Laporan Uji Tarik
February 9, 2019 | Author: Siti Marwah Syarif | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Uji Tarik ...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM UJI TARIK NAMA MAHASISWA : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
SITI MARWAH SYARIF SANDY PRIA PRAYOGA RUDOLF FRENGKI RUDI SETIAWAN NASIH UDIN NANANG NURYAMAN
KELAS DOSE DOSEN N PEM PEMBI BIM MBING BING
:4J : Pak Pak.. JUS JUSAF AFWA WAR R
PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Uji tarik adalah kegiatan pengujian bersifat destruktif, terhadap suatu bahan dengan cara memberikan beban tarikan secara terus menerus. Bertambah beban sampai akhirnya putus. Kemampuan tarik suatu bahan diperlihatkan dalam suatu perbandingan antara besar beban tarik terhadap luas bidang bahan yang mengalami tarikan.
1.2. Judul Praktek Uji Tarik
1.3. Tujuan Praktek Untuk mengetahui sifat – sifat mekanik suatu bahan atau logam terhadap pembebanan tarik. Sehingga Mahasiswa dapat melakukan percobaan ini karena mengetahui karakteristik benda.
1.4 Sasaran Praktikum Setelah mempelajari teori dasar pengujian tarik ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. Memahami kurva tegangan-regangan hasil uji tarik dari beberapa jenis logam (besi tuang, baja, tembaga dan alumunium) 2. Mendeskripsikan titik-titik penting (batas proporsionalitas, batas elastis, titik luluh, daerah necking necking dan sebagai sebagainya nya)) dalam dalam kurva kurva teganga tegangan-r n-rega egangan ngan yang yang menjel menjelask askan an perila perilaku ku mekanis logam-logam tersebut. 3. Menerapkan beberapa formulasi dasar dan menganalisis kurva beban-perpanjangan untuk memperoleh nilai-nilai kekuatan tarik, titik luluh, persentase elongasi, modulus elastisitas, modulus ketangguhan untuk beberapa jenis logam. 4. Menjelaskan perbedaan antara kurva tegangan-regangan rekayasa dan kurva tegangan regangan sesungguhnya. 5. Mene Menera rapka pkan n dasa dasarr penga pengama mata tan n kerus kerusak akan an untuk untuk meng mengan anal alis isis is bent bentuk uk perp perpat ataha ahan n (frakt (fraktogr ografi afi)) hasil hasil uji tarik tarik bebera beberapa pa jenis jenis logam logam serta serta mengkai mengkaitka tkanny nnyaa dengan dengan kurva kurva tegangan-regangan yang telah dicapai.
Alat dan bahan bahan Yang Yang Digunakan Digunakan •
Jangka Sorong
•
Tarno Grock
•
Spidol 2 buah
•
Alumunium 2 batang
•
Baja 2 batang
•
Tembaga 2 batang
1.5 Prinsip Pengujian Tarik Sampel bentuk ukuran dan bentuk tertentu (dalam standart SII atau JIS atau ASTM ) diberikan beban tarik yang continue sampai bahan atau logam tersebut mengalami
perpatahan.
Perpatahan
beban
tarik
ini
akan
menimbulkan
perubahan regangan. Hubungan antara penambahan beban dengan perubahan regangan regangan dapat dapat digambar digambarkan kan dalam dalam suatu suatu kurva kurva yang dikenal dengan dengan kurva kurva stress – strain.
1.6 Ruang Lingkup Pengujian Tarik Penguj Pengujian ian ini memaka memakaii benda benda uji uji atau atau samp sampel el dari dari bahan bahan logam logam baik baik itu ferrous ferrous atau non ferrous. ferrous. Ukuran sampel telah disesuaikan disesuaikan dengan standar standar SII (dalam percobaan ini ), atau JIS atau ASTM. Variable – variable yang mempenga mempengaruhi ruhi adalah besarnya besarnya beban beban tarik tarik dan diameter diameter awal dari sampel. sampel. Sifat Sifat – sifat sifat mekani mekanis s yang yang dihar diharapk apkan an didapa didapatt dari dari perco percobaa baan n ini ini adalah adalah kekuat kekuatan an luluh luluh,, tegan tegangan gan maksi maksimum mum,, tegang tegangan an patah patah dan dan harga harga modul modulus us young.
1.7 Teori literatur Pengujian Tarik Setelah memahami tujuan yang telah diuraikan oleh pengujian tarik, ada beberapa sifat yang dapat diketahui dari percobaan ini yaitu,
Batas proporsionalitas (Proportionality Limit)
Meru Merupa paka kan n daer daerah ah bata batass dima dimana na tega tegang ngan an dan dan regan reganga gan n memp mempun unya yaii hubun hubungan gan propor proporsio sional nalita itass satu satu dengan dengan lainny lainnya. a. Setiap Setiap penamb penambaha ahan n tegang tegangan an akan akan diikut diikutii dengan dengan penamb penambaha ahan n reganga regangan n secara secara propor proporsio sional nal dalam dalam hubunga hubungan n linier linier σ = E ε (bandingkan dengan hubungan y = mx ; dimana dimana y mewakili mewakili tegangan; tegangan; x mewakili mewakili regangan regangan dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan).
Titik P pada Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas dari kurva tegangan-regangan.
Batas elastis (elastic limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bahagian dari batas elastik ini. Selanjutnya bila bahan terus diberikan tegangan (deformasi dari luar) maka batas elastis akan Gambar 1.1. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat baja ulet
terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang diberi diberikan kan akan akan menyeb menyebabk abkan an terjad terjadiny inyaa deform deformasi asi perman permanen en (plast (plastis) is) pertam pertamaa kaliny kalinya. a.
Kebanyakan material teknik memiliki batas elastis yang hampir berimpitan dengan batas proporsionalitasnya.
Titik luluh (yield point) dan kekuatan luluh (yield strength)
Titik Titik ini merupakan suatu batas dimana material material akan terus mengalami mengalami deformasi tanpa adanya adanya penamb penambaha ahan n beban. beban. Tegang Tegangan an stress) (stress) yang yang mengak mengakiba ibatka tkan n bahan bahan menunj menunjukka ukkan n tegangan luluh (yield stress). stress). Titik luluh ditunjukkan oleh titik mekanisme luluh ini disebut tegangan Ypada Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur Kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atomatom carbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut lower yield point ) menyebabkan baja ulet eperti mild steel menunjukkan titik luluh bawah ((lower dan titik luluh atas (upper (upper yield point ). ). Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan kekuatan luluh materi material al sepert sepertii ini maka maka diguna digunakan kan suatu suatu metode metode yang yang dikenal dikenal sebaga sebagaii Metode Metode Offset Offset . kekuatan luluh (yield strength (yield strength)) ditentukan sebagai tegangan dimana Dengan metode ini kekuatan bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari proporsionalitas tegangan dan regangan . Pada Gambar 1.2 di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP, sehing sehingga ga perpot perpotonga ongan n XW dan kurva kurva teganga tegangan-r n-rega egangan ngan member memberika ikan n titik titik Y sebaga sebagaii kekuatan luluh. Umumnya garis offset OX diambil 0.1 – 0.2% dari regangan total dimulai dari titik O.
Gambar 1.2. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat dari bahan getas
Kekuat Kekuatan an luluh luluh atau atau titik titik luluh luluh merupa merupakan kan suatu suatu gambar gambaran an kemamp kemampuan uan bahan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produk produk logam seperti proses rolling , drawing , stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu tingkat tegangan yang: service) • Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in (in service) • Harus dilewati dalam proses manufaktur logam ( forming forming process). process).
Kekuatan tarik maksimum (ultimate ( ultimate tensile strength) strength )
Meru Merupa paka kan n tega teganga ngan n maks maksiu iumu mum m yang yang dapat dapat dita ditangg nggun ung g oleh oleh mate materi rial al sebel sebelum um terjadinya perpatahan ( fracture). fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum σ uts ditentukan dari beban maksium Fmaks dibagi luas penampang awal Ao. (1.1) Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukkan oleh titik M (Gambar 1.1) dan selanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga hingga titik titik B. Bahan Bahan yang yang bersif bersifat at getas getas member memberika ikan n perila perilaku ku yang yang berbeda berbeda dimana dimana teganga tegangan n maksim maksimum um sekali sekaligus gus tegang tegangan an perpat perpataha ahan n (titik (titik B pada pada Gambar Gambar 1.2). 1.2). Dalam Dalam kaitannya kaitannya dengan penggunaan structural structural maupun dalam proses proses forming forming bahan, kekuatan maksimum adalah batas tegangan yang sama yang sama sekali sekali tidak boleh dilewati. dilewati .
Kekuatan Putus (breaking (breaking strength) strength )
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaking ) dengan luas penampang awal Ao. Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan (necking ) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.
Keuletan (ductility (ductility))
Keulet Keuletan an merupak merupakan an suatu suatu sifat sifat yang yang menggam menggambar barkan kan kemamp kemampuan uan logam logam menahan menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini , dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki (forming ) melalui oleh oleh bahan bahan bila bila ingi ingin n diben dibentu tuk k forming melalui proses proses rolling , bending , stretching , drawing , hammering , cutting dan sebaga sebagainy inya. a. Penguj Pengujian ian tarik tarik member memberika ikan n dua metode metode pengukuran keuletan bahan yaitu: • Persentase perpanjangan (elongation) Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan terhadap panjang awalnya. Elongasi, ε (%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (1.2) dimana Lf dimana Lf adalah adalah panjang akhir dan Lo dan Lo panjang panjang awal dari benda uji. UTS = UTS = Fmaks/Ao • Persentase pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction) Diukur Diukur sebaga sebagaii pengur pengurang angan an luas luas penamp penampang ang (cross (cross-se -secti ction) on) setela setelah h perpat perpataha ahan n Reduksi penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (1.3) terhadap luas penampang awalnya. awalnya. Reduksi dimana Af dimana Af adalah adalah luas penampang akhir dan Ao dan Ao luas penampang awal.
Modulus elastisitas ( E )
Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan ukuran kekakuan suatu material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu, tertentu, atau dapat dikatakan dikatakan material material tersebut semakin kaku ( stiff stiff ). ). Pada grafik grafik tegangan-rega tegangan-regangan ngan (Gambar 1.1 dan 1.2), modulus modulus kekakuan kekakuan tersebut tersebut dapat dihitung dari slope kemiringan garis elastis yang linier, diberikan oleh: E = σ/ε atau E = tan α (1.4)
dimana dimana α adalah sudut yang dibentuk dibentuk oleh daerah elastis elastis kurva tegangan-rega tegangan-regangan. ngan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan. Sebagai contoh diberikan oleh Gambar 1.3 di bawah ini yang menunjukkan grafik tegangan-regangan beberapa jenis baja:
Gambar 1.3. Grafik tegangan-
regangan beberapa baja yang memperlihatkan kesamaan modulus kekakuan
1.8 Prosedur Tarik ➢
Sampel uji yang dibentuk sudah standar dilakukan pengukuran diameter awal (D0 ), panjang ukur awal ( L0 ), panjang proporsional (Pd).
➢
Kemudian batang uji diletakkan pada alat uji tarik
➢
Pengaturan beban: untuk batang baja, beban maksimum yang diletakkan sebesar 100.000 N.
➢
sedangkan untuk alumunium dan tembaga, beban maksimum yang digunakan sebesar 40.000 N.
➢
Jarum skala di nolkan terlebih dahulu.
➢
Pada waktu dilakukan penarikan diadakan pembacaan :
Setiap 100 N untuk baja
Setiap 500 N untuk setiap Al dan tembaga
➢
Dilakukan Dilakukan penarikan samapai benda uji putus dan pertambahan pertambahan panjang dibaca pada jangka sorong sebagai pengganti extensiometer.
➢
Dari data dibuat grafik stress – strain
➢
Setelah putus batas uji disambung kembali inyuk pengukuran panjang dan diameter akhir.
BAB II DATA PRAKTIKUM STANDAR PEGUJIAN ALAT BAHAN UJI
: UJI TARIK LOGAM : TARNO GROCKI (JERMAN) : TEMBAGA I
D = 10 mm Ao = 157 mm
Lo = 80 mm P = 155 mm A = 78.5 mm2
1/2P = 77.5 mm
N o
F (Newt on)
∆L (m m)
1
1000
1
2
1500
2
3
4400
3
4
9500
4
5
16500
5
6
27200
6
7
32400
7
8
33200
8
9
34000
9
34500
10
34800
11
35000
12
35100
13
34800
14
33700
15
31800
16
29400
17
25600
18
21000
19
1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9
σ eng (N/mm2)
σ true (N/mm2)
ε eng (mm2)
ε true (mm2)
14.11507 313 21.17260 97 62.10632 179 134.0931 948 232.8987 067 383.9299 892 457.3283 695 468.6204 28 479.9124 865 486.9700 231 491.2045 451 494.0275 597 495.4390 67 491.2045 451 475.677 9646 448.8593 257 414.9831 501 361.3458 722 296.416 5358
12.85062 313 19.90815 97 60.84187 179 130.4251 948 231.6342 567 382.6655 392 452.0834 695 467.3559 78 478.6480 365 485.7055 731 489.9400 951 492.7631 097 494.1746 17 489.9400 951 468.832 3146 445.2894 257 413.7187 001 360.0814 222 295.152 0858
0.006335 128 0.012670 257 0.019005 385 0.025340 513 0.031675 641 0.038010 77 0.044345 898 0.050681 026 0.057016 155 0.063351 283 0.069686 411 0.076021 539 0.082356 668 0.088691 796 0.09502 6924 0.101362 053 0.107697 181 0.114032 309 0.12036 7437
0.003346 328 0.009681 457 0.016016 585 0.022351 713 0.028686 841 0.035021 97 0.041357 098 0.047692 226 0.054027 355 0.060362 483 0.066697 611 0.073032 739 0.079367 868 0.085702 996 0.09203 8124 0.098373 253 0.104708 381 0.111043 509 0.11737 8637
GRAFIK
STANDAR PEGUJIAN ALAT BAHAN UJI
: UJI TARIK LOGAM : TARNO GROCKI (JERMAN) : TEMBAGA II
D = 10 mm Ao = 157 mm
Lo (mm) = 80 P = 156 mm A = 78.5 mm2
1/2P = 78 mm
N O
F (newto n)
ΔL (mm)
1
900
1
2
1100
2
3
4500
3
4
9000
4
5
15500
5
σ eng (N/mm 2 ) 5.7324 84 7.0063 69 28.662 42 57.324 84 98.726 11
σ true (N/mm 2 ) 5.8041 4 7.1815 29 29.737 26 60.191 08 104.89 65
ε eng (mm2 ) 0.012 5 0.025 0.037 5 0.05 0.062 5
ε true (mm2) 0.0124 23 0.0246 93 0.0368 14 0.0487 9 0.0606 25
6
22400
6
7
23500
7
8
23750
8
9
23800
9
10
23850
10
11
23700
11
12
23800
12
13
23650
13
14
23400
14
15
22500
15
20900
16
19000
17
16000
18
1 6 1 7 18
GRAFIK
142.67 52 149.68 15 151.27 39 151.59 24 151.91 08 150.95 54 151.59 24 150.63 69 149.04 46 143.31 21 133.1 21 121.0 191 101.91 08
153.37 58 162.77 87 166.40 13 168.64 65 170.89 97 171.71 18 174.33 12 175.11 54 175.12 74 170.18 31 159.7 452 146.7 357 124.84 08
0.075 0.087 5 0.1 0.112 5 0.125 0.137 5 0.15 0.162 5 0.175 0.187 5
0.2 0.212 5 0.225
0.0723 21 0.0838 81 0.0953 1 0.1066 1 0.1177 83 0.1288 33 0.1397 62 0.1505 73 0.1612 68 0.1718 5 0.182 322 0.192 684 0.2029 41
STANDAR PEGUJIAN ALAT BAHAN UJI D = 10 mm Ao = 155 155 mm 1/2P = 78 mm
: UJI TARIK LOGAM : TARNO GROCKI (JERMAN) : ALUMINIUM I Lo (mm) = 80 P = 156 156 mm A = 78.5 mm2
σ eng (N/mm2 )
11.3045 4 17.9545 4 34.5145 4 58.7145 4 95.6645 4 141.514 54 174.074 54 179.604 54 185.334 54 189.164 54 193.614 54 196.174 54 198.074 54 200.944 54 202.214 54 203.174 54 204.764 54
σ true (N/mm2 ) 2.81395 13 4.73395 13 9.83395 13 12.3739 51 19.0239 51 35.5839 51 59.7839 51 96.7339 51 142.583 95 175.143 95 180.673 95 186.403 95 190.233 95 194.683 95 197.243 95 199.143 95 202.013 95 203.283 95 204.243 95 205.833 95
204.764 54
205.8339 51
203.1 20 3.174 74
204.2 20 4.243 43
NO
F
ΔL (m m)
1
130
1
1.74454
2
280
2
3.66454
3
680
3
8.76454
4
870
4
5
1500
5
6
2770
6
7
4670
7
8
7570
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
22
1117 0 1382 0 1427 0 1472 0 1502 0 1537 0 1557 0 1572 0 1594 5 1604 5 1612 0 1624 5 16245
1612
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
22
ε eng (mm2)
ε true (mm2)
0.0060 49 0.0185 49 0.0310 49 0.0435 49 0.0560 49 0.0685 49 0.0810 49 0.0935 49 0.1060 49 0.1185 49 0.1310 49 0.1435 49 0.1560 49 0.1685 49 0.1810 49 0.1935 49 0.2060 49 0.2185 49 0.2310 49 0.2435 49 0.2560 49 0.2685
0.00550 23 0.01800 23 0.03050 23 0.04300 23 0.05550 23 0.06800 23 0.08050 23 0.09300 23 0.10550 23 0.11800 23 0.13050 23 0.14300 23 0.15550 23 0.16800 23 0.18050 23 0.19300 23 0.20550 23 0.21800 23 0.23050 23 0.24300 23 0.255502 34
0.26800
GRAFIK
STANDAR PEGUJIAN ALAT BAHAN UJI D = 10 mm Ao = 158 158 mm 1/2P = 78 mm
: UJI TARIK LOGAM : TARNO GROCKI (JERMAN) : ALUMINIUM II Lo = 80 mm P = 156 156 mm A = 78.5 mm2
NO
F
ΔL (mm)
1
125
1
σ eng (N/mm2 ) 2.39764
σ true (N/m m2) 3.4670
ε true (mm2) 0.0060 0.005
ε eng (mm2)
2
275
2
3
375
3
4
520
4
5
850
5
6
1075
6
7
1525
7
8
2825
8
9
5475
9
10
8625
10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
22 23
1252 5 1402 5 1437 5 1477 5 1507 5 1537 5 1567 5 1582 5 1597 5 1607 5 16175
1617 5 1617 5
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
22 23
9 4.30864 9 5.58264 9 7.42964 9 11.6336 5 14.4996 5 20.2316 5 36.7926 5 70.5506 5 110.677 6 160.359 6 179.467 6 183.926 6 189.021 6 192.843 6 196.664 6 200.486 6 202.397 6 204.308 6 205.582 6
6 5.3780 6 6.6520 6 8.4990 6 12.703 1 15.569 1 21.301 1 37.862 1 71.620 1 111.74 7 161.42 9 180.53 7 184.99 6 190.09 1 193.91 3 197.73 4 201.55 6 203.46 7 205.37 8 206.65 2
206.8556 49
207.92 51
206.855 6 206.855 6
207.92 5 207.92 5
49 0.0185 49 0.0310 49 0.0435 49 0.0560 49 0.0685 49 0.0810 49 0.0935 49 0.1060 49 0.1185 49 0.1310 49 0.1435 49 0.1560 49 0.1685 49 0.1810 49 0.1935 49 0.2060 49 0.2185 49 0.2310 49 0.2435 49 0.2560 49 0.2685 49 0.2810 49
5 0.018 0.030 5 0.043 0.055 5 0.068 0.080 5 0.093 0.105 5 0.118 0.130 5 0.143 0.155 5 0.168 0.180 5 0.193 0.205 5 0.218 0.230 5 0.243 0.2555 02
0.268 0.280 5
24 25 26 27 28
GRAFIK
1597 5 1502 5 1372 5 1202 5 10025
24 25 26 27 28
204.308 6 192.206 6 175.645 6 153.989 6
205.37 8 193.27 6 176.71 5 155.05 9
128.5126 49
129.58 21
0.2935 49 0.3060 49 0.3185 49 0.3310 49 0.3435 49
0.293 0.305 5 0.318 0.330 5 0.3430 02
STANDAR PEGUJIAN ALAT BAHAN UJI D = 10 mm Ao = 159 159 mm 1/2P = 78 mm
Lo = 80 mm P = 156 156 mm A = 78.5 mm2
NO
F
ΔL (mm)
1
130
1
2
280
2
3
680
3
4
870
4
5
1500
5
6
2770
6
7
4670
7
8
7570
8
9 10 11 12 13 14
: UJI TARIK LOGAM : TARNO GROCKI (JERMAN) : BAJA I
1117 0 1382 0 1427 0 1472 0 1502 0 1537
9 10 11 12 13 14
σ eng σ true (N/m (N/m 2 m) m2) 5.2203 6.2897 1 2 13.87 13 .871 1 14 14.94 .940 0 28.288 29.357 3 7 85.958 87.027 3 7 147.95 149.02 4 4 256.08 257.15 5 5 375.75 376.82 1 1 459.37 460.44 2 2 470.90 471.97 6 6 480.99 482.06 9 9 488.92 489.99 8 8 496.85 497.92 8 8 499.74 500.81 1 1 502.62 503.69
ε eng (mm2)
ε true (mm2)
0.0065 49 0.0205
0.006
0.0335 49 0.0465 49 0.0595 49 0.0735 49 0.0865 49 0.0995 49 0.1135 49 0.1265 49 0.1395 49 0.1535 49 0.1665 49 0.1795
0.033
0.02
0.046 0.059 0.073 0.086 0.099 0.113 0.126 0.139 0.153 0.166 0.179
0 15
16 17 18 19 20
GRAFIK
15570
1572 0 1594 5 1604 5 1612 0 1624 5
15
16 17 18 19 20
21
16245
21
22
16120
22
5
5
504.06 73
505.13 67
501.18 3 491.09 1 466.58 1 439.18 8 393.05 2 338.26 5
502.25 3 492.16 1 467.65 1 440.25 8 394.12 2
237.34 23
339.33 47 238.41 17
49 0.1925 49 0.2065 49 0.2195 49 0.2325 49 0.2465 49 0.2595 49 0.2725 49 0.2865 49
0.1920 02
0.206 0.219 0.232 0.246 0.259 0.2720 02 0.2860 02
STANDAR PEGUJIAN ALAT BAHAN UJI D = 10 mm Ao = 157 mm 1/2P = 78 mm
: UJI TARIK LOGAM : TARNO GROCKI (JERMAN) : BAJA II Lo
NO
F
ΔL (mm)
1
130
1
2
280
2
3
680
3
4
870
4
5
1500
5
6
2770
6
σ eng (N/mm2 ) 15.3563 1 32.8503 1 75.7893 1 137.812 3 287.303 3 398.626
= 80 mm P = 156 mm A = 78.5 mm2
σ true (N/m m2) 16.425 7 33.919 7 76.858 7 138.88 2 288.37 3 399.69
ε eng (mm2) 0.0075 49 0.0215 49 0.0355 49 0.0495 49 0.0635 49 0.0775
ε true (mm2) 0.007 0.021 0.035 0.049 0.063 0.077
7
4670
7
8
7570
8
9 10 11
12 13 14
GRAFIK
1117 0 1382 0 14270
1472 0 1502 0 1537 0
9 10 11
12 13 14
15
15570
15
16
1572 0
16
17
15945
17
3 508.359 3 522.672 3 535.394 3 538.575 3
6 509.42 9 523.74 2 536.46 4 539.64 5
548.1173 09
549.18 67
536.985 3 514.720 3 474.962 3 438.384 3 346.145 3
538.05 5
325.4713 09
326.54 07
515.79 476.03 2 439.45 37
347.21 5
49 0.0915 49 0.1055 49 0.1195 49 0.1335 49 0.1475 49 0.1615 49 0.1755 49 0.1895 49 0.2025 49 0.2165 49 0.2305 49
0.091 0.105 0.119 0.133 0.1470 02
0.161 0.175 0.189 0.2020 02
0.216 0.2300 02
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Dari praktikum ini dapat diambi Aumunium bersifat liat daripada baja dan tembaga karena memiliki kemampuan ulur tinggi sedang kemampuan tegangan rendah. Gaya maksimum yang yang diha dihasi silk lkan an dari dari alum alumuni unium um menc mencapa apaii 16275 16275 N. Alum Alumun uniu ium m memi memili liki ki tegan teganga gan n sesungguhnya sebesar 259.07 N/mm2 dan regangan sesungguhnya sebesar 0.2231 mm2. Tembaga bersifat ulet karena tembaga memiliki mampu ulur dan mampu tegangan tinggi. Gaya maksimum yang dihasilkan dari alumunium mencapai 23900 N, tegangan sesungguhnya sebesar 353.90 N/mm2 dan regangan sesungguhnya sebesar 0.17 mm2. Baja Baja bersif bersifat at getas getas karena karena baja baja memil memiliki iki kemamp kemampuan uan ulurny ulurnyaa rendah rendah dan mampu mampu tegangan tinggi. Gaya maksimum yang dihasilkan dari alumunium mencapai 35000 N, tegangan sesungguhnya sebesar 101.654 N/mm2 dan regangan sesungguhnya sebesar 0.182 mm2.
SARAN
1. Setiap Setiap praktek praktek yang dilaku dilakukan kan harus harus lebih lebih teliti teliti dalam dalam melihat melihat ukuran. ukuran. 2. Tidak Tidak bercand bercandaa saat saat melak melakukan ukan perc percobaa obaan. n. 3. Periksa Periksa semua perlengkapan perlengkapan alat sesuai sesuai prosedur prosedur.. 4. Lakukan Lakukan prak praktek tek sesu sesuai ai prose prosedur dur prak praktek tek..
5. Menganalisis setiap kejadian kejadian dalam melakukan melakukan pengujian pengujian
View more...
Comments