Laporan Survey 2

July 2, 2019 | Author: Sigit Waluyo | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

sasak...

Description

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa : Nama

: Restu Tri Novandy

Stambuk

: F 111 03 021

Kelompok

: I (Satu)

Tahun Ajaran

: 2009 / 2010

Telah mengikuti dan menyelesaikan praktikum “Survey Dan Pemetaan” dengan baik. Adapun materi praktikum yang telah diikuti adalah sebagai berikut ; N

Modul

o 1

Sipat Datar (waterpass)

2

Pemetaan (Theodolith)

Asisten

Palu,

Juni

2009 Menyetujui, Diperiksa Kepala Laboratorium

Dosen Mata

Kuliah Ukur Tanah

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -1-1-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Ir. IRIANTO UNO, M.Sc

Ir.

IRIANTO UNO, M.Sc NIP. 131 694 281

NIP.

131 694 281

KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Berkah, Rahmat Dan Hidayah-Nyalah sehingga laporan praktikum Survey Dan Pemetaan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini adalah hasil praktikum di lapangan yang dilaksanakan dalam waktu kurang lebih dua minggu dan dikerjakan perkelompok. Adapun jenis – jenis praktikum yang dilaksanakan, yaitu : 1. Pengukuran Sipat Datar (Waterpass) 2. Pemetaaan (Theodolith) Atas tersusunnya laporan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 2. Koordinator Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 3. Dosen Kelas Ilmu Ukur Tanah 4. Para Asisten yang telah membimbing dan memberi pengarahan sejak awal sampai tersusunnya laporan ini. 5. Serta semua teman – teman yang telah memberi sumbangsih dan sarannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam hal teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapakan demi penyempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -2-2-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya para pembaca sekalian. Palu,

Juni

2009 Penyusu n

RESTU TRI NOVANDY

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………. KATA PENGANTAR ……………………………………………….. DAFTAR ISI ………………………………………………………… BAB I TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………… A. Defenisi Ilmu Ukur Tanah ……………………………… B. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah …………………... 1. Tujuan Instruksional Umum ………………………... 2. Tujuan Instruksional Khusus ……………………….. C. Prinsip Dasar Pengukuran ……………………………... D. Skala ……………………………………………………… E. Pengukuran Menyipat Datar …………………………… 1. Defenisi ………………………………………………. 2. Tipe Sifat Datar ……………………………………… a. Metode Sifat Datar Langsung …………………… b. Metode Sifat Datar Tidak Langsung ................... 1) Cara Grafis ...................................................... 2) Cara Analitis ....................................................

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -3-3-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 3. Metode Pengukuran ............................................... a. Metode Pembacaan Muka dan Belakang ........... b. Metode Garis Bidik .............................................. c. Metode Gabungan ............................................... F. Pengukuran Poligon ..................................................... 1. Defenisi ................................................................... 2. Jenis – jenis Poligon ............................................... 3. Cara Mengukur Sudut ............................................. 4. Memilih titik Poligon ................................................ 5. Perhitungan Poligon ................................................ a. Poligon Terbuka ................................................... b. Poligon Tertutup ................................................... G. Pengukuran Peta Situasi (Tachymetry) ......................... 1. Defenisi ..................................................................... 2. Garis Kontur ............................................................. a. Defenisi ............................................................... b. Syarat – syarat Kontur ........................................ c. Metode Penggambaran Garis Kontur ................. - Cara Grafis ……………………………………… - Cara Analitis …………………………………….. BAB II. METODOLOGI PELAPORAN …………………………… Waktu dan Tempat ……………………………………..

A.

Praktikum Sifat Datar ……………………………….. Praktikum Pemetaan ………………………………… B.

Langkah Kerja

…………………………………………. Pesawat Waterpass

…………………………………. - Mewaterpaskan nivo ………………………………..

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -4-4-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan - Membaca jarak ……………………………………… - Membuat Potongan Memanjang …………………... - Membuat Potongan Melintang ……………………... Pesawat Theodolith …………………………………… Mewaterpasskan Nivo I ……………………………… Mewaterpasskan Nivo II …………………………….. Menyetel Arah Utara ………………………………… Membuat Poligon Tertutup terikat Sempurna …….. BAB III. DATA DAN SKETSA PEMETAAN

…………………………

BAB IV. HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Sifat Datar 1.

Menghitung jarak

2.

Menghitung Beda Tinggi

3.

Menghitung Tinggi titik Tanah Asli

4.

Membuat Gambar Gambar profil Memanjang (skala ditentukan kemudian) Gambar Profil Melintang (skala ditentukan Kemudian)

5.

Membuat Perencanaan (Asisten atau Dosen yang menentukan)

6.

Menghitung luas penampang galian dan timbunan

7.

Menghitung Kuantitas Galian Dan Timbunan. B. Pemetaan

1.

Menghitung Koordinat X,Y dan Z polygon Utama

2.

Menghitung Koordinat X,Y dan Z Titik Detail

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -5-5-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 3.Menghitung

luasan

(metode

perhitungan

luasan

ditentukan kemudian) 4.Membuat Peta Topografi di kertas (Skala dan ukuran ditentukan kemudian) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LEMBAR ASISTENSI

BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1

Defenisi Ilmu Ukur Tanah Ilmu Ukur Tanah (IUT) adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka bumi (topografi), yang berarti ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk topografi muka bumi, dalam bentuk peta dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi seperti kota, jalan, sungai, bangunan dan lain – lain dengan skala tertentu. Sehingga dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah, dan posisi tempat yang kita inginkan.

1.2

Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1.2.1 Tujuan Instruksional Umum

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -6-6-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan a. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip – prinsip dalam pengukuran b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam menggunakan pesawat waterpass dan theodolith. c. Mahasiswa dapat menggunakan pesawat waterpass dan theodolith dengan baik dan benar. d. Mahasiswa dapat melakukan pembacaan data pada alat ukur dalam kegiatan pengukuran. 1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus a. Mahasiswa dapat mengolah dan menghitung data yang diperoleh dalam pengukuran dilapangan dengan benar dan teliti. b. Mahasiswa dapat menggambarkan hasil perhitungan atau data yang telah diolah di atas kertas. Tujuan mempelajari Ilmu Ukur Tanah : a.

Membuat peta

b.

Menentukan elevasi dan arah

c.

Mengontrol elevasi dan arah,

d.

Dan lain-lain

1.3

Prinsip Dasar Pengukuran Untuk Menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu : 1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah 2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran

1.4

Skala Skala adalah perbandingan perbandingan jarak dilapangan dengan jarak diatas peta. Contoh : Peta dengan skala 1 : 100 Berarti 1 cm di atas peta sama dengan 100 cm dilapangan.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -7-7-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Macam – macam skala : 1. Skala Grafik 2. Skala representative Fractica, contoh 1 : 100 3. Skala Verbal, contoh 1 cm = 1 Km 

Dimensi – dimensi yang dapat di ukur a.Jarak

:

Adalah garis hubung terpendek antara 2 titik yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur, misalnya : mistar, pita ukur, theodolith, waterpass, dan lain-lain.

b.Sudut

:

Adalah besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik (untuk menentukan azimuth dan arah).

c.Ketinggian :

Adalah jarak tegak diatas atau dibarah

bidang refiners yang dapat diukur dengan waterpass dan rambu ukur. 1.5

Pengukuran Dengan Menggunakan Waterpass 1.5.1 Defenisi Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan posisi mendatarnya dapat juga ditentukan posisi tegaknya. Tinggi suatu titik dapat diartikan tinggi titik tersebut terhadap suatu bidang persamaan yang telah ditentukan. Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi suatu tempat debug dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang paling kasar sampai yang teliti yaitu secara : Barometris, trigonometris, dan secara waterpassing (leveling ). Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah mengenai pengukuran waterpass Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk menentukan

beda

tinggi

secara

langsung

untuk

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -8-8-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan membuat garis bidik horizontal. Alat yang digunakan adalah waterpass. Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada

pekerjaan-pekerjaan:

pembuatan

jalan,

saluran

irigasi, pematangan tanah , dll. Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi menentukan beda tinggi suatu tempat dengan batas antara 0 – 3 m, untuk ketinggian di atas 3 m masih bisa hanya saja akan menghabiskan waktu yang banyak. Pesawat waterpass terdiri atas : a.Teropong jurusan Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, didalamnya terdapat susunan lensa obyektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang di balut dengan bingkai dari logfam (diafragma), sedang pada plat kaca terdapat goresan benang silang b.

Niveau Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah- arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi atas dua yaitu niveau kotak dan nivau tabung. Niveau Kotak berada di atas

1.5.2. Tipe Sifat Datar 1.5.2.1 Metode Sifat Datar Langsung misalnya mengukur jarak dengan pita menempatkan busur derajat pada sebuah

sudut,

atau

mengukur

sudut

dengan

theodolith (theodolith kompas). 1.5.2.2 Metode sifat datar tidak langsung pengukuran ini dilakukan bila tidak mungkin menempatkan atau

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 -9-9-

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan memakai instrument ukur langsung pada jarak atau sudut yang di ukur. Oleh karenanya hasil ukuran ditentukan oleh hubungannya dengan suatu harga lain yang diketahui. Jadi jarak keseberang sungai dapat ketemukan dengan mengukur sebagian jarak disatu sisi, sudut ditiap ujung jarak ini yang di ukur ke titik diseberang, dan kemudian menghitung jarak tadi dengan salah satu rumus trigonometri baku. 1.5.2.2.1 Cara grafis alat ukur penyipat dd\atar ditempatkan antara titik A dan titik B, sedang diantara kedua

titik

tersebut

ditempatkan

dua

mistar. Jarak dari alat ukur penyipat datar kedua mistar, ambillah kira – kira sama, sedang alat ukur penyipat datar tidaklah perlu

terletak

digaris

menghubungkan Arahkan

garis

kedua bidik

lurus titik

yang

tersebut.

dengan gelembung

ditengah – tengah ke mistar A (belakang) dan

mistar

B

(muka).

Dan

misalkan

pembacaan pada dua mistar berturut – turut adalah B (belakang) dan A (muka), maka beda tinggi antara titik A dan B adalah t = b –

m.

tidaklah

selalu

mungkin

untuk

menempatkan alat ukur penyipat datar diantara dua titik A dan B,misalnya karena antara titik A dan B, ada selokan. Maka dengan cara ketiga alat ukur penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik A dan B tetapi disebalah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi diluar garis A dan B. Pada gambar

1.3

alat

ukur

penyipat

datar

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 10 - 10 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan diletakkan

disebelah

kanan

titik

B.pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan diatas titik-titik A sekarang berturut-turut adalah b dan m, sehingga dapat diperoleh dengan mudah bahwa beda tinggi t=b-m.

b

m b-m

Gambar 1. Metode sifat datar langsung 1.5.2.2.2 cara analitis pesawawat waterpast diletakkan antara dua mistar yang memberi hasil paling teliti karena kesalahan yang mungkin masih ada dalam

pengukuran

dapat

saling

memperkecil, apabila jarak antara pesawat waterpast kedua mistar dibuat sama. Jadi untuk mendapatkan beda tinggi antara dua titik selalu dambil pembacaan mistar muka, sehingga t=b-m, bila hasilnya positif maka titik muka lebih tinggi dari pada

titik

belakang. Dan bila hadilnya negative, maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang. Setelah beda tinggi antara dua titik ditemukan, maka tinggi suatu titik dapat dicari, bila tinggi titik lainnya telah diketahui. Suatu cara untuk menentukan

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 11 - 11 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan tinggi

suatu

titik

adalah

dengan

menggunakan tinggi garis bidik. Deengan diketahui tinggi garis bidik dapatlah dengan cepat dan muda menentukan tinggi titiktitik yang diukur. Tempatkan saja mistar diatas titik itu, arahkan garis bidik kemistar dengan

gelembung

ditengah-tengah,

lakukan pembacaan pada mistar itu.seperti pada gambar 1.4 maka tinggi titik Tt= t.gb =pembacaan pada mistar.n 1.5.3

Metode Pengukuran Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode loncat ( muka belakang ) dan metode garis bidik serta metode gabungan keduanya. 1.5.3.1 Metode Loncat Metode

Loncat

pengukuran

biasanya

jaringan

irigasi

digunakan atau

pada

pengukuran

memanjang tanpa diselingi potongan melintang, karena pada metode loncat , pesawat waterpass berda ditengan- tengah antara patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan rambu berada pada patok ganjil. Untuk pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat tidak berdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan garis Badik. Adapun keunggulan dan kelemahan

metode

loncat

adalah

sebagai

berikut : -

Metode Loncat bisa mengukur jarak dan beda

tinggi - Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25m di buat potongan melintang.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 12 - 12 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan - Pesawat

harus

pas

menyulitkan

diatas

patok

sehingga

pengukuran pada areal daerah

yang padat (dalam hal ini jalan raya ).

1.5.3.2

Metode garis bidik Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan profil melintang di banding dengan metode loncat. Prinsip kerja metode ini adalah metode ini hanya mengukur beda

tinggi.

Adapun

keunggulan

dan

kelebihannya adalah : -

Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran melintang khususnya di jalan

-

Garis Bidik hanya mampu menentukan beda tinggi

suatu

wilayah

namun

tidak

bisa

membaca jarak -

Jarak

antar

patok

harus

diukur

terlebih

dahulu. -

Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka

karena

metode

ini

hanya

untuk

menentukan garis Bidik. 1.5.3.3

Metode gabungan Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode diatas, namun harus diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah metode perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur karena mempunyai prinsip yang berbeda.

1.6 Pengukuran Poligon

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 13 - 13 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 1.6.1 Defenisi Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik triangulasi, jembatan dan lainlain yang sudah diketahui koordinat dan ketinggiannya. 1.6.2

Jenis – jenis Poligon 1.6.2.1

Poligon Terbuka Poligon

terbuka

merupakan

serangkaian

garis

berurutan yang berhubungan namun tidak kembali ketitik awal atau terikat pada suatu titik dengan ketelitian yang sama atau lebih tinggi ordenya. Dalam polygon terbuka, pengukuran harus berulang – ulang agar tidak terjadi kesalahan. 1.6.2.2. Poligon Tertutup Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang sama. Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas maka harus diratakan sehingga memenuhi syarat diatas. R o

Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui

azimuth diketahui

Poligon terdahulu

azimuth diketahui

Poligon baru

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 14 - 14 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

Pengukuran di mulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui dan terakhir di titik CD azimuth sebagai kontrol : azimuth CD yang hasil perhitungan harus sama dengan azimuth CD yang diketahui, toleransinya ± 30″

√ n menit.

Di sini juga harus dilakukan perataan bila tidak memenuhi ketentuan diatas.

1.6.3

Cara Mengukur Sudut Berbagai metode digunakan dalam pengukuran sudut atau arah garis polygon, yaitu : 1.6.3.1 Pengukuran polygon dengan sudut dalam Sudut

dalam

dipakai

hampir

khusus

pada

pengukuran polygon hak milik. Sudut – sudut itu bisa dibaca baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, sewaktu pengukuran maju keliling polygon kekiri atau kekanan, tetapi merupakan praktek yang baik bila semua sudut diukur searah jarum jam. 1.6.3.2 Pengukuran polygon dengan sudut arah kompas Sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan sepanjang garis (jurusan) polygon. Untuk menentukan orientasi dari sudut arah, akan dipakai sudut

arah

berhitung

berdasarkan

pembacaan

lingkaran horizontal dan pembacaan kompas dipakai sebagai pengecekan saja. 1.6.3.3 Pengukuran polygon dengan sudut kekanan. Sudut – sudut diukur searah jarum jam dari bidikan belakang pada garis sebelumnya. Prosedur yang

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 15 - 15 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan digunakan hampir sama dengan pengukuran polygon azimuth kecuali bahwa bidikan belakang dibuat dengan piringan terbaca nol dan bukan azimuth belakang. Sudut – sudut dapat dicek dan diperbaiki dengan pengukuran rangkap dua, atau diuji harga kasarnya dengan pembacaan kompas. 1.6.3.4 Pengukuran polygon dengan azimuth Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus ditentukan dari pengukuran sebelum nya, jarum magnetic serta pengamatan matahari atau bintang. Azimuth diukur searah jarum jam dari ujung meridian lewat titik sudut. Bila lingkaran terbaca nol, teropong terarah keutara sebenarnya sebagai pengecekan jika sedang dipakai transit yang dilengkapi kompas, jarum jam dapat diturunkan dan dapat dibaca. Jika teropong

mengarah

keutara,

jarum

jam

harus

menunjukan besarnya deklinasi ditempat tersebut. Transit

diorienntasikan

disetiap

pemasanngan

instrument dengan bidikan pada titik sebelumnya dengan azimuth belakangan pada lingkaran atau azimuth garis dipinggirkan. 1.6.3.5 Pengukuran polygon dengan sudut belokan sudut belokan adalah sudut horizontal yang dari perpanjangan garis

sebelumnya, kekanaan atau

kekirir sampai garis berikutnya. Untuk menghindari ralat, sudut biasanya dilipat duakan atau dilipat tempattkan. 1.6.3.6 memilih titik polygon kedudukan yang dipilih untuk memasang stasiun beragam menurut jenis pengukurannya. Misalnya saa pada pengukuran jalur lintas, stasiun diletakkan ditiap titik sudut dan lokasi lainnya dimana perlu

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 16 - 16 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan untuk memeperoleh data topografi atau meluaskan pengukuran. Polygon yang diukur untuk menentukan titik dasar pemetaan topografi digunakan sebagai kerangka acuan detail seperti jalan, bangunan, sungai dan bukit. Lokasi dapat ditentukan agar dapat meliputi seluruh wilayah yang dipetakan. Cabang yang terdiri dari

satu

garis

atau

lebih

sehingga

dapat

membentuk polygon terbuka untuk mencapai titiktitik yang menguntungkan. 1.7 Pengukuran peta situasi (tachymetry) 1.7.1 Definisi Peta situasi adalah peta yang dilengkapi dengan garis-garis kontur yang menunjukan ketinggian suatu tempat. Peta yang umumnya digunakan untuk rencana pembangunan, proyekproyek pengairan, bendungan, jalan raya, dan lain-lain, adalah peta situasi yang dilengkapi dengan garis kontur termasuk juga kedudukan bangunan-bangunan permanent, atau bangunan yang dibuat oleh manusia. 1.7.2 Garis kontur 1.7.2.1 Definisi Garis kontur adalah garis-garis yang menunjukan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama dilapangan terhadap bidang referensi. 1.7.2.2 Syarat – syarat kontur Syarat-syarat kontur adalah : 1. merupakan garis yang continue 2. tidak dapat bertemu atau memotong garis kontur lainnya. 3. tidak dapat bercabang menjadi garis kontur lainnya, kecuali pada hal-hal kritis seperti jurang atau tebing.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 17 - 17 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 1.7.2.3 Metode penggambaran garis kontur 1.7.2.3.1 Cara Grafis Dengan cara ini gari kontur diikuti secara fisis pada permukaan bumi. Pekerjaan ini adalah kebalikan dari cara sifat datar, dimana akhirnya ketinggian titik-titik akan diketahui dan ini sangat

diperlukan

dalam

penarikan

garis

kontur. Untuk menentukan posisi garis kontur dilakukan dua tahap, yaitu: 1. sifat datar 2. interplasi garis kontur. 1.7.2.3.2 Cara Analitis Dengan

cara

ini

garis

kontur

tidak

dapat

dilakukan langsung kecuali beberapa titik – titik ditentukan dan posisi garis – garis kontur dilakukan dengan cara interpolasi. Cara ini dilakukan 3 tahap, yaitu : 1. Penentuan grid 2. Sifat datar 3. Interpolasi Garis Kontur

BAB II METODOLOGI PELAPORAN 2.1 Waktu dan Tempat 2.1.1 Praktikum Sifat Datar Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009 Jam

: 08.00 s/d selesai

Lokasi

: Jembatan Batu Tela

2.1.2 Praktikum Pemetaan Hari / Tanggal : Sabtu, 21 Maret 2009

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 18 - 18 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Jam

: 08.00 s/d selesai

Tempat

: Jembatan Batu Tela

2.2 Langkah Kerja 2.2.1 Pesawat Waterpass 2.2.1.1 Mewaterpasskan Nivo a.Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gbr. I. 1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas 2. Ketengahkan nivo dengan sekrup penyetel AB dan C 3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo tetap berada ditengah-tengah berarti garis arah nivo tegak lurus sumbu I 4. Jika setelah teropong diputar ke arah 90° & 180°,

gelembung

nivo

berubah

maka

atur

kembali sekrup penyetel AB & C sehingga gelembung nivo berada ditengah-tengah. 5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis lurus arah nivo tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu diadakan koreksi nivo. 6. Koreksi

nivo

dilakukan

dengan

mengembalikan gelembung nivo setengahnya dengan

sekrup

setengahnya

penyetel

dikembalikan

AB

&

dengan

C

dan

sekrup

koreksi nivo. b.Memeriksa/Mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I. 1.Tempatkan dan steel pesawat waterpas sehingga sumbu I tegak lurus seperti angka penyetelan pesawat waterpas.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 19 - 19 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 2.Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di salah satu ujung benang mendatar diafragma. (Misal titik target terletak di ujung kiri). 3.Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut terletak di ujung kanan mendatar diafragma. 4.Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang

mendatar,

berarti

benang

mendatar

diafragma tegak lurus sumbu I. 5.Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan benang mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (benang mendatar diafragma tidak tegak lurus sumbu I). 6.Untuk dengan

mengoreksinya, mengatur

hilangkan

setengah

koreksi

diafragma,

sekrup

maka benang mendatar diafragma akan tegak lurus sumbu I. 7.Ulangi pekerjaan ini dari awal, sehingga pada pemutaran teropong dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik target tetap berimpit dengan benang mendatar diafragma. c. Memeriksa/ Mengatur garis bidik sejajar dengan garis arah nivo. 1. Tentukan titik A, B, C, dan D yang terletak pada satu garis lurus dan buat jarak AC – CB = BD. 2. Letakkan pesawat di titik C, steel sehingga memenuhi

syarat

guna

mengadakan

pengukuran. 3. Letakkan bak ukur pada titik A & B

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 20 - 20 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 4. Baca

bak

di

A

&

B

dan

catat

hasil

pembacaannya. Misal : pembacaan bak di A = a pembacaan bak di B = b 5. Pindahkan

pesawat di

D,

steel

sehingga

memenuhi syarat pengukuran. 6. Baca bak ukur di A & B. Misal : pembacaan bak di A = C pembacaan bak 7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama : (a – b) = h1 8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c – d) = h2 9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo. 10.

Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar

garis arah nivo dan harus dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar, jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan membentuk sudut α terhadap garis nivo) 11.

Cari harga x dan y.

Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2 ∆ cpd  cyt 2 karena d1 = d2 = d3 maka dx = 1/3 cy p = d + h1 cp = c – p dx = ½ cp → x = d – dx y = c – cy 12.

Teropong diarahkan ke bak A

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 21 - 21 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 13.

Dengan

sekrup

koreksi

diafragma

benang tengah dikoreksi sehingga pembacaan = y 14.

Untuk pengecekan, arahkan teropong

ke bak B dan pembacaan harus = x 2.2.1.2. Membuat Potongan Memanjang

Metode Loncat 1. Tentukan titik- titik acuan yang akan diukur. a. Pengukuran Jarak Optis a.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira di tengah – tengah antara titik T1 dan T2 (slag I). Penempatan pesawat harus satu garis dengan T1 dan T2 a.2. Tempatkan bak ukur di atas patok. Titik T1 sebagai bak belakang dan titik T2 sebagai bak muka. a.3. Bidik teropong ke bak belakang (T1) kemudian baca BT, BA, dan BB pada buku ukur a.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1 tersebut dan lakukan pembacaan seperti pada a.3. a.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta lakukan pembacaan seperti pada a.3. dan a.4. a.6. Pesawat dipindahkan ke slag II (antara T2 dan T3). Dengan cara yang sama dengan langkah a.1 s/d a.5 lakukan pembacaan bak muka dan bak belakang.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 22 - 22 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan a.7. Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir. a.8. Jarak T1T2 adalah jarak pesawat ke bak belakang + jarak pesawat ke bak muka. Demikian juga pada slag-slag berikutnya. b. Pengukuran Jarak Rantai. b.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira ditengah-tengah antara T1 dan T2 (slag I). b.2. Tempatkan bak ukur di T1 sebagai bak belakang dan di T2 sebagai bak muka. b.3. Bidik teropong ke bak belakang, baca dan catat pembacaan BT, BA, dan BB. b.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1 tersebut dan lakukan pembacaan seperti b.3. b.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta lakukan pembacaan seperti b3 dan b4 . b.6. Ukur jarak T1 T2 (slag I) dengan rantai ukur atau pita ukur. b.7. Dengan

cara

yang

sama

pengukuran

dilanjutkan pada slag II, III, …… sampai slag terakhir. Metode garis bidik 1. Tentukan patok- patok yang akan diukur dan berikan

tanda

sesuai

jarak

patok

tersebut.

Misalnya Sta 0+25, Sta 0+50, dan sebagainya. 2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antar patok tersebut dengan menggunakan roll meter. 3. Dirikan pesawat waterpass di tempat yang kita inginkan dengan catatan bahwa minimal ada 2 titik yang bisa dilihat dari tempat berdirinya pesawat.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 23 - 23 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 4. Letakkan bak ukur pada titik awal yang biasanya dikenal dengan Sta 0+00. 5. Arahkan

Teropong

pembacaan

ini

kearah

bak

dinamakan

ukur

dan

pembacaan

belakang . Setelah itu baca bak ukur pada benang tengah sedangkan benang atas dan bengan bawah tidak perlu dibaca.Benang tengah ini merupakan garis bidik yang menjadi patokan untuk perhitungan beda tinggi titik selanjutnya. 6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta 0+00 dan pembacaan ini dinamakan pembacaan detail melintang jalan. 7. Baca benang tengah dari masing- masing titik 8. Setelah itu lanjutkan kepatok berikutnya, Jika patok ( sta ) berada didepan pesawat maka pembacaan

tersebut

dikatakan

sebagai

pembacaan depan. Jika semuanya telah selesai pindahkan

pesawat

untuk

melihat

titik

selanjutnya. 9. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat

ketitik

akhir

pembacaan

pesawat

pertama atau dalam hal ini titik yang diketahui tingginya, karena benang tengah tersebut akan menjadi garis bidik titik berikutnya. 10.

Ulangi

langkah

kerja

diatas

sampai

pengukuran selesai. 2.2.1.3 Membuat Potongan Melintang 1.Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang telah ditentukan dengan cara sebagai berikut. a.Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers yang akan diukur profilnya sedemikian rupa

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 24 - 24 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan sehingga sumbu I tepat di atas titik tersebut. Misal titik T1. b.Bidik

teropong

alhidade

ke

horisontal

titik

T2,

sehingga

kemudian index

putar

lingkaran

tepat pada angka nol dari skala lingkaran. c.

Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung dari posisi profil yang diinginkan, maka buat sudut terhadap T1 T2 misal 90°. Kemudian pasang patok pembantu pada ujung profil tersebut misal titik a.

d.

Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain dari profil tersebut misal titik a .

2.Dalam hal penentuan posisi dari profil, selain dilakukan seperti langkah no.1 yang bisa dibaca dan dicatat

dengan

Penentuan

posisi

ditentukan

jarak dari

dengan

optis

dan

profil

beda

ini

perkiraan,

dapat

tinggi. juga

tergantung

kebutuhan. 3.Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik diluar garis profil, sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat membidik sepanjang profil yang akan diukur. 4.Pasang bak ukur T1 bidikkan teropong pada bak ukur tersebut dan lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang tercatat pada buku ukur. 5.Pasang bak ukur pada titik a (dalam hal ini bak ukur diletakkan di atas tanah) dan lakukan pembacaan seperti langkah 3. 6.Lakukan

pembacaan

pada

setiap

perubahan

kemiringan tanah sepanjang garis profil tersebut, misal titik b, c, d, …….. dan seterusnya sampai ke ujung profil yang telah ditentukan.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 25 - 25 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 7.Ukur jarak ab, bc, cd,………. Dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai ukur. 8.Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (T2, T3 ……. dan seterusnya). 9.Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut. 2.2.1 Pesawat Theodolith 2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo I 1.Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A & B, (lihat gbr. 8-2a) dan dengan dua sekrup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan de tengah – tengah. 2. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. a.Bila

gelembung

tetap

di

tengah

–tengah

pekerjaan di lanjutkan ke langkah 4. b Bila gelembung tetap di tengah –tengah lagi, coba ulangi

dulu

dari

langkah

kesatu,

dan

bila

beberapa kali diulangi ternyata gelembung tidak juga di tengah –tengah setelah nivo diputar 180°, maka kembalikan gelembung setengahnya lagi dengan sekrup koreksi nivo dan setengahnya lagi dengan sekrup penyetel A & B. 3. Ulangi

pekerjaan

sedemikian

rupa

hingga

gelembung tetap di tengah-tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. 4. Putar nivo 90° dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 26 - 26 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan 5.Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua jurusan gelembung tetap di tengah-tengah. 2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo II Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga terhadap

sumbu nivo

II

yang

(nivo

B)

terletak

dan di

tegak

atas

lurus

alhidade

horizontal (nivo A) maka langkah pekerjaan sebagai berikut : 1.Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan sendirinya ke arah sekrup penyetel C (lihat gbr. 8-2b) 2.Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah – tengah dengan sekrup penyetel A, B, & C. 3. Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung kedua nivo tetap di tengahtengah berarti pesawat sudah baik (sumbu satu telah vertikal). 4.Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari langkah ke satu. Dan bila beberapa

kali

diulangi

ditengah-tengah,

gelembung

setengahnya

tidak

dengan

juga

sekrup

koreksi nivo masing-masing, maka sumbu I akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo. 5.Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup penyetel A & B dan nivo B dengan sekrup penyetel C. 6.Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung nivo selalu di tengah – tengah yang berarti sumbu I telah vertikal.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 27 - 27 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Memeriksa Sumbu Ii ⊥ Sumbu I Dan Garis Bidik ⊥ Sumbu Ii 1. Tempatkan dan steel pesawat ± 5 m di muka suatu dinding (tembok) yang terang. Sumbu I di anggap sudah baik. 2.Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding di buat suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik potong dua benang diafragma. 3.Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat titik P vertikal di atas T yang tingginya dua kali titik T (tinggi titik T = tinggi sumbu II) dan titik Q vertikal di bawah titik T dan letak dikaki dinding. 4.Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter atau kertas skala mendatar sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titik P & Q. 5.Bidik teropong ke titik T, putar teropong ke atas ( ke arah titik P) dan ke bawah (ke arah titik Q) dengan sumbu II sebagai sumbu putar, maka akan didapat 4 macam kemungkinan. 5. a.

Sewaktu teropong di bidik ke titik P garis bidik

(perpotongan

benang

silang)

akan

berimpit

dengan titik P dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik akan berimpit dengan titik Q (lihat gbr. 8-3a). Maka dalam hal ini pesawat sudah baik (sumbu II ⊥ sumbu I dan garis bidik ⊥ sumbu II). 5. b.Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu di bidik ke titik Q garis bidik akan

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 28 - 28 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan menunjuk ke B yang bersebelahan dengan titik A dan PA = QB = x . Jalannya garis bidik adalah ATB (lihat gbr . 8-3b). 5. b.1. Bidikan teropong ke titik A b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik di geser hingga

berimpit dengan

titik P b.3Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar ke atas dan ke bawah, garis bidik akan melukiskan P.T.Q. 5. c.

Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik

akan menunjuk ke titik C sebelah kiri atau kanan titik P (lihat gbr. 8-3c) dan sewaktu teropong di bidik ke titik Q, garis bidik akan menunjuk ke titik D yang berada pada belahan yang sama dengan titik C.

PC = QD = Y

Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II, tapi sumbu II telah ⊥ sumbu I. c.1.

Bidik teropong ke titik C

c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik di geser hingga berimpit dengan titik P. c.3.

Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di

putar dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik akan melukiskan PTQ 5.d.Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke titik G sebelah kanan atau kiri titik P (lihat gbr. 8-3d) dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah kanan atau kiri titik Q. Tapi PQ = a ≠ QH = b. Maka hal ini menunjukkan adanya kesalahan kombinasi, yaitu sumbu II tidak tegak

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 29 - 29 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II. 5.d.1.

Hitung besarnya x & y .

a = x + y x = 1/2 (a – b) b=x–y

y = 1/2 (a + b)

d.2. Bidik teropong ke skala atas (titik G). d.3.

Putarlah

sekrup

koreksi

sumbu

II

sedemikian rupa hingga pembacaan skala = Y (Y = pengaruh tidak tegak lurusnya garis bidik terhadap sumbu II) d.4.

Ulangi pekerjaan hingga bila teropong

dibidik kan ke skala atas maupun bawah pembacaan sama dengan y dan terletak pada belahan yang sama terhadap garis PTQ yang berarti sumbu II telah tegak lurus sumbu I. d.5.

Bidik kembali teropong ke skala atas.

d.6.

Putarlah

sekrup

koreksi

diafragma

sedemikian rupa hingga garis bidik menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P) d.7.

Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di

arahkan dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik tetap berimpit dengan PTQ. d.8.

Pesawat telah baik.

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 30 - 30 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

BAB III DATA DAN SKETSA PEMETAAN

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 31 - 31 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Pengukuran Sipat Datar 1. Jarak Antar Patok a. Patok Utama Rumus

: Jarak Optis = (BA – BB) x 100

P0 – P1 = (2,635 – 2,385) x 100 = 25 m P1 – P2 = (3,232 – 2,982) x 100 = 25 m P2 – P3 = (3,520 – 3,270) x 100 = 25 m P3 – P4 = (3,130 – 2,880) x 100 = 25 m

b. Patok Detail Rumus

: Jarak Optis = (BA – BB) x 100

P0 – a

= (1,449 – 1,431) x 100 = 1,80 m

P0 – b

= (2,702 – 2,631) x 100 = 7,1 m

P0 – c

= (2,857 – 2,720) x 100 = 13,7 m

P0 – d

= (2,715 – 2,508) x 100 = 20,7 m

P0 – e

= (2,745 – 2,450) x 100 = 29,50 m

P0 – f

= (0,895 – 0,812) x 100 = 8,30 m

P0 – g

= (1,361 – 1.237) x 100 = 12,4 m

P0 – h

= (1,431 – 1,275) x 100 = 15,60 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 32 - 32 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

P1 – a

= (1,558 – 1,538) x 100 = 2 m

P1 – b

= (2,667 – 2,647) x 100 = 3 m

P1 – c

= (2,967 – 2,898) x 100 = 6,9 m

P1 – d

= (2,992 – 2,851) x 100 = 14,1 m

P1 – e

= (2,782 – 2,608) x 100 = 17,4 m

P1 – f

= (2,910 – 2,660) x 100 = 25,0 m

P1 – g

= (1,338 – 1,314) x 100 = 2,4 m

P1 – h

= (1,458 – 1,392) x 100 = 6,6 m

P1 – i

= (1,548 – 1,419) x 100 = 12,9 m

P1 – j

= (1,664 – 1,490) x 100 = 17,4 m

P1 – k

= (1,171 – 0,975) x 100 = 19,6 m

P1 – l

= (0,770 – 0,531) x 100 = 23,9 m

P2 – a

= (2,201 – 2,159) x 100 = 4,2 m

P2 – b

= (2,982 – 2,901) x 100 = 8,1 m

P2 – c

= (4,021 – 3,917) x 100 = 10,4 m

P2 – d

= (2,835 – 2,705) x 100 = 13 m

P2 – e

= (2,931 – 2,710) x 100 = 22,1 m

P2 – f

= (1,564 – 1,539) x 100 = 2,50 m

P2 – g

= (1,781 – 1,728) x 100 = 5,30 m

P2 – h

= (1,152 – 1,062) x 100 = 9,0 m

P2 – i

= (1,152 – 0,995) x 100 = 15,7 m

P2 – j

= (1,118 – 0,819) x 100 = 29,9 m

P3 – a

= (2,140 – 2,110) x 100 = 3 m

P3 – b

= (1,529 – 1,448) x 100 = 8,1 m

P3 – c

= (2,489 – 2,364) x 100 = 12,5 m

P3 – d

= (2,959 – 2,758) x 100 = 20,1 m

P3 – e

= (2,360 – 2,090) x 100 = 27 m

P3 – f

= (1,954 – 1,908) x 100 = 4,60 m

P3 – g

= (1,230 – 1,150) x 100 = 8 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 33 - 33 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P3 – h

= (0,989 – 0,790) x 100 = 19,9 m

P3 – i

= (1,232 – 0,932) x 100 = 30 m

P4 – a

= (1,329 – 1,294) x 100 = 3,5 m

P4 – b

= (1,993 – 1,869) x 100 = 12,4 m

P4 – c

= (2,195 – 2,005) x 100 = 19 m

P4 – d

= (2,892 – 2,592) x 100 = 30 m

P4 – e

= (1,407 – 1,385) x 100 = 2,2 m

P4 – f

= (2,050 – 1,972) x 100 = 7,80 m

P3 – g

= (1,409 – 1,289) x 100 = 12,0 m

P3 – h

= (1,755– 1,455) x 100 = 30 m

2. Menghitung Beda Tinggi a. Patok Utama Rumus :

Beda Tinggi Beda Tinggi

= BT – TA (Pembacaan belakang) = TA – BT (Pembacaan depan)

P0 – P1 = 1,330 – 2,507

= - 1,177 m

P1 – P2 = 1,425 – 3,107

= - 1,682 m

P2 – P3 = 1,765 – 3,395

= - 1,630 m

P3 – P4 = 1,770 – 3,005

= - 1,235 m

b. Patok Detail Patok P0 Beda Tinggi = TA.P0 – BT detail P0 – a = 1,330 – 1,439

= - 0,109 m

P0 – b = 1,330 – 2,666

= - 1,336 m

P0 – c = 1,330 – 2,789

= - 1,459 m

P0 – d = 1,330 – 2,661

= - 1,281 m

P0 – e = 1,330 – 2,597

= - 1,267 m

P0 – f

= 0,477 m

= 1,330 – 0,853

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 34 - 34 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P0 – g = 1,330 – 1,300

= 0,030 m

P0 – h = 1,330 – 1,354 = - 0,024 m Patok P1 Beda Tinggi = TA.P1 – BT detail P1 – a = 1,425 – 1,548

= - 0,123 m

P1 – b = 1,425 – 2,661

= - 1,236 m

P1 – c = 1,425 – 2,932

= - 1,507 m

P1 – d = 1,425 – 2,921

= - 1,496 m

P1 – e = 1,425 – 2,695

= - 1,270 m

P1 – f

= - 1,360 m

= 1,425 – 2,785

P1 – g = 1,425 – 1,326

=

0.099 m

P1 – h = 1,425 – 1,425

=

0m

P1 – i

= 1,425 – 1,483

= - 0,058 m

P1 – j

= 1,425 – 1,577

= - 0,152 m

P1 – k = 1,425 – 1,072

=

0,353 m

P1 – l

=

0,774 m

= 1,425 – 1,651

Patok P2 Beda Tinggi = TA.P2 – BT detail P2 – a = 1,765 – 2,180

= - 0,415 m

P2 – b = 1,765 – 2,941

= - 1,176 m

P2 – c = 1,765 – 3,969

= - 2,204 m

P2 – d = 1,765 – 2,770

= - 1,005 m

P2 – e = 1,765 – 2,820

= - 1,055 m

P2 – f

= 1,765 – 1,551

=

0,214 m

P2 – g = 1,765 – 1,754

=

0,011 m

P2 – h = 1,765 – 1,107

=

0,658 m

P2 – i

=

0,692 m

= 1,765 – 1,073

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 35 - 35 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P2 – j

= 1,765 – 0,968

=

0,797 m

Patok P3 Beda Tinggi = TA.P3 – BT detail P3 – a = 1,770 – 2,125

= - 0,355 m

P3 – b = 1,770 – 1,488

= - 0,282 m

P3 – c = 1,770 – 2,426

= - 0,656 m

P3 – d = 1,770 – 2,858

= - 1,088 m

P3 – e = 1,770 – 2,225

= - 0,455 m

P3 – f

= - 0,161 m

= 1,770 – 1,931

P3 – g = 1,770 – 1,190

=

0,580 m

P3 – h = 1,770 – 0,889

=

0,881 m

P3 – i

=

0,688 m

= 1,770 – 1,082

Patok P4 Beda Tinggi = TA.P4 – BT detail P4 – a = 1,458 – 1,312

=

P4 – b = 1,458 – 1,931

= - 0,473 m

P4 – c = 1,458 – 2,100

= - 0,642 m

P4 – d = 1,458 – 2,742

= - 1,284 m

P4 – e = 1,458 – 1,392

=

P4 – f

= - 0,553 m

= 1,458 – 2,011

0,146 m

0,062 m

P4 – g = 1,458 – 1,349

=

0,109 m

P4 – h = 1,458 – 1,605

= - 0,147 m

3. Menghitung Tinggi Titik a. Patok Utama Rumus :

Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 36 - 36 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Tinggi Titik Awal

= 21 + 100 = 121 (No Stambuk + 100) m

P1

= 121,000 + (– 0,900) = 119.823 m

P2

= 119.823 + (– 1,050) = 118,141 m

P3

= 118,141 + (– 0,850) = 116,511 m

P4

= 115,276 + (– 0,750) = 115,276 m

b. Patok Detail Rumus :

Tinggi Titik = Tinggi Titik Patok ± Beda Tinggi

P0 = 121,000 P0 – a = 121,000 – 0,109 = 120,891 m P0 – b = 121,000 – 1,356 = 119,664 m P0 – c = 121,000 – 1,459 = 119,541 m P0 – d = 121,000 – 1,281 = 119,719 m P0 – e = 121,000 – 1,267 = 119,733 m P0 – f

= 121,000 + 0,477 = 121,477 m

P0 – g = 121,000 + 0,030 = 121,030 m P0 – h = 121,000 – 0,024 = 120,976 m

P1 – a = 119.823 – 0,123 = 119,700 m P1 – b = 119.823 – 1,236 = 118,587 m P1 – c = 119.823 – 1,507 = 118,316 m P1 – d = 119.823 – 1,496 = 118,327 m P1 – e = 119.823 – 1,270 = 118,553 m P1 – f

= 119.823 – 1,360 = 118,463 m

P1 – g = 119.823 – 0,099 = 119,724 m P1 – h = 119.823 + 0 P1 – i

= 119,823 m

= 119.823 – 0,058 = 119,765 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 37 - 37 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P1 – j

= 119.823 – 0,152 = 119,671 m

P1 – k = 119.823 + 0,353 = 120,176 m P1 – l

= 119.823 + 0,774 = 120,697 m

P2 – a = 118,141 – 0,415 =

117,726 m

P2 – b = 118,141 – 1,176 =

116,965 m

P2 – c = 118,141 – 2,204 =

115,937 m

P2 – d = 118,141 – 1,055 =

117,136 m

P2 – e = 118,141 – 1,055 =

117,086 m

P2 – f

= 118,141 + 0,214 =

118,355 m

P2 – g = 118,141 + 0,011 =

118,152 m

P2 – h = 118,141 + 0,658 =

118,799 m

P2 – i

= 118,141 + 0,692 =

118,833 m

P2 – j

= 118,141 + 0,797 =

118,938 m

P3 – a = 116,511 – 0.355 = P3 – b = 116,511 + 0,282 =

116,156 m 116,793 m

P3 – c = 116,511 – 0,656 =

115,855 m

P3 – d = 116,511 – 1.088 =

115,423 m

P3 – e = 116,511 – 0,455 =

116,056 m

P3 – f

= 116,511 – 0,161 =

116,350 m

P3 – g = 116,511 + 0,580 =

117,091 m

P3 – h = 116,511 + 0,881 =

117,392 m

P3 – i = 116,511 + 0,688 =

117,199 m

P4 – a = 115,276 + 0,146 =

115,422 m

P4 – b = 115,276 – 0,473 =

114,803 m

P4 – c = 115,276 – 0,642 =

114,634 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 38 - 38 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P4 – d = 115,276 – 1,284 =

113,992 m

P4 – e = 115,276 + 0,062 =

115,338 m

P4 – f

114,723 m

= 115,276 – 0,553 =

P4 – g = 115,276 + 0,109 = P4 – h = 115,276 – 0,147 =

4.

115,383 m 115,129 m

Menghitung Tinggi Titik ( Metode Garis Bidik) a. Patok Utama

= Tinggi titik – Tinggi alat Tinggi garis bidik = Tgb – Bt yang dibidik Tinggi titik

Bt

= tinggi garis bidik = benang tengah

Rumus :

TgbDimana :

= 121 m

Tp0

= Tp0 + Ta p0 1,330 + 121 = m 122,330 =

Tg b p0

= Tg bp0 – Bt 2,507 – 122,330 = m 119,823 =

Tp1

= Tp1 + Ta p1 1,425 + 119,823 = m 121,248 =

Tg b p1

= Tg bp1 – Bt 3,107 – 121,428 = m 118,141 =

Tp2

= Tp2 + Ta p2 1,765 + 118,141 =

Tg b p2

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 39 - 39 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan m 119,906 = = Tg bp2 – Bt 3,395 – 119,906 = m 116,511 =

Tp3

= Tp3 + Ta p3 1,770 + 116,511 = m 118,281 =

Tg b p3

= Tg bp3 – Bt 3,005 – 118,281 = m 115,276 =

Tp4

= Tp4 + Ta p4 1,458 + 115,276 = m 116,734 =

Tg b p4

b. Patok Detail Rumus : Tg b – Bt = tinggi garis bidik Dimana : Tg b = benang tengah Bt = = = = = = = =

120,891 119,664 119,541 119,719 119,733 121,477 121,030 121,976

m m m m m m m m

– – – – – – – –

1,439 2,666 2,789 2,661 2,597 0,853 1,300 1,354

= = = = = = = =

122,330 122,330 122,330 122,330 122,330 122,330 122,330 122,330

Tp0 b c d e f g h

= = = = = = = =

119,700 118,587 118,316 118,327 118,553 118,463 119,922 119,823

m m m m m m m m

– – – – – – – –

1,548 2,661 2,932 2,921 2,695 2,785 1,326 1,425

= = = = = = = =

121,248 121,248 121,248 121,248 121,248 121,248 121,248 121,248

a b c d e f g h

a

Tp1

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 40 - 40 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan = = = =

119,765 119,671 120,176 120,597

m m m m

121,248 121,248 121,248 121,248

i j k l

= = = = = = =

117,726 m – 2,180 = 119,906 116,965 m – 2,941 = 119,906 115,937 m – 3.969 = 119,906 117,136 m – 2,770 = 119,906 117,086 m – 2,820 = 119,906 118,355 m – 1,551 = 119,906 118,152 m – 1,754 = 119,906 = 118,799 m = 119,906 – 1,107 = 118,833 m = 119,906 – 0,073 = 118,938 m = 119,906 – 0,968

a b c d e f g h i j

Tp2

= = = = = = = =

116,156 m – 2,125 = 118,281 116,793 m – 1,488 = 118,281 115,855 m – 2,426 = 118,281 115,423 m – 2,858 = 118,281 116,056 m – 2,225 = 118,281 116,350 m – 1,931 = 118,281 117,091 m – 1,190 = 118,281 117,392 m – 0,889 = 118,281 = 117,700 m = 118,281 – 1,082

a b c d e f g h i

Tp3

= = = = = = = =

115,422 114,803 114,634 113,992 115,338 114,723 115,385 115,129

a b c d e f g h

Tp4

m m m m m m m m

– – – –

– – – – – – – –

1,483 1,577 1,072 0,651

1,312 1,931 2,100 2,742 1,396 2,011 1.349 1,605

= = = =

= = = = = = = =

116,734 116,734 116,734 116,734 116,734 116,734 116,734 116,734

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 41 - 41 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

4.2

Perhitungan 1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Utama  Menentukan Jarak Optis(JO) Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2 Vertikal P1 – P2 = (1,115 – 0,415) x 100 x Sin (90

o

5’ 8 ”)2

= 70 m

P2– P3 = (1,245 – 0,545) x 100 x Sin (93 o 40 ’ 54 ”)2 = 70 m P3 – P0 = (2,360 – 1,660) x 100 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2 = 70 m P0 – P1 = (1.560 – 0.840) x 100 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m  Menentukan Sudut Datar Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang P1 – P2

= 178 o 29 ’ 36 ” - 270 o 0 ’ 6 ” = - 91 o 30 ’ 30 ” + 360 o = 268 o 29 ‘ 30”

P2– P3 = 257 o 55 ’ 6 ” - 346 o 0 ’ 48 ” = - 88 o 5 ’ 42 ” + 360

o

= 271 o 54 ‘ 18 ”

P3 – P0 = 261 o 22 ’ 00 ” - 355 o 6 ’ 12 ” = - 93 o 44 ’ 12 ” + 360 o = 266 o 15 ‘ 48 ” P0 – P1

= 266 o 13 ’ 00” - 352 o 51 ’ 00 ” = - 86 o 38 ’ 00 ” + 360 o = 273 o 22 ‘ 00 ” ∑sudut datar = 1080 o 1 ‘ 36 ”

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 42 - 42 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan  Koreksi Sudut Datar Untuk Sudut Luar = (2n + 4) x 90

o

= (2 . 4 + 4) x 90 o = 12 x 90 o = 1080

o

0‘0”

Jumlah Koreksi = 1080 o 0 ‘ 0 ” - 1080 o 1 ‘ 36 ” = - 0 o 1 ‘ 36 ”  Koreksi Per Patok Jimlah .Koreksi = Jumlah .Patok

−0°1'36 " 4

= - 0 o 0 ‘ 24 ”

 Sudut Terkoreksi Rumus : Sudut Terkoreksi = Sudut Datar + Koreksi Per Patok P1 – P2

= 268 o 29 ‘ 30” - 0 o 0 ‘ 24 ” =268 o 29 ‘ 6”

P2 – P3 = 271 o 54 ‘ 18 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 271 o 53 ‘ 54 ” P3 – P0 = 266 o 15 ‘ 48 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 266 o 15 ‘ 24 ” P0 – P1

= 273 o 22 ‘ 00 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 273 o 21 ‘ 36 ” ∑sudut datar = 1080 o 0‘0 “

 Menentukan Azimuth Rumus : Azimuth Awal = Stambuk = 40o 00’ 00” P1 – P2 =

= 40 o 00 ‘ 00” + 268 o 29 ‘ 6” + 180 488 o 29 ‘ 06” - 360 o 00 ‘ 00” = 128

o

o

00 ‘ 00”

29 ‘ 06”

P2 – P3 = 128 o 29 ‘ 06 ” + 271 o 53 ‘ 24 ” + 180 o 00 ‘ 00 ” = 580 o 23 ‘ 00 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” = 220 o 23 ‘ 00 ” P3 – P0 = 220 o 23 ‘ 00 ” + 266 o 15 ‘ 24 ” + 180 o 00 ‘ 00 ” = 666 o 38 ‘ 24 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” = 306 o 38 ‘ 24 P0 – P1

= 306 o 38 ‘ 24 ” + 273 o 21 ‘ 36 ” + 180 o 00 ‘ 00 ”

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 43 - 43 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan = 580 o 00 ‘ 00 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” - 180 o 00 ‘ 00 ” = 40o 00’ 00”  Menentukan Jarak Datar(JD) Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2 Vertikal P1 – P2 = 70 x Sin (90

o

5’ 8 ”)2

= 70 m

P2– P3 = 70 x Sin (93 o 40 ’ 54 ”)2 P3 – P0 = 70 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2

= 70 m = 70 m

P0 – P1 = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m

 Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α P1 – P2 = 70 x Sin (128

o

26’ 06 ”)

= 54,79 m

P2– P3 = 69,86 x Sin (220 o 23 ’ 00 ”) = -45,26 m P3 – P0 = 69,99 x Sin (306 o 38 ’ 24 ”) = -56,16 m P0 – P1 = 72,58 x Sin (40 o 00 ’ 00 ”)

= 72,58 m + Σ∆x = 0,02 m

Σ ∆x = 202,86 Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α P1 – P2 = 70,00 x Cos (128

o

26’ 06 ”) = -43,56 m

P2– P3 = 69,86 x Cos (220 o 23 ’ 00 ”) = -53,21 m P3 – P0 = 69,99 x Cos (306 o 38 ’ 24 ”) = 41,77 m P0 – P1 = 72,58 x Cos (40 o 00 ’ 00 ”)

= 55,60 m + Σ∆y =

0,60 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 44 - 44 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Σ ∆y = 193,65  Menentukan Koreksi Koordinat (δx dan δy) Rumus : δx = -Σ∆x Σ ∆x

P1 – P2 = -

0,02

x [ xPn ]

x [ 54,79 ] = -0,005

202,86

P2– P3 = -

0,02

x [ 45,26 ] = -0,004

202,86

P3 – P0 = -

P0 – P1 = -

0,02 202,86

0,02 202,86

x [ 56,16 ] = - 0,006

x [ 46,65 ] = -0,005

Σ∆y Rumus : δy = -

x [ xPn ] Σ ∆y

0,60

P1 – P2 = -

194,14

x [ 43,56 ] = -0,14

0,60

P2– P3 = -

P3 – P0 = -

194,14

0,60 194,14

x [ 53,21 ] = -0,16

x [ 41,77 ] = -0,13

0,60

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 45 - 45 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P0 – P1 = -

x [ 55,60 ] = -0,17 194,14

 Menentukan Koordinat Terkoreksi (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = ∆x x δx P1 – P2 = 54,79 – 0,005 = 54,785 m P2– P3 = -45,26 – 0,004 = -45,264 m P3 – P0 = -56,16 – 0,006 = -56,166 m P0 – P1 = 46,65 – 0,005 = 46,645 m + Σ∆x = 0,00 m

Rumus : ∆y = ∆y x δy P1 – P2 = -43,56 – 0,14 = -43,70 m P2– P3 = -53,24 – 0,16 = -53,37 m P3 – P0 = 41,77 – 0,13 = 41,75 m P0 – P1 = 55,60 – 0,17 = 55,43 m + Σ∆y =

0,00 m

 Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y) Rumus : X = X0 + ∆x X0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1 = 1040 P2 = 1040 + 54,79 = 1094,79 P3 = 1094,79 - 45,26 = 1049,52 P0 = 1049,52 – 56,17 = 993,36

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 46 - 46 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

Rumus : Y = Y0 + ∆y Y0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1 = 1040 P2 = 1040 – 43,70 = 996,30 P3 = 996,30 – 55,37 = 942,93 P0 = 942,93 – 41,64 = 984

 Perhitungan Beda Tinggi Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak x Cos Vertikal

P1 – P2 = 1,360 - 0,765 + 70 x Cos (90

o

5’ 8 ”) = 0,490 m

P2– P3 = 1,410 - 0,895 + 70 x Cos (93 o 40 ’ 54 ”) = -3,980 m P3 – P0 = 1,405 - 2,010 + 70 x Cos (89 o 12 ’ 00 ”) = 0,370 m P0 – P1 = 1,425 – 1,200 + 72,7 x Cos (87 o 39 ’ 48 ”) = 3,189 m  Perhitungan Koreksi Beda Tinggi Selisih {Beda Tinggi (-) – Beda Tinggi 9+)}

Rumus : Koreksi Beda Tinggi =

Jumlah patok

{3,980 (-) – (0,490 + 0,370 + 3,189

= 4 = - 0,017  Beda Tinggi Terkoreksi

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 47 - 47 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Rumus : Beda Tinggi Terkoreksi = Beda Tinggi + Koreksi P1 – P2 = 0,490 – 0,017 = 0,437 m P2– P3 =-3,980 – 0,017 = -3,997 m P3 – P0 = 0,370 – 0,017 = 0,353 m P0 – P1 = 3,189 – 0,017 = 3,172 m + 0  Menentukan Tinggi Titik Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Terkoreksi Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 P1 = 40 m P2 = 40 + 0,472 = 40,472 m P3 = 40,472 – 3,998 = 36,474 m P0 = 36,474 + 0,355 = 36,829 m

2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Detail  Menentukan Jarak Optis(JO) Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2 Vertikal P1

a = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90

o

9’ 0 ”)2

= 10

m b = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90

o

7’ 0 ”)2

= 18

c = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90

o

1’ 12 ”)2 = 22

d = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90

o

2’ 12 ”)2 = 33

e = (1,72 – 1,30) x 100 x Sin (90

o

25’ 48 ”)2 = 42

m m m P2 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 48 - 48 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan f = (2,36 – 1,96) x 100 x Sin (91

44’ 06 ”)2 =

o

39,96 m g = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90

1’ 12 ”)2 = 22

o

m P3

h = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90

o

9’ 0 ”)2

= 10

i = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90

o

7’ 0 ”)2

= 18 m

j = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90

o

1’ 12 ”)2 = 22 m

m

k = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90

o

2’ 12 ”)2 = 33

m P0

l = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90

9’ 0 ”)2

o

m = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90

o

7’ 0 ”)2

= 10 m = 18

m n = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90

o

1’ 12 ”)2 = 22

o = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90

o

2’ 12 ”)2 = 33

m m  Menentukan Sudut Datar Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang P1 a = 97o32’0” - 270o0’6” = -172o28’6” + 360o0’0” = 187o31’54” b = 10o00’0” - 270o0’6” = -260o00’6” + 360o0’0” = 99o59’54” c = 223o13’12” - 270o0’6” = -46o46’54” + 360o0’0” = 313o13’6” d = 207o32’0” - 270o0’6” = -62o51’0” + 360o0’0” = 297o9’0” P2e = 301o 26’18” - 346o0’48” = -44034’30” + 36000’0” = 315025’30” f = 293o 06’54” - 346o0’48” = -52053’54” + 36000’0” = 307006’06”

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 49 - 49 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan g = 114o 15’48” - 346o0’48” = -231045’0” + 36000’0” = 128015’0” P3 h = 309o5’18” - 355o6’12” = -4000’54” + 36000’0” = 313059’06” i = 321o41’24” - 355o6’12” = -33024’48” + 36000’0” = 326025’12” j = 160o14’00” - 355o6’12” = -194052’12” + 36000’0” = 165007’48” k = 255o40’54” - 355o6’12” = -99025’18” + 36000’0” = 260034’42” P0l = 331o4’48” - 352o51’00” = -21046’12” + 36000’0” = 338013’48” m = 316o13’00” - 352o51’00” = -36034’48” + 36000’0” = 323025’12” n = 86o56’30” - 352o51’00” = -265054’30” + 36000’0” = 9405’30” o = 172o8’48” - 352o51’00” = -180042’12” + 36000’0” = 179017’48”  Menentukan Azimuth Rumus : Azimuth = Azimuth Awal + Sudut Datar + 1800 Azimuth Awal = Stambuk = 40o 00’ 00” P1 a = 40o00‘00” + 187o31‘54” + 180o = 407031’54” – 3600 = 47031’54” b = 40o00‘00” + 99o59‘54” + 180o = 319059’54” c = 40o00‘00” + 313o13‘6” + 180o = 533013’6” – 36000’0” = 173013’6” d = 40o00‘00” + 297o9‘0” + 180o = 51709’0” – 36000’0” = 15709’0”

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 50 - 50 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P2e = 128o29‘06” + 315o25‘30” + 180o = 623o54‘36” - 360o00‘00” = 263o54‘36 ” f = 128o29‘06” + 307o6‘6” + 180o = 615o35’12” - 360o00‘00” = 255o35‘12 ” g = 128o29‘06” + 128o15‘0” + 180o = 436o44‘6” - 360o00‘00” = 76o44‘6 ” P3h = 220o23‘00” + 313o59‘6” + 180o = 714o22‘6” - 360o00‘00” = 354o22‘6” i = 220o23‘00” + 326o35’12” + 180o = 726o58‘12” - 360o00‘00” = 6o58‘12” j = 220o23‘00” + 165o7‘48” + 180o = 565o30‘48” - 360o00‘00” = 205o30‘48”

k = 220o23‘00” + 260o34‘42” + 180o = 660o57‘42” - 360o00‘00” = 300o57‘42” P0 l = 306o38‘24” + 338o13‘48” + 180o = 842o52‘12” - 360o00‘00” = 104o52’12” m = 306o38‘24” + 323o25‘12” + 180o = 810o3‘36” - 360o00‘00” = 90o 03’36” n = 306o38‘24” + 94o5‘30” + 180o = 580o43‘54” - 360o00‘00” = 220o43’54” o = 306o38‘24” + 179o17‘48” + 180o = 665o56‘12” - 360o00‘00” = 305o56’12”  Menentukan Jarak Datar(JD) Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2 Vertikal P1 a = 10 x Sin (90

o

9’ 0 ”)2 = 10 m

b = 18 x Sin (90

o

7’ 0 ”)2 = 18 m

c = 22 x Sin (90

o

1’ 12 ”)2 = 22 m

d = 33 x Sin (90

o

2’ 12 ”)2 = 33 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 51 - 51 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan P2e = 42 x Sin (90 o 25 ’ 48 ”)2 = 42 m f = 39,96 x Sin (91 o 44 ’ 6 ”)2 = 39,92 m g = 19,88 x Sin (85 o 37 ’ 36 ”)2 = 19,76 m P3h = 36,89 x Sin (86 o 51 ’ 30 ”)2 = 36,78 m i = 26 x Sin (89 o 41 ’ 18 ”)2 = 26 m h = 33,89 x Sin (93 o 14 ’ 00 ”)2 = 33,37 m h = 70 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2

= 70 m

P0 l = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m m = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m n = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m o = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m

 Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sin α P1 a =10 x Sin (47

o

31 ’ 54 ”) = 7,37 m

b =18 x Sin (319

o

59 ’ 54 ”) = -11,57 m

c =22 x Sin (173

o

13 ’ 6 ”) = 2,597 m

d =33 x Sin (157

o

9 ’ 0 ”) = 12,81 m

P2e = 42 x Sin (263 o 54 ’ 36 ”) = -41,76 m f = 39,92 x Sin (255 o 35 ’ 12 ”) = -38,66 m g = 19,76 x Sin (76 o 44 ’ 6 ”) = 19,23 m P3 h = 36,78 x Sin (354 o 22 ’ 6 ”) = -3,61 m i = 26 x Sin (6 o 58 ’ 12 ”) = 3,155 m j = 33,78 x Sin (205 o 30 ’ 48 ”) = -14,55 m k = 19,70 x Sin (300 o 57 ’ 42 ”) = -16,89 m P0 l = 42,68 x Sin (104 o 52 ’ 12 ”) = 41,25 m m = 33,98 x Sin (9 o 3 ’ 36 ”) = 5,35 m n = 29,74 x Sin (220 o 43 ’ 54 ”) = -19,41 m o = 17 x Sin (305 o 56 ’ 12 ”) = -13,76 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 52 - 52 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cos α P1 a =10 x Cos (47

o

31 ’ 54 ”) = 6,75 m

b =18 x Cos (319

o

59 ’ 54 ”) = 13,79 m

c =22 x Cos (173

o

13 ’ 6 ”) = -21,85 m

d =33 x Cos (157

o

9 ’ 0 ”) = -30,41 m

P2e = 42 x Cos (263 o 54 ’ 36 ”) = -4,46 m f = 39,92 x Cos (255 o 35 ’ 12 ”) = -9,94 m g = 19,76 x Cos (76 o 44 ’ 6 ”) = 4,53 m P3 h = 36,78 x Cos (354 o 22 ’ 6 ”) = 36,6 m i = 26 x Cos (6 o 58 ’ 12 ”) = 25,81 m j = 33,78 x Cos (205 o 30 ’ 48 ”) = -30,49 m k = 19,70 x Cos (300 o 57 ’ 42 ”) = 10,13 m P0 l = 42,68 x Cos(104 o 52 ’ 12 ”) = -10,95 m m = 33,98 x Cos (90 o 3 ’ 36 ”) = -0,04 m n = 29,74 x Cos (220 o 43 ’ 54 ”) = -22,54 m o = 17 x Cos (305 o 56 ’ 12 ”) = 9,98 m



Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y) Rumus : X = X0 + ∆x X0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1a = 1040 + 7,37 = 1047,37 b = 1040 – 11,57 = 1028,43 c = 1040 + 2,597 = 1042,597 d = 1040 + 12,81 = 1052,81 P2e = 1094,79 – 41,76 = 1053,03 f = 1094,79 – 38,66 = 1056,13 g = 1094,79 + 19,23 = 1114,02

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 53 - 53 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan

P3h = 1049,52 – 3,61 = 1045,91 i = 1049,52 + 3,16 = 1052,68 j = 1049,52 – 14,55 = 1034,97 k = 1049,52 – 16,89 = 1032,63 P0l = 993,36 + 41,25 = 1034,61 m = 993,36 + 33,98 = 1027,34 n = 993,36 – 19,41 = 973,95 o = 993,36 – 13,76 = 979,60

Rumus : Y = Y0 + ∆y Y0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1a = 1040 + 6,75 = 1046,75 b = 1040 + 13,79 = 1053,79 c = 1040 – 21,85 = 1018,15 d = 1040 – 31,41 = 1009,59 P2e = 996,30 – 4,46 = 991,84 f = 996,30 – 9,94 = 986,36 g = 996,30 + 4,53 = 1000,83 P3 h = 942,93 + 36,6 = 979,53 i = 942,93 + 25,81 = 968,74 j = 942,93 – 30,49 = 912,44 k = 942,93 + 10,13 = 953,06 P0 l = 984,57 – 10,95 = 973,62 m = 984,57 – 0,04 = 984,53 n = 984,57 - 22,54 = 962,03

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 54 - 54 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan o = 984,57 + 9,98 = 994,55  Perhitungan Beda Tinggi Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak optis x Cos Vertikal P1 a = 1,360 - 0,56 + 10 x Cos (90

o

9’ 00 ”) = 0,774 m

b = 1,360 - 0,90 + 18 x Cos (90

o

7’ 0 ”) = 0,423 m

c = 1,360 – 2,21 + 22 x Cos (90

o

1’ 12 ”) = -0,858 m

d = 1,360 – 2,01 + 33 x Cos (90

o

2’ 12 ”) = -0,671 m

P2e = 1,410 – 1,51 + 42 x Cos (90 o 25 ’ 48 ”) = -3,980 m f = 1,410 – 2,16 + 39,96 x Cos (91 o 44 ’ 06 ”) = -1,960 m g = 1,410 – 1,78 + 19,88 x Cos (85 o 37 ’ 36 ”) = 1,146 m P3 h = 1,405 – 1,235 + 36,89 x Cos (86 o 51 ’ 30 ”) = 2,192 m i = 1,405 – 0,720 + 26 x Cos (89 o 41 ’ 18 ”) = 0,826 m j = 1,405 – 1,53 + 33,89 x Cos (93 o 14 ’ 00 ”) = -2,636 m k = 1,405 – 0,41 + 19,70 x Cos (89 o 11 ’ 48 ”) = 0,771 m P0 l = 1,425 – 1,675 + 42,84 x Cos (86 o 27 ’ 54 ”) = 2,401 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 55 - 55 -

Laporan Praktikum Survey Dan Pemetaan m = 1,425 – 1,75 + 33,90 x Cos (86 o 27 ’ 36 ”) = 1,748 m n = 1,425 – 1,060 + 29,87 x Cos (93 o 43 ’ 12 ”) = -1,593 m o = 1,425 – 1,905 + 17 x Cos (90 o 51 ’ 48 ”) = -0,756 m



Menentukan Tinggi Titik Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 m P1 a = 40 + 0,774 = 40,774 m b = 40 + 0,423 = 40,423 m c = 40 – 0,858 = 39,142 m d = 40 – 0,671 = 39,329 m P2e = 40,472 – 0,415 = 40,057 m f = 40,472 – 1,960 = 38,512 m g = 40,472 + 1,146 = 41,618 m P3h = 36,474 + 2,192 = 38,666 m i = 36,474 + 0,826 = 37,300 m j = 36,474 – 2,636 = 33,838 m k = 36,474 + 0,771= 37,245 m P0 l = 36,829 + 2,401 = 39,230 m m = 36,829 + 1,748 = 38,577 m n = 36,829 – 1,593 = 35,236 m o = 36,829 – 0,756 = 36,073 m

Restu Tri Novandy – F 111 08 021 - 56 - 56 -

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF