Laporan Tutorial BLOK PEDIATRI Skenario 1 Bayiku
February 20, 2017 | Author: Muhammad Naseer | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Tutorial BLOK PEDIATRI Skenario 1 Bayiku...
Description
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK PEDIATRI
Tutor: Diding H.P., dr., Sp.PD, M.Kes Disusun oleh: Sotya Satmaka Adira
G0012215
Dahniar Rizki F
G0012049
Muhammad Natsir
G0012139
Galuh Rindra Kirana
G0012081
Gladys Octavia
G0012085
Kho Ti Chah
G0012243
Rila Ruis Mastura
G0012185
Sheila Savitri
G0012209
Inayatul Maula
G0012097
Yassin Oki Purbayanto
G0012233
Utari Nur Alifah S.
G0012225
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Skenario Bayiku.. Seorang ibu G1P0A0 berusia 25 tahun dengan usia kehamilan 38 minggu melahirkan seorang bayi laki-laki dengan berat 3 kg, panjang 49 cm secara spontan, warna ketuban keruh, tidak ada mekoneum. Saat bayi lahir didapatkan bayi tidak bernafas, tonus otot kurang baik. Setelah dilakukan resusitasi sampai dengan pemberian ventilasi tekanan positif didapatkan bayi bernafas spontan, tidak ada retraksi, denyut jantung 100 x/menit. Skor Apgar 5-7-10. Dari anamnesis riwayat kehamilan didapatkan ANC tidak teratur, ketuban pecah 24 jam, riwayat demam sebelum melahirkan. Catatan kesehatan ibu menunjukkan bahwa tanda vital ibu normal, pemeriksaan TORCH negatif, HbsAg negatif, gula darah normal. Selanjutnya bayi dan ibunya dibawa ke ruang perawatan untuk dirawat gabung dan diberikan ASI oleh ibu. B. Rumusan Masalah. 1. Bagaimanakah proses embriologi manusia? 2. Bagaimanakah kehamilan dan persalinan normal serta fisiologi fetus? 3. Jelaskan Ante Natal Care (ANC) serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan janin dilihat dari riwayat kesehatan ibu! 4. Bagaimanakah fisiologi pecahnya ketuban dan interpretasi warna air ketuban? 5. Bagaimanakah ciri bayi baru lahir normal, prosedur medis setelah bayi lahir, prosedur pemeriksaan fisik dan penilaian bayi baru lahir? 6. Bagaimanakah alur resusitasi pada kegawatdaruratan neonatus? 7. Bagaimana penjelasan mengenai asfiksia neonatorum? 8. Bagaimana penjelasan mengenai sepsis neonatorum?
C. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan proses embriologi manusia. 2. Menjelaskan kehamilan dan persalinan normal serta fisiologi fetus 3. Menjelaskan Ante Natal Care (ANC) serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan janin dilihat dari riwayat kesehatan ibu. 4. Menjelaskan fisiologi pecahnya ketuban dan interpretasi warna air ketuban. 5. Menjelaskan ciri bayi baru lahir normal, prosedur medis setelah bayi lahir, prosedur pemeriksaan fisik dan penilaian bayi baru lahir 6. Menjelaskan alur resusitasi pada kegawatdaruratan neonatus. 7. Menjelaskan tentang asfiksia neonatorum. 8. Menjelaskan tentang sepsis neonatorum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Istilah ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. G1P0A0 merupakan singkatan dari riwayat obstetri kehamilan pertama (G adalah gravid) dimana sebelumnya belum ada riwayat melahirkan (P adalah partus) dan keguguran (A adalah abortus). G 1P0A0 juga dikenal dengan istilah primigravida (kehamilan pertama). HbsAg adalah antigen hepatitis B permukaan yang merupakan protein virus yang pertama muncul setelah infeksi dan bisa digunakan untuk memantau viral clearance. Ketuban atau amnion adalah cairan bening kekuningan yang mengelilingi bayi belum lahir (janin) selama kehamilan yang berada dalam kantung ketuban. Volume terbanyak pada usia kehamilan 34 minggu. Mekonium berasal dari bahasa Yunani kuno meconium-arion atau seperti opium. Mekonium adalah substansi mirip tar yang kental dan berwarna kehijauan yang berada di usus janin selama kehamilan. Mekonium keluar karena refleks vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan relaksasi sphingter ani menyebabkan mekoneum keluar. Aspirasi air ketuban yang disertai mekonium dapat mengakibatkan gangguan jalan napas, gangguan sirkulasi setelah lahir, hipoksia intrauterin hingga kematian. Resusitasi (neonatus) adalah suatu metode yang dilakukan pada keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa neonatus saat terjadi kegagalan napas secara spontan.
Skor Apgar adalah singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration atau dalam bahasa indonesia dapat berarti penampakan (warna tubuh), denyut nadi, respon refleks, tonus otot dan pernapasan. TORCH adalah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes. Keempat jenis penyakti infeksi ini, sama-sama berbahaya bagi janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil. Ventilasi tekanan positif
adalah adalah bagian dari tindakan resusitasi
untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa benapas spontan dan teratur. B. Pembahasan 1. Menjelaskan proses embriologi manusia. Perkembangan
embrio
merupakan
pertumbuhan
dan
perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam rahim ibu. Terdapat tiga tahapan fase embrionik yaitu morula, blastula, dan gastrula. Morula adalah suatu bentukan sel seperti bola akibat dari pembelahan sel secara terus menerus. Pada fase ini keberadaan sel satu dengan yang lain sangat rapat. Blastula adalah bentukan
lanjutan
dari
morula
yang
terus
mengalami
pembelahan yang ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan blastosol yang berfungsi meberikan ruang gerak ketika pembelahan terjadi. Gastrula merupakan bentukan lanjuatan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh (Sadler, 2000).
Organ yang dibentuk berasal dari masing-masing lapisan dinding
tubuh
embrio
pada
fase
gastrula,
yaitu
lapisan
ektoderm yang akan berdeferensiasi menjadi kluit, rambut, alat indera,
dan
sistem
saraf;
lapisan
mesoderm
yang
akan
berdiferensiasi menjadi otot, rangka, alat reproduksi, alat peredaran darah, dan alat ekskresi; dan lapisan endoderm yang akan
berdiferensiasi
menjadi
alat
pencernaan,
kelenjar
pencernaan, dan alat respirasi (Sadler, 2000). Pada saat embrio berusia 8 minggu, bentuknya sudah mirip dengan manusia dan mulai terjadi pembentukan genitalia eksterna. Proses sirkulasi melalui plasenta pun dimulai dan tulang mulai terbentuk. Usia 9 minggu, kepala meliputi separuh besar fetus, terbentuk muka dan kelopak mata yang baru akan membuka pada usia 28 minggu. Setelah berusia 13-16 minggu, fetus memiliki panjang kira-kira 15 cm (awal trisemester II). Kulitnya masih transparan, lanugo mulai tumbuh, gerakan mulai aktif berupa menghisap dan menelan air ketuban. Pada usia ini, sudah terbentuk mekonium pada usus dan jantung berdenyut 120-150
kali/menit.
Usia
17-24
minggu
komponen
mata
terbentuk penuh begitu pula sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak) dan fetus telah memiliki reflekss. Fetus
usia
25-28
minggu
(awal
trisemester
III)
terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka sehingga kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila harus lahir (diterminsai). Kemudian pada usia 29-32 minggu, apabila bayi dilahirkan kemungkinan untuk hidup sekitar 50-70% saja. Tulang pada
minggu
tumbuh-kembang
ini
terbentuk
sempurna,
gerakan napas regular, dan suhu relatif stabil. Minggu ke 33-36, berat fetus 1500-2500 gram, lanugo mulai berkurang, paru telah matur, apabila lahir tidak ada kesulitan. Pada minggu ke
38-40 (kehamilan aterm), bayi akan meliputi seluruh uterus, air ketuban mulai berkurang tetapi masih dalam batas normal (Sadler, 2000). 2.
Menjelaskan kehamilan fisiologi fetus
dan
persalinan
normal
dan
KEHAMILAN NORMAL
Kehamilan adalah peristiwa atau proses alamiah yang dialami oleh seorang ibu.
didefenisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari sperma dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester pertama berlangsung 12 minggu, trimester kedua (minggu ke-13
hingga minggu ke-27), dan trimester
ketiga (minggu ke-28 hingga ke-40). Dan bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga
lahirnya
bayi,
kehamilan
normal
akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2008). Kehamilan
akan
mengakibatkan
seluruh sistem tubuh
terjadinya
perubahan
di
yang cukup mendasar. Tentunya
perubahan ini akan menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik dan perubahan psikis wanita hamil (Kushartanti, 2004). Perubahan fisik dan adaptasi fisiologi pada ibu hamil meliputi perubahan sistem reproduksi, payudara, sistem metabolisme, sistem
muskuloskletal,
sistem
kardiovaskuler,
sistem
integumen, sistem gastrointestinal, sistem urinaria, sistem endokrin,
dan
sistem
pernafasan.
Perubahan
ini
akan
menimbulkan berbagai keluhan yang dialami ibu hamil,
diantaranya adalah nyeri panggul, mual & muntah, kejang tungkai, keringat berlebih, konstipasi, sering berkemih, dan sesak nafas (Kusmiyati dkk, 2009). Perubahan dan adaptasi psikologis selama kehamilan yaitu: Trimester I (periode penyesuaian), ibu mengalami kesedihan, kekecewaan, dan kecemasan. Trimester II (periode kesehatan yang baik) ibu mulai merasa sehat dan mengharapkan bayinya, Trimester III (periode penantian) ibu merasa tidak sabar menunggu, cemas, khawatir akan kondisi kelahiran bayi serta waspada (Jannah,2008). Keluhan- keluhan dan perubahan yang dialami ibu hamil baik secara fisik maupun psikologis tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan pergerakan atau senam hamil (Maryunani & Sukaryati, 2011). PERSALINAN NORMAL
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan saat kehamilan ke 20 – 28 minggu dengan berat janin antara 500 – 1000g. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 28 – 36 minggu dengan berat janin antara 1000 – 2500g. Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala: Kala 1: kala pembukaan Proses pembukaan serviks pada primigravida terdiri dari 2 fase yaitu:
fase
laten
(
berlangsung
selama
8
jam sampai
pembukaan 3 cm. his masih lemah dengan frekuensi his
jarang) dan fase aktif ( lamanya 2 jam dengan pembukaan 2 – 3 cm) Kala 2: kala pengeluaran Setelah serviks pembukaan lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2 – 3 menit, lamanya 60 – 90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri. Pada primigravida kala 2 berlangsung kira – kira satu setengah jam dan pada multigravida setengah jam. Kala 3: kala pengeluaran plasenta Kala ini berlangsung 6 sampai 15 menit setengah janin dikeluarkan. Kala 4: sampai satu jam setelah plasenta keluar Kala ini penting untuk menilai perdarahan dan baik tidaknya kontraksi uterus
Fisiologi Neonatus 1. Pernapasan Keadaan asfiksi ringan proses kelahiran ; kedaan hipoksik & hiperkapnik ; pendinginan kulit tiba-tiba (akibat pemaparan terhadap dunia luar) Stimulus pusat pernapasan Tekanan negatif >25 mmHg (inspirasi normal pertama sangat kuat) Membuka paru Tekanan positif +/- 40 cm air Mengempiskan paru
(ekspirasi) Bernapas dengan irama normal kurang dari 1 menit setelah lahir
2. Sirkulasi Darah -
Aliran darah adekuat ke paru (menurunkan resistensi
vaskular paru) dan hepar. -
Hilangnya aliran darah melalui plasenta (meningkatkan
resistensi pembuluh sistemik). -
Tekanan
atrium
kanan
turun
;
tekanan
atrium
kiri
meningkat Darah mengalir dari atrium kiri ke kanan Penutupan foramen ovale -
Tekanan aorta meningkat ; tekanan arteri pulmonalis
menurun Darah mengalir dari aorta ke arteri pulmonalis Kontraksi dinding otot duktus arteriosus & pertumbuhan jaringan fibrosa kedalam duktus arteriosus Duktus arteriosus tertutup -
Kontraksi dinding otot duktus venosus
Tekanan vena porta meningkat Aliran darah vena porta terdorong ke sinus-sinus hepar Duktus venosus tertutup
3. Nutrisi -
Hilangnya asupan glukosa dari ibu.
-
Simpanan glikogen otot dan hati hanya untuk beberapa
jam awal kehidupan saja sehingga kadar glukosa darah neonatus cenderung turun pada 2-3 hari awal kehidupan. Selama
ASI
belum
diproduksi,
neonatus
akan
memakai
simpanan lemak dan protein untuk metabolisme. -
Kecepatan pertukaran cairan 7x lebih cepat dari orang
dewasa menyebabkan berat badan neonatus hari-hari pertama kehidupan menurun akibat kehilangan cairan tubuh. -
Kecepatan metabolisme 2x lebih cepat dari orang dewasa
sehingga pembentukkan asam juga lebih cepat, meningkatkan risiko asidosis.
4. Perkembangan fungsional ginjal belum sempurna hingga akhir bulan pertama kehidupan. Sebelum sempurna, ginjal neonatus hanya mampu memekatkan urin 1,5x osmolalitas plasma.
5. Fungsi hepar dalam hari-hari pertama kehidupan pasca lahir belum maksimal, diantaranya : 1. Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat menurun, sehingga kemampuan eksresi bilirubin oleh hepar belum maksimal 2. Defisiensi pembentukkan protein plasma
3. Menurunnya fungsi glukoneogenesis 4. Pembentukkan faktor-faktor koagulasi darah masih rendah
6. Fungsi pencernaan neonatus sudah hampir sama dengan fungsi pencernaan anak yang lebih tua, kecuali dalam 3 hal : 1. Sekresi amilase pankreas masih kurang 2. Absorbsi lemak masih rendah 3. Fungsi hati belum maksimal sehingga konsentrasi glukosa darah tidak stabil (cenderung renda Neonatus mampu mensintesis dan menyimpan protein dari 90% asam amino yang dicerna. 7. Mekanisme
pengaturan
suhu
tubuh
belum
bekerja
maksimal sehingga penyimpangan suhu tubuh yang nyata dapat terjadi (mudah turun dan dipengaruhi lingkungan).
9. Neonatus memperoleh imunitas dari warisan ibunya ketika antibodi
protein
memberikan
berdifusi
perlindungan
melalui pada
plasenta,
bayi
hingga
dan +/-
mampu 6
bulan
terhadap infeksi utama pada neonatus (difteri, campak dan polio). Pada akhir bulan pertama, kadar gamma globulin menurun sehingga terjadi penurunan imunitas bayi. Konsentrasi gamma globulin kembali normal pada usia 12-20 bulan dan sistem imunitas bayi sudah mampu membentuk antibodi.
3.
Menjelaskan Ante Natal Care (ANC) serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan janin dilihat dari riwayat kesehatan ibu Ante Natal Care Sasaran pokok dari Ante Natal Care adalah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Kematian ibu kebanyakan disebabkan oleh perdarahan, infeksi dan toksemia. 50% kematian bayi terjadi pada saat periode perinatal. Penyebab kematian dapat dicegah dengan melakukan pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin dan secara teratur ke unit
pelayanan.
Tujuan
ANC
adalah
memelihara
dan
meningkatkan keadaan fisik dan mental ibu hamil sehingga dapat menyelsaikan kehamilannya dengan baik dan dapat melahirkan bayi dengan sehat. Standar Pelayanan ANC Kunjungan pertama à anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab dan pemeriksaan tambahan lainnya •Anamnesa : - Identitas : nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan ibu - Riwayat : riwayat kontrasepsi terakhir, riwayat persal yg lalu, riwayat penyakit yg dulu (DM, hipertensi, jantung, ginjal, operasi, dsb), riwayat kehamilan skrg, riwayat kesehatan keluarga • Pemeriksaan fisik : - Umum : kesadaran, gizi, tinggi badan, berat badan, tensi, nadi, respirasi, temperatur - Fisik : conjungtiva anemis/tdk, gigi, jantung, paru, payudara, hati, abdomen, tungkai - Khusus kebidanan : > Luar : TFU, letak janin, perabaan, gerak janin, DJJ > Dalam : pelvi metri klinik bila ada indikasi (UPD, Dx.kehamilan, peny. infeksi) • Pemeriksaan Laboratorium - Darah (Hb, hematokrit, gol.drh, faktor rhesus) - Urin (u/ melihat adanya gula, protein & kel. sedimen)bila perlu tes antibodi toxoplasmosis, rubela, dll.
Kunjungan ulang 1 – 28 mg : 4 mg sekali 28 – 36 mg : 2 mg sekali 36 – 40 mg : tiap minggu atau TM I : 1 kali TM II : 1 kali TM III : 2 kali Hal-hal yg hrs diperhatikan dlm kunjungan ulang : Ibu : keluhan utama, pemeriks. (kesadaran, gizi, BB, tensi, nadi, respirasi, temperatur, pucat/tdk, TFU, keadaan serviks, ukuran pelvis), gejala/tanda2 spt sakit kepala, perubahan visus, muntah2, air ketuban merembes, dsb. Janin : DJJ, TBJ, letak & presentasi, engagement, aktivitas, kembar/tunggal. Lab : Hb, hmt, protein dlm urine Bila pada primigravida (mg ke-36) à menilai ukuran panggul dalam • • •
Aktivitas dalam kehamilan Olah raga seperti jalan2 + 15 menit, senam ringan + 15 menit Bekerja ringan seperti memasak, menyapu, dsb. Perlu waktu istirahat yg cukup + 8 jam malam hari dan 1 jam
• • •
siang hari Membersihkan badan untuk mengurangi infeksi Pemeliharaan payudara (membersihkan puting susu) Memakai pakaian yang enak dipakai (tidak menekan badan) karena
•
dapat
menyebabkan
bendungan
vena
dan
mempercepat timbulnya varices. Dianjurkan memakai alas kaki yg berhak rendah untuk mengurangi
nyeri
pinggang
dan
mempertahankan
keseimbangan Pengaruh kehamilan dan persalinan abnormal Faktor lingkungan prenatal berpengaruh sejak knsepsi sampai lahir, diantaranya : 1. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering mengakibatkan abortus, BBLR, hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi
lahir
mudah
terkena
infeksi,
lahir
mati,
dan
jarang
menyebabkan cacat bawaan. 2. Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan antara lain talipes, dislokasi panggul, tortikois kongenital, palsi fasialis.
3. Toksin/zat kimia Masa organogenesis (2-8 minggu pertama kehamilan) adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Misal obat-obatan seperti thalidomide, phenytoin, methadion dan obat-obat antikanker, yang dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil perokok berat atau peminum alcohol kronis sering melahirkan bayi BBLR, lahir mati, cacat, atau retardasi mental. Pada ibu yang peminum alcohol dapat melahirkan bayi dengan gejalagejala FAS (Fetal Alcohol Syndrome), yang ditandai dengan BBLR, kelianan neurologis dan perkembangan lambat serta dismorfik fasial. Kercunan logam berat pada ibu hamil, missal karena makan ikan atau hasil laut lain yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebral, seperti di Jepang yang dikenal dengan penyakit Minamata. 4. Endokrin Sistem endokrin mempengaruhi setiap aspek dari kehamilan, termasuk implantasi, plasentasi, adaptasi maternal, pertumbuhan embrio, pertumbuhan janin dan diferensiasi sel, proses persalinan, serta transisi janin ke kehidupan di luar kandungan. Hormon-hormon tersebut berasal dari ibu, plasenta maupun janin itu sendiri. 5. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya Sedangkan efek radiasi pada laki-laki dewasa, dapat mengakibatkan abnormalitas pada spermatozoa dan dapat menebabkan cacat bawaan pada anaknya. 6. Infeksi Infeksi intrauteri yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH. Infeksi lainnya juga dapat menyebabkan penyakit atau kelainan pada janin adalah varisela, coxsackie Echovirus, malaria, sifilis, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikroplasma, virus influenza dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin. 7. Stres Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat memengaruhi tumbuh kembang janinm antara lain kejiwaan, bayi BBLR. 8. Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern icterus atau lahir mati. 9. Anoksia embrio Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan bayi BBLR.
4.
Menjelaskan fisiologi pecahnya ketuban dan interpretasi warna ketuban Pecahnya ketuban Persalinan kala 1 dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah haid. Persalinan kala 1 berakhir
pada waktu pembukaan serviks
telah lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio serviks tidak
dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. KPD berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten = LP = lag period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang LP-nya. Sedangkan lama persalinan lebih pendek dari biasa, yaitu pada primipara 10 jam dan pada multipara 6 jam. Di samping itu KPD juga berpengaruh terhadap janin dan ibu. Pada janin, kemungkinan infeksi intra uterin yang lebih dulu
terjadi
(amnionitis,
vaskulitis)
cukup
meninggikan
morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain itu apabila dikaitkan dengan kelahiran prematur, tentu saja dapat menghasilkan bayi dengan nilai apgar yang rendah bahkan bisa sampai mengalami asfiksia neonaturum serta berat badan lahir yang rendah. Sumber lain menyatakan bahwa KPD merupakan faktor resiko tambahan yang cukup penting pada kejadian sepsis streptococcal Group B pada infant. Sedangkan pada ibu, karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intra partal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis, dan septikemia, serta partus kering. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi.
Hal-hal
tersebut
tentu
saja
meninggikan
angka
kematian dan angka morbiditas pada ibu (Sinseng, 2008). Interpretasi warna air ketuban Air ketuban yang normal jernih berwarna agak kekuningan, menyelimuti janin di dalam rahim selama masa
kehamilan. Warna air ketuban kehijauan atau kecoklatan menunjukkan bahwa neonatus telah mengeluarkan mekonium (kotoran yang terbentuk sebelum lahir, pada keadaan normal keluar setelah lahir saat pergerakan usus yang pertama kali). Hal ini dapat menjadi petanda bahwa neonatus dalam keadaan stres. Keadaan hipoksia menyebabkan peristaltik usus dan relaksasi otot sfingter ani, maka mekonium dapat keluar melalui anus. Seorang neonatus
dapat
menghirup
cairan
tersebut
sehingga mengakibatkan masalah pernapasan yang serius yaitu sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang membutuhkan penanganan yang tepat. Apabila seorang klinikus melihat mekonium
selama
proses
persalinan,
dapat
dilakukan
pemberian amnioinfusion bagi ibu dengan harapan dapat mencegah berbagai komplikasi pada neonatus. Dijumpainya mekonium di dalam air ketuban meninggalkan bekas atau sejumlah bukti. Apabila mekonium berada selama empat jam atau lebih di dalam air ketuban, maka dasar kuku (nail bed) janin akan berwarna dan kalau berada di dalam air ketuban dua puluh empat jam atau lebih verniks kaseosa akan ikut berwarna. Selaput ketuban dan tali pusat pun akan berwarna oleh mekonium dalam waktu tiga jam dan makrofag dalam satu jam. Cairan
yang
berwarna
merah
jambu
menunjukkan
perdarahan yang baru terjadi, sedangkan air ketuban yang berwarna
seperti
anggur
menunjukkan
adanya
riwayat
perdarahan. Tanda warna air ketuban tersebut kemungkinan trivial tetapi dapat membantu menentukan penyebab yang mungkin (Kosim, 2010).
5.
Menjelaskan ciri bayi baru lahir normal, prosedur medis setelah bayi lahir, prosedur pemeriksaan fisik dan penilaian bayi baru lahir (termasuk skor Apgar). Pemeriksaan fisik bayi baru lahir dimulai dari pengukuran berat badan, panjang badan, dan lingkar kepalanya. Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Berat badan 2.500 - 4.000 gram Panjang badan 48 - 52 cm Lingkar kepala 33 - 35 cm Lingkar dada 30 - 38 cm Klasifikasi berat badan bayi baru lahir (Manuaba, 2007)
Bayi dengan berat badan normal: 2.500 - 4.000 gram Bayi dengan berat badan lebih: > 4.000 gram Bayi dengan berat badan rendah: < 2.500 gram / 1.500 – 2.500
gram Bayi dengan berat badan sangat rendah: < 1.500 gram Bayi dengan berat badan ekstrim rendah: < 1.000 gram
Pemeriksaan fisik normal pada bayi baru lahir: 1. Pemeriksaan Kepala Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan
tampilannya normal Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
terjadi pada mikrosefali Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, cephal
hematoma,
tengkorak Perhatikan
adanya
perdarahan kelainan
subaponeurotik/fraktur
kongenital
mikrosefali 2. Pemeriksaan mata Periksa jumlah, posisi atau letak mata
seperti:
tulang
anensefali,
Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum
sempurna Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina - Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan Periksa keadaan sclera, apakah nampak gejala icterus atau tidak Kaji eyeblink reflex: refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata, jika bayi terkena sinar atau hembusan angin,
matanya akan menutupatau dia akan mengerjapkan matanya 3. Pemeriksaan telinga Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya (simetris atau
tidak) Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang
jelas di bagian atas Perhatikan letak daun telinga, daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu
(Pierrerobin) 4. Periksaan hidung Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofaring Periksa adanya sekret mukopurulen yang terkadang berdarah , hal
ini kemungkinan adanya sifilis congenital Periksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya gangguan pernapasan 5. Pemeriksaan bibir dan mulut Kaji bentuk bibir apakah simetris atau tidak Perhatikan daerah langit-langit mulut dan bibir jika ada bibir
sumbing Perhatikan jika ada bercak putih pada gusi maupun palatum Kaji reflex rooting (mencari putting susu), reflex sucking/menghisap dan reflex swallowing /menelan
6. Pemeriksaan leher Leher bayi biasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya Pergerakannya harus baik, jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan
pada fleksus brakhialis Lakukan perabaan
untuk
mengidentifikasi
adanya
pembengkakan/pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis 7. Pemeriksaan dada Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan, tarikan
sternum
atau
interkostal
pada
saat
bernapas
perlu
diperhatikan Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik
dan tampak simetris, cek pengeluarannya Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal 8. Pemeriksaan bahu, lengan, tangan Kedua lengan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah Periksa jumlah jari, perhatikan adanyapolidaktili atau sidaktili Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu
buah berkaitan dengan abnormaltas kromosom, seperti trisomi 21 Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau
tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan Kaji refleks moro dan kemungkinan adanya fraktur: bayi akan mengembangkan tanganya ke samping dan melebarkan jari-jarinya kemudian menarik tangannya kembali dengan cepat seperti ingin
memeluk seseorang Kaji refleks palmar
grasping/menggenggam:
timbul
bila
kita
mengoreskan jari melalui bagian dalam atau meletakkan jari kita pada telapak tangan bayi, jari-jari bayi akan melingkar ke dalam seolah memegangi suatu benda dengan kuat 9. Pemeriksaan abdomen Amati tali pusat: pada tali pusat, terdapat 2 arteri dan 1 vena Observasi pergerakan abdomen, abdomen tampak bulat
dan
bergerak serentak dengan pergerakan dada sat bernafas Raba abdomen untuk memeriksa adanya massa Melihat dan meraba bentuk abdomen: raba apakah ada massa abnormal, bentuk perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia
diafragmatika, bentuk abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Tonus otot yang baik : semua ekstrimitas fleksi 10.Pemeriksaan genetalia Bayi laki-laki: Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm Periksa posisi lubang uretra (normal berada pada ujung penis),
prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan fimosis Skrortum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua (bayi cukup bulan testis sudah turun di skrotum)
Bayi perempuan:
Pada bayi cukup bulan labia mayora telah menutupi labia minora Pastikan lubang uretra terpisah dengan lubang vagina Terkadang tampak adanya sekret berwarna putih atau berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu (withdrawl
bedding) 11.Pemeriksaan tungkai dan kaki Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki Periksa panjang kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan
bandingkan, juga hitung jumlah jari-jari kaki Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas, kuraknya gerakan berkaitan dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan
neurologis Mengkaji refleks Babinski: dengan mengusap / menekan bagian menonjol dari dasar jari di telapak kaki bayi keatas dan jari-jari
membuka 12.Pemeriksaan spinal/punggung Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tandatanda abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak
kecil
berambut
yang
dapat
menunjukkan
adanya
abdormalitas medula spinalis atau kolumna vertebra 13.Pemeriksaan anus dan rectum Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau obstruksi saluran pencernaan
14.Pemeriksaan kulit Perhatikan kondisi kulit bayi: warna, ruam, pembengkakan, tanda
tanda infeksi Periksa adanya bercak atau tanda lahir Perhatikan adanya vernik kaseosa Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan
6.
Menjelaskan neonatus.
alur
resusitasi
pada
kegawatdaruratan
Perlu atau tidaknya bayi baru lahir mendapatkan resusitasi dinilai dari tiga kriteria , yaitu : 1. Apakah usia kehamilan sudah cukup? 2. Apakah bayi menangis atau bernafas? 3. Apakah tonus otot bayi baik? Bila ketiga poin diatas jawabannya “ya” maka tidak perlu dilakukan resusitasi. Namun, bila salah satu diantara ketiga poin diatas jawabannya “tidak” maka dipertimbangkan untuk pemberian resusitasi. Poin pertama yang dilakukan setelah
penilaian ketiga poin tadi terdapat jawaban “tidak” adalah menstabilkan kondisi bayi dengan cara dihangatkan karena perubahan suhu diluar rahim lebih dingin daripada saat bayi masih berada dalam rahim. Bila perlu bersihkan jalan nafas dan berikan stimulasi pada bayi. Poin kedua , bila denyut jantung berada dibawah 100 kali per menit, nafas terengah – engah, atau apnea, lanjutkan dengan pemberian ventilasi tekanan positif. Bila didapatkan denyut jantung masih dibawah 100 kali per menit, koreksi lagi pemberian ventilasinya. Bila denyut jantung didapatkan dibawah 60 kali per menit maka, poin ketiga, lakukan kompresi dada dengan cara menekan dengan dua ibu jari pada sepertiga bagian bawah sternum masih disertai dengan pemberian ventilasi tekanan positif menggunakan
ambulatory
bag,
serta
dipertimbangkan
pemasangan alat bantu nafas. Bila tetap didapatkan denyut jantung dibawah 60 kali per menit berikan suntikan epinefrin intravena dengan dosis 0,01 – 0,03 mg/kg berat badan. Hal yang perlu diperhatikan adalah dari mulai bayi lahir sampai mulai pemberian ventilasi tekanan positif harus dilakukan dalam waktu 60 detik. (Kattwinkel et.al , 2010)
Gambar diatas adalah tabel skor APGAR yang disertai dengan tabel tindakan resusitasi. Skor ini menilai Appearance, Pulse, Grimace, Activity, dan Respiration. Skor ini memiliki nilai minimal nol ( 0 ) dan nilai maksimal dua (2) pada tiap poin yang dinilai. Pada penilaian skor total penilaiannya adalah, 0-3 asfiksia berat, 4-6 asfiksia sedang, dan 7 – 10 normal. Skor total ini dinilai pada menit pertama, kelima, dan diulang tiap 5 menit sampai menit ke-20 atau sampai skor total masuk dalam kriteria normal. Bila masih dalam kategori asfiksia baik sedang atau
berat
segera
berikan
resusitasi
menurut
guideline
resusitasi. 7.
Menjelaskan kegawatdaruratan bayi Kedaruratan Bayi Baru Lahir a. Asfiksi neonatoum 1. Definisi Adalah suatu keadaan dimana bayi bau lahir gagal bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalan rahim yang berhubungan dengan berbagai faktor selama kehamilan, persalinan, dan segera setelah lahir. 2. Etiologi Paru-paru neonatus mengalami pengembangan pada menitmenit
pertama
kelahiran
dan
kemudian
disusul
dengan
pernapasan teratur, namun bila terjadi gangguan pertukaran gas atau angkutan oksigen dari ibu ke janin akan memicu terjadinya asfiksia janin atau neonatus. Gangguan tersebut dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum : a) Faktor ibu
1) Hipoksia ibu, misalnya akibat obat – obat penenang dan 2) 3) b) 1) 2) c) 1) d) 1) 2)
anestesi Gangguan aliran darah uterus : Gangguan tonus otot uterus Hipotensi, misalnya akibat perdarahan Hipertensi, misalnya eklamsia Gangguan menahun selama kehamilan, misalnya gizi buruk Faktor plasenta Solution placenta Placenta previa Faktor janin Gangguan aliran darah pusat : Tali pusat menumbung Lilitan tali pusat Factor neonates Trauma persalinan , misalnya perdarahan intracranial Kelainan bawaan, misalnya hernia diafragmatika,
atresi/stenosis jalan nafas. 3. Tanda dan Gejala Gejala asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernapasan cepat, pernapasan cuping hidung, sianosis, dan nadi cepat. 4. Diagnosis Asfiksia yang
terjadi
pada
bayi
biasanya
merupakan
kelanjutan dari hipoksia janin. Diagnosis hipoksia dapat dibuat ketika dalam persalinan yakni saat ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian : a) Denyut jantung janin Frekuensi normal denyut jantung janin adalah antara 120 sampai 160x/menit. Selama his frekuensi tersebut bisa turun, tetapi di luar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, namun apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 per menit di luar his dan terlebih jika tidak teratur, hal tersebut merupakan tanda bahaya. b) Mekonium dalam air ketuban Pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah. c) Pemeriksaan darah janin Dilakukan dengan menggunakan
amnioskop
yang
dimasukan melalui servik yang dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah tersebut diperiksa pH nya, adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH turun sampai 7.2 hal tersebut dianggap sebagai tanda bahaya. Kelahiran yang telah menunjukan tanda-tanda gawat janin dimungkinkan akan dissertai dengan asfiksia neonatorum. Oleh karena itu perlu diadakan persiapan untuk menghadapi
keadaan
Tingkatannya
perlu
tersebut
diketahui
jika
untuk
terdapat
asfiksia.
melakukan
tindakan
resusitasi yang sempurna. Hal tersebut diketahui dengan penilaian menurut APGAR. Setelah bayi lahir, diagnosis asfiksia dapat dilakukan dengan penilaian APGAR score. Penilaian APGAR score. A : Apprearance = rupa (warna kulit) P : Pulse = nadi G : Grimace = menyeringai A : Activity = keaktifan R :Respiration = pernapasan
TANDA
SKOR 1
2
Frekuensi
Tidak ada
0
< 100/menit
> 100/menit
jantung Usaha bernapas
Tidak ada
Lambat,
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas agak
Gerakan aktif
Refleks
Tidak ada
fleksi Gerakan sedikit
Gerakan kuat /
Warna kulit
Biru / pucat
Tubuh kemerahan,
melawan Seluruh tubuh
tak Menangis kuat
teratur
ekstremitas biru
kemerahan
Nilai APGAR dihitung pada menit pertama dan kelima. Nilai menit pertama menunjukkan beratnya asfiksi, nilai menit kelima bersifat prognostic. Nilai APGAR 0 – 3 : Asfiksi berat 4 – 6 : Asfiksi ringan – sedang 5. Tata laksana a) Tindakan Umum 1) Bersihkan jalan nafas - Kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir lebih mudah -
mengalir. Bersihkan lendir dan cairan ketuban dari rongga mulut dan
-
faring Bila perlu gunakan laringoskop untuk membantu penghisapan
lendir dari saluran nafas yang lebih dalam. 2) Rangsang reflex pernafasan - Lakukan bila setelah 20 detik, bayi tidak memperlihatkan -
usaha bernafas. Berikan rangsang nyeri dengan memukul kedua telapak kaki
dan menekan tendo Achilles. 3) Pertahankan suhu tubuh - Keringkan tubuh bayi dan
hangatkan
bayi
dengan
menggunakan lampu pijar. b) Tindakan khusus Asfiksi berat : - Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. Dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya
dengan oksigen. Tekanan
oksigen
yang
-
diberikan jangan lebih dari 30 cmH2O. Koreksi asidosis dengan pemberian
-
mEq/kgBB dan glukosa 40% 1 – 2 mL/kgBB secara intravena Bila pernafasan spontan tetap tidak timbul, lakukan juga
Na-bikarbonat
1-
2
masase jantung dengan menggunakan ibu jari yang menekan -
pertengahan sternum 80 – 100kali/menit. Bila tetap tidak berhasil kemungkinan adanya asidosis yang belum terkoreksi.
Asfiksi ringan – sedang ; -
Berikan rangsang reflex pernafasan ( hisap lendir, rangsang
-
nyeri ) selama 30 – 60 detik Bila gagal lakukan pernafasan kodok selama 1 – 2 menit. Caranya yaitu berikan oksigen 1 -2 L/menit melalui kateter hidung dengan posisi kepala bayi dalam keadaan ekstensi maksimal. Kemudian buka - tutup mulut dan hidung , serta gerakkan dagu ke atas dan bawah secara teratur dengan frekuensi 20 kali/menit.
Selain tindakan diatas, perlu juga diberikan mediamentosa berupa epinefrin 1 : 10000
yang diberikan segera setelah
massase jantung. Dosis epinefrin yang diberikan 0,1 cc/kg BB. Infeksi TORCH Infeksi teratogenik
TORCH
dan
pada
janin.
Hepatitis Jika
B
memberikan
menginfeksi
pada
efek
periode
organogenesis (trimester satu) maka akan menyebabkan kelainan kongenital pada bayi. Selain itu tidak jarang baik infeksi TORCH maupun Hepatitis B dapat menyebabkan abortus. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen. Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa
sebagai
glikogen,
terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam I kelahiran. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam I pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam I maka otak bayi dalam keadaan berisiko kekurangan glukosa. BBL kurang bulan, IUGR, dan
distress
janin
merupakan
risiko
utama
kekurangan
glukosa, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir. Pada ibu dengan diabetes melitus (gula darah lebih dari 200mg/dL) dan toleransi glukosa terganggu (gula darah antara 140-200 mg/dL), bayi yang dilahirkan akan mengalami hipoglukosa.
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 1. Definisi BBLR adalah setiap bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. 2. Klasifikasi a. Prematuritas Murni Sering disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan, yaitu neonatus yang lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu. b. Dismaturitas
Merupakan bayi yang mempunyai berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa gestasi saat dilahirkan. 3. Penentuan Umur Kehamilan Masalah yang dihadapi oleh bayi dengan prematuritas murni sangat berbeda sehingga keduanya perlu dibedakan menggunakan
kurva
pertumbuhan
dan
perkembangan
intrauterin dari Bataglia dan Lubchenco (1967). Kurva ini akan membandingkan antara usia kehamilan dan berat badan, bayi dengan pertumbuhan normal akan berada antara 10 percentil hingga 90 percentil. Bayi dibawah 10 percentil dikatakan berat kurang dari masa kehamilan (KMK) sedangkan bila diatas 90 percentil maka bayi lebih besar dari masa kehamilan (BMK). Umur
kehamilan
dapat
ditentukan
melalui
skor
Balard.
(Wiknjosastro, 2006)
Skor Ballard. Nilai physical maturity selanjutnya dijumlahkan dengan nilai neuromuscular activity dan disesuaikan dengan score maturity rating.
Kurva pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin dari Batagglia dan Lubchenco.
Korioamnionitis Persalinan prematur, persalinan lama, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang, adanya bakteri patogen pada traktus genitalia, alkohol, rokok merupakan faktor risiko terjadinya infeksi pada korion dan amnion (korioamnionitis). Korioamnionitis ditegakkan bila ditemukan demam >38 C º
dengan 2 atau lebih tanda berikut ini:
Leukositosis >15.000 sel/mm3
Denyut jantung janin >160 kali/menit
Frekuensi nadi ibu >100 kali/menit
Nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi
Cairan amnion berbau (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013) Korioamnionitis
pada
ibu
dapat
meningkatkan mortalitas
neonatus, perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome (RDS), infeksi hingga sepsis neonatal. (Sherman M.P., 2014)
BAB III PENUTUP A. Simpulan 1. Pada skenario,
warna
ketuban
pasien
yang
keruh
dapat
mengindikasikan adanya infeksi di dalam kandungan, didukung dengan pecahnya ketuban 24 jam dan riwayat demam sebelum melahirkan menunjukan adanya potensial infeksi atau sepsis neonaturum. 2. Tindakan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam penatalaksanaan bayi baru lahir tidak bernafas, sehingga bayi dapat terhindar dari kematian. 3. Rawat gabung pasca melahirkan sangat penting untuk mendekatkan Ibu dengan bayi serta bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum dari ASI. B. Saran 1. Terkait skenario, sebaiknya seorang Ibu hamil berkunjung ke bidan atau dokter secara teratur untuk mendapatkan pelayanan ANC, sehingga dapat mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam keamilan, persalinan, dan nifas. 2. Terkait kegiatan tutorial sebaiknya mahasiswa lebih menguasai materi tutorial, sehingga seluruh tujuan pembelajaran dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer (2001).Ilmu Kebidanan Dan Kandungan. Kapital Selekta Kedokteran FK UI. Edisi 3. Jilid 1. Hal. 291. Penerbit. Media Aesculapius FKUI 2001. Bobak. Keperawatan Maternitas. Penerbit Buku Kedukteran EGC. Jakarta. 2005. hal 384- 403 Guyton, Arthur C. et Hall, John E. 2007. Fisiologi Fetus dan Neonatus dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC. Henderson, Christine. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. hal 385-390 Johnson, Ruth. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. hal. 263-273 Kattwinkel, et.al (2010). Neonatal Resuscitation : 2010 American Heart Association Guidelines For Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 122 : 909 – 919 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes RI. Kosim,
Sholeh.
2010.
Pemeriksaan
Kekeruhan
Air
Ketuban.
Sari
Pediatri
2010;11(5):379-84. Purwadianto, Agus dan Budi Sampurna.2013. Kedaruratan medik. Tangerang : Binarupa Aksara. Sadler,
T.W.
2000. Embriologi
Kedokteran
Langman.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC. Saifuddin, Abdul Bari.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005. hal. 136-138 Sherman M.P. 2014. Chorioamnionitis. Emedicine.medscape.com/article/973237 (Diakses pada 4 Maret 2015) Soetjiningsih et.al. 2012. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, H. 2006. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah dalam buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. “Perawatan Antenatal” Slide Kuliah dr. Soetrisno Sp.OG. Bagian/SMF Obgin FK UNS RSUD dr. Moewardi, Surakarta. 2014.
View more...
Comments