laporan tebu

March 5, 2018 | Author: Yusuf Rachmandhika | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

morfologi tebu...

Description

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu merupakan tanaman perkebunan yang banyak ditanam di daerah dataran rendah. Perkebunan tebu banyak terdapat di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Tebu merupakan bahan baku pembuatan gula pasir. Saat ini tebu merupakan salah tanaman perkebunan unggulan di Indonesia. Tebu memiliki nama ilmiah Saccharum Officanarum L. Tanaman ini merupakan keluarga graminae atau sejenis dengan suku rumput-rumputan. Bentuk pohon dari tanaman tebu yaitu batang yang berbentuk memanjang keatas, dan terdapat ruas-ruas di batangnya, daunnya terdapat pada setiap ruasnya.. Tebu yang dalam bahasa Inggris disebut sugar cane ini memiliki kadar gula yang tinggi. Oleh karena itu, tebu terkenal pemanfaatannya sebagai bahan pokok pembuatan gula. Tebu merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan salah satu sumber pendapatan bagi petani. Konsumsi gula per tahun tidak kurang dari 3 juta ton. Produksi dalam negeri selama beberapa kurun waktu cenderung mengalami penurunan sehingga mengakibatkan Indonesia masih harus mengimpor tidak kurang dari 2,2 juta ton. Dari lebih tingginya permintaan tebu dan rendahnya produksi, hal ini menyebabkan hasil produk tebu akan mudah terserap di pasaran, sehingga dalam kegiatan budidaya tebu memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Pemahaman morfologis suatu tanaman erat kaitannya dengan teknik budidaya tanaman. Morfologi akar tanaman tebu akan menentukan seberapa dalam pembuatan lubang tanam agar akar dapat berkembang dengan baik. Selain itu, pengetahuan dalam morfologi batang tebu akan mempermudah kita dalam pembibitan melalui single bud, karena kita dapat mengetahui mata tunasnya dan seberapa besar batang tebu yang dipotong untuk single bud, selain itu pemahaman mengenai batang tebu akan memudahkan kita dalam melaksanakan pengeprasan pada batangnya karena kita akan tahu apa yang harus dilakukan, bagian batang mana yang perlu dikepras untuk mengoptimalkan pertumbuhan tebu sehingga rendemennya tetap tinggi, hal ini erat kaitannya dengan kegiatan budidaya

tanaman tebu. Selain itu dengan Morfologi cabang akan menentukan luas tanaman sehingga akan menentukan jarak tanam yang akan digunakan dalam budidaya tebu nantinya. Kemudian morfologi jagung akan menentukan daun mana yang akan dibuang untuk memusatkan transportasi unsur hara ke batang tanaman supaya tebu tersebut memiliki rendemen yang tinggi. Oleh karena itu pemahaman morfologis tanaman kopi merupakan suatu tahap awal untuk memahami dan mengembangkan teknik budidaya tebu. Melalui pratikum ini, diharapkan para mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang morfologi tanaman tebu, sehingga mahasiswa mampu mengkaitkan pemahaman morfologi tanaman tebu dengan kegiatan budidaya tanaman tebu. 1.2 Tujuan 1. Agar mahasiswa mengenal dan mempelajari morfologi tanaman tebu. 2. Agar mahasiswa mengetahui manfaat dari identifikasi morfologi tanaman tebu.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum officinarum. Sistematika tanaman tebu adalah (Indrawanto, C dkk., 2010) : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Graminales Famili : Graminae Genus : Saccharum Species : Saccarum officinarum Saccharum officinarum atau tanaman tebu adalah tanaman yang bernilai ekonomis cukup tinggi, karena tanaman ini merupakan bahan baku utama dalam pembuatan gula. Tanaman tebu mengandung nira yang dapat diolah dalam perindustrian sebagai kristal-kristal gula. Industri gula di Indonesia semakin berkembang pesat, hal ini dikarenakan gula berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat (Fenia dkk., 2013). Gula adalah produk sangat penting bagi ketahanan pangan nasional yang memiliki tingkat konsumsi tinggi dan ragam penggunaannya sangat luas. Setiap tahun konsumsinya meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan konsumsi bahan pangan masyarakat (Bantacut dkk., 2012). Tingkat kebutuhan gula yang terus meningkat belum bisa dipenuhi oleh beberapa industri gula yang ada di dalam negeri. Hal ini disebabkan oleh produktivitas tebu yang tergolong rendah. Oleh karena itu perlunya upaya dalam meningkatkan produktivitas tebu dengan memperhatikan syarat tumbuh, teknis budidaya dan

morfologinya

(Hapsarini dkk., 2013). Penyebab utama turunnya produksi tebu petani adalah mutu benih yang buruk. Oleh karena pengetahuan dan kemampuan yang terbatas, petani tidak mengganti bibit yang ditanam dengan varietas yang lebih baik. Cara ini beresiko

besar terhadap penyakit yang dapat menurunkan produksi hingga 30%. Produktivitas lahan juga berkurang akibat pemakaian pupuk fosfat tidak efisien (Abdurahman, 2008). Tebu dapat ditanam mulai dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl, tetapi kebanyakan diusahakan pada dataran rendab (0-500 m dpl) dengan musim kering yang nyata. Pada daerah pegunungan yang suhu udaranya rendah, pertumbuhan lambat dan berendemen rendah. Tanaman tebu cocok ditanam pada daerah yang memiliki curah hujan di atas 200 mm per bulan selama 5-6 bulan, curah hujan 125 mm per bulan selama 2 bulan, dan curah hujan di bawah 75 mm per bulan selama 4-5 bulan. Kecepatan angin yang cocok adalah di bawah 10 km/jam, beda suhu minimum tidak boleh lebih dan 6°C, pH tanah yang baik berada pada selang 5.5-7.0 (Pambengo dan Suwarto, 2012). Dalam budidaya tanaman tebu, bagian tanaman yang paling utama ialah batang. Selain dapat diamati tinggi tanaman, bagian batang juga dapat diamati diameter batang dan jumlah ruas batang. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu, diperlukan unsur hara seperti unsur N. Unsur N dibutuhkan tanaman dalam merangsang proses pertumbuhan vegetatif tebu secara keseluruhan (batang, cabang, daun) sehingga dibutuhkan dalam jumlah besar. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan unsur nitrogen dalam kompos dimanfaatkan tanaman tebu dalam mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman (Dezjona dkk., 2013). Tebu adalah bahan baku utama dalam pembuatan gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Sejak ditanam sampai bisa dipanen, umur tanaman tebu mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tanaman tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera. Sifat morfologi tebu diantaranya bentuk batang konis, susunan antar ruas berbuku, dengan penampang melintang agak pipih, warna batang hijau kekuningan, batang memiliki lapisan lilin tipis, bentuk buku ruas konis terbalik dengan 3-4 baris, mata akar warna daun hijau kekuningan, lebar daun 4-6 cm, daun melengkung kurang dari ½ panjang daun (Andaka, 2011). Selain itu, tanaman tebu memiliki ciri-ciri seperti, batang pohon tebu ini berdiri lurus dan kokoh. Pada batang ini terdiri dari ruas-ruas dan setiap ruas

dengan ruas dibatasi dengan buku-buku dan disetiap buku akan ditemukan mata tunas untuk tumbuhnya daun. Pada umumnya besar batang pohon tebu antara 3-4 cm bila diukur garis tengahnya, sedangkan tingginya bisa mencapai antara 2 sampai 5 meter. Pohon ini tidak bercabang, mata tunas yang berada dibawah tanah akan tumbuh keluar dan berbentuk rumput. Akar pohon ini tidak panjang dan termasuk tumbuh-tumbuhan berakar serabut. Daun tebu mempunyai panjang 50 175 cm, lebar 8-12 cm dan bersilangan di kiri dan kanan dari batangnya, tak bertangkai namun berpelepah seperti daun jagung. Helai daun berbentuk lurus dan mengecil kemudian meruncing di ujungnya. Daun ini agak keras dan berbulu agak kasar, tepinya seperti rata namun sebenarnya bergerigi sangat halus (Wikana dan Lautloly, 2011). Tanaman tebu memiliki akar serabut yang tumbuh dari lingkaran akar di bagian pangkal batang. Di tanah yang subur dan gembur, akar-akar tebu dapat tumbuh menjalar hingga panjangnya dapat mencapai 0,5-1 m. Akar-akar ini tidak tahan terhadap genangan air, bila terlalu lama tergenang maka akar akan membusuk sehingga tanaman layu dan mati. Daun tebu terdiri dari helai dan pelepah daun. Helai daun berbentuk garis yang panjangnya sekitar 1-2 m dan lebarnya 5-7 cm, tepi daun dan permukaan daun kasar. Daun-daun yang pertama keluar dari kuncup mempunyai helai yang kecil dengan pelepah yang membungkus batangnya sampai umur 5-6 bulan. Bunga tanaman tebu berupa bunga majemuk yang berbentuk malai. Waktu berbunga tanaman tebu adalah pada bulan Maret-Mei atau pada permulaan musim kemarau.Umumnya persarian bunga berlangsung dengan bantuan angin (anemogami) sehingga pembuahan terjadi karena penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang (Yukamgo dan Widya, 2010). Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji. Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan jenis baru hasil persilangan yang lebih unggul (Indrawanto, C dkk., 2010).

BAB 3 METODE PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan dengan acara “Identifikasi Morfologi Tanaman Tebu” yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015 pada pukul 15.00 - selesai yang bertempat di Agroteknopark, Universitas jember. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat 1. Pensil 2. Pensil warna 3. Alat tulis 4. Kamera 3.2.1 Bahan 1. Tanaman tebu 3.3 Cara Kerja 1. Mengunjungi areal pertanaman tanaman tebu terdekat. 2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 3. Mengamati dan menggambar morfologi tanaman tebu (batang, daun, tunas dan ruas). 4. Memberikan keterangan dan fungsi dari masing-masing morfologi tanaman tebu yang telah digambar.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden. 2008. Biologi: Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Grafindo Media Pratama. Jakarta. Andaka, 2011. Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural Dengan Katalisator Asam Sulfat. Teknologi, 4(2):180-188. Bantacut, Sukardi dan Ardiansyah, I.S. 2012. Kehilangan Gula Dalam Sistem Tebang Muat Angkut Di Pabrik Gula Sindang Laut Dan Tersana Baru, Cirebon. Teknologi Pertanian, 13(13): 199-206. Dezjona dkk., 2013. Pengaruh Komposisi Media Tanam Pada Teknik Bud Chip Tiga Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.). Produksi Tanaman, 1(1): 16-23. Fenia,Nurhidayati dan Nurmalasari. 2013. Respon Pertumbuhan Tunas Kultur Meristem Apikal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) Varietas NXI 1-3 secara in viro pada Media MS (1) dengan Penambahan Arginin dan Glutamin. Sains Dan Seni Pomits, 2(2):2337-3520. Hapsarini, Islami dan Thamrin.2013.Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik Dan Pengendalian Gulma Pada Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Varietas Ps. 881. Produksi Tanaman, 4(1):815. Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, Syakir, M., dan Rumini. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Eska Media. Jakarta. Pambengo dan Suwarto.2012. Model Simulasi Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tebu. JATT, 1(1):33-35. Wikana dan Lautloly, 2011. Tinjauan Kuat Lentur Panel Menggunakan Bahan Ampas Tebu Dan Sikacim Bonding Adhesive. Ilmiah Ukram, 3(1): 1-18. Yukamgo dan Widya.2010.Peran Silikon Sebagai Unsur Bermanfaat Pada Tanaman Tebu. Ilmu Tanah dan Lingkungan, 7(2):103-116.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil No 1

Gambar Batang Tebu Bululawang Batang Tebu PS 881

Keterangan 1. 2. 3. 4.

Berkas pengangkut Concintumbuh Mata akar Batas pangkal pelepah daun 5. Cincin lilin 6. Retak-retak ruas 7. Alur mata 8. Nodus gabus 9. Mata tunas 10. Retakan tumbuh a. b.

2

Daun Tebu Bululawang dan PS 881

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Ruas Buku-buku ruas

Helai daun Tulang daun tengah Sendi segitiga daun Lidah daun Telinga daun Pelepah daun Bidang punggung Telinga luar Rambut tepi pelepah daun 10. Bulu-bulu pada bidang punggung 11. Pangkal pelepah daun 12. Ruas a. Pelepah daun b. Tepi daun

c. Tulang daun d. Ujung daun Daun tanaman tebu tidak lengkap, yaitu hanya terdiri dari helai daun dan pelepah daun, dimana disekitar pelepah dan helai daun terdapat bulu dan duri yang dapat menyebabkan gatal. 3

Mata Tunas Bululawang Mata Tunas PS 881

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Rambut jambul mata Tepi sayap mata Pusta tumbuh Cincin tumbuh Mata akar Sayap mata Sudut sayap Rambut tepi basal Bekas pangkal pelepah Tonjolan dasar mata

4

Akar Tebu Bululawang dan PS 881

1. 2. 3. 4. 5.

Crown roots Seminal roots Primary roots Lateral roots Brace roots

4.2 Pembahasan Tanaman tebu ‘Saccharum officinarum’ diperkirakan berasal dari papua sekitar 8000 tahun sebelum masehi (SM) dan karena dorongan manusia yg bermigrasi maka tanaman tersebut pindah ke kepulauan Solomon dan Kaledonia Baru. Kemudian tanaman tebu masuk ke Indonesia bagian tengah dan barat, Pilipina dan India Barat. Menurut catatan sejarah, gula kasar sudah diproduksi tahun 400 – 700 Masehi di India serta mulai dibawa ke dataran Cina. Di Cina, cairan tebu dikeringkan dengan matahari dan dinamai Madu Batu. Tanaman tebu sendiri mulai dikembangkan pada tahun 75 M di zaman Aji Saka. Perantau China I Tsing mencatat bahwa pada tahun 895 M, gula dari tebu dan nira sudah diperdagangkan di Nusantara. Bahkan penjelajah Italia, Marcopolo ketika berkunjung ke Nusantara telah mencatat bahwa gula sudah menjadi alat barter dan bahan komoditas yang paling dicari pada waktu itu.

Mempelajari morfologi tanaman tebu sangat penting dilakukan, karena untuk bisa mengidentifikasi tanaman serta membedakan dengan varietas lainnya, selain itu bisa menjadi salah satu yang mempermudah dalam budidaya tanaman tebu. Walaupun tanamannya sama, tetapi beda varietas, maka morfologi tanamannya akan berbeda juga. Morfologi tanaman memiliki bagian-bagian serta fungsinya masing-masing. Dalam budidaya tanaman tebu, dengan memperhatikan morfologisnya kita dapat menentukan dalam pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, pembuatan bedengan dan penentuan jarak tanam supaya tanaman tebu dapat tumbuh optimal dan berproduksi tinggi. Dengan mempertimbangkan tinggi dan lebar tanaman, perlu dibuat jarak tanam yang sesuai untuk tebu agar dapat tumbuh optimal. Dalam kegiatan pembibitan melalui single bud, kita perlu mnegetahui mata tunasnya dan juga ruas-ruas dari batang tanaman tebu tersebut. Selain itu dalam pemangkasan tanaman tebu dengan mengetahui morfologisnya, tentu kita akan mudah dalam mengenali bagian yang sebaiknya dipangkas. Sifat morfologi tebu diantaranya bentuk batang konis, susunan antar ruas berbuku, dengan penampang melintang agak pipih, warna batang hijau kekuningan, batang memiliki lapisan lilin tipis, bentuk buku ruas konis terbalik dengan 3-4 baris. Pada batang ini terdiri dari ruas-ruas dan setiap ruas dengan ruas dibatasi dengan buku-buku dan disetiap buku akan ditemukan mata tunas untuk tumbuhnya daun. Pada umumnya besar batang pohon tebu antara 3-4 cm bila diukur garis tengahnya, sedangkan tingginya bisa mencapai antara 2 sampai 5 meter. Pohon ini tidak bercabang, mata tunas yang berada dibawah tanah akan tumbuh keluar dan berbentuk rumput. Daun tebu mempunyai panjang 50 - 175 cm, lebar 8-12 cm dan bersilangan di kiri dan kanan dari batangnya, tak bertangkai namun berpelepah seperti daun jagung. Helai daun berbentuk lurus dan mengecil kemudian meruncing di ujungnya. Daun ini agak keras dan berbulu agak kasar, tepinya seperti rata namun sebenarnya bergerigi sangat halus. Bunga tanaman tebu berupa bunga majemuk yang berbentuk malai. Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji. Tanaman tebu memiliki akar serabut yang tumbuh dari lingkaran akar di bagian pangkal batang. Di tanah yang subur dan gembur, akar-akar tebu dapat tumbuh menjalar hingga panjangnya dapat mencapai 0,5-1 m

Industri gula nasional harus melakukan revitalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, peningkatan investasi merupakan suatu syarat keharusan baik pada bidang usaha tani, pabrik gula dan produk derivatnya. Pemerintah dengan berbagai kebijakan promotif dan protektifnya telah menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk pengembangan industri gula berbasis tebu. Pasar internasional memperkirakan bahwa pada bidang ini penanaman investasi cukup prospektif dan peluang pasar yang cukup terbuka, baik di pasar domestik maupun internasional. Secara keseluruhan, total investasi yang dibutuhkan mencapai sekitar Rp 8.25 triliun. Berdasarkan jenis investasi, total investasi untuk usaha primer mencapai lebih dari Rp 1 triliun. Investasi yang sangat besar diperlukan di bidang usaha industri hilir yang mencapai sekitar Rp 6.817 triliun. Investasi untuk infrastruktur diperkirakan mencapai sekitar Rp 408 miliar. Untuk mewujudkan hal tersebut, dukungan kebijakan pemerintah yang diperlukan mencakup : (i) Konsistensi kebijakan pemerintah; (ii) Penciptaan medan persaingan yang adil (level playing ground); (iii) Pemberian insentif untuk pengembangan industri di luar Jawa dan produk derivatif gula; (iv) Dukungan pendanaan untuk rehabilitasi atau konsolidasi PG; (iv) Dukungan untuk memudahkan privatisasi (spin off dan SBU). Selain penanaman investasi, perluasan area perkebunan tebu juga harus dilakukan untuk meningkatkan hasil produktifitas tebu. Selama ini perkebunan tebu terkonsentrasi hanya di pulau Jawa. Namun dengan perkembangan yang terus berjalan, pemerintah mulai mengembangkan perkebunan tebu di luar pulau Jawa. Mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu dan Lampung. Kemudian dilanjutkan ke bagian timur Indonesia meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Marauke, hingga Papua yang tentu karakteristiknya sesuai untuk lahan perkebunan tebu dengan pola tumpang tindih. Sehubungan dengan meluasnya area perkebunan tebu, diharapkan hasil produk dari tebu terus meningkat setiap tahunya dibarengi dengan harga gula yang terus merangkak naik, sehingga dapat mendorong minat petani agar menanam tebu. Sejalan dengan rencana pengembangan dan perluasan perkebunan tebu,

banyak investor dari dalam maupun luar negeri yang tertarik menginvestasikan kekayaannya untuk hal tersebut. Namun, hal tersebut akan sedikit terkendala dengan adanya pembebasan tanah. Pada gula terdapat beberapa produk derivat tebu (PDT) seperti ethanol, ragi roti, inactive yeast, wafer pucuk tebu, papan partikel, papan serat, pulp, kertas, Ca-sitrat dan listrik. Disamping persoalan modal investasi dan perluasan area perkebunan tebu, pemeritah juga merencanakan pebangunan pabrik gula terbesar dan termodern di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada 2013. Rencananya pabrik akan dibangun di lahan yang kurang produktif milik PTPN XII dengan nilai investasi sebesar Rp 2 triliun dan ditargetkan dapat memproduksi gula berkisar 6.000-7.000 ton/tahun. Morfologi tebu varietas Bululawang (BL) : 1. Batang 

Bentuk batang

: silindris dengan penampang bulat



Warna batang

: coklat kemerahan



Lapisan lilin

: sedang – kuat



Retakan batang

: tidak ada



Cincin tumbuh

: melingkar datar di atas pucuk mata



Teras dan lubang

: masif

2. Daun 

Warna daun

: hijau kekuningan



Ukuran daun

: panjang melebar



Lengkung daun

: kurang dari ½ daun cenderung tegak



Telinga daun

: pertumbuhan lemah sampai sedang, kedudukan

serong 

Bulu punggung

: ada, lebat, condong membentuk jalur lebar

3. Mata 

Letak mata

: pada bekas pangkal pelepah daun



Bentuk mata

: segitiga dengan bagian terlebar di bawah tengah-

tengah mata 

Sayap mata

: tepi sayap mata rata



Rambut basal

: ada



Rambut jambul

: ada.

Morfologi tebu varietas PSJT 941 1. Batang 

Bentuk ruas

: silindris, kadang-kadang berbentuk kumparan,

dengan penampang melintang bulat. 

Warna batang

: kuning hijau kecoklatan (belum berpengaruh sinar

matahari) dan coklat (sesudah terkena sinar matahari) 

Lapisan lilin

: tebal mempengaruhi warna



Retakan tumbuh

: tidak ada



Cincin tumbuh

: melingkar datar menyinggung puncak mata



Teras dan lubang

: lubang kecil



Bentuk buku ruas

: konis terbalik, dengan 3-4 baris mata akar, baris

paling atas tidak melewati puncak 

Alur mata

: tidak ada, kalaupun ada sempit, dangkal dan tidak

mencapai tengah ruas 2. Daun  Helai daun

: melengkung kurang dari setengah panjang daun

 dengan warna daun hijau tua  Sendi segitiga daun

: berwarna kekuningan

 Telinga dalam

: pertumbuhannya kuat dengan kedudukan tegak

 Bulu bid. punggung

: pertumbuhan bulu sempit dan jarang, rebah

 tidak mencapai puncak pelepah  Lapisan lilin pelepah : tebal  Sifat lepas pelepah

: sukar

 Warna pelepah

: hijau – kuning kemerahan

3. Mata 

Letak mata

: pada bekas pangkal pelepah daun



Bentuk mata

: bulat, dengan bagian terlebar diatas tengah-tengah

mata 

Sayap mata

: berukuran sama lebar, dengan tepi sayap rata



Rambut tepi basal

: tidak ada



Rambut jambul

: tidak ada



Pusat tumbuh

: di atas tengah mata



Ukuran

:besar

Dengan memperhatkan morfologi dari tanaman tebu, dalam budidaya tanaman tebu perlu pengolahan tanah yang baik sehingga tanah menjadi gembur, tanah yang gembur akan memudahkan akar tanaman tebu yang berupa serabut untuk menerobos dalam tanah, tanah memiliki aerasi yang bagus sehingga perakaran tanaman tebu berkembang menjadi sempurna. Menurut Indrawanto dkk (2010) Tanaman tebu menghendaki solum tanah minimal 50cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm. Sehingga pada lahan kering, apabila lapisan tanah atasnya tipis maka pengolahan tanah harus dalam. Demikian pula apabila ditemukan lapisan kedap air, lapisan ini harus dipecah agar sistem aerasi, air tanah dan perakaran tanaman berkembang dengan baik. Untuk pembuatan bedengan dan jarak tanam untuk tebu disesuaikan dengan lebar tanaman tebu. Batang tanaman tebu yang tidak bercabang dan daunnya yang memanjang menjadikan tanaman tebu tidak terlalu lebar, sehingga jarak antar tanaman tidak terlalu lebar juga tidak terlalu rapat. Jarak tanam yang sesuai adalah 50x30 cm. Jarak tanam yang demikian cukup untuk membuat suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi tanaman tebu untuk dapat tumbuh serta meminimalkan kompetisi antar tanaman yang di budidayakan dalam konsumsi sinar matahari dan unsur hara, serta memberi ruang tumbuh tanaman agar tumbuh dengan optimal pada lahan yang terbatas untuk menghasilkan produksi yang optimal. Untuk tanaman tebu yang pertumbuhan daunnya menyebabkan jarak antar tananan semakin rapat maka diperlukan pemangkasan daun-daun yang

bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai juga untuk memfokuskan kandungan glukosa kepada batang tanaman.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari kegiatan praktikum kali ini dan berdasarkan pembahasan yang tela dibuat, dapat disimpulkan bahwa : 1. Mempelajari morfologi tanaman tebu sangat penting dilakukan, karena untuk bisa mengidentifikasi tanaman serta membedakan dengan varietas lainnya, selain itu bisa menjadi salah satu yang mempermudah dalam budidaya tanaman tebu. 2. Pada masing-masing varietas tebu memiliki perbedaan ciri-ciri atau morfologi yang spesifik dalam batang, bunga, daun dan buahnya. Dalam perbedaan morfologi tersebut dapat diketahui varietas mana yang memiliki produksi yang tinggi. 3. Dengan mengetahui morfologi tanaman tebu, dapat ditentukan pembuatan lubang tanam, jarak tanam, pengolahan tanah dan pemangkasan yang baik berdasarkan morfologinya. 5.2 Saran Praktikum sudah berjalan dengan baik, namun harus ditingkatkan lagi muatan atau materi yang diberikan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa lebih memahami maksud dan tujuan kegiatan praktikum ini dengam baik.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF