporidium, Microsporidium spp.. Isospora belli, Cyclospora cayatanensis, heliminths, Strongyloides sterocoralis. Schitosoma spp.. Capilaria philippinensis. Trichuris trichuria 4. Non Infeksi Malabsorbsi keracunan makanan. imonodefisiensi, obat dan lain-lain. C. Klasifikasi Penyakit diare secara umum dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Diare akut Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak. disertai lemah dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhenti atau berakhir dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapat terjadi akibat infeksi virus, infeksi bakteri, akibat makanan. 2. Diare kronis Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare. Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi

2 yaitu diare spesifik dan diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau parasit. Diare non spesifik adalah diare yang disebabkan oleh makanan (Wijaya, 2010). D. Tanda dan gejala Tanda dan gejala diare dilihat dari tingkat dehidrasi Gejala/derajat

Diare tanpa

Diare dehidrasi

Diare dehidrasi

dehidrasi

dehidrasi

ringan/sedang

berat

Bila terdapat dua

Bila terdapat dua

tanda atau lebih

tanda atau lebih

Bila terdapat dua tanda atau lebih

Lesu, Keadaan umum

Baik, sadar

Gelisah, rewel

lunglai/tidak sadar

Mata

Tidak cekung

Keinginan untuk

Normal, tidak

minum

ada rasa haus

Turgor

Kembali segera

Cekung

Cekung

Ingin minum terus, ada rasa

Malas minum

haus Kembali lambat

Kembali sangat lambat

E. Pathway Infeksi virus dan bakteri pathogen

Makanan

Malabsorbsi, lemak, protein

Toksik tidak dapat diserap

Peningkatan tekanan osmotik

Hiperperistaltik usus

Pergeseran air dan elektrolit ke usus

Berkembang di usus Hipersekresi air dan elektrolit

Penyerapan makanan menurun

DIARE B1 (Breathing)

B2 (Blood)

Frekuensi BAB meningkat

Peningkatan permeabilitas kapiler

Kehilangan cairan dan elektrolit Ketidakseimbangan asam dan basa Asidosis metabolik

Hilang cairan dan elektrolit berlebihan

B4 (Bladder)

B5 (Bowel)

Tekanan osmotik usus meningkat

Aktivitas sekresi air dan elektrolit meningkat

Motilitas usus meningkat

Isi rongga usus meningkat

Akumulasi air di lumen intestinal

B3 (Brain)

Berikatan reseptor nyeri Dehidrasi RESIKO SYOK HIPOVOLEMIK

sesak

Merangsang serotinin, prostagladin, bradikinin, disekitar area radang

Oliguri Hantaran ke talamaus Rewel, menangis, keluhan nyeri perut

Gangguan pertukaran gas

Peningkatan sekresi air dan elektrolit melalui feses

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit Kehilangan cairan

NYERI AKUT

HIPERTERM

Suhu tubuh meningkat

Laju metabolisme meningkat

Gangguan absorbsi nutrisi dan cairan oleh mukosa intestinal Malabsorbsi Peningkatan asam organik Mual, muntah, kembung

Dehidrasi

Asupan nutrisi tidak adekuat

HIPOVOLEMI A

DEFISIT

B6 (Bone) Kehilangan cairan dan elektrolit di vaskuler (feses encer) Kulit di perianal lama kontak dengan cairan dan bakteri Kulit lembab Pertumbuhan bakteri meningkat Iritasi kulit

RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS KULIT

F. Patofisiologi Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat discrap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang. output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004). Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya 1. Faktor infeksi Proses ini dapat diawali adanya mikroorganising (kuman) vang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat memrunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. 2. Faktor malabsorpsi Merupakan

kegagalan

dalam

melakukan

absorpsi

yang

mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare

3. Faktor makanan Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan diare. 4. Faktor psikologis Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. G. Manifestasi klinis Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berar maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok). berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubunubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk. 2014). H. Komplikasi Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut. 1. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. 2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau andria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler

3. Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi pada ta anak yang menderita diare. lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50% pada anak-anak. 4. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takur diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 5. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal. Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia gangguan sirkulasi darah. I. Pemeriksaan penunjang Menurut (Wijayaningsih, 2013:82) adalah: 1. Pemeriksaan tinja. a) Makroskopis dan mikroskopis. b) PH dan kadar gula dalam tinja. c) Bila perlu diadakan uji bakteri.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah. 3. Pemeriksaan kadar urcum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal 4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K. Kalsium dan posfar Menurut (Sudoyo, 2009:552) Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari. diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, urcum, dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan Enzym-linkid immunnosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test serologic amerbiasis, dan foto x-tray abdomen. J. Penatalaksanaan Penalaksanaan

pasien

diare

akut

dimulai

dengan

terapi

simptomatik, seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan selama beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan leukosit pada fesesnya (Medicinus, 2009). 1. Terapi Farmakologik a) Antibiotik Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau diare dengan disertai penyakit lain (Depkes RI. 2011). Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh diberikan bila. 1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan. 2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada tinja.

3) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal. 4) Di daerah endemic kolera 5) Neonatus yang diduga infeksi nosokomal b) Obat antipiretik Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun kali) selain berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja. c) Pemberian Zinc Pemberian zine selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011). 2. Terapi Non Farmakologi Diare Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan khusus/imunisasi.

Termaksut

cara

umum

antara

lain

adalah

peningkatan higiene dan sanitasi karena peningkatan higiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden diarc. jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah, mengonsumsi air yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan atau setelah bekerja. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur. untuk mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus iran untuk dehidrasi. Buang air besar dijamban. Membuang tinja bayi dengan Dengan benar Memberikan imunisasi campak (Kasaluhe et al. 2015).

BAB 2 KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Menurut (Smeltzer & Bare, 2010) pengkajian keperawatan anak pada diagnosa medis Diare yaitu: Identitas 1. Klien (Anak) Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, tempat/tgl lahir, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, pendidikan, alamat, tanggal MRS, dan diagnosa medis. 2. Identitas Penanggungjawab (Ayah/Ibu) Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, tempat tgl lahir, agama. suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan keluarga. Riwayat Kesehatan/Perawatan 1. Keluhan Utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus diare biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF