Laporan Tutorial Skenario 1 Geriatri
March 12, 2018 | Author: hastikado | Category: N/A
Short Description
Laporan Tutorial Skenario 1 Geriatri...
Description
LAPORAN TUTORIAL BLOK GERIATRI SKENARIO 1
KELOMPOK B6 ABDURRAHMAN AZZAM
G0014002
DWICKY RIEZKHI P.
G0014078
LINTANG DARU JATI
G0014138
RAMDAN MUHAMAD
G0014194
ANDINI HERVIASTUTI S.
G0014030
CLARA ANGELICA ROTORO
G0014060
ENDAH AUGINA BUDIARTI
G0014084
HASTIKA DWI O
G0014114
MAUDY PUTRI SARASWATI
G0014152
OXDRI POESPITA NINGRUM
G0014182
ROSIDA DIN ANJAINI A.
G0014208
YOSEFINA SONIA C. K.
G0014244
B BRYNT SIMAMORA
G0013054
YUSUF RIYADI
G0012
Tutor: Dra. Suci Murti Kartini, M.Si PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jatuh adalah kejadian mendadak yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai/tanah atau tempat lebih rendah tanpa disadari. Berdasarkan survei di masyarakat AS, sekitar 30% lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang. Kematian akibat jatuh sangat sulit untuk diidentifikasi karena sering tidak disadari oleh keluarga. Komplikasi yang sering dialami adalah 1% fraktur kolum femoris, 5% fraktur tulang iga, perlukaan jaringan lunak, subdural hematom, hemarthroses, memar, dan keseleo otot. Berikut skenarionya : Diriku yang Tidak Berdaya Kakek Taruno, seorang pensiunan tentara, yang masih bugar di usianya yang 65 tahun sering mengeluh nyeri di persendian lutut terutama saat beraktivitas. Selain itu juga mengeluh sering kesemutan dan rasa baal di kedua kakinya. Suatu hari saat pergi ke kamar mandi tiba-tiba merasa leher cengeng, berkunang-kunang, dan jatuh. Esok harinya beliau kesakitan, dan tidak dapat berjalan, lutut tampak bengkak, kemerahan, bahkan sulit untuk digerakkan dan minta dibawa ke UGD. Kepada dokter UGD beliau menceritakan dalam 3 bulan ini, sudah jatuh 3 kali, sering pusing berputar, mata kabur, pendengaran berkurang, dan sering lupa. Riwayat pengobatan sebelumnya beliau berobat di puskesmas dan diberi obat furosemide 1 tablet secara rutin, kadang-kadang mengkonsumsi juga antalgin atau meloxicam yang dibeli di toko obat untuk meredam nyeri sendi yang sering kambuh. Dari pemeriksaan dokter tekanan darah 180/100 mmHg. Hasil pemeriksaan laboratorium UGD didapatkan GDS 250 mg/dl, Hb 10.5 gr %, tidak ditemukan proteinuria. EKG dalam batas normal. Dari pemeriksaan radiologi region genu didapatkan soft tissue swelling, celah artikulatio genu menyempit dengan deformitas dan diskontinuitas tulang femur 1/3 distal dekstra.
BAB II STUDI PUSTAKA DAN DISKUSI A. Jump 1 : Memahami skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario 1. Meloxicam adalah obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang bersifat analgesik, antipiretik dan anti inflamasi yang bekerja dengan menghambat COX 2. Tersedia dalam sediaan 7,5 mg dan 15 mg. 2. Furosemid adalah obat anti hipertensi yang bersifat diuretik kuat, 1-0-0 berarti diminum setiap pagi 1 tablet sekali sehari. 3. Antalgin adalah obat golangan metasulfat dan amidofirina yang bekerja mengurangi rasa nyeri dan mempenruhi pusat pengatur suhu tubuh yang bekerja di SSP serta memiliki efek antipiretik, analgetik, dan AINS. 4. Cengeng bisa diartikan sebagai kaku pada leher. 5. Diskontinuitas tulang femur adalah fraktur tulang femur, dapat berupa retakan sampai patahan komplit dan terjadi pergeseran tulang. 6. Proteinuria adalah terdapatnya kandungan protein dalam urin. 7. Soft tissue swelling adalah pembengkakan jaringan lunak. B. Jump 2 : Menentukan/mendefinisikan permasalahan 1. Mengapa pasien mengalami di bawah ini? a. b. c. d. e.
Nyeri di persendian lutut Kesemutan Rasa baal Mata berkunang-kunang Leher kaku
f. g. h. i. j.
Jatuh Pusing berputar Mata kabur Pendengaran berkurang Sering lupa
2. Bagaimana interpretasi hasil vital sign, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, 3. 4. 5. 6.
dan pemeriksaan radiologi? Mengapa pasien diberi furosemid? Bagaimana karakteristik penyakit pada geriatri? Bagaimana perubahan fisiologi yang terjadi pada geriatri? Bagaimana hubungan riwayat pengobatan sebelumnya dan polifarmasi dengan
keluhan pasien? 7. Bagaimana indikasi, kontra indikasi, dan efek samping obat yang telah dikonsumsi pasien? 8. Bagaimana hubungan hasil vital sign, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi dengan keluhan pasien? 9. Bagaimana pengertian lansia? 10. Apakah pengobatan yang sudah dijalani pasien sudah tepat? 11. Bagaimana DD, komplikasi, dan tata laksana kasus pasien? k. C. Jump 3 : Menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah 2) 1. Mengapa pasien mengalami keluhan seperti di skenario? l. Beberapa perubahan yang terjadi pada geriatric di semua system organ : a. Hubungan antara pengobatan pasien dengan gejala yang dialami m.
Pada kasus disebutkan bahwa pasien dalam pengobatan furosemide,
antalgin, dan meloxicam. Salah satu obat yang dapat menyebabkan keluhan yang dialami pasien adalah furosemide. Furosemide termasuk golongan diuretik kuat/loop diuretic yang salah satu sifatnya adalah ototoksik/mengganggu fungsi pendengaran. Efek samping furosemide pada telinga adalah mengubah konsentrasi ion pada endolimfe dan paralimfe sehingga dapat menyebabkan vertigo/pusing berputar. Selain itu juga dapat menyebabkan tuli sensorineural yang reversibel dan dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat (hiperurisemia) sehingga dapat menyebabkan gout yang menyebabkan nyeri pada persendian. (Katzung, Masters dan Trevor, 2012) b. Alasan pasien tiba-tiba merasa leher cengeng dan mata berkunang-kunang n.
Leher cengeng disebabkan karena adanya Atrofi serabut otot (otot-otot
serabut mengecil). Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor. o. Hipertensi menimbulkan gangguan fisik yang terlihat dari gejala fisik yang sering ditemui, seperti sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing (Mansjoer, 2000). Salah satu penyebab hipertensi adalah stres, yang dapat memicu kambuhnya
hipertensi. Stres menyebakan gangguan pada kesehatan mental lansia (Meiner, 2011). p.
Efek utama dari ketuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler
meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan ini menyebabkan penurunan compliance aorta dan pembuluh darah besar dan elastisitas perifer.
pembuluh Sensitivitas
mekanisme
refleks
mengakibatkan
pcningkatan
darah menyebabkan
TDS.
Penurunan
peningkatan resistensi
baroreseptor juga berubah dengan umur. baroreseptor mungkin
dapat
vaskuler Perubahan
menerangkan
adanya
variabilitas tekanan darah yang terlihat pada pemantauan terus menerus. Penurunan postural,
sensitivitas
baroreseptor
yang mengakibatkan
jugamenyebabkan
hipertensi
pada
lanjut
kegagalan usia
refleks
sering terjadi
hipotensi ortostatik yang menyebabkan pandangan berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan, dan jatuh. c. Alasan pasien dalam 3 bulan sudah jatuh beberapa kali, merasa pusing berputar, mata kabur, pendengaran berkurang, dan sering lupa 1) Sering jatuh q. Untuk dapat memahami faktor resiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh : a) Sistem sensorik r. Yang berperan di dalamnya adalah : visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya perubahan fungsi vertibuler akibat
proses menua. Neuropati perifer dan penyakit
degenaritf leher akan mengganggu fungsi proprioseptif. Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hampir sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik. b) Sistem saraf pusat (SSP) s. SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan gungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik. c) Kognitif
t.
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan
meningkatnya resiko jatuh. d) Musculoskeletal u. Faktor ini disebutkan oleh beberapa oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar-benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan
musculoskeletal
menyebabkan
gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain disebabkan oleh : i. Kekakuan jaringan penghubung Berkurangnya masa otot ii. Perlambatan massa otot iii. Perlambatan konduksi saraf iv. Penurunan visus / lapangan pandang v. Kerusakan proprioseptif v.
Yang kesemuanya menyebabkan :
i. ii.
Penurunan range of motio (ROM) sendi Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremias
iii. iv. v.
bawah Perpanjangan waktu reaksi Kerusakan persepsi dalam Peningkatan postural sway (goyangan badan) w.
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak,
langkah pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang gouah. Perlambatan reaksi mengakibatkan seorang lansia susah / terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti terpeleset, tersandung, kejadian tiba – tiba, sehingga memudahkan jatuh. x. Secara singkat faktor risiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan besar, yaitu : i.
Faktor-faktor intrinik (faktor dari dalam) i Kondisi fisik dan neuropsikiatrik ii Penurunan visus dan pendengaran iii Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan, dan refleks postural karena proses menua y. Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi , Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian
saat berjalan . Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering menyebabkan jatuh pada lansia.Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang berlebihan. ii.
Faktor-faktor ekstrinsik (faktor dari luar) i Obat – obatan yang diminum ii Alat – alat bantu berjalan iii Lingkungan yang tidak mendukung (berbahaya) z. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser,lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya. aa. Faktor – faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada lansia: -
Alat – alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak
-
stabil, atau tergeletak di bawah. Tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok. Tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk
-
pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser. Lantai yang licin atau basah. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan). Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya. ab.
Faktor – faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh
antara lain : i.
Aktivitas ac. Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali ( 5% ), jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat. Jatuh
juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil ( jarang bergerak ) ketika tiba – tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil ii.
sesuatu tanpa pertolongan. Lingkungan ad. Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena tersandung / menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau tak rata, penerangan ruang yang kurang Penyakit Akut ae. Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi
iii.
akut dari penyakit kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba – tiba pada penderita penyakit jantung iskenmik, dan lain – lain. af.
Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan
beberapa faktor, antara lain: i.
Kecelakaan : ag. Merupakan penyebab jatuh yang utama (30 – 50% kasus jatuh lansia). i Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung. ii Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-
ii. iii.
iv.
benda yang ada di rumah tertabrak, lalu jatuh. Nyeri kepala dan atau vertigo Hipotensi orthostatic i hipovilemia / curah jantung rendah ii disfungsi otonom iii penurunan kembalinya darah vena ke jantung iv terlalu lama berbaring v pengaruh obat-obat hipotensi vi hipotensi sesudah makan. Obat-obatan i Diuretik / antihipertensi ii Antidepresen trisiklik iii Sedativa iv Antipsikotik v Obat-obat hipoglikemia vi Alkohol
v.
Proses Penyakit Yang Spesifik ah. Penyakit – penyakit akut seperti :
i)
Kardiovaskuler : aritmia Stenosis aorta Sinkope sinus carotis ii) Neurologi : - TIA - Stroke - Serangan kejang - Parkinson - Kompresi saraf spinal karena spondilosis - Penyakit serebelum vi. Idiopatik ( tak jelas sebabnya) vii. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. i Drop attack (serangan roboh) ii Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba. iii Terbakar matahari. 2) Pusing berputar ai. Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat -
keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat aj. Seiring dengan bertambahnya usia, struktur di dalam telinga mulai berubah dan terjadi penurunan fungsi. Kemampuan seseorang untuk mendengar akan berkurang, selain itu juga terdapat gangguan dalam menjaga keseimbangan baik ketika duduk, berdiri, dan berjalan. Gangguan pendengaran yang terkait dengan umur yaitu presbikusis. 3) Mata kabur ak.
Ada beberapa hal yang membuat mata kabur pada pasien
geriatri, yaitu penurunan akomodasi, penurunan konstriksi pupil, dan proses penuaan. al.
Pada proses penuaan, terjadi awitan presbiopi dengan
kehilangan kemampuan akomodasi karena mengendurnya dan melemahnya otot siliaris pupil, lensa kristalin mengalami sclerosis sehingga kehilangan elastisitasnya. Hal tersebut membuat mata tidak bisa memfokuskan penglihatan jarak dekat, implikasinya sulit membacah uruf yang kecil dan membaca dengan jarak yang dekat. am. Selain itu, juga terjadi penurunan ukuran pupil atau pupil mengalami miosis karena otot sfingter pupil mengalami sclerosis sehingga mengakkibatkan
kesempitan
lapang
pandang.
Proses
penuaan
juga
mnyebabkan lemak akan berkamulasi di sekitar kornea dan membentuk
lingkaran putih kekuningan antara iris dengan skelara, hal inilah yang membuat mata pada geriatric akan kabur dan sukar fokus serta sensitifitas terhadap cahaya meningkat. 4) Pendengaran berkurang an. Kemampuan mendengar telinga akan menurun, terutama pada frekuensi tinggi. Salah satu faktor yang memengaruhi keadaan ini adalah hormon aldosteron. Pada lansia penderita presbikusis didapatkan memiliki level aldosteron yang rendah. Aldosteron memiliki efek untuk mengontrol transport ion kalium(K+) dan klor(Cl-) di koklea melalui kanal ion Na +-K+-ATPase yang berfungsi untuk menjaga fungsi pendengaran. Selain presbikusis gangguan pendengaran yang sering muncul pada usia lansia yaitu tinnitus. Penumpukan kotoran telinga yang terlalu lama juga dapat menimbulkan gangguan pendengaran seiring dengan bertambahnya usia (Dugdale, 2012). 5) Sering lupa ao. Penelitian neuroanatomi otak klasik menunjukkan adanya atrofi dengan pendataran sulkus kortikalis dan pelebaran ventrikel serebri. Gambaran mikroskopis klasik dan patognomonik dari demensia tipe Alzheimer adalah plak senilis, kekusutan serabut neuron, neuronal loss (biasanya ditemukan pada korteks dan hipokampus), dan degenerasi granulovaskuler pada sel saraf. Kekusutan serabut neuron (neurofibrillary tangles) terdiri dari elemen sitoskletal dan protein primer terfosforilasi, meskipun jenis protein sitoskletal lainnya dapat juga terjadi. Kekusutan serabut neuron tersebut tidak khas ditemukan pada penyakit Alzheimer.fenomena tersebut juga ditemukan pada otak yang normal pada seseorang dengan usia lanjut. Kekusutan serabut neuron biasanya ditemukan di daerah korteks, hipokampus, substansia nigra, dan lokus sereleus. d. Alasan pasien mengalami lutut bengkak kemerahan, kesakitan, dan tidak bisa berjalan ap. Munculnya gejala-gejala tersebut kemungkinan besar disebabkan karena pasien terjatuh pada hari sebelumnya. Ketika jatuh dan lutut pasien terbentur dapat terjadi inflamasi pada struktur-struktur pada lutut/patella; tulang, sendi, atau jaringan lunak. Ketika terjadi trauma berupa benturan/tekanan yang terus menerus pada struktur yang bersangkutan, reaksi inflamasi dapat terbentuk karena tubuh merasakan adanya stressor yang memicu reaksi ini. Pada pasien dapat terjadi inflamasi pada bantalan yang memikul persendian pada lutut yaitu bursae.
Ketika terjadi inflamasi (bursitis) akan didapatkan edema, kemerahan, namun jarang disertai keterbatasan gerak. Selain itu dapat pula terjadi ruptur pada ligamen-ligamen pada lutut. Inflamasi pada pasien juga dapat disebabkan karena benturan pada persendian dan struktur tulang sehingga menyebabkan osteoartrhritis atau memperberat keluhan pasien yang sejak dulu mengalami nyeri sendi. (Levy, 2016; Lozada, 2015) aq. 2. Bagaimana karakteristik penyakit pada geriatri? ar. Pasien geriatri adalah orang tua berusia 60 tahun ke atas yang memiliki penyakit majemuk (multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau kondisi sosial yang bermasalah. Pasien geriatri memiliki karakteristik khusus, yaitu umumnya telah terjadi berbagai penyakit kronis, fungsi organ yang menurun, dan penurunan status fungsional (disabilities). Akibatnya, pasien geriatri sering mendapatkan banyak obat dari banyak dokter. Hal ini justru membahayakan tubuh mereka karena fungsi-fungsi organ yang sudah menurun. Berbeda dari pasien muda, stres fisis atau psikososial yang relatif ringan dapat memicu timbulnya penyakit akut pada pasien geriatri. Oleh karena itu, kualitas perawatan yang baik sangat diperlukan dalam pengelolaan pasien. as. 3. Bagaimana pengertian lansia? at.
Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi
menjadi empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun. au. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual. Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun
merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya av. aw. D. Jump 4 : Menginventarisasi permasalahan-permasalahan dan membuat pernyataan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah 3 ax. ay. az. ba. bb. bc. bd. be. bf. bg. bh. bi. bj. bk. bl. bm. bn. bo. bp.
Fakto
Nyeri di persendian lutut,
bq. br. bs. bt.
Diagnosis Banding: OA, DM, Hipertensi
bu. a) Gula darah sewaktu = 200 mg/dL, b) Hb = 10,5 gr%, c) Pemeriksaan urine = tidak proteinuria, d) EKG n bv. Tatalaksana : bw. Farmakologi dan Non Farmakologi bx. by.
Prognosis dan Komplikasi E. Jump 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran 1. Mahasiswa mengetahui definisi geriatri. 2. Mahasiswa mengetahui karakteristik penyakit geriatri. 3. Mahasiswa mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada geriatri. 4. Mahasiswa mengetahui penyakit-penyakit geriatri dan penatalaksanaannya.
bz. F. Jump 6 : Mengumpulkan informasi baru (belajar mandiri) ca. G. Jump 7 : Melaporkan, membahas, dan menata kemabali informasi baru yang telah diperoleh 1 Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik, vital sign, laboratorium, dan radiologi pasien? a Tekanan Darah cb. Pada skenario tekanan darah pasien 180/100 mmHg, ini berarti pasien mengalami hipertensi dimana rentang normalnya untuk pasien berusia lanjut adalah 130-150 untuk tekanan sistoliknya dan 80-90 untuk tekanan diastoliknya dan hipertensi pasien telah masuk ke grade 2 karena tekanan darahnya telah berada di atas 160/100 (Keperawatan Klinis, 2011). cc. cd. ce. cf. cg. ch.
a.
i
Tabel 1. Kategori Hipertensi b. Syst Kategor ole
e. Nor mal i. PreHipe rtensi m. Hipe rtensi I q. Hipe rtensi
(mmHg) f.
View more...
Comments