Laporan spektrofotometri UV VIS
March 11, 2017 | Author: septianhrdp | Category: N/A
Short Description
Teknik Kimia POLBAN 2015...
Description
1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C8H10N4O2) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, cola, dan beberapa minuman penyegar lainnya, memiliki bentuk serbuk putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulant dan beberapa aktifitas lainnya dan merupakan basa yang sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Struktur dari kafein adalah heterosiklik yakni, senyawa yang mempunyai struktur cincin yang mengandung atom selain karbon seperti, belerang, oksigen maupun nitrogen.
Gambar 1. Struktur Kafein
Sifat dari Kafein Berat molekul
194.19 g/mol
Densitas
1.23 g/cm3, solid
Titik leleh
227–228 °C (anhydrous) 234–235 °C (monohydrate)
Titik didih
178 °C subl
Kelarutan dalam air
2.17 g/100 ml (25 °C) 18.0 g/100 ml (80 °C) 67.0 g/100 ml (100 °C)
Keasaman
-0,13 – 1,22 pKa
Momen Dipole
3.64 D
5.2. Spektofotometer Suatu senyawa mempunyai
variasi
warna
yang
berubah
dengan
berubahnya konsentrasi atau komponen. Hal tersebut merupakan dasar dari analisis kolorimetri. Kolorimetri merupakan suatu cara penetapan konsentrasi suatu
zat
(senyawa)
dengan
mengukur
absorbansi
relatif
cahaya
yang
berhubungan dengan konsentrasi dari suatu zat (senyawa) tersebut. Dalam analisis dengan spektofotometri digunakan suatu sumber radiasi pada daerah ultraviolet tambak, yaitu daerah UV dengan panjang gelombang 180-380 nm, sedangkan daerah sinar tampak pada panjang gelombang antara 380-750 nm. Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV adalah zat dalam bentuk larutan dan zat tersebut tidak tampak berwarna. Jika zat tersebut berwarna maka perlu direaksikan dengan reagen tertentu sehingga dihasilkan suatu larutan tidak berwarna. Namun biasanya zat yang berwarna lebih banyak dianalisis menggunakan spektrofotometri sinar tampak. Senyawa-senyawa organik sebagian besar tidak tidak berwarna sehingga spektrofotometer UV lebih banyak digunakan dalam analisis senyawa organik khususnya dalam penentuan struktur senyawa organik. Hukum dasar dari Spektofotometri adalah hukum Lambert-Beer yang menjelaskan bila cahaya jatuh pada suatu medium homogen, maka sebagian cahaya tersebut akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium dan sisanya diteruskan. I0 : Intensitas cahaya Masuk Ia : Intensitas cahaya yang diserap Ir : Intensitas cahaya yang dipantulkan It : Intensitas cahaya yang diteruskan I0 = Ia + Ir + It Lambert menjelaskan bahwa serapan cahaya merupakan fungsi ketebalan medium sedangkan Beer menjelaskan bahwa serapan cahaya sebagai fungsi konsentrasi larutan yang bersangkutan. dengan
A : Absorbansi
c
:
konsentrasi lar.
A=kbc
b : ketebalan medium
absorbsi 5.3.
Bagian-bagian spektofotometer
k
:
koefesien
a) Sumber Radiasi Lampu Argon 100-160 nm Lampu Tungsten 350-800 nm Lampu Deuterium 160-360 nm Lampu Xenon 200-900 nm b) Monokromator Pemecah cahaya polikromatik menjadi cahaya tunggal, bagian-bagiannya: Prisma Grating Celah optis Filter c) Kuvet Tempat menaruh sampel d) Detektor Menangkap sinar yang diteruskan larutan e) Visual Display 3. Alat dan Bahan No
Alat
Jumla h 2
Bahan
1.
Kuvet
HCl 0,1 N
2.
Batang Pengaduk
buah 1
Kafein
3.
Pipet Ukur
buah 2
Aquades
4. 5. 6. 7.
Labu takar 25 mL Gelas Kimia 100 mL Pipet Tetes Spektofotometer
8.
UV-1700 Shimadzu Tissue lensa
Jumlah 250 mL
buah
9. 10.
(Whatman) Bola hisap Botol Semprot
4. Cara Kerja 4.1. Pembuatan Larutan Standar dan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Buat 100 ml larutan induk (kafein) dalam HCl 0,1N
Buat larutan standar dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12 ppm di labu takar
Ukur serapan berbagai konsentrasi lar. standar pada panjang gel. yang ditentukan
Tentukan panjang gelombang max (ambil lar. standar 8 ppm dengan panjang gel. 380190 nm)
4.2. SPEKTROFOTOMETER UV- 1700 SHIMADZU A. Menyalakan Alat Keluarkan silica gel dari sample compartment
Nyalakan alat
Tunggu sampai proses inisialisasi selesa dan keluar tampilan mode menu
Buka monitor perlahan
B. Pengukuran Spektrum
Pilih menu spectrum
Tekan start. Akan muncul spektrum antara Abs dengan wavelength
Muncul kurva Abs vs Lamda
Tekan angka 2, atur parameter
Ganti salah satu kuvet dengan lar. standar yang diinginkan
Tekan data proc F2; Peak (3) untuk mengetahui panjang gel. max dan absorbansi
Masukkan kuve berisi blanko pada reference sample di sample compartment (keduanya blanko)
Tekan Base corr F1, tunggu sampai 0,000 A ( ada bunyi bip)
C. Pengukuran Photometric (Mengukur A atau %T, jika panjang gelombang max sudah diketahui)
Pilih menu photometric, isi panjang gelombangnya Masukkan kedua kuvet berisi larutan blanko pada sample compartment Tekan auto zero, tunggu sampai A: 0,000 A (ada bunyi bip)
D. Pengukuran Quantitative (Kurva kalibrasi)
Muncul tabel photometric
tekan start
Ganti salah satu kuvet dengan larutan sample yang akan dianalisis
Pilih menu quantitative
Muncul tabel kemudian tekan meas (2)
Ganti salah satu kuvet dengan larutan standar pertama
Atur parameternya
Tekan start, masukkan nilai konsentrasi lar. standar, tekan enter
Tekan start, akan muncul nilai ABS
Masukan kedua kuvet dengan larutan blanko
tekan auto zero, tunggu sampai dengan 0,000 A
Tekan cal curve F1 untuk melihat tampilan kalibrasi
E. Pengukuran Konsentrasi Sample Setelah tahap pembuatan kurva kalibrasi Pilih menu quantitative
Ulangi terus maka akan muncul tampilan konsentrasi pada tabel
Ganti kuvet isi lar. standar bagian depan dengan lar. standar yang akan dianalisis
tekan start
F. Mematikan Alat Kosongkan compartment cell
Masukkan silica gel
5. Data Pengamatan
Putar tombol sebelah kanan hingga monitor tampak biru
5.1. Penentuan Panjang Gelombang Absci
ABS
s 280.
0.294
0 5.2. Photometric No.
Konsentrasi
ABS
k*
1.
kafein 2 ppm
0,14
ABS 0,142
4 ppm
2 0,15
3 0,156
3.
6 ppm
7 0,21
9 0,215
4.
8 ppm
6 0,29
8 0,292
5.
10 ppm
2 0,38
2 0,382
6.
12 ppm
3 0,43
6 0,432
3
7
2.
5.3. Quantitative No.
Konsentrasi
ABS
1. 2. 3. 4. 5. 6.
(ppm) 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000
0,127 0,143 0,196 0,295 0,347 0,438
5.4. Pengukuran konsentrasi sampel Sample
ABS
Konsentrasi (ppm)
no. 1.
0,27
7,5551
2.
6 0,27
7,4228
1
6. Pengolahan Data 6.1. Pembuatan Larutan Induk Pengenceran Larutan 1000 ppm -> 100 ppm V1.C1= V2.C2 V1. 1000 ppm= 100 ml. 100 ppm
V 1=
100 ml .100 ppm 1000 ppm
V1 = 10 ml Pengenceran Larutan Standar 2 ppm V1. 100 ppm= 25 ml. 2 ppm
V 1=
V1 = 0,5 ml 4 ppm V1. 100 ppm= 25 ml. 4 ppm
V 1=
25 ml .8 ppm 100 ppm
V1 = 2 ml 10 ppm V1. 100 ppm= 25 ml. 10 ppm
V 1=
25 ml .6 ppm 100 ppm
V1 = 1,5 ml 8 ppm V1. 100 ppm= 25 ml. 8 ppm
V 1=
25 ml . 4 ppm 100 ppm
V1 = 1 ml 6 ppm V1. 100 ppm= 25 ml. 6 ppm
V 1=
25 ml .2 ppm 100 ppm
25 ml .10 ppm 100 ppm
V1 = 2,5 ml 12 ppm V1. 100 ppm= 25 ml. 12 ppm
V 1=
25 ml .12 ppm 100 ppm
V1 = 3 ml 6.2.
Kurva kalibrasi
Kurva Kalibrasi 0.5 0.45
0.44
0.4
f(x) = 0.03x + 0.02 R² = 0.98
0.35
0.35
0.3 Absorbansi
0.3
0.25 0.2
0.2
0.15
0.14
0.13
0.1 0.05 00 0
2
4
6
8
10
12
14
Konsentrasi
7. Pembahasan Pembahasan Renaldo Pada praktikum kali ini, dilakukan pengukuran kadar kafein dengan menggunakan spektrofotometer UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang (λ) dari 10 nm hingga 400 nm, namun pada praktikum kali ini menggunakan panjang gelombang 280 nm karena kafein memiliki panjang gelombang maksimum dibawah 350 nm dan didapatkan pada pengukuran larutan standar 8 ppm. Sebagai sumber sinar pada praktikum kali ini digunakan lampu deuterium. Praktikum dimulai dengan menyiapkan bahan yang mau ditentukan kadarnya, yaitu mengencerkan kafein dengan konsentrasi 1000 ppm menjadi 100 ppm menggunakan HCl 0,1 N, lalu diencerkan kembali ke 6 labu takar dengan konsentrasi masing-masing 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm dengan HCl 0,1 N. Kafein diencerkan menggunakan HCl karena kafein memiliki sifat non-polar sehingga tidak bisa larut dalam air. Selain itu, kafein dibuat pada suasana asam karena pada suasana asam, panjang gelombang kafein mencapai panjang gelombang maksimum. Sebelum melakukan pengukuran kadar kafein dengan spektrofotometer UV dimulai, kuvet dibilas dengan larutan yang diukur sebanyak ± 2 kali, lalu permukaan kuvet dibersihkan menggunakan kertas lensa agar tidak menyebabkan goresan pada permukaan kuvet dan noda pada kuvet tidak menyerap pancaran
sinar UV yang akan mengganggu pengukuran kadar kafein. Setelah itu, masukkan larutan Blanko untuk menentukan titik panjang gelombang
0.
Lalu
konsentrasi
8
ppm
masukkan untuk
larutan
standar
menentukan
yaitu
panjang
dengan
gelombang
maksimum, konsentrasi 8 ppm dipilih menjadi larutan standar karena mendekati rata-rata 6 konsentrasi larutan/berada di tenga-tengah sehingga dapat mewakili konsentrasi lainnya. Setelah dilakukan pengukuran, didapatkan panjang gelombang maksimum 280.0 nm dengan absorbansi 0.294. Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, pengukuran larutan standar dilakukan dimulai dari konsentrasi terkecil hingga terbesar secara berurutan sehingga pada penentuan konsentrasi sampel, dapat diketahui kadar sampel setelah dilakukan pengukuran absorbannya berdasarkan kurva deret standar yang telah dibuat. Dari proses pengukuran larutan standar, didapatkan kurva kalibrasi dengan nilai R (regresi) sebesar 0.9768. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi dari kurva adalah bernilai positif, yang artinya setiap pertambahan nilai konsentrasi diikuti pertambahan nilai absorban secara proporsional. Dengan kata lain, absorban berbanding lurus dengan konsentrasi, semakin besar absorban (cahaya yang diserap oleh larutan) semakin besar pula konsentrasi larutan. Kurva kalibrasi yang terbentuk digunakan untuk mengukur sampel berdasarkan persamaan garis yang dibentuk, sehingga konsentrasi sampel dapat
diketahui dan langsung tertera pada alat. Pembahasan Safira Vitasasti Analisis kadar kafein ini dilakukan
dengan
menggunakan
spektrofotometri UV 1700 shimadzu. Hal ini dikarenakan kafein yang diukur akan menyerap pada panjang gelombang antara 200-350 nm. Selain itu larutan yang akan diukur merupakan larutan bening sehingga akan terukur jika menggunakan sinar uv dengan sumber lampu
deuterium.
Pengukuran
sampel
dilakukan
dengan
menggunakan kuvet sebagai tempat larutan yang akan diukur. Setiap penggantian larutan yang akan diukur bagian dalam kuvet dibilas dahulu menggunakan larutan yang akan diukur untuk menghilangkan sisa larutan yang diukur sebelumnya. Larutan yang akan diukur dimasukan secukupnya ke dalam kuvet dan permukaannya dilap dengan menggunakan tisu sampai tidak terdapat butiran air diluar
permukaan kuvet, agar cahaya yang terserap oleh larutan maksimal. Kuvet harus dilap dengan menggunakan tisu khusus yang memiliki serat halus sehingga tidak merusak permukaan luar dari kuvet. Mula-mula pengukuran dilakukan dengan mengukur zero base yang dilakukan dengan mengukur blanko. Blanko yang digunakan yaitu larutan standar 0 ppm. Larutan blanko ini berfungsi sebagai pengkondisian
(pengkalibrasi)
agar
ketika
pengukuran,
sampel
pereaksi yang ditambahkan pada sampel tidak mengubah harga absorban pengukuran karena adanya faktor koreksi dengan blanko. Pengukuran zero base ini berfungsi untuk menghilangkan serapan yang berasal dari pelarut. Kemudian dilanjutkan dengan mencari panjang gelombang maksimum Digunakan larutan standar 8 ppm dan diperoleh nilai λ maksimum adalah 280 nm, padahal menurut literatur panjang gelombang maksimum kafein adalah 210 nm. Hal ini karena tidak samanya konsentrasi yang dipilih untuk penentuan panjang gelombang maksimum dan beberapa factor antara lain larutan standar kafein yang di buat tidak tepat. Pengukuran kurva larutan deret standar yang digunakan pada panjang gelombang 280 nm menghasilkan kurva yang terbentuk adalah linear sehingga absorbansi memiliki korelasi dengan konsentrasi dan merupakan suatu fungsi. Selain itu kedua sample memiiki: yang pertama absorbansinya 0,276 dan konsentrasi 7,5551 ppm, sedangkan yang kedua absorbansinya 0,271 dan konsentrasinya 7,4228 ppm.
Pembahasan Septian Hardi Pada praktikum ini dilakukan penentuan kadar kafein dengan metode spektofotometri UV. Kafein memiliki panjang gelombang maksimum dibawah 350 nm sehingga sumber lampu yang digunakan adalah lampu deuterium. Praktikum dimulai dengan mengencerkan kafein 1000 ppm menjadi 100 ppm dalam HCl 0,1 N kemudian dilakukan pengenceran lagi pada konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm dalam HCl 0,1N. Kafein merupakan non-polar sehingga tidak bisa larut dalam air. Maka untuk membuatnya larut, kafein dilarutkan dengan HCl yang akan membentuk garam yang bisa larut dalam air. HCl juga bersifat asam sehingga dapat membuat suasana kafein menjadi asam, kafein dibuat pada suasana asam karena pada suasana asam panjang gelombang yang dihasilkan kafein maksimum.
Sebelum proses pengukuran dilakukan, kuvet yang dipergunakan dibilas terlebih dahulu dengan larutan yang akan diukur, proses pembilasan dilakukan ± 2 kali setelah dibilas, larutan yang akan diukur dimasukan secukupnya dan kuvet dilap dengan menggunakan tisu sampai tidak terdapat butiran air diluar permukaan kuvet, terakhir kuvet dilap dengan menggunakan tisu khusus yang memiliki serat halus sehingga tidak mengakibatkan permukaan luar dari kuvet tergores. Larutan standar 8 ppm digunakan untuk menentukan panjang gelombang maksimum, karena konsentrasi 8 ppm dianggap mewakili larutan standar yang lainnya (berada ditengah-tengah). Panjang
maksimum
yang
didapat
adalah
280.0
nm
dengan
absorbansi 0.294. Dengan didapatnya panjang gelombang maksimum sebesar 280.0 nm, maka panjang gelombang 280.0 nm ini digunakan sebagai panjang gelombang untuk pengukuran absorbansi larutan deret standar dan sampel. Selanjutnya dilakukan pengukuran larutan standar secara bertahap dari larutan dengan konsentrasi rendah sampai yang tertinggi untuk membuat kurva standar sehingga pada penentuan konsentrasi sampel, dapat diketahui kadar sampel setelah dilakukan pengukuran absorbannya berdasarkan kurva deret standar yang telah dibuat. Dari proses pengukuran standar, didapatkan kurva kalibrasi dengan nilai R (regresi) sebesar 0.9768. Hal ini menunjukan bahwa korelasi dari kurva adalah bernilai positif, yang artinya setiap pertambahan nilai
konsentrasi
diikuti
pertambahan
nilai
absorban
secara
proporsional. Dengan kata lain absorban berbanding lurus dengan konsentrasi.
Kurva
kalibrasi
yang
terbentuk
digunakan
untuk
mengukur sampel berdasarkan persamaan garis yang dibentuk, sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui dan langsung tertera
pada alat. Pembahasan Septiani Rasidah Pada praktikum penentuan kadar kafein dengan menggunakan spektrofotometri
UV,
didapatkan
konsentrasi
sampel
dari
perbandingan absorban sampel dengan absonban standar yang telah diketahui konsentrasinya.Larutan standar yang dipakai adalah larutan standar kafein, karena yang ditentukan adalah kadar kafein dalam sampel.
Pembuatan
larutan
standar
kafein
dilakukan
dengan
mengencerkan dari larutan induk 100 ppm menjadi 2 ppm,4 ppm,6 ppm,8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm. Pengencer atau pelarut yang digunakan adah HCl 0,1 N, karena kafein larut dalam HCl. Selain itu HCl juga berfungsi menciptakan suasana asam karena pada suasana asam, panjang gelombang yang dihasilkan kafein maksimum. Spektrofotometri UV harus dinyalakan ± 15 menit sebelum digunakan agar alat lebih stabil sehingga pengukuran lebih akurat dan lebih peka. Selain itu silica gel yang ada dalam sel kuvet harus dikeluarkan dahulu agar tidak menghalangi jalannya cahaya. Prinsip kerja spektrofotometri UV yaitu sumber cahaya yang ada dalam spektrofotometri melewati
akan
prisma
memancarkan
sehingga
menjadi
cahaya sinar
polikromatis
monokromatis
lalu yang
kemudian dilewatkan pada larutan yang ada dalam sel kuvet dan larutan akan menyerap sinar dan meneruskan sinar, sinar yang diteruskan akan terbaca oleh detector dan hasilnya akan terbaca di layar.
Pengukuran
konsetrasi
suatu
larutan
yang
diukur
oleh
spektrofotometri sesuai dengan Hukum Lambert-Beer sehingga cahaya yang digunakan harus monokromator. Saat proses pengukuran dilakukan, larutan yang akan dianalisis dimasukkan ke kuvet. Kuvet harus dipastikan bersih dan tidak tergores agar tidak mengurangi penyerapan sinar oleh larutan. Pada pengukuran
absorbansi
dilakukan
pada
panjang
gelombang
maksimum karena memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada panjang gelombang maksimum. Pada saat penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan larutan standar kafein 8ppm, karena dianggap mewakili yang konsentrasi tidak terlalu tinggi maupun tidak terlalu rendah dari larutan standar yang lainnya. Dari hasil pengukuran didapat
panjang
pengukuran
gelombang
sampel
ataupun
maksimum
280,0
standar
dilakukan
nm.
Sebelum
pengukuran,
dilakukan auto zero yang dalam sel kuvet berisi blanko dalam hal ini blankonya adalah HCL 0,1N karena merupakan pelarut standar maupun sampel. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pelarut yang digunakan tidak mempengaruhi hasil pengukuran absorban sampel maupun standar. Pengukuran absorban standar dilakukan pada panjang gelombang maksimum yang didapat. Setelah pengukuran absorban larutan
standar, didapat kurva kalibrasi yaitu hubungan antara konsentrasi dan absorban. Kurva kalibrasi yang terbentuk digunakan untuk mengukur sampel berdasarkan persamaan garis yang dibentuk, sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui dan langsung tertera pada alat. Pada praktikum kali ini didapat konsentrasi kafein dalam sampel 1 yaitu 7,5551 ppm sedangkan konsentrasi sampel 2 yaitu 7,4228 ppm 8. Kesimpulan Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
Pengukuran kandungan kafein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang 280,0 nm
Konsentrasi kafein dalam sampel 1 yaitu 7,5551 ppm sedangkan konsentrasi kafein dalam sampel 2 yaitu 7,4228 ppm
9. Daftar Pustaka
View more...
Comments