Laporan surveilans Epidemiologi

November 15, 2017 | Author: dwiputra1996 | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

epid...

Description

PROSES KEGIATAN PENCATATAN SURVEILENCE EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2016

LAPORAN MATA KULIAH SURVEILENS EPIDEMIOLOGI

KELOMPOK I

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA TANGGERAN SELATAN 2016

Judul Laporan

:

PROSES

KEGIATAN

PENCATATAN

SURVEILENCE

EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2016 Anggota Kelompok I

Program Studi

:

:

Dihan Khomirul Akhyar

(2013710107)

Rini Tanjung

(2013710092)

Rizki Warida Hasibuan

(2013710086)

Septika Dhelpiana Paulin

(2013710114)

Syifa Nur Hakiki

(2013710094)

KESEHATAN MASYARAKAT

Lembar Pengesahan Mengetahui,

Dosen Surveilens Epid

Kepala Puskesmas Ciputat Timur

Ka. Prodi Kesmas FKK UMJ

Nazarwin Saputra, M.Epid

Bapak / Ibu

drh.S.R. Tri Handari, M.Kes

NID : 20.1472

NIP :

NID : 20.600

KATA PENGANTAR

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah Surveilens

Epidemiologi

yang

berjudul

:

PROSES

KEGIATAN

PENCATATAN

SURVEILENCE EPIDEMIOLOGI DI PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR TAHUN 2016. Terima kasih kami ucapkan kepada pihak terkait yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini, sehingga dalam kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ka. Prodi Kesehatan Masyarakat FKK UMJ, Kepala Puskesmas Ciputat Timur, dan Dosen Mata Kuliah Surveilens Epidemiologi yang telah memberi bimbingan juga arahan kepada kami. Semoga laporan yang telah diselesaikan ini, dapat bermanfaat kepada Puskesmas Ciputat Timur, Fakultas, dan juga khususnya mahasiswa FKK UMJ sebagai bahan pembelajaran serta tambahan wawasan ilmu dalam Surveilens Epidemiologi. Dengan

segala

keterbatasan

kemampuan

kami

dirasakan

masih

banyak

ketidaksempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan serta saran yang membangun, demi kesempurnaan laporan ini. Sehingga dapat bermanfaat penuh bagi kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

Tanggeran Selatan, Oktober 2016

Tim Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan dan salah

satu penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Penyakit ini mempunyai perjalanan penyakit yang cepat, mudah menyebar dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (Hariyana, 2007). Infeksi virus dengue adalah penyebab serius morbiditas dan kematian di kebanyakan daerah tropis dan subtropics di dunia: terutama Tenggara dan Asia Selatan, Amerika Tengah dan Selatan, serta karibia. Ada sekitar 2,5 miliar orang yang berisiko di dunia untuk infeksi virus dengue. Hampir 100 negara dan wilayah memiliki risiko untuk infeksi virus dengue dalam negeri (Kurane, 2006). Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Negara Indonesia sebagai Negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (BJE, 2010). Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Virus ini termasuk dalam kelompok B Arthropo Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae. Virus dengue mempunyai 4 jenis serotype, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. (WHO,2012) Kelompok virus ini dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Shock Syndrome (DSS) (Jubaidillah, 2011). Jumlah penderita dan luas daerah penyebaran penyakit ini semakin bertambah seiring dengan meningkatnya morbiditas dan kepadatan penduduk. Di Indonesia, Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebannyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia dengan Angka Kematian (AK): 41.3%. Sejak saat itu, terjadi peningkatan sebaran jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis DBD, dari 2 provinsi dan 2 kota, menjadi 32 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009. Peningkatan jumlah kasus DBD, pada tahun 1968 hanya sebanyak 58 kasus menjadi 158.912 kasus pada tahun 2009. (BJE, 2010) Dilihat dari case fatality rate (CFR) kejadian luar biasa yang terjadi per provinsi pada tahun 2004 di bawah rata-rata dari

keseluruhan daerah endemis dengan CFR diantara 0.3-1.9% (Ditjen P2PL, 2006) Insiden DBD di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan angka DBD tahun 2003 sebesar 23.57 per 100.000 penduduk naik menjadi 37.11 per 100.000 penduduk pada tahun 2005; 52,48 per 100.000 penduduk pada tahun 2006, meningkat menjadi 71,78 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Pada tahun 2008 angka insidens DBD mengalami penurunan menjadi 60,06 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kematian (CFR) menunjukkan penurunan pada tahun 2003, menjadi 1,2 pada tahun 2004, 1,36 pada tahun 2005, 1,04 pada tahun 2006, 1,01 pada tahun 2007, 0,86 pada tahun 2008 (Kandun, 2008). Pada tahun 2009 IR 67,00 dengan CFR 0,87. Sampai saai ini peningkatan kasus penyakit ini belum dapat diatasi,adanya KLB di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk di DKI Jakarta yang mempunyai endemisitas tinggi, diikuti beberapa daerah antara lain Provinsi Kep. Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara/Tengah, Lampung, Kalimantan Timur/Barat dan lain-lainnya. Jumlah kasus DBD di Indonesia menurut data sementara Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan, selama tahun 2009 sebanyak 137.600 kasus dengan 1.170 kematian dan IR (Ditjen P2PL, 2006). Surveilans epidemiologi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung pengendalian dan penanggulangan penyakit menular, tidak terkecuali pada kegiatan pengendalian dan penanggulangan penyakit DBD. Survailans adalah kegiatan yang bersifat terus menerus dan sistematik dalam pengumpulan data, pengolahan, analisis, interpretasi dan diseminasi kepada pihak terkait, untuk melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Oleh karena itu hasil kegiatan surveilans sangat dibutuhkann dalam menunjang aspek manajerial program penyakit DBD, dimana berperan dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi dari program kesehatan yang ada. Berdasarkan data Laporan Bulanan I (LB I) dan surveilans DBD Puskesmas Ciputat Tahun 2010-2013, diketahui bahwa jumlah kasus DBD yaitu 71 kasus, 7 kasus, 31 kasus dan 24 kasus. Sehingga jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Ciputat selalu mengalami peningkatan maupun penurunan setiap tahunnya. Akan tetapi, penyakit DBD tidak termasuk kedalam sepuluh besar penyakit di Puskesmas Ciputat. Namun, penyakit ini merupakan masalah yang harus diatasi ataupun dicegah penularannya agar tidak menyebabkan kematian.

Di puskesmas Ciputat surveilans DBD telah dilakukan. Sehingga dalam system ini yang dimaksud dengan Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebu, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Dari latar belakang diatas penulis ingin mengidentifikasi dan menganalisis system surveilans DBD yang ada di puskesemas Ciputat Timur. 1.2.

Tujuan Tujuan umum penuliasan ini untuk menganalisis secara deskriptif system surveilans DBD di Puskesmas Ciputat Timur. Adapun tujuan khusus penuliasan ini adalah: 1. Menyajikan data surveilans DBD PKM Ciputat Timur 2. Merencanakan konsep solusi pengembangan system surveilans DBD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Penanggulangan DBD Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD dapat dihindari bila Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan pengendalian vektor dilakukan dengan baik, terpadu dan berkesinambungan. Pengendalian vektor melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan pesan inti 3M plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Tabel di bawah memperlihatkan pencapaian target indikator program Pengendalian Penyakit DBD (P2DBD) selama tiga tahun terakhir pada tahun 2007 sampai tahun 2009. Angka Bebas Jentik belum berhasil mencapai target (>95%). AI per 100.000 penduduk juga belum mencapai target. Begitu pula dengan persentase kejadian yang ditangani sesuai standar, pada tahun 2007 belum mencapai target (80%), namun pada tahun 2008 dan 2009 tidak terdapat data pencapaian. Sedangkan untuk AK sudah mencapai target (95 84

2008 Target Realisasi >95 82,6

2009 Target Realisasi >95 71,1

80

50

80

-

80

-

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF