Laporan Tutorial Skenario 2 Kelompok L
August 30, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Tutorial Skenario 2 Kelompok L...
Description
LAPORAN TUTORIAL BLOK XV PERAWATAN PENYAKIT DAN KELAINAN GIGI
SKENARIO 2
Disusun oleh: Kelompok Tutorial L Nindita Cahya Mumpuni Mumpuni
(161610101111) (161610101111)
Yumnaina Nurhadi
(161610101112) (161610101112)
Julia Eka Putri
(161610101113) (161610101113)
Nandita Nur Afifa
(16161010111 (161610101114) 4)
Dinda Virgatha Dea Syahputri P.
(161610101115) (161610101115)
Imania Zulfa
(16161010111 (161610101117) 7)
M. Nagara Salim Said
(161610101118) (161610101118)
Rinda Puspa Safitri
(161610101119) (161610101119)
Jevina Sicilia Ahaliawan
(161610101120) (161610101120)
Annisa Syifa Maharani
(161610101121) (161610101121)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2018
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
Tutor
: drg. Nadie Fatimatuzzahro, MDSc
Ketua
: Nindita Cahya Mumpuni
(161610101111) (161610101111)
Scriber Meja
: Dinda Virgatha Dea
(1616101011 (161610101115) 15)
Anggota
:
1) Yumnaina Nurhadi
(161610101112) (161610101112)
2) Julia Eka Putri
(161610101113) (161610101113)
3) Nandita Nur Afifa 4) Imania Zulfa
(161610101114) (161610101114) (161610101117) (161610101117)
5) M. Nagara Salim Said
(161610101118) (161610101118)
6) Rinda Puspa Safitri
(161610101119) (161610101119)
7) Jevina Sicilia Ahliawan
(161610101120) (161610101120)
8) Annisa Syifa Maharani
(161610101121) (161610101121)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan tutorial skenario 1 pada Blok Blok XV : Perawatan Penyakit dan Kelainan Gigi Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada: 1. drg. Nadie Fatimatuzzahro, MDSc selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok 15 Fakultas Fakultas Kedokteran Kedokteran Gigi Gigi Universitas Universitas Jember dan memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami, sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan tutorial ini. 3. Teman-teman kelompok 12 yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya sehingga laporan tutorial ini dapat berjalan dengan baik dan laporan ini dapat terselesaikan pada waktunya. 4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember angkatan 2016 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 9 September 2018
Tim Penyusun
SKENARIO 2
Seorang wanita umur 19 tahun datang ke tempat praktek dokter gigi mengeluh gigi bawah kanan berlubang berlubang Pasien menginginkan untuk dilakukan penambalan sewarna gigi. Hasil pemeriksaan klinis tampak gigi 16 karies media klas I Black, tes vitalitas positif, tes perkusi dan tekanan negatif, tidak ada kegoyangan, dan gigi masih bisa dipertahankan. Diagnosa gigi 16 adalah pulpitis reversible dan dapat dilakukan penumpatan dengan bahan Semen Ionomer Kaca
(SIK).
BAB I PENDAHULUAN
Semen ionomer kaca adalah bahan restorasi yang paling akhir berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin melalui ikatan kimia. Kekurangan SIK jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain adalah adalah kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai mempunyai sifat brittle (Robert, 2002). Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik. Beberapa sifat yang dimiliki semen ionomer kaca adalah bersifat biokompatibilitas terhadap jaringan gigi, sifat perlekatan baik secara kimia terhadap dentin dan enamel, serta mempunyai beberapa sifat fisis (Robert, 2002). Seme Se men n io iono nome merr kaca ka ca melepa melepaskan skan ion ion fluor fluor dalam dalam jangka jangka waktu waktu yang yang cuku cukup p lama sehi sehing ngg ga dapa dapatt menghilangkan menghila ngkan sensit s ensitivitas ivitas dan mencegah men cegah terjadinya terja dinya karies karie s sekunder. se kunder. Kemampuan dalam melepaskan ion fluor terhadap compressive strength dari bahan restorasi Semen ionomer kaca, mengakibatkan korelasi negatif antara pelepasan ion fluoride dengancompressive strength. Bahan material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride yang lebih tinggi, secara seca ra umum mempunyai kekuatan yang lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pelepasan ion fluoride fl uoride yan ang g rendah (Robert, 2002). Semen ionomer kaca sering disebut dengan ASPA (Alumine Silicate and polyacrylic acid ). Rea Reak ksi yang terbentuk dari Semen ionomer kaca adalah reaksi antara alumina silikat kaca dalam bentuk powder dengan asam poliakrilik sebagai liquid. Selain sebagai bahan restorasi, Semen ionomer kaca dapat digunakansebagai bahan perekat, bahan pengisi untuk restorasi gigi anterior dan posterior, pelapiskavitas, penutup pit dan fisur, fis ur, bonding agent pad padaa re resi sin n komposit, it, se serrta se seb bag agaai semen adhesif pada perawatan ortodontik. Ukuran partikel gelas Semen ionomer kaca bervariasi, yaitu sekitar 50 µm sebagai bahan restorasi dan sekitar 20 µm sebagai bahan luting (Robert, 2002)
BAB II DISKUSI STEP 1. Clarifying Unfamiliar Terms
1. Semen ionomer kaca : suatu bahan restorasi gigi yang dapat digunakan untuk restorasi kavitas tekanan kunyah rendah dan memiliki warna yang hampir sama dengan gigi 2. Karies media klas 1 black: karies sudah mencapai enamel dan setengah dentin yang mengenai pit dan fissure bagian oklusal pada bagian gigi posterior, jika pada gigi anterior pada foramen caecum. STEP 2. Problem Definition
1. Apa syarat bahan restorasi setelah perawatan endo? 2. Apa saja sifat dari SIK? 3. Apa kelebihan dan kekurangan SIK? 4. Apa indikasi dan kontraindikasi SIK untuk restorasi? 5. Apa dasar pertimbangan untuk restorasi gigi setelah perawatan endo? 6. Bagaimana prosedur penumpatan SIK? 7. Apakah ada bahan lain untuk bahan restorasi selain SIK? 8. Apakah kasus pada skenario di pulp capping terlebih dahulu atau tidak? STEP 3. Brainstorming
1. Syarat bahan restorasi setelah perawatan endo:
Biokampatibel dengan jaringan gigi
•
Sesuai dengan kemampuan ekonomis pasien
•
Mudah dimanipulasi
•
Mampu beradaptasi dengan tekanan mastikasi
•
Translusensi yang tinggi
•
Warna hampir sama dengan gigi
•
Tidak larut jika terkena cairan
•
Memiliki perlekatan yang baik pada enamel dan dentin
•
Tidak mudah menyerap air
•
Koefisien thermal sama dengan enamel dan dentin
•
Sifat adesif tinggi Dapat menutupi koronal scr menyeluruh
•
•
Dapat mengembalikan fungsi gigi
•
Melindungi struktur gigi yang tersisa
•
Memiliki retensi agar restorasi tidak terlepas
•
Memiliki resistensi
•
2. Sifat Semen ionomer kaca:
Sifat adesif yang dapat mengikat enamel dan dentin, ikatan terjadi
•
karena interaksi antar ion golongan karboksil dan ion kalsium pada gigi dan ikatan lebih kuat pada enamel dibandingkan dentin
Thermal ekspansi yang sesuai dengan dentin dan enamel
•
Sifat tahan abrasi
•
Biokampabilitas pada pulpa dan jaringan periodontal
•
Tingkat keausan lebih tinggi dibandingkan resin komposit
•
Fraktur banyak ditemukan pada daerah gigi yang banyak menerima
•
tekanan besar
Memungkinkan melakukan modifikasi dengan merubah rasio bubuk
•
dan cairan
Memiliki sifat flour release dimana dapat mencegah karies
•
sekunder, mengurangi sensitifitas pada gigi, dan juga menyebabkan kekuatan menjadi rendah sehingga tidak cocok pada oklusal tekanan te kanan besar.
Sifat penyerap air yang lebih besar dibandingkan komposit
•
Working time 2 menit, setting time 4 menit
•
Mekanis: Kompresif strength 202 mpa, tensil strength 6,6 mpa,
•
hardness 4,9 Khn lebih lunak dr silika
•
Antibakteri dan tidak tahan dengan larutan asam
Kelarutan tinggi jadi harus terhindar/terisolasi dari saliva
•
3. Kelebihan semen ionomer kaca:
Antibakteri lebih tinggi
•
Mudah dimanipulasi Perlekatan baik dengan dentin dan enamel
•
•
Kompresif strength ringan jadi untuk restorasi yang tidak terkena
•
tekanan besar tapi jika digunakan untuk restorasi yang tekanan besar maka masih dimodifikasi dulu
Sifat fisik stabil
•
Konsistensi cair sehingga dapat mengisi pit dan fisure pada oklusal
•
Kekurangan semen ionomer kaca:
Warna lebih opak
•
Kurang estetik dibandingkan bahan lainnya
•
Sulit dipolish
•
Working time pendek setting time panjang
•
Kekuatan tekan dan kekerasannya rendah
•
Mudah fraktur
•
Retensi terhadap abrasi menurun
•
4. Indikasi semen ionomer kaca:
Untuk restorasi anterior
•
Digunakan pada karies tipe 1
•
Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
•
Bahan restorasi pada gigi desidui
•
Kontraindikasi
Tidak pada lesi labial gigi karena mengutamakan estetika esteti ka
•
Restorasi pengganti amalgam
•
Restorasi karies klas 2, 4 dan 6,
•
Dibandingkan dengan resin, SIK lebih rendah estetiknya. estet iknya.
•
5. Dasar pertimbangan untuk restorasi gigi setelah perawatan endo
Banyaknya jaringan yang tersisa yang mempengaruhi resistensi gigi
•
posteri or menggunakan bahan lebih kuat Fungsi gigi, jika pada gigi posterior
•
Posisi gigi, jika pada gigi anterior harus memiliki nilai estetik yang
•
tinggi
Morfologi dan anatomi saluran akar
•
6. Prosedur penumpatan SIK
Preparasi, sterilisasi kavitas, pemberian subbase/liner kalsium
•
hidroksida/MTA (melindungi pulpa), lalu diberikan SIK
Dilapisi menggunakan dentin conditioner 10 detik
•
Dibersikan menggunakan air
•
Dikondisikan kavitas keadaan lembab
•
Manipulasi bahan, SIK tipe 2. Terdiri dari bubuk dan cairan yang
•
diaduk dengan spatula semen yang ditaruh diatas kertas
Meletakkan diatas kavitas yang akan direstorasi
•
Setting, dirapikan dengan menggunakan scaple, diaplikasikan
•
varnish untuk mencegah kebocoran dan melindungi SIK sebelum mengeras scr sempurna dari pengeringan akbat perubahan mekanis kehilangan air 7. Bahan lain untuk bahan restorasi selain SIK
Resin komposit : warna estetik esteti k lbih tinggi, translusensi lebih tinggi,
•
biokompabilitas, tidak bisa digunakan untuk tekanan besar, toksik jadi bahan base harus tebal
Porselen : warna estetik lebih tinggi, translusensi lebih tinggi, lebih
•
mahal, mudah pecah jika terkena tekanan/terbentur, dapat digabungkan dengan metal (fussion porselen metal untuk restorasi ekstraoral/restorasi rigid)
Amalgam : apabila dentin dan enamel terkikis jadi menggunakan
•
crown amalgam, jika dentin dan enamen masih ada menggunakan amalgam inlay/onlay, kuat dan lebih tahan lama, resiko kebocoran kecil, murah, menyebabkan perubahan warna pada gigi karena bersifat korosi
GIC (sebagai dentin) + resin komposit (sebagai enamel) sebagai
•
tumpatan sandwich untuk kavitas yang dalam
Logam alloy : biokompatibel, mudah dicor, dipolish, kekuatan yang
•
besar untuk gigi posterior 8. Tidak, karena masih karies media. Jika dipulp capping
→ karies
profunda
yang masih ada selapis tipis dentin
STEP 4. Mind Mapping
Kavitas
Restorasi
Bahan Restorasi (Semen Ionomer Kaca)
Syarat dan sifat
Indikasi dan kontraindikasi
Kelebihan dan kekurangan
Prosedur perawatan
STEP 5. Learning Objective
1. Mahasiswa mampu mengkaji macam-macam SIK (berdasarkan bahan pengisi dan kegunaan) 2. Mahasiswa mampu mengkaji prosedur perawatan (prosedur preparasi, manipulasi GI, reaksi pengerasan GI, prosedur penumpatan)
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca 3.1.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi a. Semen Ionomer Kaca Konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari prosedur ini baik meskipun penelitian peneliti an in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan perlekata n memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yanglebih baik. Penggunaan semen ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan d an bahan restoratif rest oratif untuk restorasi konservatif Klas I danKlas II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana hanya memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi lokal. Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena sampaisaat ini formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan komposit (McCabe, 2008). GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen kaca yang biasanya adalah fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat mengalami percepatan hingga terjadi te rjadi pengentalan sampai semen mengeras. Ini dapat dijadikan sebagai bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan campuranyang mengandung asam polyacrilic cair dengan dikeringkan melalui pembekuan untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit asam tartaric pada air yang dapat memperkirakan reaksi pengerasan yang lebih tepat (Gladwin, 2009).
b. Semen Ionomer Hybrid
Komponen
bubuk
terdiri
dari
partikel
kaca
ion-leachable
fluoroaluminosilicatedan inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan biasanyaterdiri dari air dan asam polyacrylic atau at au asam polyacrilyc yang dimodifikasidengan monomer methacrylate hydroxyethyl methacrylate. Komponen yang duaterakhir bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus methacrylate. Reaksi asam basayang basa yang lambat pada akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air secara kesel kes elur uruha uhan n
lebi le bih h
se sedik dikit it
untuk unt uk tip tipee
ini
untuk untuk
menamp menampun ung g
bahan bahan
yang yang
be berpo rpolim limeris erisaasi (Gladwin, 2009). Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini karena adanya perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan matrix resin yang mengeras. Tes in vitro dari semen ionomer hibrid melepaskanflorida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan semen ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi dariionomer
kaca
konvensional.
Peningkatan
ini
di
akibatkan
oleh
moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi plastis yang lebih banyak yangdapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untu un tuk k dibandingkan dibandingkan karena formulasi formulasi bahan dan cara pengetesan (Lippincot, (Lippincot, 2007). 2007). Mekanisme pengikatan terhadap struktur gigi dari semen ini sama denganionomer kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih sedikit diharapkan karenaadanya pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca denganmodifikasi resin; namun bagaimanapun kekuatan ikat pada struktur gigi bisa lebihtinggi dari semen ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca dengan modifikasi modifikas i resin memperlihatkankekuatan ikat yang lebih tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini sepertinya dikontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu didalam semen ionomer kacakonvensional. Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras. Lebih sedikitnya kandungan air danasam karboksilat juga mengurangi kemampuan semen untuk membasahi
substratgigi, yang dimana akan meningkatkan kebocoran micro dibandingkan seme se menionomer nionomer kaca konvensional konvensional (Anusavice, (Anusavice, 2004.) 2004.) Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus dilakukan,seperti penggunaan kalsium hoidroksida untuk preparasi yang dalam. Peningkatan suhu sementara yang berhubungan dengan proses polimerisasi juga menjadi pertimbangan (Gladwin, 2009). Karakteristik dari penanganan ionomer kaca hibrid telah diatur sehingga dapat digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners lebih rendah dari pada semen restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca adalah untuk bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara ant ara gigi dan restorasi komposit. Karena adanya adhesi pada dentin, maka kemungkinan dari formasi celah pada tepi ginggival yang terletak pada dentin,sementum atau keduanya disebabkan diseba bkan oleh penyusutan penyusut an polime polimerisas risasii dari resin (Lip (Lippi pinc ncot ot,, 2 200 007) 7).. Keuntungan Keuntun gan dari dari ionomer ionomer kaca kaca di atas atas resin bonding bonding agent agent yang yang menjamin menjamin ik ikat atan an ad adhe hessiv ive, e, mengurangi sensitivitas tekhnik dan membentuk mekanisme anti kariogenik melalui pelepasan florida. Ketika digunakan pada keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah tekhik sandwich. Tekhnik ini memberikan keuntungan berupa kualitas yang diinginkan dari ionomer kaca yang memberikanestetika dari restorasi komposit. Tekhnik sandwich di rekomendasikan untuk restorasi komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien individual memiliki resiko karies yang tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca konvensional dan semen ionomer kaca hibrid like-curable (Lippincot, 2007). c. Semen Ionomer Tri-cure
Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang dimodifikasi polyacid tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan didalam kantong anti air. Pengerasan di awali oleh foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan yang kaku. Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate.
Reaksi asam basa yang di induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak self-adhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentin-bondingagent yang terpisah di perlukan untuk kompomer kompomer yang digunakan sebagai sebagai bahan res resto tora rasi si (Gla (Glad dwin in,, 2009). Akhir-akhir Akhir-ak hir ini, beberapa beberapa bahan bahan dengan 2 komponen, komponen, yang terdiri dari bubuk da dan n ca cair iran an at atu u yang terdiri dari 2 pasta telah dipasarkan sebagai kompomer untuk penerapan luting(luting application). Bubuknya memiliki komposisi srontium aluminum fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya. Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa berpolimerisasi, monomer multifungsional acrylate, dan air. air . Sedangkan yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan dengan bubuk dan cairan.Karena adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive self-adhes ive danreaksi asam basa dimulai pada saat pengadukan (Lippincot, 2007). 2007). Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur gigi memiliki rentang yangsama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding agent. Meskipun kompomer satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan rendah, data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5 sebagai alternative ionomer kaca atau komposit resi resin n (Lippincot, 2007).
d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal
Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak dapat menahan gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada 2 metode modifikasi yang telah dilakukan, metode I adalah mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis sfer is dengan bubuk glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan pemenasanyan pemenasanyang g tinggi. Semen ini disebut sebagai cermet. Mikrograf skening electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel part ikel-partikel bubuk perak melekat ke permukaan dari pa partik rtikeel-p l-parti artik kel bubuk seme semen n. Jumlah dari fluoride yang dilepaskan dari kedua sistem sist em
modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada yang dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan melepas lebih banyak fluoride daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan untuk pertukaran cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk pelepasan fluoride (Anusavice, 2004). Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi antikariesnya,
semen-semen
dengan
modifikasi
logam
ini
telah
dianjurkan
untuk penggunaan yang terbatas terbatas sebagai alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior. Meskipun demikian, bahan-bahan ini masihdiklasifikasikan sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah penggunaan bahan tersebut umumnya terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I (Lippincot, 2007). Semen-semen ini mengeras dengan cepat sehingga dapat menerima tindakan penyelesaian dalam dala m waktu yang relative singkat. Bersamaan dengan potensi adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen tersebut digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan mahkota cor penuh. Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan semen adalah lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digu di guna naka kan n pasak atau retensi bentuk lainnya lainnya (Gladwin, (Gladwin, 2009). 3.1.2 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya a. Type I – Luting Luting cements
SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota, jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara kimiawi berikatan dengan dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki
translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan kekuatan tekan tinggi. SIK yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta berkurangnya sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit atau onlay (Craig, 2004).
Sumber Gambar: Gambar: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/gc-fuji-1-glassionomer-luting-cement-116862791.html ionomer-luting-cement-116862791.html b. Type II – Restorasi Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).
Sumber Gambar: Gambar: https://www.indiamart.com/proddetail/gold-label-glass-ionomerdental-cement-18233188112.html
c. Type III – Liners Liners and Bases Bases
Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat untuk kemudianmenjadi reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009). d. Type IV – Fissure Fissure Sealants Sealants
Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior yang sempit (Powers, 2008). 2008). e. Type V - Orthodontic Cements
Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin komposit. Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa asam. Selain itu, SIK memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti antara resin modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).
f. Type VI – Core build up
Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisienekspansi termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet, Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau campuran SIK dan amalgam telah populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang menganggapSIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan bahwagigi harus memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan SIK (Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing releasing
Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau tanpa meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang, menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak ban yak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun t ahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004).
SumberGambar: https://zahnsply.com/gc-fuji-vii-capsules.html SumberGambar: https://zahnsply.com/gc-fuji-vii-capsules.html h. Type VIII - ART ( atraumatic restorative restorative technique)
ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alatalat tangan sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas tinggi. SIK memberikan kekuatan beban fungsional (Craig, 2004). i. Type IX - Deciduous teeth teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan kunyahdan usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kar ena kemampuan
SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)
SumberGambar: https://pinkblue.in/gc-gold-label-9-posterior-restorative.html SumberGambar: https://pinkblue.in/gc-gold-label-9-posterior-restorative.html
3.2 Prinsip preparasi gigi pada GIC
Adapun prinsip dari preparasi gigi pada GIC meliputi 7 prinsip yaitu : •
Outline Form
•
Resistance Form
•
Retention Form
•
Removal of caries
•
Finishing of the enamel wall
•
Convinience Form
•
Cavity toilet
Pada kasus tertentu pada karies, yang mengakibatakn kerusakan hingga mengenai pulpa, sebaiknya langkah pertama hingga ke lima di letakkan pada langkah ke dua. Apabila terjadi keadaan seperti ini, sangat penting untuk meletakan base yang sesuai takaran ke dalam kavitas yang sudah di preparasi preparasi preparasi. 1. Outline form yaitu garis terluar dari hasil preparasi kavitas yang terdapat di permukaan gigi. Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai pembuatan dovetail dengan cara mengambil sedikit jaringan sehat sekitarnya.
Untuk kelas V sendiri mengambil jaringan karies disertai pengambilan sedikit jaringan sehat biasanya berbentuk seperti ginjal. 2. Resistance form adalah bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang tepat sehingga rstorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan berfungsi sebagai tempat penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur. 3. Retention form adalah bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau hilangnya restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi berhubungan dengan jenis material restorasi yang digunakan, prinsip dari retention form bermacam-macam tergantung dari bahan material yang digunakan. Restorasi Glass Ionomer Cement (GIC) melekat di dalam gigi oleh ikatan kimiawi yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan. 4. Removal of caries merupakan Pembuangan jaringan karies dentin dan debrisdebris pada dinding kavitas . Karies tidak boleh ditinggalkan didalam kavitas. Sebeb jika terjadi kebocoran bakteri yang tinggal didalam kavitas akan terjadi aktif dan dapat menimbulkan gejala sakit dan masalah endodontik 5. Finishing of the enamel wall merupakan Suatu tindakan yang yang dilakukan untuk membentuk dinding enamel margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak marginal serta adaptasi tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas menggunakan fine finishing bur sampai halus dan rata. Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten carbide dan karet abrasif dengan kecepatan rendah.
6. Convenience form dilakukan dengan cara membentuk kavitas sedemikian rupa untuk mempermudah pengerjaan kavitas dan memasukkan bahan tumpatan ke \dalam kavitas. Convenience form dapat diperoleh dengan cara : –
Memperluas preparasi kavitas
–
Pemilihan alat yg dapat memudahkan pekerjaan
–
Pemasangan separator mekanis untuk retraksi gingiva.
7. Toilet of the cavity merupakan tindakan terakhir dari prinsip preparasi kavitas yang bertujuan untuk membersihkan kavitas dari debris. Kavitas dibersihkan dengan air hangat, menggunakan cleanser cavity atau aquadest.
3.3 Manipulasi Semen Ionomer Kaca
Untuk mencapai restorasi yang tahan lama dan prostesis yang tetap kuat, kondisi-kondisi untuk SIK berikut harus dipenuhi: (1) permukaan gigi yang disiapkan harus bersih dan kering, (2) konsistensi campuran semen harus memungkinkan untuk dapat melapisiseluruh permukaan yang bergelombang dan dudukan pr prostes stesis is,, (3) (3) se sem men yang ber erle leb bih haru rusd sdikeluarkan ikeluarkan pada waktu yang tepat, (4) permukaan harus selesai tanpa pengeringan yang berlebihan, dan (5) ( 5) perlindungan permukaan restorasi harus dipastikan untuk mencegah retak atau disolusi. Kondisikondisi ini serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan finishing permukaan (Anusavice, 2009). Semen Ionomer Kaca merupakan me rupakan sistem bubuk-cairan yang dikemas di dalam botol atau kapsul. Botol Botol bubuk harus disentak dengan lembut lembut sebelum pengeluaran. Bubuk dan da n cairan cair an dikelua dike luarkan rkan pada pa da paper pape r pad atau ata u glass slab. sl ab. Bubu Bubuk k di diba bagi gi menj menjad adii dua bagian yangsama. Bagian pertama dari bubuk dicampur dengan spatula kaku ke dalam cairan sebelum bagian berikutnya ditambahkan. Waktu pencampuran antara 30 hingga 60 detik, tergantung pada produk. Semen digunakan segera karena working time setelah pencampuran sekitar 2 menit m enit pada 22oC. Pendinginan mixing slab memperlambat memper lambat setting sett ing reaction react ion dan memberikan memberi kan ta tamb mbah ahan an working time. Semen tidak boleh digunakan dalam bentuk ”kulit” pada permukaan atau ketika konsistensi terasa menjadi lebih tebal. Hindari kontak dengan air selama aplikasi ruangan harus diisolasi sepenuhnya. Semen set di dalam mulut sekitar 7 menit dari awal pencampuran (Powers, 2008). 3.4 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca
Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion. SIK mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan ion yang diawali reaksi ionisasiradikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (asam poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama kalipada permukaan partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam
cairan. Kemudian ion H+ tersebut berpenetrasi kembali hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004). Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secarafisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan padafase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke gigitersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu berikatan dengan strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004). Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ionionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya
gelasi
awal
matriks
ionomer. Selama
fase
hidrogel
berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang mudah laruttersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004). Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitastersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akanmenghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion i on-ion aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke k e dalam
campuran semen membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009). Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam(Anusavice, 2009).
3.5 Catatan yang harus diperhatikan dalam restorasi GIC :
1. Sebelum dilakukan preparasi daerah kerja diisolasi terlebih dahulu dengan memasang rubber dam atau cotton roll juga dilakukan pemasangan saliva ejektor 2. Setelah dilakukan preparasi kavitas harus disterilkan dengan larutan NaOCl 3. Sebelum dilakukan restorasi sebaiknya kavitas dibasahi terlebih dahulu dengan asam poliakrilat agar perlekatan lebih kuat karena glass ionomer menyukai menyukai ikatan dengan asam lemah, asam poliakrilat merupakan asam lemah. 4. Apabila ketebalan dentin pada kavitas hanya tersisa ±0,5 mm maka perlu diaplikasikan liner untuk melindungi pulpa seperti Ca(OH) 2 karena glass ionomer mengandung asam lemah pada cairannya sehingga masih memungkinkan terjadinya iritasi pada pulpa. pulpa. Akan tetapi pada keadaan kavitas masih tebal pemberian liner tidak diperlukan karena pada dasarnya glass ionomer sangat biokompatibel dengan jaringan pulpa. Glass Gl ass ionomer dapat melepaskan ion fluor dan berikatan dengan ion kalsium sehinggan membentuk ikatan fluoroapatit yang mampu memberikan perlindungan terhadap zat kariogenik. Selain itu berat jenis molekul asam poliakrilat yang tinggi menyebabkan
dapat bergabung bergabung dengan dengan
mudah dengan ion kalsium sehingga sulit masuk ke dalam tubuli dentin.
5 Powder glass ionomer dapat disimpan di dalam lemari pendingin untuk meningkatkan working time sementara liquidnya tidak dapat disimpan di tempat dengan suhu dingin 6. Sebelum mencampur powder dengan liquid, powder terlebih dahulu dikocok di dalam botol agar komposisi powder merata saat dicampurkan sehingga tidak kelebihan bahan glass saat pencampuran. 7. Liquid tidak dapat dibiarkan diluar tempat penyimpanan terlalu lama karena komposisi aquades pada liquid glass ionomer mudah menguap. 8. Liquid Liquid diteteskan diatas glass glass plate dengan posisi vertikal 9. Saat reaksi setting pH glass ionomer bertambah dari yang awal berkisar 4-5 menjadi 6,7-7. 3.6 Prosedur Perawatan
1. Preparasi Kavitas Preparasi kavitas untuk baha semen ionomer kaca modifikasi resin tidak memerlukan persyaratan preparasi konvensional, tetapi cukup mengambil struktur gigi yang karies. Yang perlu diperhatikan adalah pengambilan dentin yang lunak dengan melakukan ekskavasi dengan baik, dengan menggunakan bur diamond bulat atau tapered. Perlindungan pulpa dengan peletakan Ca(OH)2 diberikan pada kavitas yang dalam dengan ketebalan dentin yang tersisa kurang dari 0,5 mm dan pada dentin yang sangat permeable seperti pada gigi anak-anak. 2. Pencocokan warna Sebagai suatu ketentuan, warna yang spesifik dipilih sesuai dengan warna yang diinginkan untuk bagian gigi yang akan direstorasi. Namun demikian, pada praktek yang sebenarnya pemilihan warna seharusnya dilakukan
dengan
mengambil
warna
dan
translusensi
dengan
mempertimbangkan strukttur gig yang hilang. Pada kasusu restorasi yang memerlukan jumlah enamel yang lebih bnyak daripada dentin, maka lebih
dipilih warna yang disesuaikan dengan enamel yaitu C2 dan D2. Untuk kavitas yang dalam, warna keukningan atau kecoklatan yaitu A dan B lebih le bih dipilih. 3. Pemakaian Dentin conditioner Dentin conditioner harus selalu digunakan. Hal ini dimaksudkan untuk menyingikirkan smear layer dari kavitas dan juga memiliki efek signifikan pada kekuatan adhesif bahan semen ioonomer kaca modifikasi resin.
Kegagalan
dalam
menggunakan
dentin
conditioner
dapat
mengakibatkan pemisaha restorasi atau adanya garis coklat. Waktu standar untuk pengaplikasiannya adalah 10 detik kemudian dicuci 30 detik untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Dentin conditioner dipergunakan adalah asam poliakrilik 10%. Waktu pengaplikasian tidak boleh lebih dari 20 detik karena dapat menyebabkan demineralisasi pada dentin dan enamel serta membuka tubulus dentin.
3.7 Cara penumpatan
1.
Tahapan Isolasi. Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi Gigi yang yang dibasahi saliva dan lidah akan menggangu penglihatan. Beberapa metode tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector , gulungan kapas atau cotton roll,dan isolator karet atau rubbedam (Baum, 1997).
a.
Saliva Ejector
Alat ini mempuyai diameter 4 mm. Digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut. Pada posisi initer kadang membuat pasien tidak nyaman karena diletakkan terus menerus didasar mulut, di bawah tekanan negatif yang konstan dapat menarik jaringan lunak dan menimbulkan lesi jaringan lunak.
b.
Gulungan Kapas atau Cotton Roll Gulungan Kapas atau Cotton Roll Digunakan kedokteran gigi memiliki beberpa ukuran panjang dan besar. Namun yang sering digunakan adalah cotton roll nomor 2 dengan panjang inchi dan diameter inchi. Cotton roll dapat
menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut. Biasanyacotton roll harus sering diganti karena akan sering terbashi oleh saliva. Penggunaancotton roll bersama saliva ejector efektif efektif dalam meminimalkan aliran saliva (Roberson dkk, 2002) c.
Isolator karetatau Rubber Dam Dari semua metode isolasi daerah kerja tidak ada yang seefektif dari rubber dam. Lembaran karet inidengangigi-gigi yang menonjol melalui lubang pada lembaran itu memberikan isolasi yang positif dan jangka panjang pada gigi yang perlu dirawat. Penggunaan dari rubber dam merupakan keharusan untuk prosedur operatif. Rubber dam terdiridari 2 bagian yaitu isolator karet dan klem.
d. Pembersihan Gigi Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu. e.
Tahap preparasi Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator, kemudin dibuat bevel seperti di atas. Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies. Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena ridge ini tidak didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin dipertahankan mengingat sampai saat ini tak satupun warna bahan restorasi yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari dari palatal memang lebih menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau outlinef orm.Ragangan pada kasus ini hanya dibuat berdasarkan perluasan kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang sebenarnya tidak terserang karies tetapi kelihatannya sudah lemah harus dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau extension for prevention . Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatanbevel tidak
perlu dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontakdengan gigi tetap pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk retensi pada setiap kasus berbeda tergantung ter gantung pada besar kavitasnya apakah kecil atau besar Retensi pada kelas III adalah undercut . Undercut dibuat di dnding gingival aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi plastiskommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis. Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya selanjutnya perlu dilakukan pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquade ststeril dan kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai aspek sebelum dilakukan penumpatan. 2.
Tahap Persiapan Bahan Rasio powder dan liquid yang dianjurkan oleh pabrik. Dilakukan pada paper pad, Powder & Liquid terpisah. Serbuk dibagi menjadi 2 bagian, I bagian dicampur sampai konsistensi milky, sisanya di mixing dan dilakukan wkt total 45-60 detik (tgt pabrik )
a. •
Mixing dicampur dengan cepat dengan cara melipat . Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik.
•
Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas).
•
Konsistensi adonan : Terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah & dapat melekat ke struktur gigi
b.
Penempatan bahan ke dalam kavitas
•
Adukan semen segera ditempatkan dengan alat plastis filling dan syringe insulin ke dalam kavitas gigi
•
Selanjutnya dipasang sebuah matriks yang sudah dibentuk terlebih dahulu (untuk memberi kontur)
c. •
Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras Prosedur penyelesaian lanjutan, dianjurkan waktu penyelesaian selama 10 menit
•
untuk mengurangi resiko rusaknya permukaan atau warna restorasi menjadi agak kurang
d. Prosedur pasca restorasi •
Tambalan harus dilapisi lagi dengan bahan pelindung karena tepi semen yang terbuka akibat baru dirapikan masih peka terhadap lingkungan Oleh karena itu, restorasi GIC dilindungi dengan lapisan varnish atau resin.
3.8 Bahan Pelindung GIC
Keluar masuknya air dari SIK dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat fisik dan estetik, sehingga diperlukan lapisan pelindung yang kedap air. Beberapa lapisan pelindung yang saat digunakan adalah varnis dan bonding. Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap menguap seperti eter atau alkohol. Pada pengu penguapannya, apannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di atas permukaan SIK S IK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas.15 Selain itu, varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillip’s Science of Dental Materials 11th Edition. Edition. Saunders Company, Pennsylvania.Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri. Anusavice, K., Shen., Rawls. Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials. 12 Edition. Elsevier. Batubara, F. 2011. Klasifikasi dan Evaluasi Klinis GIC. Medan : USU. Baum, 1997. Buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed. 3. Jakarta : EGC. Craig, Robert G., Powers, John M., Wataha, John C. 2004. Dental Materials Properties and Manipulation 9th Edition. Mosby Elsevier, Missouri. Gladwin, Marcia A, Bagby, Michael D. 2009. Clinical Aspects of Dental Materials 3rdEdition. Hayari, Kemala. 2003. Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin sebagai Bahan Restorasi. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Medan Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.Van Noort, Richard. 2007. Introduction to Dental Materials 3rd Ed. China : Mosby, Elsevier McCabe, John F., Walls, Angus W. 2008. Applied Dental Materials 9th Edition. Blackwell Publishing, Oxford Powers, JM., Wataha, JC. 2008. Dental Materials: Properties and Manipulation 9th edition. Missouri : Mosby. Rizzante FAP, Cunali RS, Bombonatti JFS, Correr GM, Gonzaga CC, Furuse AY. 2014. Indications and Restorative Techniques for Glass Ionomer Cement. RSBO,12(1):79-87.
Robert G., John M. Powers. 2002. Restorative Dental Materials : 11 th edition. Missouri : Mosby Inc. Stewart, Marcia., Michael, B. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials, Theory, Practice and Cases. Fourth Edition. USA: Lippicont Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.
View more...
Comments