Laporan Volume Molal Parsial
April 28, 2018 | Author: Titis Nugroho | Category: N/A
Short Description
Menentukan volume molal parsial komponen dalam larutan...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK II
VOLUME MOLAL PARSIAL
Nama
: Titissari Indah
NIM
: 111810301010 111810301010
Fak!"r"san
: MI MIPAKimia
K#$%m&%k
: 3
Nama Asist#n
: 'ind#
LA(ORATORIUM LA(ORATORIUM KIMIA FISIK
!URUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA )AN ILMU PEN*ETA+UAN ALAM UNIVERSITAS !EM(ER ,01-
BAB 1. PENDAHULUAN
1 Lata atar Bela elakan kang
Larutan merupakan campuran homogen dimana kombinasi kombinasi fsikal dua atau lebih substansi-substansi murni. Sebagaimana diketahui bahwa bahwa setiap setiap zat memili memiliki ki siat
yang yang berbed berbeda-b a-beda eda antara antara satu zat
dengan dengan zat lainny lainnya a . Secara Secara umu umum, m, siat-s siat-sia iatt terseb tersebut ut dapat dapat dibagi dibagi dalam dua kelompok kelompok yaitu siat ekstensi ekstensi dan siat intensi. intensi. Kedua Kedua siat ini dapat diketahui besarannya melalui konsep kimia fsik. Siat ekstensi adalah adalah siat siat dimana dimana besara besaran n atau atau ku kuant antita itasny snya a ini in i te rga ntun nt ung g pada pa da ju ml ah ba ha n ya ng se da ng di te l it i , s e da n gk gka an
s i at i nt e ns i
yaitu yaitu suatu suatu ku kuanti antitas tas siat yang tidak tidak bergant bergantung ung pada jumlah baha ba han n yang ya ng diam di amat ati. i. Konsep onsep ini ini dideskr dideskripsi ipsika kan n dalam dalam kimia kimia poten potensial sial yang ang
mula mu laii
ber berkemb embang ang
pada ada
kuanti antittas
mola molarr
parsi arsial al
untu un tuk k
menunjukkan kasus khusus siat suatu campuran sederhana. Salah satu sifat-sifat parsial yang ada yakni sifat molal parsial yang lebih mudah digamb digambarka arkan n dengan dengan volume volume molal molal parsia parsial, l, yaitu yaitu konstri konstribus busii pada pada volume volume dari dari satu satu komponen dalam sampel terhadap volume total .Volume molal parsial biasanya digunakan dalam dalam menent menentuka ukan n tekana tekanan n uap campur campuran. an. Selain Selain itu dalam dalam mencam mencampur purkan kan suatu suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperatur tertentu, harus diketahui terlebih dahulu volume molal parsial dari zat-zat tersebut. Jadi, sangatlah penting untuk mengetahui volume molal parsial komponen larutan. Kuanti Kuantitas tas molal molal parsial parsial mengin menginform formasik asikan an sifat sifat larutan larutan akibat akibat kosent kosentrasi rasi yang yang berubah-ubah. Kuantitas molal parsial termasuk dalam sifat ekstensif larutan. Enegi bebas ibs molal parsial yang disebut !uga sebagai potensial kimia adalah pusat pembela!aran sifat ekstensif larutan, tetapi visualisasi dari sifat laruutan lebih mudah melalui volume molal molal parsial parsial.. plikasi dari !olume molal parsial adalah oceanograp oceanography hy and aquatic environmental science. science. Secara sederhana pengukuran volume molal parsial dapat dilakukan pada larutan "a#l karena larutan "a#l merupakan contoh dari larutan sederhana yang dengan mudah diubah-ubah kosentrasinya.
2 Tujua ujuan n Per Perco coba baan an
"enentukan !olume molal parsial komponen dalam larutan
BAB 2. DASAR TEORI
2.1 Material Safety Data Sheet !SDS"
#.$.$ %atrium Klorida &%a'l( Keadaan Keadaan fisik natrium natrium klorida klorida adalah padat atau berupa berupa serbuk kristal padat yang yang memili memiliki ki berat berat moleku molekull $%,&& $%,&& g'mol, g'mol, titik titik didih didih (&() (&() *# dan dan titi titik k leleh leleh %*( %*(*#. Sedang Sedangkan kan sifat sifat kimiany kimianya, a, natrium natrium klorid kloridaa larut larut dalam dalam air panas panas maupun maupun air dingin dingin,, gliserol, dan tidak larut dalam asam klorida. Sebelum menggunakan natrium klorida, perlu diketah diketahui ui bahaya bahaya dan penang penangann annya ya bila bila ter!adi ter!adi konta kontak k fisik. fisik. "atrium "atrium klorid kloridaa dapat dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, pernapasan, dan pencernaan. Substansi ini memiliki efek potensial akut pada kesehatan mata dan kulit . +enanganan bila ter!adi ter! adi kontak fisik dengan natrium klorida pada mata dan kulit yaitu dengan mengaliri bagian yang terkena kalium sulfat dengan air mengalir selama ($ menit tidak menggunakan sabun pada kulit yang teriritasi. Khusus untuk mata yang terkena natrium klorida, tetap membiarkannya terbuka dan dan melep melepas as kont kontak ak lens lensaa bila bila meng menggu guna naka kan. n. ila ila ter!a ter!adi di irit iritasi asi pada pada pern pernap apasa asan, n, dibutuhkan tindakan medis secepatnya /nonim, 0*($.
2.2 T#njauan Pu$taka
Sistem biner merupakan kasus khusus pada multikomponen multikomponen sistem dimana tersedia dua komponen dalam sistem pelarut. Sistem ters terseb ebut ut seri sering ng dise disebu butt
seba sebaga gaii
camp campur uran an..
'ont 'ontoh oh dari dari sist sistem em
campuran ini adalah larutan, dimana komponen yang berlebih disebut pelarut, pelarut, dan kompone komponen n lainnya lainnya disebut disebut sebagai sebagai zat terlarut. terlarut. Larutan adalah adalah sekelomp sekelompok ok molekul-mo molekul-molek lekul ul yang bercampu bercampurr dan terkadang terkadang terdistribusi dalam suatu sistem. Larutan campuran sederhana adalah larutan yang hanya terdiri dari dua campuran substansi. Karakteristik umum dari sistem biner seperti larutan yaitu komponen yang becampur pada pada temp temper erat atur ur dan dan teka tekana nan n yang yang sama sama,, dan dan siat siat ekte ektens nsi i yang yang begabung &entalpi, entropi, dan !olume(. Siat-siat termodinamika dari laru laruta tan n sede sederrhana hana ini ini dapa dapatt diam diamat atii mela melalu luii !olu !olume me mola molall pars parsia iall &)ulyarskii, $***( +isualisasi termudah siat molar parsial adalah !olume molal parsial yang berkonstribusi pada campuran yang dibuat pada !olume total sampel. +olume molal parsial komponen campuran berubah-ubah
tergan tergantun tung g komposi omposisi si campur campuran an kare karena na lingk lingkung ungan an masing masing-ma -masin sing g mole molek kul beru beruba bah h saat saat menj menjad adii
subs substa tans nsii
meng mengha hasi silk lkan an
kompo omposis sisii beru beruba bah h dari dari subs substa tans nsii mu murrni
murrni mu
!ari !arias asii
). erub erubah ahan an
sia siatt-si sia att
ling lingk kun unga gan n
ter termodi modina nami mik ka
komposi komposisi si berubah. berubah. +olum +olume e molal parsial parsial,,
mole molek kul
camp campur uran an
ini, ini, saat saat
+ j, substansi saat dalam
beberapa komposisi ditetapkan sebagai berikut
∂V V j = ∂ n j
p,T , n 1
/$0
1imana subscript n2 mengar mengartik tikan an bahwa bahwa jumlah jumlah semua semua substa substansi nsi-substan substansi si yang yang tersedi tersedia a konstan onstan &34 &34' merek merekome omenda ndaik ikan an simbol simbol χ
pars parsia iall molar molar deng dengan an
, tetapi hanya ketika terjadinya kebingungan
χ
deng dengan an kuant uantit itas as dituliskan sebagai larutan
V
. "isa "isaln lnya ya !olu !olume me mola molall pars parsia iall %a'l %a'l dala dalam m air air V
&%a'l, a5( untuk membedakannya dengan !olume
&%a'l, &%a'l, a5(. arsial arsial molal !olume !olume adalah adalah slope dari plot antara
!olume total sebagai jumlah yang berubah, tekanan, temperatur, dan jumlah komponen komponen lain yang konstan, sedangkan nilainya tergantung pada komposisi.
Ketika Ketika komposisi campuran berubah dengan penambahan n substansi dan n) substans substansii ), maka
persam persamaan aan /$0 /$0 !olume !olume total total campur campuran an
berubah menjadi
∂V n ∂ A p ,T ,n
dV =
B
dn A
∂V + n ∂ B P ,T ,n
= V A dn A + V B dn B
dn B
A
/#0
Karena !olume molal parsial adalah konstan, maka komposisi yang ada dalam campuran harus dianggap konstan sehingga persamaan /#0 harus dintegralkan n A
∫
V = V A dn A *
nB
n A
n B
*
*
*
+ ∫ V B dn B = V A ∫ dn A + V B ∫ dn B
= V A n A + V B n B &tkins, #667 (. Siat termodin termodinamik amika a molal parsial parsial dibagi dibagi dalam tiga golongan golongan utama yaitu &i( !olume molal parsial dari komponen-komponen dalam larutan, &ii( entalpi molal parsial. dan &iii( energi bebas molal parsial yang nerupak nerupakan an potensial potensial kimia substansi substansi dalam campura campuran n . Satu hal yang yang haru harus s diin diinga gatt adal adalah ah bahw bahwa a sia siatt mola molall pars parsia iall dari dari suat suatu u komponen dalam suatu larutan dan siat molal untuk senyawa murni adalah sama jika larutan tersebut ideal &1ogra,$**6(. +olume molal semu pada zat terlarut terlarut dinyataka dinyatakan n sebagai sebagai
∅V
,
yang yang erat erat hu hubu bung ngan anny nya a deng dengan an !olu !olume me mola molall pars parsia iall zat zat terl terlar arut ut.. enentu enentuan an secara secara eksper eksperime imenta ntall !olume !olume molal molal parsial parsial yaitu yaitu cukup cukup sederhanadengan melalui perhitungan densitas pelarut dari kosentrasi yang telah diketahui.
− n V ∅ = (V −
* ( (
n0
*
1eng 1engan an
V
(
adalah adalah !olume !olume pelaru pelarutt mur murni. ni. 1iangg 1ianggap ap molali molalitas tas suatu suatu
larutan adalah m dengan pelarut berupa air. 1idalam larutan ini untuk $66 $6 6 gr gram am air air &88, &88,8$ 8$ mol( mol(,, ter terdapa dapatt seban sebanya yak k m mol mol zat zat terl terlar arut ut.. Sehing Sehingga ga n$ 9 88,8$ mol dan % # 9 m. Sehing Sehingga ga persam persamaan aan diatas diatas menjadi
* ∅ = (V − $$,$(V ( ) m
*
V
(
dapat dihitung dari berat molekul &$:,6$7 untuk air( dibagi dengan
berat jenis, pada keadaan yang diamati. "aka untuk larutan tersebut dapat dipenuhi V =
((*** + mM 0 )
d
n(V (*
dan
= (*** d
*
1engan d, d6 berturut-turut adalah berat jenis larutan, bebrat jenis air murrni. mu ni.
Sedan edangk gkan an
"#
adal adalah ah
berat erat
mole molek kul
zat zat
terla erlarrut.
ika ika
duapersamaan diatas disubstitusikan ke dalam persamaan sebelumnya akan diperoleh persamaan !olume molal semu sebagai berikut
M − ((*** )( d − d * ) 0 m d * ∅=
d
= M 0 − ( M 0 − (*** m)(W − W * ) (W − W ) e *
d
ersamaan tersebut digunakan untuk menghitung apabila menggunakan piknometer. 1isini ;, ; 6, dan ;e berturut-turut adalah berat piknometer yang dipenuhi larutan, piknometer yang dipenuhi air, dan piknometer yang kosong &$ M .$*ml
M (.V (
V (
= (%,>$ Mml ) M
= ?,0$ml •
Larutan %a'l kosentrasi 6,$:F8
= M 0 .V 0 ) M .V ( = *,(%>$ M .$*ml
M ( .V (
V (
# )era )eratt eni enis s Laru Laruta tan n •
Kosentrasi $,8 "
=
Mml
) M = ),(0$ml
d =
d * (W − W e )
(W * − W e ) ( &0,*88 gr − )(,(&% gr ) ( &(,$(* gr − )(,(&% gr )
=
*,88> gr cm
=
*,88> gr cm
)
× (*,8$( gr
(*,)?0 gr
= (*,8(% gr (* ,)?0
= (,*$& gr •
)
cm )
cm )
Kosentrasi 6,F8 " d * (W − W e )
d =
(W * − W e ) ( &(,>%( gr − )(,(&% gr ) ( &(,$(* gr − )(,(&% gr )
=
*,88> gr cm
=
*,88> gr cm
=
(*,?*(
)
× (*,?)) gr
)
(*,)?0 gr (*,)?0
gr cm )
= (,*0) gr cm ) •
Kosentrasi Kosentrasi 6,@F8 " d =
d * (W − W e )
(W * − W e ) ( &(,?&* gr − )(,(&% gr ) ( &(,$(* gr − )(,(&% gr )
=
*,88> gr cm
=
*,88> gr cm
=
(*,&?*
)
)
(*,)?0 gr (*,)?0
gr cm )
= (,**8$ gr cm ) •
× (*,&80 gr
Kosentrasi Kosentrasi 6,$:F8 "
d * (W − W e )
d =
(W * − W e ) ( &(,$>> gr − )(,(&% gr ) ( &(,$(* gr − )(,(&% gr )
=
*,88> gr cm
=
*,88> gr cm
=
(*,)8%
)
)
× (*,&08 gr
(*,)?0 gr (*,)?0
gr cm
)
= (,**) gr cm ) @ "ola "olali lita tas s Laru Laruta tan n •
Kosentrasi $,8 " m=
(
(d M ) − M (*** 0
= = =
(
(,*$& gr cm) $%,&& gr mol ) − (*** (,$ mol cm ( *,>*) gr mol − *,*$% gr mol ( *,?&$ gr mol
= (,$$ mol gr •
Kosentrasi 6,F8" m=
(
(d M ) − M (*** 0
= = =
(
(,*0) gr cm ) $%,&& gr mol ) − (*** *,>$ mol cm ( (,)?& gr mol − *,*$% gr mol ( (,)*? gr mol
= *,>?? mol gr •
Kosentrasi 6,@F8
m=
(
(d M ) − M (*** 0
= = =
(
(,**8$ gr cm ) $%,&& gr mol ) − (*** *,)>$ mol cm ( 0,?80 gr mol − *,*$% gr mol ( 0.?)& gr mol
= *,)>8? mol gr •
Kosentrasi Kosentrasi 6,$:F8 m
= = = =
(
(d M ) − M
0
(*** (
(,**) gr
cm ) *,(%>$ mol cm (
$,)&8 gr mol mo l − *,*$% gr mol ( $, 08( gr mol
= *,(%8 mol mo l gr E +olume olume "olal "olal Semu Semu Qat %( gr − &(,$(* gr *,>?? mol gr &( , $(* )( , (&% − gr gr (***
(,*0) gr cm
)
*,0>( gr (* , )?0 gr
$%,&& gr mol − ( $%,&& gr mol − ()*$,&%) gr mol ) (,*0) gr cm
)
$%,&& gr mol − ( − (0&>,*&) gr mol ) ( *.*0?0 ) (,*0) gr cm 8(,((0 gr mol (,*0) gr cm
= %8,*?&cm ) •
)
$%,&& gr mol − ( $%,&& gr mol − ?&$,(?( gr mol )
= %?,?*0 cm ) •
&0,*88 gr − &(,$(* gr (,$$ mol gr &( , $(* )( , (&% − gr gr (***
)
mol
Kosentrasi Kosentrasi 6,@F8 "
)
∅=
=
= = =
M 0
W − W * − ( M 0 − (*** m) W * − W e d
$%,&& gr mol − $%,&& gr mol −
&(,?&* gr − &(,$(* gr *,)>8? mol gr &( , $(* )( , (&% − gr gr (***
(,**8$ gr cm
)
*,() gr (* , )?0 gr
$%,&& gr mol − ( $%,&& gr mol − 0?)&,)$0 gr mol ) (,**8$ gr cm
)
$%,&& gr mol − ( − 0$>$,8(0 gr mol ) ( *.*(0$) (,**8$ gr cm 8*,?)8 gr mol (,**8$ gr cm
= %8,>%?cm )
)
mol
)
•
Kosentrasi Kosentrasi 6,$:F8
∅=
=
= = =
M 0
W − W * − ( M 0 − (*** m ) − W W e * d
$%,&& gr mol − $%,&& gr mol −
(,**) gr cm
)
*,*?> gr (*,)?0 gr
$%,&& gr mol − ( $%,&& gr mol − $08(.**$ gr mol ) (,**) gr cm
)
$%,&& gr mol − ( − $0)0,$?$ gr mol ) ( *.**?&?) (,**) gr cm
)
80,0&0 gr mol (,**) gr cm
= 8(,8??cm) 8 Hrafk
&(,$>> gr − &(,$(* gr − *,(%8 mol gr &( , $(* )( , (&% gr gr (***
√ m
mol
!s
Kosentrasi
$,8 " 6,F8 " 6,@F8 " 6,$:F8 "
)
∅
1 /2
∅
gr 1 /2 mol / ¿ √ m ¿
$,#E8 6,:F8 6,7$7 6,E@8
&cm@Dmol(
:7,76# :*,67E :*,F:7 *$,*77
N( ( !s O *E *# &( 9 - 7.$8 *E.#@ &( IM 9 6.*7
*6
O cm)'mol
:: :7 :E :# 6.@
6.E
6.8
6.7
6 .F
6 .:
6 .*
$
√( 5(60∕ r5(60
$.$
$.#
$.@
d ∅ dm
=m (
= −?,($($ cm ) gr 0
mol
)
0
7 %ilai +$ •
Kosentrasi $,8 "
m d ∅ = ∅ + V ( d m m 0 (,$$ mol gr ( ) ) 0 = %?,?*0 cm mol + − cm gr ? , ($($ ( ( 0 × (,0&$ mol 0 gr 0 = %?,?*0 cm) mol − ),%) cm ) mol = %0,>>0cm) mol •
d ∅ ( m d m *,>?? mol gr ( ) 0 = %8,*?& cm) mol + − cm gr ? , ($($ ( ( 0 × *,%>$ mol 0 gr 0 = %8,*?& cm) mol − 0,?8& cm ) mol = %?,)>cm) mol
m
)
mol
0
Kosentrasi Kosentrasi 6,@F8 "
m d ∅ = ∅ + V ( d m m 0 *,)>8? mol gr ( ) ) 0 = %8,>%? cm mol + − cm gr ? , ($($ ( ( 0 × *,?(? mol 0 gr 0 = %8,>%? cm) mol − (,%8$ cm ) mol = %>,%8(cm ) mol •
0
Kosentrasi 6,F8 "
V = ∅ + 0
•
)
mol
Kosentrasi Kosentrasi 6,$:F8
)
mol
0
d ∅ ( m d m *,(%8 mol gr ( ) ) 0 ? , ($($ = 8(,8?? cm mol + − cm gr ( ( 0 × *,&)$ mol 0 gr 0 = 8(,8?? cm ) mol − (,))$ cm ) mol = 8*,?)(cm ) mol
V = ∅ + 0
m
)
mol
0
F Hrafk +$ !s m Kosentrasi Kosentrasi &molDcm@( $,8 6,F8 6,@F8 6,$:F8
+$ &cm@Dmol( :#,FF# :7,@F :F,:*$ *6,7@$
m &molDgr( $,88 6,F77 6,@F*7 6,$:*
+$ !s m *# *6 &( 9 - 8.@ *6.FE &( IM 9 6.*8
:: :7
V( cm)'mol :E :# :6 F:
6
6.#
6.E
6.7
6.:
$
$.#
$.E
$.7
$.:
m mol'gr
: %ilai +# •
Kosentrasi $,8 "
) m d ∅ = ∅ + V 0 0 d m ) × (,0&$ mol ( 0 ) = %?,?*0 cm mol + 0 = >$,((& cm ) mol •
gr ( 0
)
mol
0
Kosentrasi 6,F8 "
) m d ∅ = ∅ + V 0 0 d m ) × *,%>$ mol ( 0 ) = %8,*?& cm mol + 0 = %*,88* cm ) mol •
( ) 0 cm gr ? , ($($ −
Kosentrasi Kosentrasi 6,@F8 "
gr ( 0
( ) 0 ? , ($($ cm gr −
)
mol
0
) m d ∅ = ∅ + V 0 0 d m ) × *,?(? mol ( 0 ) = %8,>%? cm mol + 0 = %&,(*0 cm ) mol •
gr ( 0
( ) 0 cm gr ? , ($($ −
mol
gr ( 0
( ) 0 cm gr ? , ($($ −
mol
)
0
Kosentrasi Kosentrasi 6,$:F8 "
) m d ∅ = ∅ + V 0 0 d m ) × *,&)$ mol ( 0 ) = 8(,8?? cm mol + 0 = %>,8$0 cm ) mol
)
* Hrafk +# !s m Kosentrasi Kosentrasi &molDcm@( $,8 6,F8 6,@F8 6,$:F8
+# &cm@Dmol( F8,$$E :6,**6 :E,$6# :F,*8#
m &molDgr( $,88 6,F77 6,@F*7 6,$:*
+# !s m *6 :8
&( 9 - :.:8 ::.E# &( IM 9 6.*F
:6
V0 cm)'mol
F8 F6 78
6
6.#
6.E
6.7
6.:
$
m mol'gr
$.#
$.E
$.7
$.:
0
View more...
Comments