Lapsus Flour Albus
February 12, 2017 | Author: IrwanGita | Category: N/A
Short Description
Flour albus merupakan hal fisiologi yang diderita perempuan, namun ada pula ynag patologis...
Description
LAPORAN KASUS FLOUR ALBUS
Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya SMF/Lab. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSD dr. Soebandi
Oleh: Irwan Prasetyo, S. Ked 082011101078
Pembimbing: dr. Gunawan Hostiadi, Sp.KK
SMF/LAB. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSD DR. SOEBANDI JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
i
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i DAFTAR ISI ............................................................................................ ii DAFTAR GAMBAR................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 2 2.1. Definisi ......................................................................................... 2 2.2 Epidemiologi.................................................................................. 2 2.3 Anatomi ........................................................................................ 2 2.4 Etiologi .......................................................................................... 4 2.5 Patofisiologi ................................................................................... 7 2.6 Tanda dan Gejala Klinik ................................................................. 10 2.7 Diagnosis ....................................................................................... 11 2.8 Diagnosis Banding ......................................................................... 13 2.9 Penatalaksanaan ............................................................................. 13 2.9.1 Farmakologi .......................................................................... 13 2.9.2 Non-Farmakologi .................................................................. 14 2.10 Komplikasi ................................................................................... 15 2.11 Prognosis ..................................................................................... 15 BAB III LAPORAN KASUS ................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20 DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... 21
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anantomi Organ Reproduksi Wanita ................................ 4 Gambar 2.2 Penyebab Keputihan pada Wanita ..................................... 7 Gambar 2.3 Pemeriksaan Penunjang Keputihan ................................... 12
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan social yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya. Pada era globalisasi dan modernisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan disegala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan, kesehatan, dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk menjaga kebersihan fisik dan organ atau alat tubuh. Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitive dan memerlukan perawatan khusus adalah alat reproduksi. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan infeksi, yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit. 1 Beberapa penyakit infeksi organ reproduksi wanita berupa trikomoniasis bacterial, kandidiasis, vulvavaginitis, gonore, klamidia dan sifilis. Salah satu tanda dan gejalanya adalah keputihan. Keputihan merupakan salah satu masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Keputihan (flour albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina. Pada studi kasus fisiologi reproduksi, banyak wanita mengeluhkan keputihan dan dirasakan tidak nyaman, gatal, bau bahkan terkadang perih. Penyebab dari keputihan adalah masalah kebersihan disekitar organ intim wanita.1 Meskipun termasuk penyakit
sederhana, kenyataannya tidak mudah
disembuhkan. Penyakit ini menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai hampir semua umur. Data penelitian tentang kesehtan reproduksi wanita menunjukan 75% wanita didunia menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bias mengalami sebanyak dua kali atau lebih. Di Indonesia, jumlah wanita yang mengalami keputihan sengat besar, >75% pernah mengalami keputihan paling tidak satu kali dalam hidupnya, hal ini berkaitan dengan kondisi cuaca yang lembab, sehingga mempermudah berkembangnya infeksi jamur. 1
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Keputihan (leukorea, fluor albus) merupakan gejala keluarnya cairan kental keputihan dari vagina dan rongga uterus selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan bukan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita.(3)
2.2 Epidemiologi Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15% dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan gejala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali flour albus merupakan indikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi kadang keduanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah trikomoniasis, vaginosis bacterial, dan kandidiasis. Sering penyebab non-infeksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Servisitis sendiri disebabkan oleh gonore dan klamidia. Prevalensi dan penyebab vaginitis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobai sendiri. Selain itu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyebab. (1) 2.3 Anatomi(1) Perempuan mempunyai organ reproduksi yang berfungsi sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh perampuan dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari berbagai organism penyebab infeksi. Organisme penyebab infeksi masuk ke organ dalam karena saluran reproduksi perempuan memiliki lubang yang berhubungan
2
dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bias masuk dan menyebabkan infeksi. Anatomi organ reproduksi wanita terdiri atas: a. Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri atas mons pubis, labia mayor dan minor, klitoris, saluran kemih. b. Vagina saluran elastic, panjang 8-10 cm dan berakhir pada rahim. Vagina dilalui oleh darah saat menstruasi dan merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bias melebar dan menyempit. Ujing yang terbuka, vagina ditutupi oleh selaput tipis yang disebut selaput dara. c. Serviks atau mulut rahim, merupakan bagian terdepan rahim yang menonjol kedalam vagina sehingga berhubungan dengan vagina. d. Rahim (uterus) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi perempuan, yakni saat menstruasi sampai melahirkan. Uterus terdiri dari 3 lapis, yaitu perimetrium, myometrium dan endometrium. e. Saluran telur (tuba fallopi) membentang sepanjang 5-7 cm dari tepi atas rahim kearah ovarium. Ujung dari tuba kiri dan kanan membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebihi besar agar sel telur jatuh kedalamnya ketika dilepaskan dari ovarium. f. Indung telur (ovarium) ovarium menggantung dengan bantuan ligament pada tuba fallopi. Sel telur bergerak sepanjang tuba fallopi dengan bantuan silia (rambut getar) dan otot dinding tuba. Sejak pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari folikel de graff (folikel yang lebih matang).
3
a
b
Gambar 2.1 Anatomi Organ Reproduksi Wanita. (a) genitalia eksterna, (b) genitalia interna (genetaliaeksternadaninternapadawanita.blogspot.com)
2.4 Etiologi Penyebab keputihan tergantung dari jenisnya yaitu penyebab dari keputihan yang fisiologik dan patologik. a. Keputihan fisiologik Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan penyebab keputihan.(4) b. Keputihan Patologik(2) Keputihan patologik disebabkan oleh karena kelainan pada organ reproduksi wanita dapat berupa Infeksi, Adanya benda asing, dan penyakit lain pada organ reproduksi. 1. Infeksi Infeksi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh. Salah satu gejalanya adalah keputihan. Infeksi yang sering terjadi pada organ kewanitaan yaitu vaginitis, candidiasis, trichomoniasis.
4
a) Vaginitis Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang berlebihan pada vagina. Dengan gejala cairan vagina encer, berwana kuning kehijauan, berbusa dan bebau busuk, vulva agak bengkak dan kemerahan, gatal, terasa tidak nyaman serta nyeri saat berhubungan seksual dan saat kencing. Vaginosis bakterialis merupakan sindrom klinik akibat pergantian Bacillus Duoderlin yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi seperti Bacteroides Spp, Mobiluncus Sp, Peptostreptococcus Sp dan Gardnerella vaginalis bakterialis dapat dijumpai duh tubuh vagina yang banyak, Homogen dengan bau yang khas seperti bau ikan, terutama waktu berhubungan seksual. Bau tersebut disebabkan adanya amino yang menguap bila cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa menimbulkan terlepasnya amino dari perlekatannya pada protein dan vitamin yang menguap menimbulkan bau yang khas. b) Candidiasis Penyebab berasal dari jamur kandida albican. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih susu, begumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan disekitarnya. Infeksi jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida,spp, terutama Candida albicans. Gejala yang muncul adalah kemerahan pada vulva, bengkak, iritasi, dan rasa panas. Tanda klinis yang tampak adalah eritema, fissuring, sekret menggumpal seperti keju, lesi satelit dan edema. Usaha pencegahan terhadap timbulnya kandidiasis vagina meliputi penanggulangan faktor predisposisi dan penanggulangan sumber infeksi yang ada. Penanggulangan faktor predisposisi misalnya tidak menggunakan antibiotika atau steroid yang berlebihan, tidak menggunakan pakaian ketat, mengganti kontrasepsi dengan kontrasepsi lain yang sesuai, memperhatikan hygiene. Penanggulangan sumber infeksi yaitu dengan mencari dan mengatasi sumber infeksi yang ada, baik dalam tubuhnya sendiri atau diluarnya.
5
c) Trichomoniasis Berasal dari parasit yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya keputihan berwarna kuning atau kehijauan, berbau dan berbusa,kecoklatan seperti susu ovaltin, biasanya disertai dengan gejala gatal dibagian labia mayora, nyeri saat kencing dan terkadang sakit pinggang. Trichomoniasis merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah. Pada wanita sering tidak menunjukan keluhan, bila ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyak, berwarna kehijauan dan berbusa yang patognomonic (bersifat khas) untuk penyakit ini. Pada pemeriksaan dengan kolposkopi tampak gambaran “Strawberry cervix” yang dianggap khas untuk trichomoniasis. Salah satu fungsi vagina adalah untuk melakukan hubungan seksual. Terkadang mengalami pelecetan pada saat melakukan senggama. Vagina juga menampung air mani, dengan adanya pelecetan dan kontak mukosa(selapu lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (Port d’entre) mikro organisme penyebab infeksi PHS. 2. Adanya benda asing dan penyebab lain Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau organisme lain) masuk melalui prosedur medis, saperti; haid, abortus yang disengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas.
6
Gambar 2.2 Penyebab Keputihan pada wanita (andinilestari16.wordpress.com)
2.5 Patofisiologi(1) Meskipun banyak variasi warna, konsistensi dan jumlah dari secret vagina bias dikatakan suatu hal yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi. Khusunya disebabkan oleh jamur. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung secret vagina, sel-sel vagina yang terkelupas dan mucus serviks yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, esterogen, glikogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari esterogen pada
7
epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (dodorlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH < 3,8 - 4,5 pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi kandidiasis vaginalis. Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis. Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.
8
Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albus pada vaginosis bacterial. Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat. a. Keputihan Fisiologis(5) Sekret vagina normal (fisiologis) bersifat : •
encer tidak kental,
•
tidak berwarna
•
tidak berbau
•
biasanya terdapat pada forniks posterior
•
dipengaruhi kadar hormone
Lingkungan vagina normal •
Hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina, hasil metabolit lain
•
Lacobacillus menghasilkan hidrogen peroksida
•
Toksik terhadap bakteri patogen
•
pH optimal : 3,8 – 4,2
b. Keputihan Patologis(5) Sekret vagina abnormal, terjadi perubahan warna dan jumlah, misalnya : •
Keputihan disertai rasa gatal
•
Sekret vagina yang bertambah banyak
•
Rasa panas saat kencing
•
Sekret vagina putih dan menngumpal
•
Berwarna putih keabuan atau kuning dengan bau menusuk, meskipun banyak variasi
9
2.6 Tanda dan Gejala Klinis a. Tanda Klinis(5) •
•
•
Subjektif: •
Nyeri kencing ringan-berat
•
Keluar cairan jernih – nanah
•
Riwayat kontak seksual
•
Cerviks udem, erithema
•
Ektropion
•
Tampak sekret seromukous-purulent
Objektif:
Laboratorium •
Gram lekosit >15 1000x
•
Kuman spesifik
b. Gejala Klinis(1) •
Vaginosis bacterial secret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kuning dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.
•
Trikomoniasis secret vagina biasanya sangat banyak, kuning kehijauan, berbusa dan bau amis.
•
Kandidiasis secret vagina menggumpal putih kental, gatal sedamg himgga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital. Tidak ada komplikasi yang serius. Berkembang baik pada pH 5,0 - 5,6.
•
Kalmidiasis biasanya tidak bergejala, secret berwarna kuning seperti pus, sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.
10
2.7 Diagnosis(1) Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. a. Anamnesis Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor KB, kontak seksual, jumlah, baud an warna leukorea, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotic atau kortikosteroid dan keluhan lain.
b. Pemeriksaan 1) Fisik dan Genitalia Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yang mungkin berkaitan dengan fluor albus. Pemeriksaan khusus yang juga harus dilakukan adalah pemeriksaan genetalia yaitu meliputi:
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks
Pemeriksaan pelvis bimanual Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender
vagina. Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan penyebabnya.
2) Penunjang a) Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis. b) Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktur urinarius. c) Sitologi vagina atau kultur secret vagina. d) Vaginoskopi e) Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
11
f) Pemeriksaan pH vagina pH >4,5 disebabkan tricomoniasis. g) Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10% kandidiasis. h) Pap smear i) Biopsi Namun, secara klinik untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterialis harus ada tiga dari empat criteria berikut: a) Adanya clue cell pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah. b) Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina c) Duh yang homogeny, kental, tipis dan berwarna seperti susu. d) pH vagina >4,5 dengan menggunakan nitrazine paper.
Gambar 2.3 Pemeriksaan Penunjang Keputihan. (a) vaginal test dengan menggunakan mikroskop. (b) pH test. (phizatest.com)
12
2.8 Diagnosis Banding(4) a. Ketuban pecah b. Vaginitis c. Servisitis d. Kandiloma akuminata e. Herpes genitalia f. IMS (GO) dan dysplasia/ neoplasia serviks g. Clamidiasis
2.9 Penatalaksanaan Tujuan pengobatan dari keputihan adalah: (1) a. Menghilangkan gejala b. Memberantas penyebabnya c. Mencegah infeksi berulang d. Pasangan diikutkan dalam pengobatan Secara fisiologis, tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penjelasan untuk menghilangkan kecemasannya. (1) 2.9.1. Farmakologi(2) a. Bakterial vaginosis : -
Metronidazol 500 mg, 2x1 po selama 7 hari atau 2 gram po SD
-
Alternatif : Metronidazol gel 0,75% - 1 aplikator intravaginal sehari 2 kali selama 5 hari
-
Klindamisin krim 2% - 1 aplikator intravaginal sebelum tidur selama 7 hari
-
Klindamisin 300 mg 2x1 po selama 7 hari
b. Trikomoniasis vaginalis : -
Metronidazol 500 mg 2x1 po selama 7 hari atau 2 gr dosis tunggal,
-
Pasangan seksual harus diobati.
13
c. Kandidiasis vulbovaginalis : -
Miconazol / Clotrimazole 200 mg intravaginal perhari selama 3 hari
-
Clotrimazole 500 mg intravaginal SD
-
Nystatin 100.000 IU intravaginal perhari selama 14 hari
-
Tablet ketoconazole 2x1 selama 7 hari.
2.9.2. Non-Farmakologi(2) a. Perubahan Tingkah Laku Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga. b. Personal Hygiene Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.
14
c. Penatalaksanaan Psikologis Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan. Tidak jarang keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada. Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan fsikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang buruk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.
2.10 Komplikasi a. Infertilitas/masalah kesuburan b. Pelvic inflamatori disease (PID) c. Vulvovaginitis atau uretritis d. Pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi prematur, gangguan perkembangan dan berat badan lahir rendah (BBLR) terutama akibat bacterial vaginosis dan infeksi Trichomonas e. Memfasilitasi terjadinya HIV
2.11 Prognosis Biasanya kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif. (1)
15
BAB 3. LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien Nama
: Ny. N
Umur
: 40 tahun
Alamat
: Jl. Sidodadi 78 Jenggawah
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
2. Anamnesa Keluhan Utama: Keluar cairan berwarna putih dari kemaluan
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin
RSD dr. Soebandi dengan
keluhan keluar cairan berwarna putih disertai gatal dan nyeri pada kemaluan sejak 7 hari lalu. Cairan yang keluar berwarna putih seperti susu, kental dan tidak berbau. Pasien juga mengeluhkan terasa panas pada daerah kemaluan dan nyeri pada saat berhubungan seksual. Nyeri saat kencing (-), pasien menggunakan KB suntik dan tidak sedang mengkonsumsi antibiotic maupun kortikosteroid.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah mengalami sakit yang sama sebelumnya. Pasien melakukan hubungan seksual dengan suaminya 12 hari lalu, tidak berganti-ganti pasangan, riwayat trauma dikemaluan disangkal.
16
Riwayat Pengobatan: Disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga: Disangkal
3. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan Umum Keadaan umum: baik Kesadaran
: komposmentis
b. Vital Sign: dalam batas normal c. Pemeriksaan Khusus 1) Kulit : cyanosis (-), anemis (-) 2) Kepala
Mata
Telinga : sekret (-), darah (-), deformitas (-)
Hidung : sekret (-), darah (-), deformitas (-)
Mulut
: dalam batas normal
Leher
: pembesaran KGB (-)
: ikterik (-), anemis (-)
3) Thorax o Cor: I: ictus cordis tidak tampak P: ictus cordis tidak teraba P: redup di ICS IV PSL dextra – ICS V MCL sinistra A: S1S2 tunggal o Pulmo: Ventral
Dorsal
I: Simetris, retraksi -/-
I: Simetris, retraksi -/-
P: Fremitus raba +/+
P: Fremitus raba +/+
17
P: Sonor +/+
P: Sonor +/+
A: Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
A:Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
4) Abdomen:
I: Flat A: BU(+) normal P: Timpani P: Soepel
5) Extrimitas Akral hangat
Edema
+
+
+
+
-
-
-
-
Status Lokalis: Regio genitalia eksterna labia dan vulva tampak lesi popular barwarna putih dan bersisik, eritema (+), oedema (+), tampak ada discharge berwarna putih kental seperti susu, tidak baud an terdapat lesi satelit.
4. Resume Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSD dr. Soebandi dengan keluhan keluar cairan berwarna putih disertai gatal dan nyeri pada kemaluan sejak 7 hari lalu. Cairan yang keluar berwarna putih seperti susu, kental dan tidak berbau. Pasien juga mengeluhkan terasa panas pada daerah kemaluan dan nyeri pada saat berhubungan seksual. Nyeri saat kencing (-), pasien menggunakan KB suntik dan tidak sedang mengkonsumsi antibiotic maupun kortikosteroid. Dari status lokalis didapatkan Regio genitalia eksterna labia dan vulva tampak lesi popular barwarna putih dan bersisik,
18
eritema (+), oedema (+), tampak ada discharge berwarna putih kental seperti susu, tidak baud an terdapat lesi satelit.
5. Diagnosis Kerja Fluor albus e.c. vulvovaginal candidiasis
6. Diagnosis Banding a. Bakterial vaginitis b. Trichomonas vaginalis
7. Planning a. Diagnosis - Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% - pH vagina b. Terapi - Ketokonazole 2x200 mg per-oral selama 7 hari - Interhistin 3x30 mg - Myconazole intravaginal cream2% 5g diberikan malam hari c. Edukasi - Kontrol 1 minggu lagi - Hindari menggunakan celana ketat - Menjaga hygiene daerah genital - Tidak melakukan hubungan seksual sampai sembuh
8. Prognosis At bonam
19
DAFTAR PUSTAKA
1. http://hyogimu.heck.in/files/kpthhyogimu.pdf
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream123456789191824Chapter%20II.pdf
3. Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus, FKUI.
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Suhariyanto, Bambang. Prof. dr. 2010. Kuliah GO. Jember: SMF/Lab. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSD dr. Soebandi.
20
DAFTAR LAMPIRAN
a
b a. Gambaran klinis servisitis GO
c c. Gambaran klinis Kandidiasis Vulvo Vaginalis
b. Gambaran klinis Vaginosis bacterial
d d. Gambaran klinisTrikomoniasis/Vaginitis Trikomonal
21
View more...
Comments