Laporan Workshop PMKP

September 1, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Workshop PMKP...

Description

 

 

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Kegiatan dengan  judul Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) dalam SNARS Edisi 1.1 ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wasalam, sahabat, keluarga serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan workshop ini dibuat dengan tujuan memenuhi laporan kegiatan yang di Tugaskan oleh RSU Az-Zahra Kalirejo untuk memperdalam pemahaman tentang PMKP itu sendiri serta untuk menjadi pacuan membentuk Tim PMKP di RSU Az-Zahra. Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kegiatan ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki penyusuan laporan selanjutnya. Terimakasih penulis ucapkan kepada Direktur serta Owner RSU Az-Zahra yang telah memberikan saya kesempatan untuk mengikuti kegiatan Workshop tersebut . Terimakasih juga pada semua pihak yang telah membantu dalam mempersiapkan keberangkatan saya untuk workshop ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermnfaat bagi penulis khususnya dan bagi RSU Az-Zahra Kalirejo Lampung Tengah.

Jakarta, Desember 2019

Penulis

 

LAPORAN KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)   DALAM SNARS EDISI 1.1 

RSU AZ-ZAHRA KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN 2019

 

BAB I PENDAHULUAN

A. 

LATAR BELAKANG

Tata kelola Rumah Sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi managemen

Rumah

Sakit yang

berdasarkan

prinsip-prinsip

transparansi,

akuntabilitas, independensi independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi managemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, auit klinik, data klinik, risiko klinis berbsis bukti,  peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan,  pengenbangan profesional dan akreditasi Rumah Sakit. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun tahun sekali. Dalam PERMENKES RI  No. 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi berbunyi akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi. PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangku input,  proses dan output secara objektif, sisematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalahmasalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan berdaya guna dan  berhasil guna. Program peningkatan mutu adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan rumah sakit sakit dalam meningkatkan mutu layanannya. layanannya. Tujuan peningkatan peningkatan mutu secara keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik.

 

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

A.  WAKTU DAN TEMPAT a.  Waktu

Kegiatan Workshop PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) dilaksanakan dalam 2 (dua) hari pada tanggal 3-4 Desember 2019. b.  Tempat

Adapun pelaksanaan Workshop PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) di Puri Agung Lantai 2 Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Pusat.

B.  HASIL WORKSHOP

a)   Narasumber

: DR. dr. Sutoto, M.Kes

a.  Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dalam SNARS edisi 1.1

  Rumah Sakit harus membangun budaya belajar (learning culture), culture) ,



melihat RS Indonesia kesulitan SNARS membentuk Sistem Managemen Dokumen Akreditasi (SISMADAK), SIRSAK dan ReDOWSKo karna tanpa dukungan teknologi informasi RS akan ketinggalan.

  Asuhan pasien 4.0 adalah asuhan pasien yang terkini, modern dan



distandarkan dalam SNARS edisi 1 yang berbasis Patient Centred Care dan asuhan pasien terintegrasi, dilaksanakan oleh PPA (profesional

pemberi

asuhan)

sebagai

tim

berkolaborasi

interprofessional dengan kompetensi untuk kolaborasi, asuhan  pasiennya didokumentasi dalam CPPT melalui IT dalam SIRSAK.

  Fungsi SISMADAK yaitu untuk menyimpan dokumen regulasi,



dokumentasi bukti, managemen mutu yang terseda 78 indikator mutu RS seperti indikator mutu klinik , mutu managemen dan sasaran keelamatan pasien, laporan I.K.P, bahan edukasi dan

 

simulasi, penimpanan sumber info obat, penyimpanan STR dan SIP, SPK RKK.

  RME merupakan rekaman/catatan elektronik informasi terkait



kesehatan (health-related information) seseorang yang mengikut standar interoperabilitas nasional dan dapat dibuat, dikumpulkan, dikelola, digunakan dan dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berhak pada lebih dari satu organisasi pelayanan kesehatan.  b.  Managemen Risiko dalam SNARS edisi 1.1

  Resiko adalah potensi kehilangan sesuatu yang bernilai atau



interaksi yang disengaja dengan ketidakpastian dan persepsi risiko adalah penilaian yang subjektif.

  Pedekatan terhadap managemen resiko adalah sebagai proses



 belajar dimana managemen resiko harus terintegrasi , integrasi antara resiko yang bisa terkait dengan hukum, complain pasien , safety, finansial, lingkungan, organisasi.

  Tujuan PMKP adalah meningkatkan mutu secara keseluruhan



dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf  baik dalam proses klinis maupun lingkungan lingkungan fisik.

  Topik area PMKP pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan



keselamatan pasien, memilih memili h indikator mengumpulkan data untuk monitoring mutu ,validasi dan analisis data mencapai dan mempertahankan managemen risiko

  PMKP 12 Program managemen resiko berkelanjutan digunakan



untuk melakukan identifikasi dan mengurangi cedera dan mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.

  Komponen managemen resiko dalam SNARS ed 1.1 yaitu



identitas risiko, prioritas risiko, pelaporan risiko, managemen risiko, investigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan managemen terkait tuntutan (klaim).

 

  Daftar proses berisiko yaitu managemen pengobatan, risiko jatuh,



 pengendalian infeksi, gizi , resiko peralatan dan risiko sebagai akbat kondisi yang sudah lama berlangsung. c.  Sasaran keselamatan pasien   SKP 1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin 

ketepatan (akurasi) identifikasi pasien

  SKP 2 Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan



 proses meningkatkn efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar profesional pemberi asuhan (PPA).

  SKP 2.1 Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk proses



 pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis.

  SKP 2.2 Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan proses



komunikasi “serah terima” ( hand over). Metoda serah terima asuhan pasien secara tertulis, verbal, direkam , disamping pasien.

  Standar SKP 3 Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk



melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai.

  SKP 3.1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan



 proses mengelola penggunaan elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu.

  SKP 4 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan



 proses memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien yang menjalani tindakan dan prosedur.

  SKP 4.1 rumah sakit melaksanakan prosedur bedah yang aman



dengan

menggunakan

“surgical

safety

check

list”

serta

memastikan terlaksananya proses time-out di kamar operasi sebelum operasi dimulai, dimulai, untuk untuk memastikan tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien yang menjalani tindakan dan prosedur. prosedur.

 

  SKP 5 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan



dan melaksanakan “evidence“evidence- based  based hand hygiene guidelines” untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan.

  SKP 6 rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan



 proses mengurangi risiko pasien jatuh.

d.  Peran penilaian kinerja staf klinis dalam peningkatan mutu pelayanan.

  Penilaian kinerja staf klinis , disarankan berbasis teknologi



informasi mulai dari pengumpulan, pelaporn, analisis, validasi, serta publikasi data.

  PMKP 2.1 Rumah sakit menyediakan teknologi dan dukungan



lainnya untuk mendukung sistem managemen data pengukuran mutu

terintegrasi

sesuai

dengan

perkembangan

teknologi

informasi.

  KKS 11 Rumah sakit melaksanakan proses yang seragam untuk



melaksanakan evaluasi mutu dan keselamatan asuhan pasien yang diberikan oleh setiap anggota staf medis dngan cara melakukan monitoring ddan evaluasi kinerja staf medis berkelanjutan adalah  proses dengan kegiatan terus menerus mengumpulkan da menganalisis data serta informasi tentang sikap, perkembangan  profesional, hasil dari layanan klinisanggota staf medis.

  Penilaian



monitoring

dan

evaluasi

praktik

profesional

 berkelanjutan meliputi 3 area yaitu perilaku, pengembangan  profesional dan kinerja klinis

 b)   Narasumber

: dr. Nico A Lumenta, K.nefro,MM, K.nefro,MM, Mhkes

a.  Panduan Praktik Klinis Dan Integrated Clinical Pathway

  Asuhan pasien 4.0 : pasien centred care dan asuhan pasien



terintegrasi adalah asuhan pasien, yang modern, terkini di rumah sakit dan distandarkan dalam SNARS edisi 1 dan 1.1

 

  Berbasis pelayanan berfokus pasien / PCC ddan asuhan pasien



terintegrasi

  Dilaksanakan oleh PPA sebagai tim, yang berkolaborasi



interprofessonal dengan kompensasi untuk berkolaborasi

  Dilaksanakan dengan DNA of cae : Safety, quality, culture



  Asuhan pasien didokumentasikan terintegrasi melalui IT dalam



SIRSAK dan SISMADAK

  DPJP sebagai clinical leader



  PPA



sebagai

TIM

Interdisiplin

dengan

kolaborasi

interprofesional

  Panduan praktik klinis dan alur klinis, clinical pathway adalah



suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu/terintegrasi yang merangkum setiap langkah yang diberikan pada pasien, yang  berdasarkan

standar

pelayanan

medis,

standar

pelayanan

keperawatan & standar pelayanan PPA lainnya yang berbasis  bukti dengan hasil terukur, pada jangka waktu tertentu selama  pasien dirawat di RS.  b.  Keselamatan pasien rumah sakit dan sistem pelaporan

  Kerangka kerja komperhensif keselamatan pasien rumah sakit



Upaya kusus (baru) kselamatan pasien

  7 langkah menuju keselamatan pasien RS : bangun kesadaran



akan nilai keselamatan pasien, pimpin dan dukung staf anda, integrasikan aktivitas risiko, kembangkan sistem pelaporan, libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, belajar dn berbagi  pengalaman tentang KP, cegah cedera melalui implementasi sistem KP.

  7 standar keselamatan pasien RS dan akreditasi : hak pasien,



mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan asuhan  berkesinambungan, penggunaan metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan KP, peraan

 

kepemimpinanan dalam meningkatkan KP, mendidik staf tentang KP, komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai KP.

  6 sasaran keselamatan pasien Rumah Sakit : mengidentifikasi



 pasien dengan benar, meningkatkan komuniaksi yang efektif, meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai, memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,  pembedahan pada pasien yang benar, mengurangi infeksi terkait  pelayanan kesehatan, mengurngi risiko cedera akibat jatuh.

  Sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di RS



  Laporan Insiden RS (Internal) Pelaporan secara tertulis setiap



kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian tidak cedera (KTC) atau kondisi potensial cedera (KPC) yang menimpa pasien.

  Laporan Insiden keselamatan pasien ke KNKP (Eksternal)



Pelaporan secara anonim dan elektronik ke KKPRS setiap Kejadian Tidak diharapkan (KTD) atau Kejadian Tidak Cedera (KTC) atau sentinel event yang terjadi pada PASIEN dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya. c.  Budaya Keselamatan Passien dan Pengukurannya

  Asuhan pasien “DNA of Care” PPA perlu memliki ini, safety ,



quality and culture.

c)   Narasumber

: DR. Diyurman Gea, S.Kom., MM

“SISMADAK (Sistem Managemen Dokumen) Dalam Standar SNARS” SNARS”  

  Penataan dokumen secara tradisional Vs SISMADAK



Pencarian lebih mudah , biaya murah, hitorical, dapat diakses melalui intranet/internet,

mengurangi

penyebaran

virus,

terintegrasi,

 pengumpulan dokumen dokumen antar pokja menjadi mudah.

  SISMADAK : dokumen (tersimpan di server RS), Indikator mutu,



Profil RS, Laporan IKP (Insiden Keselamatan Pasien)

 

  SIRSAK (sistem informasi RS) : data Pasien, Data PPA(Profesional



 pemberi asuhan), rekam medis (asesmen awal + ulang), asuhan terintegrasi (medis, keperawatan, gizi, farmasi), Inventori obat dan alat penunjang. d)   Narasumber

: dr. Luwiharsih, MSc

a.  Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien

  Pengelolaan kegiatan PMKP



  Standar PMKP 1 Rumah Sakit mempunyai komite/tim atau



 bentuk oraganisasi lainnya yang kompeten untuk mengelola kegiatan PMKP sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Komite / tim PMKP perlu menyusun , Pedoman Kerja : suatu



standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan komite/tim PMKP untuk mencapai tujuan PMKP di RS.

Program Kerja : susunan daftar kegiatan

 peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang dirancang untuk dilaksanakan

dalam

satu

periode

(3tahun)

kepengurusan

komite/tim PMKP

  Standar PMKP 2 Rumah Sakit mempunyai referensi terkini



tentang peningkatan mutu keselamatan pasien berdasarkan ilmu  pengetahuan dan informasi terkini dan perkembangan konsep  peningkatan mutu dan keselamatan keselamatan pasien.

  Standar PMKP 2.1 Rumah Sakit menyediakan teknologi dan



dukungan lainnya untuk mendukung sistem managemen data  pengukuran mutu terintegrasi sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.

  Standar PMKP 3 Rumah Sakit mempunyai program pelatihan



 peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk pimpinan rumah sakit dan semua staf yang terlibat dalam pengumpulan, analisis dan validasi data mutu.

 

  Standar PMKP 4 komite/tim PMKP atau bentuk organisasi lain



terlibat proses pemilihan pengukuran mutu pelayanan klinis  prioritas yang akan dievaluasi dan melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan pengukuran diseluruh unit di rumah sakit.

  Standar PMKP 5 Rumah Sakit memilih dan menetapkan



 pengukuran mutu pelayanan pela yanan klinis prioritas yang akan dievaluasi dan ditetapkan indikator-indikator.

  Standar PMKP 5.1 Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan



standar pelayanan kedokteran di rumah sakit untuk menunjang  pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas.

  Standar PMKP 6 Setiap unit kerja di rumah sakit memilih dan



menetapkan indikator mutu yang dipergunakan untuk mengukur mutu unit kerja.

  Standar PMKP 7 pengumpulan data merupakan salah satu



kegiatan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk mendukung asuhan pasien dan managemen rumah sakit lebih baik. Ini yang dimaksudkan dalam 12 indikator mutu nasional oleh kemenkes.

  Standar PMKP 7.1 analsis data merupakan salah satu kegiatan



 program peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk mendukung asuhan pasien dan managemen rumah sakit.

  Standar PMKP 7.2 program PMKP prioritas di rumah sakit telah



dianalisis dan mempunyai dampak terhadap peningkatan mutu dan efisiensi biaya pertahun.

  Standar PMKP 8 Rumah sakit mempunyai regulasi validasi data



indikator area klinik yang baru atau mengalami perubahan dan data yang akan dipublikasikan. Regulasi ini diterapkan dengan menggunakan proses internal validasi data.

  Standar PMKP 9 Rumah sakit menetapkan sistem pelaporan



insiden keselamatan pasien baik internal maupun eksternal.

 

  Standar PMKP 9.1 Rumah sakit telah menetapkan jenis kejadian



sentinel melaporkan dan melakukan analisis akar masalah (root cause analysis).

  Standar PMKP 9.2 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk



melakukan

analisis

data

KTD

dan

mengambil

langkah

tindaklanjut.

  Standar PMKP 9.3 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk



analisis kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian tidak cedera (KTC).

  Standar PMKP 10 ada pengukuran dan evaluasi budaya



keselamatan pasien dan evaluasi kepuasan pasien dan keluarga (ada kuesionernya)

  Standar PMKP 11 peningkatan mutu dan keselamatan pasien



dicapai dan dipertahankan.

  Standar PMKP 12 program managemen risiko berkelanjutan



digunakan untuk melakukan identifikasi dan mengurangi cidera dan mengurangi resiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.  b.  Program Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis Prioritas

  Syang bertanggung jawab memilih dan menetapkan prioritas



 pengukuran dan perbaikan diseluruh rumah sakit adalah tanggung  jawab direktur utama RS (TKRS 4)

  Yang dimaksud dengan pelayanan klini prioritas adalah



 pelayanan spesialistik dan pelayanan sub spesialistik

  Standar TKRS 5 direktur rumah sakit memprioritaskan proses di



RS yang akan diukur, program PMKP yang akan diterapkan, dan  bagaimana mngukur keberhasilan dalam upaya di seluruh rumah sakit ini.

 

c.  Pemilihan dan Pengumpulan Data

  7 dimensi mutu pelayanan kesehatan : aman, berorientasi pada



 pasien, efektif, tepat waktu, efisien, kesetaraan/adil

  Three types of measures : Pengukuran hasil (outcome measure),



 pengukuran proses (proses measure), pengukuran penyeimbangan (balancing measure).

  Pemilihan indikator kinik : prioritas tinggi, sederhana, mulai



dengan sedikit indikator, data tersedia, ditingkatkan secara  bertahap, dampak terhadap pengguna dan pelayanan, mengukur  berbagai dimensi mutu. d.  Analisa dan Validasi Indikator Mutu

  Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi



informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan  bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang  berkaitan dengan pengukuran pengukuran mutu.

  Analisa menggunakan grafik sangat membantu memperlihatkan



 perubahan apakah menuju perbaikan sesuai yang diharapkan. Gunakan alat statistik seperti run charts, histograms, pareto charts.

  PDSA menggunakan empat tahap pendekatan. 1)  Plan adalah



mengidentifikasi tahap perubahan untuk perbaikan, 2) Do 2)  Do adalah  adalah tahap menguji perubahan yang telah dilakukan, 3)  3)   Study  Study  adalah tahap meneliti keberhasilan perubahan; 4)  4)   Act   adalah tahap mengidentifikasi adaptasi dan menginformasikan siklus baru.

  Validasa data tujuan nya monitoring akurasi data yang



dikumpulkan,

verifikasi

bahwa

pengambilan

data

adalah

konsisten dan reproducible, verifikasi ekspektasi tentang volume data yang dikumpulkan.

 

e)   Narasumber

: dr. Bambang Tutuko Sp.An Sp.An KIC

a.  Analisis laporan insiden / Root Cause Analysis (RCA)

  Analisis dan rencana tindakan selesai dalam waktu 45 hari setelah



kejadian. Tujuan AAM (analisis akar masalah) adalah agar rumah sakit dapat mengerti dengan baik dan komperhensif asal kejadian. Apabila AAM menunjuka perbaikan sistem atau tindakan lain dapat mengurangi risiko seperti itu terjadi lagi, rumah sakit merancang ulang proses dan mengambil tindakan yang perlu dilakukan. Kejadian sentinel indikator terkait dengn pelanggaran hukum (lihat TKRS 1.1)

  Analisis akar penyebab adalah suatu proses identifikasi faktor



dasar atau faktor penyebab yg mendasari suatu variasi dalam unjuk

kerja/hasil,

termasuk

kekerapan

atau

kemungkinan

terjadinya suatu kejadian sentinel.

  Kejadian sentinel adalah suatu peristiwa yg tidak terduga yg



menyangkut kematian, atau cedera fisik atau cedera psikologis yg serius, atau risiko dari padanya.

  7 kelompok langkah JCI Edisi 4 yaitu insiasi dan rumuskan



masalah, tetapkan peristiwa sentinel, tetapkan critical event/cmp, tetapkan akar masalah, tetapkan upaya penanggulangan risiko, uji coba upaya penanggulangan risiko, uji coba upaya implementasi upaya penanggulangan risiko.  b.  Failure Mode And Effect Analysis

  FMEA adalah metode perbaikan proses kinerja dengan



mengindentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Proses proaktif, dimana kesalahan dicegah & diprediksi sebelum terjadi.

  Delapan



langkah

FMEA

(analisis

modus

dampaknya (JCI)  

Tetapkan topik FMEA dan bentuk tim

 

Gambarkan alur proses

kegagalan

&

 

 

Identifikasi modus kegagalan & dampaknya

 

Identifikasi prioritas modus kegagalan

 

Identifikasi akar penyebab modus kegagalan

Disain ulang proses   Analisis dan test proses baru    

Implementasi dan monitor proses baru

 

C.  BIAYA SELAMA KEGIATAN WORKSHOP

a.  Biaya Pendaftaran : Rp. 3.500.000  b.  Biaya Transportasi :

  Tiket Pesawat : Rp. 602.000   Biaya menuju bandara : Rp. 300.000





  Biaya menuju hotel : Rp. 136.000



c.  Biaya Makan : Rp. 300.000 TOTAL BIAYA : Rp. 4.838.000

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF