Laporan Workshop PMKP
September 1, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Workshop PMKP...
Description
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Kegiatan dengan judul Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) dalam SNARS Edisi 1.1 ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Salallahu’alaihi wasalam, sahabat, keluarga serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan workshop ini dibuat dengan tujuan memenuhi laporan kegiatan yang di Tugaskan oleh RSU Az-Zahra Kalirejo untuk memperdalam pemahaman tentang PMKP itu sendiri serta untuk menjadi pacuan membentuk Tim PMKP di RSU Az-Zahra. Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kegiatan ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki penyusuan laporan selanjutnya. Terimakasih penulis ucapkan kepada Direktur serta Owner RSU Az-Zahra yang telah memberikan saya kesempatan untuk mengikuti kegiatan Workshop tersebut . Terimakasih juga pada semua pihak yang telah membantu dalam mempersiapkan keberangkatan saya untuk workshop ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermnfaat bagi penulis khususnya dan bagi RSU Az-Zahra Kalirejo Lampung Tengah.
Jakarta, Desember 2019
Penulis
LAPORAN KEGIATAN WORKSHOP PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) DALAM SNARS EDISI 1.1
RSU AZ-ZAHRA KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN 2019
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tata kelola Rumah Sakit yang baik adalah penerapan fungsi-fungsi managemen
Rumah
Sakit yang
berdasarkan
prinsip-prinsip
transparansi,
akuntabilitas, independensi independensi dan responsibilitas, kesetaraan dan kewajaran. Tata kelola klinis yang baik adalah penerapan fungsi managemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, auit klinik, data klinik, risiko klinis berbsis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengenbangan profesional dan akreditasi Rumah Sakit. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun tahun sekali. Dalam PERMENKES RI No. 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi berbunyi akreditasi Rumah Sakit yang selanjutnya disebut akreditasi adalah pengakuan terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit, setelah dilakukan penilaian bahwa Rumah Sakit telah memenuhi Standar Akreditasi. PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) adalah keseluruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangku input, proses dan output secara objektif, sisematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalahmasalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna. Program peningkatan mutu adalah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan rumah sakit sakit dalam meningkatkan mutu layanannya. layanannya. Tujuan peningkatan peningkatan mutu secara keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik.
BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN
A. WAKTU DAN TEMPAT a. Waktu
Kegiatan Workshop PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) dilaksanakan dalam 2 (dua) hari pada tanggal 3-4 Desember 2019. b. Tempat
Adapun pelaksanaan Workshop PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien) di Puri Agung Lantai 2 Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta Pusat.
B. HASIL WORKSHOP
a) Narasumber
: DR. dr. Sutoto, M.Kes
a. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi dalam SNARS edisi 1.1
Rumah Sakit harus membangun budaya belajar (learning culture), culture) ,
melihat RS Indonesia kesulitan SNARS membentuk Sistem Managemen Dokumen Akreditasi (SISMADAK), SIRSAK dan ReDOWSKo karna tanpa dukungan teknologi informasi RS akan ketinggalan.
Asuhan pasien 4.0 adalah asuhan pasien yang terkini, modern dan
distandarkan dalam SNARS edisi 1 yang berbasis Patient Centred Care dan asuhan pasien terintegrasi, dilaksanakan oleh PPA (profesional
pemberi
asuhan)
sebagai
tim
berkolaborasi
interprofessional dengan kompetensi untuk kolaborasi, asuhan pasiennya didokumentasi dalam CPPT melalui IT dalam SIRSAK.
Fungsi SISMADAK yaitu untuk menyimpan dokumen regulasi,
dokumentasi bukti, managemen mutu yang terseda 78 indikator mutu RS seperti indikator mutu klinik , mutu managemen dan sasaran keelamatan pasien, laporan I.K.P, bahan edukasi dan
simulasi, penimpanan sumber info obat, penyimpanan STR dan SIP, SPK RKK.
RME merupakan rekaman/catatan elektronik informasi terkait
kesehatan (health-related information) seseorang yang mengikut standar interoperabilitas nasional dan dapat dibuat, dikumpulkan, dikelola, digunakan dan dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berhak pada lebih dari satu organisasi pelayanan kesehatan. b. Managemen Risiko dalam SNARS edisi 1.1
Resiko adalah potensi kehilangan sesuatu yang bernilai atau
interaksi yang disengaja dengan ketidakpastian dan persepsi risiko adalah penilaian yang subjektif.
Pedekatan terhadap managemen resiko adalah sebagai proses
belajar dimana managemen resiko harus terintegrasi , integrasi antara resiko yang bisa terkait dengan hukum, complain pasien , safety, finansial, lingkungan, organisasi.
Tujuan PMKP adalah meningkatkan mutu secara keseluruhan
dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan lingkungan fisik.
Topik area PMKP pengelolaan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, memilih memili h indikator mengumpulkan data untuk monitoring mutu ,validasi dan analisis data mencapai dan mempertahankan managemen risiko
PMKP 12 Program managemen resiko berkelanjutan digunakan
untuk melakukan identifikasi dan mengurangi cedera dan mengurangi risiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf.
Komponen managemen resiko dalam SNARS ed 1.1 yaitu
identitas risiko, prioritas risiko, pelaporan risiko, managemen risiko, investigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan managemen terkait tuntutan (klaim).
Daftar proses berisiko yaitu managemen pengobatan, risiko jatuh,
pengendalian infeksi, gizi , resiko peralatan dan risiko sebagai akbat kondisi yang sudah lama berlangsung. c. Sasaran keselamatan pasien SKP 1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin
ketepatan (akurasi) identifikasi pasien
SKP 2 Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
proses meningkatkn efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar profesional pemberi asuhan (PPA).
SKP 2.1 Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk proses
pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis.
SKP 2.2 Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan proses
komunikasi “serah terima” ( hand over). Metoda serah terima asuhan pasien secara tertulis, verbal, direkam , disamping pasien.
Standar SKP 3 Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk
melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai.
SKP 3.1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
proses mengelola penggunaan elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan konsentrasi tertentu.
SKP 4 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
proses memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien yang menjalani tindakan dan prosedur.
SKP 4.1 rumah sakit melaksanakan prosedur bedah yang aman
dengan
menggunakan
“surgical
safety
check
list”
serta
memastikan terlaksananya proses time-out di kamar operasi sebelum operasi dimulai, dimulai, untuk untuk memastikan tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien yang menjalani tindakan dan prosedur. prosedur.
SKP 5 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan
dan melaksanakan “evidence“evidence- based based hand hygiene guidelines” untuk menurunkan risiko infeksi terkait layanan kesehatan.
SKP 6 rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
proses mengurangi risiko pasien jatuh.
d. Peran penilaian kinerja staf klinis dalam peningkatan mutu pelayanan.
Penilaian kinerja staf klinis , disarankan berbasis teknologi
informasi mulai dari pengumpulan, pelaporn, analisis, validasi, serta publikasi data.
PMKP 2.1 Rumah sakit menyediakan teknologi dan dukungan
lainnya untuk mendukung sistem managemen data pengukuran mutu
terintegrasi
sesuai
dengan
perkembangan
teknologi
informasi.
KKS 11 Rumah sakit melaksanakan proses yang seragam untuk
melaksanakan evaluasi mutu dan keselamatan asuhan pasien yang diberikan oleh setiap anggota staf medis dngan cara melakukan monitoring ddan evaluasi kinerja staf medis berkelanjutan adalah proses dengan kegiatan terus menerus mengumpulkan da menganalisis data serta informasi tentang sikap, perkembangan profesional, hasil dari layanan klinisanggota staf medis.
Penilaian
monitoring
dan
evaluasi
praktik
profesional
berkelanjutan meliputi 3 area yaitu perilaku, pengembangan profesional dan kinerja klinis
b) Narasumber
: dr. Nico A Lumenta, K.nefro,MM, K.nefro,MM, Mhkes
a. Panduan Praktik Klinis Dan Integrated Clinical Pathway
Asuhan pasien 4.0 : pasien centred care dan asuhan pasien
terintegrasi adalah asuhan pasien, yang modern, terkini di rumah sakit dan distandarkan dalam SNARS edisi 1 dan 1.1
Berbasis pelayanan berfokus pasien / PCC ddan asuhan pasien
terintegrasi
Dilaksanakan oleh PPA sebagai tim, yang berkolaborasi
interprofessonal dengan kompensasi untuk berkolaborasi
Dilaksanakan dengan DNA of cae : Safety, quality, culture
Asuhan pasien didokumentasikan terintegrasi melalui IT dalam
SIRSAK dan SISMADAK
DPJP sebagai clinical leader
PPA
sebagai
TIM
Interdisiplin
dengan
kolaborasi
interprofesional
Panduan praktik klinis dan alur klinis, clinical pathway adalah
suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu/terintegrasi yang merangkum setiap langkah yang diberikan pada pasien, yang berdasarkan
standar
pelayanan
medis,
standar
pelayanan
keperawatan & standar pelayanan PPA lainnya yang berbasis bukti dengan hasil terukur, pada jangka waktu tertentu selama pasien dirawat di RS. b. Keselamatan pasien rumah sakit dan sistem pelaporan
Kerangka kerja komperhensif keselamatan pasien rumah sakit
Upaya kusus (baru) kselamatan pasien
7 langkah menuju keselamatan pasien RS : bangun kesadaran
akan nilai keselamatan pasien, pimpin dan dukung staf anda, integrasikan aktivitas risiko, kembangkan sistem pelaporan, libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, belajar dn berbagi pengalaman tentang KP, cegah cedera melalui implementasi sistem KP.
7 standar keselamatan pasien RS dan akreditasi : hak pasien,
mendidik pasien dan keluarga, keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan, penggunaan metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan evaluasi dan meningkatkan KP, peraan
kepemimpinanan dalam meningkatkan KP, mendidik staf tentang KP, komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai KP.
6 sasaran keselamatan pasien Rumah Sakit : mengidentifikasi
pasien dengan benar, meningkatkan komuniaksi yang efektif, meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai, memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar, mengurangi infeksi terkait pelayanan kesehatan, mengurngi risiko cedera akibat jatuh.
Sistem pelaporan insiden keselamatan pasien di RS
Laporan Insiden RS (Internal) Pelaporan secara tertulis setiap
kejadian nyaris cedera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian tidak cedera (KTC) atau kondisi potensial cedera (KPC) yang menimpa pasien.
Laporan Insiden keselamatan pasien ke KNKP (Eksternal)
Pelaporan secara anonim dan elektronik ke KKPRS setiap Kejadian Tidak diharapkan (KTD) atau Kejadian Tidak Cedera (KTC) atau sentinel event yang terjadi pada PASIEN dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan solusinya. c. Budaya Keselamatan Passien dan Pengukurannya
Asuhan pasien “DNA of Care” PPA perlu memliki ini, safety ,
quality and culture.
c) Narasumber
: DR. Diyurman Gea, S.Kom., MM
“SISMADAK (Sistem Managemen Dokumen) Dalam Standar SNARS” SNARS”
Penataan dokumen secara tradisional Vs SISMADAK
Pencarian lebih mudah , biaya murah, hitorical, dapat diakses melalui intranet/internet,
mengurangi
penyebaran
virus,
terintegrasi,
pengumpulan dokumen dokumen antar pokja menjadi mudah.
SISMADAK : dokumen (tersimpan di server RS), Indikator mutu,
Profil RS, Laporan IKP (Insiden Keselamatan Pasien)
SIRSAK (sistem informasi RS) : data Pasien, Data PPA(Profesional
pemberi asuhan), rekam medis (asesmen awal + ulang), asuhan terintegrasi (medis, keperawatan, gizi, farmasi), Inventori obat dan alat penunjang. d) Narasumber
: dr. Luwiharsih, MSc
a. Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien
Pengelolaan kegiatan PMKP
Standar PMKP 1 Rumah Sakit mempunyai komite/tim atau
bentuk oraganisasi lainnya yang kompeten untuk mengelola kegiatan PMKP sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Komite / tim PMKP perlu menyusun , Pedoman Kerja : suatu
standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan komite/tim PMKP untuk mencapai tujuan PMKP di RS.
Program Kerja : susunan daftar kegiatan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang dirancang untuk dilaksanakan
dalam
satu
periode
(3tahun)
kepengurusan
komite/tim PMKP
Standar PMKP 2 Rumah Sakit mempunyai referensi terkini
tentang peningkatan mutu keselamatan pasien berdasarkan ilmu pengetahuan dan informasi terkini dan perkembangan konsep peningkatan mutu dan keselamatan keselamatan pasien.
Standar PMKP 2.1 Rumah Sakit menyediakan teknologi dan
dukungan lainnya untuk mendukung sistem managemen data pengukuran mutu terintegrasi sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.
Standar PMKP 3 Rumah Sakit mempunyai program pelatihan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk pimpinan rumah sakit dan semua staf yang terlibat dalam pengumpulan, analisis dan validasi data mutu.
Standar PMKP 4 komite/tim PMKP atau bentuk organisasi lain
terlibat proses pemilihan pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas yang akan dievaluasi dan melakukan koordinasi dan integrasi kegiatan pengukuran diseluruh unit di rumah sakit.
Standar PMKP 5 Rumah Sakit memilih dan menetapkan
pengukuran mutu pelayanan pela yanan klinis prioritas yang akan dievaluasi dan ditetapkan indikator-indikator.
Standar PMKP 5.1 Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan
standar pelayanan kedokteran di rumah sakit untuk menunjang pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas.
Standar PMKP 6 Setiap unit kerja di rumah sakit memilih dan
menetapkan indikator mutu yang dipergunakan untuk mengukur mutu unit kerja.
Standar PMKP 7 pengumpulan data merupakan salah satu
kegiatan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk mendukung asuhan pasien dan managemen rumah sakit lebih baik. Ini yang dimaksudkan dalam 12 indikator mutu nasional oleh kemenkes.
Standar PMKP 7.1 analsis data merupakan salah satu kegiatan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien untuk mendukung asuhan pasien dan managemen rumah sakit.
Standar PMKP 7.2 program PMKP prioritas di rumah sakit telah
dianalisis dan mempunyai dampak terhadap peningkatan mutu dan efisiensi biaya pertahun.
Standar PMKP 8 Rumah sakit mempunyai regulasi validasi data
indikator area klinik yang baru atau mengalami perubahan dan data yang akan dipublikasikan. Regulasi ini diterapkan dengan menggunakan proses internal validasi data.
Standar PMKP 9 Rumah sakit menetapkan sistem pelaporan
insiden keselamatan pasien baik internal maupun eksternal.
Standar PMKP 9.1 Rumah sakit telah menetapkan jenis kejadian
sentinel melaporkan dan melakukan analisis akar masalah (root cause analysis).
Standar PMKP 9.2 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
melakukan
analisis
data
KTD
dan
mengambil
langkah
tindaklanjut.
Standar PMKP 9.3 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk
analisis kejadian nyaris cedera (KNC) dan kejadian tidak cedera (KTC).
Standar PMKP 10 ada pengukuran dan evaluasi budaya
keselamatan pasien dan evaluasi kepuasan pasien dan keluarga (ada kuesionernya)
Standar PMKP 11 peningkatan mutu dan keselamatan pasien
dicapai dan dipertahankan.
Standar PMKP 12 program managemen risiko berkelanjutan
digunakan untuk melakukan identifikasi dan mengurangi cidera dan mengurangi resiko lain terhadap keselamatan pasien dan staf. b. Program Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis Prioritas
Syang bertanggung jawab memilih dan menetapkan prioritas
pengukuran dan perbaikan diseluruh rumah sakit adalah tanggung jawab direktur utama RS (TKRS 4)
Yang dimaksud dengan pelayanan klini prioritas adalah
pelayanan spesialistik dan pelayanan sub spesialistik
Standar TKRS 5 direktur rumah sakit memprioritaskan proses di
RS yang akan diukur, program PMKP yang akan diterapkan, dan bagaimana mngukur keberhasilan dalam upaya di seluruh rumah sakit ini.
c. Pemilihan dan Pengumpulan Data
7 dimensi mutu pelayanan kesehatan : aman, berorientasi pada
pasien, efektif, tepat waktu, efisien, kesetaraan/adil
Three types of measures : Pengukuran hasil (outcome measure),
pengukuran proses (proses measure), pengukuran penyeimbangan (balancing measure).
Pemilihan indikator kinik : prioritas tinggi, sederhana, mulai
dengan sedikit indikator, data tersedia, ditingkatkan secara bertahap, dampak terhadap pengguna dan pelayanan, mengukur berbagai dimensi mutu. d. Analisa dan Validasi Indikator Mutu
Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan pengukuran pengukuran mutu.
Analisa menggunakan grafik sangat membantu memperlihatkan
perubahan apakah menuju perbaikan sesuai yang diharapkan. Gunakan alat statistik seperti run charts, histograms, pareto charts.
PDSA menggunakan empat tahap pendekatan. 1) Plan adalah
mengidentifikasi tahap perubahan untuk perbaikan, 2) Do 2) Do adalah adalah tahap menguji perubahan yang telah dilakukan, 3) 3) Study Study adalah tahap meneliti keberhasilan perubahan; 4) 4) Act adalah tahap mengidentifikasi adaptasi dan menginformasikan siklus baru.
Validasa data tujuan nya monitoring akurasi data yang
dikumpulkan,
verifikasi
bahwa
pengambilan
data
adalah
konsisten dan reproducible, verifikasi ekspektasi tentang volume data yang dikumpulkan.
e) Narasumber
: dr. Bambang Tutuko Sp.An Sp.An KIC
a. Analisis laporan insiden / Root Cause Analysis (RCA)
Analisis dan rencana tindakan selesai dalam waktu 45 hari setelah
kejadian. Tujuan AAM (analisis akar masalah) adalah agar rumah sakit dapat mengerti dengan baik dan komperhensif asal kejadian. Apabila AAM menunjuka perbaikan sistem atau tindakan lain dapat mengurangi risiko seperti itu terjadi lagi, rumah sakit merancang ulang proses dan mengambil tindakan yang perlu dilakukan. Kejadian sentinel indikator terkait dengn pelanggaran hukum (lihat TKRS 1.1)
Analisis akar penyebab adalah suatu proses identifikasi faktor
dasar atau faktor penyebab yg mendasari suatu variasi dalam unjuk
kerja/hasil,
termasuk
kekerapan
atau
kemungkinan
terjadinya suatu kejadian sentinel.
Kejadian sentinel adalah suatu peristiwa yg tidak terduga yg
menyangkut kematian, atau cedera fisik atau cedera psikologis yg serius, atau risiko dari padanya.
7 kelompok langkah JCI Edisi 4 yaitu insiasi dan rumuskan
masalah, tetapkan peristiwa sentinel, tetapkan critical event/cmp, tetapkan akar masalah, tetapkan upaya penanggulangan risiko, uji coba upaya penanggulangan risiko, uji coba upaya implementasi upaya penanggulangan risiko. b. Failure Mode And Effect Analysis
FMEA adalah metode perbaikan proses kinerja dengan
mengindentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi. Proses proaktif, dimana kesalahan dicegah & diprediksi sebelum terjadi.
Delapan
langkah
FMEA
(analisis
modus
dampaknya (JCI)
Tetapkan topik FMEA dan bentuk tim
Gambarkan alur proses
kegagalan
&
Identifikasi modus kegagalan & dampaknya
Identifikasi prioritas modus kegagalan
Identifikasi akar penyebab modus kegagalan
Disain ulang proses Analisis dan test proses baru
Implementasi dan monitor proses baru
C. BIAYA SELAMA KEGIATAN WORKSHOP
a. Biaya Pendaftaran : Rp. 3.500.000 b. Biaya Transportasi :
Tiket Pesawat : Rp. 602.000 Biaya menuju bandara : Rp. 300.000
Biaya menuju hotel : Rp. 136.000
c. Biaya Makan : Rp. 300.000 TOTAL BIAYA : Rp. 4.838.000
View more...
Comments