laporan teknologi produksi tanaman semusim

March 17, 2018 | Author: olivia gusri | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

agroteknologi...

Description

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pertanaman (cropping system) adalah suatu sistem yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu sistem usaha tani. Misalnya pola pertanaman, teknik budidaya tanaman, tenaga kerja, pengelolan dan sebagainya. Model sistem pertanaman disusun berdasarkan asumsi bahwa sistem pertanaman yang terdapat di suatu wilayah, pada dasarnya merupakan ekspresi dari tanggapan petani dalam mengendalikan lingkungannya. Pola tanam adalah merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pola tanam ni diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Namun yang penting persyaratan tumbuh antara kedua tanman atau lebih terhadap lahan hendaklah mendekati kesamaan. Pola tanam di daerah tropis, biasanya disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan, terutama pada daerah atau lahan yang sepernuhnya tergantung dari hujan. Makan pemilihan jenis/varietas yang ditamanpun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan. Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu. Tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu arealtanam. Ada

pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satuareal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilirbeberapa jenis tanaman

pada

waktu

berbeda

di

aeral

yang

sama.

Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahankaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan

tersebut.

Biasanya,

pengelolaan

lahan

sempituntuk

mendapatkan

hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanianterpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utamaadalah pendekatan yang bijak. Pengetahuan mengenai pola tanam sangat perlu bagi petani. Sebab dari usaha tani yang dilakukan, diharapkan dapat mendatangkan hasil yang maksimal. Tidak hanya hasil yang menjadi objek, bahkan keuntungan maksimum dapat didapat dengan tidak mengabaikan pengawetan tanah dan menjaga kestabilan kesuburan tanah. B. Tujuan Tujuan dari praktikum sitstem pertanaman ini adalah agar mahasiswa mampu menerapkan teknik budidaya tanaman semusim dengan pola tanam tumpangsari dan mengelola usaha tani dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertanaman ganda (Multiple cropping), yaitu intensifikasi pertanaman dalam dimensi waktu dan ruang. Bentuknya adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada lahan yang sama dalam kurun waktu satu tahun. Menurut bentuknya, pertanaman ganda ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : pertanaman tumpangsari (Intercropping) dan pertanaman berurutan (Sequential Cropping). Hampir semua petani dengan lahan sempit di daerah tropis masih terus melakukan budidaya ganda. Selama dua dasawarsa yang lalu, para ilmuwan semakin menyadari bahwa hal ini merupakan praktek yang sangat cocok untuk memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam (Beets, 1982). Thahir 1994, menyebutkan Multiple cropping adalah suatu sistimbercocok tanam selama satu tahun atau lebih/kurang pada sebidang tanah yang terdiri atasbeberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir atau

bersisipan,dengan

maksud

meningkatkan

produktivitas

tanah,

atau

pendapatan petani tiap satuan luasdan satuan waktu. Menurut Seetisarn (1977), multiple cropping didifinisikan sebagaiintensifikasi penanaman dalam dimensi waktu dan ruang, misalnya menanam dua macamtanaman atau lebih pada sebidang tanah sama dalam waktu satu tahun. Produksi yang lebih tinggi pada tanaman tumpangsari dapat diperoleh dengan diusahakan menananam tanaman yang habitusnya berbeda, sehingga 2 jenis tanaman yang ditumpangsarikan akan memanfaatkan faktor-faktor

pertumbuhan dengan lebih baik jika tanaman yang ditumpangsarikan mempunyai kanopi, struktur dan sistem perakaran yang berbeda (Prajitno, 1992).

III.METODE PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain cangkul, sabit, tali raffia, roll meter, tugal, sprayer, oven, kantong plastik, timbangan analitik dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain benih bayam, benih buncis, pupuk urea, pupuk KCL dan pupuk SP-36. B. Prosedur Kerja 1. Lahan berbentuk petak disiapkan dengan ukuran petak 2 m x 3 m. Pada praktikum kelompok kami menggunakan tanaman buncis dengan jarak tanam 40cm x 30 cm dan diselingi dengan tanaman bayam. 2. Pengolahan tanah dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengolahan tanah pertama bertujuan untuk membajak tanah dan menghilangkan gulma yang tumbuh; pengolahan yang kedua bertujuan untuk menggemburkan dan menghaluskan tanah sehingga tanah menjadi gembur dan rata hingga tanah siap untuk ditanami. 3. Penanaman dilakukan secara tumpangsari antara tanaman utama yaitu buncis dengan bayam. Penanaman dilakukan secara serentak. Penanaman dilakukan setelah pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar. 4. Pemupukan susulan dilakukan sebanyak ½ bagian pupuk N dan dilakukan pada saat 4 minggu setelah tanam. 5. Pengairan dilakukan, pemberian air ini dilakukan bila keadaan tanaman kekurangan air atau kekeringan. 6. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung kepada tingkat serangan dengan menggunakan pestisida 7. Pengamatan dilakukan. Variabel yang diiamati yaitu variabel pertumbuhan, komponen hasil serta kondisi lingkungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman adalah dengan memilih sistem pola tanam yang tepat. Sistem pola tanam dapat dilakukan dengan monokultur atau polikultur. Pertanaman Tunggal (Monoculture) adalah penanaman satu jenis tanaman secara berulang kali pada suatu luasan lahan tertentu. Pertanaman tunggal dapat dilakukan untuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Kelebihan dari pola tanam monokultur yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis saja. Sedangkan kelemahannya ialah tanaman akan lebih mudah terserang hama maupun penyakit (Sastradiharja, 2005). Pertanaman ganda (Multiple Cropping) adalah suatu sistem pertanaman atau usahatani yang mengusahakan dua atau lebih tanaman budidaya pada suatu luasan lahan

tertentu.

Tujuan

pertanaman

ganda

adalah

untuk

meningkatkan

produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen. Bentuk-bentuk pertanaman ganda: 1)

Tumpang Sari (Intercropping)

Sistem tumpang sari, yaitu sistem bercocok tanaman pada sebidang tanah dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam waktu yang bersamaan. Sistem tumpang sari ini, disamping petani dapat panen lebih dari sekali setahun dengan beraneka komoditas (deversifikasi hasil), juga resiko kegagalan panen

dapat ditekan, intensitas tanaman dapat meningkat dan pemanfaatan sumber daya air, sinar matahari dan unsur hara yang ada akan lebih efisien. Ada tiga jenis bertanam tumpang sari yakni :. a) Tanaman campuran (Mixed Cropping) adalah penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara bersama-sama di atas lahan yang sama dengan tidak memperhatikan jarak tanam. b) Tanaman baris (Row Intercropping) di atas lahan yang sama ditanam dua atau lebih tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam tertentu. c) Sedangkan dalam system tanam tumpang sari pita/jalur

(Strip

Intercropping) di atas lahan yang sama ditanam dua atau lebih tanaman dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini sering disebut sebagai system surjan. 2)

Sistem penanaman ganda yang lain yaitu sistem tumpang gilir, yang

merupakan cara bercocok tanaman dengan menggunakan 2 atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah dengan pengaturan waktu. Penanaman kedua dilakukan setelah tanaman pertama berbunga. Sehingga nantinya tanaman bisa hidup bersamaan dalam waktu relatif lama dan penutupan tanah dapat terjamin selama musim hujan. Adapun kelebihan dari sistem polikultur atai sistem tanam ganda antara lain:

a. Mengurangi serangan OPT (pemantauan populasi hama), karena tanaman yang satu dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat

mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin, b. Menambah kesuburan tanah. Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur. c. Dapat menambah kesuburan tanah Menanam tanaman kacang-kacangan berdampingan dengan tanaman jenis lainnya dapat menambah kandungan unsur Nitrogendalam tanah karena pada bintil akar kacang-kacangan menempel bakteri Rhizobium yangdapat mengikat Nitrogen dari udara. Dan menanam secara berdampingan tanaman yang perakarannya berbeda dapat membuat tanah menjadi gembur. d. Meminimalkan hama dan penyakit tanaman Sistem polikultur dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutuskan siklus hidup hama dan penyakit tanaman. Menanam tanaman secara berdampingan dapat mengurangi hama penyakit tanaman salah satu pendampingnya, misalnya : bawang daun yang mengeluarkan baunya dapat mengusir hama ulat pada tanaman kol atau kubis. e. Mendapat hasil panen beragam yang menguntungkan Menanam dengan lebih dari satu tanaman tentu menghasilkan panen lebih dari satu atau beragam tanaman. Pemilihanragam tanaman yang tepat dapat

menguntungkan karena jika satu jenis tanaman memilikinilai harga rendah dapat ditutupi oleh nilai harga tanaman pendamping lainnya. (Pracaya, 2002) Kekurangan sistem polikultur adalah : Apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat memberi dampak negatif, misalnya : a. Terjadi persaingan unsur hara antar tanaman b. OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya c. Pertumbuhan tanaman akan saling menghambat Tanaman yang kami gunakan dalam menerapkan sitem tanam ganda yaitu Buncis dan Bayam. System yang kami gunakan yaitu tumpangsari, berikut penjelasan tentang komoditas yang kami gunakan. 1. Buncis a. Deskripsi Buncis yang memiliki nama latin Phaseolus vulgaris merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki batang berbentuk sulur dengan daun trifoliate berselang-seling . Tanaman ini banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis, serta di daerah yang beriklim sedang pada saat musim panas. Menurut Zulkarnain (2013), berdasarkan sifat pertumbuhannya, buncis ada 2 tipe, yaitu indeterminate dan determinate. Kultivar dengan tipe pertumuhan indeterminate tumbuh dengan tipe ketinggian 2-3 m, sedangkan determinate dapat mencapai ketinggian 20-60 cm dengan bunga terminal setelah daun keeempat hingga kedelapan. Bunga tanaman buncis tergolong menyerbuk sendiri karena

penyerbukannya pada saat setelah bunga membuka penuh (antesis). Buah buncis berupa polong dengan panjang bervariasi dari 80-20 cm dan lebar 1-1½ cm. tergantung pada kultivar dan keadaan lingkungan, jumlah biji dalam setiap polong bervariasi antara 4-12 butir (Zulkarnain, 2013). Bentuk dari bijinya pun bervariasi ada yang bulat dan ada pula yang menyerupai bentuk ginjal. Warna kulit biji buncis dapat berwarna putih kuning, kehijauan, ping, merah, ungu, cokelat, atau hitam. Batang tanaman Buncis umumnya berbuku-buku, yang merupakan tempat melekat tangkai daun. Daun Buncis bersifat majemuk, dan helai daunnya berbentuk

jorong segi tiga

(Rukmana, 1994). Di samping sifat pertumbuhan yang memanjat, kacang buncis adapula yang memiliki pertumbuhan menyemak dan dikenal sebagai kacang jogo. Menurut Sunaryono (2004) mengemukakan bahwa dua tipe kcang jogo yang dibudidayakan di Indonesia, yaitu jogo cokelat dan jogo merah. Sedangkan kacang buncis yang memiliki pertumbuhan memanjat yang banyak diusahakan di Indonesia antara lain Surakarta, Helda, dan Hawaian Wonder. Klasifikasi kacang buncis sebagai berikut : Devisi

: Spermatofita

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dikotilledon

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Phaseolus

Spesies : Phaseolus vulgaris b. Syarat Tumbuh Seperti tanaman yang lain, buncis memiliki syarat tumbuh untuk berproduksi dengan baik. Tanah dan iklim merupakan dua factor ekologis yang perlu di perhatikan agar buncis yang di usahakan mampu tumbuh dengan baik dan berproduksi secara maksimal. Budidaya buncis sangat baik apabila dilakukan di tanah Andosol karena tanah ini memiliki drainase yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan produksi buncis. Tetapi selain di tanah Andosol menurut Yamaguchi (1983), buncis dapat ditanam pada berbagai jenis tanah sepanjang tanah tersebut memiliki pori udara yang cukup dan drainase yang baik untuk mendukung penambatan oksigen oleh bintil akar. Menurut Zulkarnain (2013), keasaman tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan yang baik, berkisar 5,5-6,5. Pada tanah dengan pH kurang dari 5,5, pertumbuhan akan terhambat karena mengalami keracunan besi, alumunium dan mangan. Sebaliknya jika pH di atas 6,5 pertumbuhan akan terganggu karena ketidaktersediaan sejumlah unsure-unsur hara esensial. Optimum suhu tanah untuk perkecambahan biji adalah 30ºC. pada suhu 20ºC, persentase perkecambahan sangat tinggi dan diperlukan waktu 11 hari untuk berkecambah. Sementara itu, pada suhu 30ºC, perkecambahan biji hanya memerlukan waktu 6 hari (Yamaguchi, 1983). Tanaman Buncis dapat tumbuh baik apabila ditanaman di dataran tinggi yaitu pada ketinggian 1000-1500 meter dpl. Namun tidak tertutup kemungkinan

untuk di tanam pada daerah dengan ketinggian 500-600 meter dpl. Temperatur udara yang paling baik untuk tanaman Buncis berkisar antara 20-500C. Di luar kisaran temperatur tersebut produksinya tidak maksimal. Umumnya tanaman Buncis menghendaki kelembaban

50-60%,

kondisi terlalu lembab dapat

mengundang hama dan penyakit sehingga dapat mengancam pertumbuhan tanaman (Setiawan, 1994). Daerah yang banyak ditanami kacang buncis di Indonesia antara lain Cisarua, Pangalengan, Pacet (Cipanas), Lembang (Bandung), Batu dan Nangka Jajar (Malang) (Sunaryono, 2004). Selain lingkungan tumbuh yang ideal, tindakan budidaya yang tepat juga merupakan aspek penting untuk pertumbuhan tanaman buncis yang optimal dan berproduksi tinggi. Budidaya buncis sama halnya dengan budidaya tanaman lain yaitu ada persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan hingga panen. Persiapan lahan dimulai dengan membersihkan area tanam dari gulmagulma agar nantinya tidak terjadi persaingan dalam mengambil nutrisi dalam tanah. Seperti pernyataan (Zulkarnain, 2013) bahwa pembersihan gulma untuk menghindarkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan unsur hara dan air. Setelah lahan bersih dari gulma, pengolahan lahan dilakukan dengan cara di cangkul atau di bajak. Pada saat praktikum lahan yang akan ditanami buncis oleh kami telah dipersiapkan sebelumnya. Jadi lahan telah mengalami proses pembersihan gulma maupun pengolahan tanah. Menurut Zulkarnain (2013), pengolahan tanah merupakan upaya untuk mendapatkan kondisi media tanam yang ideal dalam pertumbuhan dan produksi buncis. Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20-30cm atau sedalam lapisan top soil.

Buncis diperbanyak secara generatif menggunakan biji yang ditanam langsung. Benih yang digunakan harus benih yang bermutu dengan daya kecambah 80-85% (Zulkarnain, 2013). Dalam praktikum ini kami menggunakan benih buncis tipe merambat. Saat penanamannya kami memakai jarak tanam 40cmx30cm dan menanam 2 biji per lubang tanamnya. Hal ini hampir sama dengan pernyataan (Rukmana, 2005) yang menyatakan bahwa untuk kacang jogo, jarak tanam adalah 40cm x 40cm-50cm, sedangkan untuk kacang buncis, jarak tanam adalah 20cm-30cm x 60cm-75cm dan setiap lubang tanam diisi dengan 2-3 biji kacang buncis dan ditutup dengan tanah tipis. Untuk memudahkan pemeliharaan dan menghindari terjadinya genangan air di sekitar batang tanaman, perlu dibuat bedengan dengan tinggi kira-kira 20cm, lebar 100-125cm dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan atau keadaan lahan. Hal ini berfungsi sebagai jalan sekaligus sarana pembuangan air (drainase) (Zulkarnain, 2013). Saat pelaksanaan praktikum kami melakukan penyulaman atau mengganti tanaman yang rusak dan tidak tumbuh pada saat 7 hari setelah tanam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulkarnain (2013) bahwa biji-biji yang tidak berkecambah atau perkecambahannya tidak menghasilkan tanaman normal harus segera diganti dengan benih yang baru atau disulam. Penyulaman hendaknya dilakukan sesegera mungkin sebelum tanaman berumur 10 hari. Pemupukan yang kami lakukan yaitu pada saat 14 hari setelah tanam. Pemupukan dengan menggunaka pupuk urea sebanyak 30g/petak, SP-36 sebanyak 60g/petak dan pupuk KCl sebanyak 60g/petak.

Pemeliharaan yang kami lakukan salah satunya pengairan. Pengairan dilakukan dengan melihat kondisi cuaca pada saat itu. Jika kondisi tanah kekeringan, diperlukan pengairan. Selain pengairan kami juga memasang tugal saat tanaman buncis mulai tumbuh merambat dengan cara melilitkan batang buncis pada tugal yang telah ditancapkan ke dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zulkarnain (2013) bahwa kacang buncis tipe pertumbuhan menjalar ke atas, perlu diberi penopang atau lanjaran sebagai tempat merambatnya. Masa panen tergantung pada kultivar dan suhu udara, kacang buncis dapat dipanen dalam waktu 45-80 hari setelah tanam. Kacang buncis dapat dipanen setelah polongnya mencapai tahap perkembangan optimum dengan ciri-ciri warna agak muda, permukaan agak kasar, biji nelum menonjol dan apabila dipatahkan menimbulkan suara meletup (getas). Pemanenan umumnya dilakukan secara manual, yakni polong dipetik dengan tangan (Zulkarnain, 2013).

c. Hama dan Penyakit a) Hama Kumbang daun epilachnia (Henosepilachna signatipennis Boisduval). Daun daun buncis yang terserang hama ini berlubang lubang. Pada serangan berat seluruh helaian daun dapat tersisa tulang daunnya saja, dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat (kerdil) (Zulkarnain, 2013). Penggerek daun (Etiella zinckenella Treitschke). Hama ini menyerang polong muda sehingga mengalami keerusakan dan bijinya keropos (Zulkarnain, 2013).

Kutu daun (Aphis gossypii Glofer). Tanaman yang terserang hama ini akan bertumbuh kerdil, batang berpilin, daun mengeritting dan berwarna kuning. (Zulkarnain, 2013). b) Penyakit Antraknosa (Colletotrichum lindemuthianum Sacc. Et Magnus) Lams. Serangan cendawan ini menimbulkan bercak kecil berwarna cokelat pada polong muda dan bercak hitam atau cokelat tua pada batang (Zulkarnain, 2013). Embun tepung (Erysiphe polygoni D.C.). serangan cendawan ini dicirikan oleh timbulnya area berwarna putih ke abuan (seperti beludru) dipermukaan daun (Zulkarnain, 2013). Layu bakteri (Peseudomonas solanasearum Smith). Gejala serangan bakteri ini dicirikan oleh tanaman menguning, layu dan kerdil. Batangnya apabila dipijit akan keluar lendir putih (Zukkarnain, 2013). 2. Bayam a. Deskripsi Bayam merupakan sayuran yang telah lama dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh petani di seluruh wilayah Indonesia, bahkan di negara lain. Penyebaran tanaman bayam di Indonesia telah meluas ke seluruh wilayah, tetapi sampai saat ini pulau Jawa merupakan sentra produksinya (Bandini dan Azis,2001). Menurut

Van

Steenis

(1978),

(Amaranthus sp.) sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae

mengklasifikasikan

tanaman

bayam

Class : Dicotyledoneae Ordo : Amaranthales Family : Amaranthaceae Genus : Amaranthus Spesies : Amaranthus sp. Bentuk tanaman bayam adalah terna (perdu), tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 – 2 m, berumur semusim atau lebih. Sistem perakaran menyebar dangkal pada kedalaman antara 20 - 40 cm dan berakar tunggang (Bandini dan Aziz, 2001). Batang tumbuh tegak, tebal, berdaging dan banyak mengandung air, tumbuh tinggi diatas permukaan tanah. Bayam tahunan mempunyai batang yang keras berkayu dan bercabang banyak. Bayam kadang-kadang berkayu dan bercabang banyak (Van Steenis, 1978). Daun berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing dan urat-urat daun yang jelas. Warna daun bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputihputihan, sampai berwarna merah. Daun bayam liar umumnya kasap (kasar) dan kadang berduri (Azmi, 2007). Bunga bayam berukuran kecil, berjumlah banyak terdiri dari daun bunga 4 – 5 buah, benang sari 1 – 5, dan bakal buah 2 – 3 buah. Bunga keluar dari ujungujung tanaman atau ketiak daun yang tersusun seperti malai yang tumbuh tegak. Tanaman dapat berbunga sepanjang musim. Perkawinannya bersifat unisexual yaitu dapat menyerbuk sendiri maupun menyerbuk silang. Penyerbukan berlangsung dengan bantuan angina dan serangga (Nazaruddin, 2000).

Biji berukuran sangat kecil dan halus, berbentuk bulat, dan berwarna coklat tua sampai m mengkilap sampai hitam Kelam. Namun ada beberapa jenis bayam yang mempunyai warna biji putih sampai merah, misalnya bayam maksi yang bijinya merah. Setiap tanaman dapat menghasilkan biji kira-kira 1200 – 3000 biji/gram (Wirakusumah, 1998). b. Syarat Tumbuh Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman antara lain ketinggian tempat, sinar matahari, suhu, dan kelembaban. Bayam banyak ditanam di dataran rendah hingga menengah, terutama pada ketinggian antara 5 – 2000 m dpl. Kebutuhan sinar matahari untuk tanaman adalah tinggi, berkisar antara 400 – 800 foot candles yang akan mempengaruhi pertumbuhan optimum dengan suhu rata-rata 20˚C - 30˚C, curah hujan antara 1000 – 2000 mm, dan kelembaban diatas 60%. Drainase tanah harus sudah diperhatikan meskipun tanaman bayam tahan terhadap air hujan. Untuk itu, bedengan dibuat lebih tinggi disbanding dengan penanaman saat musim kemarau, yaitu setinggi ± 35 cm. Sebaliknya pada musim kemarau, penyiraman harus dilakukan secara teratur (Bandini, 2001). Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada waktu musim hujan ataupun kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling tepat ditanam pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober – November. Bisa juga ditanam pada awal musim kemarau, sekita bulan Maret – April (Nazaruddin, 2000).

Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur. Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan menyulitkan produksi dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6 – 7 paling disukai bayam untuk pertumbuhan optimalnya (Nazaruddin, 2000). Tanah yang subur dan bertekstur gembur serta banyak mengandung bahan organik paling disukai tanaman bayam. Pada tanah yang tandus dan liat, bayam masih dapat tumbuh dengan baik jika dilakukan penambahan bahan organik yang cukup banyak. Pada tanah yang ber-pH dibawah kisaran 6-7, tanaman bayam sukar tumbuh. Tanaman akan menunjukkan pertumbuhan yang merana bila pH tanah dibawah 6. Begitu pula pada pH diatas 7, tanaman akan mengalami gejaja klorosis (warna daun menjadi putih kekuning-kuningan terutama pada daun-daun yang masih muda). Jenis bayam tertentu masih dapat tumbuh pada tanah-tanah alkalin (basa). Tanaman bayam tidak memilih jenis tanah tertentu (Murtensen and Bullard, 1970). Budidaya tanaman bayam pada praktikum ini lahan yang ingin digunakan telah dilakukan pengolahan tanah agar tanah gembur dan mengurangi populasi gulma agar tidak terjadi persaingan dalam mengambil unsur hara dan air. Sebelum melakukan penanaman, kami juga membeerikan pupuk kandang sebagai dasarnya. Menurut Widjaja dan Hadisoeganda (1996), Pengoolahan tanah, tanah dicangkul sedalam 23-30 cm, dibersihkan dari rerumputan. Sambil diberi pupuk organik secukupnya (pupuk kandang dan atau kompos) tanah terus digemburkan dan dibedeng-bedeng selebar sekitar 100 cm, jarak antar bedengan sekitar 30-40 cm dan panjang bedengan disesuaikan dengan bentuk lahan.

Penanaman biasanya dilakukan dengan sebar benih langsung secara merata, tanpa alur (barisan), tanpa jarak tanam. Sebaran benih dibuat serata mungkin, disusul dengan penutupan benih tersebut dengan selapis tanah untuk menghindari terhanyutnya benih oleh air hujan atau air siraman (Widjaja dan Hadisoeganda, 1996). Hal ini sama seperti yang kami lakukan saat di lapang yaitu menanam bayam dengan cara disebar membentuk barisan dan menutupnya dengan sedikit tanah. Pemupukan dilakukan pada 2 minggu HST dengan pupuk SP-36 sebanyak 60 gr/petak, pupuk KCl sebanyak 60gr/petak. Menurut Rukmana (1995), pupuk buatan yang diberikan pada tanaman bayam adalah 300 kg Urea, 200 kg TSP dan 100 kg KCl per hektar. Pemeliharaan tanaman bayam yang kami lakukan adalah dengan penyiangan dan pengairan. Pengairan dilakukan dengan melihat kondisi curah hujan pada saat itu. Jika lahan atau kondisi tanah kering dilakukan pengairan atau penyiraman. Seperti yang diungkapkan Rukmana (1995) bahwa pemeliharaan tanaman yang penting ialah menjaga kelembapan tanah dan tanaman bayam memerlukan air 4liter/m2 pertanaman/hari pada saat tanaman masih muda sampai minggu pertama. Bayam cabut biasanya mulai dipanen apabila tingginya telah mencapai kirakira 20 cm, yaitu pada umur antara tiga sampai empat mencapai minggu setelah tanam. Tanaman ini dipanen (dicabut) sampai akarnya (Rukmana, 1995). c. Hama dan Penyakit a) Hama

Hama yang sering menyerang tanaman bayam adalah ulat daun, kutu daun dan belalang. Tanaman bayam yang terserang ulat daun atau ulat Hymenia akan terlihat berlubang. Ulat ini memakan daun bayam sampai berlubang-lubang. b)Penyakit Karat putih memiliki gejala bercak-bercak putih pada daun yang disebabkan oleh cendawan Albugo candida, terutama pada bagian daun seblah bawah. Penyakit ini banyak terjadi apabila cuacanya lembab sekali (Zulkarnain, 2013) Busuk daun memiliki gejala yaitu daun terinfeksi cendawan Choanephora menjadi berwarna hitam, kemudian cabang dan daun yang terserang menjasi busuk. Serangan meningkat apabila cuacanya terlalu lembab. Pengamatan praktikum ini, variabel yang diamati meliputi variabel pertumbuhan, komponen hasil serta kondisi lingkungan. Tujuan dari pengamatan tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana hasil produksi suatu tanaman, dapat pula menentukan pola tanam yang tepat dan jika ditanam berdampingan tanaman apa yang cocok dan menghasilkan produksi tinggi. Selain itu, dari pengamatan variabel tersebut kita dapat mengembangkan potensi dari suatu tanaman dan dapat mengetahui prediksi hasil produksi suatu tanaman.

V. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sistem pertanaman adalah suatu sistem yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas produksi tanaman dalam suatu sistem usaha tani. 2. Pertanaman ganda (Multiple Cropping) adalah suatu sistem pertanaman atau usahatani yang mengusahakan dua atau lebih tanaman budidaya pada suatu luasan lahan tertentu. Tujuan pertanaman ganda adalah untuk meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi resiko kegagalan panen. B. Saran Sebaiknya praktikum dilaksanakan selalu setiap pagi hari dan ada dosen yang membimbing dan memberi pengarahan.

Dapus Sastradiharja, Singgih.2005. Menanam Sayuran Secara Organik. Jakarta:Azka Press Pracaya. 2002. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot, dan Polibag. Jakarta : Penebar Swadaya Rukmana, R, 1994, Bertanam Buncis, Kanisius, Yoyakarta. Setiawan, 1994, Sayuran Dataran Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta Hadisoeganda, A. Widjaja W. 1996. Bayam Sayuran Penyangga Petani di Indonesia. Monograf No. 4. BPPP. Lembang, Bandung.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF