Laporan Visitasi Pilar-pilar Kebangsaan Andy Print

January 2, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Visitasi Pilar-pilar Kebangsaan Andy Print...

Description

LAPORAN HASIL VISITASI DIKLAT PIM IV ANGKATAN 134 KOMANDO PEMBINAAN DOKTRIN PENDIDIKAN DAN LATIHAN TNI ANGKATAN LAUT (KODIKLATAL)

OLEH ANDY EKA BACHTIAR NO. ABSENSI 09

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROVINSI JAWA TIMUR 2017 LEMBAR PENGESAHAN 1

LAPORAN HASIL VISITASI MATERI PILAR-PILAR KEBANGSAAN KOMANDO PEMBINAAN DOKTRIN PENDIDIKAN DAN LATIHAN TNI ANGKATAN LAUT (KODIKLATAL)

Widyaiswara/Pembimbing

Peserta

Dr. Samidi, S.Sos., MM., M.Si NIP 19670705 1990 031 012 Widyaiswara Madya

dr. Andy Eka Bachtiar, M.Kes No. 09

2

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan kepada kita semua hingga hari ini, semoga berkah dan rezkinya senantiasa dilimpahkan kepada kita semua. Amin Laporan visitasi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Diklatpim IV angkatan 134 Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan untuk semakin menambah wawasan ilmu dan pengetahuan sebagai bekal bagi aparatur sipil negara dalam mengemban tugas dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Kami mengucapkan terimakasih sebesar besarnya kepada Bapak Laksamana Pertama TNI Gregorius Agung selaku DirDiklat Kodiklatal beserta para staf yang telah menyediakan tempat dan menyisihkan waktunya dalam memberikan pembekalan kepada para peserta, demikian pula Bapak Dr. Samidi S.Sos., MM., Msi beserta para Widyaiswara maupun pembimbing yang dengan ikhlas dan penuh perhatian memberikan bimbingan terus menerus kepada para peserta Diklatpim IV demi terciptanya aparatur sipil negara yang bermartabat, mempunyai jiwa amanah dan tulus ikhlas dalam memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan berkah dan rahmatNya kepada kita semua. Amin.

Peserta diklatpim IV

3

Andy Eka Bachtiar DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................ BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... BAB 2 ISI LAPORAN............................................................................... BAB 3 PENUTUP..................................................................................18 3.1 KESIMPULAN..........................................................................19 3.2 REKOMENDASI.......................................................................20 DAFTAR PUSTAKA................................................................................20 LAMPIRAN...........................................................................................21

4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam

berbagai

wacana

selalu

terungkap

bahwa

telah

menjadi kesepakatan bangsa adanya empat pilar penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara bagi Negara Indonesia. Sebagai Aparatur Sipil Negara, Empat pilar dimaksud tersebut harus dimanfaatkan

sebagai

landasan

perjuangan

dalam

menyusun

program kerja dan dalam melaksanakan setiap kegiatannya. Empat pilar tersebut adalah (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar

1945, (3) Negara

(4) Bhinneka

Tunggal

kesepakatan

bersama,

Kesatuan

Ika.

Republik

Meskipun

atau

tepatnya

hal

ini

sebagian

Indonesia dan telah

menjadi

besar

rakyat

Indonesia, masih ada yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut adalah sekedar berupa slogan-slogan, ungkapan

indah,

yang

kurang

atau

tidak

sekedar suatu

bermakna

dalam

menghadapi era globalisasi. Bahkan ada yang beranggapan bahwa empat pilar tersebut sekedar sebagai jargon politik. Untuk itulah perlu difahami secara mendalam makna empat pilar tersebut, sehingga kita dapat memberikan penilaian secara tepat, arif dan bijaksana terhadap empat pilar dimaksud, dan dapat menempatkan

secara

akurat

dan

proporsional

dalam

hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita semua harus menyadari jika kebesaran negara tidak terlepas dari kehadiran Angkatan Laut bahkan sejak abad kebesaran Majapahit pun, bangsa kita telah didukung oleh kapal-kapal perang laut yang kuat. Salah

5

satu yang bisa dilakukan untuk lebih memahami 4 pilar kebangsaan tersebut adalah melalui cerita-cerita, benda-benda, simbol-simbol, presentasi dan video yang disajikan dalam museum di kawasan Kodiklatal Surabaya. 1.2 Tujuan a. Untuk mengetahui gambaran Monumen Yos Sudarso dan Museum Loka Jala Crana. b. Untuk mempelajari implementasi Pilar-Pilar Kebangsaan dari Monumen Yos Sudarso dan Museum Loka Jala Crana. c. Untuk mengaktualisasikan Pilar-Pilar Kebangsaan dalam mengelola pelaksanaan kegiatan di instansi masing-masing.

6

BAB 2 ISI LAPORAN

2.1 Objek Visitasi Objek visitasi peserta Diklatpim IV angkatan 134 adalah monumen dan museum di kawasan Kodilatal Surabaya yaitu Monumen Yos Sudarso dan Museum Loka Jala Crana. 2.1.1 Monumen Yos Sudarso Monumen yang berada di kawasan Kodiklatal Surabaya ini juga terdapat museum di dalamnya, dan secara resmi dijadikan obyek wisata bahari baru di Surabaya. Ibu Tri Rismaharini Walikota Surabaya bersama Laksamana TNI Ade Supandi Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) meresmikan monumen Yos Sudarso sebagai destinasi wisata baru di Surabaya, Minggu (10/5/2015). Museum ini melengkapi tiga museum sebelumnya yang dimiliki TNI AL, yakni museum Loka Jala Crana, museum Fleet House, dan museum monumen

Jalesveva

Jayamahe

(Monjaya).

2015).

7

(suarasurabaya.net,

2.1.2 Museum Loka Jala Crana Pada awal mulanya, Museum Loka Jala Crana dibangun pada 19 September 1969 dengan nama Museum Angkatan Laut, yang disahkan oleh Ibu R Mulyadi. Sesuai dengan namanya, museum angkatan laut didedikasikan untuk kadet angkatan laut dan sebagai pembelajaran dalam hal sejarah. Dengan berjalannya waktu, museum ini berubah nama menjadi Museum TNI-AL pada tanggal 10 Juli 1973. Akhirnya, pada perubahan terakhir museum ini sudah berubah menjadi Museum Angkatan Laut Loka Jala Crana pada tanggal 6 Oktober 1979. Museum Loka Jala Crana ini terletak di Morokrembangan, di Kecamatan Krembangan, Surabaya dan di bawah

naungan

Akademi

Angkatan

(eastjava.com, 2015).

8

Laut

dan

Kodiklatal.

2.2 Pembahasan Pilar-Pilar Kebangsaan yang Bisa Diamati dan DipeLajari dari Objek Visitasi Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan. Pilar memiliki peran yang sangat sentral dan menentukan, karena bila pilar ini tidak kokoh atau rapuh akan berakibat robohnya bangunan yang disangganya. Demikian pula halnya dengan bangunan negarabangsa, membutuhkan pilar atau soko guru yang merupakan tiang penyangga yang kokoh agar rakyat yang mendiami akan merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera, terhindar dari segala macam gangguan dan bencana. Pilar bagi suatu negara-bangsa berupa sistem keyakinan atau belief system, atau philosophische grondslag, yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang dianut oleh rakyat negara-bangsa yang bersangkutan yang diyakini memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam hidup 9

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti telah disebutkan diatas bahwa, terdapat 4 pilar-pilar kebangsaan Negara Indonesia yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penulis mencoba membahas implementasi materi tentang 4 pilar kebangsaan tersebut dari objek visitasi yang diamati. 2.2.1 Pancasila Pancasila dinilai memenuhi syarat sebagai pilar bagi negarabangsa Indonesia yang pluralistik dan cukup luas dan besar ini. Pancasila mampu mengakomodasi keanekaragaman yang terdapat dalam kehidupan negara-bangsa Indonesia. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung konsep dasar yang terdapat pada segala agama dan keyakinan yang dipeluk atau dianut oleh rakyat Indonesia, merupakan common denominator dari berbagai agama, sehingga dapat diterima semua agama dan keyakinan. Demikian juga dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Manusia

didudukkan

sesuai

dengan

harkat

dan

martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga secara adil dan beradab. Pancasila menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, namun dalam implementasinya dilaksanakan dengan bersendi pada hikmat kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan/perwakilan

Sedang

kehidupan berbangsa dan bernegara ini adalah untuk mewujudkan keadilan

sosial

bagi

seluruh

rakyat

Indonesia,

bukan

untuk

kesejahteraan perorangan atau golongan. Nampak bahwa Pancasila sangat tepat sebagai pilar bagi negara-bangsa yang pluralistik. Pilar – pilar kebangsaan pertama Pancasila ini digambarkan dalam spesifikasi teknis bangunan museum Yos sudarso dimana

10

apabila dilihat dari atas berbentuk segi 5 yang menggambarkan 5 sila dalam Pancasila.

2.2.2 Undang-Undang Dasar 1945 Pilar kedua kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka memahami dan mendalami UUD 1945, diperlukan memahami lebih dahulu makna undang-undang dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Tanpa memahami prinsip yang terkandung dalam Pembukaan tersebut tidak mungkin mengadakan evaluasi terhadap pasal-pasal yang terdapat dalam batang tubuhnya dan barbagai undang-undang yang menjadi derivatnya. Salah satu bagian yang

11

penting dalam Konstitusi atau Undang-Undang Dasar adalah Pembukaannya,

yang

biasa

disebut

juga

dengan

istilah Preambule atau Mukaddimah. Dalam Pembukaan suatu UUD atau Konstitusi terkandung prinsip atau pandangan filsafat yang menjadi dasar perumusan pasal-pasal Batang Tubuh Konstitusi, yang dijadikan pegangan dalam hidup bernegara. Pasal 25A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

menetapkan

bahwa

“Negara

Kesatuan

Republik

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.” Adanya ketentuan ini dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimaksudkan untuk mengukuhkan kedaulatan wilayah Negara Kesatuan. Hal ini penting dirumuskan agar ada penegasan secara kons-titusional batas wilayah Indonesia di tengah potensi perubahan batas geografis sebuah negara akibat gerakan separatisme, sengketa perbatasan antarnegara, atau pendudukan oleh negara asing. TNi Angkatan Laut dengan semboyannya Jalesveva Jayamahe sudah terbukti melaksanakan amanah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 25A ini untuk mempertahankan keutuhan negara kesatuan republic

Indonesia

ini

pada

saat

operasi

Trikora

untuk

mempertahankan Irian Barat dari Agresi Belanda. Peristiwa tersebut lebih dikenal dengan Pertempuran Laut Arafuru, dimana Comodor Yos Sudarso gugur pada saat itu. Bukti sejarah terkait perjuangan TNI Angkatan Laut dalam mempertahankan Pilar-Pilar Kebangsaan UUD 1945 (khususnya pasal 25A) bias dilihat semuanya baik di dalam Monumen Yos Sudarso maupun Museum Loka Jala Crana seperti bias dilihat dalam gambar di bawah ini.

12

Namun menjadi

Ironisnya, semboyan Jalesveva Jayamahe

bagian

dari

self-awareness

(kesadaran

diri)

belum bangsa

Indonesia. Sebagai rakyat Indonesia secara kolektif, kita belum memiliki kelautan dalam peta kognitif. Pengetahuan kelautan kita terbatas. Sehingga kita tidak bisa merawat dan menjaga lautan Indonesia yang kaya dengan kandungan hayati, pariwisata, maupun jejak-jejak historis jalur transportasi dunia. Indikasi ini terlihat dari tindak kriminalitas negara-negara asing di perairan Indonesia. Nyaris sepanjang tahun terjadi penjarahan kekayaan hayati laut kita. Bahkan tindak kriminalitas ini telah mengarah pada perampasan pulau-pulau kecil di wilayah perairan Indonesia. Kita masih tertatih dalam menghadapi invansi yang telah merugikan negara milyaran dollar per tahun. Sehingga, aksi-aksi serupa berpotensi besar tetap terjadi dan berkesinambungan. Kekayaan laut yang semestinya meningkatkan perekonomian bangsa dan kesejahteraan rakyat banyak di rampas dari tangan kita. Bangsa Indonesia tak ubahnya ‗burung pipit kelaparan di hamparan padi yang menguning‘. Tentunya, kita tidak bisa hanya menyalahkan

13

atau menuntut pertanggungjawaban sepihak TNI Angkatan Laut Indonesia. Karena laut merupakan bagian dari elemen pembentuk sosial-budaya Indonesia. Adalah tugas kita semua bangsa Indonesia untuk menjaga wilayah kedaulatan negara kesatuan republic Indonesia kita tercinta ini sesuai amanah dalam UUD 1945 pasal 25A. 2.2.3 Negara Kesatuan Republik Indonesia Mungkin salah satu landasan argument bagi bentuk negara adalah rumusan sila ketiga yakni “persatuan Indonesia.” Landasan inipun dipandang tidak kuat sebagai argument ditentukannya bentuk negara kesatuan. Untuk itu perlu dicarikan landasan pemikiran mengapa bangsa Indonesia menentukan bentuk Negara Kesatuan, bahkan telah dinyatakan oleh berbagai pihak sebagai ketentuan final. Bentuk Negara Kesatuan adalah ketentuan yang diambil oleh para founding fathers pada

tahun 1945 berdasarkan berbagai

pertimbangan dan hasil pembahasan yang cukup mendalam. Namun dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia pernah juga menerapkan

bentuk

negara

federal

sebagai

akibat

atau

konsekuensi hasil konferensi meja bundar di Negeri Belanda pada tahun 1949. Namun penerapan pemerintah federal ini hanya berlangsung sekitar 7 bulan untuk kemudian kembali menjadi bentuk Negara kesatuan. Sejak itu Negara Replublik Indonesia berbentuk kesatuan sampai dewasa ini, meskipun wacana mengenai negara federal masih sering timbul pada permukaan, utamanya setelah Negarabangsa Indonesia memasuki era reformasi. Namun nampaknya telah disepakati oleh segala pihak bahwa bentuk negara kesatuan

14

merupakan pilihan final bangsa. Konsep negara kesatuan karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang tersebar mulai sabang sampai merauke yang dipisahkan oleh lautan. Sehingga kekuatan maritim sangat penting bagi Negara Indonesia. Sehingga dimasa yang akan datang pembangunan di bidang maritim sangat penting bagi Negara Indonesia. Dalam melaksanakan pembangunan menuju negara maritim yang besar, kuat dan makmur, pertama-tama harus kita lihat apa fungsi laut bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Fungsi laut bisa dibedakan dalam 2 hal yaitu fungsi vital dan fungsi non vital. Dikatakan vital apabila fungsi tersebut tidak dilaksanakan, akan berpengaruh terhadap eksistensi NKRI. Sedangkan fungsi non vital kalau tidak berjalanpun, tidak akan mempengaruhi eksistensi atau

pengembangan

negara

kepulauan

Indonesia.

Dari

hasil

penelitian, laut yang berada di bawah kedaulatan NKRI itu mempunyai 4 fungsi vital (Marsetio, 2015) : a. Integrasi Teritorial Wilayah Nasional. Integrasi teritorial wilayah nasional yaitu integrasi antara matra wilayah darat, matra wilayah laut dan matra wilayah udara. Tanpa matra wilayah laut, Indonesia bukan negara kepulauan, intinya negara kepulauan tidak akan

eksis,

perlunya

matra

wilayah

laut

merupakan

faktor

eksistensial bagi negara kepulauan Indonesia, “without sea there is on archipelagic state”. Disinilah peranan Angkatan Laut sangat penting b. Sarana Transportasi Laut. Laut merupakan fungsi vital bagi sarana transportasi laut, bila fungsi ini tidak berjalan, maka NKRI yang berciri khas negara kepulauan bisa terancam eksistesinya dilihat dari sudut politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan

15

(Poleksosbudhan), terutama dalam penyelenggaraan negara dan distribusi kebutuhan hidup rakyat. c. Deposit Sumber Daya Alam. Fungsi vital laut sebagai deposit sumber daya alam, baik yang ada di permukaan laut itu sendiri, di dasar

samudera

Sea

Bed,

Continental

Shelf

karena

berisi

kandungan sumber daya alam yang memberikan jaminan terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia dari abad ke abad. Bila deposit ini tidak terpelihara dan terjamin pelaksanaan fungsinya, maka

membangun

negara

maritim

dalam

perspektif

Poleksosbudhankam, kelangsungan hidup rakyat dan eksistensi Negara Kepulauan Indonesia bisa terancam. d. Pertahanan dan Keamanan Negara. Fungsi vital laut bagi pertahanan dan keamanan negara jika fungsi yang keempat ini tidak terlaksana, maka NKRI yang merupakan negara kepulauan bisa terancam keutuhan dan eksistensinya.

16

Dari gambar diatas bias dilihat bahwa sejarah membuktikan apabila fungsi vital keempat ini dijaga, maka NKRI dapat melempar berbagai

macam

pemberontakan

dalam

negeri,

termasuk

pembebasan Irian Barat (sekarang bernama Papua). Disinilah peranan

TNI

Angkatan

Laut

sangat

penting

untuk

menjaga

Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semua sejarah tentang bagaimana Angkatan Laut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa kita lihat buktinya baik dalam Monumen Yos Sudarso maupun dalam Museum Loka Jala Crana. 2.2.4 Bhineka Tunggal Ika Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sudah sangat populer di telinga setiap insan Indonesia, karena sudah menjadi Motto bagi bangsa yang plural seperti Indonesia. Motto ini secara sederhana dapat diartikan “bersatu dalam perbedaan dan berbeda dalam persatuan”, maksudnya bahwa bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras, bahasa dan lain sebagainya, tidak menyebabkan untuk terjadi pertentangan apalagi peperangan. Pun

sebaliknya

meskipun

terdapat

perbedaan

dan

keanekaragaman, bukanlah menjadi suatu halangan bagi rakyat Indonesia untuk bersatu dalam rangka mempertahankan wilayah negara kesatuan republik Indonesia. Motto Bhineka Tunggal Ika ini sangat hebat karena telah dilahirkan dari pikiran-pikiran yang brilian dari para pendiri bangsa. Masykuri Abdillah menegaskan, founding fathers memformulasikan motto Bhinneka Tunggal Ika adalah dalam rangka memperhitungkan dan mempertimbangkan situasi pluralitas dengan segala macam

17

bentuknya. Penerapan konsep Bhinneka Tunggal Ika merupakan implementasi dari sila ketiga yakni Persatuan Indonesia. Karenanya harus

benar-benar

sehingga

akan

dilaksanakan

mampu

secara

memberikan

bertanggung

kesadaran

jawab,

bahwasanya

keanekargaman (pluralistik) harus direspon secara aktif, kreatif, dan positif dan tidak seharusnya menjadikan rakyat Indonesia menjadi berpecah belah, karena keanekaragaman merupakan kehendak Tuhan (sunnatullah). Implementasi Pilar-Pilar Kebangsaan Bhineka Tunggal Ika juga bisa dilihat di salah satu bagian di Museum Yos Sudarso yang bias dilihat dalam gambar di bawah ini

Dari

gambar tersebut kita baca tulisan “Walaupun Berbeda

Komponen Tetapi Menghasilkan Satu Tenaga Yang Berarti Semangat Kerja Insan Teknik Dalam Segala Kondisi Yang Mengutamakan Kerjasama Untuk Mencapai Satu Tujuan”. Menurut penulis, Bhineka Tunggal Ika menjadi filosofi dasar dari tulisan tersebut. Artinyanya bahwa walaupun Di TNI Angkatan Laut itu terdiri dari berbagi komponen yang berasal dari bermacam-macam suku bangsa dan agama di Indonesia, berbagai macam latar pendidikan, berbagai macam

divisi

dan

bebagai

level

18

kepangkatan

tetapi

semua

perbedaan tersebut tetap bersatu padu dalam mencapai tujuan bersama menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia.

BAB 3 PENUTUP Empat Pilar Kebangsaan harus menjadi sebuah konsep yang universal dan terus kita perbaharui melalui proses yang dialogis. Tidak hanya konsep yang mati atau mutlak. Karena melalui proses dialogis ini akan terungkap konsep ke-Indonesia-an yang sejati. Di mana kita akan bersatu dan mengembalikan kejayaan Indonesia di masa lalu; jaya di laut, jaya pula di daratan. Empat

Pilar

Kebangsaan

merupakan

kunci

bagi

kita

mewujudkan integrasi bangsa dan cita-cita kemerdekaan. Namun, tanpa pemaknaan yang representatif dan berkorelasi dengan buktibukti

empiris,

Empat

Pilar

Kebangsaan

terperangkap

dalam

pemahaman teoritis dan normatif. Empat pilar Kebangsaan tidak akan menjadi self-awareness (kesadaran diri) kolektif bangsa Indonesia. Sehingga tujuan sosialisasi dan pembentukan konsep Empat Pilar Kebangsaan tidak tercapai. Bila kita korelasikan Empat Pilar Kebangsaan dengan buktibukti

empiris

ke-Indonesia-an,

Empat

Pilar

Kebangsaan

bertransformasi ke ranah yang universal. Lebih bisa dipahami dan diaplikasikan

sebagai

self-awareness.

karena

Empat

Pilar

Kebangsaan mampu mewakili konsep integrasi bangsa. Tindak lanjut

dari

Empat

Pilar

Kebangsaan

adalah

timbulnya

self-

awareness masyarakat Indonesia, khususnya kita sebagai aparat sipil negara untuk mendayagunakan potensi diri pribadi untuk

19

berperan serta dalam pembangunan. Dengan demikian, kualitas sumberdaya

manusia

yang

berakarakter

dan

memiliki

self-

awareness empat pilar kebangsaan akan melahirkan keberanian meneguhkan eksistensinya sebagai pengabdi masyarakat dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan yang tertera dalam pembukaan UUD 1945. 3.1 KESIMPULAN 1. Monumen Yos Sudarso dan Museum Loka Jala Crana adalah wujud peran serta Kodiklatal Surabaya dalam melestarikan Pilar-Pilar Kebangsaan yang bisa menjadi bahan pembelajaran bagi siapa saja yang berkunjung termasuk para peserta Diklatpim 4 Angkatan 134 Badan Diklat Provinsi Jawa Timur. 2. Menyadari akan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki TNI Angkatan Laut serta kompleksitas permasalahan maritim yang harus dilaksanakan secara lintas sektoral, maka TNI Angkatan

Laut

senantiasa

membina

kemitraan,

dengan

merangkul serta mendorong kementerian atau instansi terkait dalam

bekerjasama

mengamankan

perbatasan

NKRI.

Kesatuan upaya tersebut merupakan kekuatan Indonesia dalam memagari wilayahnya sehingga memberikan dampak penangkalan bagi setiap upaya yang merongrong kedaulatan bangsa. Dan hal tersebut adalah hal utama yang bisa kita pelajari khususnya dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia Sebagai Pilar-Pilar Kebangsaan yang ketiga. 3. Simbol-simbol pilar Kebangsaan tersebut, tentunya juga bisa di

implementasikan

di

instasi

Diklatpim 4.

20

masing-masing

peserta

3.2 REKOMENDASI Keempat

pilar

kehidupan

berbangsa

dan

bernegara,

semestinya harus kita jaga, pahami, hayati dan laksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, di mana Pancasila yang menjadi sumber nilai menjadi ideologi, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai aturan yang semestinya ditaati, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai empat pilar tersebut yakinlah tujuan yang dicitacitakan bangsa ini akan terwujud. DAFTAR PUSTAKA

Nana Rukmana D,Wirapraja. Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat

IV

Agenda

Self

Mastery-Pilar

Pilar

Kebangsaan.

Lembaga Administrasi Negara RI.2015. Marsetio, Dr., Laksamana TNI. Strategi TNI Angkatan Laut Dalam Pengamanan Batas Maritim NKRI. Jurnal Sejarah, Magister Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro 2013. Sekjen MPR RI. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. Buku Pedoman Sekjen MPR RI 2012.

21

Irham, M. Akhil. Pengamanan Pilar Bangsa dan Masa Depan Negara Kesatuan Indonesia

LAMPIRAN A. Foto-Foto di Monumen Yos Sudarso

22

B. Foto-Foto di Monumen Loka Jala Crana

23

24

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF