Laporan Survey Rekayasa
January 31, 2017 | Author: Vikky Ardhianto | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Survey Rekayasa...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Survei Rekayasa atau yang lebih dikenal dengan Survei Teknik Sipil ini,
merupakan bagian dari Ilmu Geodesi. Dalam pelaksanaannya survei teknik sipil ini sangat bergantung pada Ilmu Geodesi seperti Ilmu Ukur Tanah yang menerapkan metode-metode pengukuran dan pemetaan, serta perhitungan dan analisa data hasil pengukuran. Pada dasarnya pekerjaan survei rekayasa ini diterapkan dalam rencana konstruksi untuk pembuatan jalan raya, saluran air dan lain sebagainya yang berhubungan erat dengan galian dan timbunan. Pengukuran yang dilakukan untuk keperluan konstruksi tersebut berupa pengukuran poligon, pengukuran beda tinggi, pengukuran profil memanjang dan profil melintang. Karena berkaitan dengan galian dan timbunan, maka perhitungan luas dan volume dari galian dan timbunan tersebut sangat diperlukan. Dari hasil pengukuran di atas, data hasil pengukurannya diolah (dimasukan dalam suatu perhitungan) dan disajikan dalam bentuk peta. Selanjutnya pada peta tersebut akan dilengkapi dengan membuat rancangan pekerjaan
konstruksi
yang
lengkap
dengan
bidang
persamaan
yang
memperlihatkan bentuk dari konstruksi yang akan dibuat. Setelah rancangan konstruksi selesai dibuat oleh ahli rancang bangunan (tenaga ahli di bidang teknik sipil dan arsitektur) sehingga menghasilkan suatu peta rencana (site plan), maka site plan tersebut akan dikembalikan kepada ahli penentu posisi di atas permukaan bumi (tenaga ahli di bidang teknik geodesi) untuk menentukan posisi rencana konstruksi di lapangan sesuai dengan sudut dan jarak yang terukur pada site plan. Proses pemindahan suatu bentuk rancangan konstruksi di atas peta ke atas permukaan bumi, disebut dengan setting out atau staking out.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
1
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
1.2.
Maksud Dan Tujuan Praktikum
1.2.1. Maksud Diadakannya Praktikum Survei Rekayasa Maksud diadakannya praktikum Survei Rekayasa ini adalah :
Untuk merencanakan pembuatan jalan termasuk bagian-bagiannya yang meliputi badan jalan, lebar jalan, tikungan/lengkungan jalan dan kemiringan jalan.
Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang teori-teori yang berkaitan dengan praktikum survei rekayasa ini, yang pernah di dapat dalam perkuliahan.
Agar mahasiswa mampu menerapkan teori-teori tersebut dengan melakukan praktek langsung di lapangan.
Agar mahasiswa memiliki pengalaman kerja lapangan, yang kelak di kemudian hari dapat dijadikan bekal dalam bekerja.
1.2.2. Tujuan Diadakannya Praktikum Survei Rekayasa Tujuan diadakannya praktikum Survei Rekayasa ini adalah :
Dapat melaksanakan proses pengambilan data di lapangan untuk perencanaan desain jalan.
Dapat melaksanakan proses pengolahan data untuk perencanaan desain jalan.
Dapat menentukan posisi titik-titik di lapangan dari data hasil perhitungan perencanaan desain jalan berikut bagian-bagiannya yang meliputi badan jalan, lebar jalan, tikungan/lengkungan jalan dan kemiringan jalan.
1.3.
Volume Pekerjaan Adapun volume pekerjaan yang dilakukan pada praktikum Survei Rekayasa kali ini meliputi beberapa hal, yaitu : 1. Pengukuran Poligon Terbuka Terikat Sempurna 2. Pengukuran Sipat datar/Waterpass Memanjang Pergi Pulang 3. Pengukuran Sipat Datar/Waterpass Profil Memanjang 4. Pengukuran Sipat Datar/Waterpass Profil Melintang 5. Perhitungan Luas dan Volume
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
2
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
6. Perhitungan Perencanaan Desain Jalan Dengan Menggunakan Cara : -
Kurva Horisontal
7. Staking Out 8. Report Elevasi Pada Titik Rencana Jalan 9. Proses Penggambaran
1.4.
Metode Penulisan
1.4.1. Studi Lapangan Penyusunan laporan ini didasari pada pelaksanaan praktikum survei rekayasa yang dilaksanakan di Kampus II Institut Teknologi Nasional Malang (Tasik Madu). 1.4.2. Studi Literatur Dalam penyusunan laporan hasil praktikum ini selain didasarkan pada prosedur yang diberikan oleh pembimbing, juga ditunjang dengan buku-buku yang berkaitan dengan materi praktikum survei rekayasa, serta ditambah dengan teori-teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan sebagai acuan untuk melengkapi penulisan laporan ini.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
3
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
BAB II DASAR TEORI 2.1.
Pengukuran Poligon Poligon merupakan serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya
telah ditentukan dari pengukuran lapangan yang membentuk segi banyak, dimana dari rangkaian tersebut akan terbentuk sudut dan jarak antar titik, sehingga dapat ditentukan posisi (koordinat) tiap-tiap titiknya dalam sistem referensi yang ditentukan. Dengan demikian pengukuran poligon ini dapat digunakan sebagai kerangka kontrol peta pengukuran sudut dan jarak antar titik-titik poligon. Pengukuran poligon merupakan salah satu metode penentuan titik diantara metode penentuan titik yang lain. Penentuan titik dengan cara poligon ini sangat fleksibel karena prosedur pengukurannya dapat dipilih menurut kehendak kita yang disesuaikan dengan daerah atau lokasi pengukuran untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran. Ada dua bentuk dasar poligon: 1. Poligon tertutup, merupakan poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu, poligon semacam ini merupakan poligon yang paling disukai dilapangan karena tidak membutuhkan titik ikat yang banyak yang memang sulit didapatkan dilapangan, namun hasil ukurannya cukup terkontrol. Karena bentuknya yang tertutup maka akan membentuk segi banyak atau segi –n (n adalah banyaknya titik poligon). Oleh karena itu syarat – syarat geometris dari poligon tertutup adalah : 2 1 β2
αA1
B
A dan B : Titik Ikat Yang
β2
diketahui koordinatnya.
β0
βA, β1,β1,….dst : Sudut dalam. β3
βA
3
A β5 5
Gambar. Poligon Tertutup
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
β4 4
4
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
1. Syarat sudut ∑β = (n-2)*180, apabila sudut dalam, ∑β = (n+2)*180, apabila sudut luar. 2. Syarat absis ∑ d sin α = 0 ∑ d cos α = 0 Adapun prosedur perhitungannya sama dengan prosedur perhitungan pada poligon terikat sempurna. 2. Poligon terbuka, merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak berhimpit pada titik yang sama. Poligon ini dibedakan lagi menjadi :
Poligon terbuka terikat sempurna Poligon terbuka terikat sempurna, adalah dimana kedua ujung poligon
diawali dan diakhiri pada titik tetap serta azimuth awal dan azimuth akhir telah diketahui secara pasti. Poligon terbuka terikat sempurna merupakan poligon terbaik karena adanya kontrol koordinat.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
5
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Poligon terbuka terikat sepihak Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang satu ujungnya ( awal
atau akhir ) terikat pada koordinata titik tetap atau terikat pada sudut jurusan ( azimut ).
Keterangan gambar : α12 : azimut awal sisi poligon β1, β2, β3,........: sudut-sudut poligon yang diukur d12, d23, d34,........: panjang sisi poligon yang diukur A : titik tetap yang diketahui koordinatnya Poligon tersebut sering dipakai pada pengukuran dengan cabang atau “rasi” yang terikat pada poligon utama. Poligon tersebut dihitung dengan orientasi lokal, tidak ada koreksi sudut dan koreksi koordinat. Perhitungan koordinat titik poligon : X2 = X1 + d12 Sin α12 Y2 = Y1 + d12 Cos α12 Demikian pula untuk perhitungan koordinat titik-titik yang lain, dengan cara dan prinsip yang sama seperti di atas.
Poligon terbuka lepas Poligon terbuka tanpa ikatan adalah poligon yang diukur dengan tidak
diketahui koordinat titik tetap dan tidak diketahui pula azimut pada salah satu sisi poligon tersebut.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
6
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Keterangan gambar : d1, d2, d3, ......: panjang sisi-sisi poligon yang diukur β1, β2, β3,......: sudut-sudut poligon yang diukur Poligon tersebut dihitung dengan orientasi sembarang dan koordinat lokal ( sembarang ). Tidak ada koreksi sudut dan koordinat. Perhitungan koordinat titik poligon : X2 = X1 + d12 Sin α12 Y2 = Y1 + d12 Cos α12
2.2
Pengukuran Waterpass
2.2.1
Pengukuran Waterpass Memanjang Pengukuran sipat datar/waterpass memanjang adalah suatu metode
pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua buah titik di permukaan bumi yang letaknya berjauhan, atau dengan kata lain untuk mendapatkan ketinggian titik-titik utama yang telah diorientasikan di permukaan bumi dengan membagi jarak antara titik secara berantai atau menjadi slag-slag yang kecil secara memanjang yang ditempuh dalam satu hari pergi-pulang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sipat datar/waterpass memanjang, antara lain: 1. Menghilangkan kesalahan nol skala rambu yaitu dengan menentukan slag genap dalam satu seksi pengukuran beda tinggi (pengukuran pergipulang). 2. Kalibrasi alat sebelum melakukan pengukuran.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
7
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
3. Usahakan jarak dari alat ke rambu belakang sama dengan dari alat ke rambu muka, untuk mengantisipasi adanya garis bidik tidak sejajar garis arah nivo. 4. Gunakan nivo rambu agar rambu ukur benar-benar tegak.
Keterangan gambar : B
: Bacaan benang tengah rambu belakang
M
: Bacaan benang tengah rambu muka
A,1,2,B
: Titik tempat rambu didirikan
1 slag
: 1 kali berdiri alat
Rumus perhitungan yang berlaku pada pengukuran waterpass memanjang adalah: Beda tinggi ( h )
= bt (belakang) – bt (muka)
Elevasi
= H awal + hn
( Hn )
Keterangan rumus : h
: beda tinggi antara dua titik
bt (belakang) : bacaan benang tengah rambu belakang bt (muka)
: bacaan benang tengah rambu muka
Hn
: elevasi titik n
H awal
: elevasi awal
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
8
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
2.2.2. Pengukuran Waterpass Profil Pengukuran sipat datar/waterpass profil ini merupakan pengukuran beda tinggi untuk menggambarkan irisan vertikal dan elevasi pada jalur pengukuran. Tujuan dari pengukuran ini dalam aplikasinya yaitu untuk mengukur titik yang menandai perubahan arah, seperti kemiringan permukaan tanah, titik-titik genting seperti jalan, jembatan, dan gorong-gorong. Berdasarkan metode pengukurannya sipat datar/waterpass profil dibedakan menjadi 2, yaitu : 2.2.2.1. Pengukuran Waterpass Profil Memanjang Tujuan pengukuran dengan menggunakan metode sipat datar/waterpass profil memanjang adalah untuk mendapatkan detail dari suatu penampang/irisan tegak pada arah memanjang sesuai dengan sumbu proyek. Dalam pengukuran waterpass profil memanjang ini, data-data yang diukur adalah bacaan rambu muka, rambu tengah dan rambu belakang.
Keterangan gambar : A, A1, A2,… : Titik-titik patok sepanjang jalur polygon (center line) I, II
: Tempat berdiri alat di luar jalur pengukuran
rb
: Rambu belakang
rt
: Rambu tengah
rm
: Rambu muka Rumus perhitungan yang berlaku untuk pengukuran sipat datar profil
memanjang adalah : Beda tinggi
(h)
= bt (belakang) – bt (muka)
Elevasi
(H)
= H (awal) + h
Jarak
(d )
= ( ba – bb ) * 100
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
9
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Keterangan rumus : h
: beda tinggi
H
: elevasi
d
: jarak
bt
: bacaan benang tengah
ba
: bacaan benang atas
bb
: bacaan benang bawah
2.2.2.2. Pengukuran Waterpass Profil Melintang Tujuan dari pengukuran sipat datar profil melintang adalah untuk menentukan elevasi titik-titik dengan bantuan tinggi garis bidik yang diketahui dari keadaan beda tinggi tanah yang tegak lurus di suatu titik tertentu terhadap garis rencana (sumbu proyek) yang didapat dari hasil pengukuran sipat datar profil memanjang. Profil melintang dibuat tegak lurus dengan sumbu proyek dan pada tempat-tempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung atau belokan, maka jaraknya dibuat lebih rapat daripada jarak terhadap garis proyek yang lurus. Profil melintang harus dibuat di titik awal dan akhir garis proyek melengkung, dan untuk profil ke kiri dan ke kanannya dibuat lebih panjang dari profil yang lain.
Keterangan gambar : A
: Titik-titikpatok pada jalur poligon
1, 2, 3,…
: Titik-titik profil melintang di sebelah kiri sumbu proyek
a, b, c,…
: Titik-titik profil melintang di sebelah kanan sumbu proyek
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
10
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Rumus perhitungan yang berlaku untuk pengukuran waterpass profil melintang adalah: Beda tinggi (hn) = TI - btn Elevasi
(Hn) = Hawal + hn
Keterangan rumus: hn
: beda tinggi titik ke-n
Hn
: elevasi titik ke-n
TI
: tinggi instrumen
btn
: bacaan benang tengah rambu ukur
Hawal
: elevasi awal
2.3.
Lengkungan (Kurva) Pemanfatan garis lengkung (kurva) di lapangan sering kali dijumpai pada
proyek-proyek pembangunan jalan raya, jalan baja (rel kereta api), saluran irigasi, perencanaan jalur pipa dan lain-lain. Garis tersebut digunakan untuk menghubungkan dua arah atau dua garis lurus yang saling berpotongan agar perpindahan dari arah yang satu ke arah yang lainnya diharapkan sama. Untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini terdapat dua jenis lengkungan yang memiliki dasar penyelesaian dan penyelenggaraan yang berbeda yaitu : kurva vertikal dan kurva horizontal. Kurva horizontal berkaitan dengan belokan maupun saluran yang memakai bidang lengkung sebagai basis penyelenggaraan, sedangkan untuk kurva vertikal berkaitan dengan daerah yang menanjak ataupun menurun. 2.3.1. Kurva Horizontal Alinyemen horizontal pada dasarnya merupakan proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal atau dapat disebut juga dengan “SITUASI JALAN” atau “TRASE JALAN”. Alinemen horizontal terdiri dari garis lurus yang dihubungkan dengan garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan atau busur lingkaran saja. Yang dimaksud dengan lengkung / busur peralihan disini adalah lengkung yang digunakan untuk mengadakan peralihan dari badan jalan yang lurus kebagian jalan yang mempunyai jari-jari lengkung dengan miring tikungan tertentu.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
11
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Ada 3 macam kurva alinemen horizontal yaitu: 1. Lengkung Full Circle ( FC ) Jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian satu lingkaran. Digunakan untuk R yang terbesar agar tidak terjadi patahan.
Keterangan Gambar ; TC
: Titik peralihan dari bentuk tangen ( bagian lurus dari jalan ) ke bentuk busur lingkaran
TS
: Titik peralihan dari bentuk lingkaran ( Circle ) ke tangen
T
: Jarak tangen
R
: Jari – Jari lengkung Circle
∆
: Sudut tikungan
L
: Panjang Busur
PI
: Titik perpotongan TC dan CT
Penggunaan Rumus
Rmin merupakan jari jari lengkung ( Tikungan ) yang di dapat dari perhitungan berikut
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
12
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Rmin dapat juga di tentukan dengan menggunakan tabel berikut ; Kecepatan rencana (km/jam)
120
100
80
60
50
40
30
20
Rmin (m)
2500
1500
900
500
350
250
130
60
Tabel . Panjang jari jari minimum
Rumus Perhitungan Panjang Busur ( L ) L=
.2 .R 180
2. Lengkung SPIRAL-CIRCLE-SPIRAL ( S-C-S ) Lengkung ini digunakan bila persyaratan / batasan untuk Full Circle tidak dapat dipenuhi. Persyaratan untuk S-C-S adalah R
rencana
500 m, Perencanaan Lengkung FC ( Full Circle ) bisa digunakan .
-
Rmin < 500 m, Perencanaan Lengkung bisa menggunakan SCS atau SS ,
Digunakan SCS jika, -
LS > 20 m
Digunakan SS bila -
LS < 20 m 5. Bagan Alir Pemilihan Lengkung / Tikungan Mulai
Menentukan VRencana
Menghitung Nilai Rmin
Rmin < 500 meter
Rmin > 500 meter
Perhitungan LS
FC
LS > 20 m
LS < 20m
SCS
SS
Dasar dari lengkung horizontal ini adalah perpotongan pada lingkaran. Di beberapa tempat desain sebuah lengkungan dinyatakan oleh Panjang Tangen. Namun lengkungan juga dapat di desain melalui derajat kelengkungan yang dinyatakan, sehingga jumlah derajat yang berada di pusat lingkaran sesuai dengan panjang busur yang bersangkutan.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
18
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Kurva horizontal tersebut dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu : 1.
Kurva Sederhana
2.
Kurva Majemuk
3.
Kurva Bertolak Belakang
4.
Kurva Spiral
Keterangan gambar : I
: titik perpotongan ( intersection )
: sudut defleksi ( sudut perpotongan )
R
: jari-jari kurva
T
: titik tangen awal kurva
T1
: titik tangen akhir kurva
IT dan IT1
: panjang tangen antara titik T terhadap titik I dan antara titik T1 terhadap titik I
TT1
: panjang kurva / lengkungan ( melalui titik V )
TT1
: panjang tali busur ( melalui titik C )
AI dan IB
: jarak rantai antara titik A terhadap titik I dan antara titik B terhadap titik I
Rumus yang digunakan untuk perhitungan pada kurva / lengkungan horizontal (Sumber: Carl F. Meyer dan David W. Gibson, 1984, Survey dan Perencanaan Lintas Jalur Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta) adalah :
Panjang tangen IT dan IT1 : ( dengan memperhatikan segitiga ITO ! )
[ IT / R ] = [ tan / 2 ]
IT = R * tan [ / 2 ]
( panjang tangen IT1 sama dengan panjang tangen IT )
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
19
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Panjang kurva TT1 : TT1 = R * radian
TT1 = 2 R * [ / 360 ]o
TC = R * sin [ / 2 ]
Panjang tali busur TT1 : [ TC / R ] = sin [ / 2 ]
( karena jarak TC sama dengan jarak CT 1 , maka panjang TT1 = 2 [ TC ] )
TT1 = 2 R * sin [ / 2 ]
Panjang tembereng CV ( major offset CV ) : ( dengan memperhatikan segitiga TCO ! )
[ CO / R ] = cos [ / 2 ]
CO = R * cos [ / 2 ]
CV = R – OC CV = R - R * cos [ / 2 ] CV = R – ( 1 - cos [ / 2 ] )
Jarak eksternal VI ( external distance VI ) : ( dengan memperhatikan segitiga ITO ! )
[ IO / R ] = sec [ / 2 ]
IO = R * sec [ / 2 ]
VI = IO – R VI = R * sec [ / 2 ] – R VI = R ( sec [ / 2 ] – 1 ) 2.3.1.1. Teori Diagram Superelevasi Diagram superelevasi menggambarkan pencapaian superelevasi dari lereng normal ke superelevasi penuh, sehingga dengan mempergunakan diagram superelevasi dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik disuatu lengkung horizontal yang direncanakan. Diagram superelevasi digambar berdasarkan elevasi sumbu jalan sebagai garis nol. Elevasi tepi perkerasan diberi tanda positif atau negatif ditinjau dari sumbu jalan. Tanda positif untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih tinggi dari sumbu jalan dan tanda negatif untuk elevasi tepi perkerasan yang terletak lebih rendah dari sumbu jalan. Untuk jalan raya dengan medium (jalan raya terpisah) cara pencapaian kemiringan tergantung dari lebar serta bentuk penampang melintang median yang bersangkutan dan dapat dilakukan dengan salah satu dari ketiga cara berikut :
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
20
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
1. Masing-masing perkerasan diputar sendiri-sendiri dengan sumbu masingmasing jalur jalan sebagai sumbu putar. 2. Kedua perkerasan masing-masing diputar sendiri-sendiri dengan sisi-sisi median dengan sumbu putar, sedang median dibuat dengan sumbu tetap dalam keadaan datar. Seluruh jalan termasuk median diputar dalam satu bidang yang sama, sumbu putar adalah sumbu median. Pencapaian superelevasi : 1. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan normal pada bagian jalan yang lurus sampai lemiringan yang penuh (superelevasi) pada bagian lengkung. 2. Pada tikungan S-C-S, pencapaian superelevasi dilakukan secara linier (diawali dari bentuk normal ke awal lengkung peralihan pada bagian lurus jalan dan dilanjutkan sampai lengkung penuh pada akhir lengkung peralihan). 3. Pada tikungan FC pencapaian superelevasi dilakukan secara linier (diawali dari bagian lurus sepanjang sepanjang
2 Ls sampai dengan bagian lingkaran penuh 3
1 Ls ) 3
2.3.2. Kurva Vertikal Pada
dasarnya
kurva
vertikal
digunakan
untuk
menentukan
ketinggian/kemiringan baik ke atas maupun ke bawah dari permukaan tanah. Fungsi lengkungan vertikal ini adalah untuk menghubungkan dua arah vertikal atau garis gradien agar diperoleh perubahan yang smooth (tidak terlalu drastis). Bila kedua gradien membentuk bukit, maka dinamakan lengkungan puncak (lengkungan/kurva cembung), sedangkan bila gradien membentuk lembah maka dihasilkan lengkungan lembah (lengkungan/kurva cekung). Karena perubahan gradien dari lereng ke lengkungan diharuskan mulus dan berangsur-angsur, maka dipilihlah kurva parabola sebagai bentuk geometri dari lengkung vertikal ini. Bentuk kurva ini datar di dekat titik-titik singgung. Busur parabola dapat menyesuaikan perubahan yang bertahap dalam jurusan dan elevasi sepanjang busur kurva. Kurva vertikal merupakan kurva parabolik pada Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
21
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
suatu bidang vertikal yang digunakan untuk menghubungkan dua garis gradien yang berbeda secara numerik. Bentuk persamaan kurva parabola ini adalah y = ax2 + bx + c dengan y adalah tinggi kurva di atas atau di bawah titik singgung pertama dan pada jarak x darinya, sedangkan x merupakan jarak yang bervariasi dan menyatakan jarak mendatar dari kedua titik singgung.
Keterangan gambar : T
: Titik tangen awal
T1
: Titik tangen akhir
I
: Titik perpotongan antara jarak titik T dengan titik T 1
VC
: Ketinggian lengkungan
IV
: Koreksi kemiringan
q1,q2
: Gradien / kemiringan
L
: Jarak
Gradien atau kemiringan dari permukaan tanah dapat dinyatakan dalam bentuk persentase (%) maupun dalam bentuk perbandingan (1 : n). Untuk tanjakan umumnya dinyatakan dengan perbandingan dalam prosentase kemiringan, misalnya suatu tanjakan 1 : 50 adalah tanjakan dengan kenaikan 2 %.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
22
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Artinya tanjakan itu naik atau turun 2 satuan untuk setiap 100 satuan, tanda (+) menyatakan naik dan tanda (-) menyatakan turun. Rumus yang digunakan untuk perhitungan pada kurva vertikal (Sumber: Carl F. Meyer dan David W. Gibson, 1984, Survey dan Perencanaan Lintas Jalur Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta) adalah:
Harga kemiringan / gradien antara dua titik (%) q1 =
H tengah H awal *100 % 1 L 2
q2 =
H akhir H awal * 100% 1 L 2
x=
q 2 q1 2* L
Keterangan rumus :
q1,q2
: harga kemiringan
Htengah
: elevasi tengah
Hawal
: elevasi awal
L
: jarak
Elevasi titik perencanaan Hn = Hawal + (q1*n) + (x*n2) Keterangan rumus : Hn
: elevasi ke-n
Hawal
: elevasi awal
q1
: harga kemiringan
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
23
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
2.4.
Staking Out Staking out adalah suatu cara yag digunakan untuk menentukan route dari
sebuah perencanaan jalan, atau untuk menentukan kembali rencana gambar di lapangan. Yang dimaksud dengan route umumnya adalah suatu lintasan-lintasan seperti lintasan jalan raya dan kereta api. Bangunan-bangunan linier seperti sungai, saluran untuk pengairan, saluran pembuangan. Termasuk pula lintasan jalur transmisi listrik. Staking out dilaksanakan dengan pemasangan patok-patok di lapangan yang telah ditentukan rencana jalan ataupun posisi daripada rencana bangunan dari titik-titik poligon yang telah diukur pada saat pengukuran. Pelaksanaan staking out poligon untuk menentukan titik-titik planimetris yaitu posisi x dan y. Adapun metode-metode yang digunakan untuk penentuan staking out adalah sebagai berikut: 2.4.1. Metode Panjang Busur
Dari gambar di atas dapat disusun persamaan sebagai berikut : - Titik 1
: X1 = R.Sin Y1 = 2R.Sin2 ½
-
Titik 2
: X2 = 2 Sin Y2 = 2R.Sin2
dan seterusnya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan cara ini banyak hitungan yang harus diselesaikan. Namun keuntungannya adalah bahwa titik-titik detail teratur rapi di atas busur lingkaran.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
24
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
2.4.2. Metode Koordinat Polar Pada cara ini digunakan theodolite yang dipasang dengan sumbu kesatunya tegak lurus di atas titik satu (T1). Untuk menentukan titik-titik detail di atas busur lingkaran, sehingga jarak antara titik detail tersebut yang merupakan tali busur tetap = k, maka dihitung terlebih dahulu besarnya ½ (sudut antar garis T0 dan T1. Sudut antara garis T0 dan T3 menjadi 1½ dan seterusnya, sehingga besar sudut antara T0 dan Tn bertambah tiap ½ .
Rumus perhitungan sudut defleksi : ½ = ( /R ) x ( 360/2 )
Koordinat titik ditentukan dengan menghitung jarak dan sudut : Sudut (Sn) = n x Jarak (Dn) = 2R.Sin n ( /2 )
2.4.3. Metode Panjang Tali busur Pada cara ini metode titik detail diproyeksikan pada perpanjangan tali busur yang melalui titik detail belakangnya.Misalkan semua tali busur dibuat sepanjang k meter maka sudut antara tali busur pertama (T11) dan garis singgung di titik T ada ½ , sedang sin ½ =
(½ k)
/R =
/(2R) , sehingga ½ dapat dicari
(k)
dan sudut 1PT = .
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
25
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Maka dengan adanya sudut ½ , didapat : T11` = k.Cos ½
dan
1`1 = k.Sin ½
Dengan dua jarak maka dapat ditentukan titik 1. Untuk menentukan tempat titik 2 diperlukan : 12` = k.Cos
dan
2`2 = k.Sin
Selanjutnya untuk menentukan titik 3 diperukan : 23` = k.Cos
dan
3`3 = k.Sin , dan seterusnya
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah hitungan adalah sedikit sekali, ialah titik 1 : T11` = k.Cos ½ dan
1`1 = k.Sin ½ . Titik 2 dan
selanjutnya : jarak k.Cos ½ yang dibuat pada perpanjangan semua tali busur dan jarak k.Sin tangen dibuat tegak lurus pada perpanjangan semua tali busur. 2.4.4. Metode Panjang Tangen Metode ini mempunyai jumlah hitungan lebih kecil dari jumlah hitungan yang harus dilakukan pada metode selisih busur yang sama panjangnya, tetapi sayangnya letak titik tidak beraturan di atas busur lingkaran.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
26
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Maka koordinat titik detail didapat dengan cara : - Titik 1
: X1 = a : Y1 = R – [ (R)2 – (X1)2 ] = R – [ (R) 2 – ( a ) 2 ]
- Titik 2
: X2 = 2a : Y2 = R – [ (R)2 – (X2)2 ] = R – [ (R) 2 – ( 2a ) 2 ]
dan seterusnya
2.5.
Perhitungan Luas Dan Volume Tanah
2.5.1. Perhitungan Luas Luas menyatakan lebar proyeksi horizontal suatu area (sebidang tanah) dengan tidak memperhitungkan selisih tinggi. Perhitungan luas suatu daerah sangatlah penting, karena ukuran luas tersebut akan dimasukkan dalam akta hak milik atas tanah. Tujuan lain dari perlunya perhitungan luas adalah untuk menentukan ukuran luasan yang akan diratakan ataupun diperkeras serta penentuan untuk hitungan volume pekerjaan tanah. Untuk menentukan luas suatu area maupun batasan profil/irisan tegak/penampang tanah dan garis proyek dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : 2.5.1.1. Cara Grafis
Perhitungan luas dengan metode grafik ini dilakukan sangat sederhana, sehingga hasil (tingkat ketelitian) kurang baik. Cara ini biasanya digunakan untuk daerah yang bentuknya tidak teratur.
Daerah yang akan ditentukan luasnya
digambar di atas kertas dengan ukuran petak tertentu sesuai skalanya. Untuk bagian area yang terletak pada kotak penuh dihitung dengan dengan rumus persegi panjang/bujursangkar atau dihitung sesuai dengan satuan luas petak yang dibuat, sedangkan bagian yang tersisa dihitung dengan menggunakan rumus trapesium dan segitiga Nilai pendekatan/taksiran dari luas daerah yang ditentukan dari banyaknya petak yang terletak di dalam daerah tersebut ditambah dengan sisanya.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
27
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
=
Luas persegi
Satu satuan luas
= panjang x lebar
Luas segitiga = ½ ( alas x tinggi )
2.5.1.2. Cara Numeris A. Dengan menggunakan angka-angka yang menyatakan jarak Bila
bentuk lahan cukup sederhana, maka perhitungan luas dapat
dilakukan secara konvensional, yaitu dengan membagi daerah tersebut menjadi bentuk-bentuk seperti segitiga, trapesium, atau jika memungkinkan berbentuk persegi, dengan berpedoman pada grafis ukur yang dibuat pada peta melintasi area yang akan ditentukan luasnya. Bentuk segitiga dan trapesium merupakan bentuk dasar yang relatif mudah dihitung luasnya.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
28
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Keterangan gambar : L1 = luas segitiga ABB’ L2 = luas trapesium BCC’B’
= ½ ( AB’ x BB’ ) = ½ ( BB’ + CC’ ) x ( B’C’ )
L3 = luas segitiga CC’D
= ½ ( C’D’ x CC’ )
L4 = luas segitiga CD’D
= ½ ( DD’ x C’D’ )
L5 = luas trapesium DEE’D’
= ½ ( EE’ + DD’ ) x E’D’
L6 = luas trapesium EFF’E’
= ½ ( EE’ + FF’ ) x ( E’F’ )
L7 = luas segitiga AFF’
= ½ ( AF’ x BF’ )
= garis bantu = garis tepi area yang akan dihitung luasnya
Maka : Luas area ABCDEF = L1 + L2 + L3 + L4 + L5 + L6 + L7
B. Dengan menggunakan koordinat titik batas Perhitungan luas dengan menggunakan koordinat titik-titik batas daerah yang telah diukur atau diketahui posisinya dapat dilakukan dengan mengukur batas daerah tersebut sebagai suatu poligon. Batas daerah itu
diukur oleh
theodolite dengan menggunakan suatu titik tertentu terhadap suatu salib sumbu YOX yang tertentu pula. Perhitungan luas didapat dengan memproyeksikan luas terhadap sumbu X dan sumbu Y. Maka perhitungan luas area tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Diproyeksikan terhadap sumbu X Luas
= [ (Xn - Xn-1).(Yn + Yn-1) ]
Setelah diuraikan, variabel X dan Y yang mempunyai koefisien yang sama akan saling mengeliminir akan diperoleh rumus : 2.Luas = [ (Xn) . (Yn+1) ] – [ (Xn+1) . (Yn) ]
Diproyeksikan terhadap sumbu Y 2.Luas = [ ( Xn + Xn-1 ).( Yn + Yn-1 ) ]
Setelah diuraikan, variabel X dan Y yang mempunyai koefisien yang sama akan saling mengeliminir akan diperoleh rumus : 2.Luas = [ (Xn) . (Yn+1) ] – [ (Xn+1) . (Yn) ]
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
29
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Keterangan gambar : X,Y
: sumbu koordinat
D1, D2, D3
: jarak masing-masing titik segitiga terhadap sumbu Y
L1, L2, L3
: jarak masing-masing titik segitiga terhadap sumbu X
Berdasarkan gambar 2.6 di atas, maka dapat disusun rumus perhitungan luas sebagai berikut : Luas segitiga ABC
= luas trapesium 1AB2 + luas trapesium 2BC3 – luas trapesium 1AC3
Luas segitiga ABC
= [ ½ ( L2 + L3 ) x (D3 – D2 ) ] + [ ½ ( L3 + L1 ) x ( D1 – D3 ) ] – [ ½ ( L2 + L1 ) x ( D1 - D2 ) ]
Maka 2 x luas segitiga
:
= ( L2 + L3 )( D3 – D2 ) + ( L3 + L1 )( D1 – D3 ) - ( L2 + L1 )( D1 - D2 ) = L2D3 – L2D2 + L3D3 – L3D2 + L3D1 – L3D3 + L1D1 – L1D3 – L2D1 + L2D2 – L1D1 + L1D2 = L1D2 + L2D + L3D1 – L1D3 – L2D1 – L3D2 = ( D1L3 + D2L1 + D3L2 ) – ( D1L2 + D2L3 + D3L1 )
Hasil akhir ini akan mudah diingat dengan menyusunnya sebagai berikut: D1
L1
D2
L2
D3
L3
D1
L1
Tanda
Tanda
positif
negati f
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
30
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
C. Dengan menggunakan profil atau penampang tanah
Metode Trapesium
Keterangan : I, II,… : Menunjukkan urutan trapesium H1, H2,…
: Elevasi masing-masing titik pada profil melintang
Rumus perhitungan luas penampang tanah tersebut adalah : Luas = ½ w ( H1 + H7 + 2H2 + 2H3 + 2H4 + 2H5 + 2H6 )
Metode Simpson Penampang tanah pada gambar 2.7 di atas juga dapat dihitung dengan menggunakan metode simpson, dengan cara mengalikan 1/3 jarak antar ordinat dengan jumlah ordinat awal dan ordinat akhir, kemudian ditambah 4 kali penjumlahan ordinat yang genap dan ditambah 2 kali penjumlahan ordinat ganjil. Rumus perhitungan luas penampang tanah tersebut adalah : Luas = 1/3 w ( h1 + h7 ) + 4( h2 + h4 + h6 ) + 2( h3 + h5 )
Level Section ( Penampang Mendatar ) w
Permukaan tanah rencana
C
s 1
Permukaan tanah asli
D
cs
C L
cs
Level Section (Penampang Mendatar)
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
31
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Keterangan gambar : W
: Lebar puncak galian / timbunan
D
: Lebar dasar galian / timbunan
s
: Perbandingan kemiringan ( 1 : s )
c
: Kedalaman galian / timbunan
C L
: Center line
Rumus yang digunakan untuk perhitungan luas penampang mendatar ini adalah sebagai berikut :
D
= cs + w + cs
D
= 2cs + w
L
= [ ( D + w )/2 ] x c
L
= ( cs + w ) x c
Three Level Section ( Penampang Tingkat Tiga ) Dl
Dr B
C Permukaan tanah rencana
L3 L4
A
Permukaan tanah asli
hl
c
s L2
L1
hr
1
w Penampang Tingkat Tiga
Rumus yang digunakan untuk perhitungan luas pada penampang tingkat tiga adalah sebagai berikut : x
=
( hr x s )
y
=
( hl x s )
Dr
=
x + w/2 = ( hr x s ) + w/2
Dl
=
x + w/2 = ( hl x s ) + w/2
L1
=
½ ( w/2 + hl )
= ( w/4 + hl )
L2
=
½ ( w/2 + hr )
= ( w/4 + hr )
L3
=
½ ( c + Dr )
= ( c/4 + Dr )
L4
=
½ ( c + Dl )
= ( c/4 + Dl )
Total luas = L1 + L2 + L3 + L4
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
32
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Section dengan Kemiringan yang Diketahui ( 1 : n )
F
H x
A
J y wl
D
K G x
1:N
s
cl
c
B
E
cr
y
1 C
wr
w Penampang dengan Kemiringan yang Diketahui
Berdasarkan gambar di atas, maka dapat disusun rumus perhitungan luas sebagai berikut : Dalam segitiga ABJ, y/wl = 1/2 ,maka y = wl/2 dan dalam segitiga AHJ, x/wl = 1/5 , maka x = wl/5. cl
= (y+x)
= [ wl/2 ] + [ wl/5 ]
= [ 5wl + 2wl ] : [ 5 x 2 ] = [ wl x ( 5 + 2 ) ] : [ 5 x 2 ] Memasukkan s untuk mengganti 2 dan N untuk mengganti 5, hal ini menunjukan bahwa :
dan
cl
= wl . [ ( N + S )/NS ]
wl
= cl . [ NS/( N + S ) ]
Demikian juga pada segitiga KDC, y/wr = 1/2 ,maka y =
wr
/2 dan dalam segitiga
GDK, x/wr = 1/5 ,maka x = wr/5. cr
= (y–x)
= [ wr/2 ] - [ wr/5 ]
= [ 5wr - 2wr ] : [ 5 x 2 ] = [ wr x ( 5 - 2 ) ] : [ 5 x 2 ] Memasukkan s untuk mengganti 2 dan N untuk mengganti 5, hal ini menunjukan bahwa :
dan
cr
= wr . [ ( N - S )/NS ]
wr
= cr . [ NS/( N - S ) ]
Rumus umum: jarak horizontal = jarak vertikal x [ ( N x S )/( N ± S ) ] Total luas
= luas trapesium HGCB + luas segitiga GDC + luas segitiga ABH = ( c x w ) + ( cr/2 x wr ) + ( cl/2 x wl )
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
33
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
2.5.1.3. Cara Mekanis Untuk menentukan luas dengan metode mekanis digunakan suatu cara planimetris dengan bantuan alat planimeter. Alat ini dapat menentukan luas sekalipun bentuknya tidak beraturan. Prinsip kerja dari planimeter adalah selisih luas tanah yang dilukis oleh dua ujung tongkat yang bergerak di bidang datar. Planimeter dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Planimeter dengan model indeks yang tetap 2. Planimeter dengan tongkat bergelinding Kedua model planimeter tersebut terdiri dari sebuah lengan panjang yang tetap yang disebut lengan polar. Lengan polar ini dikaitkan dengan sebuah kutub blok P yang tetap, sehingga blok P ini bergerak menjadi tumpuan dari pola pengukuran luas. Bagian kedua adalah sebuah pengikut jejak yang membawa sebuah titik telusur dan titik ini dapat bergerak ke segala arah. Bagian yang menghubungkan kedua lengan tersebut yaitu mesin kecil dengan roda yang berputar di bawahnya. Alat ini akan menunjukkan jumlah atau besar putaran yang dilakukan nantinya. Besar dari luas daerah yang diukur tersebut hanya dapat ditentukan yaitu bila titik telusur telah kembali ke titik awal.
Alat Planimeter
2.5.2. Perhitungan Volume Yang dimaksud perhitungan volume disini adalah perhitungan volume rencana pekerjaan galian atau timbunan tanah. Perhitungan ini pada dasarnya merupakan masalah geometri benda padat. Pekerjaan galian dan timbunan juga dilakukan berdasarkan potongan melintang yang mempunyai interval sama (100, 200, 300, …). Demikian pula rentangan garis tengah juga belum tentu sama panjang, baik kiri maupun kanan, sehingga untuk setiap potongan melintang akan didapatkan beberapa bentuk luasan. Jadi luas penampang yang satu belum tentu
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
34
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
sama dengan yang lain. Untuk menghitung volume tersebut digunakan rumusrumus pendekatan/taksiran sesuai dengan model permukaan serta tingkat ketelitiannya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung volume, yaitu : 2.5.2.1. Perhitungan Volume Berdasarkan Garis Kontur
Perhitungan volume dari lokasi yang dibatasi atau berdasarkan dasar datadata garis kontur.
13 120 110 0
A2 M
A1
Perhitungan Volume Berdasarkan Garis Kontur
Keterangan gambar : : Garis kontur 110, 120,…
: Elevasi / ketinggian
Rumus perhitungan volume berdasarkan garis kontur :
Jika hanya terdiri dari dua penampang : V = 1/2 .( A1 + A2 ) x I
Jika terdiri lebih dari dua penampang : V = 1/3 .I ( A1 + 4A2 + A3 )
Jika garis konturnya lebih banyak lagi maka : V = 1/3 .I (A1 + A5 + 2A3 + 4(A2 + A4 )) Keterangan rumus : V
: volume
A1,A2,….: luas daerah pada masing-masing penampang I
: interval garis kontur / jarak antar profil
2.5.2.2. Perhitungan Volume Dengan Rumus Prismoida Metode prismoida adalah metode yang menunjukkan bahwa suatu benda padat itu dibatasi oleh dua bidang sejajar pada bagian atas dan bawahnya serta dibatasi beberapa bidang datar di sekelilingnya.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
35
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
A2
d M A1
Perhitungan Volume Dengan Metode Prismoida
Rumus perhitungan volume dengan menggunakan metode prismoida : V = ( 1/3 x d/2 ) x ( A1 + A2 + 4M ) V = d/6 .( A1 + A2 + 4M ) Keterangan rumus : V
: volume
A dan M
: luas daerah
d
: jarak antar profil
2.5.2.3. Perhitungan Volume Dengan Rumus Simpson Pada metode simpson ini, penampang melintang dibagi menjadi potongan dalam bagian yang sama dan dalam jumlah yang ganjil minimal tiga buah potongan melintang.
100 75 50 A5 25
A4
0
d
A3 A2 A1
Perhitungan Volume Dengan Metode Simpson
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
36
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Rumus perhitungan volume dengan menggunakan metode simpson : V = d/3 [ A1 + A5 + 2A3 + 4( A2 + A4)] Keterangan rumus : V
: volume
A1, A2,…
: luas daerah
d
: jarak antar profil
2.5.2.4. Perhitungan Volume Berdasarkan Titik Tinggi ( Spot Height )
Prinsip perhitungan volume timbunan atau galian dengan data titik-titik tinggi yang diketahui, dapat dirumuskan sebagai berikut : 10 m 2.00
3.00
1.00
A
B
C
8m
2
1 4.00
2.00
D
E
1.00
F 4
3 2.00
3.00
2.00
G
H
I
V = Hr x A Keterangan rumus : V
: volume
Hr
: tinggi rata-rata
A
: luasan yang dibatasi titik tinggi
Dari data diatas dapat dihitung volume pada luasan 1: Hr = ¼ (2.00 + 3.00 + 4.00 + 2.00) = 2,75 m V = 2,75 m x (10 m x 8 m ) = 220 m3
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
37
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
2.6.
Program AutoCAD Program ini merupakan suatu kelengkapan dari sistem pengolahan ini
karena secara umum pengukuran dilapangan pada akhirnya akan ditampilkan dalam bentuk gambar ataupun peta. Sehingga diperlukan suatu program berupa program CAD/CAM. Adapun perintah-perintah yang sering dipakai dan digunakan dalam praktikum ini antara lain :
LINE adalah Perintah ini merupakan perintah dasar dalam program AutoCAD yakni perintah untuk membuat garis lurus.
ERASE adalah perintah untuk menghapus sebagian maupun keseluruhan dari gambar yang dibuat.
ZOOM adalah perintah untuk menampilkan gambar dalam skala tertentu
TRIM adalah perintah memotong dan menghapus suatu objek dengan terlebih dahulu menentukan batasan daerah yang akan dihapus.
EXTEND adalah kebalikan dari perintah TRIM, yakni untuk memanjangkan suatu objek gambar sehingga suatu batasan tertentu
BLOCK adalah perintah untuk membuat suatu grup dari sekumpulan objek yang akan dipakai dalam proses selanjutnya seperti penghapusan ataupun pengkopian.
INSERT adalah perintah untuk memanggil dan menempatkan suatu BLOCK yang sudah ditentukan.
ROTATE adalah perintah untuk memutar suatu objek dalam besaran tertentu terhadap suatu titik acuan( BASE POINT ).
TEXT adalah perintah untuk menampilkan dan menyisipkan suatu deretan huruf atau angka dalam gambar
COLOR adalah perintah untuk memberikan warna terhadap objek.
SCALE adalah perintah untuk merubah tampilan dalam skala tertentu.
SCRIPT adalah perintah yang digunakan untuk memanggil suatu file berextensi SCR yang berisi kumpulan perintah-perintah tunggal dalam suatu proses penggambaran.
Dan lain-lain.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
38
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
DIAGRAM PROSES PENGGAMBARAN
AUTOCAD
PENGGAMBARAN DILAYAR MONITOR
PEMANGGILAN FILE SCR DENGAN RUN SCRIPT
KARTOGRAFI
GAMBAR DIGITAL
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
39
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1.
Pengukuran Poligon Tujuan praktikum : Untuk menentukan posisi titik-titik poligon yang akan dijadikan sumbu proyek pada jalur jalan yang akan dibuat. Alat yang digunakan : 1. Theodolite 2. Rambu ukur 3. Statif 4.
Jalon
5. Patok kayu dan paku payung 6. Payung Langkah kerja : 1. Sebelum dilakukannya pengukuran, lakukanlah pengecekan terhadap kondisi lapangan yang akan diukur untuk menentukan jalur pengukuran. Memasang titik-titik poligon sebagai kerangka dasar pemetaan untuk mempermudah pelaksanaan praktikum. Dalam pemasangan titik poligon hendaknya posisi titik-titik poligon saling terlihat dan tidak terhalang oleh apapun yang dapat mengganggu proses pengukuran karena titik-titik poligon ini akan dijadikan tempat berdiri alat saat pengukuran titik detail. Dalam praktikum survei rekayasa ini, digunakan 4 buah titik poligon dengan 3 ruas garis poligon dengan masing-masing jarak 50 m- 100 m dan sudut antar titik poligon sebesar 110o – 150o. 2. Dirikan alat ukur theodolite pada titik ITN 009 dan lakukan pengaturan alat theodolite (centering optis, nivo kotak dan nivo tabung) sebagai persyaratan supaya alat siap digunakan. 3. Mengarahkan
teropong dan bidiklah (mengepaskan posisi benang
silang pada teropong) jalon yang didirikan di atas BM 008 (sebagai
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
40
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
backsight) dan mengatur
bacaan sudut horizontal pada bacaan
o
00 00’00’’ dalam keadaan bacaan biasa (B). 4. Memutar alat dan membidik paku payung pada patok P1 kemudian lakukan pembacaan sudut horizontal dalam keadaan biasa (B). 5. Mengubah keadaan alat pada posisi luar biasa (LB) dan bidiklah paku payung pada patok P1 dan kemudian pada BM1 serta lakukan pembacaan sudut horizontalnya dan catatlah datanya sebanyak dua seri rangkap. 6. Pindahkan alat di atas patok P1 dan lakukan pengaturan alat seperti langkah 2. 7. Lakukan pengukuran sudut horizontal seperti langkah kerja di atas untuk titik-titik berikutnya sebanyak dua seri rangkap, yaitu titik-titik (BM009-P1-P2), ( P1-P2-P3), ( P2-P3-P4 ).
Gambar Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Keterangan gambar : BM
: Titik tetap (Bench Mark)
A–D
: Titik poligon
DBM1….DP4
: Jarak sisi poligon
S1…….S4
: Sudut horizontal
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
41
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
3.2.
Pengukuran Waterpass Tujuan praktikum : Untuk menentukan beda tinggi antara dua titik BM dan antar titik patok serta titik-titik detail lainnya. Alat yang digunakan : 1. Waterpass Wild NA 28 No.741496 2. Rambu ukur 3. Statif 4. Unting-unting 5. Rollmeter 6. Payung
3.2.1. Pengukuran Waterpass Memanjang Pengukuran waterpass memanjang dilakukan dengan cara waterpassing memanjang pergi pulang dan pengukuran dilakukan dari titik BM
009
sampai dengan titik BM 004. Ketelitian pengukuran yang disarankan adalah 8D mm, dimana D merpakan jumlah jarak pengukuran pergi pulang dalam satuan kilometer. Langkah kerja : 1. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapannya untuk pengukuran. 2. Membagi jalur pengukuran menjadi beberapa slag. 3. Dirikan alat ukur waterpass di antara dua buah rambu ukur yang jaraknya hampir sama yaitu di antara rambu ukur belakang di BM
009
dengan rambu ukur muka di patok A. 4. Lakukan pengaturan alat ukur waterpass untuk pengukuran waterpass memanjang pergi, lalu bidik dan bacalah bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah pada rambu ukur belakang dan catatlah. 5. Putar dan arahkan teropong waterpass untuk membidik rambu ukur muka di patok A kemudian baca dan catatlah pembacaan benang silangnya. 6. Lakukanlah kontrol bacaan rambu ukur dengan rumus : bt = ( ba + bb ) : 2
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
42
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
keterangan rumus : bt
: benang tengah
ba
: benang atas
bb
: benang bawah
7. Setelah semua titik poligon terukur, maka pengukuran waterpass memenjang pergi sudah selesai. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran waterpass memenjang pulang dengan cara mendirikan alat pada slag antara titik patok BM 004 dan titik P4. 8. Bidik rambu ukur dengan posisi rambu ukur di patok BM
004
sebagai
rambu belakang dan rambu ukur di titik P4 sebagai rambu muka, kemudian catat hasil pengukurannya dan dikontrol seperti cara yang telah dijelaskan di atas. 9. Pindahkan alat pada slag berikutnya untuk melanjutkan pengukuran waterpass memanjang pergi-pulang. Lakukan pengukuran hingga titik terakhir sesuai dengan jalur pengukurannya seperti cara yang telah dijelaskan di atas (point 3 sampai 8). 10. Hitunglah beda tinggi (h) untuk setiap titik poligon dan jumlahkan pada masing-masing pengukuran pergi dan pulang, sehingga diketahui selisih antara pengukuran waterpass memanjang pergi dengan pulang yang harus masuk batas toleransi yang telah ditentukan.
Gambar Waterpassing Pulang Pergi
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
43
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Keterangan gambar : B
: Bacaan benang tengah rambu belakang
M
: Bacaan benang tengah rambu muka
ITN 009, P1, P2,….ITN 004
: Titik tempat rambu didirikan
1
slag
: 1 kali berdiri alat
3.2.2. Pengukuran Waterpass Profil 3.2.2.1.Pengukuran Waterpass Profil Memanjang Tujuan praktikum : Untuk mengetahui profil tanah secara memanjang pada suatu tempat. Alat yang digunakan : 1. Waterpass Wild NA 28 2. Rambu ukur 3. Rollmeter 4. Statif 5. Unting-unting 6. Payung Langkah kerja : 1. Dirikan alat ukur waterpasss di luar jalur pengukuran (misalkan posisi alat I) dan atur alat sesuai dengan syaratnya. 2. Membagi panjang jalur pengukuran dengan ukuran 10 m (setiap slag) 3. Bidik dan baca bacaan benang silang pada rambu ukur di titik P1 sebagai bacaan rambu ukur belakang, dan rambu ukur dititik A sebagai bacaan rambu ukur muka. 4. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar Waterpass Profil Memenjang
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
44
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Keterangan gambar : P1, A, B,…
: Titik-titik patok sepanjang jalur poligon (center line)
I, II
: Tempat berdiri alat di luar jalur pengukuran
rb
: Rambu belakang
rm
: Rambu muka
5. Selanjutnya pindahkan alat pada posisi II dan pengukuran dilanjutkan dengan melakukan pembidikan pada rambu ukur pada titik patok B sebagai titik ikat dan dibaca sebagai rambu belakang dan catat hasil pengukurannya. 6. Kemudian untuk pembacaan rambu berikutnya sama dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya. 7. Lakukan pengukuran waterpass profil memanjang terhadap titik patok yang telah dibuat pada jalur pengukuran hingga titik P4 dengan cara yang sama seperti cara di atas. 8. Ukurlah tinggi masing-masing patok pada jalur pengukuran untuk digunakan pada proses perhitungan beda tinggi. 3.2.2.2.Pengukuran Waterpass Profil Melintang Tujuan praktikum : untuk mengetahui profil tanah secara melintang pada suatu tempat tertentu. Alat yang digunakan : 1. Waterpass Wild NA 28 2. Rambu ukur 3. Jalon 4. Statif 5. Unting-unting 6. Payung Langkah kerja : 1. Dirikan waterpass di atas patok P1 dan atur sesuai persyaratannya, kemudian lakukan pelurusan terhadap patok berikutnya (titik A) dengan cara mengarahkan teropong waterpass ke arah patok tersebut dengan bantuan jalon, setelah itu putarlah waterpass 90o ke kanan.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
45
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
2. Bidik dan bacalah rambu ukur yang didirikan di depan teropong tersebut pada tiap-tiap profil tanah yang berbeda (sebesar 0,5 m) jarak maksimal 10 meter
di sebelah kanan kiri jalur poligon (ditandai
dengan angka yang mengikuti nama titik profil sebelah kiri). 3. Putarlah teropong sebesar 180o dan lakukan pembacaan rambu ukur pada tiap-tiap
profil tanah yang berbeda (sebesar 0,5 m) jarak
maksimal 10 meter di sebelah kanan
kiri jalur poligon (ditandai
dengan huruf yang mengikuti nama titik profil sebelah kanan). 4. Untuk pengukuran pada titik poligon yang membentuk sudut maka pengukuran profil melintang dilakukan sampai menenmpuh jarak maksimal 20 meter ke kiri dan ke kanan. Sedangkan teropong diarahkan sebesar setengah dari sudut antara dua ruas poligon yang bersangkutan. 5. Dengan cara yang sama lakukan pengukuran profil melintang pada setiap titik patok sebagai sumbu proyek hingga mencapai titik poligon terakhir.
Gambar Profil Melintang Pada Sumbu Proyek
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
46
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Gambar Waterpass Profil Melintang Pada Setiap Patok
Keterangan gambar : A,B,C,….
: Titik poligon
A1, A2, A3,….. : Titik patok pada setiap ruas poligon 1, 2, 3, 4,…..
: Irisan melintang titik detail di sebelah kiri center line/sumbu proyek
a, b, c, d,…..
: Irisan melintang titik detail di sebelah kanan center line/sumbu proyek
TI
: Tinggi instrumen : Patok : Permukaan tanah : Rambu ukur
6. Tinggi instrumen pada setiap berdiri alat harus diukur untuk digunakan pada proses perhitungan selanjutnya.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
47
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA 4.1.
Perhitungan Poligon Terbuka Terikat Sempurna Dalam pekerjaan survey rekayasa disini menggunakan pengukuran
Poligon Terbuka Terikat Sempurna. Sedangkan perhitungan data poligon terbuka terikat sempurna menggunakan Microsoft Excel adalah sebagai berikut: a. Data Poligon Titik
Sdt. Hz
Jarak
BM008
0° 0’ 0”
-
ITN009
159° 53’ 30”
17.93
P1
217° 33’ 24”
59.77
P2
129° 57’ 01”
79.81
P3
130° 11’ 00”
60.00
P4
240° 55’ 47.5”
30.55
ITN 004
126° 52’ 54”
-
ITN 002 Adapun data – data tambahan untuk dapat melakukan perhitungan poligon tersebut adalah :
Jumlah titik
:4
Azimuth awal
: 11049’17”
XITN 008
: 680009.220
YITN 008
: 9124502.633
HITN 008
: 523.310
XITN 009
: 680066.426
YITN 009
: 9124480.878
HITN 009
: 523.132
XITN 004
: 680266.459
YITN 004
: 9124523.708
HITN 004
: 520.676
XBM2
: 680300.817
YBM2
: 9124576.201
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
48
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
HBM2
: 519.816
Pengolahan data diatas dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel hasil perhitungannya terlihat pada tabel sebagai berikut :
4.2.
∑D = 248.06
fx = ∑fx = 0.072
fy = ∑fy = -0.099
fl = √fx2 + fy2
Ketelitian = 1/∑D = 1/246.20 = 2031.948
Perhitungan Waterpass
4.2.1. Pengukuran Waterpass Profil Didalam pengukuran waterpass profil yang digunakan pada pengukuran survey rekayasa adalah sebagai berikut : 4.2.1.1.Perhitungan Waterpass Profil Memanjang 1. Perhitungan Jarak D = (Benang Atas – Benang Bawah) * 100 2. Perhitungan Beda Tinggi h = Benang Tengah Belakang – Benang Tengah Muka 3. Perhitungan Elevasi H = Elevasi Awal + h 4. Perhitungan toleransi kesalahan pada pengukuran waterpass pergipulang Rumus = 10√Σd
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
49
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Dalam hal ini, jumlah jarak (Σd) dalam satuan Km. Susunan data profil memanjang setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel adalah :
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
50
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.2.1.2.Perhitungan Waterpass Profil Melintang Input data profil melintang adalah : Pada STA 00+000
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
51
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.
Perhitungan Perencanaan Kurva Dalam perhitungan kurva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kurva horisontal dan kurva vertikal. Hasil dari perhitungan kedua kurva tersebut dapat digunakan dalam perencanaan Elevasi Center Line (CL) badan jalan.
4.3.1. Perhitungan Kurva Horizontal
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
52
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.2. Perhitungan Kurva Vertikal Kelandaian Kurva Vertikal : g = (H Tengah – H Rencana )/DP1-I Konstanta Elevasi : X = (q2 – q1)/ 2L 4.3.2.1.Staking Out Kurva Vertikal q1
STA 00+000
EV
STA 00+100
q2
STA 00+200
STA(00+000) sampai STA 00+200 L
= 274 m
Elevasi Awal
= 521.750 m
Elevasi Tengah
= 521.750 m
Elevasi Akhir
= 521.000 m
Etengah E awal
=
q2
=
Eakhir Etengah 521.000 521.750 = = -0.075 1/ 2 L 1 / 2 274
X
=
q 2 q1 - 0.075 0 = -0.00014 2L 2 274
EV
=
X * L - 0.00547445 -0.000046875 800 800
1/ 2 L
=
521.750 - 521.750 0.00 1/2 274
q1
Hitungan elevasi perencanaan tiap 10 m : H
= HTengah + (q1 * n) + (((q2-q1)/(2*L))*n2)
STA 00+000
= 521.750 + ((0.00) * 02) = 521.750 m
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
53
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Adapun hasil keseluruhan perhitungan kurva vertikal dapat dilihat pada tabel dibawah ini
STA
JARAK
ELEVASI
00+000
0
521.750
00+010
10
521.750
00+020
20
521.750
00+030
30
521.750
00+040
40
521.750
00+050
50
521.750
00+060
60
521.750
00+070
70
521.750
00+080
80
521.750
00+090
90
521.750
00+100
100
521.750
00+110
110
521.650
00+120
120
521.600
00+130
130
521.525
00+140
140
521.450
00+150
150
521.375
00+160
160
521.300
00+170
170
521.225
00+180
180
521.150
00+190
190
521.075
00+200
200
521.000
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
54
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.3
Perhitungan Kurva Horisontal
4.3.3.1.Kurva I Horizontal
B
V T
T
1
C
C
A R
R
/ / 2 2
O Kurva Horizontal
Diketahui : Panjang Tangent
= 20 meter
titik P1-P2
= 125 16’ 00”
titik P2-P3
= 75 12’ 56”
1. Sudut Defleksi (θ) θ
= α P1-P2 - α P2-P3 =126 51’ 32” - 75 12’ 49”= 50 03’ 04”
2. Jari-jari R
=
T1T2 tan 1 2
=
20 = 42.8401 meter tan 1 / 2 50 03' 04"
3. Panjang Tali Busur T1T2
= 2R * sin ½ θ = 2 (42.8401) sin ½ (50 03’ 04”) = 37.42278067 meter
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
55
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.3.1.1. Perhitungan Kecepatan Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
R ( 127 ( emr + fm ))
V =
Dimana : V
= Kecepatan
R
= Jari – jari
e
= Kemiringan badan jalan
Data yang di ketahui : R
= 45.78865387 m
Emr
= 0.05%
fm
= 0.160
Data perhitungannya :
45.7886538 7 ( 127 ( 0.05%+ 0.160 ))
V =
= 137.9296695 km/ jam 4.3.3.1.2. Perhitungan Panjang Tikungan Peralihan (Ls) Panjang lengkung peralihan (Ls), nenurut Tata Cara Perencanaan Geometeri Jalan Antar Kota, 1997, berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung peralihan, yaitu :
Ls
VR T 3.6
Dimana : T
= waktu tempuh = 3 detik.
Гe = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, sebagai berikut : Untuk VR ≤ 70 km/jam Гe mak=0.035 m/m/det Untuk VR ≥ 80 km/jam Гe mak=0.025 m/m/det Maka perhitungannya adalah sebagai berikut : Diketahui : T
= 3 detik
VR
= 30 km/jam
Perhitungan :
Ls
VR 30 T 3 25 m 3.6 3.6
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
56
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Maka dari persamaan diatas didapatkan Panjang Lintang Peralihan (Ls) sebesar 25m. 4.3.3.1.3. Perhitungan Kemiringan Badan Jalan Dalam perhitungan Kemiringan Badan Jalan, rumus yang digunakan adalah : En = 0.02 + ( emax – 0.02 ) 90 dimana : en
= Kemiringan badan jalan
emax
= Kemiringan badan jalan max
θ
= Sudut defleksi
Data di ketahui sebagai berikut : emax
= 0.10%
= 5003’04”
Data perhitungannya : en
= 0.02 + ( 0.10% – 0.02 ) 5003’04” 90
en
= 0.05 %
4.3.3.1.4. Perhitungan Kemiringan Badan Jalan Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah : emr = 0.02 + ( emax – 0.02 ) 90 dimana : emr
= Kemiringan badan jalan
emax
= Kemiringan badan jalan max/ min
= Sudut defleksi
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
57
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Data di ketahui sebagai berikut : emax
= 0.10%
= 5003’04”
Data perhitungannya : 5003’04”
emr = 0.02 + ( 0.10% – 0.02 ) 90 emr = 0.05%
4.3.3.2. Perhitungan Staking Out Kurva II Horizontal
I
V T
T
C
1
B
A R
R
/ / 2 2
O Kurva Horizontal
Diketahui : Panjang Tangent
= 40 meter
titik P2-P3
= 75 12’ 56”
titik P3-P4
= 2851’46”
1.
Sudut Defleksi (θ) θ
= P2-P3 - P3-P4 = 7512’56’’ - 2523’50” = 49º 49’ 6’’
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
58
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
2.
Jari-jari (R) R
=
=
T1T2 tan 1 2 20 1 tan .49º 49' 6' ' 2
= 43.06841034 m 3.
Panjang Tali Busur = 2R * sin ½ θ
T1T2
= 2*43.06841034 * sin ½ 49º 49’ 6’’ = 37.44724669 m 4.3.3.2.1. Perhitungan Kecepatan Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
R ( 127 ( emr + fm ))
V=
Dimana : V
= Kecepatan
R
= Jari – jari
emr = Kemiringan badan jalan Data yang di ketahui : R
= 43.06841034 m
emr = 0.05% fm
= 0.160
Data perhitungannya : V
=
37.4472466 9 ( 127 ( 0.05% + 0.160 ))
= 124.7351069 km/ jam 4.3.3.2.2. Perhitungan Kemiringan Badan Jalan Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adalah : emr = 0.02 + ( emax – 0.02 ) 90 dimana : emr = Kemiringan badan jalan emax = Kemiringan badan jalan max/ min Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
59
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
= Sudut defleksi
Data di ketahui sebagai berikut : emax
= 0.10%
= 49º 0’ 3’’
Data perhitungannya : emr = 0.02 + ( 0.10% – 0.02 )
49º 49’ 6’’
90 emr = 0.05% 4.3.4. Desain Badan Jalan Pada Kurva I dan II 4.3.4.1.Desain badan jalan normal Terdapat pada titik stationing : STA 00 + 000 - STA 00 + 010, STA 00+020, dan STA 00+030 – STA 00+040
Contoh hitungan: STA 00 + 000 Center line (HCL)
= 521.750
H1,H4,H5,dan H8
= HCL + ( -e * d ) = 521.750+ ( -0.03 ) = 521.720
H2,H3,H6,dan H7
= H1,H4, H5,atau H8 + (-0,5) = 521.220 – 0.5 = 520.720
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
60
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.4.2.Desain badan jalan masuk tikungan 1/4 Untuk tikungan ke kanan terdapat pada titik stationing : STA 00+040
Contoh hitungan : STA 00+040 Center line (HCL)
= 521.750
H1 dan H4
= 521.750
H2 dan H3
= H1 atau H4 + (-0,5) = 521.750 – 0,5 = 521.250
H5 dan H8
= HCL+ ( -e x d ) = 521.750 + (-0,03 ) = 521.450
H6 dan H7
= H5 atau H8 + (-0,5) = 521.450 – 0,5 = 520.950
Untuk tikungan ke kiri terdapat pada stasioning : STA 00+050
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
61
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Contoh hitungan : STA 00+050 Center line (HCL)
= 521.750
H5 dan H8
= 521.750
H6 dan H7
= H5 atau H8 + (-0,5) = 521.750 – 0,5 = 521.250
H1 dan H4
= HCL+ ( -e x d ) = 521.250 + (-0,03 ) = 521.220
H2 dan H3
= H1 atau H4 + (-0,5) = 521.220 – 0,5 = 520.720
4.3.4.3.Desain badan jalan masuk tikungan 3/4 Untuk tikungan ke kanan terdapat pada titik stationing : STA 00+060 dan STA 00+070
Contoh hitungan : STA 00 + 060 Center line (HCL)
= 521.750
H1 dan H4
= HCL + ( + e * d ) = 521.750 + ( 0.04 ) = 521.790
H5 dan H8
= HCL + ( -e * d ) = 521.790+ (-0.04 ) = 521.750
H2 dan H3
= H1 atau H4 + ( -0,5 )
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
62
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
= 521.750 – 0,5 = 521.250 H6 dan H7
= H5 atau H8 + (-0,5) = 521.750 – 0,5 = 521.250
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
63
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.5. Perhitungan Luas Dan Volume 4.3.5.1.Perhitungan Luas Penampang Dalam perhitungan luas pada penampang melintang dilakukan dengan cara otomatis yaitu, langsung pada perangkat lunak AutoCad dengan menggunakan perintah – perintah sebagai berikut : Command : pedit (menjadikan garis–garis tunggal menjadi satu kesatuan polygon) lalu dilanjutkan dengan memilih garis–garis tunggal yang akan dijadikan satu kesatuan polygon. Command : Area (menghitung luas daerah dari satu kesatuan polygon) lalu dilanjutkan dengan memilih polygon yang akan ditentukan luasnya. Catatan
: Skala Horisontal dan Vertikal pada gambar memanjang harus sama.
Dari perhitungan luas penampang melintang dengan cara otomatis tersebut diperoleh data–data luasan sebagai berikut : STA 00+000 00+010 00+020 00+030 00+040 00+050 00+060 00+070 00+080 00+090 00+100 00+110 00+120 00+130 00+140 00+150 00+160 00+170 00+180 00+190 00+200
LUAS I GALIAN TIMBUNAN 2 (M ) (M2) 19.4690 6.2424 5.7806 0.0000 1.4264 0.0033 0.3344 3.8686 0.4956 3.3991 0.8124 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 8.4300 2.7301 0.0000
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
0.0000 0.0000 0.0000 38.0878 3.5976 5.5417 18.3025 1.4816 6.5128 5.6353 9.1714 10.9638 22.5522 21.6178 60.2786 21.5960 18.9468 21.9338 1.1612 8.7633 23.7056
64
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.5.2.Perhitungan Volume Dalam Perhitungan Volume rencana dihitung dengan cara menggunakan luas dari dua buah profil melintang dengan cara menjumlahkan secara berurutan dengan rumus sebagai berikut : V = 1/2D*(Luas Penampang I + Luas Penampang II) contoh perhitungan Volume galian dan timbunan :
Galian V000-010
= ½.10.( 29.4690 + 36.2424 ) = 328.577 m3
Timbunan VA-A1
= ½. 10.( 0.000 + 0.8600 ) = 4.300 m3
Data selengkapnya didalam tabel sistematis Volume Galian dan Timbunan, sebagai berikut :
STA
VOLUME GALIAN (M3)
TIMBUNAN (M3)
00+000 - 00+010
128.557
0.000
00+010 - 00+020
60.115
0.000
00+020 - 00+030
28.903
190.439
00+030 - 00+040
7.132
208.427
00+040 - 00+050
7.149
45.697
00+050 - 00+060
1.689
119.221
00+060 - 00+070
21.015
98.921
00+070 - 00+080
21.821
39.972
00+080 - 00+090
19.474
60.741
00+090 - 00+100
21.058
74.034
00+100 - 00+110
4.062
100.676
00+110 - 00+120
0.000
167.580
00+120 - 00+130
0.000
220.850
00+130 - 00+140
0.000
409.482
00+140 - 00+150
0.000
409.373
00+150 - 00+160
0.000
202.714
00+160 - 00+170
0.000
204.403
00+170 - 00+180
42.150
115.475
00+180 - 00+190 00+190 - 00+200
55.801 13.651 432.574
49.623 162.345 2879.970
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
65
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
4.3.5.3.Perhitungan Staking Out Metode Panjang Busur : -
: X1 = R.Sin
Titik 1
Y1 = 2R.Sin2 ½ -
: X2 = 2 Sin
Titik 2
Y2 = 2R.Sin2 Jawaban : Titik 1 :
X1
= 42.8401 * sin 125’16’00” = 42.8401 * 0.816473635 = 34.97781221
Y1
= 2 * 42.8401 * sin2 ½ 125’16’00” = 87.5332 * 0.816473635 = 71.46854999
Titik 2 :
X2
= 42.8401 * sin 75’12’56” = 42.8401 * 0.966892705 = 41.42178019
Y2
= 2 *42.8401 * sin2 ½ 75’12’56” = 85.6802 * 0.966892705 = 82.84356034
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
66
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
Metode Panjang Tali busur Maka dengan adanya sudut ½ , didapat : T11`
= k.Cos ½ dan
1`1 = k.Sin ½
T11`
= 12.28498776 * cos ½ * 125’16’00” = 12.28498776 * 0.288691358 = -3.684549042
1`1
= 12.28498776 * sin ½ 125’16’00” = 12.28498776 * 0.888083153 = 10.91009066
Untuk menentukan tempat titik 2 diperlukan : 12`
= k.Cos dan 2`2 = k.Sin
T2 12`
= 12.28498776 * cos 75’12’56” = 12.28498776 * 0.25518326 = 3.134923228
2`2
= 12.28498776 * sin 75’12’56” = 12.28498776 * 0.966892705 = 11.878726505
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
67
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan Setelah dilakukannya praktikum Survey Rekayasa maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam pengukuran tidak dapat dihindarkan terjadinya suatu kesalahan. 2. Untuk menentukan suatu perencanaan jalan raya dilakukan pekerjaan levelling, agar mudah di dalam pekerjaan setting out. 3. Urutan kerja haruslah sistematis agar lebih mudah dalam pelaksanaan maupun perhitungan. 4. Dari pekerjaan levelling dapat diketahui luasan maupun volume dari galian dan timbunan tanah. 5. pekerjaan survei rekayasa diterapkan dalam rencana konstruksi untuk pembuatan jalan raya, saluran air dan lain sebagainya yang berhubungan erat dengan galian dan timbunan. 6. Dari hasil pengukuran, data hasil pengukurannya diolah (dimasukan dalam suatu perhitungan) dan disajikan dalam bentuk peta.
5.2
Saran Adapun saran yang kami berikan untuk memperbaiki kekurangankekurangan yang terjadi : 1. Adanya pengawasan terhadap jalannya praktikum agar kesalahan yang terjadi dapat dielimir dengan segera. 2. Adanya pergantian alat-alat pengukuran yang lama dengan alat yang memiliki presisi yang lebih baik agar hasil lebih maksimal dan jumlahnya diperbanyak agar tidak berebut alat dengan kelompok yang lain. 3. Tingkatkan kerjasama antar peserta.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
68
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI REKAYASA
DAFTAR PUSTAKA o
Wongsotjitro S. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
o
Basuki Slamet. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
o
Silvia Sukirman. 1999. Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Nova. Bandung.
o
Catatan dan Diktat mata kuliah Survey Rekayasa Jalan Dan Gedung.
Jurusan Teknik Geodesi Geoinformatika
69
View more...
Comments