Lendutan Pada Balok Statis Tak Tentu
May 21, 2019 | Author: Masrul Wisma Wijaya | Category: N/A
Short Description
Lendutan Pada Balok Statis Tak Tentu Analisis Struktur...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM ANALISA STRUKTUR LENDUTAN PADA BALOK STATIS TAK TENTU
KELOMPOK 10 Masrul Wisma Wijaya
1406533296
Muhammad Akram Ramadhan
1406533346
Restu Alan Suyuti
1406533182
Chayatama Ramadhan Boiman
1406533333
Tanggal Praktikum
: 8 Oktober 2016
Asisten Praktikum
: Rizky Kusuma Putri
Tanggal Disetujui
:
Nilai
:
Paraf Asisten
:
LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2016
I.
TUJUAN
Menentukan besar lendutan di titik yang telah ditentukan dari se buah balik statis tak tentu yang dibebani oleh beban terpusat.
II.
Membandingkan hasil percobaan dengan hasil teoritis.
TEORI
Besar lendutan dan kemiringan/putaran sudut dari sebuah struktur statis tertentu yang diberi beban dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari ketiga metode berikut: 1. Metode Unit Load
Gambar A.1 Unit Unit
Load Method untuk Balok Sederhana
L
c = ( M .m.dx) / EI 0
dengan: M = momen akibat beban W m = momen akibat satu satuan gaya (unit ( unit load) yang load) yang bekerja pada titik C.
L
c = ( M .m.dx) / EI 0
dengan: M = momen akibat beban W m = momen akibat satu satuan momen (unit moment) yang moment) yang bekerja pada titik C
2. Metode Moment Metode Moment Area (Luas Area (Luas bidang momen)
Gambar A .2 Metode
Momen Area untuk Balok Sederhana
Note: Dimana bidang M/EI sebagai beban
= perubahan kemiringan/putaran sudut akibat beban antara A dan C A1A= (A1 adalah daerah yang diarsir yang dapat dilihat pada Gambar A.2)
= Besar lendutan di titik C 3. Metode Conjugated Beam Metode Moment Area dengan Conjugated Beam berhubungan erat sekali. Teori Moment Area cenderung kea rah geometrid an kurva elastic. Sementara konsep Conjugated Beam menggunakan analogi antara putaran sudut dengan gaya lintang dan lendutan dengan momen.
Gambar A.3 Metode
dimana:
Balok Konjugasi untuk Balok Sederhana
= momen lentur di titik C akibat beban M/EI = besar lendutan di titik C (=PL3/48EI0
= R ’= gaya lintang di A = putaran sudut di titik A (=PL /16EI) = R ’= gaya lintang di B = putaran sudut di titik B (=PL /16EI) 2
A
2
B
4. Metode Integrasi Salah satu metode penyelesaian dalam mencari nilai lendutan dan putaran sudut adalah dengan metode integrasi yang dikenal juga dengan teori elastis. Berikut ini adalah rumus dalam mencari nilai lendutan dan putaran sudut: 2
2
( d y dx ) = - ( Mx
EI ) Rumus
Umum
dy /dx = -1/EI Mx dx + C 1 = tan = besar putaran sudut Y = - ( Mx/EI) dx + C 1.x + C2 = besar lendutan
III.
PERALATAN
Alat-alat: 2 – HST. 1301 Penyangga Ujung 1 – HST. 1302 Penyangga Perletakan Rol 1 – HST. 1303 Pengatur Rol 1 – HST. 1304 Pelat Jepit 3 – HST. 1305 Jepit Penggantung 3 – HST. 1306 Penyambung Gantungan 3 – HST. 1307 Penggantung Besar (tempat beban) 3 – HST. 1309 Penggantung Ujung 1 – HST. 1310 Penyangga Perletakan Ganda 1 – HST. 1311 Pengatur Perletakan 1 – HST. 1312 Penggantung Kecil 2 – HST. 1313 Ujung Sisi Tajam ( knife edge)
Alat Gambar A.4
Peraga untuk Kondisis Lentur Plastis
Gambar A.4 menunjukan pengaturan yang biasanya digunakan untuk lentur plastis ( plastic bending ) pada balok dengan ujung-ujung yang sudah disusun ( built-in ends). Untuk maksud di atas, pada salah satu ujungnya didesain perletakan yang memperbolehkan adanya pergeseran lateral. Balok ini dapat diuji dengan perletakan rol di tengah bentang seperti yang telah ditunjukan atau alternativenya digunakan di salah satu ujung balok. Struktur seperti ini juga dapat digunakan ujung tajam ( knife ends) dan rol.
Gambar A.5 Alat
Peraga untuk Percobaan Lendutan Struktur Statis Tak Tentu
Gambar A.5 menunjukan alat peraga struktur statis tak tentu dengan balok elastis yang ujung-ujungnya bisa diatur. Untuk maksud di atas, pada salah satu ujungnya didesain perletakan yang memperbolehkan adanya pergeseran lateral. Untuk menghasilkan struktur statis tak tentu, perletakan dapat diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan
struktur statis tak tentu dengan memberikan perletakan jepit-jepit dan jepit-rol dengan besar dan tipe beban yang dapat divariasikan.
Alat Gambar A.6
Peraga Struktur Kantilever dengan Beban Terbagi Rata
Gambar A.6 menunjukan kantilever dengan beban terbagi merata. Variasi yang dapat dilakukan seperti menimbulkan putaran sudut dan lendutan akibat beban terpusat, teori timbal balik, dan lain-lain.
Alat Gambar A.7
Peraga Struktur dengan Upward Load
Gambar A.7 menunjukan aplikasi dari beban terpusat dan beban ke atas (upward load ) pada struktur statis tak tentu. Banyak variasi yang dapat dilakukan seperti menunjukan putaran sudut dan lendutan pada perletakan, beban menggantung atau beban terbagi merata, teori timbal balik, dan lain-lain.
Pengaturan-pengaturan seperti di atas dapat divariasikan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Pengaturan-pengaturan ini dilakukan untuk menunjukkan penggunaan berbagai jenis alat untuk berbagai aplikasi. Untuk percobaan-percobaan seperti ini dimana dibutuhkan pengamatan lendutan yang besar, dianjurkan penggunaan dari alat untuk bentang panjang (long travel gauge) HAC 6 series.
IV.
CARA KERJA
PERCOBAAN 1
Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan perletakan jepit -jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah batang.
Gambar A.8 Kondisi
Percobaan 1
1.
Mengatur perletakan untuk memenuhi kondisi jepit-jepit.
2.
Mengukur dimensi pelat (b dan h) dan bentang balok (L) dari as ke as.
3.
Meletakan dial gauge pada jarak L (22.5 cm), L (45 cm), dan L (67.5
cm)dari perletakan jepit C untuk membaca besarnya lendutan di titik A, E, dan B. 4.
Meletakkan beban P dengan variasi beban 10, 20, 30, 40, 50 N disertai dengan pembacaan dial pada titik A, E, dan B ( loading dan unloading ).
PERCOBAAN 2
Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan perletakan jepit -jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah batang.
Gambar A.9 Kondisi
Percobaan 2
1.
Mengatur perletakan untuk memenuhi kondisi jepit-jepit.
2.
Mengukur dimensi pelat (b dan h), bentang balok (L) dari as ke as, dan jarak a & b.
3.
Meletakan dial gauge sejauh a (30 cm) dari perletakan jepit C dan D untuk membaca besarnya lendutan di titik A, E, dan B.
4.
Meletakkan beban P dengan variasi beban 10, 20, 30, 40, 50 N disertai dengan pembacaan dialpada titik A, E, dan B (loading dan unloading ).
PERCOBAAN 3
Mencari lendutan di titik A dan B pada balok dengan perletakan rol-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah bentang.
Kondisi Gambar A.10
Percobaan 3
1.
Mengatur perletakann untuk memenuhi kondisi rol – jepit.
2.
Mengukur dimensi pelat (b dan h) dan bentang balok (L) dari as ke as.
3.
Meletakan dial gauge sejauh pada jarak ¼ L (22.5 cm), ½ L (45 cm), dan ¾ L (67.5 cm) dari perletakan rol C untuk membaca besarnya lendutan di titik A, E, dan B.
4.
Meletakkan beban P dengan variasi beban 10, 20, 30, 40, 50 N disertai pembacaan dial pada titik A, E, dan B (loading dan unloading ).
V.
HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
PERCOBAAN 1
Data Percobaan : L = 90 cm b = 25 mm h = 5.2 mm δ praktikum (mm) No.
P (N)
Loading δA
Unloading
δE 0
δB 0
Rata-rata
δA
δE
δB
δA
δE
δB
0.05
0.04
0.04
0.025
0.02
0.02
1
0
0
2
10
0.225 0.525 0.2
0.29
0.59
0.25
0.2575
0.5575
0.225
3
20
0.54
1.14
0.46
0.57
1.17
0.48
0.555
1.155
0.47
4
30
0.91
1.84
0.76
0.92
1.84
0.77
0.915
1.84
0.765
5
40
1.31
2.54
1.06
1.32
2.57
1.07
1.315
2.555
1.065
6
50
1.72
3.38
1.38
1.71
3.38
1.38
1.715
3.38
1.38
Tabel 1. Hasil pengamatan lendutan percobaan 1
Grafik hubungan P dengan praktikum
Grafik hubungan P dengan praktikum
1.6
2 1.5 ) m m (
1.4
y = 0.0342x - 0.0588
y = 0.0275x - 0.0326
1.2 1 ) m 0.8 m (
1
B
A 0.5
0.6
0.4 0.2
0 0
20
-0.5
40
0
60
-0.2 0
Beban (N)
20
40
60
Beban (N)
Grafik hubungan P dengan praktikum 4 3.5
y = 0.0671x - 0.0924
3 ) m m (
2.5 2
E 1.5
1 0.5 0
-0.5 0
P(N)
praktikum (mm) A E B
20
40
60
Beban (N)
teori (mm) A E B
Kesalahan relatif (%)
A
E
B
0
0.03
0.02
0.02
0.00
0.00
0.00
-
-
-
10
0.26
0.56
0.23
0.32
0.65
0.32
20.16
13.94
30.24
20
0.56
1.16
0.47
0.65
1.30
0.65
13.96
10.85
27.14
30
0.92
1.84
0.77
0.97
1.94
0.97
5.43
5.32
20.94
40
1.32
2.56
1.07
1.29
2.59
1.29
1.93
1.39
17.45
50
1.72
3.38
1.38
1.61
3.24
1.61
6.35
4.36
14.43
9.57
7.17
22.04
Kesalahan relatif rata-rata (%) Kesalahan relatif rata-rata total (%)
12.92
Tabel 2. Perbandingan lendutan pada percobaan 1 dengan kesal ahan
PERCOBAAN 2
L = 90 cm b = 25 mm h = 5.2 mm a = 30 cm b = 15 cm δ praktikum (mm) No.
P (N)
Loading δA
Unloading
δE
δB
Rata-rata
δA
δE
δB
δA
δE
δB
1
0
0
0
0
0.04
0.05
0.04
0.02
0.025
0.02
2
10
0.31
0.44
0.25
0.37
0.5
0.31
0.34
0.47
0.28
3
20
0.81
1.05
0.64
0.84
1.09
0.67
0.825
1.07
0.655
4
30
1.37
1.76
1.11
1.39
1.78
1.13
1.38
1.77
1.12
5
40
1.94
2.49
1.61
1.96
2.5
1.62
1.95
2.495
1.615
6
50
2.52
3.22
2.1
2.52
3.22
2.1
2.52
3.22
2.1
Tabel 3. Hasil pengamatan lendutan percobaan 2
Grafik hubungan P dengan praktikum
Grafik hubungan P dengan praktikum
3.00
2.50
2.50
y = 0.0511x - 0.105
2.00
) 1.50 m m 1.00 ( B
) m 1.50 m ( A 1.00
0.50
0.50 0.00
0.00 -0.50
y = 0.0425x - 0.0971
2.00
0
20
40
60
-0.50
Beban (N)
0
20
40
60
Beban (N)
Grafik hubungan P dengan praktikum 3.50 y = 0.065x - 0.1167
3.00 2.50 ) 2.00 m m 1.50 ( E
1.00 0.50 0.00
-0.50
P(N)
0
praktikum (mm) A E B
20
40
60
Beban (N)
teori (mm) A E B
Kesalahan relatif (%)
A
E
B
-
-
-
0
0.02
0.03
0.02
0.00
0.00
0.00
10
0.34
0.47
0.28
0.38
0.50
0.38
11.45
6.74
27.08
20
0.83
1.07
0.66
0.77
1.01
0.77
7.43
6.16
14.70
30
1.38
1.77
1.12
1.15
1.51
1.15
19.80
17.08
2.77
40
1.95
2.50
1.62
1.54
2.02
1.54
26.97
23.77
5.15
50
2.52
3.22
2.10
1.92
2.52
1.92
31.26
27.79
9.39
19.38
16.31
11.82
Kesalahan relatif rata-rata (%) Kesalahan relatif rata-rata total (%)
15.84
Tabel 4. Perbandingan lendutan pada percobaan 2 dengan kesalahan relatifnya.
PERCOBAAN 3
L = 90 cm b = 25 mm h = 5.2 mm δ praktikum (mm) No.
P (N)
Loading δA
Unloading
δE
δB
Rata-rata
δA
δE
δB
δA
δE
δB
1
0
0
0
0
0.04
0.03
0.04
0.02
0.015
0.02
2
10
0.24
0.58
0.27
0.31
0.66
0.36
0.275
0.62
0.315
3
20
0.74
1.6
0.94
0.76
1.63
0.97
0.75
1.615
0.955
4
30
1.375 2.89
1.82
1.34
2.91
1.85
1.3575
2.9
1.835
5
40
2.01
3.19
2.72
2.02
3.21
2.74
2.015
3.2
2.73
6
50
2.65
4.51
3.63
2.65
4.51
3.63
2.65
4.51
3.63
Tabel 5. Hasil pengamatan lendutan percobaan 3
Grafik hubungan P dengan praktikum
Grafik hubungan P dengan praktikum
3.00
5.00 y = 0.0542x - 0.1776
4.00
2.00
y = 0.09x - 0.1067
) 3.00 m m 2.00 ( E
) m m 1.00 ( A
0.00 0
20
-1.00
40
1.00 0.00
60
-1.00 0
20
40
60
Beban (N)
Beban (N)
Grafik hubungan P dengan praktikum 4.00 y = 0.0748x - 0.2888 3.00 ) m 2.00 m ( B 1.00
0.00 0
20
-1.00
P(N)
praktikum (mm) A E B
40
60
Beban (N)
teori (mm) A E B
Kesalahan relatif (%)
A
E
B
-
-
-
0
0.02
0.02
0.02
0.00
0.00
0.00
10
0.28
0.62
0.32
0.66
1.13
0.87
58.05
45.37
63.81
20
0.75
1.62
0.96
1.31
2.27
1.74
42.79
28.84
45.13
30
1.36
2.90
1.84
1.97
3.40
2.61
30.97
14.82
29.72
40
2.02
3.20
2.73
2.62
4.54
3.48
23.15
29.50
21.58
50
2.65
4.51
3.63
3.28
5.67
4.35
19.15
20.52
16.58
34.82
27.81
35.36
Kesalahan relatif rata-rata (%) Kesalahan relatif rata-rata total (%)
32.66
Tabel 6. Perbandingan lendutan pada percobaan 3 dengan kesal ahan relatifnya.
Percobaan
A E B A E B A E B
1
2
3
Rata-rata
E prak (1011
KR
E prak (1011
KR
N/m2)
(%)
N/m2)
(%)
1.87
5.694
2.34
3.46
2.047
2.33
1.93
17.28
1.5
25
1.55
22.5
1.620
19
1.81
9.5
2.419
20.95
2.522
26.1
2.423
21.13
2.327
18.5
2.030
1.489
2.030
1.489
Tabel 7. Hasil perhitungan E praktikum dan kesalahan relatifnya
VI.
ANALISIS
Analisis Percobaan Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besar lendutan di titik yang telah ditentukan dari sebuah balok statis tak tentu yang dibebani oleh beban terpusat. Selain itu praktikan juga mengolah data lendutan untuk mendapatkan nilai E praktikum dan membandingkan hasil percobaan dengan hasil teoritis. Praktikum ini terdiri dari 3 percobaan: percobaan pertama yaitu mencari lendutan di titik A, E dan B pada balok dengan perletakan jepit-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah batang, percobaan kedua yaitu mencari lendutan di titik A, E dan B pada balok dengan perletakan jepit-jepit yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah batang (lokasi dial gauge dibedakan dengan percobaan pertama), percobaan ketiga yaitu mencari
lendutan di titik A, E dan B pada balok dengan perletakan jepit-rol yang dibebani dengan beban terpusat pada tengah bentang. Secara umum, prosedur yang dilakukan praktikan untuk semua percobaan adalah sebagai berikut. Praktikan mengatur perletakan pada kedua ujung balok dengan mengencangkan skrup (jepit) atau mengendurkan skrup (sendi) menggunakan kunci inggris. Praktikan lalu menghitung dimensi balok menggunakan jangka sorong dan didapatkan hasil b = 25 mm dan h = 5.2 mm.
Praktikan lalu mengatur dial gauge pada jarak L (22.5 cm), L (45 cm), dan L (67.5 cm) untuk percobaan 1 dan 3, sedangkan untuk percobaan 2 yaitu pada jarak a=30 cm dan b=15 cm. Praktikan menggunakan meteran untuk mengatur lokasi pengukuran dial gauge. Praktikan lalu mengkalibrasikan manometer untuk setiap percobaan yang dilakukan. Praktikan kemudian meletakkan beban dengan variasi beban 10, 20, 30, 40, 50 N disertai dengan pembacaan dial gauge pada titik A, E, dan B. Pada saat pembebanan, praktikan meletakkan beban secara perlahan supaya tidak mengganggu pembacaan dial gauge yang sangat sensitif. Pembacaan dilakukan secara secara loading dan unloading agar data yang didapatkan dapat lebih valid (rata-rata kedua data ). Loading adalah proses penambahan beban secara bertahap dan unloading adalah proses pengurangan beban secara bertahap.
Analisis Hasil Pada praktikum ini, praktikan mendapatkan data tiga lendutan di tiga titik di setiap percobaan. Mula-mula praktikan menentukan momen batang serta reaksi perletakan di setiap percobaan menggunakan metode clapeyron/metode persamaan tiga momen. Praktikan kemudian menentukan persamaan momen gaya dalam M(x) untuk setiap interval. Untuk menentukan lendutan di setiap titik, praktikan menggunakan metode unit load dengan meletakkan beban satu satuan di titik terkait. Praktikan kemudian menentukan momen batang akibat beban satu satuan dan reaksi perletakan serta persamaan momen gaya dalam m(x) untuk setiap interval. Persamaan unit load adalah:
∙ = ∫ () ∙ () Praktikan mendapatkan persamaan lendutan dengan beban P (10, 20, 30, 40, 50 N) sebagai variabel bebas sebagai berikut:
Percobaan
1
2
3
0.00189 0.003796 0.00189
0.00225 0.00295 0.00225
0.00384 0.00665 0.00510
Tabel 8. Hasil perhitungan persamaan lendutan
Dari persamaan tabel di atas, maka dapat ditentukan lendutan teori dan dapat ditentukan pula kesalahan relatifnya. Untuk percobaan 1 kesalahan relatif bernilai 12.92%, Untuk percobaan 2 kesalahan relatif bernilai 15.84%, dan Untuk percobaan 3 kesalahan relatif bernilai 32.66%. Praktikan kemudian memplot beban P (sumbu x) dan lendutan praktikum (sumbu y) ke dalam grafik hubungan. Praktikan mendapatkan persamaan garis regresi linear y=ax+b, dengan a adalah persamaan lendutan pada tabel di atas. Nilai I = 2.93 x 10-10 m4 berdasarkan perhitungan dimensi sebelumnya. Dengan mensubstitusikan a dengan persamaan lendutan maka pratikan mendapatkan nilai E praktikum. Modulus Young (E) adalah nilai kekakuan suatu bahan elastis, dan bisa didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dengan regangan. Nilai E praktikum rata-rat a adalah 2.03 x 10 11 N/m2 dengan kesalahan relatif sebesar 1.489%.
Analisis Grafik
GRAFIK HUBUNGAN P DENGAN PERCOBAAN 1 1A prak
1B Prak
1A Teori
1B Teori
1E prak
1E teori
4 3.5 3 2.5
) M M ( ̅
2
1.5 1 0.5 0 0
10
20
30
40
50
60
BEBAN (N)
GRAFIK HUBUNGAN P DENGAN PERCOBAAN 2 2A prak
2A teori
2B prak
2B teori
2E prak
2E teori
3.50 3.00 2.50
) 2.00 M M ( ̅
1.50 1.00 0.50 0.00 0
10
20
30 BEBAN (N)
40
50
60
GRAFIK HUBUNGAN P DENGAN PERCOBAAN 3 3A prak
3A teori
3B prak
3B teori
3E prak
3E teori
6.00
5.00
4.00
) M M ( ̅ 3.00
2.00
1.00
0.00 0
10
20
30
40
50
60
BEBAN (N)
Dari ketiga grafik, didapat hubungan secara umum bahwa beban berbanding lurus dengan lendutan. Selain itu, lendutan di tengah bentang (
)
merupakan lendutan paling besar, karena titik tersebut merupakan titik terjauh dari kedua perletakan sendi/jepit. Pada percobaan tiga, nilai perletakan roll) lebih besar dibanding
(dekat dengan
, karena pada perletakan rol, reaksi
momen tidak ditahan sama sekali sehingga lendutan bisa lebih “bebas”.
Analisis Kesalahan i. Kesalahan Praktikan Praktikan melakukan kesalahan teknis dikarenakan keterbatasan pengetahuan ataupun karena ketidaksengajaan belaka. Praktikan tidak tepat dalam menghitung dimensi balok, misalnya tidak tepat te gak lurus rahang jangka sorong, sehingga dimensi yang didapatkan kurang tepat. Pada pengukuran balok, praktikan menggunakan rollmeter (meteran bangunan) dengan ketelitian 0.5 mm, sehingga pengukuran dari as ke as kurang presisi. Lokasi dial gauge yang diukur menggunakan rollmeter terkadang kurang tepat. Pada saat pembebanan, praktikan juga secara
tidak sengaja meletakkan beban dengan keras (seperti menjatuhkan beban) sehingga bisa mempengaruhi pembacaan dial gauge. ii. Kesalahan Paralaks Praktikum ini melibatkan jangka sorong dan manometer dial gauge. Pada saat pengukuran, praktikan kurang tepat dalam menentukan skala rahang sorong yang sesuai. Pada saat pembacaan manometer dial gauge, jarum terkadang bergerak secara fluktuatif/tidak tentu sehingga menyulitkan pembacaan.
VII.
KESIMPULAN
Ketika terjadi pembebanan terpusat di tengah bentang pada struktur balok stati s tak tentu, maka lendutan terbesar akan terjadi pada titik tersebut (dalam praktikum ini titik E)
Lendutan yang terjadi pada praktikum ini menghasilkan momen positif yang membuat bagian atas balok statis tak tentu menjadi tertekan dan bagian bawah menjadi tertarik.
Pada praktikum ini didapatkan nilai modulus young rata-rata (E) sebesar 2.03 x 1011 N/m2 dengan kesalahan relatif sebesar 1.489%.
Rangkuman hasil pengamatan dan pengolahan data adalah s ebagai berikut:
P
δA (mm)
δE (mm)
δB (mm)
0 10 20 30 40 50 0 10 20 30 40 50 0 10 20 30
Teori 0.00 0.32 0.65 0.97 1.29 1.61 0.00 0.65 1.30 1.94 2.59 3.24 0.00 0.32 0.65 0.97
1 Prakt 0.03 0.26 0.56 0.92 1.32 1.72 0.02 0.56 1.16 1.84 2.56 3.38 0.02 0.23 0.47 0.77
KR 20.16 13.96 5.43 1.93 6.35 13.94 10.85 5.32 1.39 4.36 30.24 27.14 20.94
2 Teori Prakt 0.00 0.02 0.38 0.34 0.77 0.83 1.15 1.38 1.54 1.95 1.92 2.52 0.00 0.03 0.50 0.47 1.01 1.07 1.51 1.77 2.02 2.50 2.52 3.22 0.00 0.02 0.38 0.28 0.77 0.66 1.15 1.12
KR 11.45 7.43 19.80 26.97 31.26 6.74 6.16 17.08 23.77 27.79 27.08 14.70 2.77
3 Teori Prakt 0.00 0.02 0.66 0.28 1.31 0.75 1.97 1.36 2.62 2.02 3.28 2.65 0.00 0.02 1.13 0.62 2.27 1.62 3.40 2.90 4.54 3.20 5.67 4.51 0.00 0.02 0.87 0.32 1.74 0.96 2.61 1.84
KR 58.05 42.79 30.97 23.15 19.15 45.37 28.84 14.82 29.50 20.52 63.81 45.13 29.72
40 50 E percobaan E total KR E
VIII.
1.29 1.07 17.45 1.61 1.38 14.43 2.047 x 1011 N/m2
1.54 1.62 5.15 1.92 2.10 9.39 1.62 x 1011 N/m2 2.03 x 1011 N/m2 1.489%
3.48 2.73 21.58 4.35 3.63 16.58 2.423 x 1011 N/m2
REFERENSI
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. 2016. Pedoman Praktikum Analisa Struktur. Depok: Laboratorium Struktur dan Material. Hibeller, R, C. 2012. Structural Analysis 8th Edition. New Jersey: Prentince-Hall International, Inc.
IX.
LAMPIRAN
Gambar A11. Proses pemasangan
Gambar A12. Pengukuran lokasi
manometer dial gauge
penempatan dial gauge
View more...
Comments