LAPRAK Morfologi dan Anatomi Ayam
October 28, 2018 | Author: Ade Hermawan | Category: N/A
Short Description
Laporan Akhir Morfologi dan Anatomi Unggas (Ayam)...
Description
i
LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS “
Anatomi dan Morfologi Ternak Unggas
”
Oleh : Kelompok 7 Kelas A
Guruh Putra Pratama Faturohman
200110160023 200110160023
Nolla Lolita
200110160047 200110160047
Adelin Mutiara Sidiq
200110160181 200110160181
Ade Hermawan
200110160195 200110160195
Abefia Samira Putri
200110160207 200110160207
Muhammad Rionaldi Rachmandani
200110160254 200110160254
LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan kekuatan, petunjuk dan kesabaran kepada para penulis, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa wahyu Allah SWT dalam segala fenomena dan nomena alam ini sangatlah luas dan tidak dapat dijangkau dij angkau oleh kekuatan akal sehat, maupun logika manusia. Oleh karena itu pula, dalam penulisan laporan praktikum produksi ternak unggas yang berjudul “Anatomi dan Morfologi Ternak Unggas” Unggas ” ini kami sadar masih jauh dari kata sempurna. s empurna. Untuk itu demi memperbaiki kesalahan yang ada sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi memperbaiki pengantar, isi maupun penutupnya dalam pembahasan laporan akhir praktikum ini, Untuk kami haturkan terima kasih mohon maaf apabila banyak penyampaian dari isi laporan praktikum ini yang tidak pada tempatnya, semoga laporan praktikum ini dapat berguna bagi kami sebagai penulis khususnya dan bagi khalayak umumnya.
Sumedang, Maret 2018
Penyusun.
iii
DAFTAR ISI Bab
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
I
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................... 2 1.3. Manfaat Praktikum ................................................................................. 2 1.4. Maksud dan Tujuan ................................................................................ 2 1.5. Waktu dan Tempat.................................................................................. 2 II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................................... 3
2.1. Anatomi Luar Tubuh Ayam................................................................... 3 2.1.1. Kepala Ayam ................................................................................ 3 2.1.2. Kulit.............................................................................................. 4 2.1.3. Bulu .............................................................................................. 4 2.1.4. Ekor .............................................................................................. 6 2.1.5. Alat Gerak .................................................................................... 6 III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA ............................................ 7
3.1. Alat ........................................................................................................ 7 3.2. Bahan ..................................................................................................... 7 3.3. Prosedur Kerja ....................................................................................... 7 IV
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 9
4.1. Hasil Pengamatan ................................................................................... 9 4.1.1. Kerangka Ayam............................................................................ 9 4.1.2. Ayam Ras Broiler dan Layer ...................................................... 10 4.1.3. Ayam Kampung Jantan dan Betina ............................................ 12
iv
4.2. Pembahasan .......................................................................................... 14 4.2.1. Kerangka Ayam.......................................................................... 14 4.2.2. Ayam Ras Pedaging/Broiler ....................................................... 16 4.2.3. Ayam Ras Petelur/Layer ............................................................ 17 4.2.4. Ayam Kampung Jantan .............................................................. 18 4.2.5. Ayam Kampung Betina .............................................................. 19 V
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 21 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 22
1
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Ternak unggas merupakan suatu komoditas yang dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi yang memeliharanya, salah satu jenis unggas yang memberikan keuntungan yaitu ayam. Banyak hal yang perlu diperhatikan mengenai ternak ayam terkait dengan tujuan produksi. Semakin optimum sistem organ pada tubuh ayam bekerja maka akan menimbulkan perfoma yang baik terutama pada organ eksteriornya. Banyaknya jenis ayam di dunia adalah salah satu alasan mengapa kita harus mempelajari anatomi dan morfologi ayam. Fisik ayam banyak sekali jenisnya, dilihat dari jenggernya saja ada beberapa jenis ayam, misalnya yang jenggernya satu dan ada juga yang sepasang. Sedangkan tipenya biasanya dibagi menjadi tiga tipe yaitu tipe petelur, tipe pedaging, dan tipe dwiguna. Me ngetahui tipe ayam kita akan tahu pakan apa yang harus diberikan pada ayam tersebut, karena setiap tipe ayam berbeda porsi pemberian pakan atau ransumnya. Pengetahuan
tentang
anatomi
dan
morfologieksterior
ayam
juga
diperlukandalam pencegahan dan penanganan penyakit. Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar pengamatan (diagnosis) terhadap kondisi ayam. Secara umum, organ tubuh ayam yang telah terserang suatu penyakit akan mengalami perubahan secara fisik (baik bentuk, warna, ukuran maupun tekstur) jika dibandingkan dengan organ normal. Sehingga sangatlah penting mengetahui anatomi dan morfologi eksterior ayam serta fungsi dari setiap bagiannya.
2
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana anatomi kerangka ayam 2. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam broiler 3. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam layer 4. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam kampung jantan 5. Bagaimana anatomi dan morfologi ayam kampung betina
1.3. Manfaat Praktikum
Mengetahui dan dapat menjelaskan bagian-bagian anatomi dan morfologi eksterior ayam juga dapat mengerti mengenai kegunaan mempelajari bagian-bagian anatomi dan morfologi eksterior a yam untuk tujuan produksi.
1.4. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui dan mempelajari anatomi kerangka ayam 2. Mengetahui dan mempelajari anatomi ayam broiler 3. Mengetahui dan mempelajari anatomi ayam layer 4. Mengetahui dan mempelajari anatomi ayam kampung jantan 5. Mengetahui dan mempelajari anatomi ayam kampung betina
1.5. Waktu dan Tempat
Praktikum produksi ternak unggas dilaksanakan pada: Hari/tanggal
: Kamis, 8 Maret 2018
Waktu
: 07.30 – 09.30 WIB
Tempat
: Laboratorium Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
3
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Anatomi Luar Tubuh Ayam
Garnida (2003) menyatakan bahwa tubuh ayam bagian luar terdiri dari daerah kepala, badan, ekor dan kaki yang ditutupi oleh bulu dan kulit serta derivatderivatnya yaitu jengger, pial, paruh, kuping, kuku dan sisi k. Perbedaan anatomi dan morfologi tubuh ayam broiler (pedaging) dengan ayam petelur terletak pada panjang atau pendeknya kaki (kg) serta bentuk tubuh ayam broiler dan petelur itu sendiri. Ayam broiler mempunyai kaki yang lebih pendek dibandingkan dengan ayam petelur, karena untuk menopang dari berat tubuhnya (Garnida, 2003).
2.1.1. Kepala Ayam
Bagian kepala terdiri antara lain sebagai berikut: 1. Paruh ( Rostrum) yang terdiri dari maxilla dan mandibulla yang berguna sebagai tangan dan mulut. 2. Lubang hidung ( Nares) berjumlah sepasang terletak pada lateral rostrum bagian atas. 3. Cera, yaitu tonjolan kulit yang lunak terletak pada bagian atas rostrum. Mata (organon visus) dikelilingi oleh kulit yang berbulu, terdapat iris yang berwarna kuning atau jingga kemerah-merahan serta terdapat pupil yang relatif besar dibandingkan dengan besar matanya. 4. Lubang telinga luar ( poros acustic externus), terletak di sebelah dorso caudal mata. Membran timpani terdapat di sebelah dalamnya dan berguna untuk menangkap getaran suara (Indira et al , 2004).
4
Jengger, berdasarkan bentuknya terdiri dari: 1. Single
5. Walnut
2. Rose
6. Strawbery
3. Pea
7. V-Shape
4. Cushion
8. Butter cup
Jengger pada ayam betina sebagai indikator tingkat produktivitas telur. Jengger yang berwarna merah cerah menandakan produksinya rendah di bandingkan dengan warna jengger merah pucat. Pembentukan ayam ras dewasa ini melalui perbaikan genetik dengan melakukan seleksi ayam yang mempunyai jengger tunggal ( single comb) di bandingkan dengan bentuk jengger lainnya, karena untuk memudahkan dalam hal perkawinan sehingga diperoleh fertilitas yang tinggi (Garnida, 2003).
2.1.2. Kulit
Kulit ayam sangat tipis, berwarna kuning atau putih atau terdapat bercak hitam tergantung pigmen yang mendominasi dan ransum yang diberikan, juga kulit tidak memiliki kelenjar kecuali pada bagian ekor (kelenjar minyak, glandula uropygialis), yang menyekresikan minyak yang digunakan oleh ayam untuk “membalut” bulu dengan suatu lapisan pelindung melalui cara yang disebut preening (menyisir bulu dengan paruh).
2.1.3. Bulu
Unggas memiliki beberapa macam bulu yang digunakan untuk membantu terbang, melindungi dan memberikan kehangatan badan (Blakely, 1998). Bentuk dan warna bulu diperlukan untuk menentukan bangsa ( breed , spesies, varietas) dan
5
jenis kelamin. Warna bulu disebabkan oleh pigmen, struktur fisik atau kombinasi keduanya. Warna karena struktur fisik diperlihatkan oleh perubahan warna, karena jatuhnya cahaya pada bulu dan mata kita. Pigmen yang terdapat pada bulu yaitu, lipochrom dan melanin. Bulu disusun oleh tipe protein yang disebut keratin dan mempunyai berat 4-7 % dari berat hidup, tergantung daripada jenis kelamin dan umur ayam. Bulu selain disusun oleh keratin juga mengandung asam amino esensial seperti metionin dan cystein. Kekurangan salah satu atau kedua asam amino tersebut menyebabkan pertumbuhan bulu terhambat bahkan bias sampai rontok atau luruh bulu (Garnida, 2003). Menurut susunan anatominya, bulu dapat dibedakan ke dalam : 1. Contur ( plumae), terdiri dari callamus, rachis, umbilicus inferior, umbilicus superior dan vexilum. Callamus yaitu tangkai bulu berbentuk memanjang dengan rongga di dalamnya. Pangkalnya terdapat lubang disebut umbilicus inferior sedang bagian distalnya terdapat lubang disebut umbilicus superior, dimana lubang ini ke arah rachis menjadi sulcus. Waktu bulu masih muda, kedua umbilicus tadi vexillum dibentuk oleh barbae, adalah suatu cabang kearah lateral daripada rachis. 2. Plumulae, terdiri dari calamus, rachis, barbae dan barbulae tidak membentuk vexillum. 3. Filoplumulae, fungsinya belum jelas. Tumbuh di seluruh tubuh tapi jaraknya sangat jarang. Mempunyai tangkai panjang dan puncaknya ada beberapa barbae. Menurut letaknya, bulu-bulu dapat digolongkan ke dalam: Remiges, retrices, tetrices, paraterium, ulula atau alaspuria.
6
1. Remiges adalah bulu-bulu yang terdapat pada sayap 2. Retrices adalah bulu-bulu yang terdapat di daerah ekor 3. Tetrices adalah bulu-bulu lainnya yang menutupi badan 4. Parapterium adalah bulu-bulu yang terdapat di daerah bahu dan sayap 5. Alaspuria adalah bulu-bulu kecil yang melekat pada jari ke-11 dari extremitas superior (Indira et al , 2004)
2.1.4. Ekor
Berbentuk pendek dan biasa dikenal dengan uropygium, selain itu, cauda ini di tutupi bulu yang disebut retrices, pada bagian uropygium bagian dorsal terdapat kelenjar minyak yang disebut glandula uropygialis. (Indira et al , 2004).
2.1.5. Alat Gerak
Extremitas Cranialis Superius, merupakan sayap yang ditumbuh bulu-bulu. Extremitas Caudalis Inferius, kaki bagian bawah yang ditutup oleh sisik-sisik. (Indira et al, 2004)
7
III ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA 3.1. Alat
- Baki atau nampan
3.2. Bahan
- Ayam Ras Pedaging/Broiler - Ayam Ras Petelur/Layer - Ayam Kampung Jantan
3.3. Prosedur Kerja
1. Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam. 2. Agar setiap kelompok dapat mengamati ketiga jenis ayam, pada saat praktikum objek akan ditukar.
No. 1.
Pengamatan Seluruh tubuh ayam
Prosedur 1. Tempatkan ayam di atas baki dan usahakan dalam keadaan tenang. 2. Gambar dan sebutkan anatominya
2.
Kepala
3. Kemudian gambar kepala dan bagiannya. 4. Amati bagian-bagian dari kepala seperti jengger dan sebutkan jenis jenggernya. 5. Amati juga bagian-bagian lainnya seperti paruh, pial, cuping telinga, mata.
8
3.
Bulu
6. Amati seluruh tubuh ayam yang berbulu, bedakan di bagian mana terdapat bulu kontur, plumulae, dan filoplumulae. 7. Pada bulu sayap perhatikan mana bulu sekunder, primer dan bulu axial kemudian gambar. 8. Cabut salah satu bagian bulu sayap kemudian gambar dan tulis bagian-bagiannya.
4.
Kaki
9. Gambar bagian kaki dan sebutkan bagiannya 10. Amati pigmentasi pada kaki. 11. Ukur panjang shank , kemudian bedakan dari ketiga jenis ayam yang saudara amati.
9
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengamatan 4.1.1. Kerangka Ayam No
1.
Hasil Pengamatan
Rangka
Keterangan
Keterangan: a. incisive b. mandible c. quadrate d. nasal e. lacrimal f. occipital g. atlas h. epistropheus i. humerus j. radius k. ulna l. metacarpus m. phalanges n. scapula o. illium p. pygostyle q. ischium r. pubis s. femur
10
t. fiula u. tibia v. metatarsus w. corucoid x. clavicle
4.1.2. Ayam Ras Broiler dan Layer No
1.
Bagian
Seluruh Tubuh
Keterangan:
2.
Kepala
Ayam Broiler
Ayam Layer
11
Keterangan:
3.
Bulu
Keterangan:
4.
Kaki
Keterangan:
12
4.1.3. Ayam Kampung Jantan dan Betina No
Bagian
1.
Seluruh Tubuh
Keterangan:
2.
Kepala
Keterangan:
Ayam Jantan
Ayam Betina
13
3.
Bulu
Keterangan:
4.
Kaki
Keterangan:
14
4.2. Pembahasan 4.2.1. Kerangka Ayam
Unggas adalah hewan bipedal , yaitu berdiri pada kedua kakinya. Namun demikian, struktur dasar kerangka unggas umumnya analog dengan mamalia. Beberapa perbedaan terdapat pada bagian tertentu, yaitu sebagai berikut. 1. Unggas memiliki sepasang ekstra tulang pada daerah bahu, disebut coracoid . Sepasang tulang ini mendukung pergerakan sayap dan mendukung melekatnya sayap pada tubuh. 2. Tulang leher (vertebrae cervicalis) pada unggas membentuk suatu bangun seperti huruf S yang menghubungkan bagian kepala dengan tubuh. Tulang leher ini berbeda jumlahnya untuk setiap jenis unggas. Ayam berjumlah 13-14 ruas, itik 15 ruas, dan angsa 17-18 ruas. Bentuk leher yang demikian ini berfungsi sebagai pegas yang mampu mengurangi pengaruh tekanan balik dari tubuh terhadap kepala pada saat unggas mendarat setelah terbang. Selain itu, susunan tulang leher yang demikian ini juga memudahkan bagi unggas untuk menggerakkan leher secara bebas. 3. Tulang belakang atau columna vertebralis (sepanjang punggung) dan pinggul (thorasic column) pada unggas terdiri dari beberapa tulang yang menyatu. Konformasi punggung yang kaku ini mendukung kuat bagi melekatnya otot sayap dan pergerakan sayap pada saat terbang. 4. Terdapat satu lunas yang besar, serta tulang panggul yang kuat, dan kokoh pada ileum. Tulang velvic tidak menyatu, sedikit terbuka atau tertutup tidak rapat, sedangkan pada mamalia tertutup. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pengeluaran telur pada saat oviposisi. Velvic cenderung akan meluas pada saat ayam akan bertelur dan merapat setelah selesai bertelur.
15
Sayap tersusun atas tulang seperti halnya pada organ ekstremitas depan pada mamalia. Demikian pula dengan kaki, terdiri dari tulang seperti pada mamalia. Akan tetapi, tulang pada metatarsus -umum dijumpai pada mamalia- pada unggas telah bersatu dan memanjang untuk membentuk cakar. Sistem kerangka pada unggas berkaitan dengan sistem respirasi, beberapa tulang bersifat pneumatic, yaitu berlubang dan berhubungan dengan sistem respirasi. Tulang-tulang ini berfungsi sebagai tempat penampungan udara dan meringankan berat tubuh saat terbang. Tulang tersebut adalah tulang tengkorak, sayap, lunas, selangka, dan beberapa tulang belakang (lumbar vertebrae dan sacral vertebrae). Apabila terjadi penyumbatan pada trachea-sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam tubuh, tetapi salah satu bagian dari tulang ini terbuka, misalnya tulang sayap-maka unggas akan tetap bernapas. Produksi telur pada ayam memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Untuk memenuhi kebutuhan ini, terdapat suatu struktur tulang yang disebut medullary bones (tulang pipa), yaitu tibia, femur, pubic bones, sternum, ribs, toes, ulna, dan scapula. Produksi tulang yang baik dapat diukur dengan jarak antara tulang pubis yaitu sekitar 2-3 jari orang dewasa. Selain itu juga dapat diukur dari jarak tulang pubis dengan tulang sternum yaitu sekitar 3-4 jari orang dewasa. Tulang pipa ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus yang saling terjalin dengan baik. Fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium. Kalsium ini dapat dimobilisai saat pakan kekurangan kalsium, terutama pada saat produksi telur. Ayam dewasa, hampir 12% tulang merupakan tulang ini. Tulang rusuk, 30%-nya merupakan tulang jenis ini. Struktur tulang demikian ini tidak ditemukan pada ayam jantan atau betina yang sedang bertelur. Akan tetapi, tulang ini dapat dibentuk dengan menambahkan hormon esterogen. Ayam dara
16
mulai membentuk tulang meduler ini sekitar 10 hari menjelang pembentukan telur pertama. Namun, cadangan kalsium pada tulang ini hanya dapat menyediakan untuk beberapa butir telur saja. Sekitar 40% kalsium tulang ini akan habis setelah bertelur 6 butir, bila kondisi pakan kekurangan kalsium.
4.2.2. Ayam Ras Pedaging/Broiler
Secara keseluruhan tubuh ayam broiler terdiri dari kepala, badan, kaki, dan ekor yang ditutupi oleh bulu (tecrices) dan kulit. Kepalanya terdiri dari jengger, paruh, dan telinga. Badannya terdiri dari dada, perut, sayap. Ekornya terdiri dari bulu-bulu (rectrices). Sayapnya terdapat bulu remiges yang terdiri dari bulu primer (pertama kali muncul), bulu sekunder (yang sudah sempurna), dan bulu a xial (bulu antara). Berdasarkan sifat kualitatif, ayam broiler yang diamati memiliki warna putih, bentuk tubuh besar, dan pertumbuhannya cepat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mountney (1983), ayam yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih. Ayam broiler yang diamati juga sangat tenang, karena memang sifat tersebut sudah sesuai dengan tujuan produksinya yaitu menghasilkan daging. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijatna, et al . (2005) bahwa karakteristik broiler bersifat tenang sehingga sangat efektif untuk menghasilkan daging. Kemudian ayam ini memiliki jengger lebih kecil dari ayam layer, inilah yang menyebabkan perbedaan antara ayam broiler dan ayam layer. Ayam yang diamati jengger berwarna merah agak pucat, padahal harusnya berwarna merah cerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa produktivitas ayam broiler yang diamati sudah mulai menurun. Ayam broiler juga memiliki shank yang pendek dan kuat untuk menopang tubuhnya yang besar.
17
Berdasarkan sifat kuantitatif, ayam broiler yang diamati memiliki bobot badan 1,15. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Amrullah (2003) bahwa broiler mampu menghasilkan bobot badan 1,5-1,9 kg/ekor pada usia 5-6 minggu. P anjang tubuh ayam broiler tidak jauh berbeda dengan ayam layer namun dada ayam broiler lebih lebar dibanding dengan ayam layer karena terdapat banyak daging di dalamnya. Sedangkan panjang paha bawah dan panjang kaki broiler lebih pendek dibanding dengan ayam layer dan ayam kampung guna untuk menopang tubuhnya yang besar.
4.2.3. Ayam Ras Petelur/Layer
Ayam layer atau yang lebih akrab disebut dengan ayam petelur memiliki jengger yang bertipe single untuk mendapatkan angka fertilitas yang tinggi ketika dikawinkan. Kebanyakan ayam sekarang memiliki comb tipe single. Hal ini karena tipe ini memiliki angka fertilitas yang paling tinggi dibandingkan tipe jengger yang lain, ayam masa sekarang sudah mengalami banyak pemuliaan baik di bidang jengger ataupun sifat sifat yang lain. Jengger ayam layer bisa menjadi suatu cara untuk melihat tingkatan produktivitas ayam tersebut. Jika jengger ayam itu berwarna merah terang maka ayam itu lagi dalam masa produktivitas yang baik dan sebaliknya jika warna jenggernya merah pucat maka ayam itu sedang tidak dalam masa produktivitas maksimalnya. Bagian badan bulu yang menyelimuti ayam ini adalah tipe contur , pada bagian kepala sebagian kecil bertipe filoplumulae kebanyakan sudah menjadi plumulae. Bagian di bawah sayap bulu bertipe plumulae. Bulu pada ayam ini tidak terpaut dengan jenis kelamin. Bagian kaki ayam tipe layer ini memiiki kaki yang lebih panjang dari ayam broiler namun tidaak lebih panjang dari ayam kampung. Bagian kaki atau shank dapat pula diukur tingkat
18
produktivitasnya. Jika shank itu berwarna kuning pucat maka ayam ini dalam tingkat produktivitas yang bagus, dan sebaliknya jika shank berwarna kuning terang maka ayam ini sedang dalam tingkat produktivitas yang tidak maksimal. Dalam shank ini terdapat dua pigmen yaitu lipocrom dan melanin. Lipocrom sendiri adalah pigmen yang menghasilkan warna kuning dan melanin adalah pigmen yang menghasilkan warna hitam. Jika shank berwarna pucat maka sebagian besar lipocrom digunakan untuk pembuatan kuning telur yang menyebabkan ayam sedang dalam kondisi produktif. Betina memiliki taji yang tidak berkembang dan pada jantan memiliki taji yang berkembang. Ayam tipe layer ini memiliki sifat yang lebih sensitif dibandingkan ayam broiler, jadi jika ingin memiliki peternakan ayam layer kita harus memikirkan faktor lingkungan apa saja yang dapat mengganggu ayam dan dapat mempengaruhi produktivitasnya. Ada pula cara untuk mengetahui produktivitas dengan menghitung jarak tulang pubis kiri dan kanan dan jarak antara tulang sternum ke anus. Jika jarak antar tulang pubis adalah tiga jari atau lebih maka ayam ini produktivitasnya tinggi, dan jika jarak dari tulang sternum ke anus adalah 4 jari atau lebih maka dapat dikatakan produktivasnya juga tinggi.
4.2.4. Ayam Kampung Jantan
Ayam kampung atau ayam lokal ini memiliki sifat yang agresif dan sangat lincah dibanding ayam broiler dan ayam layer. Ayam ini memiliki tubuh yang relatif besar dan terlihat gagah. Bagian kepala ayam ini memiliki aksesoris yang lengkap yaitu jengger dan pial yang besar. Bentuk dari jengger ayam ini adalah tipe single. Jenger dan pial dari ayam kampung jantan ini lebih besar dan tebal dibandingkan ayam broiler dan ayam layer. Tujuan dari pemotongan ayam ini adalah selain dari efisiensi ransum adalah dari sifatnya yang agresif dan ini
19
dilakukan untuk mencegah ayam ini mematuki ayam yang lain atau kanibalisme. Paruh pada ayam ini pun biasanya dipotong atau de beaking. Bagian badan, bulu tipe contur lebih panjang dibandingkan ayam kampung betina. Pemotongan paruh ini umumnya dilakukan hanya pada ayam kampung jantan dan tipe ayam broiler tidak akan melakukan pemotongan ini. Hal ini dikarenakan jika ayam broiler melakukan de beaking ini menjadi kegiatan yang tidak efisien karena masa pemeliharaannya yang amat pendek dibandingkan ayam kampung jantan. Selain di badan, bulu contur yang panjang juga berada di bagian ekor. Bagian bawah sayap bulunya sudah tidak ada tipe plumulae. Ayam ini pun warna bulu tidak terpaut dengan jenis kelamin. Bagian kaki ayam kampung jantan memiliki kaki yang besar dan tinggi, ini selaras dengan sifatnya yang agresif. Ayam kampung jantan ini taji pun berkembang baik dan memiliki ukuran yang besar. Ayam ini pun jika sudah menjadi olahan memilki rasa yang unik dan memilki penikmatnya tersendiri.
4.2.5. Ayam Kampung Betina
Ayam betina dara, jengger berwarna merah cerah dan berukuran relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan ayam yang sudah bertelur. Sedangkan ayam yang sudah bertelur jenggernya berukuran relatif lebih besar namun jengger berwarna pucat. Warna jengger ini dapat menjadi indikator produktivitas ayam petelur. Jika jengger berwarna merah pucat maka produksi telur semakin banyak begitu pula dengan semakin bertambahnya usia maka ukuran jengger semakin besar namun warna jengger akan semakin pucat hingga akhirnya jika ayam tersebut afkir dapat dilihat dari warna jengger yang cenderung berwana pucat keputihan. Bulu ayam dara biasanya tersusun rapi, sementara ayam yang sudah bertelur bulunya akan lebih barantakan dan tidak rapi. Ayam mengalami masa-masa
20
perontokan bulu yang disebut molting . Saat molting maka produksi telur akan terhenti dan akan berproduksi kembali setelah bulu kembali tumbuh. Bulu berdasarkan letaknya dibedakan menjadi 5 bagian yaitu reminges (bulu pada sayap), retrices (bulu pada ekor), tetrices (bulu yang menutupi badan), parapterium (bulu antara baan dan sayap) dan alaspuria (bulu pada jari-jari kaki) ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1991). Bulu pada sayap ayam dibagi atas 3 bagian, yaitu bulu primer, bulu sekunder dan bulu axial. Bulu primer berada dibagian depan sayap dan bulu sekunder berada di bagian belakang sayap sementara bulu axial berada diantara bulu primer dan sekunder. Ciri yang menonjol dari bulu axial yaitu berukuran lebih pendek dibandingkan dengan bulu promer dan bulu sekunder. Selain itu warna sisik kaki ( shank ) menunjukan tingkat produktivitas pada ayam petelur. Warna shank yang pudar menandakan bahwa produktivitas telur yang tinggi. hal ini karena pigmen lipochrom pada epidermis berasal dari karotenoid pakan. Ketika ayam sedang bereproduksi pigmen kuning digunakan untuk pembentukan warna yolk apabila pigmen dari ransum kurang maka pigmen pigmen dari shank akan dimobilisasi sehingga terjadi pemucatan. Semakin pudar warna shank maka semakin tinggi produksi telur. Hal ini juga terlihat pada warna shank antara ayam dara dan ayam yang telah bertelur. Ayam dara warna shank jauh lebih cerah dibandingkan ayam yang telah bertelur sesuai dengan pernyataan Neshiem et al . (1979).
21
V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kerangka ayam terdiri dari tulang leher (vertebrae cervicalis), tulang belakang (columna vertebralis), coracoid , pinggul (thorasic column), sayap dan kaki tersusun atas tulang seperti halnya pada organ ekstremitas pada mamalia, namun pada unggas telah bersatu dan memanjang 2. Ayam broiler memiliki warna putih, bentuk tubuh besar, pertumbuhannya cepat, sangat tenang, jengger kecil, paha bawah dan kaki broiler lebih pendek guna untuk menopang tubuhnya yang besar 3. Ayam layer memiliki sifat sensitif, bertubuh besar, kaki yang panjang dan gerak yang lebih lincah dibandng broiler 4. Ayam kampung jantan memiliki sifat yang agresif dan sangat lincah, tubuh yang relatif besar dan terlihat gagah, kaki yang besar dan tinggi, dan taji berkembang baik 5. Ayam kampung betina ukurannya lebih kecil dibanding ayam kampung jantan dengan jengger yang kecil dan taji yang berukuran kecil
22
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broile, Ed ke-1. Bogor: Lembaga Satu Gunung Budi. Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah: Srigandono, B. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Cahyono B. 1995. Beternak Ayam Buras. CV. Aneka, Yogyakarta. Eko, P. T. 2002. New Lohmann Broiler Berubah untuk Meningkatkan Produksi. Majalah Invovet. Jakarta. Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler . Ciganjur: PT. Agromedia Pustaka: Jakarta. Garnida. D. 2003. Modul Praktikum Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNPAD: Jatinangor. Hardjosubroto, W. dan M. Astuti. 1993. Buku Pintar Peternakan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta. Hutt. E.B. 1949. Genetics of the Fowl . New York, McGraw-Hill. p: 87 Indira et al . 2004. Petunjuk Praktikum Biologi. Fakultas Peternakan UNPAD: Jatinangor. Mountney, G. J. 1976. Poultry Products Technology. 2 nd Ed. #vi Publishing Company. INC. Westport. National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. 8 th Revised Ed. Washington, DC: National Academy Pres. Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1972. Poultry Production. 12th ed. Lea and Febiger, Philadelphia.
23
Nesheim MC, Austic RE, Card LE. 1979. Poultry Production. Ed ke-12. Philadelphia: Lea and Febiger. North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed . AVI Pub. Co. Inc., Westport, Connecticut. Radiopoetra, 1991. Zoologi. Penerbit Erlangga: Jakarta. Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging . Penebar Swadaya: Jakarta. Rasyaf. M. 2004. Beternak ayam Petelur Edisi ke Sembilan Belas. PT Penebar Swadaya: Jakarta. Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging, cet. ke-26 . Penebar Swadaya: Jakarta Sarwono. B .1993. Ragam Ayam Piaraan Edisi ke Enam. PT Penebar Swadaya: Jakata. Siregar, A.P., M. Sabrani dan S. P Ramu. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Penerbit Margie Group: Jakarta. Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Cetakan ke-2. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya: Depok. Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Depok. Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di Indonesia. Margie Group: Jakarta. Suroprawiro, P., A.P. Siregar, dan M. Sabrani. 1981. Teknik Beternak Ayam Ras di Indonesia. Margie Group. Jakarta. Yuwanta, T. 2004. Ilmu Ternak Unggas. Kanisius: Yogyakarta.
View more...
Comments