laporan tekno griseofulvin
May 18, 2019 | Author: Wiby Poppers Jr. | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum teknologi solida (griseofulvin) farmasi...
Description
BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang
Teknologi sediaan padat adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan farmasi yang membahas tentang teknologi atau cara pembuatan sediaan farmasi khususnya obat-obatan. Obat-obatan dalam pasaran yang kita temui biasanya terdiri dari berbagai macam bentuk sediaan baik sediaan padat maupun larutan. Salah satu sediaan dalam bentuk padatan yaitu tablet. Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya. Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Bahan tambahan yang biasanya digunakan seperti zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagi jenis (Ansel, 1994 ; Depkes Depkes RI, 1995). Tablet harus melepaskan zat berkhasiat kedalam tubuh dalam jumlah yang tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan (Lachman, 1986). Tablet hanya memberikan efek yang diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya. pembuatannya. Pada
1
praktikum ini dilakukan pembuatan tablet fulvinazol sert a evaluasi granul gra nul dan evaluasi tablet. I.2
Maksud dan Tujuan
I.2.1
Maksud Percobaan
Dapat
mengetahui
rancangan
pembuatan
sediaan
tablet
menggunakan metode granulasi kering. I.2.2
Tujuan Percobaan Percobaan
Tujuan percobaan yaitu: 1. Mampu merancang formulasi tablet griseofulvin dengan pemilihan bahan tambahan yang tepat. 2. Mengetahui metode pembuatan yang tepat untuk formulasi tablet griseofulvin. 3. Mampu melakukan evaluasi granul dan tablet.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1
Dasar Teori
II.1.1 Pengertian Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar. (Dirjen POM, 1995). Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih atau gepeng, bundar, segitiga, lonjong dan se bagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari, mencegah dan menyulitkan pemalsuan agar mudah dikenal orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang sengaja diberikan warna dengan maksud agar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan, membedakan tablet t ablet yang satu dengan tablet yang lain. Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet atau zat aktif yang terkandung, jumlah zat aktif (zat berkhasiat) t iap tablet (Ben, 2013). II.1.2 Komponen Tablet
Komponen atau formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi,
bahan
pengikat,
desintegran,
dan
lubrikan,
dapat
juga
mengandung bahan pewarna yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis (Ben, 2013). 1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope Indonesia 2. Bahan excipient / bahan tambahan a. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal
3
b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal. c. Bahan penghancur/pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang. d. Bahan pelicin (lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat digunakan tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar yang lebih tinggi. e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya Silika pirogenik koloidal. f. Bahan penyalut (coating agent) 3. Ajuvans a. Bahan pewarna (colour) berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dar i tumbuhan. b. Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macammacam minyak atsiri.
4
II.1.3 Metode Pembuatan Tablet
1. Granulasi Basah Metode granulasi basah merupakan metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah – langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dibagi menjadi penimbangan dan pencampuran bahan – bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan lembab menjadi granul, pengeringan, pengayakan kering, pencampuran bahan pelincir, dan pembuatan tablet menjadi kompresi (Ansel, 1985). Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah pengeringan granul diayak kembali, ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama dibanding cara granulasi kering (Ansel, 1985).
5
2. Granulasi Kering Pada metode granulasi kering, granul di bentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air karena untuk meringankannya menggunakan temperatur yang di naikkan (Ansel, 1985). Setelah penimbangan dan pencampuran bahan dengan cara yang sama kemudian serbuk di kompresi menjadi tablet yang lebar dan datar atau pellet dengan garis tengah kira-kira 1 inci. Kemampuan harus cukup keras agar ketika di pecahkan tidak menumbulkan serbuk berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan at au alat dan di ayak dengan lubang ayakan sesuai dengan yang di inginkan. Pelincir di tambahkan sebagaimana biasanya dan tablet dibuat dengan kempa (Ansel, 1985). 3. Metode Kempa Langsung Metode cetak langsung ini digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Ansel, 1985). Kempa langsung digunakan untuk memperkenalkan pengempaan senyawa
kristalin
tunggal
yang
mempunyai
sifat
aliran
dan
kompresibilitas baik seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida, menjadi satu padatan tanpa penambahan zat-zat lain. Kempa langsung dapat menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah maupun kering. (Siregar, 2010). II.1.4 Evaluasi Granul
1. Uji Kadar Air Evaluasi kadar air digunakan untuk mencegah lembab dari granul yang dapat mempercepat pertumbuhan mikroba dan jamur. Pengukuran
6
kadar air dilakukan dengan moisture balance. Syarat kadar air yang baik adalah 2-5% (Voight, 1994). a. Uji susuk pengeringan %LOD =
-
b. Uji Kandungan kelembaban %MC =
-
2. Uji Sudut Diam Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong dan permukaannya diratakan. Lalu penutup bawwah corong dibuka dan dibiarkan granul mengalir melalui corong dan ditentukan sudut diamnya dengan rumus: T α =
3. Uji Kecepatan Alir Pengujian dilakukan seperti pada pengujian sudut diam, waktu alir ditentukan pada saat penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan jika seluruh granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alir (Faradiba, 2013). Kecepatan Alir =
Syarat: talir < 10 detik 4. Bobot Jenis Sejati Bobot jenis sejati merupakan bobot sampel dibagi dengan volume sampel tanpa ruang antar partikel dan ruang intrapartikel. Makin tinggi bobot jenis sejati granul maka makin banyak ruang kosong intrapartikel yang dimilki granul (Faradiba, 2013). BJ Sejati =
- –
7
Dimana: a = Piknometer kosong b = Piknometer + paraffin cair c = Piknometer + paraffin cair + granul 5. BJ Nyata, BJ Mampat dan Porositas a. BJ Nyata ditetapkan sebagai massa suatu serbuk dibagi dengan volume. Bobot jenis suatu serbuk tergantung pada distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan kecenderungan partikel menempel satu sama lain (Siregar, 2008). BJ Nyata =
b. BJ Mampat granul disebabkan adanya perbedaan ukuran parikel granul,
sehingga
menyebabkan
adanya
ruang
antar
partikel
(Faradiba, 2013). BJ Mampat =
c. Porositas merupakan ruang kosong antar partikel pada granul. Perhitungan porositas dilakukan untuk mengetahui kelarutan granul dalam pelarut (Faradiba, 2013). Porositas = 1-
II.1.5 Evaluasi Tablet
a. Keseragaman Ukuran Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali dari tebal tablet. b. Keseragaman Bobot dan Keseragaman Kandungan Tablet harus memenuhi keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot cukup mewakili keseragaman. c. Waktu Hancur
8
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi uji waktu hancur dilakukan menggunakan alat uji waktu hancur (Siregar, 2008). d. Uji Kekerasan Pada umumnya tablet harus cukup keras dan tahan pecah menjadi partikel-partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorbsi. Uji waktu hancur masing-masing sediaan tablet mempunyai prosedur uji waktu hancur dan persyaratan tertentu (Sireger, 2008). e. Uji Keregasan Tablet Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat fraibilator, dengan kecepatan 25 rpm. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0.5%-1% (Lachman, 1994). f. Uji Disolusi Uji disolusi adalah proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terabsorbsi dan memberikan efek terapi di dalam tubuh (Ansel, 1994). Penyimpangan =
– - -
Persyaratan: Tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan kolom A dan tidak boleh ada 1 tablet yang menyimpang lebih besar dari yang ditetapkan di kolom B. II.2
Rancangan Formula
Tiap tablet 500 mg mengandung: Griseofulvin
250 mg
PVP
3%
Pati jagung
5%
Tatrazin
0,25%
Dekstrin
q.s
9
II.3
Magnesium Stearat
0,25%
Talk
5%
Pati jagung
5%
Alasan Formulasi
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Dirjen POM, 1979).
Tablet kompresi yaitu tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran biasanya kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan pembantu (Ansel, 1989).
Tablet kempa biasanya dikehendaki untuk memberikan disintegrasi dan penglepasan obat yang cepat. Kebanyakan tablet jenis ini mengandung obat yang diharapkan berefek local dalam saluran cerna. Obat ini merupakan bentuk obat yang tidak larut dalam air (Lachman, 1994).
Griseofulvin memberikan efek yang baik terhadap penyakit jamur di kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh jamur yang sensitif. Gejala pada kulit akan berkurang dalam 48-96 jam tetapi pengobatan sebaiknya dilanjutkan sampai 3-4 minggu.
Absorbs meningkat bila
diberikan bersamaan dengan makanan berlemak (Gan, 2012)
Farmakologi griseofulvin yaitu obat ini berakumulasi di daerah yang terinfeksi, disintesis kembali dalam jaringan yang mengandung keratin sehingga menyebabkan pertimbuhan jamur terganggu. Tetapi harus dilanjutkan sampai jaringan normal menggantikan yang terinfeksi dan biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu sampai bulan. Berdasarkan farmakokinetiknya griseofulvin terdistribusi baik
ke
jaringan keratin yang terinfeksi, karena obat ini cocok untuk pengobatan infeksi dermatofitik. Konsentrasinya dalam jaringan lain dan cairan tubuh lebih rendah (Anwar, 1995).
Menurut WHO griseofulvin memiliki komposisi 250 mg ( WHO, 2005).
10
Pada formula ini menggunakan metode granulasi kering karena griseofulvin merupakan golongan antibiotik sedangkan golongan antibiotic termasuk bahan yang tidak tahan panas. Metode granulasi kering khususnyauntuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air karena untuk mengeringkannya diperlukan temperature yang dinaikkan (Azwar, 1995 ; Ansel, 1985).
Pada metode slugg , komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan di kompakkan dengan punch sehingga diperolaeh massa yang disebut slugg . Setelah itu slugg diayak
menggunakan
ayakan
dengan
nomor
mesh
16
untuk
mendapatkan granul dengan daya mengalir lebih baik dari campuran awal. Bila slugg yang di dapat sifatnya belum memuaskan maka proses diatas dapat di ulang (Anonim, 2010).
Penghancur slug yaitu massa serbuk di tekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan (Anonim, 2010).
II.4
Alasan penambahan bahan
1. PVP (Pengikat)
PVP merupakan polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai pengikat baik dalam granulasi basah maupun kering (Lachman, 1986).
PVP sering digunakan sebagai bahan pengikat, karena bahan tersebut dapat meningkatkan kekuatan antar granul (Khairi, 2012).
PVP memiliki kelebihan lain dibandingkan pengikat lain, yaitu dapat larut sempurna dalam air dan dapat berperan sebagai pengikat yang baik dengan bahan pengisi gula serta menghasilkan granul dengan sifat alir yang baik. PVP juga dapat digunakan sebagai pengikat baik untuk granulasi basah, granulasi kering, kempa langsung (Riawati, 2013).
11
PVP
bekerja
menghambat
pertumbuhan
Kristal
pada
fase
transformasi sehingga pada saat zat aktif dilarutkan bersama PVP akan menyelubungi atau mengikat zat aktif (Syukri, 2013).
PVP dengan konsentrasi 3% memperoleh kekuatan yang baik sebagai pengikat sehingga meningkatkan kekuatan antar partikel (Anwar, 2012).
2. Pati jagung (Penghancur)
Pati jagung adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai penghancur. Pati jagung mudah diperoleh dan harganya terjangkau (Wicaksono, 2008).
Pati jagung juga dapat digunakan pada kapsul dan tablet untuk meningkatkan segi, meningkatkan disintegrasi dan meningkatkan kekerasan (Rowe, 2009)
Amilum jagung merupakan bahan penghancur pada formula tablet sehingga didapatkan tablet dengan sifat fisik yang baik. Konsentrasi pati jagung 5%, karena pada konsentrasi ini dapat menghasilkan tablet dengan sifat fisik yang baik (Maryati, 2013)
Pati jagung digunakan sebagai penghancur dalam pembuatan tablet yang berfungsi untuk memfasilitasi hancurnya tablet ketika terjadi kontak dengan cairan saluran cerna (Anwar, 2012).
Amilum jagung digunakan sebagai penghacur yang mudah diperoleh dan harganya terjangkau (Maryati, 2013).
3. Dekstrin (Pengisi)
Dekstrin berfungsi sebagai bahan pengisi karena dapat meningkatkan produk yang dihasilkan. Dekstrin larut dalam air dingin dalam berbagai derajat tergantung pada kekuatan hidrolisisnya (Boga, 2013).
Dekstrin digunakan sebagai bahan pensuspensi, bahan pengikat tablet baik granulasi basah maupun cetak langsung. Bahan pengisi tablet dan kapsul (Anwar, 2012).
12
Dekstrin digunakan sebagai bahan pengisi pada tablet yang akan dicetak (Minarti, 2009).
Dekstrin digunakan sebagai bahan pengisi pada tablet dengan pil. Dekstrin ditujukan sebagai bahan pengisi (filter) karena dapat meningkatkan bobot produk yang dihasilkan (Warsiki, 1995).
4. Mg. Stearat (Lubrikan)
Mg. Stearat merupakan bahan pelicin. Pelicin ini akan menjadi lapisan antara konstituen tablet dengan dinding die. Dan juga mencegah melekatnya tablet pada punch atas dan bawah (Anggriani, 2010).
Mg. Stearat merupakan lubrikan yang paling efektif dan digunakan secara luas. Bahan berasal dari hewani yang merupakan campuran bervariasi dari stearat dan palmitat yang menunjukkan morfologi terbaik secara lubrikan (Septianingsih, 2010).
Mg. Srearat digunakan sebagai pelincir, dimana pelincir biasanya ditambahkan ke dalam granul dalam pembuatan tablet, pelincir berfungsi
untuk
mempercepat
aliran
granul
dan
mencegah
melekatnya granul (Ansel, 1989).
Mg. Stearat merupakan boundary type lubricant . Memliki daya adheren lebih baik dan lebih kuat terhadap permukaan metal oksida dibandingkan fluid type lubricant (Anonim, 2012).
Mg-Stearat
digunakan
sebagai
lubrikan
atau
pelincir
yang
konsentrasinya terbatas sampai 0.25%, bila digunakan lebih akan mempengaruhi kekerasan tablet (Anwar, 2012). 5. Talk (Glidan dan Antiadheren)
Penggunaan talk ini karena talk memiliki daya glidan dan antiadheren yang baik (Anonim, 2012).
Talk ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die. Mengurangi gesekan antar butir-butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die (Soekarni, 1987). 13
Talk digunakan sebagai anti lengket bertujuan untuk mengurangi melengket atau adhesi bubuk dan granul pada permukaan punch atau dinding die (Anwar, 2012).
Talk memiliki 3 keunggulan antara lain dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelincir dan bahan pemisah hasil cetakan. Talk terdiri dari Kristal berbentuk datar yang sangat mudah melincir pada saat terjadinya gesekan (Voight, 1994).
Talk digunakan sebagai pelincir untuk memacu aliran serbuk/granul dengan jalan mengurangi gesekan antara partikel – pratikel. Konsentrasi talk sebagai pelincir yaitu 5% (Anwar, 2012)
6. Tatrazin
Tatrazin digunakan sebagai zat pewarna dalam makanan, kosmetik dan obat – obatan (Martindale, 1974).
Penggunaan tatrazin ini telah diuji keamanan berdasarkan pertahanan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI nomor (22 / Menkes / Per / IX / 88 mengenai bahan tambahan pangan (BTP, 55).
II.5
Uraian Bahan
1. Griseofulvin (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi
: Griseofulvinum
Nama Lain
: Griseofulvin
RM / BM
: C17 H17 Cl O6 / 352,80
Rumus Struktur
:
OCH3
O
CH3
C O CH3 O
O Cl
Pemerian
OCH3
: Serbuk; putih sampai kuning gading pucat; tidak berbau; ukuran zarah maksimum 5 nm, boleh terdapat beberapa zarah.
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam kloroform P; sukar larut daam etanol (95%) P
14
dalam methanol P; mudah larut dalam tetralcloretana P Stabilitas
: Disimpan pada suhu kurang dari 40o C
Inkompatibel
: Agen oksidasi kuat
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai zat aktif
DM
: -/1g
Konsentrasi
: 50 %
2. PVP ( FI III, 1979; Excipients, 2009) Nama Resmi
: Povidonum
Nama Lain
: Povidon, Polivinil pirolidon
RM / BM
: (C6 H9 NO)n / 10.000 – 700.000
Rumus Struktur
:
O H - CH- CH3 –
Pemerian
n
: Serbuk putih atau putih kekuningan; berbau lemah atau tidak berbau; higroskopik.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dalam kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-rata; praktis tidak larut dalam eter P.
Stabilitas
: Stabil pada siklus pendek panas eksfosur sekitar 110 – 113o C
Inkompatibel
: Dalam larutan berbagai organic garam, resin alami dan sintesis bahan kimia lainnya.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan
: Sebagai pengikat
DM
: -
Konsentrasi
: 2 – 20 %, konsentrasi yang digunakan 5 %
15
3. Pati Jagung (Excipients, 2009) Nama Resmi
: Corn Starch
Nama Lain
: Pati Jagung
RM / BM
: (C6 H10 O5)n / 250.000
Rumus Struktur
:
CH3OH
CH2OH O
OH
CH3OH
O O
OH
O O
OH
OH
OH OH
Pemerian
OH
: Tidak berbau, tidak berasa, halus, putih Kecoklatan
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam etanol 96 % dingin dan pada air dingin, pati sebagian larut dalam dimetil sulfoksida dan dimetil fomamida
Stabilitas
: Wadah
kedap
udara
dibawah
30o
C,
Menghindari kelembaban tinggi Inkompatibel Penyimpanan
: Senyawa pengoksidasi kuat : Wadah kedap udara, ditempat kering yang Sejuk
Kegunaan
: Sebagai penghancur
DM
: -
Konsentrasi
: 15 %
4. Dekstrin ( FI III, 1979; Excipients, 2009) Nama Resmi
: Dextronum 40
Nama Lain
: Dextron 40
RM / BM
: C6 H10 O5 + H2O / 162,1
Rumus Struktur
: CH2OH O O
OH
16
OH
Pemerian
n
: Serbuk amorf, warna putih tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan
: Mudah larut dalam air panas, larut secara bertahap dalam air, praktis tidak larut dalam etanol dan larut dalam eter
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibel
: kompatibel dengan oksidator kuat
Kestabilan
: Karakteristik fisik dari dekstrin dapat sedikit berbeda tergantung metode pembuatan dan dalam molekul dekstrin
Kegunaan
: Sebagai zat tambahan
DM
: -
Konsentrasi
: 0,02 %
5. Magnesium Srearat (Excipients, 2009) Nama Resmi
: Magnesium Stearate
Nama Lain
: Magnesium Stearat, Magnesium distearat, magnesium octadecanoate, asam oktadenoat, Magnesium garam, asam stearat
RM / BM
: C36 H10 Mg O4 / 591, 24
Rumus Struktur
: [CH3 (CH2)16 COO]2 Mg
Pemerian
: Serbuk halus; putih; licin dan mudah melekat pada kulit; bau lemah khas
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95 %) P, dan dalam eter P
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Inkompatibel
: Tidak kompatibel dengan asam kuat, alkalis dan garam besi, hindari campuran dengan
17
oksidasi kuat. Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin, vitamin Stabilitas
: Stabil dan harus disimpan dalam wadah yang sejuk dan kering
Kegunaan
: Sebagai lubricant
Konsentrasi
: q.s
6. Talk (Excipients, 2009) Nama Resmi
: Talk
Nama Lain
: Hydrous magnesium kalsium silikat, hydrous magnesium silikat, magsil asmanthus, bubuk bedak
RM / BM
: Mg6 (Sl2O5)4 . (OH)4
Rumus Struktur
: -
Pemerian
: Serbuk hablur; sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran; warna putih atau putih kelabu
Kelarutan
: Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Inkompatibel
: Tidak kompatibel dengan senyawa surfaktan
Stabilitas
: Bahan yang stabil dan dapat disterilkan o
dengan pemanasan pada suhu 160 C selama tidak kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat disterilkan dengan etilen oksida / radiasi gamma
7.
Kegunaan
: Sebagai glidan dan anti adheren
DM
: -
Konsentrasi
: 5%
Tatrazin (Anonim, 2004)
18
Nama Resmi
: Tatrazine
Nama Lain
: 14 – pyrazole – 3 karboksilat garam natrium, trisodium – 5 – hidroksi 1, pyrazole – 3 – karboksilat, tatrazol
RM / BM
: C16 H9 H4 O9 S2 Na 3 / 534, 55
Rumus Struktur
: ≡ – C – C - COONa || || HO - C N N
SO2 Na
Pemerian
: Tepung berwarna kuning jingga, serbuk
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol 95 %, mudah larut dalam gliserol dan glikol o
Stabilitas
: S, ≥ 5 C
Inkompatibel
: hindari kontaminasi dengan oksidator yaitu nitrat, oksidasi asam, pemutih klorin dan reduktif agen dapat merusak warna
Penyimpanan
: Simpan dalam wadah aslinya, simpan pada wadah aman Disegel
Kegunaan
: Sebagai pewarna
Konsentrasi
: 0,25 %
19
BAB III METODE KERJA III.1
Alat yang digunakan
1. Alu 2. Cawan Porselin 3. Corong 4. Disintegration tester (Charles ischi AG) 5. Friability tester (Charles ischi AG) 6. Gelas kimia (pyrex) 7. Gelas ukur (pyrex) 8. Hardness tester (kraemer elektronik) 9. Kaca arloji 10. Lap halus 11. Lap kasar 12. Lumpang 13. Neraca analitik (A&D Company United)
20
14. Piknometer 15. Pipet 16. Sendok tanduk 17. Sudip III.2
Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
8. Parafin
2. Brosur
9. Pati jagung
3. Dekstrin
10. PVP
4. Griseofulvin
11. Talk
5. Kertas grafik
12. Tartrazin
6. Kertas Perkamen
13. Tissue
7. Mg-Stearat
III.3
Perhitungan Bahan
Tiap 500 mg tablet mengandung: Griseofulvin
250 mg
PVP
3%
Pati Jagung
5%
Tartrazin
0.25%
Dekstrin
q.s
Mg-Stearat
0.25%
Talk
5%
Pati Jagung
5%
Fase Dalam
=
Fase Luar
=
5 5
Griseofulvin
= 89.75%
Fase Luar
= 10.25%
5 = 448.75 mg 5 = 51.25 mg
Dalam 1 Tablet
Fase Dalam
Dalam 20 Tablet = 250 mg
3g 21
PVP
= 0.03 x 500 mg = 15 mg
Pati Jagung
0.18 g
= 0.05 x 500 mg = 25 mg
Tartrazin
0.3 g
= 0.0025 x 500 mg = 1.25 mg
Dekstrin
0.015 g
= 448.75 – (250 + 15 + 25 + 1.25) = 157.5 mg
Mg-Stearat
1.89 g
= 0.00125 x 500 = 0.625 mg
Talk
0.0075 g
= 0.025 mg x 500 = 12.5 mg
Pati Jagung
0.15 g
= 0.05 x 500 mg = 25 mg
III.4
0.3 g
Perhitungan Dosis
DM Griseofulvin = -/1g
Rumus Dilling (8-19 tahun)
=
=
=
Presentase
=
=
Penentuan Aturan Pakai
= 2 x 1 Tablet sehari = 2 x 250 mg = 500 mg
Rumus Cowling (>19 tahun) =
= 5
= 5
Presentase
=
Penentuan Aturan Pakai
= 3 x 1 Tablet sehari
= 5
= 3 x 250 mg = 750 mg III.5
Cara Kerja
22
III.5.1 Pembuatan Tablet Griseofulvin 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%. 3. Ditimbang fase dalam Griseofuvin sebanyak 3 g, PVP 0.18 g, Pati Jagung 0.3 g, Tartrazin 0.015 g, Dekstrin 1.89 g serta fase dalam MgStearat 0.0075 g, Talk 0.15 g dan Pati Jagung 0.3 g. 4. Dimasukkan griseofulvin dan PVP ke dalam lumpang dan digerus hingga homogen. 5. Dimasukkan pati jagung ke dalam lumpang dan digerus hingga homogen. 6. Dimasukkan tartazin dan juga dekstrin, digerus hingga homogen. 7. Ditambahkan setengah fase luar (Mg-stearat dan talk). 8. Dibuat slugg campuran menggunakan punch dengan diameter besar dan tekanan tinggi. 9. Digiling kasar slugg yang telah terbentuk dan diayak dengan ayakan nomor mesh 16. 10. Dilakukan evaluasi granul. 11. Dicampurkan sisa fase luar ke dalam campuran granul. 12. Dicetak dengan punch diameter 13 nm sesuai bobot yang diinginkan. 13. Dievaluasi tablet. III.5.1 Pembuatan Tablet Griseofulvin a. Menentukan Kecepataan Alir dan Sudut Diam 1. Dimasukkan granul ke dalam corong yang bagian lubang bawahnya ditutup 2. Diratakan permukaannya 3. Diberikan kertas saring pada bagian bawah dari corong dengan jarak 5 cm 4. Dilepaskan penutup yang menahan lubang bagian bawah dari corong 5. Dihitung waktu sampai semua granul dapat teraliri semua 6. Diukur diameter dan tinggi granul
23
7. Dihitung kecepatan alir dan sudut diam grranul b. Menentukan Bobot Jenis Nyata dan Bobot Jenis Mampat 1. Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur 100 mL 2. Dicatat volume awal 3. Dilakukan pengetukkan pada gelas ukur yang telah berisi granul 4. Diukur volume granul yang dimampatkan 5. Dihitung bobot jenis nyata, bobot jenis mampat dan porositas c. Menentukan Bobot Jenis Sejati 1. Ditimbang piknometer 50 mL yang kosong 2. Dimasukkan paraffin cair ke dalam piknometer 3. Ditimbang piknometer yang telah berisi paraffin cair 4. Dimasukkan paraffin cair ke dalam gelas ukur 5. Dimasukkan granul sebanyak 1 gram ke dalam piknometer 6. Ditimbang piknometer yang telah berisi granul 7. Dimasukkan kembali paraffin cair ke dalam piknometer kosong yang telah berisi granul 8. Ditimbang piknometer yang telah berisi paraffin cair dan granul 9. Dihitung bobot jenis paraffin dan bobot jenis sejati
24
BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN IV.1
Hasil Pengamatan
IV.1.1 Evaluasi Granul
1. Kecepatan Alir Kecepatan Alir
= =
= 0.4 s
2. Sudut Diam T α
= =
α
5
= 0.63
= 32.210
3. Bobot Jenis Sejati
BJ Parafin
=
-
25
– 5
=
BJ Sejati
=
= 0.827 g/mL
- –
= 2.7 g/mL – 5 –
= 4. Bobot Jenis Nyata BJ Nyata
=
=
= 0.567 g/mL
5. Bobot Jenis Mampat
BJ Mampat 1
=
=
BJ Mampat 2
=
BJ Mampat 3
=
BJ Mampat 4
=
= 0.731 g/mL
= 0.756 g/mL
=
=
= 0.782 g/mL
=
= 0.782 g/mL
6. Porositas
Porositas 1
= 1-
Porositas 2
= 23% = 1-
= 1
5
26
= 25% = 1- 5
= 1
Porositas 3
5
= 28% = 1- 5
= 1
Porositas 4
= 1-
= 28% 5
IV.1.2 Evaluasi Granul
1. Uji keseragaman Bobot T T – -
Penyimpangan =
Bobot Rata-rata =
-
=
Tablet 1
=
Tablet 2
=
Tablet 3
=
Tablet 4
=
Tablet 5
=
Tablet 6
=
Tablet 7
=
Tablet 8
=
S T T
= 640.55 mg
– 55 55 – 55 55
= -
– 55 55 55 – 55 55 – 55 55
5 – 55 55 – 55 55
27
= -
=
= -55
5 – 55 55
= -
=
=
=
Tablet 9
=
Tablet 10
=
Tablet 11
=
Tablet 12
=
Tablet 13
=
Tablet 14
=
Tablet 15
=
Tablet 16
=
Tablet 17
=
Tablet 18
=
Tablet 19
=
Tablet 20
=
– 55 55
= -
– 55 55 5 – 55 55 5 – 55 55 – 55 55 – 55 55 – 55 55
55 – 55 55
55
= -
= -5
=
=
=
= -
– 55 55 5 – 55 55
=
= -
5 – 55
5 – 55
=
= -
=
2. Uji Kerenyahan Freability = = IV.2
–
–
= 7.87 %
Pembahasan
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetak dalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata
28
atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi (Dirjen POM, 1979). Tablet ini dibuat dalam bentuk tablet kempa, tablet kempa biasanya dikehendaki untuk memberikan disintegrasi dan pelepasan obat yang cepat penggunaan tablet kempa ini biasanya obat yang tidak larut dalam air (Lachman,2008). Pada praktikum ini dibuat tablet fulvinazol yang mengandung zat aktif griseofulvin sebanyak 250 mg dan berindikasi sebagai obat untuk mengatasi jamur pada kulit, rambut dan kuku (Tjay,2007). Mekanisme kerja obat ini berakumulasi di daerah yang terinfeksi, disintesis kembali dalam jaringan yang mengandung keratin sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur dapat terganggu. Tetapi harus dilanjutkan sampai jaringan normal menggantikan jaringan yang telah terinfeksi dan biasanya membutuhkan waktu beberapaa minggu sampai bulan (Azwar, 1995). Sediaan ini dikombinasikan dengan beberapa zat tambahan yang berfungsi sebagai fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari PVP 3%, pati jagung 5%, tatrazin 0.25% dan dekstrin secukupnya. Sedangkan fase luar terdiri dari Mg-Stearat 0.25%, talk 5% dan pati jagung 5%. Penggunakan PVP ini berfungsi sebagai pengikat, dengan konsentrasi 3% dapat memperoleh kekuatan yang baik sebagai pengikat sehingga dapat meningkatkan ikatan antar partikel (Anwar, 2012). Untuk penggunaan pati jangung berfungsi sebagai penghancur pada tablet dan pada konsentrasi 5% dapat menghasilkan tablet yang memiliki sifat fisik baik (Maryani 2013). Sedangkan untuk penggunaan tartrazin 0.25% bertujuan untuk memberikan warna yang menarik pada sediaan farmasi (Martindale, 2009). Pengunaan dekstrin pada sediaan ini berfungsi sebagai bahan pengisi pada tablet (Minarti,2009). Mg-Stearat digunakan sebagai lubrikan atau pelincir yang konsentrasinya terbatas sampai 0.25%, bila digunakan lebih akan mempengaruhi kekerasan tablet (Anwar, 2012). Dan untuk penggunaan talk
bertujuan sebagai pelican untuk mengurangi gesekan
diantara partikel-partikel, konsentrasi talk sebagai pelican yaitu 5% (Anwar, 2012).
29
Pembuatan tablet fulvinazol menggunakan metode granulasi kering, granulasi kering merupakan metode yang khususnya untuk bahan bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan sedangkan griseofulvin merupakan golongan antibiotik yang tidak tahan terhadap pemanasan (Azwar, 1995). Cara pembuatan tablet fulvinazol yaitu dengan cara mencampurkan semua bahan fase dalam dan ditambahkan setengah fase luar (Mg-Stearat dan talk). Kemudian campuran bahan dibuat slugg . Slugg adalah campuran bahan yang dikompresi menjadi tablet yang lebar, datar, tidak berukuran dan memilki berat yang tidak tepat (Ansel, 1989). Digiling slugg dan diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 16, karena pada ayakan tersebut dapat menghasilkan ukuran granul yang baik sehingga dapat mengisi kekosongan tablet (Ansel, 1989). Dilakukan evaluasi granul dan ditambahkan setengah fase luar. Setelah itu dilakukan pencetakan tablet dan evaluasi tablet. Namun dalam praktikum ini tidak dilakukan proses pembuatan slugg dan pencetakkan tablet, karena kurangnya fasilitas alat yang ada di laboratorium. Pada evaluasi granul digunakan beberapa perlakuan yaitu menentukan kecepatan alir granul, sudut diam, bobot jenis nyata, bobot jenis mampat bobot jenis sejati dan porositas. Penentuan kecepatan alir granul dan sudut diam granul bertujuan untuk melihat sifat daya alir dari granul apakah telah memenuhi syarat (Faradiba, 2013). Sedangkan untuk penentuan bobot jenis sejati bertujuan untuk melihat banyaknya ruang kosong intrapartikel yang dimiliki oleh granul, karena semakin tinggi bobot jenis sejati maka semakin banyak pula ruang kosong intrapartikel yang dimiliki oleh granul (Faradiba, 2013). Dan untuk penentuan bobot jenis nyata, mampat dan porositas bertujuan untuk melihat perbedaan ruang kosong antar partikel dan untuk mengetahui bagaimana kelarutan granul dalam pelarut (Siregar, 2008). Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil yaitu kecepatan alir 0.4 detik dan sudut diam 32 0, jadi granul ini memiliki daya alir yang baik karena granul yang baik memiliki waktu alir
View more...
Comments